Perawatan Ortodontik Pada Orang Dewasa Dengan Gejala Disfungsi Sendi Temporomandibular.
PERAWATAN ORTODONTIK PADA ORANG DEWASA DENGAN
GEJALA DISFUNGSI SENDI TEMPOROMANDIBULAR
MAKALAH
Dibawakan pada Seminar Dosen FKG Unpad
Mei 1989
Oleh :
Isnaniah Malik, drg.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
1989
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................
i
BAB
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
BAB
II :
P E R A W A T A N
.....................
A. Cross Bite Anterior
.................
5
B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Ti
dak sesuai ...........................
7
C. Buccal Cross Bite (Schissors Bite)...
y
D. Menegakkan Molar Yang Miring ..............11
BAB III : KESIMPULAN
DAFTAR
DAN S AR AN ................................................................................. 13
PUSTAKA ..........................................
i
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Alasan Pemilihan Masalah
Dalam melakukan perawatan ortodontik ada beberapa
tingkatan. Tingkatan perawatan ortodontik ada tiga tingkat,
yaitu : Ortodonti Preventif, Ortodonti Interseptik dan
ortodonti Korektif.
Ortodonti Preventif yaitu tingkatan Perawatan untuk
mencegah terjadinya maloklusi.
Ortodonti Interseptif adalah suatu tingkatan perawatan ortodontik untuk mencegah timbulnya maloklusi yang
lebih berat dan menghilangkan maloklusi yang sudah ada dan
ringan.
Ortodonti Korektif adalah suatu tindakan perawatan
ortodontik terhadap kasus maloklusi yang sudah berkem bang.
Selain ketiga tingkatan perawatan ortodontik tersebut
ada pula tingkatan yang keempat yang umumnya dilaksanakan
pada kasus-kasus tertentu dengan menggunakan retensi.
Maka
dewasa
bila
dengan
dilihat
gejala
perawatan
disfungsi
ortodontik
sendi
pada
orang
temporo-mandibular,
yaitu termasuk Ortodonti Interseptik di mana maloklusinya
sudah terjadi.
1
2
Metode
umum
untuk
memperbaiki
ketidaksesuaian
o-
klusal yang diakibatkan oleh maloklusi pada orang dewasa
yaitu : Penggerindaan yang selektif dan rehabilitasi dengan
protesa cekat.
Selain
dari
kedua
metode
di
atas,
dalam literatur
diteranghan juga perawatan terhadap pasien dengan gang
pe
guan fungsi pengunyahan. Juga diterangkan mer.genai
rawatan ertodentik sebagai cara untuk menghilangkan ganggguan
oklusal, menstabilkan oklusi dan menciptakan kontak gigi
yang sesuai selama pergerakan pengunyahan. Ketidak sesuaian
oklusal merupakan konsep yang benar-benar fungsional dan
dapat
terjadi
oklusal
pada
pada
setiap
maloklusi
maloklusi.
tertentu
sukar
Ketidak
diperbaiki
sesuaian
dengan
metode penggerindaan maupun dengan metode protetik tetapi
dapat diperbaiki secara ortodonti.
B. Metode Penuli san
Penulisan
makalah
ini
didasarkan
pada
tinjauan
ke,
pustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan membaca buku buku dan majalah-majalah yang ada hubungannya dengan perawatan ortodontik pada orang dewasa dengan gejala disfungsi sendi temporo-mandibular.
C. Organisasi Karangan
Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dalam
pembahasan malcalah ini, penulis membaginya dalam bab-bab
3
sebagai berikut :
Bab I: Merupakan pendahuluan yang menerangkan alasan
pemilihan masalah, metode penulisan dan organisasi karangan.
Bab II: Membahas tentang macam-macam krisus yang terjadi pada
perawatan ortodontik dengan gejala disfungsi dan
cara perawatannya.
Bab III : Kesimpulan dan saran.
BAB II
P E R A W A T A N
Laporan ini adalah mengenai kasus-kasus yang dirawat
secara ortodontik. Semua nasien yang dikirim untuk dilakukan
perawatan ortodontik berasal dari Departemen Stomatognatik
Fisiologi
karena
digunakan
di
metoda konvensional
situ
(penggerindaan
dari
dan
perawatan yang
metoda
protetik)
kurang sesuai untuk kasus tersebut.
Tujuan
memperbaiki
semua
oklusi
metoda
dan
perawatan
menghilangkan
ini
adalah
disfungsi
untuk
mandibula
serta mencegah terjadinya kekambuhan.
Tanda-tanda kelainan sendi temporomandibular,yaitu :
1. GemeletuK di persendian.
2. Rasa sakit di palpasi pada otot pengunyahan.
3. Faset pada permukaan oklusal.
Selama masa akut dari gejala disfungsi mandibula ,
metoda seperti splinting, latihan-latihan dan perawatan
menggunakan panas, sering digunakan dengan tidak
memperhatikan maloklusi yang ada.
Macam-macam kelsinan yang menimbulkan gejala disfungsi sendi temporo mandibular :
4
5
A. Cross Bite Anterior.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan perawatan ketidaksesuaian oklusi secara ortodontik mempunyai gejala
cross bite anterior.
Penyembuhan ortodontik lebih disukai karena :
1. Penghilangan gangguan oklusa, dengan penggerindaan gi
gi depan kurang disukai dengan alasan estetik/keindah
an.
2. Stabilitas oklusi tidak mungkin didapatkan setelah
penggerindaan. Setelah gigi yang mengganggu digerinda
tidak ada oklusal stop.
KASUS 1.
Wanita umur 37 tahun dikonsulkan ke Departemen Sto
matognatik Fisiologi oleh dokter giginya karena selama 2
tahun ia merasakan sakit yang intermiten pada muka sebe lah
kanan.,
Pemeriksaan
klinik
msmperlihatkan
kekendoran
otot temporal sebelah kanan, otot pterygoid lateral dan otot
leher. Juga terdapat "clicking" (bunyi gemeletuk)di kedua
sendi temporo-mandibular. Gigi I1 atas mengalami cross bite,
mengganggu posisi mandibula paling belakang. Rahang bawah
terpaksa
bergeser
ke
anterior,
sehingga
jarak
antero-
posterior antara posisi paling belakang dari mandibula dan
posisi antar bonjol adalah 2 mm.
Perawatan ortodontik yang dilakukan adalah ekspansi
ke sagital dari lengkung gigi atas dengan busur labial,
6
sehingga terdapat ruangan gigi I, yang berjejal pindah ke
labial. Selama perawatan harus dibebaskan dari beberapa
gangguan
oklusal
dengan
melakukan
bagian
penggerindaan oklusal.
KASUS 2.
Wanita umur 35 tahun mengeluh bruxism di malam hari
dan clenching di siang hari dalam keadaan stress. Pagi hari
ia mengalami kelelahan pada sendi temporo mandibular dan
muka. Ta merasa sakit kepala setiap hari selama 6 bulan
terakhir
ini.
Banyak
otot-otot
mengendur
pada
palpasi,
yaitu otot temporan dan pterygoid lateral kiri dan kanan,
maseter
kanan
mandibular
dan
otot
sebelah
digastrikus
kiri
juga
kiri.
sakit
Sendi
pada
tem
poro
palpasi
dan
terdapat clicking di kedua sendi.
dan protrusi tidak teratur.
Gerakan
sien
membuka,
mempunyai
menyebabkan
Pa
menutup
mandibula yang asimetris di mana hal
ini
C kiri atas dan P1. Kaninus
ini
cross
bite
paling belakang dari mandibuka. Hal ini
mandibula ke kiri ke dalam posi
mengakibatkan pergeseran
mengganggu
posisi
si antar bonjol dan cenderung untuk mengunci oklusi. Insisif lateral atas hilang secara kongenital.
dan latihan - latihan
Pasien dirawat dengan splin
untuk membuat gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan kon
disinya tapi tidak menghilangkan gejala ataupun problema
oklusinva.
perawatar ertodontik dilakukan dengan menggu-
7
nakan busur labial pada rahang atas, untuk memberikan tempat
bagi pontik yang akan mengganti I2 dan menggerakkan C atas
ke labial. Perawatan ini berlangsung selama 9 bulan, akan
menghilangkan rasa sakit dan gangguan pada pasien. Setelah
perawatan, termasuk nenempatan 2 inlay bridge yang kecil di
depan atas, is merasakan sakit kepala hanya sekali sebulan.
KASUS 3.
Wanita umur 4 8
tahun mempunyai gejala terganggunya
fungsi pengunyahan selama lebih dari lima tahun. Gejalagejala
biasanya timbul pada pagi hari, yaitu rasa sakit pada sendi
temporo-mandibular kiri dan otot pengunyahan. Ia mengalami
sakit kepala secara periodik dan
ia
melakukan clenching.
Mandibula menjadi terkunci selama perge - rakan dan terasa
adanya clicking pada kedua sendi temporo mandibular. Kedua
otot temporal dan pterygoid lateral mengendur pada palpasi
begitu juga otot maseter kanan dan otot digastrikus kiri.
Pergerakan
dari
rahang
bawah
normal
tapi
terasa
sakit.
nosisi antar bonjol C kanan dan semua insisif cross bite, C
dan
1
2
kanan
mengganggu
posisi
paling
belakang
dari
mandibula.
Pasien dirawat di Departemen Stomatognatik Fisio logi dengan bite splint dan terapi gelombang pendek, latihan harus dihentikan karena adanya rasa sakit pada pergerakan. Splint kemudian digantikan oleh bilateral
cap
8
splint di rahang bawah, sehingga dapat menstabilkan oklusi
dan
mengurangi
gejala-gejala
pasien,
tetapi
untuk
pe-
ngangkatan splint ini mengakibatkan timbulnya sakit kepala
kembali.
Sebagai terapi permanen, cross-bite anterior di
hilangkan dengan melakukan ekspansi lengkung gigi atas ke
sagital dengan bantuan busur labial dan dikombinasikan
dengan elastik klas III ke busur labial rahang bawah. Oklusi
diperbaiki dalam waktu
bulan dan sebagai hasil nya adalah
hilangnya seluruh gejala dari pasien.
B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Tidak Sesuai.
Macam lain dari maloklusi yang memerlukan perawatan
ortodontik
adalah
kasus
ketidaksesuaian
antara
lebar
lengkung rahang atas dan bawah. Pada kasus seperti ini,
penghilangan gangguan oklusal dengan penggerindaan berarti
bahwa banyak jaringan gigi yang harus dibuang. Penggerindaan
harus juga dilakukan secara praktis di semua gigi dan juga
gigi lateral. Hal ini kurang disukai untuk alasan
fisiologis dan juga mempunyai risiko yaitu dapat mengurangi
KASUS
Gadis umur 17 tahun telah mempunyai gejala selama
tiga bulan yaitu rasa sakit di sebelah bawah kanan
dan
9
disertai dengan sukarnya membuka mulut. Pasien mengira bahwa
hal itu berhubungan dengan kebiasaannya melakukanclenching.
Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pengurang
an kapasitas membuka mulut dan semua gerakan mandibula di
sertai dengan rasa sakit di daerah maseter kanan. Leng kung gigi atas lebih sempit dibandingkan dengan
bawah, ada
pergeseran ke lateral 1,5 mm dari garis tengah antara oklusi
sentrik dan posisi mandibula paling belakang. Perawatan
dimulai dengan pemasangan splint dan latihan
latihan. Hal ini mengurangi rasa sakit pada waktu
pergerakan
dan sedikit membantu gerakan membuka mulut. Tidak
memungkinkan menghilangkan gangguan dari bonjol
melalui
penggerindaan, karena sejumlah besar gigi harus digerinda.
Pilihan lain adalah dengan memperlebar lengkung gigi atas
dengan ekspansi yang dipasang pada garis tengah. Pelebaran
yang memakan waktu 5 bulan ini, menghilangkan pergeser an ke
lateral, sehingga menghasilkan hubungan antar bonjol yang
sesuai. Hal ini tetap stabil selama satu tahun setelah
retensi dihentikan dan berakhir dalam waktu enam bulan.
Semua gejala disfungsi pasien hilang selama ekspansi aktif.
Ruccal Cross Bite (Schissors Bite).
Gigi posterior dengan bukal cross bite dapat
nimbulkan gangguan bonjol (interference) selama gerakan
me-
10
meluncur. Upaya untuk menghilangkan gangguan ini
adalah
dengan penggerindaan yang berarti "extensive grinding".
Keterbatasan yang lain adalah tidak adanya oklusi stop
setelah penggerindaan dengan konsekuensi elongasi dan timbul
kembali gangguan. Pada kasus ini penghilangan gangguan
dengan pencabutan lebih disukai.
KASUS
Gadis usia 19 tahun hanya mempunyai gejala subyektif
yang ringan, tetapi ia tidak mampu menentukan posisi antar
bonjol yang sesuai, hal ini dianggap sebagai masalah. Ia
sadar
bahwa
ia
mempunyai
kebiasaan
mengerot-ngerot
pada
malam hari dan clenching pada siang hari.
Secara klinis ada sedikit rasa sakit pada palpasi
otot
temporal kanan dan otot pterygoid lateral. Ia
merasakan
sakit
yang
ringan
pada
kedua
sisi
dari
juga
wajah
selama pergerakan mandibula. Oklusinya adalah post normal
dan kekurangan tempat telah menggeser P bawah ke lingual
sehingga ada hubungan bukal cross bite antara P atas dan p
Bawah. P kiri atas miring ke bukal.
Latihan otot dapat menghilangkan kekenduran otot dan
rasa sakit dari pasien, tetapi ia terus mengeluh tentang
posisi antar bonjol yang tidak sesuai. Perawatan ortodonti
dilakukan
dengan
dengan
busur
ekspansi
labial.
lengkung
Secara
gigi
bersamaan
bawah
plat
ke
rahang
dipasang. Plat ini mempunyai bite plane anterior
sagital
atas
11
sehingga gigi posterior tidak beroklusi. Juga digunakan
busur labial untuk mendorong gigi P kiri atas ke lingual.
Setelah 13 bulan perawatan, cross bite hilang disertai
dengan
posisi
belakanq
yang
antar
bonjol
stabil.
dan
Pasien
posisi
merasa
mandibula
puas
paling
dengan
hasil
tersebut. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk merawat oklusi
post normal atau deep bite, karena dianggap tidak penting
untuk memperoleh oklusi yang sesuai.
D. Menegakkan Molar yang miring.
Kemiringan
ke
mesiolingual
dari
gigi
M2
atau
M3
setelah kehilangan M1 atau M2 sering menimbulkan gangguan
dan dapat mengakibatkan pembuatan jembatan menjadi sukar
atau
tidak
mungkin
dilakukan.
Kasus
ini
terdapat
pada
pasien berikut ini.
KASUS 6.
Laki-laki usia 34 tahun kehilangan M1 kiri bawah dan
ini menyebabkan M2 miring ke mesial. Pasien merasa adanya
penambahan
atrisi
gigi
posterior
kiri,
gigi-gigi
ini
lemah di pagi hari. Pada palpasi otot maseter kiri dan
kedua sendi temporomandibula agak sakit dan terdapat
krepitasi di kedua sendi ini. Tetapi interferensi
yang
12
Perawatan ortodontik
dilakukan
dengan
busur
labial
bawah dilengkapi dengan pemasangan per-per untuk menegakkan
gigi yang disolder pada band dari M1 kanan dan M 2 kiri yang
dipakai
selama
empat
bulan
dan
diikuti
oleh
bridge di kedua sisi rahang bawah dan mahkota
pemasangan
pada segmen
lateral rahang atas. Perawatan ortodontik ini menghilangkan
gangguan
oklusal,
menghilangkan
gejala-gejalanya
mempermudah dilakukannya perawatan protetik.
dan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan besar
menghilangkan
gangguan
dari
perawatan
bonjol
pada
ortodontik dalam
pasien
dewasa
dengan
gangguan fungsi pada sistem pengunyahan adalah tidak adanya
gigi
yang
harus
ortodontik
dicabut.
dipilih
bila
Oleh
karena
penggerindaan
itu,
dapat
perawatan
mengganggu
faktor estetik, contohnya :
1. Cross bite anterior.
2. Pengurangan permukaan oklusal secara besar-besaran.
3. Pasien dengan lebar lengkung rahang yang tidak sesuai.
Keuntungan lain dari pergerakan gigi ini adalah bawah gigi
dapat ditempatkan pada posisi tertentu sehingga kestabilan
oklusal
tercapai.
Gigi
yang
cros-bite,contohnya,dapat
dipindahkan ke posisi baru yang dapat membantu kestabilan
oklusal dari gigi-gigi secara keseluruhan dan tidak dapat
terjadi elongasi.
Kalau hanya dilakukan penggerindaan
mengganggu
elongasi
pada
di
interference.
dapat
keadaan
masa
yang
Keadaan
membantu
cross
bite
akan
lain
stabilitas
di
akan
datang
mana
oklusi
nada
gigi
mempunyai
dan
timbul
perawatan
gigi
yang
risiko
lagi
ortodontik
adalah
dengan
menegakkan gigi yang miring, memungkinkan pembuatan protesa
seperti pada Kasus 6.
13
BAB III
13
14
Metoda umum dalam memperbaiki ketidaksesuaian oklusal
pada
kasus-kasus
di
mana
penggerindaan
tidak
sesuai
dilakukan, yang sesuai adalah dengan pembuatan geligi tiruan
dengan
mahkota
atau
kurang
memuaskan,
jembatan.
karena
Perbaikan
alasan
estetik
secara
jika
protetik
dibandingkan
dengan gigi asli.
Perawatan ortodontik dan protetik kadang - kadang
mempunyai keuntungan bahwa perawatan ortodontik akan mempermudah rekonstruksi protetik dan protetik memecahkan
masalah retensi dan mengurangi waktu perawatan.
Kasus-kasus
perawatan
yang disajikan
ortodontik
pengunyahan.
Tipe
pada
pasien
perawatan
di
sini
dengan
ortodontik
adalah
contoh
gangguan
fungsi
yang
sederhana
pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang cukup
banyak
bahkan
pada
beberapa
kasus
suatu
keadaan
yang
dramatik bagi pasien. Gejala disfungsi mandibula mempunyai
banyak penyebab, termasuk faktor mental dan penyakit umum
yang dapat menambah ketidaksesuaian oklusal. Oleh karena
itu,
perawatan
ortodontik
tidak
dapat
diharapkan
untuk
berhasil pada semua pasien tetapi sebaiknya dipertimbangkan
alternatif
pasien.
lain
dari
bentuk-bentuk
terapi
pada
beberapa
DAFTAR PUSTAKA
1. Graber, T.M. : Orthodontics; Principle and Practice. 2nd
ed., Philadelphia & London, W.B. Saunders Co. ,1966 x +
922 h. (h. 59-6°, 165).
2. Ingervall, B. : Orthodontic Treatment in Adults with
Temporomandibular Dysfunction Symptome. J, of Ortho
dontic, 73 : 551-9, N0.5, May 1978.
in
3. Williamson, E.H. : Temporomandibular Dysfunction
Pretreatment Adolescent Patients. J, of Orthodontic
72 : 429-33, No-4, October 1977.
,
GEJALA DISFUNGSI SENDI TEMPOROMANDIBULAR
MAKALAH
Dibawakan pada Seminar Dosen FKG Unpad
Mei 1989
Oleh :
Isnaniah Malik, drg.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
1989
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .....................................................................................................................................
i
BAB
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
BAB
II :
P E R A W A T A N
.....................
A. Cross Bite Anterior
.................
5
B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Ti
dak sesuai ...........................
7
C. Buccal Cross Bite (Schissors Bite)...
y
D. Menegakkan Molar Yang Miring ..............11
BAB III : KESIMPULAN
DAFTAR
DAN S AR AN ................................................................................. 13
PUSTAKA ..........................................
i
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Alasan Pemilihan Masalah
Dalam melakukan perawatan ortodontik ada beberapa
tingkatan. Tingkatan perawatan ortodontik ada tiga tingkat,
yaitu : Ortodonti Preventif, Ortodonti Interseptik dan
ortodonti Korektif.
Ortodonti Preventif yaitu tingkatan Perawatan untuk
mencegah terjadinya maloklusi.
Ortodonti Interseptif adalah suatu tingkatan perawatan ortodontik untuk mencegah timbulnya maloklusi yang
lebih berat dan menghilangkan maloklusi yang sudah ada dan
ringan.
Ortodonti Korektif adalah suatu tindakan perawatan
ortodontik terhadap kasus maloklusi yang sudah berkem bang.
Selain ketiga tingkatan perawatan ortodontik tersebut
ada pula tingkatan yang keempat yang umumnya dilaksanakan
pada kasus-kasus tertentu dengan menggunakan retensi.
Maka
dewasa
bila
dengan
dilihat
gejala
perawatan
disfungsi
ortodontik
sendi
pada
orang
temporo-mandibular,
yaitu termasuk Ortodonti Interseptik di mana maloklusinya
sudah terjadi.
1
2
Metode
umum
untuk
memperbaiki
ketidaksesuaian
o-
klusal yang diakibatkan oleh maloklusi pada orang dewasa
yaitu : Penggerindaan yang selektif dan rehabilitasi dengan
protesa cekat.
Selain
dari
kedua
metode
di
atas,
dalam literatur
diteranghan juga perawatan terhadap pasien dengan gang
pe
guan fungsi pengunyahan. Juga diterangkan mer.genai
rawatan ertodentik sebagai cara untuk menghilangkan ganggguan
oklusal, menstabilkan oklusi dan menciptakan kontak gigi
yang sesuai selama pergerakan pengunyahan. Ketidak sesuaian
oklusal merupakan konsep yang benar-benar fungsional dan
dapat
terjadi
oklusal
pada
pada
setiap
maloklusi
maloklusi.
tertentu
sukar
Ketidak
diperbaiki
sesuaian
dengan
metode penggerindaan maupun dengan metode protetik tetapi
dapat diperbaiki secara ortodonti.
B. Metode Penuli san
Penulisan
makalah
ini
didasarkan
pada
tinjauan
ke,
pustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan membaca buku buku dan majalah-majalah yang ada hubungannya dengan perawatan ortodontik pada orang dewasa dengan gejala disfungsi sendi temporo-mandibular.
C. Organisasi Karangan
Untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dalam
pembahasan malcalah ini, penulis membaginya dalam bab-bab
3
sebagai berikut :
Bab I: Merupakan pendahuluan yang menerangkan alasan
pemilihan masalah, metode penulisan dan organisasi karangan.
Bab II: Membahas tentang macam-macam krisus yang terjadi pada
perawatan ortodontik dengan gejala disfungsi dan
cara perawatannya.
Bab III : Kesimpulan dan saran.
BAB II
P E R A W A T A N
Laporan ini adalah mengenai kasus-kasus yang dirawat
secara ortodontik. Semua nasien yang dikirim untuk dilakukan
perawatan ortodontik berasal dari Departemen Stomatognatik
Fisiologi
karena
digunakan
di
metoda konvensional
situ
(penggerindaan
dari
dan
perawatan yang
metoda
protetik)
kurang sesuai untuk kasus tersebut.
Tujuan
memperbaiki
semua
oklusi
metoda
dan
perawatan
menghilangkan
ini
adalah
disfungsi
untuk
mandibula
serta mencegah terjadinya kekambuhan.
Tanda-tanda kelainan sendi temporomandibular,yaitu :
1. GemeletuK di persendian.
2. Rasa sakit di palpasi pada otot pengunyahan.
3. Faset pada permukaan oklusal.
Selama masa akut dari gejala disfungsi mandibula ,
metoda seperti splinting, latihan-latihan dan perawatan
menggunakan panas, sering digunakan dengan tidak
memperhatikan maloklusi yang ada.
Macam-macam kelsinan yang menimbulkan gejala disfungsi sendi temporo mandibular :
4
5
A. Cross Bite Anterior.
Kebanyakan pasien yang mendapatkan perawatan ketidaksesuaian oklusi secara ortodontik mempunyai gejala
cross bite anterior.
Penyembuhan ortodontik lebih disukai karena :
1. Penghilangan gangguan oklusa, dengan penggerindaan gi
gi depan kurang disukai dengan alasan estetik/keindah
an.
2. Stabilitas oklusi tidak mungkin didapatkan setelah
penggerindaan. Setelah gigi yang mengganggu digerinda
tidak ada oklusal stop.
KASUS 1.
Wanita umur 37 tahun dikonsulkan ke Departemen Sto
matognatik Fisiologi oleh dokter giginya karena selama 2
tahun ia merasakan sakit yang intermiten pada muka sebe lah
kanan.,
Pemeriksaan
klinik
msmperlihatkan
kekendoran
otot temporal sebelah kanan, otot pterygoid lateral dan otot
leher. Juga terdapat "clicking" (bunyi gemeletuk)di kedua
sendi temporo-mandibular. Gigi I1 atas mengalami cross bite,
mengganggu posisi mandibula paling belakang. Rahang bawah
terpaksa
bergeser
ke
anterior,
sehingga
jarak
antero-
posterior antara posisi paling belakang dari mandibula dan
posisi antar bonjol adalah 2 mm.
Perawatan ortodontik yang dilakukan adalah ekspansi
ke sagital dari lengkung gigi atas dengan busur labial,
6
sehingga terdapat ruangan gigi I, yang berjejal pindah ke
labial. Selama perawatan harus dibebaskan dari beberapa
gangguan
oklusal
dengan
melakukan
bagian
penggerindaan oklusal.
KASUS 2.
Wanita umur 35 tahun mengeluh bruxism di malam hari
dan clenching di siang hari dalam keadaan stress. Pagi hari
ia mengalami kelelahan pada sendi temporo mandibular dan
muka. Ta merasa sakit kepala setiap hari selama 6 bulan
terakhir
ini.
Banyak
otot-otot
mengendur
pada
palpasi,
yaitu otot temporan dan pterygoid lateral kiri dan kanan,
maseter
kanan
mandibular
dan
otot
sebelah
digastrikus
kiri
juga
kiri.
sakit
Sendi
pada
tem
poro
palpasi
dan
terdapat clicking di kedua sendi.
dan protrusi tidak teratur.
Gerakan
sien
membuka,
mempunyai
menyebabkan
Pa
menutup
mandibula yang asimetris di mana hal
ini
C kiri atas dan P1. Kaninus
ini
cross
bite
paling belakang dari mandibuka. Hal ini
mandibula ke kiri ke dalam posi
mengakibatkan pergeseran
mengganggu
posisi
si antar bonjol dan cenderung untuk mengunci oklusi. Insisif lateral atas hilang secara kongenital.
dan latihan - latihan
Pasien dirawat dengan splin
untuk membuat gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan kon
disinya tapi tidak menghilangkan gejala ataupun problema
oklusinva.
perawatar ertodontik dilakukan dengan menggu-
7
nakan busur labial pada rahang atas, untuk memberikan tempat
bagi pontik yang akan mengganti I2 dan menggerakkan C atas
ke labial. Perawatan ini berlangsung selama 9 bulan, akan
menghilangkan rasa sakit dan gangguan pada pasien. Setelah
perawatan, termasuk nenempatan 2 inlay bridge yang kecil di
depan atas, is merasakan sakit kepala hanya sekali sebulan.
KASUS 3.
Wanita umur 4 8
tahun mempunyai gejala terganggunya
fungsi pengunyahan selama lebih dari lima tahun. Gejalagejala
biasanya timbul pada pagi hari, yaitu rasa sakit pada sendi
temporo-mandibular kiri dan otot pengunyahan. Ia mengalami
sakit kepala secara periodik dan
ia
melakukan clenching.
Mandibula menjadi terkunci selama perge - rakan dan terasa
adanya clicking pada kedua sendi temporo mandibular. Kedua
otot temporal dan pterygoid lateral mengendur pada palpasi
begitu juga otot maseter kanan dan otot digastrikus kiri.
Pergerakan
dari
rahang
bawah
normal
tapi
terasa
sakit.
nosisi antar bonjol C kanan dan semua insisif cross bite, C
dan
1
2
kanan
mengganggu
posisi
paling
belakang
dari
mandibula.
Pasien dirawat di Departemen Stomatognatik Fisio logi dengan bite splint dan terapi gelombang pendek, latihan harus dihentikan karena adanya rasa sakit pada pergerakan. Splint kemudian digantikan oleh bilateral
cap
8
splint di rahang bawah, sehingga dapat menstabilkan oklusi
dan
mengurangi
gejala-gejala
pasien,
tetapi
untuk
pe-
ngangkatan splint ini mengakibatkan timbulnya sakit kepala
kembali.
Sebagai terapi permanen, cross-bite anterior di
hilangkan dengan melakukan ekspansi lengkung gigi atas ke
sagital dengan bantuan busur labial dan dikombinasikan
dengan elastik klas III ke busur labial rahang bawah. Oklusi
diperbaiki dalam waktu
bulan dan sebagai hasil nya adalah
hilangnya seluruh gejala dari pasien.
B. Lebar Lengkung (Arch Width) Yang Tidak Sesuai.
Macam lain dari maloklusi yang memerlukan perawatan
ortodontik
adalah
kasus
ketidaksesuaian
antara
lebar
lengkung rahang atas dan bawah. Pada kasus seperti ini,
penghilangan gangguan oklusal dengan penggerindaan berarti
bahwa banyak jaringan gigi yang harus dibuang. Penggerindaan
harus juga dilakukan secara praktis di semua gigi dan juga
gigi lateral. Hal ini kurang disukai untuk alasan
fisiologis dan juga mempunyai risiko yaitu dapat mengurangi
KASUS
Gadis umur 17 tahun telah mempunyai gejala selama
tiga bulan yaitu rasa sakit di sebelah bawah kanan
dan
9
disertai dengan sukarnya membuka mulut. Pasien mengira bahwa
hal itu berhubungan dengan kebiasaannya melakukanclenching.
Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pengurang
an kapasitas membuka mulut dan semua gerakan mandibula di
sertai dengan rasa sakit di daerah maseter kanan. Leng kung gigi atas lebih sempit dibandingkan dengan
bawah, ada
pergeseran ke lateral 1,5 mm dari garis tengah antara oklusi
sentrik dan posisi mandibula paling belakang. Perawatan
dimulai dengan pemasangan splint dan latihan
latihan. Hal ini mengurangi rasa sakit pada waktu
pergerakan
dan sedikit membantu gerakan membuka mulut. Tidak
memungkinkan menghilangkan gangguan dari bonjol
melalui
penggerindaan, karena sejumlah besar gigi harus digerinda.
Pilihan lain adalah dengan memperlebar lengkung gigi atas
dengan ekspansi yang dipasang pada garis tengah. Pelebaran
yang memakan waktu 5 bulan ini, menghilangkan pergeser an ke
lateral, sehingga menghasilkan hubungan antar bonjol yang
sesuai. Hal ini tetap stabil selama satu tahun setelah
retensi dihentikan dan berakhir dalam waktu enam bulan.
Semua gejala disfungsi pasien hilang selama ekspansi aktif.
Ruccal Cross Bite (Schissors Bite).
Gigi posterior dengan bukal cross bite dapat
nimbulkan gangguan bonjol (interference) selama gerakan
me-
10
meluncur. Upaya untuk menghilangkan gangguan ini
adalah
dengan penggerindaan yang berarti "extensive grinding".
Keterbatasan yang lain adalah tidak adanya oklusi stop
setelah penggerindaan dengan konsekuensi elongasi dan timbul
kembali gangguan. Pada kasus ini penghilangan gangguan
dengan pencabutan lebih disukai.
KASUS
Gadis usia 19 tahun hanya mempunyai gejala subyektif
yang ringan, tetapi ia tidak mampu menentukan posisi antar
bonjol yang sesuai, hal ini dianggap sebagai masalah. Ia
sadar
bahwa
ia
mempunyai
kebiasaan
mengerot-ngerot
pada
malam hari dan clenching pada siang hari.
Secara klinis ada sedikit rasa sakit pada palpasi
otot
temporal kanan dan otot pterygoid lateral. Ia
merasakan
sakit
yang
ringan
pada
kedua
sisi
dari
juga
wajah
selama pergerakan mandibula. Oklusinya adalah post normal
dan kekurangan tempat telah menggeser P bawah ke lingual
sehingga ada hubungan bukal cross bite antara P atas dan p
Bawah. P kiri atas miring ke bukal.
Latihan otot dapat menghilangkan kekenduran otot dan
rasa sakit dari pasien, tetapi ia terus mengeluh tentang
posisi antar bonjol yang tidak sesuai. Perawatan ortodonti
dilakukan
dengan
dengan
busur
ekspansi
labial.
lengkung
Secara
gigi
bersamaan
bawah
plat
ke
rahang
dipasang. Plat ini mempunyai bite plane anterior
sagital
atas
11
sehingga gigi posterior tidak beroklusi. Juga digunakan
busur labial untuk mendorong gigi P kiri atas ke lingual.
Setelah 13 bulan perawatan, cross bite hilang disertai
dengan
posisi
belakanq
yang
antar
bonjol
stabil.
dan
Pasien
posisi
merasa
mandibula
puas
paling
dengan
hasil
tersebut. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk merawat oklusi
post normal atau deep bite, karena dianggap tidak penting
untuk memperoleh oklusi yang sesuai.
D. Menegakkan Molar yang miring.
Kemiringan
ke
mesiolingual
dari
gigi
M2
atau
M3
setelah kehilangan M1 atau M2 sering menimbulkan gangguan
dan dapat mengakibatkan pembuatan jembatan menjadi sukar
atau
tidak
mungkin
dilakukan.
Kasus
ini
terdapat
pada
pasien berikut ini.
KASUS 6.
Laki-laki usia 34 tahun kehilangan M1 kiri bawah dan
ini menyebabkan M2 miring ke mesial. Pasien merasa adanya
penambahan
atrisi
gigi
posterior
kiri,
gigi-gigi
ini
lemah di pagi hari. Pada palpasi otot maseter kiri dan
kedua sendi temporomandibula agak sakit dan terdapat
krepitasi di kedua sendi ini. Tetapi interferensi
yang
12
Perawatan ortodontik
dilakukan
dengan
busur
labial
bawah dilengkapi dengan pemasangan per-per untuk menegakkan
gigi yang disolder pada band dari M1 kanan dan M 2 kiri yang
dipakai
selama
empat
bulan
dan
diikuti
oleh
bridge di kedua sisi rahang bawah dan mahkota
pemasangan
pada segmen
lateral rahang atas. Perawatan ortodontik ini menghilangkan
gangguan
oklusal,
menghilangkan
gejala-gejalanya
mempermudah dilakukannya perawatan protetik.
dan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan besar
menghilangkan
gangguan
dari
perawatan
bonjol
pada
ortodontik dalam
pasien
dewasa
dengan
gangguan fungsi pada sistem pengunyahan adalah tidak adanya
gigi
yang
harus
ortodontik
dicabut.
dipilih
bila
Oleh
karena
penggerindaan
itu,
dapat
perawatan
mengganggu
faktor estetik, contohnya :
1. Cross bite anterior.
2. Pengurangan permukaan oklusal secara besar-besaran.
3. Pasien dengan lebar lengkung rahang yang tidak sesuai.
Keuntungan lain dari pergerakan gigi ini adalah bawah gigi
dapat ditempatkan pada posisi tertentu sehingga kestabilan
oklusal
tercapai.
Gigi
yang
cros-bite,contohnya,dapat
dipindahkan ke posisi baru yang dapat membantu kestabilan
oklusal dari gigi-gigi secara keseluruhan dan tidak dapat
terjadi elongasi.
Kalau hanya dilakukan penggerindaan
mengganggu
elongasi
pada
di
interference.
dapat
keadaan
masa
yang
Keadaan
membantu
cross
bite
akan
lain
stabilitas
di
akan
datang
mana
oklusi
nada
gigi
mempunyai
dan
timbul
perawatan
gigi
yang
risiko
lagi
ortodontik
adalah
dengan
menegakkan gigi yang miring, memungkinkan pembuatan protesa
seperti pada Kasus 6.
13
BAB III
13
14
Metoda umum dalam memperbaiki ketidaksesuaian oklusal
pada
kasus-kasus
di
mana
penggerindaan
tidak
sesuai
dilakukan, yang sesuai adalah dengan pembuatan geligi tiruan
dengan
mahkota
atau
kurang
memuaskan,
jembatan.
karena
Perbaikan
alasan
estetik
secara
jika
protetik
dibandingkan
dengan gigi asli.
Perawatan ortodontik dan protetik kadang - kadang
mempunyai keuntungan bahwa perawatan ortodontik akan mempermudah rekonstruksi protetik dan protetik memecahkan
masalah retensi dan mengurangi waktu perawatan.
Kasus-kasus
perawatan
yang disajikan
ortodontik
pengunyahan.
Tipe
pada
pasien
perawatan
di
sini
dengan
ortodontik
adalah
contoh
gangguan
fungsi
yang
sederhana
pada beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang cukup
banyak
bahkan
pada
beberapa
kasus
suatu
keadaan
yang
dramatik bagi pasien. Gejala disfungsi mandibula mempunyai
banyak penyebab, termasuk faktor mental dan penyakit umum
yang dapat menambah ketidaksesuaian oklusal. Oleh karena
itu,
perawatan
ortodontik
tidak
dapat
diharapkan
untuk
berhasil pada semua pasien tetapi sebaiknya dipertimbangkan
alternatif
pasien.
lain
dari
bentuk-bentuk
terapi
pada
beberapa
DAFTAR PUSTAKA
1. Graber, T.M. : Orthodontics; Principle and Practice. 2nd
ed., Philadelphia & London, W.B. Saunders Co. ,1966 x +
922 h. (h. 59-6°, 165).
2. Ingervall, B. : Orthodontic Treatment in Adults with
Temporomandibular Dysfunction Symptome. J, of Ortho
dontic, 73 : 551-9, N0.5, May 1978.
in
3. Williamson, E.H. : Temporomandibular Dysfunction
Pretreatment Adolescent Patients. J, of Orthodontic
72 : 429-33, No-4, October 1977.
,