Gambaran Radiografi Gangguan Artikulasi Dari Sendi Temporomandibular

(1)

GAMBARAN RADIOGRAFI GANGGUAN ARTIKULASI DARI SENDI TEMPOROMANDIBULAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DANIEL A NAZAR NIM : 050600014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Radiologi Dental

Tahun 2009 Daniel Adriano Nazar

Gambaran radiografi gangguan artikulasi dari sendi temporomandibular. vi + 30 halaman

Gangguan artikulasi adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi. Pada hasil studi epidemiologi, lebih dari 75 persen orang dewasa memperlihatkan gejala Gangguan artikulasi seperti kliking dan bentuk yang abnormal dari mandibula pada saat dilakukan pemeriksaan secara klinis.

Kelainan pada sendi temporomandibula ini diantaranya adalah ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondiloideus, hipoplasia kondiloideus dan fraktur mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap kelainan berbeda, misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan mandibulanya, dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat beroklusi sempurna, pada hyperplasia dan hipoplasia kondiloideus penderita akan mengalami wajah yang asimetri, sedangkan fraktur mandibula biasanya penderita akan mengalami pembengkakan disekitar wajah jika faktor penyebabnya adalah trauma. Kondisi ini dapat langsung kita ketahui melalui pemeriksaan secara klinis, akan tetapi untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan pemeriksaan radiografi.

Gangguan artikulasi merupakan penyakit yang menimbulkan banyak gajala, namun diperkirakan jumlah penderitanya akan bertambah parah jika perawatan yang dilakukan tidak tepat. Apabila kelainan artikulasi dapat diketahui lebih awal maka perawatan akan lebih mudah sedangkan jika terlambat harus dilakukan tindakan yang lebih lanjut.


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun dengan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Ayahanda tercinta Kianto Nazar dan ibunda Veronica Tjandra atas segala doa dan dukungan baik berupa moral dan materi yang tidak akan terbalas, Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG selaku dosen pembimbing, Seluruh staf dan pengajar Radiologi Detal beserta pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Sahabat-sahabatku Nor Sheridah, Nor Azee Azwa, Henny Sutrisman, Hafiz kunap, Hanim, dan Pepenk serta seluruh rekan-rekan stabuk 2005.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya yang berupa skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 7 Oktober 2009 Penulis

(Daniel A Nazar) NIM : 050600014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……… iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA………. 3

2.1 Prosesus kondiloideus ……….. 3

2.2 Ligamen sendi temporomandibula ………. 5

2.3 Suplai darah pada sendi temporomandibula ……….. 6

2.4 Persarafan pada sendi temporomandibula ………. 7

BAB 3 FISIOLOGI PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA ……… 9

BAB 4 ARTICULAR DISORDERS 4.1 Ankilosis ……… 14

4.2 Dislokasi mandibula ……….. 16

4.3 Hyperplasia kondiloideus ……….. 19

4.4 Hypoplasia kondiloideus ……….. 20

4.5 Fraktur kondiloideus ………. 21

BAB 5 GAMBARAN RADIOGRAFI.……… 22

BAB 6 KESIMPULAN……… 27


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 a. Struktur sendi temporomandibula lateral view……… 4

b. Struktur sendi temporomandibula coronal view……….. 5

2 Ligamen sendi temporomandibula……….. 6

3 Persarafan sendi temporomandibula……… 7

4 Otot-otot pada mandibula……… 12

5 Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut………... 13

6 Rheumatoid arthritist. A, lateral cephalometric view ilustratic steep mandibular plane and anterior open bite. B, lateral tomogram illustrating a large erotion of the anteroposterior condylar head accompanied by the severe erotion of the temporal component including the articular eminence... 22

7 Ankilosis jaringan fibrosa pada kondiloideus mandibula ……….. 23

8 Ankilosis tulang pada kondiloideus……….. 23

9 Gambaran radiografi dislokasi mandibula……… 24

10 Hiperplasia kondiloideus……….. 25

11 Hipoplasia kondiloideus.………...……… 26

12 Hipoplasia kondiloideus.………...……… 26


(7)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Radiologi Dental

Tahun 2009 Daniel Adriano Nazar

Gambaran radiografi gangguan artikulasi dari sendi temporomandibular. vi + 30 halaman

Gangguan artikulasi adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi. Pada hasil studi epidemiologi, lebih dari 75 persen orang dewasa memperlihatkan gejala Gangguan artikulasi seperti kliking dan bentuk yang abnormal dari mandibula pada saat dilakukan pemeriksaan secara klinis.

Kelainan pada sendi temporomandibula ini diantaranya adalah ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondiloideus, hipoplasia kondiloideus dan fraktur mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap kelainan berbeda, misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan mandibulanya, dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat beroklusi sempurna, pada hyperplasia dan hipoplasia kondiloideus penderita akan mengalami wajah yang asimetri, sedangkan fraktur mandibula biasanya penderita akan mengalami pembengkakan disekitar wajah jika faktor penyebabnya adalah trauma. Kondisi ini dapat langsung kita ketahui melalui pemeriksaan secara klinis, akan tetapi untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan pemeriksaan radiografi.

Gangguan artikulasi merupakan penyakit yang menimbulkan banyak gajala, namun diperkirakan jumlah penderitanya akan bertambah parah jika perawatan yang dilakukan tidak tepat. Apabila kelainan artikulasi dapat diketahui lebih awal maka perawatan akan lebih mudah sedangkan jika terlambat harus


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

TMJ disorder adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat. Pada zaman modern ini dimana kita sudah memasuki era globalisasi, semakin banyak penyakit yang dihadapi para dokter gigi salah satu diantaranya yaitu TMJ disorder1.

Penyakit ini sering dijumpai pada sebagian besar orang dewasa, sepertiga orang dewasa melaporkan adanya satu atau lebih tanda-tanda dari gangguan pada daerah TMJ yang meliputi rasa sakit pada rahang, leher, sakit kepala dan bunyi kliking pada sendi mandibula. Beberapa dari orang yang memiliki tanda-tanda tersebut tidak menghiraukannya, tetapi beberapa pengobatan non invasive dapat mengurangi rasa sakit yang mereka derita. Terapi psikologi, dan relaksasi dapat berguna sebagai pengobatan pada penyakit ini. Tidak ada pengobatan secara khusus yang dilakukan kecuali jika penyakit yang diderita sudah menunjukkan gejala-gejala yang membahayakan, maka harus dilakukan tindakan pembedahan2.

Kelainan TMJ ada beberapa jenis yaitu diantaranya ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondilus, hipoplasia kondilus dan fraktur kondilus. Jika kita membandingkan antara gejala yang ditimbulkan dengan perawatan sampai harus diambil tindakan pembedahan maka seolah-olah penyakit ini terkesan sangatlah berbahaya. Untuk itu penulis akan mencoba untuk menguraikan apa etiologi, perawatan dan seberapa bahayakah penyakit ini sampai harus dilakukan tindakan pembedahan.


(9)

Pada akhirnya, tulisan ini diharapkan dapat membantu kita menjelaskan bagaimana cara kita membedakan penyakit TMJ dengan penyakit lainnya yang mungkin memiliki ciri-ciri dan tanda-tanda yang sama dengan penyakit ini, sehingga kita akan dapat berpikir secara kritis untuk lebih cepat dapat menangani penyakit ini.


(10)

BAB 2

ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA

Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh3:

1. Prosesus kondiloideus

2. Ligamen Sendi Temporomandibula

3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula

2.1. Prosesus kondiloideus

Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20mm medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior4.

Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus eksternus4,5.

Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus


(11)

mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular3,4.

Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel4.

Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus4.

a


(12)

b

Gambar 1b. Struktur Sendi Temporomandibula Coronal view 4.

2.2. Ligamen Sendi Temporomandibula

Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular5.

Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus3,6.

Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini


(13)

berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus dan kelenjar submandibularis3,6.

Gambar 2. Ligamen Sendi Temporomandibula3.

2.3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris merupakan cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis, berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula, kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa pterigoideus3.

Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan mulai dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga


(14)

metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan sinovial3.

2.4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya3,7.


(15)

BAB 3

FISIOLOGI PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA

Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka 2. Gerak menutup 3. Protrusi

4. Retusi 5. Gerak lateral

3.1 Gerak membuka

Sepert i sudah diperk irakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang


(16)

mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis8.

3.2 Gerak menutup

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus med ia lis. Caput mand ibu la akan t etap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengemba likan prosesus kondilo ideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan ya ng d ike luarkan otot pengunya ha n akan d it eruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung meng hila ngkan t ekanan dari caput mand ibu la pada saat otot-otot ini berko ntraksi, ya it u dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakt a bahwa sumbu rotasi mand ibu la akan me lint as d i sek it ar ramus, d i daerah manapun d i dekat orifisu m canalis mandibular. Wa laupun demik ia n masih diperdebatkan t entang


(17)

apakah a rt ic u la t io t e mp o ro ma nd ibu la me r u p a k a n sendi yang t ahan terhadap stres atau t idak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa art iku lasio ini langsung berperan dala m mekanisme stres8.

3.3 Protrusi

Pada kasus protrusi bilateral, kedua pro sesus ko ndilo ideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminens ia art ikular is dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini8.

3.4 Retrusi

Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot


(18)

akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang8.

3.5 Gerak lateral

Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8.

Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan


(19)

bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett8.

Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior8.


(20)

Gambar 5. Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut9


(21)

BAB 4

GANGGUAN ARTIKULASI

TMJ merupakan sendi sinovial, terdiri dari diskus artikularis yang memungkinkan bergerak sebagai engsel dan bergerak meluncur. Kombinasi gerakan yang kompleks ini memungkinkan untuk terjadinya rasa sakit pada saat mengunyah, menelan, dan berbicara. Permukaan artikulasi TMJ ditutupi oleh fibrous connective tissue. Struktur avaskular ini memiliki kemampuan yang kuat untuk menahan perubahan degenerasi dan regenerasi dibandingkan hyaline cartilage dari sendi sinovial.

Pada bab ini akan dibahas beberapa penyakit yang termasuk dalam articular disorders antara lain ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia dan hipoplasia kondiloideus, fraktur kondiloideus.

Ankilosis adalah penyatuan yang terjadi pada sendi tulang dan permukaan artikular sehingga menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk membuka mulut. Ankilosis juga merupakan immobilisasi atau fiksasi sendi akibat keadaan patologis yang dapat besifat intra kapsular atau ekstra kapsular10,11.

4.1. Ankilosis

4.1.1 Etiologi

Terdapat beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya ankilosis sendi temporomandibular yaitu11 :

a) Still’s disease dan artritis rheumatoid, penyakit oligartikular rheumatoid juvenile menyebabkan kerusakan sendi yang kronik dan deformitas serta pertumbuhan mandibula yang terbatas.


(22)

b) Infeksi pada sendi, arthritis septic dan arthritis tuberkulosa dapat menyebabkan ankilosis.

c) Trauma, fraktur pada kondiloideus merupakan penyebab utama terjadinya ankilosis, terutama fraktur pada leher kondiloideus.

d) Riwayat bedah sendi temporomandibula, reposisi diskus setelah dikoplasti menyebabkan diskus menjadi tipis untuk menahan tekanan fungsi normal sendi temporomandibula.

e) Trauma sewaktu lahir, menyebabkan ankilosis congenital dimana terjadi secara umum dan kasus kelahiran yang susah terutama sekali kelahiran dengan menggunakan forcep.

Gejala yang berhubungan dengan ankilosis sendi temporomandibula dapat dilihat dari aspek fungsi dan estetik. Beberapa gejala tersebut meliputi terbatasnya pergerakan rahang, fungsi pengunyahan berkurang, pembukaan mulut terbatas, menghambat pertumbuhan fasial, gangguan saat berbicara10,11.

Diagnosa penyakit sendi temporomandibula tergantung pada pemeriksaan klinis dan riwayat yang menyeluruh serta ketepatan interpretasi hasil radiografi.

4.1.2 Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis pasien dengan ankilosis temporomandibula dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya faktor oklusi, luas pergerakan mandibula juga dievaluasi pada tahap selanjutnya dan pergeseran lateral serta deviasi mandibula baik saat membuka mulut akan terlihat jelas10.


(23)

Dilakukan brisement force yaitu dimana rahang dibuka dengan paksa, setelah pasien dianastesi secara umum terlebih dahulu. Dapat juga dilakukan kondilektomi dan artroplasti, dimana akan memberikan hasil yang lebih memuaskan10,11.

Dislokasi mandibula adalah suatu gangguan yang sering ditemukan, dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi (bilateral) dan dapat bersifat akut, kronis atau long-standing serta kronis yang bersifat rekuren yang dikenal dengan dislokasi habitual1 ,11.

4.2. Dislokasi mandibula

4.2.1 Etiologi

Beberapa etiologi dislokasi mandibula yaitu1 :

1. Pasien yang mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondiloideus yang tidak berkembang dengan baik.

2. Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligamen yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali.

3. Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama.

4. Adanya riwayat trauma mandibula biasanya disertai dengan multiple trauma.

Dislokasi kronis rekuren berhubungan dengan kelemahan kapsular dan ligamen yang diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit degeneratif, hipermobiliti serta adanya trauma dan oklusal disharmoni akan menyebabkan spasme dari otot-otot maseter dan pterygoid lateralis. Problem emosional dan gangguan neurofisiologi


(24)

4.2.2 Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesa.

Dari anamnesa perlu diketahui riwayat apakah pasien sering merasa

tidak nyaman pada rahang setelah gerakan membuka mulut yang lebar,

misalnya saat berteriak. Keadaan ini kadang disertai dengan ketidakmampuan untuk menutup mulut serta adanya rasa sakit. Pada

anamnesa ini dapat pula diketahui apakah pasien mempunyai riwayat

benturan pada rahang yang tanpa disadarinya telah terjadi perubahan

posisi kondiloideus. Kecuali pada keadaan fraktur kondiloideus dan disertai dengan fraktur multiple, dimana penderita datang dengan tanda-tanda klinis adanya trauma pada wajah atau rahang. Hal yang perlu untuk diketahui apakah pasien sebelumnya pernah mengalami keadaan seperti ini yang merupakan suatu petunjuk kemungkinan adanya suatu dislokasi yang rekuren1,11.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah terjadinya bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral atau unilateral.

Pada dislokasi unilateral, mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih ke bawah posisinya, biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan serta dengan palpasi kelainannya terjadi disekitar sendi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan, sedangkan pada dislokasi bilateral pasien akan terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak jika ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan,

karena adanya hambatan mekanis biasanya spasme otot maseter bilateral


(25)

kondiloideus, akan menyebabkan mandibula meluncur ke depan, dan menyebabkan rasa sakit yang lebih hebat dibanding dengan dislokasi yang biasa1.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan adanya suatu dislokasi mandibula, dan menentukan apakah dislokasi ini merupakan dislokasi akut dan terjadi secara insidentil atau merupakan dislokasi kronis yang terlambat dilakukan reposisi. Dislokasi yang sering terjadi dengan frekuensi kejadian yang cukup tinggi yang disebut rekuren, pada penatalaksanaannya akan berbeda dengan dislokasi yang akut atau kronis1.

4.2.3 Perawatan

Perawatan dislokasi TMJ tergantung pada kejadian dislokasi, apakah bersifat akut atau kronis. Pada keadaan akut yang masih memungkinkan untuk dilakukan reposisi secara manual sebaiknya sesegera mungkin sebelum spasme otot bertambah dalam, sedangkan pada dislokasi yang kronis rekuren diperlukan prosedur pembedahan dan non bedah lainnya untuk menghindari redislokasi1,11.

Hyperplasia kondilus merupakan perkembangan yang abnormal dari prosesus kondiloideus yang membesar atau terkadang memiliki bentuk yang berbeda, kelainan ini mengakibatkan berubahnya bentuk dari fosa mengikut i bentuk kondiloideus.


(26)

4.3.1 Etiologinya

Dapat berupa terlalu aktifnya kerja dari cartilage atau persisten cartilaginous rest, yang mana dapat meningkatkan ketebalan seluruh lapisan cartilaginous dan precartilaginous. Kondisi ini biasanya terjadi secara unilateral dan dapat ikut dengan merubah derajat dari ipsilateral mandibula4.

4.3.2 Pemeriksaan klinis

Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria, dan biasanya dijumpai sebelum si penderita berumur 20 tahun. Kondisi ini dapat berhenti dengan sendirinya, tetapi pada beberapa kasus, pertumbuhannya dapat mencapai si penderita dewasa. Pasien yang mengalami hyperplasia kondiloideus secara klinis terlihat asimetri mandibula tergantung dari tingkat keparahan dari pembesaran kondiloideus tersebut. Dagu dari penderita dapat berdeviasi kearah yang berlawanan, atau dapat juga terjadi posisi dagu tidak berubah tetapi pertambahan pada vertikal dimensi dari ramus, prosesus alveolaris pada daerah tersebut. Efek dari pertumbuhan ini, akan mengalami open bite posterior pada bagian yang terkena hiperplasia. Pasien juga akan mengalami tanda-tanda yang berkaitan dengan disfungsi TMJ dan mengeluh terbatasnya kemampuan dari membuka mulut4,14.

4.3.3 Perawatan

Perawatan dilakukan dengan penggabungan dari bedah orthodonti dan orthognatic, idealnya dilakukan setelah kondilus tumbuh dengan sempurna. Jika dilakukan setelah pertumbuhan kondiloideus telah berhenti akan susah. Memperlambat pertumbuhan tulang dapat dilakukan dengan technetium bone scan, sangat berguna untuk menahan pertumbuhan dari kondilus4,14.


(27)

Hipoplasia kondiloideus merupakan gagalnya pertumbuhan dan perkembangan dari kondilus menjadi ukuran yang normal. Ukuran kondiloideus mengecil tetapi memiliki bentuk yang normal4.

4.4. Hipoplasia kondiloideus

4.4.1 Etiologi

Kondisi ini disebabkan oleh gangguan congenital ataupun penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut, dapat juga terjadi karena faktor keturunan. Beberapa kasus telah menunjukkan bahwa penyakit ini timbul karena cedera pada articular cartilage yang terjadi pada saat lahir4.

4.4.2 Pandangan klinis

Pasien dengan hipoplasia kondiloideus memiliki mandibula yang asimetri dan tanda-tanda dari disfungsi mandibula. Dagu biasanya berdeviasi kearah yang mengalami hipoplasia kondiloideus sedangkan mandibula juga akan ikut berdeviasi ke arah tersebut ketika melakukan pergerakan membuka dan menutup mulut2,13.

4.4.3 Perawatan

Bedah orthognatic, pencangkokan tulang dan terapi ortodonti sangat disarankan untuk penyakit ini4,14.

Fraktur-fraktur TMJ biasanya terjadi pada leher kondiloideus dan sering sekali diikuti oleh dislokasi dari kepala kondiloideus. Fraktur dapat digolongkan menurut lokasinya yaitu fraktur pada leher kondiloideus dan fraktur pada kepala kondiloideus, tetapi pada beberapa kasus dapat terkena keduanya4.


(28)

4.5.1 Etiologi

Fraktur pada kondiloideus paling sering disebabkan oleh trauma yang yang terjadi dari arah samping dan biasanya diikuti dengan fraktur mandibula4.

4.5.2 Pemeriksaan klinis

Pada fraktur unilateral, yang mana lebih sering terjadi dibandingkan dengan fraktur bilateral, dapat diikuti dengan retaknya mandibula pada sisi yang berlawanan. Pasien akan mengalami pembengkakan, rasa sakit, pergerakan mandibula yang terbatas, dan anterior open bite. Beberapa dari fraktur TMJ tidak menimbulkan tanda-tanda dan tidak diketahui pada saat trauma terjadi, sebaliknya ini akan dijumpai ketika akan mengambil foto untuk keperluan lainnya. Fraktur kondiloideus harus diperhatikan jika pasien memiliki riwayat trauma pada mandibula yang cukup keras4.

4.5.3 Perawatan

Perawatan tidak diindikasikan jika mobilitas dari mandibula tidak terganggu, jika mengganggu maka harus dilakukan tindakan operasi4.


(29)

BAB 5

GAMBARAN RADIOGRAFI

Untuk melengkapi pemeriksaan fisik pada penegakan diagnosa articular disorders maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya diantaranya pemeriksaan radiografi.

Hasil pemeriksaan radiografi ankilosis sendi temporomandibula menunjukkan adanya kehilangan bentuk sendi normal dengan penyatuan prosesus kondiloideus dan fosa glenoideus. Hal ini bervariasi dalam perluasannya tergantung pada keparahan ankilosis tersebut4.


(30)

22 22

Rheumatoid arthritist. B, lateral tomogram illustrating a large erotion of the anteroposterior condylar head accompanied by the severe erotion of

the temporal component including the articular eminence4.

Gambar 7. Ankilosis jaringan fibrosa pada kondiloideus mandibula12


(31)

Untuk melihat dislokasi mandibula, kita dapat melakukan beberapa teknik pengambilan foto radiografi. Diantaranya1:

5.2 Dislokasi mandibula

1. Foto roentgen konvensional mandibula. Dari gambaran bilateral

oblique, terlihat posisi berada di anterior eminensia artikularis.

2. Foto panoramik sangat akurat mendeteksi fraktur mandibula dan letak dislokasi.

3. Jika diperlukan dapat juga digunakan CT scan dan MRI yang dapat menunjukkan dislokasi namun tidak diindikasikan pada kasus-kasus sederhana. MRI khusus digunakan untuk melihat kelainan struktur TMJ pada kasus rasa sakit yang kronis pada rahang yang berhubungan dengan sindroma TMJ.


(32)

Kondiloideus dapat terlihat normal tetapi secara simetris membesar, atau dapat berubah pada bentuknya dan lebih radiopaque karena adanya tulang-tulang tambahan. Variasi dari bentuk kondiloideus yang mengalami hyperplasia ada yang memanjang pada bagian kepala dan ada juga pada leher kondiloideus2.

5.3 Hiperplasia kondiloideus

Gambar 10. Hiperplasia kondiloideus15

Struktur dan bentuk kondiloideus dapat terlihat normal tetapi ukurannya akan lebih kecil, fosa mandibula juga ikut mengecil. Ukuran dari leher kondiloideus dan prosesus koronoideus biasanya berukuran lebih kecil, pendek atau panjang pada beberapa kasus. Bagian tepi posterior dari ramus dan leher kondiloideus dapat mengalami inklinasi posterior. Ramus dan mandibula pada bagian yang mengalami hipoplasia mandibula dapat mengecil, dimana akan menghasilkan mandibula yang asimetri, crowded pada gigi, bergantung pada tingkat keparahan dari perkembangannya2.


(33)

Gambar 11. Hipoplasia kondiloideus15.

Gambar 12. Hipoplasia kondiloideus18

Pada beberapa fraktur kondiloideus, terlihat garis radiolusen terbatas pada outline dari leher kondiloideus. Garis ini dapat berubah ukuran lebarnya, tergantung pada kondisi fraktur yang masih menyatu atau sudah mengalami dislokasi. Jika tulangnya sudah overlap, suatu gambaran jelas terlihat lebih radiopak disamping


(34)

derajat pergeseran dari daerah yang mengalami fraktur. Fraktur dari kepala kondiloideus lebih jarang terjadi dan mungkin terjadi vertikal atau tipe compressive. Proyeksi radiografi multiple right-angle dari lateral, frontal merupakan cara untuk mendeteksi fraktur dan menentukan retakan yang berpindah. CT juga merupakan cara yang akurat untuk mendeteksi fraktur kondiloideus2.


(35)

BAB 6 KESIMPULAN

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gangguan artikulasi ini, beberapa diantaranya adalah trauma dan kongenital.

Pada kelainan artikulasi seperti ankilosis, dislokasi mandibula dan fraktur kondiloideus etiologi penyebab salah satunya adalah trauma, sedangkan pada hiperplasia dan hipoplasia kondiloideus penyebabnya adalah kelainan kongenital. Penanganan pasien dengan tanda-tanda gagguan artikulasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran sesuai dengan penyebabnya agar tidak berubah kearah yang lebih lanjut, untuk itu dokter dan dokter gigi harus dapat mengetahui gejala pasien yang mengalami gangguan artikulasi. Penyakit ini tidak memiliki gejala yang spesifik sampai-sampai terkadang dokter maupun dokter gigi tidak dapat membedakannya. Gajala yang ditimbulkan sama dengan penyakit lainnya misalnya seperti sakit kepala, untuk orang awam mereka akan mengira kalau itu merupakan sakit kepala biasa, tetapi kita selaku para ahli di bidang kesehatan harus dapat membedakan mana yang merupakan gejala dari gangguan artikulasi dan mana yang merupakan sakit kepala biasa. Kelainan pada gangguan artikulasi dapat didiagnosa dengan pemeriksaan klinis dan didukung oleh pemeriksaan radiografi


(36)

DAFTAR RUJUKAN

1. Moh. Gazali, Alwin Kasim. Dislokasi mandibula kearah anterior. Jurnal kedokteran gigi edisi khusus KOMIT KG-2004.

2. Buescher J J. Temporomandibular joint disorder. American family physician, 2007: 76 (10): 1477-82.

3. Norton N S. Temporomandibular joint. In: Netter’s head and neck anatomy for dentistry. Nebraska: Saunders Elsevier, 2007: 256-65.

4. Petrikowski C G. Diagnostic Imaging of the temporomandibular joint. In: White S C, Pharoah M. Oral radiology: Principles and interpretation, 4th ed. London: Mosby Elsevier, 2009: 480-82, 93, 98-500.

5. Piper M A. Ligaments.

2009)

6. Coulthart P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. London: Churchill livingstones, 2003: 233-35.

7. Short M J. Head, neck and dental anatomy. 3rd ed. Australia: Thomson, 2002: 226-28.

8. Dixon A D. Anatomi untuk kedokteran gigi. 5th ed. Alih bahasa. Lilian yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1993: 350-51.

9. Anonymous. < http://www.kinghousedentalgroup.com/> (19 maret 2009). 10.Okeson J P. Management of temporomandibula disorders and occlusion. 6th ed

. Amerika Serikat: Mosby Inc, 2008: 425-28.

11.Tjiptono T R, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut. 6th ed. Medan: 1989: 224-28.


(37)

12.Anonymous.

13.Anonymous.

14.Metha N R. Condylar hyperplasia and hypoplasia. <www.merck.com> (7 maret 2009).

15.Whaite E. essential of dental radiography and radiology. 3rd ed. London: Churchill livingstone; 2007: 388.

16.Anonymous.

17.Anonymous.

18.Anonymous.<http://www.mcmaster.ca/inabis98/surgeryortho/garcia_cantera0 169/2j.jpg>(31 oktober 2009)


(1)

Kondiloideus dapat terlihat normal tetapi secara simetris membesar, atau dapat berubah pada bentuknya dan lebih radiopaque karena adanya tulang-tulang tambahan. Variasi dari bentuk kondiloideus yang mengalami hyperplasia ada yang memanjang pada bagian kepala dan ada juga pada leher kondiloideus2.

5.3 Hiperplasia kondiloideus

Gambar 10. Hiperplasia kondiloideus15

Struktur dan bentuk kondiloideus dapat terlihat normal tetapi ukurannya akan lebih kecil, fosa mandibula juga ikut mengecil. Ukuran dari leher kondiloideus dan prosesus koronoideus biasanya berukuran lebih kecil, pendek atau panjang pada beberapa kasus. Bagian tepi posterior dari ramus dan leher kondiloideus dapat mengalami inklinasi posterior. Ramus dan mandibula pada bagian yang mengalami hipoplasia mandibula dapat mengecil, dimana akan menghasilkan mandibula yang asimetri, crowded pada gigi, bergantung pada tingkat keparahan dari perkembangannya2.

5.4 Hipoplasia kondiloideus


(2)

Gambar 11. Hipoplasia kondiloideus15.

Gambar 12. Hipoplasia kondiloideus18

Pada beberapa fraktur kondiloideus, terlihat garis radiolusen terbatas pada outline dari leher kondiloideus. Garis ini dapat berubah ukuran lebarnya, tergantung pada kondisi fraktur yang masih menyatu atau sudah mengalami dislokasi. Jika tulangnya sudah overlap, suatu gambaran jelas terlihat lebih radiopak disamping garis radiolusen. Juga pada batas cortical tampak bentuk yang irregular. Hampir 60% dari fraktur kondiloideus memperlihatkan sudut-sudut tanda pecahan dan beberapa


(3)

derajat pergeseran dari daerah yang mengalami fraktur. Fraktur dari kepala kondiloideus lebih jarang terjadi dan mungkin terjadi vertikal atau tipe compressive. Proyeksi radiografi multiple right-angle dari lateral, frontal merupakan cara untuk mendeteksi fraktur dan menentukan retakan yang berpindah. CT juga merupakan cara yang akurat untuk mendeteksi fraktur kondiloideus2.

Gambar 13. Gambaran radiografi fraktur kondiloideus16


(4)

BAB 6 KESIMPULAN

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gangguan artikulasi ini, beberapa diantaranya adalah trauma dan kongenital.

Pada kelainan artikulasi seperti ankilosis, dislokasi mandibula dan fraktur kondiloideus etiologi penyebab salah satunya adalah trauma, sedangkan pada hiperplasia dan hipoplasia kondiloideus penyebabnya adalah kelainan kongenital. Penanganan pasien dengan tanda-tanda gagguan artikulasi harus dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran sesuai dengan penyebabnya agar tidak berubah kearah yang lebih lanjut, untuk itu dokter dan dokter gigi harus dapat mengetahui gejala pasien yang mengalami gangguan artikulasi. Penyakit ini tidak memiliki gejala yang spesifik sampai-sampai terkadang dokter maupun dokter gigi tidak dapat membedakannya. Gajala yang ditimbulkan sama dengan penyakit lainnya misalnya seperti sakit kepala, untuk orang awam mereka akan mengira kalau itu merupakan sakit kepala biasa, tetapi kita selaku para ahli di bidang kesehatan harus dapat membedakan mana yang merupakan gejala dari gangguan artikulasi dan mana yang merupakan sakit kepala biasa. Kelainan pada gangguan artikulasi dapat didiagnosa dengan pemeriksaan klinis dan didukung oleh pemeriksaan radiografi


(5)

DAFTAR RUJUKAN

1. Moh. Gazali, Alwin Kasim. Dislokasi mandibula kearah anterior. Jurnal kedokteran gigi edisi khusus KOMIT KG-2004.

2. Buescher J J. Temporomandibular joint disorder. American family physician, 2007: 76 (10): 1477-82.

3. Norton N S. Temporomandibular joint. In: Netter’s head and neck anatomy for dentistry. Nebraska: Saunders Elsevier, 2007: 256-65.

4. Petrikowski C G. Diagnostic Imaging of the temporomandibular joint. In: White S C, Pharoah M. Oral radiology: Principles and interpretation, 4th ed. London: Mosby Elsevier, 2009: 480-82, 93, 98-500.

5. Piper M A. Ligaments.

2009)

6. Coulthart P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. London: Churchill livingstones, 2003: 233-35.

7. Short M J. Head, neck and dental anatomy. 3rd ed. Australia: Thomson, 2002: 226-28.

8. Dixon A D. Anatomi untuk kedokteran gigi. 5th ed. Alih bahasa. Lilian yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1993: 350-51.

9. Anonymous. < http://www.kinghousedentalgroup.com/> (19 maret 2009). 10.Okeson J P. Management of temporomandibula disorders and occlusion. 6th ed

. Amerika Serikat: Mosby Inc, 2008: 425-28.

11.Tjiptono T R, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut. 6th ed. Medan: 1989: 224-28.


(6)

12.Anonymous.

13.Anonymous.

14.Metha N R. Condylar hyperplasia and hypoplasia. <www.merck.com> (7 maret 2009).

15.Whaite E. essential of dental radiography and radiology. 3rd ed. London: Churchill livingstone; 2007: 388.

16.Anonymous.

17.Anonymous.

18.Anonymous.<http://www.mcmaster.ca/inabis98/surgeryortho/garcia_cantera0 169/2j.jpg>(31 oktober 2009)