KPK Pascapemberhentian (Sementara) Antasari.

.

123
17

18

o Jan

4
19

0

o Selasa

Senin

Peb

5

20

:) Mar

~ibun
Jabar
o
0
Rabu

6
21

7
22

o Apr __~_~~

0


8
23

Kamis
9

10
24

Jumat

0

11

12

25

26


Q!.!!_~ Q_!.~' Q~~:

Sabtu

0

13
27

Minggu
14

28

15
29

30


1631

D

9 Sep _9 Okt 0 Nov Oo'e.s

KPI( Pascapemberhentian'
.
(Semen tara)
tasan
referat

I

SUHARIZAL

I

SH MH


Mahasiswa Program
Doktor (83) Hukum
Ketatanegaraan
Universitas
Padjadjaran

Bandung

SETELAH status Ketua KPK
Antasari Azhar ditingkatkan
menjadi tersangka dalam kasus
pembunuhan Direktur PT Putra
Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin
Zulkamaen, yang terjadi di
Tangerang pada 14 Maret 2009,
Presiden SBY mengeluarkan
Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor Nomor 37/P Tahun 2009
Tanggal 7 Mei 2009tentang
pemberhentian sementara

Antasari sebagai ketua KPK.
Paling tidak, ada tiga dasar
dikeluarkannya keppres tersebut.
Pertama, Pasal 32 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2002 tentang KPK, yang mengatur
apabila pimpinan KPK sudah
ditetapkan sebagai tersangka suatu
tindak pidana kejahatan, maka akan
diberhentikan sementara dari
jabatannya melalui Keputusan
Presiden. Kedua, surat dari Kapolrl
yang menegaskan status Antasari
sebagai tersangka. Ketiga, surat
pimpinan KPK yang salah satunya
meminta pemberhentian sementara.
Pemberhentian sementara Antasari
berlaku hingga statusnya berubah
jadi terdakwa. Bila statusnya jadi
terdakwa, sesuai dengan UU KPK,
Antasari akan diberhentikan total

sebagai ketua KPK.
Status Antasari yang sudah
nonaktif sebagai Ketua KPK
menyisakan perdebatan dan
polemik menyangkut mekanisme
pengarnbilan keputusan bila
pimpinan dijabat oleh empat orang
saja. Bagian penjelasan umum UU
KPK menyatakan, "Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi
terdiri dari 5 (lima) orang yang
.merangkap sebagai anggot~anJL

semuanya adalah pejabat negara."
Dengan formasi genap seperti
ini, kemungkinan keputusan tidak
dapat diambil barangkali akan
terbuka lebar. Lalu, apakah
keputusan yang diambil oleh
empat orang anggota KPK dapat

dinilai cacat hukum?
Menarik bila kita cermati rapat
kerja Komisi ill DPR dengan KPK
yang berIangsung Kamis (8/5).
Mayoritas anggota Komisi ill DPR
menilai, pimpinan.KPK yang
tinggal empat orang itu sudah
tidak punya kewenangan lagi
untuk mengeluarkan keputusan.
Alasannya, sesuai dengan UU

2002 yang menyatakan bahwa
setiap keputusan KPK hams
disetujui secara bersama semua
pimpinan KPK, yang diatur
jurnlahnya lima orang. KPK baru
bisa kembali beroperasi secara
normal setelah ada pengganti
Antasari, hingga jurnlah pirnpinan
mencapai lima orang.

Penilaian dari Komisi ill DPR RI
menyangkut keharusan adanya
pengisian ketua KPK di saat
Antasari barn berstatus tersangka,
cenderung represif, tidak memiliki
pijakan yang jelas, dan dapat
merupakan penafsiran yang bisa
menyesatkan publik. Berdasarkan

KPK, kepemimpinan KPK bersifat
kolegial yang terdiri atas lima
orang. Berkembang kuat penda'pat dari anggota dewan, untuk
semen tara waktu KPK berhenti
dulu dari kewenangannya untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan kasuskasus korupsi.
Lebih jauh Komisi ill DPR RI
berpendapat apabila pimpinan
KPK yang tersisa masih menjalankan kewenangannya tersebut,
sangat berpotensi menjadi
pQlemik. Bahkan, tidak ~ertutup

kemungkinan keputusan KPK
dianulir bila ada pihak-pihak lain
yang mengajukan gugatan.
Pendapat ini berdasar ketentuan
Pasal21 Ayat (5) UU No 30 Tahun

Pasal21 Ayat (6) UU KPK, penanggung jawab tertinggi di KPK adalah
pimpinan KPK. Oleh karenanya,
semua pimpinan punya kedudukan
yang sarna. Tanpa seorang ketua
pun, keputusan pimpinan KPK
tetap legitimate karena mengacu
kepada Pasal21 Ayat (5) UU KPK
pimpinan KPK bekerja secara
kolektif. Penjelasan pasal itu
menyatakan yang dimaksud
dengan "bekerja secara kolektif"
adalah bahwa setiap pengarnbilan
keputusan harus disetujui dan
diputuskan secara bersarna-sama

oleh pimpinan KPK.
Sesungguhnya, kesepakatan
empat komisioner yang untuk
sementara secara bersama-sama
men2:2:antikan tugas Antasari

K lip i n 9 Hum Q.. Un p Qd 2009---------------

-

sebagai pimpinan PK harus
diapresiasi sebagai langkah maju
yang menegaskan bahwa meskipun Antasari menjabat ketua
KPK, masyarakat luas harus
disadarkan bahwa KPK tidak sama
dengan Antasari. Antasari bukanlah personIDkasi KPK. Antasari
jelas tidak sarna dengan KPK.
PerIu dipahamiJ