BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(1)

commit to user

BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penyusun :

TRIYATNO WISNU HARJONO D 1206569

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. Mursito BM, SU) (Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D)


(3)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

1. Ketua : Drs. Adolfo Eko S.,

M.Si ( )

NIP. 195 80617 198702 1001

2. Sekretaris : Dra.

Indah Budi R, SE, M.Hum ( )

NIP. 195 80317 199010 2001

3. Penguji I : Drs.

Mursito BM, SU ( )

NIP. 195 00926 198503 1001

4. Penguji II : Sri

Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )

NIP. 197 10217 199802 1001

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta


(4)

commit to user

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 195 30128 198103 1001

MOTTO

S K R I P S I tak akan selesai

jika kau hanya mampu menuliskan huruf S

“The mass media may not successful in telling us what to think, but they are stunningly successful in telling us what think about”

( Bernard Cohen )

I don’t follow you …


(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Karya ini saya persembahkan untuk ….

Keluargaku, orang tua dan saudara yang selalu ada dalam hidupku untuk selalu memberikan yang terbaik.


(6)

commit to user

yang selalu memberikan pengalaman baru dalam hidupku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada penulis, karena dengan skripsi ini penulis bisa mempunyai kesempatan belajar dalam berbagai hal dari banyak pihak. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dibalik penyusunan Skripsi ini terdapat banyak orang – orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing


(7)

commit to user

2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,

arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

3. Bapak Ibu petugas perpustakaan, terima kasih atas kesempatan dan

kerjasamanya untuk meminjam buku selama penulis menyusun skripsi.

4. Para responden yaitu mahasiswa Anggota BEM Hukum UNS, terima kasih

karena bersedia meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan penulis. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, November 2010


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10


(9)

commit to user

1.Konsep Komunikasi Massa ... 10

2.Fungsi Komunikasi Massa ... 15

3.Efek Komunikasi Massa ... 17

4.Surat Kabar ... 22

5.Persepsi ... 26

6.Citra ... 31

F. Diagram Variabel Penelitian ... 37

G. Hipotesis ... ... 38

H. Definisi Konsepsional dan Operasional ... 1.Definisi Konsepsional ... 38

2.Definisi Operasional ... 39

I. Metodologi Penelitian ... 52

1. Tipe dan Jenis Penelitian ... 52

2. Lokasi Penelitian ... 53

3. Populasi dan Sampel ... 53

4. Jenis Data ... 54

5. Teknik Pengumpulan Data ... 54

6. Analisis Data ... 54

BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas 55 1.Sejarah Sejarah Surat Kabar Harian Kompas... 55

2.Oplah dan Sirkulasi Kompas... 59

3.Kebijakan Redaksional ... 61


(10)

commit to user

5.Wartawan Kompas ... 65

6.Idealisme Kompas ... 67

B. Deskripsi Berita Antasari Azhar 68 C. Karakteristik Responden 70 1.Sejarah Fakultas Hukum UNS ... 70

2.Visi, Misi Dan Tujuan ... 71

3.Unsur Kemahasiswaan ... 73

1. Dewan Mahasiswa (Dema) ... 73

2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ... 74

3. Himpunan Mahasiswa ProgramNonReguler (HIMANONREG) 77 4. Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) ... 78

BAB III PENYAJIAN DATA A. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas 82 1.Frekwensi Responden ... 83

2.Tingkat Perhatian Responden ... 84

3.Tingkat Intensitas Responden …... 86

4.Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden ... 87

5.Motivasi Responden …... 88

6.Berita Antasari membantu pergaulan ... 89

7.Minat Membaca Berita ... 91

8.Motivasi Membaca Berita Antasari di Kompas... 92

9.Motivasi menulis opini ... 93

10.Minat Diskusi dengan orang lain tentang Antasari ………. 95 B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Citra KPK


(11)

commit to user

1.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan

Landasan Peraturan Perundang-undangan

99

2.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang memegang asas kepatutan dalam menangkap koruptor

100

3.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang adil dalam memberantas

korupsi

101

4.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi yang benar terhadap masyarakat

102

5.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat

104

6.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak diskriminatif

105

7.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

bertanggungjawab atas setiap kegiatannya

106

8.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang

107

9.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

mendahulukan kesejahteraan umum

108

10.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

aspiratif

109

11.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

akomodatif

110

12.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

selektif


(12)

commit to user

13.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan

Landasan Peraturan Perundang-undangan

113

C. Faktor-faktor Eksternal 117

1. Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan... ... 117 2. Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan... 119 3. Media Lain Yang Dijadikan Sumber... ... 120

BAB V ANALISIS DATA 124

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 128 B. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN


(13)

commit to user

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Persepsi 29

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra 34


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001 60

Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003 61

Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas 83

Tabel 3.2 Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di Kompas

85

Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di Kompas

86

Tabel 3.4 Waktu Luang Responden Dalam Membaca Berita Antasari

di Kompas

88

Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di Kompas

89

Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan Teman-teman BEM

90

Tabel 3.7 Berita Antasari di Kompas Memberikan Kesenangan dan Hiburan

92

Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas 93

Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK 94

Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain 95

Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari 97 Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum

Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan Perundang-undangan


(15)

commit to user

Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam Menangkap Koruptor

101

Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi

102

Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat

103

Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan Informasi Secara Jujur Terhadap Masyarakat

104

Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Menjalankan Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif

105

Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas Setiap Kegiatannya

106

Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang

107

Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum

108

Tabel 3.21 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif


(16)

commit to user

Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif

111

Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selektif

112

Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi

113

Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK 115

Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan 118

Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan 119

Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain 120

Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal 122

Tabel 4.1 Tabulasi Silang Variabel X dan Y 125


(17)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 2

Gambar 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat

Pendidikan 2008

3

Gambar 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 3

Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan 69


(18)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar Lampiran 2 Tabel skor Item Pertanyaan Persepsi Terhadap Citra Kpk Lampiran 3 Tabel skor Item Pertanyaan Faktor-Faktor Eksternal Lampiran 4 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable X Lampiran 5 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Y Lampiran 6 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Z Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari BEM

Lampiran 9 Berita Kompas 1 Mei 2009

Lampiran 10 Berita Kompas 2 Mei 2009

Lampiran 11 Berita Kompas 4 Mei 2009

Lampiran 12 Berita Kompas 5 Mei 2009

Lampiran 13 Berita Kompas 6 Mei 2009

Lampiran 14 Berita Kompas 7 Mei 2009

Lampiran 15 Berita Kompas 8 Mei 2009

Lampiran 16 Berita Kompas 9 Mei 2009

Lampiran 17 Berita Kompas 10 Mei 2009

Lampiran 18 Berita Kompas 11 Mei 2009

Lampiran 19 Berita Kompas 12 Mei 2009

Lampiran 20 Berita Kompas 14 Mei 2009

Lampiran 21 Berita Kompas 15 Mei 2009


(19)

commit to user

Lampiran 23 Berita Kompas 17 Mei 2009

Lampiran 24 Berita Kompas 18 Mei 2009

Lampiran 25 Berita Kompas 20 Mei 2009

Lampiran 26 Berita Kompas 23 Mei 2009

Lampiran 27 Berita Kompas 24 Mei 2009

Lampiran 28 Berita Kompas 26 Mei 2009

Lampiran 29 Berita Kompas 2 Juni 2009 Lampiran 30 Berita Kompas 12 Juni 2009 Lampiran 31 Berita Kompas 23 Juni 2009 Lampiran 32 Berita Kompas 26 Juni 2009 Lampiran 33 Kuesioner Penelitian


(20)

commit to user

ABSTRAK

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berawal dari Antasari Azhar yang terjebak kasus pembunuhan, pemberitaan tentang Antasari bisa merubah persepsi tentang tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab KPK. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan yang lebar antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas KPK dengan Citra KPK dalam pemberitaan media.

Surat kabar merupakan media yang menyediakan informasi secara lengkap dibandingkan media lainnya. Pembahasan-pembahasan berita secara tajam dan ide-ide menarik selalu ditulis di surat kabar. Berita Antasari merupakan salah satu berita yang menarik dan hangat karena mengguncang tubuh KPK ditampilkan sebanyak 24 kali menjadi berita utama oleh Surat Kabar Harian Kompas, yang didalamnya memberitakan tentang Kasus Antasari Azhar yang terlibat kasus pembunuhan, biografi Antasari dalam menangani berbagai kasus hukum koruptor dan juga informasi mengenai KPK sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah persepsi mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas tentang berita antasari bulan mei - juni 2009.

Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah

dirumuskan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini merupakan jumlah

keseluruhan mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum yang masih aktif di BEM Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret dan membaca Kompas tentang berita Antasari. Dalam penelitian yang menggunakan tehnik sensus ini ditemukan responden sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk uji analisis digunakan rumus korelasi tabulasi silang.

Dari hasil pengujian tabulasi silang, menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara penggunaan surat kabar harian Kompas dengan persepsi

mahasiswa terhadap citra KPK. serta menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.


(21)

commit to user

ABSTRACT

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) ANTASARI NEWS IN KOMPAS AND THE IMAGE OF KPK (Correlation studies between the use of Antasari News in Kompas Daily Newspaper In May-June 2009 With BEM Member Perceptions of Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta againts of KPK Images) Surakarta, 2010.

Criminalization of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) began with the Antasari Azhar who stuck a murder case, the preaching of the Antasari can change perceptions about the task, status, organization, powers and responsibilities of the KPK. This can cause a wide gap between the demands and expectations of the quality of the image KPK KPK in the news media.

The newspaper is a media that provides complete information than other media. Discussions sharply news and interesting ideas are always written in the newspaper. News Antasari is one of the interesting news and shake your body warm because the KPK is shown as much as 24 times the headlines by the newspaper Kompas in which, in preaching about Antasari Azhar case involved a murder case, biography Antasari in handling various cases of corrupt law and also information about our Commission as guidance as and protector of society. The purpose of this study is to describe student perceptions of member Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faculty of Law University of Sebelas Maret surakarta on the image of the KPK after using the daily newspaper Kompas on news Antasari in May - June 2009

This study uses an explanatory type of research that describes the relationship between variables by testing the hypothesis that has been previously formulated. Respondents in this study represents the total number of student members of BEM Faculty of Law which is still active in the BEM Faculty of Law, Sebelas Maret University and read about the news Antasari. In a study using the technique of this censusas many as 40 people found the respondent. While the analysis used to test cross-tabulation correlation formula

From the cross tabulation test results, showed a significant relationship between use of the Kompas daily newspaper with students' perceptions on the image of KPK. and showed a significant relationship between external factors that include social groups and other mass media's role in students' perceptions on the image of the KPK after using Antasari news in Kompas.


(22)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia komunikasi massa berkembang sangat pesat dewasa ini, dan telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sosial manusia. Komunikasi secara tatap muka langsung sekarang menjadi hal yang sangat langka dan orang telah beralih berkomunikasi jarak jauh dengan sebuah alat yang berupa internet. Hal ini dilandasi oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi yang menjadikan perkembangan industri lebih berbasis pada pengetahuan dan keahlian, menuntut seluruh pihak untuk mampu dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

Teknologi komunikasi saat ini memang mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan menyampaikan pesan komunikasi, tetapi kedalaman memahami informasi masih menjadi suatu kelemahan. Surat Kabar merupakan salah satu media komunikasi yang bisa menutup kelemahan tersebut. Sebab dalam surat kabar informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.

Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang masih bisa bertahan di tengah maraknya gempuran media elektronik. Kompas adalah surat kabar nasional yang terbit di Jakarta dan beredar di semua propinsi di Indonesia. Dengan jangkauan peredaran yang paling luas, dimana Kompas terdistribusikan di 33 propinsi di Indonesia. Kompas mengawali penerbitannya


(23)

commit to user

pada tanggal 28 Juni 1965 . Menurut data angket Kompas 2008, sirkulasi Kompas rata-rata adalah 507.000 seluruh wilayah Indonesia. Sirkulasi tersebut dibagi per wilayah yang terdiri dari Jakarta (44,2%), Bogor Tangerang Bekasi (19,1%), Jawa Barat (7,3%), Jawa (16,4%), seluruh Indonesia (13%).

Masih menurut data angket Kompas tahun 2008, Kebiasaan konsumen dalam membeli surat kabar harian Kompas adalah dengan cara berlangganan tercatat 70% dan sisanya 30% mempunyai kebiasaan membeli dengan eceran. Sedangkan pembaca utama Kompas menurut jenis kelamin, Kompas lebih banyak dibaca oleh kaum pria sekitar 75% dan kaum wanita hanya 25%. Untuk tingkat pendidikan Kompas lebih banyak dibaca oleh orang yang berpendidikan sarjana, dan Kompas merupakan surat kabar yang banyak dibaca oleh golongan ekonomi masyarakat menengah ke atas. Adapun usia pembaca Surat Kabar Harian Kompas paling banyak adalah usia 25-29 tahun sekitar 15% dan untuk usia mahasiswa 20-24 tahun tercatat sekitar 13%. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional.

Gb. 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)


(24)

commit to user

Gb. 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat Pendidikan 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Gb. 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Data diatas melatarbelakangi peneliti mengapa memilih media Kompas sebagai subyek penelitian. Disamping itu Kompas dalam penyajian beritanya sangat mementingkan aktualitas berita. Dan Kompas memiliki khalayak pembaca hampir seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu musuh Negara yang paling ditakuti adalah korupsi. Menurut catatan Jon S.T. Quah, Ph.D. (4:2009) Indonesia merupakan Negara nomor 5 terkorup di Asia. Korupsi bukan hanya menghancurkan perekonomian Negara, korupsi juga merusak tatanan kehidupan, lembaga-lembaga Negara, stabilitas dan


(25)

commit to user

keamanan masyarakat, keadilan, hukum, nilai-nilai demokrasi serta mengacaukan pembangunan. Dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 2, Juli 2009 dengan judul Relasi Antara Korupsi Dan Kekuasaan ditulis oleh H.M. Arsyad Sanusi sependapat dengan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19. Dengan adagium-nya yang terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt

absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut

cenderung korup secara absolut). Jadi tidak mengherankan bila korupsi merupakan berita nasional yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Terbukti harian Kompas selalu menempatkan berita Korupsi sebagai berita utama di halaman pertama sewaktu penangkapan para koruptor besar negeri ini gencar dilakukan oleh lembaga yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut catatan Ethan S. Burger, Mary S. Holland (2006) Bank Dunia  memperkirakan biaya global korupsi mencapai $ 1.000.000.000.000 per tahun Indonesia menekan lewat KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar dengan menunjukkan kemampuan dan keteguhan dalam memberantas korupsi. Pria kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953 ini berhasil menunjukkan KPK sebagai lembaga yang independen, terbukti ia mampu menyeret Aulia Pohan, besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke meja hijau yang diduga terlibat dalam kasus penyimpangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI). Tindakannya ini banyak mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.

Namun, di balik kehebatan Antasari Azhar membongkar kasus korupsi ia juga diduga terlibat dalam penembakan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT. Putra


(26)

commit to user

Rajawali Banjaran (PRB). Bahkan sekarang ia sudah menjadi tersangka atas pembunuhan tersebut. Dalam peristiwa tersebut tidak ada yang tahu pasti apakah dia benar-benar dalang pembunuhan Zulkarnaen atau hanya rekayasa Politik untuk menggulingkan Antasari Azhar.

“KPK Tunggu Surat Polisi” Antasari dan Tersangka Lain Terancam Hukuman Mati. JAKARTA, KOMPAS – Komisi Pemberantasan Korupsi menunggu surat pemberitahuan resmi dari kepolisian terkait dengan penetapan status tersangka kepada Antasari Azhar. Itu akan dipakai sebagai dasar KPK mengajukan surat pemberhentian sementara Antasari dari jabatannya di KPK kepada Presiden.

Sumber : Harian Kompas, Selasa 5 Mei 2009.

Berbagai dugaan motif sebagai latar belakang tindakan sadis itu merebak, selain dugaan cinta segitiga antara Nasrudin, Rani Juliani, dan ketua KPK non aktif Antasari Azhar. Ada juga dugaan bahwa Antasari sedang menangani kasus korupsi besar yang melibatkan pejabat Negara hingga operasi intelijen pun digunakan untuk membungkam Antasari. Apakah berita diatas merupakan fakta atau hanya bahasa media? Menurut mursito BM dalam Jurnal Komunikasi Massa Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Konstruksi

Realitas dalam (Bahasa) Media mengatakan bahwa Media Massa menggunakan

bahasa terutama untuk mengkonstruksi realitas. Realitas empirik dikonstruksi menjadi realitas simbolik, lebih khusus lagi, menjadi realitas media. Jadi realitas empiris seperti apa sebenarnya kisah Antasari tersebut.

Opini seperti itu terus berkembang di kalangan mahasiswa, salah satu contohnya adalah Mona, seorang mahasiswi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, menurut Mona peristiwa ini merupakan sebuah teror oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab terhadap


(27)

commit to user

Antasari yang telah membuat para koruptor kalang kabut. Seakan tidak mau kalah dengan Mona, anggota BEM yang lain bernama Johan berpendapat bahwa Antasari Azhar benar-benar terlibat pembunuhan Nasrudin dan cinta segi tiga sebab buktinya dia ditangkap. Opini lain yang berkembang di kalangan Anggota BEM setelah Antasari tertangkap adalah pertanyaan tentang masa depan KPK selanjutnya. Apa yang akan terjadi jika KPK ditinggalkan Antasari. Akankah KPK tetap menjadi lembaga pembasmi korupsi yang kuat seperti yang dikomandoi Antasari?

Mahasiswa mencoba memberikan komentar atau interpretasi yang membantu pemahaman makna terhadap kasus tersebut. Opini dan pertanyaan-pertanyaan di ataslah yang meresahkan peneliti, untuk itu peneliti mencoba sedikit mengungkap persepsi apa saja yang berkembang di kalangan anggota Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret. Sebab banyak mahasiswa anggota BEM yang berlangganan Kompas harga mahasiswa. Dan mereka adalah mahasiswa jurusan Hukum yang tentu saja berhubungan dengan kasus Antasari Azhar.

Apakah persepsi terhadap berita ini dapat mempengaruhi citra KPK? Bahwasannya berdasarkan tulisan Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto (2005:114), dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations menyebutkan bahwa proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh efek kognitif dari komunikasi. Jadi citra tersebut terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Kasus inilah yang menarik peneliti untuk melihat gejala sosial yang timbul di kalangan mahasiswa yang benar-benar membaca berita Antasari di Kompas terhadap fenomena


(28)

commit to user

tersebut setelah digembor-gemborkan oleh media massa. Apakah kejelekan satu orang dalam lembaga tersebut dapat mempengaruhi kejelekan seluruh lembaga? Apa lembaga tersebut harus dibubarkan?

Peneliti beranggapan bahwa kasus Antasari Azhar yang dijadikan berita utama dalam suatu media massa nasional merupakan masalah yang besar dan hal ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat tentang citra KPK, Masalah pribadi dengan kisah cinta segitiga Antasari yang berakibat pada kasus pembunuhan kemungkinan merobohkan lembaga KPK yang dikenal sebagai badan hukum pemberantas korupsi di masyarakat. Pertanyaanya, apa penilaian mahasiswa terhadap KPK itu hanya datang setelah membaca Kompas, apa tidak ada faktor lain yang membentuk penilaian tersebut.

Proses pembentukan persepsi mahasiswa BEM terhadap KPK bukan hanya diperoleh dengan membaca berita Antasari di Kompas saja. Melainkan dipengaruhi oleh adanya faktor-fakor yang berada diluar diri individu tersebut (faktor-faktor eksternal). Faktor-faktor eksternal yang dimaksud yaitu meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran dari media massa lain. Hal ini terbukti, salah satu contohnya Dian seorang anggota BEM dalam kegiatan sehari-hari, Dian cukup sering berdiskusi tentang KPK dengan teman pergaulannya di Kampus. Dian juga mengikuti berita Antasari di Media Televisi.

Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio dan internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau informasi tentang KPK, informasi-informasi yang di dapat dari media lain digunakan


(29)

commit to user

mahasiswa sebagai pemahamannya mengenai KPK. Selain pemahaman tentang sesuatu, mahasiswa tersebut akan dapat memberikan persepsinya mengenai KPK.

Setelah dikemukan faktor-faktor eksternal tersebut diatas, maka penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor eksternal tersebut mampu mempengaruhi penilaian mahasiswa anggota BEM tentang KPK?

Sementara sebagai sampel peneliti mengambil populasi atau seluruh mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang benar-benar membaca berita Antasari Azhar di Kompas dengan pertimbangan karena masih adanya hubungan antara topik penelitian penegakan hukum sebagai implementasi dari kinerja KPK sebagai badan hukum pemberantas korupsi di Indonesia.

Mahasiswa fakultas hukum yang di dalam mata kuliahnya mempelajari diantaranya tentang hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum internasional dan masih banyak lagi mata kuliah yang diberikan berkenaan dengan masalah hukum, dengan diperolehnya mata kuliah tentang hukum tersebut bisa menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk memberikan penilaian terhadap citra KPK dan kinerja penegakan hukum untuk koruptor di Indonesia.

Dan sebagai mahasiswa harusnya mereka mempunyai kepekaan dan kemampuan yang lebih, dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi pemikiran yang matang sehingga menjadikannya mampu dan mempunyai keleluasaan dalam mendapatkan informasi yang menyebabkan lebih selektif dalam menerima informasi apapun.


(30)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan berita Antasari di Surat Kabar Harian KOMPAS dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh

faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor-faktor-faktor eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK setelah menggunakan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita Antasari Azhar dan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.


(31)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum

persepsi mahasiswa terhadap KPK setelah membaca Kompas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembuktian teori persepsi dalam ilmu komunikasi yang dapat menjadi landasan dalam melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam menggunakan media Surat Kabar Harian Kompas.

2. Manfaat Secara Praktis

Sebagai gambaran untuk mengetahui efek dari membaca berita Kompas dengan pembentukan persepsi mahasiswa tentang citra lembaga KPK.

E. Kerangka Pemikiran dan Teori

1. Konsep Komunikasi Massa a. Definisi Komunikasi Massa :

Menurut Lasswell untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect ?”. Paradigma Lasswell diatas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni :

1) Komunikator (communicator, source, media) 2) Pesan (message)

3) Media (channel, media)


(32)

commit to user

5) Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Lasswell diatas, komunikasi adalah “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. (Dalam Morissan, Wardhani, Hamid 2010 : 18).

Cooley memberi rumusan bahwa komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap, gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasasi ruang dan waktu (Robbins, 1998: 30). Sedangkan para ahli bersepakat bahwa komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yakni transaksi yang akan mempengaruhi pengiriman dan penerima, serta merupakan suatu proses personal dan simbolik yang membutuhkan kode abstraksi bersama (Robbins, 1998: 29).

Berdasarkan asumsi di atas, maka para teoritisi komunikasi membagi definisi komunikasi ke dalam dua aliran yaitu :

1) Definisi yang Berorientasi Pada Sumber

Definisi ini cenderung beranggapan bahwa semua komunikasi pada dasarnya adalah persuasif. Lebih jauh lagi, komunikasi yang berorientasi pada sumber menekankan pentingnya variabel-variabel


(33)

commit to user

tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat persuasifnya. Dengan kata lain komunikasi menurut pandangan ini memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan efektif.

2) Definisi yang Berorientasi pada Penerima

Definisi ini memandang bahwa komunikasi sebagai semua kegiatan dalam mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus dan rangsangan. Jadi proses komunikasi menurut pandangan ini berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.

Menurut Werner I. Severin dan James W, dalam Effendy (2001: 20) pengertian komunikasi massa adalah: “sebagian ketrampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif, seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik”.


(34)

commit to user

Sedangkan menurut Joseph A. Devito, dalam Effendy (2001: 21) pengertian komunikasi massa, pertama komunikasi massa adalah “komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca media cetak ataupun semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan”.

Masih menurut Joseph A. Devito, Effendy (2001: 21) pengertian komunikasi massa yang kedua adalah “Komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”.

Dari pengertian komunikasi massa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu kegiatan Interaksi atau komunikasi yang ditujukan kepada khalayak umum ataupun publik dengan melalui sebuah media, baik itu media cetak maupun media elektronik.

b. Ciri-ciri komunikasi massa

Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa, antara lain yaitu (dalam, Efendy, 2001: 20) :

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah.

Tidak terdapatnya arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu.


(35)

commit to user

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni institusi atau organisasi.

3) Pesan yang disampaikan bersifat umum.

Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum

(public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan

umum..

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan pesan yang disebarkan.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat.

Sedangkan menurut Hafied Changara (2000: 134) memberikan karakteristik tentang komunikasi massa antara lain adalah sebagai berikut :

1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang

memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4) Memakai peralatan teknis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

Dari beberapa definisi tentang komunikasi massa di atas, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa, merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media sifatnya satu arah, melembaga, pesan yang disampaikan sifatnya


(36)

commit to user

serempak, bersifat terbuka atau umum, dan menggunakan peralatan teknis.

2. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide (Sean Mac Bride dalam Changara, 2000:63) Oleh karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi untuk :

a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data,

fakta dan pesan, opini, dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau internasional.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang

lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa.

d. Bahan diskusi, yakni membuka kesempatan untuk mencapai

persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh

pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan mengesankan.


(37)

commit to user

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil

kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antarnegara.

g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.

h. Integrasi, banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh

kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.

Lain halnya dengan Goran Hedebro (dalam Changara, 2000:65) yang mengemukakan fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:

a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah modernisasi.

b. Mengajarkan ketrampilan baru.

c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan.

d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. e. Meningkatkan aspirasi seseorang.

f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak.

g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.

h. Mempertinggi rasa kebangsaan.


(38)

commit to user

j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat.

k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program

pembangunan.

l. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.

Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan

encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita,

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. (Wilbur Schramm dalam Wiryanto, 2000: 10)

3. Efek Komunikasi Massa

Dalam penelitian ini teori tentang efek komunikasi massa merupakan pondasi utama untuk melandasi rancangan bangunan penelitian ini, menurut Steve M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik (Ardianto & Erdinaya, 2007:49) yaitu:

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.

Didalam surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplay kertas Koran; menyuburkan pengusaha pencetakan dan grafika,


(39)

commit to user

membuka lapangan kerja bagi para wartawan, perancang grafik, pengedar, pengecer dan pencari iklan.

2. Efek Sosial

Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social sebagai akibat dari kehadiran media masa. Sebagai contoh, misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status social dari pemiliknya.

Majalah yang beredar dapat menuntun pembacaanya untuk memilih majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah Gadis, umumnya dikonsumsi oleh para remaja putri, majalah otomotif di komsumsi oleh para pecinta otomotif,dsb.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya membaca Koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya selalu mandi pagi hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi menjadi jadwal menonton televisi.

4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk menggunakan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.


(40)

commit to user

Orang yang tertimpa musibah akan menghilangkan perasaan dukanya dengan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi yang menayangkan acara-acara siraman rohani, misalnya mendengarkan acara dakwah.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri sesorang, tetapi dapat juga menumbuhkan perasaan tertentu, terkadang, seseorang mempunyai perasaan positif atau negative terhadap media tertentu.

Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap harian Kompas daripada Media Indonesia. Para ibu rumah tangga ada yang senang membaca majalah Kartini, tetapi ada juga yang senang membaca majalah Femina.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa timbulnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitanya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard Jr (1988:311) ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu :

1. The Powerful Effect Model

Model ini berkaitan dengan instinctive S-R, teori dari Melvin Defleur dan Bullet Theory. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang perkasa dan seragam diperhatikan oleh massa, massa tersebut tidak


(41)

commit to user

berdaya ditembaki oleh stimuli media massa sehingga disini terlihat betapa perkasanya media mempengaruhi massa.

2. The Limited Effect Model

Model ini media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang ada, dimana khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif (selective perception), terpaan selektif (selective exposure), dan ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini menunjukkan terbatasnya efek dari komunikasi massa.

3. The Moderate Effect

Model ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adala salah satu cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan tercapai. Media massa memang tidak dapat dipenuhi orang untuk merubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang. Model effect ini adalah “Uses and Gratification model”

Penelitian ini mengacu pada “The Powerful Effect Model ” yang menyatakan bahwa media massa menyajikan stimuli yang perkasa dan seragam sehingga massa tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media massa. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam menerima pesan-pesan komunikasi tersebut.


(42)

commit to user

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan apa yang kita harapkan. Apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai, maka itu berarti komunikasi berhasil, efek komunikasi meliputi tiga aspek, yaitu : 1) Aspek kognitif yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan.

Contoh : Menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal. 2) Aspek afektif yaitu mengangkut sikap atau perasaan dan emosi.

Contoh : Sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira, perasaan benci, dan menyukai.

3) Aspek psikomotorik yaitu menyangkut prilaku atau tindakan. Contoh : Berbuat seperti apa yang disarankan dan berbuat seperi apa yang tidak disarankan. (H. A. W. Widjaja, 2000: 93).

Pesan mencapai segi kognitif dari individu apabila pesan tersebut telah diterima oleh khalayak. Pesan yang diterima oleh seseorang melalui panca inderanya dapat berubah menjadi stimuli yang diantarai oleh keadaan internal tertentu dalam organisme manusia yang akan menimbulkan respon tertentu pula.

Penerimaan informasi dapat disebut juga dengan perubahan kegiatan kognitif yang berhubungan dengan proses persepsi yang terjadi dalam diri individu. Khalayak terdiri dari individu-individu yang akan mempersepsikan stimulus melalui proses pemilihan terhadap stimulus. Individu dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap stimuli yang sama.


(43)

commit to user

Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan media massa sama namun akibat yang terjadi dikalangan khalayak akan berbeda antara satu orang dengan orang lain

4. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutterberg di Jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, pada Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdinaya, 2004:99). Menurut majalah Concept (2006) di Indonesia surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya pada pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan milik Kompeni di Benteng. Setekah Batavia Nouvelles mati, tahun 1776, hadir surat kabar Vendu Niews yang merupakan surat kabar pertama yang bersentuhan langsung dengan orang Indonesia. Surat kabar pertama berbahas jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani, Diterbitkan tahun 1855 oleh perusahaan kongsi Belanda, Harteveldt & Co.


(44)

commit to user

Surat kabar nasional pertama terbit di Jakarta tahun 1910 bernama

Medan Prijaji. Untuk surat kabar cetak offset di Indonesia dimulai oleh

Sinar Harapan (1961) dan Kompas (1965) disadur dari Majalah Concept (2006:12). Selanjutnya menurut buku berjudul “Komunikasi dan Modernisasi” pengertian surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat yang terbit secara periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca. (Effendy,1981).

Meskipun saat ini sudah ada media massa modern yaitu media elektronik namun peran surat kabar tidak juga tergantikan oleh munculnya TV dan Radio maupun internet. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki keunggulan (Riyoyo Pratikno,1982) yaitu :

1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut. 2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan

dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. 3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.

Surat kabar tidak dapat lepas dari jurnalisme, yang artinya aktivitas pengelolaan informasi, merupakan proses pencarian, pengumpulan, pemormatan, dan penyiaran informasi. Adapun karakteristik jurnalisme menurut Kiith Windschuttle (Mursito,2006:151) antara lain : pertama, jurnalisme harus committed untuk melaporkan kebenaran tentang apa yang terjadi. Kedua, kewajiban dan tanggungjawab utama jurnalis adalah


(45)

commit to user

memberikan informasi yang layak kepada pembaca. Ketiga, jurnalis harus menulis berita dengan jelas dan grammer yang tepat.

Penggunaan Surat Kabar dan Efeknya

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian

Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang

digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam penelitian ini media yang disebut adalah surat kabar. Individu akan memenuhi kebutuhan informasinya dengan melakukan aktivitas membaca surat kabar. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses & Effect.

Teori Uses & Effect ini pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl (1979) dalam Bungin (2008:287), menurutnya teori ini merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori tradisional mengenai efek. Konsep ‘use” (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Seperti halnya penelitian ini ingin mengungkap perhatian mahasiswa yang seperti apa terhadap berita antasari surat kabar kompas. Sebab teori ini memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka menggunakan media.


(46)

commit to user

Sedangkan teori uses and gratification sendiri bukan lagi mempersoalkan apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak tapi memusatkan perhatian pada bagaimana khalayak menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berharap bahwa penggunaan media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.

Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Morissan, Wardhani, Hamid, (2010:78) asumsi dasar dari teori uses and

gratifications adalah:

a) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai motivasi, tujuan dan kebutuhan. b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan itu terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.

d) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan

penggunaan media.

e) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Berita dalam surat kabar yang dianggap tidak bermutu bisa berguna bagi audien tertentu karena mendapatkan sesuatu setelah membaca berita tersebut.


(47)

commit to user

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang menggunakan surat kabar untuk penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suatu motivasi tertentu, perhatian tertentu, dan untuk tujuan tertentu juga.

Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan informasi yang cukup mengenai KPK setelah melakukan aktivitas membaca berita di Kompas, sehingga penelitian ini bukan lagi menanyakan kepuasan akan informasi tentang KPK melainkan persepsi seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor. Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman baik dan benar. Sama halnya dengan pembaca berita Antasari di Harian Kompas maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin tinggi pula pengetahuannya tentang KPK.

5. Persepsi

Dalam penerimaan pesan dari media menurut Jalaludin Rakhmat (1999:49) pembaca akan mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

1. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.

Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh indera, masing-masing manusia mempunyai kepekaan indera yang berbeda-beda. Seperti yang ditulis oleh binjamin B. Wolman (1973 : 343), bahwa :


(48)

commit to user

“sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera”.

2. Persepsi, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli) sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.

Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi atau sensasi baru mempunyai makna ketika seseorang yang mendapat stimulan mempersepsikannya. Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi adalah bagian dari persepsi. Selain sensasi, juga melibatkan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori ( Desidarato,1976 : 129)

3. Memori adalah “sistem yang sangat berstuktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuanya untuk membimbing prilakunya,” ini merupakan devinisi dari Schessinger dan Groves (1976 : 352).

Memori mempunyai tiga tahap,yaitu perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan.

4. Berpikir, merupakan proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir adalah menggunakan, menghubungkan, memanipulasikan, menggabungkan mengolah memori-memori tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.


(49)

commit to user

Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. (Rakhmat,1999:52)

Harvey dan Smith (1977), dan Wrigthman dan Deaux (1981), menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses membuat penilaian (judgment) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Pembuatan penilaian atau pembentukan kesan ini, pada hakekatnya merupakan suatu upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Istikomah Wibowo, 1988: 23)

Masih dalam buku Psikologi Sosialnya Istikomah Wibowo, Menurut Taguiri (1969) persepsi merupakan proses melalui mana seseorang menjadi ‘tahu’ atau ‘mengerti’ ini tidak serupa dengan tahu atau mengerti yang didasarkan pada proses berpikir logis ataupun intuisi. Dalam hal ini persepsi, kita tahu atau mengerti tentang sesuatu melalui penginderaan kita.

Sedangkan Shaver (1977) menjelaskan bahwa proses yang terjadi adalah suatu proses asosiasi. Informasi yang didapatkan melalui penginderaan dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang ada dalam pengalaman-pengalaman orang yang bersangkutan di masa lampau. Asosiasi tersebut terutama bekerja dalam tahapan penafsiran.

Menurut Dendi Sudiana (1996:14) proses persepsi tidak dapat berjalan dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang didapat dan digambarkan sebagai berikut :


(50)

commit to user

Bagan 1.1 Proses Persepsi

Sumber : Dendi Sudiana (1996)

a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention

filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari

sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi yang berhasil menerpa seseorang.

b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, dimana setiap individu

mengorganisasikan isi rangsangan yang diterimanya kedalam model realitasnya sendiri. Ketika hal itu terjadi, maka yang terjadi adalah proses penyederhanaan, distorsi, pengaturan bahkan “penciptaan” rangsang juga. Hasil (out put) dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati (cognitive awareness) dan penafsiran rangsangan suatu pengamatan (cognition). Artinya, bahwa individu menginterprestasikan sendiri setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman individu itu sendiri. Dengan pemahamannya itu, maka individu diharapkan dapat mempersepsikan pesan yang menerpanya itu. Tahapan-tahapan Rangsangan

Perhatian Pencarian aktif Pencarian pasif Perhatian aktif

Penafsiran

Menyederhanakan Menyimpang menyusun


(51)

commit to user

tersebut menjelaskan bahwa sebelum sampai pada pemahaman (suatu pesan) dan pengambilan keputusan (tindakan), seseorang mempelajari segala rangsangan atau stimuli yang diterimanya terlebih dahulu.

Dalil persepsi menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2001:56) adalah :

a. Dalil pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan lauk pauk, yang kedua akan melihat air atau es jeruk. Kebutuhan bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.

b. Dalil kedua : medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengaan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

c. Dalil ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.


(52)

commit to user

d. Dalil keempat ; objek atau pristiwa yang berdekatan dalam ruang atau waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari strutur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.

Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai suatu kelompok, dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan cermat, dengan mengukur jarak diantaranya objek atau melihat kesamaan bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi. (Rakhmat, 2001:61)

6. Citra

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.


(53)

commit to user

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.

2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.

4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate

image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan

(wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut Undang-Undang RI No.30 Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi


(54)

commit to user

Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan pada :

a. Kepastian Hukum

Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

b. Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

c. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Kepentingan umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

e. Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk


(55)

commit to user

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau

kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat

diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai berikut

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra


(56)

commit to user

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita (Rakhmat,1999:101).

Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita, bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita (Rakhmat,1999:142).

Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum yaitu :

1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti

predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor – faktor personal )

2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi

memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah ( agent of change )


(57)

commit to user

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil

pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada

bidang-bidang di mana pendapat orang lemah.

5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja yang kita hubungkan, korelasi disebut korelasi sederhana (simple correlation) lebih dari dua, kita menggunakan korekasi ganda (multiple correlation)

Pada akhir abad XIX, Karl Pearson,berdasarkan teori Sir Francis Galton, mengembangakan indeks untuk mengukur tingkat hibungan diantara variabel. Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlation, indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. Rakhmat (1998:27).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagai mana hubungan antara penggunaan surat kabar, faktor-faktor eksternal, dan persepsi yang


(58)

commit to user

terbentuk. Penelitian ini ingin menghubungkan tiga variabel sehingga korelasinya disebut korelasi ganda (multiple correlation). Ketiga variabel tersebut adalah variabel penggunaan surat kabar (variabel independen), variabel faktor-faktor eksternal (variabel kontrol) dan persepsi yang terbentuk (variabel dependen)

F. Diagram Variabel Penelitian

Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota

BEM Terhadap Citra KPK

Bagan 1.3

Skema Penelitian Hubungan Penggunaan Berita Antasari di Kompas Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Terhadap Citra KPK


(59)

commit to user

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka sebagai langkah awal penelitian ini dibuatlah suatu hipotesa atau dugaan sementara dari masalah yang akan diteliti, karena penelitian ini menggunakan metode korelasi yang bertujuan melihat hubungan antar variabel, maka hipotesis dari penelitian adalah :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita Antasari dengan persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Citra KPK. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh faktor yang ada

diluar diri individu (faktor-faktor eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan media massa lain yang diakses dengan persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang Citra KPK.

H. Definisi Konsepsional dan Operasional

1. Definisi Konsepsional

Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun,1991:33).

Definisi konsepsional digunakan untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda tentang variabel penelitian.


(60)

commit to user

a. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian

Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang

digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

Dalam penelitian ini Penggunaan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita Antasari berita Antasari indikatornya meliputi :

• Frekuensi membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu tingkat keseringan membaca berita Antasari di Kompas

• Intensitas membaca

Yaitu kedalaman membaca berita Antasari di Kompas baik secara kualitas maupun kuantitas, Atau jumlah waktu yang digunakan untuk membaca surat kabar secara serius.

• Tingkat Perhatian

Yaitu keseriusan responden dalam membaca berita Antasari di Kompas

• Motivasi membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.( Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989).

• Minat membaca berita Antasari di Kompas

Yaitu rasa ketertarikan dan keinginan responden dalam mengikuti perkembangan berita Antasari di Kompas


(61)

commit to user

b. Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang Citra KPK

Persepsi Mahasiswa fakultas Hukum UNS Surakarta tentang Citra KPK Yaitu penilaian yang diberikan mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS Surakarta tentang KPK berkenaan dengan :

• Kepastian Hukum

Yaitu Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

• Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

• Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Kepentingan Umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.


(62)

commit to user

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK

c. Faktor-faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mampu mempengaruhi persepsi mahasiswa fakultas Hukum UNS Surakarta terhadap citra KPK yang meliputi 1. Kelompok pergaulan (reference group)

Yaitu Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat, terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita.

2. Pengaruh dari media massa lain

Yaitu Keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan yang disebarkan media massa

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagai mana cara mengukur variabel (Masri Singarimbun,1991:36).

A. Penggunaan surat kabar harian Kompas dalam penelitian ini diukur berdasarkan frekwensi, tingkat perhatian, intensitas membaca, motif membaca dan minat membaca. Indikator yang digunakan adalah :

¾ Frekuensi membaca.

Frekuensi responden dalam membaca berita Antasari di Kompas selama bulan Mei-Juni 2009. Berita tentang Antasari selama bulan tersebut muncul sebanyak 24 kali. Untuk menentukan


(63)

commit to user

lima kategori frekuensi, maka harus dicari interval kelasnya terlebih dahulu dengan cara :

i = batas atas – batas bawah

jumlah kategori

i = 24 – 1 5

i = 23

5

i = 4,6 dibulatkan 5

Keterangan

i = interval kelas

Diukur dengan menggunakan pertanyaan:

Seberapa sering anda membaca berita Antasari di Kompas?

Maka ketiga kategori frekuensi membaca ditentukan sebagai berikut:

a. Sangat Tinggi, Jika responden membaca 24 kali dalam bulan Mei-Juni 2009, diberi nilai 5

b. Tinggi, Jika responden membaca 19 kali dalam bulan Mei-Juni 2009, diberi nilai 4

c. Sedang, Jika responden membaca 14 kali dalam bulan Mei-Juni 2009, diberi nilai 3

d. Rendah, Jika responden membaca 9 kali dalam bulan Mei-Juni 2009, diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, Jika responden membaca 4 kali dalam bulan Mei-Juni 2009, diberi nilai 2


(64)

commit to user

¾ Tingkat perhatian.

Diukur dari keseriusan responden dalam membaca berita Antasari di Kompas yakni.

a. Sangat Tinggi, jika Tidak pernah diselingi aktivitas lain, diberi nilai 5

b. Tinggi, jika Jarang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 4 c. Sedang, jika Kadang diselingi aktivitas lain, diberi nilai 3 d. Rendah, jika Sering diselingi aktivitas lain, diberi nilai 2 e. Rendah Sekali, jika Selalu diselingi aktivitas lain, diberi

nilai 1

¾ Tingkat intensitas responden dalam membaca berita Antasari di Kompas, Diukur dengan tingkat kedalaman pemahaman yang disediakan untuk membaca.

a. Sangat Tinggi, selalu membaca kasus hukum Antasari

sampai tuntas diberi nilai 5

b. Tinggi, sering membaca kasus hukum Antasari sampai

tuntas diberi nilai 4

c. Sedang, kadang membaca kasus hukum Antasari sampai

tuntas diberi nilai 3

d. Rendah, jarang membaca kasus hukum Antasari sampai


(65)

commit to user

e. Rendah Sekali, tidak pernah membaca kasus hukum

Antasari sampai tuntas diberi nilai 1

¾ Motivasi membaca

Diukur dari dorongan dalam diri responden dalam membaca berita Antasari Azhar di Harian Kompas

1. Motivasi untuk mengikuti kasus hukum Antasari dalam

membantu belajar bidang hukum dan tugas kuliah.

a. Sangat Tinggi, selalu membantu pelajaran diberi nilai 5 b. Tinggi, sering membantu pelajaran diberi nilai 4

c. Sedang, kadang membantu pelajaran diberi nilai 3 d. Rendah, jarang membantu pelajaran diberi nilai 2

e. Rendah Sekali, tidak pernah membantu pelajaran diberi nilai 1

2. Motivasi untuk mencari informasi atau berita tentang

hukum di Kompas

a. Sangat Tinggi, selalu mencari informasi tentang hukum diberi nilai 5

b. Tinggi, sering mencari informasi tentang hukum diberi nilai 4

c. Sedang, hanya kadang-kadang mencari informasi tentang hukum diberi nilai 3

d. Rendah, jarang mencari informasi tentang hukum diberi nilai 2


(1)

commit to user 124 BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab pendahuluan telah dijelaskan, bahwa penelitian ini salah satunya mengetahui apakah ada tidaknya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Untuk itu penelitian ini yang akan diuji adalah hubungan antar variabel yaitu :

“Hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK”.

Variabel independent yaitu Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009, dalam hal ini diberi symbol (X), sedangkan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK sebagai variable dependen diberi symbol (Y). Dalam hubungan antar variable ditunjukkan hubungan sebagai berikut :

“Hubungan antara variable X dan variable Y”

Maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang untuk mengetahui hubungan kedua variable tersebut. Untuk lebih jelasnya hubungan antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK dari 40 responden penulis akan menyajikan dari data hasil penelitian yaitu sebagai berikut :


(2)

commit to user TABEL 4.1

TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN BERITA ANTASARI DI KOMPAS DENGAN PERSEPSI MAHASISWA

ANGGOTA BEM TERHADAP CITRA KPK Persepsi MahasiswaAnggota BEM Fak. Hukum UNS

terhadap Citra KPK Penggunaan Berita Antasari di Kompas Sangat Tinggi (%) Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%) Sangat Rendah (%) Total Sangat Tinggi (%)

0,25 1,35 0,35 0,05 0 2 (5%) Tinggi (%) 1,75

9,45 2,45 0,35 0 14 (35%) Sedang (%) 2,5

13,5 3,5 0,5 0 20 (50%) Rendah (%)

0,5

2,7 0,7 0,1 0 4 (10%) Sangat

Rendah (%) 0 0 0 0 0

0 (0%) Total 5 (12,5%) 27 (67,5%) 7 (17,5%) 1 (2,5%) 0 (0 %) 40 (100%) Sumber : Data Primer

Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Penggunaan Surat Kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi penggunaan surat kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka semakin tinggi pula


(3)

Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Begitu pula sebaliknya semakin rendah penggunaan surat kabar harian Kompas tentang Berita Antasari Bulan Mei – Juni 2009 maka Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin rendah.

Kemudian untuk mengetahui hubungan faktor-faktor ekternal meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain ( Z ) dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK (Y) maka akan dibuat Tabel Tabulasi Silang sebagai berikut :

TABEL 4.2

TABULASI SILANG TENTANG HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERSEPSI MAHASISWA ANGGOTA BEM FAK. HUKUM

UNS TERHADAP CITRA KPK

Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fak. Hukum UNS terhadap Citra KPK

Faktor-faktor

eksternal Sangat Tinggi (%) Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%) Sangat Rendah (%) Total Sangat Tinggi

(%) 0 0 0 0 0

0 (0%) Tinggi (%)

1,125 6,075 1,575 0,225 0 (22,5%) 9 Sedang (%)

1,75 9,45 2,45 0,35 0 14

(35,0%) Rendah (%)

1,5 8,1 2,1 0,3 0 12

(30%) Sangat Rendah

(%) 0,625 3,375 0,875 0,125 0

5 (12,5%) Total 5 (12,5%) 27 (67,5%) 7 (17,5%) 1 (2,5%) 0 (0 %) 40 (100%)


(4)

commit to user

Berdasarkan pada besarnya angka persen tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Faktor-faktor eksternal meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain dengan Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain maka semakin baik pula Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain maka Persepsi Anggota BEM Fak. Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK juga semakin buruk.

Hasil dari penelitian ini adalah penarikan perbandingan tabulasi silang variabel (XY) dan tabulasi silang variabel (ZY) untuk melihat hubungan antar variabel. Berdasarkan data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum dan mempunyai hubungan signifikan juga dengan faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan (reference group) dan peran media massa lain.


(5)

commit to user

128 

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data dan uji statistik yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dengan menggunakan tabulasi silang, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1) Variabel Penggunaan Berita Antasari di Kompas mempunyai hubungan yang

signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS terhadap citra KPK.

2) Variabel faktor-faktor eksternal dalam hal ini kelompok pergaulan (reference

group) dan media massa lain yang diakses mempunyai hubungan yamg

signifikan dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum UNS terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas.

B. SARAN

1. Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dengan lebih berkembangnya teknologi informasi sebagai mahasiswa dapat lebih selektif dalam memilih dan memilah sehingga dapat menambah wawasan untuk proses pengembangan diri.

2. Surat Kabar

Dalam memberikan berita diharapkan dapat lebih transparan dan selalu berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga dapat dipercaya rakyat dan mendidik masyarakat agar lebih berkualitas.


(6)

commit to user

 

3. KPK

Jangan pernah berhenti memberantas korupsi di negeri ini secara professional. Utamakan selalu kepentingan rakyat. Lanjutkan apa yang telah dimulai Antasari dalam memberantas koruptor. Walaupun tanpa Antasari KPK tetap bisa melanjutkan pemberantasan Korupsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat, serta dapat digunakan sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya.