URGENSI RATIFIKASI PROTOCOL OF SPACE ASSET 2012 DAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN DAN HUKUM RUANG ANGKASA INDONESIA.
URGENSI RATIFIKASI PROTOCOL OF SPACE ASSET 2012
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP HUKUM RUANG ANGKASA
INDONESIA.
Ida Ayu Tita Rahmawidiani
110110110552
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
membutuhkan pengadaan satelit secara terus menerus guna menyatukan
komunikasi Negara Republik Indonesia. Namun, jumlah satelit yang
dimiliki Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan
kebutuhan Indonesia akan satelit. Pembiayaan sebuah satelit biasanya
melalui leasing atau sewa guna usaha dengan jaminan aset ruang
angkasa tersebut. Permasalahan hukum yang muncul adalah terjadi
perbedaan penerapan hukum jaminan yang dipraktikan negara-negara,
yang menyebabkan tidak adanya kepastian hukum mengenai jaminan
aset ruang angkasa yang diakui dan dapat dilaksanakan secara
internasional. Untuk menjawab permasalah ini, maka dibuatlah Protocol of
Space Assets 2012 oleh UNIDROIT, yang merupakan ketentuan lanjutan
dari Cape Town Convetion 2001. Protocol of Space Assets 2012
merupakan suatu perjanjian internasional yang bertujuan untuk
mengharmonisasi hukum jaminan terhadap aset ruang angkasa yang
terjadi perbedaan penerapan dibeberapa negara, menjadi sebuah hukum
baru yang diakui secara internasional. Selain itu Protocol of Space Assets
2012 juga mengatur mengenai pendaftaran internasional yang
memperjelas posisi kreditur terhadap jaminan apabila terjadi cedera janji
yang dilakukan oleh debitur. Akibatnya terdapat kepastian hukum, yang
dapat meningkatkan kepercayaan kreditur untuk mengeluarkan dananya
guna kegiatan ruang angkasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif untuk
menjawab permasalahan dalam skripsi ini dengan menitikberatkan pada
penelitian kepustakaan dan data sekunder yang berkaitan dengan
pengaturan hukum jaminan internasional pada aset ruang angkasa yang
diatur dalam Protocol of Space Assets 2012.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa keuntungan
yang dapat diambil Indonesia dengan ratifikasi Protocol of Space Assets
2012 antara lain adalah kemudahan akses pembiayaan perusahaan
Indonesia guna meningkatkan aktifitas kegiatan ruang angkasa Indonesia,
dan dengan biaya yang lebih murah. Selain itu, apabila Indonesia
meratifikasi Protocol of Space Assets 2012 maka ada beberapa implikasi
yang perlu diperhatikan terhadap kegiatan dan hukum ruang angkasa
Indonesia, salah satunya yang berhubungan dengan definisi dari space
assets, permasalahan perpindahan tanggung jawab, dan juga public
service.
iv
URGENCY OF INDONESIA TO RATIFY PROTOCOL OF SPACE ASSETS 2012
AND ITS IMPLICATIONS ON INDONESIA’S OUTER SPACE ACTIVITIES AND
OUTER SPACE LAW
As we know that Indonesia known as the biggest maritime in the
world continously needs to provide of satelite in order to unite
communication system in Indonesia. Furthermore, it increases due to the
needs of Indonesian people to get in contact with others by using
communication technology, such as: handphone, internet, television. Thus
it will impact the needs of satelites increase as well. However, the
available satelites now in Indonesia are limited. In addition, the cost
needed is still high. The solution of this problem is by using leasing
company with the space assets as the guarantee. The problem appeared
then is the difference of the implementation of security law which is
practiced by some countries. This can cause the uncertainty of the
security law which is internationally recognised and practiced. Thus, to
solve this problem, the Protocol Space Assets 2012 was made by
UNIDROIT which was the extention of the Cape Townlaw convention
2001. Protocol Space Assets 2012 is the international agreement which is
used for harmonizing the security law on space assets if there is a
different implementation of this law in some countries. Besides, this law
will regulate the international registration of creditors which will make them
secure their positions if there is default made by debitors. This will give a
good impact on creditors to issue the fund needed by space activities.
Another benefit gained is that the bank will reduce the cost of space
assets’ procurement.
In this research, the writer uses the metodology of normative
jurisdiction to find the solution of the problem which focuses on the library
research and secondary data related with the regulation of the security law
on space assets regulated on Protocol of Space Assets 2012.
The result of this research shows that the benefits gained by
Indonesia due to the ratification of Protocol of Space Assets 2012 are
varied. Those are (1) the ease of access to get the fund in order to
increase the space activities in Indonesia with the lower cost, and in
addition(2) this will give some implications for Indonesia to reconsider on
space assets’ definitions, responsibility-take-over, and public services.
vi
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP HUKUM RUANG ANGKASA
INDONESIA.
Ida Ayu Tita Rahmawidiani
110110110552
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
membutuhkan pengadaan satelit secara terus menerus guna menyatukan
komunikasi Negara Republik Indonesia. Namun, jumlah satelit yang
dimiliki Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan
kebutuhan Indonesia akan satelit. Pembiayaan sebuah satelit biasanya
melalui leasing atau sewa guna usaha dengan jaminan aset ruang
angkasa tersebut. Permasalahan hukum yang muncul adalah terjadi
perbedaan penerapan hukum jaminan yang dipraktikan negara-negara,
yang menyebabkan tidak adanya kepastian hukum mengenai jaminan
aset ruang angkasa yang diakui dan dapat dilaksanakan secara
internasional. Untuk menjawab permasalah ini, maka dibuatlah Protocol of
Space Assets 2012 oleh UNIDROIT, yang merupakan ketentuan lanjutan
dari Cape Town Convetion 2001. Protocol of Space Assets 2012
merupakan suatu perjanjian internasional yang bertujuan untuk
mengharmonisasi hukum jaminan terhadap aset ruang angkasa yang
terjadi perbedaan penerapan dibeberapa negara, menjadi sebuah hukum
baru yang diakui secara internasional. Selain itu Protocol of Space Assets
2012 juga mengatur mengenai pendaftaran internasional yang
memperjelas posisi kreditur terhadap jaminan apabila terjadi cedera janji
yang dilakukan oleh debitur. Akibatnya terdapat kepastian hukum, yang
dapat meningkatkan kepercayaan kreditur untuk mengeluarkan dananya
guna kegiatan ruang angkasa.
Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif untuk
menjawab permasalahan dalam skripsi ini dengan menitikberatkan pada
penelitian kepustakaan dan data sekunder yang berkaitan dengan
pengaturan hukum jaminan internasional pada aset ruang angkasa yang
diatur dalam Protocol of Space Assets 2012.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa keuntungan
yang dapat diambil Indonesia dengan ratifikasi Protocol of Space Assets
2012 antara lain adalah kemudahan akses pembiayaan perusahaan
Indonesia guna meningkatkan aktifitas kegiatan ruang angkasa Indonesia,
dan dengan biaya yang lebih murah. Selain itu, apabila Indonesia
meratifikasi Protocol of Space Assets 2012 maka ada beberapa implikasi
yang perlu diperhatikan terhadap kegiatan dan hukum ruang angkasa
Indonesia, salah satunya yang berhubungan dengan definisi dari space
assets, permasalahan perpindahan tanggung jawab, dan juga public
service.
iv
URGENCY OF INDONESIA TO RATIFY PROTOCOL OF SPACE ASSETS 2012
AND ITS IMPLICATIONS ON INDONESIA’S OUTER SPACE ACTIVITIES AND
OUTER SPACE LAW
As we know that Indonesia known as the biggest maritime in the
world continously needs to provide of satelite in order to unite
communication system in Indonesia. Furthermore, it increases due to the
needs of Indonesian people to get in contact with others by using
communication technology, such as: handphone, internet, television. Thus
it will impact the needs of satelites increase as well. However, the
available satelites now in Indonesia are limited. In addition, the cost
needed is still high. The solution of this problem is by using leasing
company with the space assets as the guarantee. The problem appeared
then is the difference of the implementation of security law which is
practiced by some countries. This can cause the uncertainty of the
security law which is internationally recognised and practiced. Thus, to
solve this problem, the Protocol Space Assets 2012 was made by
UNIDROIT which was the extention of the Cape Townlaw convention
2001. Protocol Space Assets 2012 is the international agreement which is
used for harmonizing the security law on space assets if there is a
different implementation of this law in some countries. Besides, this law
will regulate the international registration of creditors which will make them
secure their positions if there is default made by debitors. This will give a
good impact on creditors to issue the fund needed by space activities.
Another benefit gained is that the bank will reduce the cost of space
assets’ procurement.
In this research, the writer uses the metodology of normative
jurisdiction to find the solution of the problem which focuses on the library
research and secondary data related with the regulation of the security law
on space assets regulated on Protocol of Space Assets 2012.
The result of this research shows that the benefits gained by
Indonesia due to the ratification of Protocol of Space Assets 2012 are
varied. Those are (1) the ease of access to get the fund in order to
increase the space activities in Indonesia with the lower cost, and in
addition(2) this will give some implications for Indonesia to reconsider on
space assets’ definitions, responsibility-take-over, and public services.
vi