Kegiatan Militer di Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV Of The Outer Space Treaty 1967

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keinginan untuk melampaui langit dan menjelajahi ruang angkasa sudah
menjadi bagian dari kesadaran manusia yang dibuktikan dengan banyaknya mitos
atau karya seni yang menggambarkan perjalanan ke ruang angkasa, mitos atau
karya seni tersebut sudah dapat direalisasikan dalam beberapa waktu belakangan
seperti penemuan ilmiah Johann Kepler dari abad ketujuh belas pada hukum
matematika yang mengatur gerakan tubuh di orbit atau penelitian Isaac Newton
pada gravitasi yang merupakan dasar untuk aspek teknis perjalanan ke ruang
angkasa dan tetap relevan sampai hari ini.
Kita kini hidup dalam abad angkasa (space age). Ilmu pengetahuan yang
selamanya bergerak maju, berkembang pesat dalam waktu 50 tahun terakhir ini,
terutama sejak perang dunia ke – II. Kemajuan teknologi khususnya teknologi
penerbangan pada abad kini memberi akibat yang positif kepada tingkat
kehidupan manusia yang sekarang telah mampu melakukan penerbangan –
penerbangan ke dan di ruang angkasa. 1
Setelah Perang Dunia II yang mendekati ke pertengahan abad ke-20,
sebuah konflik baru pun dimulai yang pada saat itu dikenal dengan sebutan
Perang Dingin (The Cold War), dimana pertempuran ini terdiri dari the world’s
two great powers yaitu the democratic, capitalist Amerika Serikat dan the

communist Uni Soviet yang saling berkonfrontasi satu sama lain. Dimulai pada

1

Priyatna Abdurrasyid, Pengantar Hukum Ruang Angkasa, dan Space Treaty 1967,
Binacipta, Bandung, 1977, hal 4.

1
Universitas Sumatera Utara

2

akhir tahun 1950-an, ruang angkasa menjadi suatu arena dramatis lain untuk
kompetisi perang dingin karena setiap Negara berusaha untuk membuktikan
superioritas mereka dalam bidang teknologi, senjata militer dan dengan ekstensi
sistem politik dan ekonomi.
Pada pertengahan tahun 1950-an, Perang Dingin U.S dan Uni Soviet telah
memasuki ke dalam kehidupan sehari – hari di kedua belah Negara, didorong oleh
perlombaan senjata dan ancaman senjata nuklir, perluasan spionase (wide-ranging
espionage) dan kontra spionase (counter-espionage) antara dua negara, perang di

Korea dan perang kata-kata serta pemikiran yang dilakukan di media. Ketegangan
ini pun berlanjut dalam perlombaan di ruang angkasa (space race).
Dengan diorbitkannya Satelit Uni Soviet “Sputnik I” (bahasa Rusia untuk
“traveller”) pada tanggal 4 Oktober 1957, yang merupakan satelit buatan pertama
di dunia (the world’s first artificial satellite) dan merupakan keberhasilan objek
buatan manusia pertama yang diletakkan ke orbit Bumi. disusul dengan usaha –
usaha Amerika Serikat Pada tahun 1958, dengan meluncurkan satelit “Explorer I”
yang dirancang oleh Angkatan Darat Amerika Serikat di bawah arahan ilmuwan
roket Wernher von Braun. Pada tahun yang sama pula, Presiden ke-34 Amerika
Serikat Dwight D. Eisenhower menandatangani suatu perintah umum (public
order) untuk mendirikan the National Aeronautics and Space Administration
(NASA) yaitu sebuah agen federal yang didedikasikan untuk eksplorasi ruang
angkasa. 2
Keberhasilan peluncuran SPUTNIK I telah menandai dimulainya abad
ruang angkasa dengan perlombaan kedua negara adidaya pada saat itu, yakni
2

History Staff, “The Space Race”, 2010, http://www.history.com/topics/space-race,
Access Date August 31, 2016, A+E Networks.


Universitas Sumatera Utara

3

Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam pemanfaatan teknologi ruang angkasa,
sebagaimana yang diuraikan Jean-Louis Magdenalat, antara lain :
The Launching by U.S.S.R. of Sputnik I, on October 4, 1957, is regarded
as the first step in what has come to be known as the space age.
Remarkable achievement follower. The U.S.A. launched its Explorer I on
February 1, 1958 ; Yuri Gagarin, on April 12, 1961, was the first man to
orbit the Earth ; the U.S.S.R, in 1966, launched an automatic station,
known as Luna 9, soft landed on the Moon and transmitted television
images and information from its surface ; Neil A. Armstrong and Edwin A.
Aldrin on July 20, 1969, touched the surface of earth’s satellite, the moon,
after a safe landing.
The progress continued with the space-shuttle missions as the beginning of
a new era in which practical application and commercial utilization will
be developing extensively and bringing many vital space based and spacerelated uses within the reach of the world community. 3
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menyebabkan
Negara – Negara mulai mempersoalkan masalah – masalah hukum yang timbul

sebagai akibat dari kegiatan di ruang angkasa tersebut dan mendorong
Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk memberikan pengarahan yang tepat dalam
rangka usaha Negara – Negara memanfaatkan ruang angkasa (“Outer Space”).
Usaha pertama yang menghasilkan ialah diterimanya Resolusi Majelis Umum
PBB No. 1348 (XIII) “Question of the Peaceful Uses of Outer Space” (13
Desember 1958). Resolusi ini merupakan landasan bagi dibentuknya sebuah
Komite ad hoc yang ditugaskan untuk meneliti segala sesuatunya yang berkaitan
dengan ruang angkasa (UN-COPUOS).
Resolusi yang berikutnya ialah Resolusi Majelis Umum PBB No. 1472
(XIV) “International Co-operation in the Peaceful Uses of Outer Space” (12
Desember, 1959).

3

Juajir Sumardi mengutip Jean Louis Magdelenat, Spacecraft Insurance, Anals of Air and
Space Law, McGill University, Montreal, Canada, Vol. VII-1982, hal. 31.

Universitas Sumatera Utara

4


Resolusi juga yang dianggap penting ialah Resolusi Majelis Umum PBB
No. 1721 (XVI) “International Co-operating in the Peaceful Uses of Outer
Space” (20 Desember 1961), selanjutnya Resolusi No. 1802 (XVII) dan akhirnya
Resolusi Majelis Umum PBB No. 1962 (XVIII) “Declaration of Legal Principles
Governing the Activities of States in the Exploration and Uses of Outer Space”.
Didalam Resolusi yang terakhir ini dicantumkan 8 Prinsip yang kemudian
merupakan isi pasal – pasal pokok dari “Treaty on Principles Governing the
Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moon
and Other Celestial Bodies” The Outer Space Treaty 1967. 4
Fungsi dan tujuan dari pembentukan The Outer Space Treaty 1967 adalah
sebagai magna carta untuk mengatur segala kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di
ruang angkasa agar dapat digunakan untuk maksud damai, sedangkan tujuan
utamanya yang dikehendaki adalah membebaskan ruang angkasa selama –
lamanya dari bahaya perang dan secara eksplisit melarang Negara manapun atas
klaim kepemilikan dari celestial resources.
Pada dasarnya, peluncuran benda angkasa merupakan bentuk kemajuan
teknologi dalam memanfaatkan ruang angkasa, yang memberikan dampak positif
bagi kualitas kehidupan manusia. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari
peningkatan kualitas dan taraf hidup manusia, adanya berbagai penelitian di

berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan pencarian sumber-sumber alam baru
dengan menggunakan berbagai jenis benda-benda angkasa. Dampak positif yang
dapat dirasakan ialah terbukanya kesempatan bagi negara-negara lain yang ingin
memajukan kemampuan negaranya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
4

Priyatna Abdurrasyid, op. cit., hal 13 – 14.

Universitas Sumatera Utara

5

ruang angkasa. Misalnya, dengan berkembangnya teknologi dan ditemukannya
produk ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa, yaitu remote sensing.
Perkembangan teknologi ruang angkasa pada masa kini semakin maju
dimana Negara – Negara klasik seperti Amerika Serikat dan Rusia yang sudah
lama bersaing dalam melakukan eksplorasi ruang angkasa meningkatkan
persaingan mereka dengan misi untuk melakukan kegiatan militerisasi di ruang
angkasa dengan mengirim satelit – satelit militer (military satellites). Negara
adidaya lain seperti Cina pun telah ikut ke dalam persaingan :

On Jan. 11, 2007, China deliberately destroyed one of its defunct weather
satellites known as Fengyun – 1C using a ground-based, medium-range
ballistic missile. The action, which was widely condemned throughout the
international space community, left a cloud of potentially hazardous
debris in a heavily used belt of Earth orbit. 5
Cina untuk pertama kalinya mengungkap motif militer di balik program
luar angkasanya yang ambisius. Dalam kunjungan ke markas Tentara Pembebasan
Rakyat di Beijing, Presiden Xi Jinping mendesak penggabungan Angkatan Udara
dengan dinas luar angkasa dalam rangka untuk dan meningkatkan kapasitas
serangan dan pertahanan, layaknya Amerika Serikat dan Rusia, militer Cina yakin
luar angkasa akan menjadi elemen penting dalam perang di masa depan. 6
Tiga negara adidaya terkemuka itu dilaporkan telah mengembangkan,
menguji dan menggunakan senjata canggih di luar angkasa sebelum nantinya
dikhawatirkan terjadi serangan militer. Jika perang dunia di luar angkasa itu benar
– benar terjadi, maka itu akan jadi konflik besar pertama di antara negara adidaya

5

Mike Gruss, U.S. Official: China Turned to Debris-free ASAT Tests Following 2007
Outcry, January 11, 2016, http://spacenews.com/u-s-official-china-turned-to-debris-freeasat-tests-following-2007-outcry/#sthash.jfw04KJa.dpuf, diakses pada 20 November

2016.
6
Deutsche Welle, “Cina Genjot Militerisasi Luar Angkasa”, 2014,
http://dw.com/p/1BjcL, diakses pada 8 September 2016.

Universitas Sumatera Utara

6

yang sudah jadi perdebatan dalam 70 tahun terakhir. Dalam laman Popular
Science menggambarkan potensi perang dunia di luar angkasa itu sebagai “Perang
Dingin Baru di Luar Angkasa”. Parahnya, persaingan untuk menguasai semua
wilayah luar angkasa itu selama ini tidak ada aturannya. 7
Pengaturan dan pembatasan terhadap perluasan persenjataan dan militer di
ruang angkasa diatur dalam The Outer Space Treaty 1967 dalam Article IV yang
menyatakan:
“ States Parties to the Treaty undertake not to place in orbit around the
Earth any objects carrying nuclear weapons or any other kinds of
weapons of mass destruction, install such weapons on celestial bodies, or
station such weapons in outer space in any other manner. The Moon and

other celestial bodies shall be used by all States Parties to the Treaty
exclusively for peaceful purposes. The establishment of military bases,
installations and fortifications, the testing of any type of weapons and the
conduct of military maneuver on celestial bodies shall be forbidden. The
use of military personnel for scientific research or for any other peaceful
purposes shall not be prohibited. The use of any equipment or facility
necessary for peaceful exploration of the Moon and other celestial bodies
shall also not be prohibited. “ 8

dalam Article IV dijelaskan: Pihak Negara – Negara yang melakukan Perjanjian
tersebut untuk tidak menempatkan di orbit sekitar Bumi setiap benda yang
membawa senjata nuklir atau jenis lain dari senjata pemusnah massal, memasang
senjata tersebut pada benda – benda langit, atau pangkalan senjata di luar angkasa
dengan cara apapun. Bulan dan benda – benda langit lainnya harus digunakan
oleh semua Pihak Negara – Negara yang ada dalam Perjanjian khusunya untuk
tujuan damai. Pendirian pangkalan militer, instalasi dan benteng, pengujian setiap
7

Muhaimin, “AS, Rusia dan China di Ambang Perang Dunia di Luar Angkasa”, 2015,
http://international.sindonews.com/read/1033271/42/as-rusia-dan-china-di-ambangperang-dunia-di-luar-angkasa-1439605271, diakses pada 8 September 2016.

8
Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of
Outer Space, including the Moon and Other Celestial Bodies (The Outer Space Treaty
1967).

Universitas Sumatera Utara

7

jenis senjata dan mengadakan manuver militer pada benda – benda langit harus
dilarang. Penggunaan personil militer untuk penelitian ilmiah atau untuk tujuan
damai lainnya tidak dilarang, Penggunaan peralatan atau fasilitas yang diperlukan
untuk eksplorasi damai Bulan dan benda – benda langit lainnya akan juga tidak
dilarang . "
The Outer Space Treaty 1967 pada Article IV merupakan upaya
Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk meniadakan dan mencegah konflik
bersenjata dan aktivitas militer yang tidak bertujuan damai dimana dampaknya
dapat mengganggu keamanan dan ketertiban manusia yang diyakini dapat
memberikan dampak kerusakan di bumi walaupun dengan skala kecil, hal ini
sesuai dengan tujuan Perserikatan Bangsa – Bangsa seperti yang terdapat dalam

Article 1 Verse 1 Charter of the United Nations yang menyatakan :
“ To maintain international peace and security, and to that end: to take
effective collective measures for the prevention and removal of threats to
the peace, and for the suppression of acts of aggression or other
breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in
conformity with the principles of justice and international law, adjustment
or settlement of international disputes or situations which might lead to a
breach of the peace; “ 9
dalam Article 1 Verse 1 Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa menyatakan bahwa
tujuan United Nations harus memelihara perdamaian dan keamanan internasional
dan untuk tujuan itu : untuk melakukan tindakan – tindakan bersama yang efektif
untuk mencegah dan melenyapkan ancaman – ancaman terhadap pelanggaran –
pelanggaran terhadap perdamaian: dan akan menyelesaikan dengan jalan damai.
Serta sesuai dengan prinsip – prinsip keadilan dan hukum internasional, mencari

9

Charter of the United Nations.

Universitas Sumatera Utara

8

penyelesaian terhadap pertikaian – pertikaian internasional atau keadaan –
keadaan yang dapat menggangu perdamaian.
Tetapi semakin meningkatnya program – program antariksa dan
militerisasi ruang angkasa dengan mengorbitkan alat – alat yang semakin canggih
dan mengklaim untuk tujuan damai oleh Negara – Negara yang sudah mampu
melakukan eksplorasi dan eksploitasi ruang angkasa faktanya menurut Priyatna,
“dewasa ini sekitar 14.000 pecahan (debris) atau roket, satelit dan lain – lain
mengambang di ruang angkasa dan lebih kurang 70% dari jumlah itu adalah
akibat perbuatan militer” dan bahkan menurut laman Space, debris atau space
junk saat ini bertambah naik :
“ Inactive satellites, the upper stages of launch vehicles, discarded bits left
over from separation, and even frozen clouds of water and tiny flecks of
paint all remain in orbit high above Earth's atmosphere. When one piece
collides with another, even more debris is released. Over 21,000 pieces of
space trash larger than 4 inches (10 centimeters) and half a million bits of
junk between 1 cm and 10 cm are estimated to circle the planet. And the
number is only predicted to go up. “ 10
menurut laman Space, debris dari satelit – satelit non aktif, yang merupakan tahap
atas pada kendaraan peluncuran, bagian – bagian yang telah dibuang dan yang
tersisa mengalami pemisahan, dan bahkan awan beku atas air dan bintik – bintik
kecil atas cat semua tetap berada di orbit di atas atmosfer bumi. Ketika salah satu
bagian bertabrakan dengan yang lain, lebih banyak puing – puing yang terlepas.
Lebih dari 21.000 potong sampah ruang angkasa yang lebih besar dari 4 inci (10
cm) dan setengah juta bagian - bagian sampah antara 1 cm dan 10 cm yang

10

Nola Taylor Redd, “Space Junk: Tracking & Removing Orbital Debris“, 2013,
http://www.space.com/16518-space-junk.html, Access Date September 7, 2016.

Universitas Sumatera Utara

9

diperkirakan di lingkaran planet ini. Dan jumlah ini akan diprediksi untuk terus
naik.
Dalam hal ini sebagai contoh kasus Cina yang selama ini mengklaim
program antariksanya bertujuan damai. Namun klaim tersebut dimentahkan usai
militer negeri tirai bambu itu menggunakan rudal untuk menghancurkan salah satu
satelitnya di orbit bumi. Beijing mengabaikan suara protes dari dunia
internasional karena aksi tersebut dinilai bisa membahayakan satelit lain di orbit
yang sama. Tidak lama kemudian Amerika Serikat mendemonstrasikan
kemampuan militernya menembak jatuh satelit dari langit. 11 Menurut berbagai
sumber, Cina pada tahun 2016 ini telah sukses menguji coba rudal balistik anti
satelit. 12
Sesuai uraian di ataslah yang mendorong rasa keingintahuan penulis untuk
lebih mengetahui dan mengerti tentang: Bagaimanakah tinjauan Article IV of The
Outer Space Treaty 1967 terhadap kegiatan militerisasi yang dilakukan oleh
Negara – Negara adidaya dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi
persenjataan dan militer di ruang angkasa Mengingat banyaknya masalah –
masalah yang terjadi belakangan ini yang disebabkan oleh aktivitas militer di
ruang angkasa dan selanjutnya memilih judul skripsi: “ Kegiatan Militer Di
Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of The Outer Space Treaty 1967 “

11

Deutsche Welle, loc. Cit.
Diego, “China Sukses Uji Rudal Anti – Satelit”, 2014, http://jakartagreater.com/chinasukses-uji-rudal-anti-satelit/, diakses pada 8 September 2016.
12

Universitas Sumatera Utara

10

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dan untuk memfokuskan pembahasan dalam
penulisan ini, maka pokok permasalahan yang menjadi objek pembahasan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pembentukan Hukum Internasional Mengenai Kegiatan Di
Ruang Angkasa?
2. Bagaimana Perkembangan Mengenai Kegiatan Militer di Ruang Angkasa?
3. Bagaimana Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap Ruang
Angkasa ditinjau dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pembentukan The Outer Space Treaty 1967 Sebagai
Magna Carta Eksplorasi dan Eksploitasi Ruang Angkasa
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Hukum Internasional Mengenai
Kegiatan Militer di Ruang Angkasa.
3. Untuk Mengetahui Pengaturan Mengenai Kegiatan Militer Terhadap
Ruang Angkasa Ditinjau Dari Article IV of the Outer Space Treaty 1967.
D. Keaslian Penulisan
Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka telah dilakukan pemeriksaan di
arsip yang ada pada Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pemeriksaan, judul skripsi di atas
tidak ada yang sama dengan judul skripsi lainnya baik yang ditulis sekarang
maupun yang terdahulu. Dengan demikian judul skripsi ini adalah asli dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik.

Universitas Sumatera Utara

11

E. Tinjauan Kepustakaan
Ditinjau dari judulnya, “ Kegiatan Militer Di Ruang Angkasa Ditinjau
Dari Article IV of The Outer Space Treaty 1967 “, maka mengandung makna
sebagai berikut.
1. Kegiatan artinya aktivitas; usaha; pekerjaan; kekuatan dan ketangkasan
(dalam berusaha).
2. Militer artinya tentara; anggota tentara; ketentaraan; angkatan bersenjata
dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan
bersenjata.

Padanan kata

lainnya adalah tentara' atau

angkatan

bersenjata. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.
3. Ruang artinya rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang; rongga
yang tidak berbatas, tempat segala yang ada:
4. Angkasa artinya lapisan udara yang melingkupi bumi, awang-awang,
langit.
F. Metode Penulisan
Dalam rangka untuk mengumpulkan data – data dan bahan – bahan dalam
penyusunan skripsi ini, dan agar suatu penulisan mempunyai suatu manfaat, maka
penulis merasakan perlu adanya suatu metode tertentu yang dipakai dalam
pengumpulan data guna mencapai tujuan dari penulisan itu sendiri. Di dalam
penulisan skripsi ini penulis memakai metode pengumpulan data yang bersumber
dari perpustakaan, berbagai literatur dan berbagai media informasi yang ada, yang
mengangkat permasalahan khusus mengenai judul skripsi ini. Dengan melakukan
suatu metode penggabungan data – data yang telah diperoleh melalui library
research, yaitu dengan menggunakan buku – buku, literature – literature, data –

Universitas Sumatera Utara

12

data dari berbagai media informasi yang dapat mendukung selesainya penulisan
skripsi ini. Maka dengan demikian diharapkan dengan metode penggabungan
pengumpulan data ini dapat membantu penulis dalam memahami permasalahan
yang diangkat dan menjadi landasan pemikiran penulis dalam menganalisa
permasalahan tersebut. Kiranya diharapkan tujuan untuk mendapatkan kebenaran
akan jawaban yang sesungguhnya dari permasalahan yang telah penulis angkat
dalam skripsi ini dapat tercapai dengan baik.
G. Sistematika Penulisan
Untuk menguraikan rangkaian materi dari skripsi ini penulis berusaha
membuat suatu model – model penulisan sehingga menjadi suatu sistematika dari
skripsi ini. Tujuan dari penentuan model – model tersebut adalah untuk
mempermudah penguraiannya dan sekaligus pula untuk pemahamannya. Oleh
karena itu penulis membagi skripsi ini ke dalam 4 bab dan dilengkapi dengan sub
– sub bab dari setiap babnya, yakni sebagai berikut:
BAB I

:

PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis hendak menguraikan beberapa
uraian hal – hal yang bersifat umum, yaitu tentang
latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.

BAB II

:

PEMBENTUKAN HUKUM INTERNASIONAL
MENGENAI

KEGIATAN

DI

RUANG

ANGKASA

Universitas Sumatera Utara

13

Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang
pengertian ruang angkasa, sejarah terbentuknya
hukum

ruang

delimitasi

angkasa,

ruang

serta

angkasa,

penggunaannya,
dan

bagaimana

terbentuknya perjanjian ruang angkasa, dan prinsip –
prinsip yang terdapat pada The Outer Space Treaty
1967.
BAB III

:

PERKEMBANGAN MENGENAI KEGIATAN
MILITER DI RUANG ANGKASA
Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang
bagaimana aktivitas negara space powers di ruang
angkasa,

militerisasi

di

ruang

angkasa,

dan

pelarangan aktivitas militer di ruang angkasa.
BAB IV

:

PENGATURAN ARTICLE IV OF THE OUTER
SPACE TREATY 1967 MENGENAI KEGIATAN
MILITER RUANG ANGKASA
Pada bab ini membahas tentang pengaturan Article
IV of The Outer Space Treaty 1967 menguraikan
tentang perbedaan persepsi terhadap penafsiran
Article IV of The Outer Space Treaty 1967,
Yurisprudensi “Use of Force” di Ruang Angkasa
beserta Keambiguan ‘Peaceful Uses Purposes’ dan
Implementasi Article IV of The Outer Space Treaty
1967 pada Kegiatan Militer di Ruang Angkasa.

Universitas Sumatera Utara

14

BAB V

:

PENUTUP
Sebagai bab terakhir dalam penulisan skripsi ini,
maka pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan
dan saran.

Universitas Sumatera Utara