PERBEDAAN PENGETAHUAN ANAK SEKOLAH DASAR TENTANG KEAMANAN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH SETELAH MENDAPAT Perbedaan Pengetahuan Anak Sekolah Dasar tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah Setelah Mendapat Penyuluhan dengan Menggunakan Strategi Berbeda (Media Pe
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANAK SEKOLAH DASAR TENTANG
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH SETELAH MENDAPAT
PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERBEDA (MEDIA
PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA DAN METODE CERAMAH ) DI SD N
SOROPADAN KARANGASEM SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Gizi
Disusun Oleh :
APRINA RIA PUTRI
J300101007
PROGRAM STUDI DIII GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
APRINA RIA PUTRI J300101007
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANAK SEKOLAH DASAR TENTANG
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH SETELAH MENDAPAT
PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERBEDA (MEDIA
PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA DAN METODE CERAMAH ) DI SD N
SOROPADAN KARANGASEM SURAKARTA
Survei awal di SD N Soropadan Karangasem menunjukkan tingkat
pengetahuan anak sekolah tentang keamanan makanan jajanan sekolah sebesar
50% masih rendah.Oleh karena itu diperlukan suatu strategi atau metode yang
tepat untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan
sekolah pada anak sekolah dasar.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan anak
sekolah dasar tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah mendapat
penyuluhan dengan menggunakan strategi berbeda ( media permainan edukatif
ular tangga dan metode ceramah) di SD N Soropadan Karangasem Surakarta
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design( eksperimen
semu), dengan rancangan non equivalent control group design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dan IV yang berjumlah 74.Sampel
siswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 62 siswa yang dibagi
menjadi 2 kelompok perlakuan.Uji statistik yang digunakan adalah t-test
independent.
Hasil Penelitian diketahui bahwa perbandingan tingkat pengetahuan
kedua kelompok rata-rata adalah baik. Hal tersebut ditunjukkan pada kelompok
yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah terdapat 77,4% sampel
berpengetahuan baik dan pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan
metode permainan edukatif adalah 87,1%.
Berdasarkan hasil t-test independent adanya perbedaan pengetahuan
anak sekolah dasar tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah
mendapat penyuluhan dengan menggunakan strategi berbeda ( media
permainan edukatif ular tangga dan metode ceramah), dengan nilai signifikasi (pvalue) sebesar 0.024.
Kata kunci
Pustaka
: Permainan edukatif ular tangga, Keamanan makanan jajanan
sekolah, Pengetahuan anak sekolah dasar
:38 (1995-2012)
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga gizi dan kesehatan mempunyai
peran yang sangat besar dalam membentuk manusia yang sehat, cerdas dan
produktif.Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dan teratur. Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat
adalah tumbuh dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat
umurnyaserta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan ( Santoso, 2004).
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah
generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas
anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus
dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.Oleh karena itu anak usia
sekolah perlu pembinaan mengenai pengetahuan bagaimana memilih makanan
jajanan
yang
sehat
dilingkungan
sekolah,
rumah
maupun
di
masyarakat(Judarwanto, 2006).
Penyuluhan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh audien. Menurut penelitian para ahli
indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah indra
pandang. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia disalurkan
dari indra pandang, 13% melalui indra dengar dan 12% dari indra yang lain
(Notoatmodjo, 2003 ).
Penyuluhan dengan metode ceramah merupakan penyuluhan yang paling
sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran
dan minat sasaran (Mubarak, 2007). Metode ceramah ini juga salah satu metode
yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, selain itu metode ini juga
dapat diikuti sasaran dalam jumlah yang besar dan mudah dilaksanakan
(Djamarah, 2000).Di samping mempunyai kelebihan,metode ceramah juga
mempunyai kekurangan yaitu pesan yang terinci mudah dilupakan setelah
beberapa lama (Notoatmodjo, 2007).
Penyuluhan juga dapatdilakukan dengan bantuan media misalnyamelalui
permainan edukatif. Hal ini merupakan suatu bentuk strategi agar siswa sekolah
dasar dapat mengetahui tentang keamanan makanan jajanan. Menurut Yuwanisa
(2010), permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa
sekolah, permainan edukatif ini dikemas dengan cara yang menyenangkan
sehingga pesan-pesan gizi mengenai keamanan makanan jajanan yang
diberikan oleh penyuluh lebih dapat diserap dan diterapkan oleh anak-anak.
Permainan edukatif berupa ular tangga mempunyai kelebihan yaitu informasi
yang diperoleh oleh siswa merupakan hasil dari proses belajar yang tersusun
secara relevan sehingga akan terjaga dalam ingatan dan hal ini akan
memudahkan siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
TINJAUAN PUSTAKA
Masa anak berumur 6 - 12 tahun merupakan masa anak sekolah dasar.
Usia 6 tahun merupakan usia permulaan anak masuk kedalam dunia baru
dimana anak mulai berinteraksi dengan orang – orang yang baru di luar
keluarganya dan mengenal suasana lingkungan yang baru dalam hidupnya
(Moehji, 2003).
Pengetahuan meupakan kesan yang ada didalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (belief), takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang
keliru (misinformation).
Pengetahuan gizi juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam memilih makanan, khususnya dalam memilih makanan yang tepat, bergizi,
seimbang dan memberikan dasar bagi perilaku gizi yang baik dan benar yang
menyangkut kebiasaan makan seseorang (Sediaoetama, 2000).
Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematik dan peran secara sistematik dengan melibatkan peran serta aktif
individu maupun kelompok guna memecahkan suatu masalah masyarakat
dengan cara merubah perilaku manusia itu sendiri (Sulistyoningsih, 2010).
Tujuan dari penyuluhan gizi adalah untuk meningkatkan keadaan gizi
dimana dengan upaya perbaikan gizi diharapkan akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang sangat diperlukan untuk pembangunan dan
pengembangan nasional (Suhardjo,1996).
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metodeyang
dikemukakan
antara
lain
metode
penyuluhan
perorangan
(individual) dan Metode penyuluhan kelompok. Dalam memilih metode
penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metode nya akan
berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran penyuluhan.
Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media pesan dapat disampaikan dengan mudah untuk dipahami.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan
mempermudah pengertian.
Makanan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan oleh pedagang kaki lima dan siap dijual di tempattempat keramaian umum yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan lebih
lanjut (Judarwanto,2008).
Rendahnya kepedulian, pengetahuan pangan dan tanggung jawab
produsen mengenai keamanan pangan menimbulkan masalah keamanan
pangan diantaranya ditemukan produk makanan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan yang menyebabkan banyaknya keracunan
makanan. Hasil survey oleh Badan POM tahun 2007 menunjukkan 45% produk
pangan olahan dan siap saji yang dijual di lingkungan sekolah tercemar baik fisik,
mikrobiologis, maupun kimia. Selain tercemar mikroba, banyak produk makanan
jajanan mengandung formalin, boraks, dan zat pewarna tekstil (Adriani, 2012)
Penelitian yang dilakukan suatu lembaga studi di Jakarta timur
mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi anak – anak
sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, bakso dan es sirup. Berdasarkan
uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan boraks, tahu goreng ditemukan
formalin, dan es sirup positif mengandung Rhodamin-b. Penelitian lain
yang
dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25%-50% sampel
minuman yang dijual di kaki lima (Adriani, 2012)\
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design ( eksperimen
semu), dengan rancangan non equivalent control group design.Penelitian ini
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan metode ceramah dan kelompok yang menggunakan media permainan
edukatif. Penelitian dilakukan bulan Maret 2013 dan lokasi penelitian adalah SD
N Soropadan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar
kelas III dan IV SD N Soropadan yang berjumlah 74 Siswa. Sampel pada
penelitian ini ialah bagian atau cuplikan dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi siswa dan siswi kelas IV, V SD N Soropadan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah penyuluhan meggunakan metode ceramah dan
menggunakan media permainan edukatif ular tangga Variabel terikat dalam hal
ini adalah pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah
HASIL PENELITIAN
Nilai Pengetahuan terendah sebelum diberikan penyuluhan pada
kelompok metode ceramah adalah 7 dan nilai tertinggi 20 dan nilai terendah
setelah diberi penyuluhan dengan metode ceramah adalah 9 dan nilai tertinggi
20, sedangkan nilai pengetahuan terendah sebelum diberikan penyuluhan pada
kelompok metode permainan edukatif adalah 6 dan nilai tertinggi 19 dan nilai
terendah pada kelompok yang setelah diberi penyuluhan dengan media
permainan edukatif ular tangga adalah 10 dan nilai tertinggi 20 dapat dilihat
dalam tabel 5 :
Tabel 5
Nilai Rata-Rata Pengetahuan Sampel
Metode Ceramah
Nilai
Sebelum
Intervensi
7
Setelah
Intervensi
9
Metode
edukatif
Sebelum
Intervensi
20
permainan
Setelah
Intervensi
20
Nilai
Minimum
Nilai
6
11
19
20
Maksimum
SD
3.536
3.189
3.795
2.692
Pengetahuan sampel sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan
metode permainan edukatif dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6
Pengetahuan Sampel Sebelum dan Setelah dilakukan Penyuluhan dengan
Metode Permainan Edukatif
Tingkat
Sebelum
Pengetahuan
intervensi
di
berikan Setelah
di
berikan
intervensi
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
19
61,3
27
87,1
Tidak baik
12
38,7
4
12,9
Jumlah
31
100
31
100
Menurut hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi dan setelah
diberikan intervensi diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah untuk yang
berpengetahuan baik. Hal ini ditunjukkan pada jumlah subjek sebelum diberikan
intervensi untuk subjek yang berpengetahuan baik yaitu 61,3% dan setelah
dilakukan intervensi meningkat menjadi 87,1% dan untuk yang berpengetahuan
tidak baik, sebelum dilakukan intervensi yaitu 38,7% dan setelah dilakukan
intervensi menurun menjadi 12,9%.
Pengetahuan sampel sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan
metode Ceramah dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7
Pengetahuan Sampel Sebelum dan Setelah dilakukan Penyuluhan dengan
Metode Ceramah
Tingkat
Sebelum
Pengetahuan
intervensi
di
berikan Sebelum
di
berikan
intervensi
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
21
67,7
24
77,4
Tidak baik
10
32,3
7
22,6
Jumlah
31
100
31
100
Menurut hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi dan setelah
diberikan intervensi diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah untuk yang
berpengetahuan baik. Hal ini ditunjukkan pada jumlah subjek sebelum diberikan
intervensi untuk subjek yang berpengetahuan baik yaitu 67,7% dan setelah
dilakukan intervensi meningkat menjadi 77,4% dan untuk yang berpengetahuan
tidak baik, sebelum dilakukan intervensi yaitu 32,3% dan setelah dilakukan
intervensi menurun menjadi 22,6%.
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah setelah
Diberikan Penyuluhan Dengan Metode Ceramah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengetahuan siswa sekolah
sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah adalah 15,65 dan
setelah dilakukan penyuluhan mengalami peningkatan menjadi 17,65, dengan
nilai perbedaan 2.00, dan nilai p= 0.000, hal ini bermakna bahwa ada perbedaan
pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah diberikan
penyuluhan dengan metode ceramah dimana dapat dilihat pada tabel 8
sebagai berikut :
Tabel 8
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
Setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah
Pengetahuan Rerata
Perbedaan
P
Kelompok
Rerata
value
2.00
0.000
α
Keputusan
0.05
Ho Ditolak
ceramah
sebelum
15.65
Setelah
17,65
Paired t-test
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
Setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Permainan Edukatif
Hasil penelitian menunjukkan pada tabel 9 didapatkan bahwa pre-test
penyuluhan dengan metode permainan edukatif ular tangga positive ranks yaitu
post-test lebih besar dari pre-test pada keseluruhan sampel yang berjumlah 31
sampel. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan wilcoxon menunjukkan
bahwa untuk jumlah subyek yang nilai setelah diberikan penyuluhan lebih besar
dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan yaitu
setelah diberikan penyuluhan
30 siswa dan yang nilai
sama sebelum diberikan penyuluhan yaitu
1
siswa Pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah
diberikan penyuluhan dengan metode permainan edukatif diperoleh nilai p< 0,05
artinya ada perbedaan pengetahuan anak sekolah dasar tentang makanan
jajanan sekolah setelah diberi penyuluhan dengan metode permainan edukatif.
Tabel 9
Perbedaan Pengetahuan Tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Permainan Edukatif.
Post test-pre test ranks
N
Negative <
0
Positive >
30
Tiles =
1
Total
31
Variabel
Z
Asymp. Sig (2- Keputusan
tailed)
Sebelum
-4.805 a
0.000
Ho ditolak
diberikan
intervensi
-
Setelah
diberikan
intervensi
Uji wilcoxon
Menurut Augustyn, 2004 dalam Saputri 2012, permainan ular tangga
merupakan salah satu cooperative play dan termasuk permainan tradisional yang
mudah dibuat,murah dan biasa dilakukan oleh anak-anak dengan bentuk strategi
pembelajaran yang efektif melalui pendekatan aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi para siswa sehingga anak akan lebih tertarik dalam proses
pembelajaran. Alat permainan edukatif ular tangga dapat diberikan kepada anak
sekolah dasar karena permainan ini memiliki keunggulan yaitu mudah dimainkan,
anak belajar untuk bekerja sama dan berkompetisi yang sehat (fairplay),
bersosialisasi dengan teman sebaya, serta bermain sambil belajar.
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Permainan
Edukatif Ular Tangga.
Tabel 10
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Permainan
Edukatif Ular Tangga.
Pengetahuan
Rerata Perbedaan T
Menurut
P
rerata
hitung value
1.35
-
α
keputusan
Metode
Ceramah
2.00
2.313
Permainan
edukatif
3.35
0.024 0.05 Ho ditolak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rerata pengetahuan
siswa sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah
adalah 2.00, dengan menggunakanpermainan edukatif ular tangga nilai nya lebih
besar yaitu 3.35 dengan nilai p = 0.024 artinya secara statistik ada perbedaan
pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah diberikan
penyuluhan dengan metode ceramah dan permainan edukatif ular tangga.
Media yang digunakan dalam penelitian ini merupakan media permainan
edukatif ular tangga.Permainan edukatif ular tangga ini sudah dimodifikasi berisi
informasi gambar tentang keamanan makanana jajanan sekolah sehingga anak
mengalami ketertarikan untuk bermain.Pemberian informasi dengan permainan
ular tangga yang menarik dan suasana belajar yang menyenangkan dapat
membuat responden lebih mudah menerima informasi yang telah diberikan.
Permainan ini cukup menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak
usia sekolah yang mayoritas respondennya berumur 10 tahun berada dalam
tahap operasional konkrit ( Saputri, 2012).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan siswa sekolah tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah sebagian
besar
baik
yaitu
sebanyak
77,4%dan
yang
mempunyai
tingkat
pengetahuan tidak baik sebanyak 22,6%.
2. Tingkat pengetahuan siswa sekolah tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode permainan edukatif
ular tangga sebagian besar baik yaitu sebanyak 87,1 %dan yang
mempunyai tingkat pengetahuan tidak baik sebanyak 12,9%.
3. Ada perbedaan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan
permainan edukatif ular tangga.
Saran
1. Bagi Sekolah
Media
dalam
peneltian
ini
dapat
digunakan
untuk
memberikan
penyuluhan lebih lanjut kepada siswa sekolah dalam upaya peningkatan
kebutuhan tentang keamanan makanan jajanan sekolah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam upaya menindaklanjuti
hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang luas, yaitu dengan
mengukur pengetahuan siswa tentang keamanan makanan jajanan
sekolah terhadap sikap dan perilaku siswa sekolah.
3. Bagi siswa sekolah dasar
Hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan
jajanan sekolah dan mampu menerapkan informasi-informasi yang telah
diterima di kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Adriani, Merryana dan Wirajatmadi, Bambang. 2012.
Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Pengantar Gizi
Amelia,Charina.2010. Efektivitas Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Siswa Kelas VII Dan VIII SMP
Ma’arif Nu Tegal Tahun 2010.Skripsi. Universitas Negeri Semarang,
Anggraeni,Debi Nurul. 2010. Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang
Keamanan Pangan dengan Menggunakan Strategi Ceramah Konvensional
dan Ceramah Menggunakan Buku Saku. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Direktorat Inspeksi dan Serifikasi Pangan, 2012.Workshop Inisisasi Perkuatan
Pengawasan
Pangan
Jajanan
Anak
Sekolah(http://www.pom.go.id/index.php/home/berita_aktual/1991/worksop.i
nisiasi_perkuat_pengawasan_pangan_jajanan_anak_sekolah.html)
diakses
pada 15 Oktober 2012
Djamarah, B.S, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Effendy, Nasrul. 1995. Perawatan Keehatan Masyarakat. Jakarta : Buku
Kedokteran
Hafis.
2012.
Sejarah
Permainan
Ular
Tangga.
http://hafismuaddab.wordpress.com/2012/05/22/sejarah-permainan-ulartangga/ diakses pada 25 januari 2013
Hastuti, Sri dan Andriyani, Annisa. 2010. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Gigi
Dalam Peningkatan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak di SD
Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali.Gaster Vol 7. 624-632
Hotber ER Pasaribu. 2005. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode
Ceramah Tanya Jawab Dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku
Kecacingan Dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris limbricoides Pada Anak
Sekolah Dasar.Tesis. Universitas Diponegoro
Judarwanto,
Widodo,
2008.
Perilaku
Makan
Anak
Sekolah
(http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-anaksekolah.pdf) diakses pada 25 November 2012
Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Amplikasinya.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Khomsan, Ali.2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grasindo Persada
Lubis, Akbar , Lubis,Lumongga dan Syahrial.2013. Pengaruh Penyuluhan
dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan
dan Sikap Anak tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan
Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2013. Universitas Sumatra
Utara
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Mubarak, Wahid Iqbal, Chayatin, Nurul dan Santoso, Bambang Adi 2006.
Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung Seto.
Mubarak, Wahid iqbal, Chayatin, Nurul , Rozikin, Khoirul dan Supradi.
2007. Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mudanijah, Siti .2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Nayadilaga
Mudjajanto E.S. 2005.Keamanan Makanan Jajanan Tradisional dalam Makan
Sehat Hidup Sehat.Jakarta : Kompas.
Mulyati, Tutik. 2009, Pembelajaran Ular Tangga salah satu alternatif
Peningkatan Hasil Belajar sejarah Siswa kelas XI IS Sma Negeri I Musuk
Semester 2 Tahun Pelajaran 2007-2008.Didaktika 1, 211-212
Munawaroh dan Sulistyorini.2010. Efektifitas Metode Ceramah dan Lefleat dalam
Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMA Negeri
Ngrayun. UNMUH Ponorogo
Nailul Amalia, 2008. Perbedaan Skor Pengetahuan Gizi antara Siswa yang
Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Siswa yang Diberikan
penyuluhan Dengan Metode “Playing by Learning” Melalui Media “ Seri
Petualngan Dino dan Dina saatnya Sehat” di Sekolah Dasar Jakarta Timur
Tahun 2008. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003.Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu KesehatanMasyarakat .Jakarta
: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S. 2005.Promosi Kesehatan dan Aplikasi.Jakarta : RinekaCipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugrahani, Rahina.2007, Media Pembelajaran Berbasis Visual Berbentuk
Permainan Ular tangga Untuk meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar Di
Sekolah Dasar. Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No 1
Purwanto, E.A. dan Sulistyastuti, D.R, 2007.Metode Penelitian Kuantitatif
untuk Administrasi Publik dan Masalah sosial. Yogyakarta: Gava Media
Santosa, Soegeng dan Ranti, Anne Lies .2004.Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
Rineka Cipta
Saputri, Kristiawati dan Krisnana.2010. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
dalam Pemilihan Jajanan Sehat Menggunakan Alat Permainan Edukatif Ular
Tangga. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Sediaoetama, Achmad D. 2000.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I,
Jakarta: Dian Rakyat
Sholihatun. 2011. Perbedaan Efektivitas Metode Ceramah dan Metode peer
konselor Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pra Nikah Pada siswa
Kelas II Multimedia di SMK Kartini Semarang.
Sriningsih, N. 2008.Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia
Dini.Bandung : Pustaka Sebelas
Suci, Eunike. 2009. Gambaran perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.
Psikobuana Vol 1. 29-38
Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta :Penerbit Bumi Aksara
Sulistyoningsih, H. 2010. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wigati, Yully, dan Jaya .2011.Efektifitas Penyuluhan kesehatan Gigi Mulut
Metode Bermain Ular tangga dengan Ceramah Siswa Kelas II SDN
Lowokwaru 2 Malang Tahun 2011.
Yasmin, Ghaida dan Madanijah, Siti.2010. Perilaku Penjaja Pangan Jajana Anak
Sekolah Terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi.Jurnal
Gizi dan Pangan vol 5. 148-157
Yuwanisa
A.
2010.
Permainan
Edukatif.
http://ainiyuwanisa.wordpress.com/2010/03/11/permainan-edukatif/ di akses
pada 20 november 2012
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH SETELAH MENDAPAT
PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERBEDA (MEDIA
PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA DAN METODE CERAMAH ) DI SD N
SOROPADAN KARANGASEM SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Gizi
Disusun Oleh :
APRINA RIA PUTRI
J300101007
PROGRAM STUDI DIII GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ABSTRAK
APRINA RIA PUTRI J300101007
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANAK SEKOLAH DASAR TENTANG
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH SETELAH MENDAPAT
PENYULUHAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI BERBEDA (MEDIA
PERMAINAN EDUKATIF ULAR TANGGA DAN METODE CERAMAH ) DI SD N
SOROPADAN KARANGASEM SURAKARTA
Survei awal di SD N Soropadan Karangasem menunjukkan tingkat
pengetahuan anak sekolah tentang keamanan makanan jajanan sekolah sebesar
50% masih rendah.Oleh karena itu diperlukan suatu strategi atau metode yang
tepat untuk meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan
sekolah pada anak sekolah dasar.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengetahuan anak
sekolah dasar tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah mendapat
penyuluhan dengan menggunakan strategi berbeda ( media permainan edukatif
ular tangga dan metode ceramah) di SD N Soropadan Karangasem Surakarta
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design( eksperimen
semu), dengan rancangan non equivalent control group design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dan IV yang berjumlah 74.Sampel
siswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 62 siswa yang dibagi
menjadi 2 kelompok perlakuan.Uji statistik yang digunakan adalah t-test
independent.
Hasil Penelitian diketahui bahwa perbandingan tingkat pengetahuan
kedua kelompok rata-rata adalah baik. Hal tersebut ditunjukkan pada kelompok
yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah terdapat 77,4% sampel
berpengetahuan baik dan pada kelompok yang diberikan penyuluhan dengan
metode permainan edukatif adalah 87,1%.
Berdasarkan hasil t-test independent adanya perbedaan pengetahuan
anak sekolah dasar tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah
mendapat penyuluhan dengan menggunakan strategi berbeda ( media
permainan edukatif ular tangga dan metode ceramah), dengan nilai signifikasi (pvalue) sebesar 0.024.
Kata kunci
Pustaka
: Permainan edukatif ular tangga, Keamanan makanan jajanan
sekolah, Pengetahuan anak sekolah dasar
:38 (1995-2012)
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga gizi dan kesehatan mempunyai
peran yang sangat besar dalam membentuk manusia yang sehat, cerdas dan
produktif.Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dan teratur. Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat
adalah tumbuh dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat
umurnyaserta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan ( Santoso, 2004).
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah
generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas
anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus
dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan.Oleh karena itu anak usia
sekolah perlu pembinaan mengenai pengetahuan bagaimana memilih makanan
jajanan
yang
sehat
dilingkungan
sekolah,
rumah
maupun
di
masyarakat(Judarwanto, 2006).
Penyuluhan merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi yang diberikan dapat
diterima dan dipahami dengan baik oleh audien. Menurut penelitian para ahli
indra, yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah indra
pandang. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia disalurkan
dari indra pandang, 13% melalui indra dengar dan 12% dari indra yang lain
(Notoatmodjo, 2003 ).
Penyuluhan dengan metode ceramah merupakan penyuluhan yang paling
sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran
dan minat sasaran (Mubarak, 2007). Metode ceramah ini juga salah satu metode
yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, selain itu metode ini juga
dapat diikuti sasaran dalam jumlah yang besar dan mudah dilaksanakan
(Djamarah, 2000).Di samping mempunyai kelebihan,metode ceramah juga
mempunyai kekurangan yaitu pesan yang terinci mudah dilupakan setelah
beberapa lama (Notoatmodjo, 2007).
Penyuluhan juga dapatdilakukan dengan bantuan media misalnyamelalui
permainan edukatif. Hal ini merupakan suatu bentuk strategi agar siswa sekolah
dasar dapat mengetahui tentang keamanan makanan jajanan. Menurut Yuwanisa
(2010), permainan edukatif dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa
sekolah, permainan edukatif ini dikemas dengan cara yang menyenangkan
sehingga pesan-pesan gizi mengenai keamanan makanan jajanan yang
diberikan oleh penyuluh lebih dapat diserap dan diterapkan oleh anak-anak.
Permainan edukatif berupa ular tangga mempunyai kelebihan yaitu informasi
yang diperoleh oleh siswa merupakan hasil dari proses belajar yang tersusun
secara relevan sehingga akan terjaga dalam ingatan dan hal ini akan
memudahkan siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
TINJAUAN PUSTAKA
Masa anak berumur 6 - 12 tahun merupakan masa anak sekolah dasar.
Usia 6 tahun merupakan usia permulaan anak masuk kedalam dunia baru
dimana anak mulai berinteraksi dengan orang – orang yang baru di luar
keluarganya dan mengenal suasana lingkungan yang baru dalam hidupnya
(Moehji, 2003).
Pengetahuan meupakan kesan yang ada didalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (belief), takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang
keliru (misinformation).
Pengetahuan gizi juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam memilih makanan, khususnya dalam memilih makanan yang tepat, bergizi,
seimbang dan memberikan dasar bagi perilaku gizi yang baik dan benar yang
menyangkut kebiasaan makan seseorang (Sediaoetama, 2000).
Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematik dan peran secara sistematik dengan melibatkan peran serta aktif
individu maupun kelompok guna memecahkan suatu masalah masyarakat
dengan cara merubah perilaku manusia itu sendiri (Sulistyoningsih, 2010).
Tujuan dari penyuluhan gizi adalah untuk meningkatkan keadaan gizi
dimana dengan upaya perbaikan gizi diharapkan akan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang sangat diperlukan untuk pembangunan dan
pengembangan nasional (Suhardjo,1996).
Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metodeyang
dikemukakan
antara
lain
metode
penyuluhan
perorangan
(individual) dan Metode penyuluhan kelompok. Dalam memilih metode
penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metode nya akan
berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran penyuluhan.
Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media pesan dapat disampaikan dengan mudah untuk dipahami.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, dan
mempermudah pengertian.
Makanan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan oleh pedagang kaki lima dan siap dijual di tempattempat keramaian umum yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan lebih
lanjut (Judarwanto,2008).
Rendahnya kepedulian, pengetahuan pangan dan tanggung jawab
produsen mengenai keamanan pangan menimbulkan masalah keamanan
pangan diantaranya ditemukan produk makanan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan yang menyebabkan banyaknya keracunan
makanan. Hasil survey oleh Badan POM tahun 2007 menunjukkan 45% produk
pangan olahan dan siap saji yang dijual di lingkungan sekolah tercemar baik fisik,
mikrobiologis, maupun kimia. Selain tercemar mikroba, banyak produk makanan
jajanan mengandung formalin, boraks, dan zat pewarna tekstil (Adriani, 2012)
Penelitian yang dilakukan suatu lembaga studi di Jakarta timur
mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi anak – anak
sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, bakso dan es sirup. Berdasarkan
uji lab, pada otak-otak dan bakso ditemukan boraks, tahu goreng ditemukan
formalin, dan es sirup positif mengandung Rhodamin-b. Penelitian lain
yang
dilakukan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25%-50% sampel
minuman yang dijual di kaki lima (Adriani, 2012)\
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental design ( eksperimen
semu), dengan rancangan non equivalent control group design.Penelitian ini
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan metode ceramah dan kelompok yang menggunakan media permainan
edukatif. Penelitian dilakukan bulan Maret 2013 dan lokasi penelitian adalah SD
N Soropadan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar
kelas III dan IV SD N Soropadan yang berjumlah 74 Siswa. Sampel pada
penelitian ini ialah bagian atau cuplikan dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi siswa dan siswi kelas IV, V SD N Soropadan. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah penyuluhan meggunakan metode ceramah dan
menggunakan media permainan edukatif ular tangga Variabel terikat dalam hal
ini adalah pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah
HASIL PENELITIAN
Nilai Pengetahuan terendah sebelum diberikan penyuluhan pada
kelompok metode ceramah adalah 7 dan nilai tertinggi 20 dan nilai terendah
setelah diberi penyuluhan dengan metode ceramah adalah 9 dan nilai tertinggi
20, sedangkan nilai pengetahuan terendah sebelum diberikan penyuluhan pada
kelompok metode permainan edukatif adalah 6 dan nilai tertinggi 19 dan nilai
terendah pada kelompok yang setelah diberi penyuluhan dengan media
permainan edukatif ular tangga adalah 10 dan nilai tertinggi 20 dapat dilihat
dalam tabel 5 :
Tabel 5
Nilai Rata-Rata Pengetahuan Sampel
Metode Ceramah
Nilai
Sebelum
Intervensi
7
Setelah
Intervensi
9
Metode
edukatif
Sebelum
Intervensi
20
permainan
Setelah
Intervensi
20
Nilai
Minimum
Nilai
6
11
19
20
Maksimum
SD
3.536
3.189
3.795
2.692
Pengetahuan sampel sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan
metode permainan edukatif dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6
Pengetahuan Sampel Sebelum dan Setelah dilakukan Penyuluhan dengan
Metode Permainan Edukatif
Tingkat
Sebelum
Pengetahuan
intervensi
di
berikan Setelah
di
berikan
intervensi
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
19
61,3
27
87,1
Tidak baik
12
38,7
4
12,9
Jumlah
31
100
31
100
Menurut hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi dan setelah
diberikan intervensi diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah untuk yang
berpengetahuan baik. Hal ini ditunjukkan pada jumlah subjek sebelum diberikan
intervensi untuk subjek yang berpengetahuan baik yaitu 61,3% dan setelah
dilakukan intervensi meningkat menjadi 87,1% dan untuk yang berpengetahuan
tidak baik, sebelum dilakukan intervensi yaitu 38,7% dan setelah dilakukan
intervensi menurun menjadi 12,9%.
Pengetahuan sampel sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan
metode Ceramah dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7
Pengetahuan Sampel Sebelum dan Setelah dilakukan Penyuluhan dengan
Metode Ceramah
Tingkat
Sebelum
Pengetahuan
intervensi
di
berikan Sebelum
di
berikan
intervensi
Jumlah
%
Jumlah
%
Baik
21
67,7
24
77,4
Tidak baik
10
32,3
7
22,6
Jumlah
31
100
31
100
Menurut hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi dan setelah
diberikan intervensi diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah untuk yang
berpengetahuan baik. Hal ini ditunjukkan pada jumlah subjek sebelum diberikan
intervensi untuk subjek yang berpengetahuan baik yaitu 67,7% dan setelah
dilakukan intervensi meningkat menjadi 77,4% dan untuk yang berpengetahuan
tidak baik, sebelum dilakukan intervensi yaitu 32,3% dan setelah dilakukan
intervensi menurun menjadi 22,6%.
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah setelah
Diberikan Penyuluhan Dengan Metode Ceramah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata pengetahuan siswa sekolah
sebelum dilakukan penyuluhan dengan metode ceramah adalah 15,65 dan
setelah dilakukan penyuluhan mengalami peningkatan menjadi 17,65, dengan
nilai perbedaan 2.00, dan nilai p= 0.000, hal ini bermakna bahwa ada perbedaan
pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah diberikan
penyuluhan dengan metode ceramah dimana dapat dilihat pada tabel 8
sebagai berikut :
Tabel 8
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
Setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah
Pengetahuan Rerata
Perbedaan
P
Kelompok
Rerata
value
2.00
0.000
α
Keputusan
0.05
Ho Ditolak
ceramah
sebelum
15.65
Setelah
17,65
Paired t-test
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
Setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Permainan Edukatif
Hasil penelitian menunjukkan pada tabel 9 didapatkan bahwa pre-test
penyuluhan dengan metode permainan edukatif ular tangga positive ranks yaitu
post-test lebih besar dari pre-test pada keseluruhan sampel yang berjumlah 31
sampel. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan wilcoxon menunjukkan
bahwa untuk jumlah subyek yang nilai setelah diberikan penyuluhan lebih besar
dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan yaitu
setelah diberikan penyuluhan
30 siswa dan yang nilai
sama sebelum diberikan penyuluhan yaitu
1
siswa Pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah
diberikan penyuluhan dengan metode permainan edukatif diperoleh nilai p< 0,05
artinya ada perbedaan pengetahuan anak sekolah dasar tentang makanan
jajanan sekolah setelah diberi penyuluhan dengan metode permainan edukatif.
Tabel 9
Perbedaan Pengetahuan Tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah diberikan Penyuluhan dengan Metode Permainan Edukatif.
Post test-pre test ranks
N
Negative <
0
Positive >
30
Tiles =
1
Total
31
Variabel
Z
Asymp. Sig (2- Keputusan
tailed)
Sebelum
-4.805 a
0.000
Ho ditolak
diberikan
intervensi
-
Setelah
diberikan
intervensi
Uji wilcoxon
Menurut Augustyn, 2004 dalam Saputri 2012, permainan ular tangga
merupakan salah satu cooperative play dan termasuk permainan tradisional yang
mudah dibuat,murah dan biasa dilakukan oleh anak-anak dengan bentuk strategi
pembelajaran yang efektif melalui pendekatan aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi para siswa sehingga anak akan lebih tertarik dalam proses
pembelajaran. Alat permainan edukatif ular tangga dapat diberikan kepada anak
sekolah dasar karena permainan ini memiliki keunggulan yaitu mudah dimainkan,
anak belajar untuk bekerja sama dan berkompetisi yang sehat (fairplay),
bersosialisasi dengan teman sebaya, serta bermain sambil belajar.
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Permainan
Edukatif Ular Tangga.
Tabel 10
Perbedaan Pengetahuan tentang Keamanan Makanan Jajanan Sekolah
setelah Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Permainan
Edukatif Ular Tangga.
Pengetahuan
Rerata Perbedaan T
Menurut
P
rerata
hitung value
1.35
-
α
keputusan
Metode
Ceramah
2.00
2.313
Permainan
edukatif
3.35
0.024 0.05 Ho ditolak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rerata pengetahuan
siswa sebelum dan setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah
adalah 2.00, dengan menggunakanpermainan edukatif ular tangga nilai nya lebih
besar yaitu 3.35 dengan nilai p = 0.024 artinya secara statistik ada perbedaan
pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan sekolah setelah diberikan
penyuluhan dengan metode ceramah dan permainan edukatif ular tangga.
Media yang digunakan dalam penelitian ini merupakan media permainan
edukatif ular tangga.Permainan edukatif ular tangga ini sudah dimodifikasi berisi
informasi gambar tentang keamanan makanana jajanan sekolah sehingga anak
mengalami ketertarikan untuk bermain.Pemberian informasi dengan permainan
ular tangga yang menarik dan suasana belajar yang menyenangkan dapat
membuat responden lebih mudah menerima informasi yang telah diberikan.
Permainan ini cukup menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak
usia sekolah yang mayoritas respondennya berumur 10 tahun berada dalam
tahap operasional konkrit ( Saputri, 2012).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan siswa sekolah tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah sebagian
besar
baik
yaitu
sebanyak
77,4%dan
yang
mempunyai
tingkat
pengetahuan tidak baik sebanyak 22,6%.
2. Tingkat pengetahuan siswa sekolah tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode permainan edukatif
ular tangga sebagian besar baik yaitu sebanyak 87,1 %dan yang
mempunyai tingkat pengetahuan tidak baik sebanyak 12,9%.
3. Ada perbedaan pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan
sekolah setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan
permainan edukatif ular tangga.
Saran
1. Bagi Sekolah
Media
dalam
peneltian
ini
dapat
digunakan
untuk
memberikan
penyuluhan lebih lanjut kepada siswa sekolah dalam upaya peningkatan
kebutuhan tentang keamanan makanan jajanan sekolah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam upaya menindaklanjuti
hasil penelitian yang ada kearah penelitian yang luas, yaitu dengan
mengukur pengetahuan siswa tentang keamanan makanan jajanan
sekolah terhadap sikap dan perilaku siswa sekolah.
3. Bagi siswa sekolah dasar
Hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang keamanan makanan
jajanan sekolah dan mampu menerapkan informasi-informasi yang telah
diterima di kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Adriani, Merryana dan Wirajatmadi, Bambang. 2012.
Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Pengantar Gizi
Amelia,Charina.2010. Efektivitas Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Siswa Kelas VII Dan VIII SMP
Ma’arif Nu Tegal Tahun 2010.Skripsi. Universitas Negeri Semarang,
Anggraeni,Debi Nurul. 2010. Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang
Keamanan Pangan dengan Menggunakan Strategi Ceramah Konvensional
dan Ceramah Menggunakan Buku Saku. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Direktorat Inspeksi dan Serifikasi Pangan, 2012.Workshop Inisisasi Perkuatan
Pengawasan
Pangan
Jajanan
Anak
Sekolah(http://www.pom.go.id/index.php/home/berita_aktual/1991/worksop.i
nisiasi_perkuat_pengawasan_pangan_jajanan_anak_sekolah.html)
diakses
pada 15 Oktober 2012
Djamarah, B.S, 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Effendy, Nasrul. 1995. Perawatan Keehatan Masyarakat. Jakarta : Buku
Kedokteran
Hafis.
2012.
Sejarah
Permainan
Ular
Tangga.
http://hafismuaddab.wordpress.com/2012/05/22/sejarah-permainan-ulartangga/ diakses pada 25 januari 2013
Hastuti, Sri dan Andriyani, Annisa. 2010. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Gigi
Dalam Peningkatan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak di SD
Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali.Gaster Vol 7. 624-632
Hotber ER Pasaribu. 2005. Perbandingan Penyuluhan Kesehatan Metode
Ceramah Tanya Jawab Dengan Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Buku
Kecacingan Dalam Mencegah Reinfeksi Ascaris limbricoides Pada Anak
Sekolah Dasar.Tesis. Universitas Diponegoro
Judarwanto,
Widodo,
2008.
Perilaku
Makan
Anak
Sekolah
(http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-anaksekolah.pdf) diakses pada 25 November 2012
Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Amplikasinya.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Khomsan, Ali.2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grasindo Persada
Lubis, Akbar , Lubis,Lumongga dan Syahrial.2013. Pengaruh Penyuluhan
dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan
dan Sikap Anak tentang PHBS di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan
Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2013. Universitas Sumatra
Utara
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Mubarak, Wahid Iqbal, Chayatin, Nurul dan Santoso, Bambang Adi 2006.
Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV Sagung Seto.
Mubarak, Wahid iqbal, Chayatin, Nurul , Rozikin, Khoirul dan Supradi.
2007. Promosi Kesehatan; Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mudanijah, Siti .2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Nayadilaga
Mudjajanto E.S. 2005.Keamanan Makanan Jajanan Tradisional dalam Makan
Sehat Hidup Sehat.Jakarta : Kompas.
Mulyati, Tutik. 2009, Pembelajaran Ular Tangga salah satu alternatif
Peningkatan Hasil Belajar sejarah Siswa kelas XI IS Sma Negeri I Musuk
Semester 2 Tahun Pelajaran 2007-2008.Didaktika 1, 211-212
Munawaroh dan Sulistyorini.2010. Efektifitas Metode Ceramah dan Lefleat dalam
Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di SMA Negeri
Ngrayun. UNMUH Ponorogo
Nailul Amalia, 2008. Perbedaan Skor Pengetahuan Gizi antara Siswa yang
Diberikan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Siswa yang Diberikan
penyuluhan Dengan Metode “Playing by Learning” Melalui Media “ Seri
Petualngan Dino dan Dina saatnya Sehat” di Sekolah Dasar Jakarta Timur
Tahun 2008. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003.Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu KesehatanMasyarakat .Jakarta
: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,S. 2005.Promosi Kesehatan dan Aplikasi.Jakarta : RinekaCipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugrahani, Rahina.2007, Media Pembelajaran Berbasis Visual Berbentuk
Permainan Ular tangga Untuk meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar Di
Sekolah Dasar. Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 36, No 1
Purwanto, E.A. dan Sulistyastuti, D.R, 2007.Metode Penelitian Kuantitatif
untuk Administrasi Publik dan Masalah sosial. Yogyakarta: Gava Media
Santosa, Soegeng dan Ranti, Anne Lies .2004.Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
Rineka Cipta
Saputri, Kristiawati dan Krisnana.2010. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap
dalam Pemilihan Jajanan Sehat Menggunakan Alat Permainan Edukatif Ular
Tangga. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Sediaoetama, Achmad D. 2000.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I,
Jakarta: Dian Rakyat
Sholihatun. 2011. Perbedaan Efektivitas Metode Ceramah dan Metode peer
konselor Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Seks Pra Nikah Pada siswa
Kelas II Multimedia di SMK Kartini Semarang.
Sriningsih, N. 2008.Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia
Dini.Bandung : Pustaka Sebelas
Suci, Eunike. 2009. Gambaran perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta.
Psikobuana Vol 1. 29-38
Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta :Penerbit Bumi Aksara
Sulistyoningsih, H. 2010. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wigati, Yully, dan Jaya .2011.Efektifitas Penyuluhan kesehatan Gigi Mulut
Metode Bermain Ular tangga dengan Ceramah Siswa Kelas II SDN
Lowokwaru 2 Malang Tahun 2011.
Yasmin, Ghaida dan Madanijah, Siti.2010. Perilaku Penjaja Pangan Jajana Anak
Sekolah Terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi.Jurnal
Gizi dan Pangan vol 5. 148-157
Yuwanisa
A.
2010.
Permainan
Edukatif.
http://ainiyuwanisa.wordpress.com/2010/03/11/permainan-edukatif/ di akses
pada 20 november 2012