PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MAN 2 MEDAN.

KATAPENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang M"aha Esa , karena
berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini
d.imaksudkan untuk memenuhi sebagian Persyaratan memperoleh gelar Magister
Pendidikan program studi Teknologi Pendidikan, Program Pasca Satjana Universitas
Negeri Medan, dengan judul tesis ini adalah

Pengaruh Model Pembelajaran
p Hasil Belajar K.imia Siswa

Pemecahan Masal

J

MAN 2 Medan.

Oalam menyelesaikan- tesis ini banyak pihak yang membantu, disebabkan
karena kurangnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengucapkan

terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. dan


Bapak Dr. Binsar Panjaitan, "tYf.Pd .. selaku dosen pembimbing yangdengan sabar
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada
penutis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini juga
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada;

t:.~

~

Pertama: Ibu Rektor UNIMED Prof. Dr. Djanius Djamin, SH. MS,
Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED, Bapak Dr. Abdul Hamid, K. M.Pd. selaku Ketua Prodi Teknologi
Pendidikan, dan Bapak

Dr. Julaga Situmorang,

Studi beserta staf.

iii


M.Pd.

selaku sekretaris Program

Kedua, Bapak Dr. Abdul Hamid K., M.Pd., Bapak Dr. Abdul Hasan Saragih,
M.Pd, dan Bapak Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd., selaku Nara Sumber yang telah
memberikan rnasukan pada tesis ini, serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menempuh. pendidikan di Program

"J

Pascasarjana UNIMED.

Ketiga: Bapak Kepala Madrasah MAN 2 Medan yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian pada Madrasah an
\-:~

Keempat: Kepada Ayahanda (Aim) Drs. Hasan Khal dan lbunda Thibah Ap,


yang telah mernberikan nasehat, bimbingan dan do'a-kepada penulis.

Kelima, Istriku tercinta Dra. Linda Everita Nst yang memberikan dukungan
moral dan anak-anakku tersayang Miftahurrahmah El Hayati dan Thsanul Akhdza El
Hayati tersayang yang menjadi pemacu semangat kepada pen!!lis sehingga
menyelesail(an perkuliahan ini.

f

Ec~

Keenam: Rekan-rekan kuliah yang banyak membantu penulis dengan

memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

/

-

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal

kebajikan. Ak.himya, penulis mengakui bahwa karya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi duni.a pendidikan.

Medan,
Penulis,

Hayatsyah

iv

Agustus 2005

ABSTRACT
HAYATSYAH, Reg. 015020010. The Influence of Problem Solving Instructional
Models and Achievement Motivation towards Chemistry Achievement. Thesis
Post G~duate,
State University ofMedan. 2005.
.... l l

The objectives of the research were to know:


~

(1) influence problem solving

instructional model towards chemistry achievement, (2) influence achievement
motivation towards chemistry achievement, and

(3) interaction of instructional

models and achievement motivation towards chemistry achievement.

1
~
-

I

Type of the research was quasi experimental research with population was 80 out of
120 students of MAN 2 Medan. Before given the treatment, the student was given

achievement motivation questiormaire to know the level of their achievement
motivation. Technique of analysis data were descriptive analysis and inferential
analysis to test the hypothesis with anova two way.

.-}
0

/

.,

fJAI,~( F table = 3,97 at level of signifikan a= 0,05. There was difference of

chemistry achievement because influence of difference achievement motivation. It
was shown by

Fcalculatc =

286,19 >


F table

= 3,97 at level of signifikan a = 0,05, and

furthennore there was interaction between instructional models and achievement
motivation V' Ftable =

ABSTRAK
HAYATSYAH. NIM. 015020010. Pengaruh Model Pembelajaran Pemecaban

Masalah dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2005.

{:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

pemecahan masalah terhadap basil belajar Kimia, mengetahui pengaruh motivasi
berprestas!_ terhadap hasil


b~ajr

Kimia. dan mengetahui interaksi antara model

pembe1ajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasH belajar Kimia siswa.

sebanyak 120 orang yang terdiri atas 3 kelas. Jumlah sampel sebanyak 80 orang yang
diarnbil dari 2 kelas. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel penelitian
diberikan angket motivasi berprestasi untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi
siswa. Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu diujicobakan untuk menguji
tingkat validitas dan reliabilitas tes. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hipotesis penelitian diuji dengan
menggunakan Anava 2 jalU£:, Sebelum Anava 2 _jalur digunakan. terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis data yaitu uji normalitas dengan uji Lilliefors dan
uji homogenitas varians dengan uji Bartlet.
Hasil pcngujian hipotesis menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah memiliki hasil belajar Kimia
yang lebih-tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran
PPSI. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung == 36,81 > F 1 ~t


= 3,97 pada taraf signifikan a=

0,05. Siswa yang memiliki motivasi be rprestasi tinggi memiliki basil belajar kima
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah. Hal ini ditunjukkan oleh.fhitung = 286,19 > Etabcl: 3,97 pada taraf signifikan a.
== 0,05. Selanjutnya ditemuk:an interaksi antara model pembelajaran dan motivasi

berprestasi terhadap hasil belajar Kimia siswa. Hal ini ditlUljukkan oleh
104,19> Frabe1 = 3,97 pada tarafsignifikan o:=
~

~

~ 0,5.
"'liM~

c

II


«-Q

Fhirung ===

~
fJNIME.Q c

BAB I
PENDAHULUAN
f M-.-,L-.1-_K- i:-. -~ : - . fJ- . P -~ - ~ ,- _...-.;-.:--. '

Pendidikan formal dapat berlangsung disekolah atau madrasah dan

tidak akan terlepas dari proses pembelajaran yang melibatkan berbagai faktor
pendukungnya, sehingga tujuan pendidikan dalam bentuk perubahan tingkah
laku dalam diri peserta didik (siswa) untuk meningkBrtkan basil belajarnya
dapat tercapai

dengan


efektif dan efesien. Melalui lembaga pendidikan

diharapkan terjadi aktivitas belajar, yang didalamnya terdapat sebuah sistem
pembelajaran. Sistem pembelajaran pada sebuah lembaga biasanya terdiri atas
sistem masukan (siswa, instrumen dan, Jingkungan), proses, serta hasil
(produk). Jika seluruh komponen dalam sistem pembelajaran be.ke.rja secara
sinergis, maka bukan tidak mungkin bahwa produk yang dihasilkan dari
sistem pembelajaran akan memiliki kualitas yang baik.

1

Pada dekade terakhir kualitas pendidikan di Indonesia banyak
mengalami sorotan, baik dari kalangan pemerintah, swasta ataupun kalangan
insan pendidikan sendiri. Hal ini ditandai dengan rendahnya perolehan nilai
ujian siswa yang merupakan indikator pencapaian basil belajar. Siswa
diharapkan dapat mencapai basil belajar sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya,

tetapi

kenyataannya tidak semua siswa memperoleh

sebagaimana harapan itu karena dipengaruhi beberapa faktor dari dalam dan
luar siswa. Kenyataan ini dapat terlihat dari basil bela'ar at
Murni (NEM) dalam mata pelajaran Kimia di MAN. 2 Medan. Dari data
Diknas

kot

~

Medan 5 tahun terahir, sejak tahun pelajaran 1998/1999 sampai

dengan tahun pelajaran 2003/2004 NEM mata pelajaran Kimia masih rendah
dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Madrasah, masyarakat ataupun
siswa, bahkan untuk tahun pelajaran 2003-2004 rata-rata NEM ma!_!1 pelajaran
Kimia rata rata 3,91.
(

~5

NEc~.o

Untuk mengatasi masalah yang terjadi pemerintah, telah banyak

melakukan usaha yang intinya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Usaha tersebut di arttaranya adalah penataran guru-guru bidang studi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan dari setiap sekolah khususnya bidang
Matematika dan IPA yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP), pendid.!,kan guru ekstra_ yang diselenggarakan oleh
Lembaga Pendidikan Tinggi seperti Universitas Negeri Medan (UNIMED)
ataupun Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Usaha tersebut
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas

2

pembelajaran guru, yang akhirnya akan mendongkrak rnutu lulusan. Namun
usaha yang dilakukan tersebut sepertinya belum memberikan hasil yang
maksimal, hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata basil ujian
siswa, khususnya untuk tingkat Madrasah Aliyah. sa,.

-;.

Ahmadi

dan

Supriyono (1991)

menyatakan

1.~

/c,'4,....
babwa kornponen-

kornponen yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi: (1)
stimuli belajar, (2) metode belajar, (3) individual siswa. Hal ini senada
an
komponen-komponen yang rnernpengaruhi basil belajar seorang siswa
meliputi: (l r guru, (2) kurikulum, (3) siswa, (4) media, (5) metode mengajar,
dan (6) Iingkungan. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal,
maka antara komponen-komponen tersebut harus saling mendukung satu
dengan yangjainnya.
Bloom (1976) menjelaskan bahwa dua hal pokok yang mempengaruhi
basil belajar siswa, yaitu kualitas petnbclajaran dan karakteristik siswa.
Kualitas pernbelajaran dapat dilihat dari segi model pembelaj!fan yang

-

-

dipakai oleh guru dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan
peneliti dan basil diskusi dengan beberapa orang guru Kimia yang bertugas di
MAN 2 Medan bahwa selama ini model pembelajaran yang selalu dan biasa
digunakan grnu adalah modeT pernbelajaran PPSI (Prosedur Pengembangan
Sistem Istruksional).

Melihat kondisi ril di

lapangan bahwa model

pembelajaran tersebut belum memberikan hasil belajar yang maksimal, maka

3

perlu dirancang sebuh model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa
belajar yang

akhirnya

dapat

meningkatkan

basil

belajarnya.

Model

pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran pemecahan
masalah. Gagne (1 985) menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan
suatu proses bagi siswa untuk menemukan aturan sebelumnya sesudah
dipelajari untuk diterapkan dalam memperoleh pemecahan bagi situasi baru.
Berdasarkan pendapat terse but, maka dapat aitarik sebuah pengertian bahwa

siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga basil belajar
yang dip:E~
J

e h

siswa akan lebih bermakna.

Pada sisi lain basil belajar siswa ditentukan oJeh kondisi internal

psikologis siswa seperti motivasi. Motivasi merupakan proses yang memberi
semangat kepada prilaku seseorang dan mengarahkannya

kepa~

berbagai

tujuan. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar (Djamarah, 1994).

Motivasi bagi diri siswa dapat berupa

motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Didalam motivasi instrinsik terdapat
motivasi berprestasi sebagai pendorong untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan, apabila siswa memiliki motivasi berprestasi
cendrung dapat

rnemberikan basil belajar_ yang lebih baik. Motivasi

berprestasi bagi siswa relatif berbeda ada yang mempunyai motivasi tinggi
dan rendah, bagi motivasi berprestasinya tinggi akan lebih berpikir kritis,
aktif dan selalu mencoba untuk melakukan yang terbaik dan bagi yang rendah

4

tentu sebaliknya. Dengan karakter seperti itu guru harus mengetahui dan
memahami kondisi siswa sehingga motivasi berprestasinya meningkat dan
berkembang, jadi guru sebaiknya dapat memilih atau menyesuaikan suatu
model pembelajaran yang sesuai atau tepat sehingga dapat meningkatkan
motivasi berprestasi dan berdampak positif terhadap basil belajarnya. 1: J
Model

pembelajaran

pembelajaran yang merl

~kan

masalah

dalam

kegiatan

ketrampilan berfikir mulai dari mengamati,

menafsirkan,

mengklasifikasi,

pemecahan

menganalisis,

membuat kesimpulan, menggeneralisasikan, sampai kepada mendeskripsikan
dan melaQorkan hasil perolehannya, memiliki beberapa kekhasan dari segi
penekanan

tujuan

maupun

prinsip

implementasinya

terutama

dalam

pembelajaran Kimia. Oleh karena itu terasa penting dalam meningkatkan
hasil
p~mbelajrn

belajar

dan

motivasi

berprestasi

dengan

menerapk..!-n

model

pemecahan masalah dalam pembelajaran Kimia di MAN 2

Medan, sehingga nilai belajar siswa dapat lebih baik dari, sebelumnya.

..
B. Identifikasi Masi~h

~·d

Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi basil belajar
siswa secara umum
akan

didapatkan

menunjukkan bahwa berbagai masalah kemungkinan

ketika

berlangsung

proses

pernbelajaran

itu.

Jika

diidentifikasi- masalahnya akan- terlihat beberapa masalah yang berkaitan
peningkatan basil belajar siswa seperti: (1) apakah motivasi berprestasi



siswa berpengaruh terhadap hasil belajar Kimia siswa? (2) apakah model

5

pembelajaran Kimia yang selama ini dipakai memperhitungkan karakteristik
siswa? (3) bagaimanakah tingkat kemampuan siswa dalam merespon
pelajaran Kimia? (4) bagaimanakah keaktifan siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PPSI? (5) Apakah
frekuensi diklat yang diikuti guru kimia tidak berpengaruh terhadap basil
beklajar siswa? (6) bagaimanakah keaktifan siswa mengikuti proses
pembelaJaran dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalab?

memberikan basil belajar Kimia yang berbeda? (8) bagaimana cara guru
memilih model atau metode pembelajaran

~ yang

efektif sesuai dengan

karakteristik siswa yang diajarnya? (9) bagaimana guru menggunak.an model
pembelajaran dan mengeval uasi basil dari suatu model yang diterapkan? (1 0)
bagaimanakah basil belajar siswa selama ini jika disesuaikan de_!!gan tujuan
yang ditetapk.an.

Dalam pembelajaran terdapat banyak faktor yang mempeJ1&aruhi hasil
Kimia belajar siswa, sehingga diperlukan pembatasan masalah. Dalam
penelitian ini tidak semua faktor yang mempengaruhi basil belajar diteliti
mengingat keterbatasan waktu, dana dan kemampuan peneliti. Didalam
penelitian ini batasan masa lah difokuskan pada ruang lingkup lokasi
penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian dan variabel penelitian.

6

Lokasi ini terbatas pada MAN 2 Medan, dipilihnya MAN 2 Medan
karena madrasah ini adalah MAN Model fasilitasnya lebih lengkap dari MAN
biasa, dan madrasah ini dijadikan paramater yang cukup representatif sebagai
madrasah yang standar sesuai dengan mutu setingkat SMU di kota Medan
serta

s2

tenaga pengajarnya juga dipersiapkan kejenjang

dalam mata

pelajaran tertentu. Dalam penelitian ini melibatkan subjek penelitian yakni
siswa kelas 2 MAN 2- Medan, dan dibatasi pada penerapan model
pembelajaran pemecahan masalah dan PPSJ dalam mata
I

..

D. Perumusan Masalah ,~.

Berdasarkan Jatar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah
yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini

c}

yaitu:

II

I. Apakah_hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran pemecahan

masalah berbeda dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model

~I

pembelajaran PPSI ?

-

2. Apakah tinggi rendahnya moti vasi berprestasi siswa
.

berbeda terhadap hasil belajar Kimia ?
3. Apakah

ada

"'"::>

interaksi antara model

N

meb

~ ri

pengaruh

c~

pembelajaran dan rnotivasi

berprestasi siswa terhadap hasil belajar Kimia?

/

~

E. Tujuan Penelitian

l

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan :

7

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan basil belajar Kimia siswa yang
mengikuti pembelajaran model pembelajaran pemecahan masalah dengan
model pembelajaran PPSI.
2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan basil belajar Kimia siswa yang
memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dengan yang rendah.

J

3. Mengetahui ada tidaknyajnteraksi antaramodel pembelajaran dan motivasi
berprestasi terhadap basil belajar Kimia.

Dengan

tujuan penelitian diatas diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat karena dapat memberikan informasi tentang keefektifan
model pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mengajar Kimia dan
motivasi berprestasi siswa yang mempengaruhi basil belajarnya. Secara
teoritis,- penelitian ini juga- diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi pelajaran, kondisi
psikologis siswa, sarana tersedia dan dapal membangkitkan minat guru untuk
mengenal dan mempelajari _model-model pc:_mbelajaran sehingga guru tidak
hanya menggunakan satu model saja atau dapat menilai model pembelajanin
yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara praktis, basil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan infonnasi dan Qlemperluas
wawasan guru tentang model pembelajaran terutama model pembelajaran
pemecahan masalah dan dapat menerapkannnya pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam.

8

ll

lll''

rJI~

GNJ
..

I'" ,.. ,._,.. ;..- .. ·---........
.t,

~, ,



" rl
~

BABV

:•:!· i' ' ~'"1\

... ,.) ; ~1

-~

~

, t~ . , , ,-;~l.\

; .. ,.._._ ~

4 i } ti

-~ t

··· ~

~

~

1. '

r:\i

I

n I

...: ... ___j

SJMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan

f~

~

Berdasarkan basil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan babwa:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah dengan siswa
yang diajar menggunakan model pembelajaran PPSI. Kelompok siswa
yang_diajar menggunakan model pembelajaran pemecaban- masalah
memperoleh basil belajar kimia yang lebib tinggi jika dibandingkan
dengan kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran

2. Terdapat perbedaan basil belajar kimia antara kelompok siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi dan kelompok siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah. Kelompok siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi memperoleb has1l belajar kimia ya ng lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran pemecaban masalah dan
motivasi berprestasi dengan hasil belajar kimia siswa. Siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi memperoleb basil belajar kimia
yang lebih tinggi jika diajar dengan model pembelajaran pemecaban

75

masalah jika dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran PPSI. Selanjutnya untuk siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah, memperoleh hasil belajar kimia yang lebih tinggi
jika diaj ar dengan model pembelajaran PPSI jika dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah.
4. Kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi baik yang
diajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah ataupun model
pembela' aran

PPSI

memiliki

h

dibandingkan

dengan kelompok siswa yang memiliki

motivasi

berprestasi rendah baik" yang diajar dengan model pembelajaran
pemecahan masalah maupun model pembelajaran PPSI.

B. Implikasi
Hasil pengujian hipotesis memberikan kesimpulan bahwa model
pembelajaran pemecahan masalah memberi perigaruh yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran PPSI dalam bidang studi Kimia.
Berikutnya juga diperoleh bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi lebih tinggi hasil belajarnya hila diajar dengan model pembelajaran
pemecahan masalah hila dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar
dengan model pembelajaran PPSI. Model pembelajaran pemecahan
masalah pada dasarnya menghendaki siswa untuk berperan aktif mencari,
menemukan dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya berkaitan
dengan beban belajarnya. Peranan guru hanya sebagai fasilitator bagi

76

siswa. Pembelajaran berorientasi kepada siswa, dengan demikian model
pembelajaran pemecahan masalah tepat jika diterapkan kepada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal tersebut sesuai dengan siswa
yang memiliki karakteristik motivasi berprestasi tinggi. Siswa dengan
motivasi berprestasi tinggi memiliki kecenderungan untuk berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai hasil belajar yang baik. Berbeda
dengan siswa yang memiliki karakteristik motivasi berprestasi rendah,
yang tidak memiliki motivasi untuk b
Hal ini diakibatkan oleh kecenderungan orang dengan motivasi berprestasi
rendah yang tidak memiliki keinginan untuk menyelesaiakan tugas dan
kinerjanya dengan baik.
~;

Dengan melihat basil penelitian dan uraian diatas, maka basil

penelitian ini dapat dijadikan sebuah landasan dalam

mentu~

model

pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran, tanpa mengabaikan karakteristik siswa yang diajarnya. Hal
ini sangat penting dipertimbangkan oleh guru, berkaitan dengan prinsip
efektif,

efisien

dan

berhasil

guna

dalam

pembelajaran.

Dalam

pembelajaran Kimia, tepat jika guru menerapkan model pembelajaran
pemecahan masalah. Kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam
yang didalamnya mengandung fakta, konsep dan prinsip. Untuk memahami
hal-hal tersebut maka guru dalam mengajarkan materi kimia hendaknya
memiliki model pembelajaran yang tepat. Dengan model pembelajaran
pemecahan masalah, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang

77

bermakna dalam hidupnya sebab sintaks dalam pembelajaran menekankan
siswa berperan aktif menemukan sendiri pemecahan masalah dari tahap
identifikasi sampai pengujian hipotesis baik secara pembuktian dengan
menggunakan metode ilmiah ataupun dengan menggunakan studi literatur
saja. Dengan pengalaman ini, maka prinsip belajar bermakna diperoleh dan
meningkatkan retensi
belajarnya.

yang pada akhirnya pada peningkatan basil

~NEG.,

f!:
guru dapat mengikuti sejumlah langkah-langkah di bawah ini, yaitu: a)
Kegiatan- pendahuluan, berisi tentang apersisi siswa tentang masalah yang
berkaitan dengan topik pembahasan serta orientasi yang merupakan
langkah awal yang diberikan oleh guru untuk memancing pemahaman
siswa tentang ruang lingkup dan batasan masalah yang akan

di~lesakn

oleh siswa, b) Kegiatan inti, yang didalamnya berisi sejumlah tahapantahan, yakni: (1) Tahapan pengidentifikasian masalah, yakni tahapan yang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengelompokkan permasalah
yang ada, selanjutnya siswa diajak untuk -berfikir menentukan urutan
prioritas masalah yang urgen untuk diselesaikan atau siswa memilih
permasalahan yang menarik baginya untuk diselesaikan, (2) Tahapan
pemecahan masalah, yakni _ guru membagi siswa menjadi beberapa
kelornpok

untuk berdiskusi

memecahkan permasalahan yang

telah

ditetapkan untuk dipecahkan. Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan
secara teoritis, maka permasalahan dapat diselesaikan dengan pembuktian

78

secara eksperimen, (3) Tahapan menilai setiap alternatif pemecahan, yakni
kelompok siswa dituntut untuk memaparkan basil pemecahan masalah dan
ditanggaapi oleh kelompok lainnya. Pada tahapan ini guru harus berperan
sebagai penengah, agar kegiatan tidak melebar dan lari dari materi yang
sedang

dipecahkan,

c)

Kegiatan

penutup

yakni

tahapan

menarik

kesimpulan, dimana guru bersama-sama dengan siswa rnerumuskan

-

kesimpulan tentang pemecahan masalah.

-;5 NEe~

yang maksimal dalam basil belajar, tetapi model pembelajaran tersebut
sesuai jika diterapkan kepada siswa yang memiliki motivasi berprestasi
rendah.

Dengan

demikian

walaupun

di

satu

sisi

sebuah

model

pembelajaran memiliki kelemahan. tetapi di sisi yang lain model
pembelajaran tersebut dapat diunggulkan untuk pembelajarf!!1 sesuai
dengan karakteristik siswa.

C. Saran
Berdasarkan

simpulan

dan

implikasi

seperti

yang

telah

dikemukakan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran seperti berikut :

1. Perlu dilakukannya pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru kimia
yang belum menguasai penerapan model pembelajaran pemecahan
masalah, sebab model pembelajaran tersebut telah terbukti dapat
meningkatkan has)l belajar kimia siswa.

79

2. Guru kimia harus mempertimbangkan karakteristik siswanya yang akan
diajarnya terutama sebelum memilih pendekatan pembelajaran
3. Sebaiknya guru kimia sekarang ini mengubah orientasi pembelajaran,
dimana selama ini guru lebih banyak berperan aktif dengan siswa yang
dilibatkan untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

~ J

4. Kepala sekolah agar membenahi sarana dan prasaraoa kegiatan belajar
mengajar seperti perlengkapan laboratorium, juga perlengkapan lainnya

5. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), sebagai pihak yang turut

memberikan andil untuk menjamin mutu-pendidikan agar leoih sering
memanggil guru·guru untuk ditatar, dilatih dan dibekali dengan
pengetahuan yang relevan dengan bidang keahliannya agar guru
memperbaiki cara mengajar yang sudah _!!dak sesuai dengan_ tuntutan
perk:embangan zaman.
6. Dalam penelitian ini karakteristik siswa yang ditinjau adalah motivasi
berprestasi saja, bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut tentang
model pembelajaran pemecahan masalah dapat meoinjau karakteristik
siswa yang lainnya.
7. Kepada peneliti yang ingin melakukan penelitiao yang sejenis dengan
penelitian ini, sebaiknya menambah kembali jumlah sampel penelitian
dan waktu penelitian yang lebih lama lagi supaya generalisasi hasil
penelitian benar-benar mengungkapkan kendala yang sebenarnya dalam
mengatasi rendahnya basil belajar kimia siswa. . /

80

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A & Supriyono, W. (1991 ). Psikologi Be/ajar, Jakarta : Rineka
Cipta

~

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.

Ec~

..P,.~

Ausubel, (1963). The Psycology of Meaningful/ Verbal Learning, New yurk:
Grun and Straton
Bloom, BS (1971 ). Handboor on Formative and summative Evaluation of
Student Learning, Chicago : Publishing Me Graw Hill. Inc.

Classification of Educational Goals. Handbook 1: Cognitive Domain.
New Yo rk: Logman Inc.
Bruner, J. S. (1972) . " The Wi/1 to Learn, " Dalam Silberman dkk. (Ed). The
Psycology of Open Teaching and Learning, An inquir. Boston: Little
(. Brown and Company.
Bruner, J.S.(1973). ''Readiness for Learning",dalam J.M (Ed), "Beyond The
Information Given" , New York : W.W. Norton & Company.

_,...

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori be/ajar, Jakarta: Erlangga. ~Neck
Dahlan, M . D (1984). Model Model Mengajar (Beberapa A/ternatif Interaksi
Be/ajar Mengajar), Bandung: CV. Diponegoro.
Davis and Alexander.(1974). Learning System Design : An Approach to the
lmQeovement of Intruction. New York : Me. Grwa·Hill Boot
Company.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.(1994} Program Kerja Guru SMU
Kurikulum 1990 Mata Pelajaran Kimia, Jakarta: DepDikBud.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Data Dikmenum, Depdiknas
Medan.
Dick, W., and Reiser, R.A. (198 9). Planning effective instruction. Boston:
All yn and Bacon

w

81

Djamarah, SB. (1994). Prestasi be/ajar Dan Kompetensi guru. Surabaya
Usaha Nasional
Frederiksen, N. ( 1984). Implications of Cogniting Theory For Instructing in
Problem Solving Review of Educational Research Fall, Vol. 54

Gagne, R.M. (1985). The Condition of Learning and Theory of lntruction.
Fourth edition. New York :CBS College Publishing.
Gredler,

Margaret E.B Penerjemah Munandir.(l99l). Be/ajar
Persada.
Membelajarkan, Jakarta: PT. Raja Gr~findo

dan

Hamalik Oemar. (2001). Proses Be/ajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
asa a
ntuk Hasi1 Belajar Matematika Siswa Madrasah "Thesis
S-2 PPS UPI Bandung (Tidak Diterbitkan).

,

v

Harjanto (2000). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. - ,

Helgensen, S. L. (1992). Problem Solving Research In Middle Junior High
School Sience Education. Ohio State University.
Joyce, Bruce et.al. (1 992). Model ofTeaching, New Jersey: Pretics-Hall, Inc.
Miarso,Yusutbadi.(1988). Laporan penelitian survai model pengembangan
instruksional; Jakarta : PAU-PPAI UT, Depdikbud.
Moore, M.G., and Kearsly, G. (1996). Distance Educatiorz a Systems View.
USA: Wadsworth Publishing

Nasution, S. ( 1986) Didaktik Azas-Azas Mengaja!_, Bandung : Jenma

~.

I

Nasution, N. dan Suryanto, A. (2002). Evaluasi Pengajaran. Jakarta: PPUT
Sardiman, A.M. (1990). lnteraksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar,
Jakarta : Rajawali Press.

1

Panen, P. Dkk. (2000). Be/ajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka.
Depdikbud.

Sudjana, N. (1991). Model- model Mengajar CBSA, Bandung :Sinar Baru.
Siddiq, M. (1998). Kapita Selekla Pembelajaran Kimia, Jakarta, Universitas
Terbuka.

~
82

Simon,

Pengembangan dan Validitas alar ukur
Keterampilam Proses Sains Pada Pendidikan Dasar 9 Tahum
Sebagai Persiapan Pelaksanaan Kurikulum 1994, Bandung :
Herbert A.

(1992).

FPMIPA IKIP

Sudirman, dkk.(I 992). Ilmu Pendidikan, Bandung : PT. Rosda Karya.
Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jak'arta:
Fakultas Ekonorni Universitas Indonesia.
Sulairnan, H. ( 1990). Kimia Dasar Untuk Universitas, Medan : USU Press.
Sukamto, T.(l993). Perencanaan dan Pengembangan lnstruksional, Jakarta:
Intermedia.

Tanjung, R.(l999). Penggunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah dalarn
P ~ lajrn
Fisika Untuk Meningkatkan· Hasil Belaj ar Siswa di SL TP
No.8 Medan, Thesis S-2 IKIP Bandung (Tidak diterbitkan).
Wahjosurnidjo (1994). Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Winataputra, H.U.S. (2001). Strategi Be/ajar Mengajar. Jakarta: PPUT.
Winkel (1991 ). Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grasindo.

83

I