HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN.

(1)

SKRIPSI

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

I GUSTI AYU AGUNG RATIH MAHA ISWARI DWIJA PUTRI

NIM. 1203005108

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

SKRIPSI

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

I GUSTI AYU AGUNG RATIH MAHA ISWARI DWIJA PUTRI

NIM. 1203005108

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

SKRIPSI

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

I GUSTI AYU AGUNG RATIH MAHA ISWARI DWIJA PUTRI

NIM. 1203005108

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GUSTI AYU AGUNG RATIH MAHA ISWARI DWIJA PUTRI

NIM. 1203005108

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebab

atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha Masyarakat Ekonomi ASEAN tepat pada

waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis tak lupa mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH. Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,M.H. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Udayana

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., M.H. Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Udayana

4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,MH. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Udayana

5. Bapak Ida Bagus Erwin Ranawijaya, SH., MH. Ketua Bagian Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana


(6)

vi

6. Bapak Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum., Dosen pembimbing

I dalam penyusunan skripsi ini atas segala bantuan beliau dalam

mengarahkan, membimbing serta memberi petunjuk kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. BapakIda Bagus Erwin Ranawijaya, SH., MH., Dosen pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan banyak waktu dan dengan

sabar membimbing, memberikan saran, dan petunjuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Ibu Dr. Ni Nyoman Sukerti, SH,.MH., Pembimbing Akademik yang telah

memberikan waktu dan petunjuk selama masa perkuliahan penulis.

9. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana,

penulis ucapkan terima kasih atas limpahan pengetahuannya hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dan mengakhiri studi S1.

10. Bapak atau Ibu Pegawai Administrasi, Tata Usaha dan Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah membantu penulis selama

menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Udayana.


(7)

11. Alm. I Gusti Putu Wiryadinatha dan Ni Nengah Debrog selaku kakek dan

nenek dari penulis yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan

dukungan untuk penulis, yang tanpa semangat beliau penulis tidak akan

mampu merampungkan skripsi ini dengan baik.

12. Alm. Johannes Lodewijk Meijer dan Georgine Helena Meijer selaku kakek

dan nenek dari penulis yang telah memberikan banyak semangat dan doa

untuk penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

13. Ir. I Gusti Ngurah Rai Dwija Putra dan Sela Bernadette Meijer selaku orang

tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat serta doa

demi rampungnya skripsi ini.

14. Gung Etta dan Gung Diva selaku saudara penulis yang selalu menjadi

penyemangat pada saat penulis jenuh maupun lelah.

15. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan kepada

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

16. Anak Agung Ngurah Jaya Wikrama selaku sahabat yang senantiasa

memberikan semangat, dukungan, dan motivasi yang sangat bermanfaat

dalam penyelesaian skripsi ini.

17. Teman-teman terdekat penulis yang selama ini memberi dukungan

khususnya, Dwi Indah CB, Titin Oktalina, Dina Oktarina, Wulan, Arwah,

Nopik, Ogek Dian, Mogek Vera, teman-teman penulis yang tergabung

dalam SCIL, dan segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu


(8)

viii

persatu yang telah membantu, memberi semangat, dan dukungan dalam

penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan atau kesalahan

dalam penyusunan skripsi ini.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan ilmu hukum

pada khususnya.

Denpasar, 21 April 2016

Penulis


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iv

KATA PENGANTAR...v

SURAT PERSYARATAN KEASLIAN ...ix

DAFTAR ISI ...x

ABSTRAK ...xiv

ABSTRACT ...

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ...6

1.4 Orisinalitas Penelitian...7

1.5 Tujuan Penelitian...8

a. Tujuan Umum...8

b. Tujuan Khusus ...9

1.6 Manfaat Penelitian ...9

a. Manfaat Teoritis ...10


(11)

1.7 Landasan Teoritis ...11

1.8 Metode Penelitian...17

a. Jenis Penelitian...17

b. Jenis Pendekatan ...18

c. Sumber Bahan Hukum ...19

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ...20

e. Teknik Analisis Bahan Hukum ...20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI

ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN

USAHA DI ASEAN

2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN ...22

2.1.1 Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN ...22

2.1.2 Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN...25

2.2 Pengaturan Kebijakan Persaingan Usaha di ASEAN...27

BAB III PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA PADA

MASYARAKAT ASEAN

3.1 Perkembangan Kegiatan Perdagangan Internasional ...33

3.2 Pengaturan Kebijakan Persaingan Usaha pada Negara Negara

Anggota ASEAN dalam MEA...36

3.2.1 Brunei Darussalam...37

3.2.2 Kamboja...38

3.2.3 Indonesia ...39


(12)

xii

3.2.5 Malaysia...48

3.2.6 Myanmar ...52

3.2.7 Filipina ...53

3.2.8 Singapura ...64

3.2.9 Thailand ...69

3.2.10Vietnam...73

BAB IV HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

4.1 Pengaturan Penegakan Kebijakan Persaingan Usaha pada

Negara-Negara Masyarakat Ekonomi ASEAN...78

4.1.1 Brunei Darussalam...78

4.1.2 Kamboja...79

4.1.3 Indonesia ...80

4.1.4 Laos...83

4.1.5 Malaysia...84

4.1.6 Myanmar ...86

4.1.7 Filipina ...86

4.1.8 Singapura ...89

4.1.9 Thailand ...91

4.1.10Vietnam...92

4.2 Harmonisasi Kebijakan Persaingan Usaha Masyarakat

Ekonomi ASEAN...94

4.2.1 Tabel Pengaturan Kebijakan Persaingan Usaha pada

Negara Anggota MEA ...94


(13)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...102

5.2 Saran ...103

DAFTAR BACAAN ...105


(14)

xiv

ABSTRAK

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN

Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) terbentuk dalam rangka mewujudkan

ASEAN Vision 2020

yaitu menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang stabil, makmur,

dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil dan mengurangi

kemiskinan serta kesenjangan sosial-ekonomi. Area kerjasama MEA yang meliputi

pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, pengakuan

kualifikasi profesional, konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan

keuangan, langkah-langkah pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan

konektivitas komunikasi, pengembangan transaksi elektronik, pengintregasian

industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daya daerah,dan

meningkatkan keterlibatan sektor swasta, menunjukkan bahwa Negara-Negara

anggota ASEAN hendaknya memiliki kebijakan persaingan usaha secara nasional

dalam memasuki era MEA. Selain itu, ASEAN juga perlumemiliki suatu kesepakatan

terhadap kebijakan persaingan usaha untuk ditetapkan dalam kawasan regional

ASEAN demi terlaksananya MEA yang adil dan kompetitif.

Skripsi ini merupakan penelitian normatif dan menggunakan pendekatan

peraturan perundang-undangan, pendekatan analisis konsep hukum, pendekatan

sejarah, serta pendekatan perbandingan. Skripsi ini membahas dua permasalahan

yaitu pengaturan kebijakan persaingan usaha pada masyarakat ASEAN dan

bagaimana harmonisasi kebijakan persaingan usaha pada masyarakat ekonomi

ASEAN.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari skripsi ini yaitu ; 1) ASEAN belum

memiliki kebijakan yang mengatur kegiatan persaingan usaha MEA secara umum

sehingga kegiatan yang dilakukan Negara anggota masih mengacu kepada kebijakan

masing-masing Negara, namun Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar belum

memiliki kebijakan persaingan usaha nasional sehingga ASEAN menerbitkan

ASEAN

Regional Guidelines on Competition Policy

sebagai pedoman aturan persaingan usaha

umum 2) Harmonisasi kebijakan persaingan usaha pada MEA adalah dengan

mewajibkan setiap negara untuk memiliki kebijakan persaingan usaha sesuai dengan

standar ASEAN, penyesuaian peraturan tiap negara, membentuk lembaga

penyelesaian sengketa regional ASEAN, dan dengan adanya transparansi ketentuan

kebijakan MEA pada Negara-Negara anggota ASEAN.

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan,

Harmonisasi.


(15)

ABSTRACT

THE HARMONIZATION OF COMPETITION POLICY ON ASEAN

ECONOMIC COMMUNITY

ASEAN Economic Community (AEC) is formed in order to embodied ASEAN

Vision 2020 which is going to make ASEAN as a region that is stable, prosperous and

highly competitive with equitable economic development and reduced poverty and

socio-economic disparities. AEC cooperating on human resource development and

capacity building, recognition of professional qualifications, consulting more closely

at the macro-economic policy and financial measures trade financing, improvement

of infrastructure and communications connectivity, develop electronic transactions,

integrate industry throughout the region to promote regional resources, and increase

the involvement of the private sector, shows that ASEAN member States should have

national competition policies in entering the era of the AEC. In addition, ASEAN also

needs to have an agreement on competition policy to be determined in the ASEAN

region for the implementation of a fair and competitive AEC.

This thesis is a normative research and applied statuary approach, analytical

and conceptual approach, historical approach, and comparative approach. This

thesis discusses two legal issues, namely competition policy on ASEAN community

and how to harmonize competition policies in the ASEAN economic community.

The conclusion of this thesis, namely; 1) ASEAN has no policy to regulate the

activities of competition onAEC in general so that the activities carried by the

member States still refer to the policies of each country, but Brunei Darussalam,

Cambodia, and Myanmar do not yet have national competition policies so that

ASEAN publishes ASEAN Regional Guidelines on competition policy as a guideline

of competition rules on general business 2) The harmonization of competition policy

on AEC can embodied by requiring each country to have a competition policy in

accordance with the standards of ASEAN, adjustments in regulations of each country,

establish a dispute settlement body of ASEAN, and with the transparency provisions

of the policy ofAEC to the member States of ASEAN.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

✁✂ ✄✁☎ ✆✝✞ ✟✝✞ ✄✁ ✟✠✝ ✡✝✞☎✝ ☛ ☞✝✂ ✝ ✄✝ ✡✌✍✞✠✝✌✁✎✝ ☛✝✠✞✠✡✁✂✍ ✡✝☎ ✝ ✌✝ ✏✝☎✆ ✠✌✝✞✟ ✡✁ ✄✞✑✏✑✟✠ ✌✝✞ ✁ ✄✑✞✑☎ ✠ ☎ ✁☎ ✆✍✝ ✡ ☎✝ ☛ ☞✝✂ ✝ ✄✝✡ ✌✍✞✠✝ ☛✝ ✏✠✞✟ ✆✁✂☛✁✞✡✍✒✝✞ ✌✝✞ ☛✝ ✏✠✞ ✟ ☎ ✁☎ ✆✍ ✡✍✒✄✝✞ ✒✠✞✟✟✝ ✓✝ ✌✝ ✝ ✄✒✠✂ ✞☞✝ ☎✁✞ ✠☎✆✍✏✄✝✞ ✓ ✁✂ ☛✝ ✠✞✟✝✞✔ ✕✁✞ ✍✂ ✍ ✡ ✖ ✠✏✠✝☎ ✗✂ ✎ ✠✞ ✘ ✒✑☎ ☛✑✞✙ ✆✝✒✎ ✝ ✌✁✞ ✟✝✞ ✌✍ ✄✍✞✟✝✞ ✡✁ ✄✞✑✏✑✟✠ ✌✝✞ ✠✞✚ ✑✂☎✝ ☛ ✠✙ ✄✁✛✁✓ ✝ ✡✝✞ ✓ ✁✂ ✄✁☎✆✝✞✟✝✞✁ ✄✑✞✑☎ ✠✡✠✌✝ ✄✏✝✟✠☎ ✁✞ ✟✒✠✡✍ ✞ ✟✝ ✆✝ ✌✙✡✝✒✍✞✙ ✆✍✏✝✞✙✝ ✡✝✍ ✒✝✂ ✠ ✌✝✞✌✝✓✝ ✡ ✡✁✂✜✝ ✌ ✠☛✁ ✡✠✝✓✒✝✂ ✠✔

✣✤ ✤✥ ✦✧★✩ ✧

on

✥ ✪ ✫✥ ✬✩ ✭✮ ★✤✩ ✣ ✤✧★✯ ✰ ★✩ ✧

on

✱✲✳✴✲✵✶✙ ☞✝✞✟ ✡✁✂ ✆✁✞✡✍ ✄ ✓ ✝ ✌✝ ✷ ✲ ✟✍☛ ✡✍ ☛ ✸ ✹✺ ✻ ☎✁ ✂✍✓ ✝ ✄✝ ✞ ✑✂ ✟✝✞ ✠☛✝ ☛✠ ✂ ✁ ✟✠✑✞✝ ✏ ✄✝✎✝ ☛✝✞ ✲☛ ✠✝ ✘✁✞ ✟ ✟✝✂ ✝ ☞✝✞✟ ✡✁✂✌✠✂ ✠ ✌✝✂ ✠ ✵✁ ✟✝✂ ✝ ✼✵✁ ✟✝✂✝ ✌ ✠ ✲ ☛✠✝ ✘✁✞✟ ✟✝✂✝

✌✝✞ ✲✳✴✲✵ ☎✁✂ ✍✓ ✝ ✄✝✞ ✑✂✟✝✞✠☛✝☛✠ ✂✁✟✠✑✞ ✝ ✏ ☞✝✞✟ ✌ ✠✌✑☎ ✠✞ ✝ ☛ ✠ ✑✏✁✒ ✵✁ ✟✝✂ ✝ ✼✵✁✟✝✂✝ ✆✁✂ ✄✁☎✆✝✞ ✟✔ ✲✳✴ ✲✵ ✌✝ ✏✝☎ ☎ ✁✞ ✟✒✝ ✌✝✓ ✠ ✓ ✁✂ ✄✁☎✆✝✞✟✝✞ ✓✁✂✌✝ ✟✝✞✟✝✞ ✠✞✡✁✂✞ ✝ ☛✠✑✞✝ ✏ ☛✁ ✡✠✌✝ ✄✞☞✝ ✒✝✞☞✝ ☎✁☎✠✏✠✄ ✠ ✌✍✝ ✓ ✠✏✠✒✝✞ ☞✝ ✄✞ ✠☎ ✁✞✝✒✝✞✡✁ ✄✝✞✝✞✁ ✄✑✞✑☎✠✟ ✏✑✆✝ ✏ ✌✁✞✟✝✞✆✁✂ ✌ ✠✂ ✠✌✠✄✝ ✄✠☛✁✞ ✌ ✠✂ ✠ ☛✁ ✆✝ ✟✝ ✠☛✁ ✆✍ ✝✒ ✞ ✁ ✟✝✂✝ ✝ ✡✝✍ ✄✝✒ ✆✁✂✟✝✞ ✌✁✞✟✝✞ ✡✝✞ ✟✝✞ ✆✁✂ ☛✝☎ ✝ ✼☛✝☎✝ ☛✁ ✆✝ ✟✝ ✠ ☛✝ ✡✍ ✄✁ ☛✝ ✡✍ ✝✞ ✔ ✾✁✞ ✟✝✞ ☎ ✁✞ ✟✝☎ ✆ ✠✏✛✑✞ ✡✑ ✒ ✿✞✠✴✂✑✓✝ ☛✁ ✆✝✟✝ ✠☛✍ ✝ ✡✍ ✄✝✎✝ ☛✝✞✁ ✄✑✞✑☎ ✠ ✌✁✞✟✝✞ ☎✁✞✟✟✍ ✞ ✝ ✄✝✞ ☎ ✝ ✡✝ ✍ ✝✞✟ ☛✁✂✝ ✟✝☎ ☞✝✄✞✠ ❀✬ ❁✥✙ ✡✁✂ ✆✍✄✡✠ ✿✞✠ ✴✂✑✓✝ ✏✁ ✆ ✠✒ ✄✑✄✑✒ ✌✝ ✏✝☎ ☎✁✞✝✒✝✞

❃ ❄❅❆❇ ❈❉❊❋ ❉● ❍■❉❊ ● ❏ ❈❏❑▲▼▼ ◆ ❑❖P ◗❘ ❙ P❚ ❯❙

s

❚❱ ❙

n

❲ ❳

r

❱ ❙❨ ❙

n

❨ ❙

n

❩❳ ❘ ❙

s

❬ ❭❪■❫❴❵ ❛ ❉❊ ●❵❜❵ ❈ ❝❵ ❞ ❉❡❍❜ ❉ ❈❢❣ ❉❡❉❊ ● ❉❢❞❑▲❤

❥❦❉❋ ❉❈❪ ❉❊ ●❞ ❍❉ ❈❉❢❤ ❧ ❧❤ ❢♠♥

kum

❲ ❳♦ ❙

r

♦ ❚ ❙

n

n

n

q❳❙

rn

s

❚◗

n

l

❩ ❙❨ ❚ ❙

n

♣ ❢r ❉❈s ❉❊r ❉t ❇❢ ❭❉ ❈s❇❈✉❢❞❑ ✈▼


(17)

2

✇①②③④③④ ①②⑤④ ⑤⑥ ⑦ ⑧ ⑨⑤⑩③ ⑨❶ ❷ ③❸③ ❷①⑥ ⑦⑥ ❷ ⑦④ ❹❺❻ ❹❼ ❽③ ⑨③⑥ ❾ ⑤④ ❿ ①❸ ①④ ➀ ⑦ ➁ ⑦④ ⑧ ②③ ✇ ➁ ⑦④ ⑧⑧⑦ ➂❾➁ ➁➃ ❹❺❻ ❹❼ ➄③④⑧ ❽ ⑦➀ ①⑨①④ ⑧⑧③❸ ③ ②③④ ❽ ⑦ ❾➅③ ⑨③ ➆ ➅⑥❷➅❸ ❷ ③❽③ ⑩➅⑨③④ ➇①➀ ①⑥⑩①❸ ➈ ➉ ➉➊ ✇①❸⑧①❸③ ②➅④ ✇➅②⑥①➋➅➌➅❽②③④ ✇➅➌➅③④⑩ ①❸➀ ③⑥ ③❽ ⑦⑩①④✇➅②④➄③ ❹❺❻ ❹❼➄③ ⑦✇➅➍

➈ ➎ ➏①⑥ ❷ ①❸➐①❷③ ✇ ❷ ①❸ ✇➅⑥⑩➅➑③④ ①② ⑤④⑤⑥⑦❶ ② ①⑥③ ➌➅③④ ➀ ⑤➀ ⑦③ ⑨❶ ❽③④ ❷①❸ ②①⑥ ⑩③④ ⑧③ ④ ② ①⑩➅❽③➄③③④❽ ⑦②③➋③➀ ③④❹➀ ⑦③➁ ①④ ⑧⑧ ③❸③ ➒

➓ ➎ ➏①④⑦④⑧ ②③ ✇②③④❷①❸❽ ③⑥③ ⑦③ ④❽ ③④➀ ✇③⑩⑦⑨⑦✇③➀❸ ①⑧ ⑦⑤④③ ⑨➒

➔➎ ➏①④⑦④⑧ ②③ ✇②③④ ②①❸ ➌③➀ ③⑥ ③ ❽③④ ➀ ③ ⑨⑦④⑧ ⑥ ①⑥ ⑩③④✇➅ ➅④✇➅② ②①❷①④ ✇⑦④ ⑧③④ ⑩ ①❸ ➀ ③⑥③ ❽ ③ ⑨③⑥⑩⑦❽③④ ⑧①②⑤④ ⑤⑥ ⑦❶➀ ⑤➀ ⑦③ ⑨❶ ✇①②④⑦②❶⑦⑨⑥➅❷①④⑧ ①✇③➑ ➅③④ ❶❽③④③❽ ⑥ ⑦④⑦➀ ✇❸③➀ ⑦➒ →➎ ➏①⑥①⑨⑦➑③❸③ ②①❸➌③➀ ③⑥③ ➄③④ ⑧ ①❸③ ✇ ❽⑦ ✇①④ ⑧③➑➣ ✇①④ ⑧③➑ ⑤❸⑧ ③④ ⑦➀ ③➀ ⑦ ❸①⑧ ⑦⑤④③ ⑨ ❽③④

⑦④✇①❸④③➀ ⑦⑤④③ ⑨➄③④ ⑧③❽ ③ ➒

↔➎ ➏①④⑦④⑧ ②③ ✇②③④ ②①❸ ➌③➀ ③ ⑥③ ➅④✇➅② ⑥①⑥③ ➌➅②③④ ❷①④❽⑦❽ ⑦②③④ ❶ ⑨③ ✇⑦➑③④❶ ❽③④ ❷①④ ①⑨⑦✇⑦③④❽ ⑦②③➋③➀ ③④❹➀ ⑦③➁ ①④ ⑧ ⑧③❸③➎

❽ ③④ ⑥ ①⑥➅✇➅➀ ②③④ ➅④ ✇➅② ⑥①④⑧➅⑩ ③➑ ❹❺❻ ❹❼ ⑥①④ ➌③❽⑦ ②③➋③➀ ③④ ➄③④⑧ ➀ ✇③⑩⑦⑨❶ ⑥③ ②⑥➅❸ ❶ ❽ ③④ ➀③④ ⑧③ ✇ ②⑤⑥❷①✇⑦✇⑦❿ ❽ ①④ ⑧③④ ❷①❸ ② ①⑥⑩ ③④⑧ ③④ ①②⑤④ ⑤⑥ ⑦ ➄③④ ⑧ ③❽⑦⑨❶ ❽③④ ⑥①④⑧➅❸③④ ⑧ ⑦ ② ①⑥ ⑦➀ ②⑦④ ③④ ❽ ③④ ② ①➀ ①④ ➌③④ ⑧③④ ➀ ⑤➀ ⑦③ ⑨ ➣①②⑤④ ⑤⑥ ⑦ ➂↕➙ ➛↕➜ ➝➞➟ ➞

on

➠ ➡➠ ➡➃ ➎ ➢①❸ ❽③➀ ③❸ ②③④ ② ①➀ ①❷ ③ ②③ ✇③④ ✇①❸ ➀ ①⑩➅✇ ❽ ⑦③❽ ③ ②③④⑨③➑ ❾➁➁ ❹❺❻❹❼ ❽⑦ ➢ ③⑨⑦ ❷③❽ ③ ⑩➅⑨③④ ➤②✇⑤⑩ ①❸ ➓ ➥ ➥➔ ➄③④ ⑧ ⑥ ①④ ⑧➑③➀ ⑦⑨②③④ ➦ ➧➨➞ ➩ ➫ ➭➯➫ ➲➳ ➵➵ ➸ ❾ ①⑥➅❽⑦③④ ❷③❽ ③ ❾➁➁ ❹❺❻ ❹❼ ➄③④ ⑧ ❽⑦➀ ①⑨①④ ⑧⑧ ③❸③ ②③④ ✇③➑ ➅④ ➓ ➥ ➥➺ ❷③❸③ ❷ ①⑥⑦⑥❷⑦④ ❹❺❻❹❼ ➀ ①❷③ ②③ ✇ ➅④ ✇➅② ⑥ ①⑥ ❷ ①❸➐①❷ ③ ✇ ❾ ⑤⑥➅④ ⑦✇③➀ ❹❺❻ ❹❼⑩ ①❸➅❷ ③ ➏③➀➄③❸③ ②③ ✇ ❻ ②⑤④ ⑤⑥ ⑦ ❹❺❻ ❹❼ ➂➏❻❹➃ ➄③ ②④⑦❷ ③❽③ ✇③➑➅④ ➓➥➈↔➎


(18)

3

ÏÐÑÒ ÓÔÓÑ ÕÓ Ö ×ØÙ ×Ú Ù ÛÜ Û

onom

ÝÞßÜ

omm

ty

àá

u

âã äÜ

nt

å æç è éÐ ÖêÓÒ ë Ô Ó ÖìÓí Ò ëî ïíïðÕÓ ÖïÖíïÕ éÐ éñÐÑÕ ÐòëóÕ ÐÔ Ð ÖêÓ Ö ìÓ ÖÓ ÖíÓÑÓ ÖÐìÓÑÓôÖÐ ìÓÑ Ó èõçèöÒ ÓóÓ éðÓó ñÐÑíïéî ï ðÓ Ö ñÐÑÐÕ ÷ Ö÷ éëÓ Ö Ò Ð ÖìÓ Ö éÐ Öë Ö ìÕ ÓíÕÓÖ ÕÐíÐÑìÓ ÖíïÖ ìÓ Ö Ó Ö ìì÷íÓôÓ Öì ì÷ íÓ Ò ë Ò ÓóÓ éÖøÓù èÑÐÓ ÕÐ Ñ êÓÔ Ó éÓ æç è éÐóëñïíë ñÐ Ö ìÐ éîÓ Ö ìÓ Ö ÔïéîÐÑ Ò ÓøÓ éÓ ÖïÔ ëÓ Ò Ó Ö ñÐ Öë ÖìÕ ÓíÓ ÖÕ ÓñÓÔ ëíÓÔ å ñÐ Ö ìÓÕïÓ ÖÕïÓóë úëÕ ÓÔ ë ñÑ÷úÐÔ ë÷ ÖÓóå Õ ÷ ÖÔïóíÓÔ ëóÐîëðÒ ÐÕÓí ñÓÒÓ Õ Ðîë êÓÕ Ó Ö éÓÕÑ ÷ ÐÕ ÷ Ö÷ éë ÒÓ Ö ÕÐïÓ Ö ìÓ Öå óÓ Ö ìÕ Óðô óÓ ÖìÕÓð ñÐ éîëÓøÓÓ Ö ñÐÑÒ Ó ìÓ Ö ìÓ ÖåñÐ Öë Ö ìÕÓí Ó Öë Ö úÑÓÔ íÑïÕíïÑ Ò Ó ÖÕ ÷ ÖÐÕíë ûëíÓÔ Õ÷éïÖëÕ ÓÔëåñÐ ÖìÐ éîÓ ÖìÓ Ö íÑÓ ÖÔ ÓÕÔ ë ÐóÐÕíÑ ÷ ÖëÕå éÐ Ö ìë ÖíÐ ìÑÓÔ ëÕÓ Ö ë ÖÒïÔíÑ ë Ò ë Ô Ðó ïÑï ð üëóÓøÓð ïÖíïÕ éÐ éñÑ÷ é÷Ô ëÕ Ó ÖÔïéîÐÑ ÒÓøÓ Ò ÓÐÑÓðå ÒÓ Ö éÐ Öë Ö ìÕ ÓíÕÓ ÖÕ ÐíÐÑóëîÓíÓ ÖÔÐ Õí÷ Ñ ÔüÓÔ íÓ ïÖíïÕéÐ éîÓ ÖìïÖæç èù

ý

ÏÓ ìë öÐ ìÓÑÓô öÐìÓÑÓ Ó Öì ì÷ íÓ èõç èöíÐ ÑïíÓ éÓ þÖÒ ÷ ÖÐÔëÓ å æçè ÓÕ Ó Ö éÐ Ö êÓÒë ÕÐÔ Ð éñÓíÓ Ö øÓ Ö ì îÓëÕ Õ ÓÑÐ ÖÓ ðÓ éîÓíÓ Ö ñÐÑÒÓìÓ Ö ìÓ Ö ÓÕ Ó Ö òÐ ÖÒÐÑïÖ ìîÐÑÕïÑ Ó ÖìîÓðÕÓ Ö éÐ Ö êÓÒëíëÒ ÓÕ ÓÒÓ ÒÓ Ö ÒÐ Ö ìÓ ÖÔ Ð éÓÕ ë ÖéÐ Öì ìó÷îÓóÖøÓ ÐÕ ÷ Ö÷ éë ñÓÔÓÑ å þÖÒ ÷ ÖÐÔ ëÓîÐÑðÓÑÓñ éÐ éÓÔïÕë îÓîÓÕ îÓÑïå éÓÔÓ Òë éÓ ÖÓ ÒëñÐÑó ïÕÓ Ö ñÑÓÕ íëÕ îëÔ ÖëÔ øÓ Ö ìÓÒ ëó øÓ Öì ÒÓñÓí éÐ éîïÕ Ó ÐÕ ÷ Ö÷ éë ñÓÔ ÓÑ ÒÓ Ö Õ Ð éÐÑÓíÓÓ ÖÔ ÷ ÔëÓó ÐÕ ÷ Ö÷ éëù

ÿ

æÐÔ Õ ëñ ïÖ íÐÑóëðÓí Ô Ó ÖìÓí éÐ Ö êÓ ÖêëÕ Ó Ö Ò Ð ÖìÓ Ö îÓ ÖøÓÕ ÖøÓ ñÐ Ö ìÓÑï ð ñ÷Ô ëíë ú øÓ Ö ìíë éîïó ÕÓÑ Ð ÖÓÒëîÐÑóÓÕïÕÓ ÖÖøÓ æç èå ÒëÔ ëÔ ë óÓë ÖíÐÑÒÓñÓíñïóÓ ðÓó ÖÐ ìÓíë úøÓÖì îÐÑÒ ÓéñÓÕ îÓ ìë Õ ÐóÓ Ö ìÔïÖìÓ Ö ÕÐ ìëÓíÓ Ö ñÐÑ ÔÓëÖìÓ Ö ïÔ ÓðÓ öÐ ìÓÑ ÓôöÐ ìÓÑÓ èÔ ëÓ Ð Öì ìÓÑÓ Òë éÓ ÖÓ Õ ÷ ÖÔÐÕïÐ ÖÔë óÓë ÖÒ ÓÑë ÒëîÐ ÖíïÕ ÖøÓ ñÓÔ ÓÑ îÐîÓÔ ë Öë ÓÒÓóÓð ÓÒÓ ÖøÓ

✂ ✄☎✆ ✝✞✟✠✆ ☎ ✡✆ ☛☞✆ ✌✌✆✍ ✎✏ ✑✒ ✓ ✎✔ ✕✖✗ ✖

sur

✘✖✙✖

n

o

✚✛ ✕✜ ✢✣✣✤

n

✥✤✜ ✣ ✦

n

✧✣ ★ ✩

r

ow

r

✗ ✜ ✫✣

lry

n

✤ ✬ ✕✖✗ ✖✖

spons

o

✚✭ ✮✯✭ ✰ ✎✟✆✱ ✆ ✝☞✆ ✟✲✳ ✄ ✞✌✆✌ ✴ ☛✄✟✆ ✍✵✱✆☛✆✠✄ ✞✡✄✍ ✄✶ ✞✟✌ ✷✸ ✎✏✑✑✹ ✎✔ ✕✖✥✙

n

✜ ✫✖

lus

✗ ✖✘ ✜ ✩✣ ✺✜ ✻

n

t

✎✵✞✍ ✴ ☛✞✼✄☛✳ ✴ ☛✆ ✴ ✞✽✲ ✾✆✍ ✟✿✍ ✴ ✞☛✍✆✴✲ ✄✍✆✱✳✴❀ ✟✲ ✞✌✿✍ ✟ ✄✍✞✌✲✆✎✠✆ ❁✆ ☛✴✆ ✎☎ ✷✒ ❂ ❃


(19)

4

❈❉❊❉❊❋ ●❍ ●●■ ❏ ●❍ ❑●▲ ●❈ ●▼ ❋■ ▼❋ ❈ ❏❉■ ❉■▼❋❈●■ ◆ ●■ ❏ ❉■ ❖ ●▼❋▲ ❍❉■ ◆P▲P ❈❉ ❖P ●▼ ●■ ❉ ❈◗■ ◗❏ P ❑●■❖ ●❈ ●■ ❏❉▲ ❉ ❈● ❊ ●❈❋❈●■ ❍❉❘P■ ❖ ❖● ❙❉▲ ❍ ●P■❖●■ ❑●■ ❖ ◆P❊ ●❈❋❈●■ ❋ ■▼❋❈ ❏❉▲ ❉❚❋ ▼ ❙●❍●▲●■ ◆ ●❙●▼ ❏ ❉■◆◗ ▲◗ ■ ❖ ▼❉ ▲❚❉■ ▼❋ ❈■❑● ❏◗ ■ ◗❙◗❊P ❯ ❱❉❏ P ❏❉ ❲❋ ❳❋ ◆ ❈●■ P ❈❊P❏ ❙❉▲ ❍ ●P■ ❖ ●■ ❋❍ ●❘● ❑●■❖ ❍❉❘●▼ ◆ ●■ ●◆P❊❨ ❩■ ◆◗■ ❉ ❍P ●▼❉❊ ●❘ ❏❉■ ❉▼ ●❙❈ ●■ ❬■ ◆ ●■❖❭❬■◆●■❖ ❪◗ ❏◗ ▲ ❫ ❴ ●❘❋■ ❵❛❛ ❛ ▼❉■▼ ●■❖ ❜ ●▲ ●■❖●■ ❝▲ ●❈▼❉ ❈ ❞◗ ■◗❙◗ ❊P ◆●■ ❝❉▲ ❍ ●P■❖●■ ❬❍ ●❘● ❴ P◆ ●❈ ❡❉❘●▼❨ ❚❉ ❖P▼❋ ❙❋ ❊ ● ❞ ●❊ ●❑❍P ● ❑●■❖ ❏ ❉■ ❉▼ ●❙❈ ●■ ❢❣❤

om

t

t

on

❥❦

t

❧ ♠♥ ♠ ❨ ❡P■❖●❙❋ ▲ ● ❑●■❖ ❏❉■ ❉▼ ●❙❈●■ ❢

om

❣❤✐

t

t

on

❥❦

t

♦ ♣

t

q❤ r✐st ✉❣♦ ✈❤ ✇❢q ✉❣①❤

r

50B)

❨ ◆●■ ❚❉❚❉▲ ●❙●❪❉❖●▲●② ❡③②❪❊ ●P■■❑●❯

Antitrust Law

❑●■❖ ◆P④❉▼❋ ❍ ❈●■ ◗ ❊❉❘ ②❏❉▲P ❈ ● ◆P ●■ ❖ ❖●❙ ❍❉❚●❖●P P■◆❋ ❈ ❙❉▲ ●▼❋▲●■ ❙❉▲❋ ■ ◆ ●■❖❭❋ ■ ◆ ●■❖●■ ◆P ❚❉▲❚● ❖●P ■❉❖●▲● ❏❉■❖❉■●P ❈◗ ■▼▲◗ ❊ ●▼ ●❍ ❏◗ ■◗❙◗ ❊P ◆ ●■ ❙▲ ●❈▼❉ ❈❭❙▲●❈▼❉ ❈ ❙❉▲◆●❖ ●■❖●■ ❑●■❖ ▼P ◆●❈ ●◆P❊ ❯ ❝❉■❖❉▲▼P ●■

Antitrust

❑●■ ❖ ◆P ❈❋▼P❙ ◆ ●▲P

Black Law Dictionary

●◆ ●❊ ●❘❍❉❚●❖●P❚❉▲ P ❈❋ ▼⑤

Antitrust Act: Federal and statutes to protect trade and commerce from unlawful

restraints, price discrimination, price fixing, and monopolies. Most states have mini

Antitrust Act patterned on the Federal Act. The Principal Federal Antitrust act are :

Sherman Act (1890); Clayton Act (1914), Federal Trade Commision Act (1914);

Robinson Patman Act (1936). See Boycott: Combination in restrain of trade; prices

fixing; restrains of trade .

6

❬■◆●■❖❭❋■◆●■❖ ❋ ▼ ●❏ ● ◆ ●❊ ●❏

Antitrust Law

▼❉▲◆P▲P ◆ ●▲P

Sherman Act, Clayton Act,

Robinson-Patnem Act,

◆●■

Federal Trade Commission Act

❯ ❞❉■ ❋▲ ❋▼ ⑥❉❊❊❘◗▲ ■ ◆●■ ⑦◗ ⑧ ●④P④ ❚●❘❲● ▼❋❳❋●■ ❑●■❖ ❘❉■◆●❈ ◆P④ ●❙●P ◗ ❊❉❘

Antitrust Law

②❏ ❉▲P ❈● ❡❉▲P ❈ ●▼


(20)

5

➍➎ ➍➏ ➍➐➑ ➒➓➔→➣ ↔➍↕ ➍➓→ ↕➏→➑ ➙➛ ➍➐➍➜➍➓ ➝➛ ➒➐ ➍↔➎➍➓↕➞➑➣➒↔→ ↔→➟➠➛ ➒➡ ↔➍➑➒➓➔ ➒➝ ➍➐ ↔➒➡➢ ➍➎→ ➓ ➜➍ ➣➡➍↕ ↔➒↕➑➞➓ ➞➣➞➏→➎ ➍➓➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓➙➛ ➍➐➍↔→ ➎ ➍↕➛ ➒➐➍↔➤

➦→➧➓ ➎➞ ➓ ➒➛→ ➍➠ ↕ ➒➨→➢ ➍↕ ➍➓➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓➙➛ ➍➐➍➜➍➓ ➝↔➒➏ ➍➐➎→↔➒↔➍➣ ↕ ➍➓➛ ➒➔➍➡➍↕➐➙➛ ➙➛ ↔→ ➎ ➍↕ ➐➍➓ ➜➍ ↔➒➡➟➞↕ ➙➛ ➣➍➎ ➍ ➏ ➍➡➍➓ ➝➍➓ ➍↔➍➛ ↕➒ ➝→ ➍↔➍➓ ➑ ➞ ➓➞➣ ➞➏→➠ ➓ ➍➑ ➙ ➓ ↕➒➨ →➢ ➍↕➍➓ ➣➒➡➛ ➍→ ➓➝ ➍➓ ➙➛ ➍➐➍ ↔➒ ➡➛ ➒➨ ➙ ↔ ➑ ➒➓➢ ➍➎→ ➣ ➒➓ ➒➓↔➙ ↔➒➓ ↔➍➓➝ ➨➍➝➍→➑➍➓➍ ➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ → ↔➙ ➐ ➍➡ ➙➛ ➎→➏ ➍↕➙ ↕➍➓➠ ↕ ➒➨→➢ ➍↕ ➍➓➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓➢ ➙ ➝➍➑➒➓ ➝➍↔➙ ➡➣➒➡➛ ➍→ ➓➝ ➍➓➛ ➒➎ ➒➑→ ↕→ ➍➓➡➙➣ ➍➛ ➒➐ → ➓➝ ➝➍ ➐➍➡➙➛ ➎→➣ ➒➎ ➞➑➍➓→ ➞➏ ➒➐ ➣➒➏ ➍↕➙ ➙➛ ➍➐➍ ➎ ➍➏ ➍➑ ➑ ➒➓➢ ➍➏ ➍➓↕ ➍➓ ↕➒ ➝→ ➍↔➍➓ ➙➛ ➍➐➍➓ ➜➍ ➎ ➍➓ ➑➒➏→ ➓➎ ➙➓ ➝→ ↕ ➒➣ ➒➓ ↔→ ➓➝ ➍➓ ↕➞ ➓➛ ➙➑ ➒➓ ➛ ➒➐→ ➓ ➝➝ ➍➣ ➒ ➡➛ ➍→ ➓➝ ➍➓ ↔→ ➎➍↕ ➑ ➒➓➢ ➍➎→ ➛ ➍➡ ➍➓➍ ➙➓ ↔➙↕ ➑➒➏ ➍↕➙ ↕➍➓ ➑➞➓ ➞➣➞➏→➤

➫ ➒➡➨➒➎➍ ➎ ➒➓➝ ➍➓ ➨ ➒➨➒➡➍➣➍ ➭ ➒➝➍➡ ➍ ➜➍➓➝ ➨➍➐↕➍➓ ➨➒➏ ➙➑ ➑➒➑→➏→ ↕→ ↕➒➨ →➢ ➍↕➍➓ ➣➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐➍➠ ➔ ➞ ➓↔➞➐ ➓ ➜➍ ➜➍→↔➙ ➯➜➍➓➑➍➡➠ ➍↔➍➙ ➭➒➝➍➡ ➍ ➜➍ ➓➝ ➐➍➓ ➜➍ ➑➒➑→➏→ ↕→ ↕➒➨ →➢➍↕ ➍➓ ➣➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐ ➍ ➛ ➒↕ ↔➞➡➍➏ ↔➍➓➣ ➍ ↕ ➒➨ →➢ ➍↕ ➍➓ ➣➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐➍↕➐ ➙➛ ➙➛ ➠➔ ➞ ➓↔➞➐ ➓ ➜➍➜➍→ ↔➙➫ ➡ ➙➓ ➒→➦➍➡➙➛➛ ➍➏ ➍➑➤

➯➒➏→➐➍↔ ➐➍➏ ↔➒➡➛ ➒➨➙↔➠ ↔➒ ➓↔➙ ➓➜➍ ➟ ➍↕ ↔➍ ➑➒➓➝ ➒➓➍→ ➣ ➒➡➨ ➒➎ ➍➍➓ ↕➒➨ →➢ ➍↕➍➓ ➎ ➍➏ ➍➑ ↕ ➒➝→ ➍↔➍➓ ➣➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐ ➍ ➍➓↔➍➡ ➍ ➛ ➍↔➙ ➭➒ ➝➍➡➍ ➎ ➒➓➝ ➍➓ ➭➒➝➍➡ ➍ ➏ ➍→ ➓ ➓ ➜➍ ↔→ ➎➍↕ ➎ ➍➣ ➍↔ ➎→➣ ➙ ➓➝↕→ ➡→➠ ➛ ➒➐ → ➓➝ ➝➍ → ➓ ↔➒➡➍↕➛ → ➜➍ ➓➝ ↔➒➡➢ ➍➎→ ➛ ➒➔ ➍➡➍ → ➓ ↔➒➡➓ ➍➛ → ➞➓ ➍➏ ➎ ➍➏ ➍➑ ➨→ ➎ ➍➓➝ ➣➒➡➎ ➍➝➍➓ ➝➍➓ ➛ ➍➓ ➝ ➍↔ ➡➒➓ ↔➍➓ ↔➒➡➐➍➎ ➍➣ ➣➒➡➛ ➒➏→➛→➐➍➓ ➎➍➓ ↕➞ ➓➟➏→ ↕➤ ➯➍↕➍ ➎ ➍➡→ → ↔➙➠ ➛ ➒➏ ➍→ ➓ ➑➒➓➎ ➞➡➞ ➓ ➝ ➭➒➝ ➍➡➍ ➍➓ ➝➝ ➞↔➍➓ ➜➍ ➙ ➓↔➙ ↕ ➑➒➑→➏→ ↕→ ↕➒➨ →➢ ➍↕➍➓ ➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐➍ ➛ ➒➔ ➍➡➍ ➓ ➍➛→ ➞ ➓➍➏➠ ➲➳➵➲➭ ➣➒➡➏ ➙ ➑ ➒➑ →➏→ ↕→ ➛ ➙➍↔➙ ↕➒➛ ➒➣ ➍↕ ➍↔➍➓ ↔➒➡➐ ➍➎ ➍➣ ↕➒➨ →➢ ➍↕➍➓ ➣ ➒➡➛ ➍→ ➓ ➝➍➓ ➙➛ ➍➐➍➙ ➓↔➙ ↕➎→ ↔➒↔➍➣ ↕ ➍➓➎➍➏ ➍➑ ↕ ➍➸ ➍➛ ➍➓➡ ➒➝→ ➞➓ ➍➏➲ ➳➵➲➭➤

➻➼➽➾➚ ➪➶➹➚ ➘➴➷➬➬ ➮➴➱

okok

okok

✃❐

kum

➱ ❒

rs

❮❰ ÏÐ ❮

n

Usaha di Indonesia

➴Ñ➼ Ò➚ Ó➚ ➪Ó➼ Ô➷Õ Ö➼ ➪×➚ ➪➚ ➴Ø➚Ó➚➽ Ò➚➴➘ÕÙ ÚÛ

Ü


(21)

6

çèéê ëì ëéí ëî ï ëð ñè éìèò óñô õ ëí ë ê öòóëñð ëï ì óëñ ó íëé÷ ë ñ óð öì öðõöëï êëðëõ ò è îñ ó í ìí éöøìö ÷ ëîù òè éúóêóð

HARMONISASI KEBIJAKAN PERSAINGAN

USAHA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

û

1.2.

Rumusan Masalah

çèéê ëì ëéí ëî ð ëñ ë é òèð ëí ëîù ÷ ëîù ñèð ëï ê öó éëöíë î ìèòèð óõ î÷ ëô õëíë êëøëñ êöé óõóì íëîõëìëð ëïìèòëùëöò è éöíóñ ü

ýû ç ëùëöõëîëí ëï øè îùëñó éëî íèò öúëí ëî øè éì ëöîùëî ó ìëï ë øëêë õ ëì÷ ëé ëí ëñ þÿ þ✁

?

2. Bagaimana harmonisasi kebijakan persaingan usaha pada masyarakat

ekonomi ASEAN?

1.3.

Ruang Lingkup Masalah

Untuk membatasi agar tidak menyimpang terlalu jauh dan agar tulisan ini

makin terarah maka cakupan atau ruang lingkup dari pembahasan karya tulis ilmiah

dalam bentuk skripsi ini, yakni akan dijelaskan mengenai kebijakan persaingan usaha

secara umum pada masyarakat ASEAN dan pengaturan penegakan kebijakan

persaingan usaha pada negara-negara masyarakat ekonomi ASEAN, disertai dengan

perbandingan kebijakan persaingan usaha pada negara-negara anggota ASEAN

sehingga dapat dilihat kekurangan dan kelebihannya dan menyadari perlunya

harmonisasi peraturan persaingan usaha dalam menyongsong MEA.


(22)

7

1.4.

Orisinalitas Penelitian

✂✄☎✆ ✝✞✆ ✟✞✟ ✠✡☛✡☎✞ ☞☎✞ ✌✍✟ ✍✡✠✡✎ ✡✎✟ ✍ ✡✏ ✡✆☎✞✄✟✞ ✌☎✞✆ ✟✞✟ ✠✡☛✡☎✞✡✞ ✡☎ ✄☎ ✠☎ ✑✒

✓✔ ✕ ✝☛✡☎✏ ☎ ✖✏☎ ☛✡✗✡✘ ✙☎✎ ✝ ✠☛☎✚ ✛✎ ✜✞ ✜ ✍ ✡ ✄☎✞ ✢ ✡✚ ✞✡✚ ✣✞ ✡✤✟✏✚ ✡☛☎✚ ✥ ✝✍☎ ☛✟✏☎ ✣ ☛☎✏☎ ✘✦ ✧✓★✔✕✟✞ ✌☎✞ ✌✎☎ ☛✚ ✟✩✝☎ ✑✆✟✞ ✟ ✠✡☛✡☎✞☞☎✞✌✩✟✏✪✝ ✄✝ ✠✖✛✫✬✂✭✣✮ ✕ ✛✂ ✦ ✧✓✯ ✰ ✛✭ ✮✂✱✂✖ ✲✫✰✛✬✭✂✥ ✲ ✛✳✴✫✴✕✲ ✖✂✱✂ ✥✲✥✰✛✕ ✖✛✭✱✂✬✂✫✬✂✫ ✱✲ ✲✫✱✴✫✛✥ ✲✂

dengan permasalahan yaitu

bagaimana prediksi perkembangan ekspor dan impor dengan adanya

pengaruh MEA 2015 terhadap integrasi ekonomi pada sistem

perdagangan di Indonesia. Perbedaan penelitian Mutiara Pratiwi dengan

penelitian yang ditulis oleh Penulis terletak pada rumusan masalah di

mana yang dibahas oleh Mutiara Pratiwi adalah tentang prediksi

perkembangan ekspor dan impor pada sistem perdagangan di Indonesia

dengan adanya pengaruh MEA sedangkan pada penelitian ini rumusan

masalah yang hendak dibahas adalah tentang kebijakan persaingan usaha

secara umum pada masyarakat ASEAN dan harmonisasi kebijakan

persaingan usaha pada negara-negara masyarakat ekonomi ASEAN.

2. Fazrin Syahputra, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, 2009. Mengangkat sebuah penelitian yang

berjudul

TANTANGAN, HAMBATAN, DAN PELUANG

INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 di

mana dalam penelitian tersebut sebatas membahas tentang sejarah


(23)

8

✵✶✷✵✸✹ ✺ ✻✼✽ ✻✾✿ ❀❁ ❂❀ ❁ ✵✶✷✵✸✹ ❃ ✻✼❄❀ ❄❀❁❄ ❀❁❂ ❀❁✹ ❅ ❀✾✿ ❀❄ ❀❁✹ ❆ ❀❁ ✺ ✻❇❈❀❁❂❉❁❆❊❁ ✻❃❋❀❆ ❀❇❀✾ ●✷✵ ❍ ■❏ ❑▲ ▼✻✼✿ ✻❆ ❀❀❁ ❆✻❁ ❂❀❁ ✺✻❁ ✻❇❋❄❋❀❁◆❀❁ ❂ ❆❋❄❈ ❇❋❃ ❊❇✻❅ ▼✻❁❈❇❋❃ ❀❆ ❀❇❀❅ ✺✻❁✻❇❋❄❋❀❁ ❋❁❋ ✾✻✾✿ ❀❅ ❀❃ ❄✻❁❄❀❁ ❂ ✽✻✿❋❖❀✽❀❁ ✺ ✻✼ ❃❀❋❁ ❂❀❁ ❈❃ ❀❅❀ ✺❀❆❀ ✸ ✻❂❀✼ ❀P✸ ✻❂ ❀✼❀ ❀❁ ❂❂❊❄❀ ✵✶✷✵✸ ❆ ❀❁ ✺ ✻✼✿ ❀❁❆❋❁ ❂❀❁ ✽✻✿❋❖❀✽❀❁ ✺✻✼❃ ❀❋❁ ❂❀❁ ❈❃❀❅ ❀ ✺ ❀❆ ❀ ❁ ✻❂❀✼❀P❁ ✻❂❀✼❀ ✵✶✷✵ ✸ ❅❋❁ ❂❂❀ ❆❋✺ ✻✼❇❈✽ ❀❁ ❁◆❀ ❅❀✼ ✾❊❁❋❃ ❀❃❋ ❆❀❇❀✾✽✻✿❋❖❀✽❀❁ ✺✻✼❃ ❀❋❁❂ ❀❁ ❈❃ ❀❅ ❀ ❆❋ ✵✶✷✵✸❆ ❀❇❀✾✾ ✻❁◆❀✾✿❈❄●✷✵▲

1.5.

Tujuan Penelitian

◗❁ ❄❈✽ ✾ ✻❁❂ ✻❄❀❅❈ ❋ ❆ ❀❁ ✾✻❁ ✻❁❄❈✽ ❀❁ ❅ ❀❃❋❇ ◆❀❁ ❂ ❀✽ ❀❁ ❆❋✺✻✼❊❇✻❅ ✾❀✽❀ ❅ ❀✼❈❃ ❆❋✽ ✻❄❀❅❈❋ ❄❈❖❈❀❁✺ ✻❁ ✻❇❋❄❋❀❁❄✻✼❃ ✻✿❈❄▲ ▼✻❁❈❇❋❃ ❆❀❇❀✾ ✾ ✻❁❈ ❇❋❃❃❈❀❄❈✽ ❀✼◆❀ ❋❇✾❋❀❅ ❆❀❇❀✾ ❅ ❀❇ ❋❁❋✿ ✻✼❈✺ ❀ ❃✽ ✼❋✺❃❋ ❅❀ ✼❈❃❇❀❅ ✾✻✾❋❇❋✽❋❄❈❖❈❀❁ ◆❀❁ ❂ ❆❀✺❀❄❆❋✺ ✻✼❄❀❁ ❂ ❂❈❁ ❂ ❖❀❘❀✿✽❀❁▲ ❙❈❖❈❀❁✺ ✻❁ ✻❇❋❄❋❀❁❋❁❋✿✻✼❈✺❀❄❈❖❈❀❁❈✾❈✾❆ ❀❁❄❈❖❈❀❁✽❅❈❃❈❃▲❚ ❀❁❂❆❋✾❀✽❃❈❆❆ ✻❁❂ ❀❁ ❄❈❖❈❀❁ ❈✾❈✾ ◆❀✽❁❋ ❈✺ ❀◆❀ ✺ ✻❁ ✻❇❋❄❋ ❆❀❇❀✾ ✾✻❁ ❂✻ ✾✿❀❁❂✽❀❁ ❋❇✾❈ ❅❈✽❈✾▲ ✶ ✻❆ ❀❁❂✽ ❀❁ ❄❈❖❈❀❁ ✽ ❅❈❃❈❃ ❀❆❀❇❀❅ ✺ ✻❁ ❆❀❇❀✾ ❀❁ ❆❀✼❋ ✺ ✻✼✾ ❀❃ ❀❇❀❅❀❁ ❅❈✽❈✾ ◆❀❁ ❂ ❄✻❇❀❅ ❆❋✼❈✾❈❃✽❀❁ ❆ ❀❇❀✾ ✼❈✾❈❃❀❁ ✾❀❃ ❀❇❀❅✺✻❁✻❇❋❄❋❀❁▲ ❙❈❖❈❀❁❈✾❈✾ ❆❀❁❄❈❖❈❀❁✽ ❅❈❃❈❃ ❆ ❀✼❋✺ ✻✾✿❈❀❄❀❁ ❃✽ ✼❋✺ ❃❋❋❁❋❀❆❀❇❀❅❯

❀▲

Tujuan Umum

▼✻❁❈❇❋❃ ❀❁❃✽✼❋✺❃❋✿ ✻✼❄❈❖❈❀❁❈❁❄❈✽❯

❏ ▲ ●✻❇❀✽❃ ❀❁❀✽❀❁ ❙✼❋ ❱❅ ❀✼ ✾❀ ▼✻✼❂❈✼❈❀❁ ❙❋❁ ❂❂❋✹ ✽ ❅❈❃❈❃❁◆❀✺❀❆❀ ✿❋❆❀❁ ❂✺✻❁✻❇❋❄❋❀❁✾ ✻❁❂ ✻❁❀❋❲ ❈✽❈✾❉❁❄✻✼ ❁❀❃❋❊❁ ❀❇▲


(24)

9

❳❨ ❩❬❭❪❫❴❵ ❛ ❪❵❪❜ ❴❜❝ ❪ ❞ ❪❭❪❛ ❡ ❜ ❪❵❪ ❛❬❢ ❣❪❫❪❤ ❪❢ ✐ ❴ ❤❴❥❪❢ ❴❭❛ ❴❪❵ ❜ ❬❦❪❥❪❫❬❥❫❡❭❴❜❨

❧❨ ❩❬❢♠ ❬❛♥ ❪❢♠ ❤ ❪❢❴❭❛❡✐ ❬ ❢♠ ❬❫ ❪❵❡ ❪❢❵ ❡❤ ❡❛❨

♦❨ ♣❬♥❪♠ ❪❴ ❜❡ ❪❫❡ ❤ ❪❥❣❪ ❢ ❣❪❫❪ ❪❫❪❜ ❤ ❬❛❪❛✐ ❡ ❪❢ ❪❤ ❪❞ ❬❛ ❴❤ ❣❪❢♠ ❫❬❭❪❵ ❞❴✐ ❬❥q ❭❬❵ ❜ ❬❭❪❛ ❪ ❛❪❜ ❪ ✐ ❬❥❤ ❡❭❴❪❵ ❪❢ ❞❴ r ❪❤❡ ❭❫❪❜ s❡ ❤❡ ❛ t❢ ❴✉❬❥❜ ❴❫❪❜t❞❪❣❪❢ ❪❨

✈❨ ❩❬❢♠ ❬❛♥ ❪❢♠ ❤ ❪❢ ❞ ❴❥❴ ✐ ❥ ❴♥ ❪❞❴ ❛❪❵ ❪❜❴❜❝ ❪ ❤❬ ❞❪❭❪❛ ❤ ❬❵❴❞❡✐❪❢ ❛ ❪❜ ❣❪❥❪❤ ❪❫❨

✇❨ ❩❬❛ ❬❢❡ ❵❴✐ ❬❥❜ ❣❪❥❪❫❪❢❛ ❬❛✐❬❥q ❭❬❵♠ ❬❭ ❪❥❜ ❪❥①❪❢ ❪❵ ❡❤ ❡❛②♣③④

b.

Tujuan Khusus

③❨ t❢ ❫❡❤ ❛ ❬❢♠❬❫❪❵❡ ❴ ✐ ❬❢♠ ❪❫❡ ❥❪❢ ❤ ❬♥ ❴①❪❤ ❪❢ ✐ ❬❥❜ ❪❴❢♠ ❪❢ ❡❜ ❪❵❪ ✐❪❞ ❪ ❛❪❜ ❣❪❥ ❪❤❪❫⑤♣⑥ ⑤⑦❨

❳❨ t❢ ❫❡❤ ❛❬❢♠ ❪❢ ❪❭❴❜ ❴❜ ✐ ❬❥♥❬❞ ❪❪❢ ✐❬❢♠❪❫❡ ❥❪❢ ❤❬♥❴①❪❤❪❢ ✐❬❥❜ ❪❴❢♠❪❢ ❡❜ ❪❵ ❪ ✐❪❞❪ ❛ ❪❜ ❣❪❥❪❤ ❪❫ ⑤♣⑥ ⑤⑦ ❜❬❵ ❴❢♠ ♠ ❪ ❞❴✐ ❬❥ ❭❡ ❤❪❢ ❢ ❣❪❵ ❪❥❛q ❢ ❴❜❪ ❜❴❨

1.6. Manfaat Penelitian

❩❪❢⑧ ❪❪❫ ✐ ❬❢ ❬❭❴❫❴❪❢ ❛❬❭❴✐ ❡ ❫❴ ❛❪❢⑧ ❪❪❫ ❫❬q❥❴❫❴❜ ❞ ❪❢ ❛❪❢⑧ ❪❪❫ ✐❥❪❤ ❫❴❜❨ ⑨❬❢ ①❬❭❪❜❪❢ ❢ ❣❪❪❞❪❭❪❵❜❬♥❪♠❪❴♥ ❬❥ ❴❤❡ ❫⑩


(25)

10

a.

Manfaat Teoritis

❶❷❸❹❺❹ ❻ ❷❼ ❺❽❻ ❽❾ ❿ ➀ ❷➁ ❷➂ ❽❻ ❽❹➁ ❽➁ ❽ ➃ ❽➄ ❹❺❹➀ ➅ ❹➁ ➃ ❹➀❹❻ ➆❷➁ ❹➆➇ ❹➄ ➈ ❹➈❹❾ ❹➁ ➀❷➁➉❷❻❹➄➊❹➁ ➋➂ ➆➊ ➌➊➅➊➆ ➃ ❹➁ ➆ ❷➆➇ ❷❺❽➅ ❹➁ ➅❼➁❻ ❺ ❽➇➊❾ ❽ ➃ ❹➂ ❹➆ ➀❷➁➉❷➆➇❹➁➉❹➁ ➋➂ ➆➊ ➌➊➅➊➆➍ ❶❷➂ ❹❽➁ ❽❻➊❿ ➀❷➁❷➂ ❽❻ ❽❹➁ ❽➁❽ ➃ ❽➄ ❹❺❹➀➅❹➁ ➃❹➀ ❹❻➃❽➎❹➃ ❽➅ ❹➁ ❾➊➆➇ ❷❺ ❽ ➁➏❼❺➆ ❹❾❽ ❽➂ ❽➆ ❽❹➄ ➉➊➁❹ ➆❷➂ ❹➅➊➅❹➁➀❷➁➉➅❹➎❽❹➁ ➂ ❷➇❽➄➂ ❹➁➎➊❻➃❹➁➆❷➁➃ ❹➂ ❹➆➍

b.

Manfaat Praktis

❶❷❸❹❺❹ ➀❺❹➅❻ ❽❾ ❿ ➀❷➁ ❷➂❽❻ ❽❹➁ ❽➁❽ ➃ ❽➄ ❹❺❹➀➅ ❹➁ ➃ ❹➀❹❻ ➆❷➁➎❹➃ ❽ ➀❷➃❼➆❹➁ ❻ ❷❺❾ ❷➁➃❽❺❽➇ ❹➉❽➆❹❾➐❹ ❺❹➅ ❹❻ ❿➐❹❽❻➊ ➑

➒➍ ➓❹➉❽ ➀ ❷➁ ❷➂ ❽❻ ❽ ➄➊➅➊➆ ❽➁❻ ❷❺➁ ❹❾❽❼➁❹➂ ➃ ❹➁ ➆❹➄ ❹❾ ❽❾ ➈❹❿ ➀❷➁❷➂ ❽❻ ❽❹➁ ❽➁❽ ➃ ❽➄ ❹❺❹➀➅❹➁ ➃ ❹➀❹❻ ➆ ❷➆➇ ❷❺❽➅ ❹➁ ➀ ❷➆ ❹➄ ❹➆❹➁ ➆❷➁➉❷➁ ❹❽ ➀ ❷➁➉❹❻➊❺❹➁ ➅❷➇ ❽➎❹➅❹➁ ➀❷❺❾ ❹❽➁➉❹➁ ➊❾ ❹➄ ❹ ❾ ❷❺❻ ❹ ➀ ❷➁➉❹❻➊❺❹➁ ➀ ❷➁ ❷➉❹➅ ❹➁➅ ❷➇❽➎❹➅ ❹➁➀❷❺❾ ❹❽➁➉❹➁➊❾ ❹➄❹➅ ➄➊❾➊❾ ➁➐❹➀ ❹➃❹➁❷➉❹❺❹➔ ➁❷➉❹❺❹❹➁➉ ➉❼❻ ❹→❶➣→↔➃❹➂ ❹➆❺❹➁➉➅❹➇❷❺➂ ❹➅➊➁➐❹↕➣→➍

➙➍ ➓❹➉❽ ➛ ❷➆❷❺❽➁❻ ❹➄ ➋➁➃ ❼ ➁ ❷❾ ❽❹❿ ➀ ❷➁ ❷➂ ❽❻ ❽❹➁ ❽➁ ❽ ➃ ❽➄ ❹❺ ❹➀ ➅ ❹➁ ➃❹➀❹❻ ➃ ❽➎❹➃❽➅❹➁ ❹❸➊❹➁ ➊➁❻➊➅ ➆❷➆➀ ❷❺ ➅➊❹❻ ➀❷❺❹❻➊❺❹➁ ➅ ❷➇❽➎❹➅ ❹➁ ➀ ❷❺ ❾❹❽➁➉❹➁ ➊❾❹➄ ❹ ➃ ❽ ➋➁➃ ❼ ➁ ❷❾ ❽❹ ➃❷➁➉❹➁ ➆ ❷➆➇ ❹➁➃❽➁➉➅ ❹➁ ➅❷➅➊❺ ❹➁➉❹➁ ➃ ❹➁ ➅❷➂❷➇❽➄ ❹➁ ❹➁❻ ❹❺❹ ➀ ❷❺ ❹❻➊❺ ❹➁ ➀ ❼ ❾ ❽❻ ❽➏ ❻ ❷➁❻ ❹➁➉ ➀ ❷❺ ❾❹❽➁➉❹➁ ➊❾ ❹➄❹ ➋➁➃❼➁❷❾ ❽❹ ➃ ❷➁➉❹➁ ➁ ❷➉❹❺❹➔ ➁❷➉❹ ❺❹ ❹➁➉ ➉❼ ❻ ❹ →❶➣→↔➂ ❹❽➁ ➁➐❹➍


(26)

11

1.7.

Landasan Teoritis

➜➝➞➝➟ ➠➡➢➤➞ ➥➦➝ ➢ ➧➝➨ ➩➝ ➫➤➞ ➥➦ ➥➞➟ ➥➝➭ ➥➢ ➥➯ ➠➡➢➤ ➞ ➥➦➟ ➡➢➲➲ ➤ ➢➝ ➧➝ ➢➳ ➡➳➡➨➝ ➵➝ ➫➡➸➨➥ ➦ ➡➳➝ ➲➝ ➥➞➝ ➢➺➝ ➦➝ ➢➯➺➥➝ ➢➫➝ ➨➝ ➢ ➩➝➻

➼➽➾ ➽ ➼➽ ➚➡➸➨ ➥➪➡➨➞➝ ➧➤ ➢ ➩➝➶➤ ➧➤➟ ➹➢➫➡➨ ➢➝ ➦➥➸➢➝➞

➶➤ ➧➤➟ ➝➺➝ ➺➝ ➢ ➳➡➨➞➝ ➧➤ ➧➝➨➡➢➝ ➧➡➳ ➤➫➤➭➝ ➢ ➺➝➨➥ ➟ ➝ ➢➤➦➥➝ ➺➡➟➥ ➫➡➨ ➘ ➥➵➫➝ ➢ ➩➝ ➧ ➡➭➥➺➤ ➵➝ ➢ ➩➝ ➢➲ ➝➟➝ ➢➯ ➢ ➩➝➟ ➝ ➢➯ ➺➝ ➢ ➫➡➨➝➫➤ ➨➽ ➶➝➞ ➩➝ ➢➲ ➦➝➟ ➝ ➳ ➡➨➞➝ ➧➤ ➳ ➝➲ ➥ ➭➤➧➤ ➟ ➥➢➫➡➨ ➢➝ ➦ ➥➸➢➝➞ ➺➥ ➟ ➝ ➢➝ ➭➤ ➧➤➟ ➥➢➫➡➨ ➢➝ ➦➥➸➢➝➞ ➥➫➤ ➝➺➝ ➺➝ ➢ ➳➡➨➞➝ ➧➤ ➧➝ ➨ ➡➢➝ ➧ ➡➳➤➫➤➭➝ ➢ ➟ ➝ ➢➤➦➥➝➤ ➢➫➤ ➧➭➥➺➤ ➵➦ ➡➘➝➨➝➫➡➨➝➫➤ ➨➽

➚➡➞➝➭ ➺➥➤➢➲ ➧➝ ➵ ➧➝ ➢➳ ➝ ➢ ➩➝ ➧➫➡➸➨➥➫➡➢➫➝ ➢➲ ➺➝ ➦➝➨ ➧➡➧➤➝➫➝ ➢➟➡➢➲➥➧➝➫➺➝➨ ➥➭➤➧➤ ➟ ➥➢➫➡➨ ➢➝ ➦ ➥➸➢➝➞ ➫➡➨ ➦ ➡➳➤➫➽ ➴➝➞➝➭ ➦➝➫➤ ➫➡➸➨➥➢➩➝ ➝➺➝➞➝➭ ➫➡➸➨ ➥ ➭➤➧➤ ➟ ➝➞➝➟ ➝➫➝➤ ➺➥➦➡➳ ➤➫ ➺➡➢➲ ➝ ➢ ➢➝➫➤➨➝➞ ➞➝ ➷ ➺➥ ➟ ➝ ➢➝ ➫➡➸➨ ➥ ➥➢➥ ➝➺➝➞➝➭ ➫➡➸➨ ➥ ➩➝ ➢➲ ➫➡➨➫➤➝➽ ➬➮➝➨➝ ➢ ➭➤➧➤ ➟ ➝➞➝➟ ➟➡➟ ➥➞ ➥➧ ➥ ➘ ➥➨➥➱➘ ➥➨ ➥ ➧➡➝ ➲➝➟ ➝➝ ➢ ➩➝ ➢➲ ➧➤➝➫➽ ✃➡➢➤ ➨➤➫ ➵ ➡➢➲ ➝ ➢➤➫➱➵ ➡➢➲➝ ➢➤➫➝➮ ➝➨➝ ➢ ➭➤ ➧➤➟ ➝➞➝➟ ➥➢➥➭➤ ➧➤➟➥➢➫➡➨ ➢➝ ➦ ➥➸➢➝➞➟➡➢➲➥➧➝➫➧➝➨ ➡➢➝➭➤➧➤➟ ➥➢➫➡➨ ➢➝ ➦ ➥➸➢➝➞ ➥➫➤ ➫➥➺➝ ➧➞➝ ➥➢➺➝➨ ➥ ➵➝➺➝ ➭➤➧➤ ➟ ➝➞➝➟

yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa -bangsa.

Dapat diartikan bahwa negara-negara tunduk pada hukum internasional dalam

hubungan mereka antara satu dengan yang lainnya karena hukum internasional adalah

bagian dari hukum yang tertua yakni hukum alam. Teori hukum alam dan konsep

hukum alam telah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan hukum

internasional. Ajaran ini karena idealisme yang tinggi telah menimbulkan keseganan

terhadap hukum internasional dan meletakkan dasar moral dan etika yang berharga


(27)

12

❐❒❮❰ ÏÐ ÑÐ Ò ❰ ÓÔÕ ÖÓ❒× ❰Ø Ó❒ÙÚ ÛÐ❮ ❒ ❐❒❮❰ ÜÕ ÖÑÕ Ò❐❒ Ó❮❒ Ó × ÕÙ❒ ÓÛÐ Ô ÓÝ❒Þ ß

àÕÙÕ Ò❒ Ï❒ Ó ÔÕØ Ö❰ ÏÐ ÑÐ Ò ❒Ù❒ Ò❒á❒Ù❒ Ï× ❒ Ó❮❒Ô × ❒ Ò❒ Ö á❒ ÓÔÕ Ö❮ ❒ ÓÔÐÓ❮ Ü❒á❒ ÜÕ Óá❒ Ü❒Ô × Ð ❐ÛÕ ÑÔ ❰â á❒ Ö❰ Ý❒ Ó❮ ❐Õ Ö× ❒ Ó❮ÑÐ Ô❒ Ó ÒÕ Ó❮Õ Ó❒❰ ÑÕ❒á❰Ù❒ ÓÚ ÑÕ ÜÕ ÓÔ❰ Ó❮ ❒ Ó Ò❒× Ý❒ Ö❒ Ñ❒Ô ãÓÔÕ ÖÓ❒×❰ØÓ❒Ù á❒ Ó ÑØÓ× Õ Ü Ù❒❰ ÓÝ❒ Ó❮× Õ ÖÐ Ü❒Þ

àÕ ÏÕ Óá❒ Ñ ÓÕ ❮❒ Ö❒ÐÓÔÐÑÔÐ ÓáÐÑÜ❒á❒ ÏÐÑÐÒ❰ ÓÔÕ ÖÓ❒× ❰Ø Ó❒Ù ÒÕ ÓÛ❒á❰ Ñ❒ ÓÏÐ ÑÐ Ò ❰ ÓÔÕ ÖÓ❒ ×❰ØÓ❒Ù ÔÕ Ö× Õ ❐ÐÔ ÒÕ Ó❮❰ Ñ❒ÔÚ Ñ❒ ÖÕ Ó❒ Ü❒á❒ á❒× ❒ ÖÓÝ❒ ÓÕ ❮❒ Ö❒Ù❒ Ï Ý❒ Ó❮ ÒÕ ÖÐÜ❒ Ñ❒ Ó × Ð Ò ❐Õ Ö × Õ❮❒Ù❒ ÏÐ ÑÐ ÒÞ ä❒Ù❒ Ï × ÕØ Ö❒ Ó❮ Ý❒ Ó❮ Ü❒Ù❰ Ó❮ ÔÕ Ö ÑÕ ÒÐ Ñ❒ á❒ Ö❰ ❒Ù❰ Ö❒ Ó ❰ Ó❰ ❒á❒Ù❒ Ï åæçè é æ

Jellineck

Ý❒ Ó❮ ÔÕ ÖÑÕ Ó❒Ù áÕ Ó❮❒ Ó

Selbst-limitation-theorie

Þ äÕØ Ö❒ Ó❮ ÜÕ ÒÐ Ñ❒ Ù❒❰ Ó á❒ Ö❰ ❒Ù❰ Ö❒ Ó ❰ Ó❰ ❒á❒Ù❒ Ï

Zorn

Ý❒ Ó❮ ❐ÕÖÜÕ Óá❒Ü❒Ô ❐❒ Ïê❒ ÏÐ ÑÐ Ò ❰ ÓÔÕ ÖÓ❒×❰ØÓ❒Ù ❰ÔÐ Ô❰á❒ ÑÙ❒ ÏÙ❒❰ Óá❒ Ö❰ Ü❒á❒ ÏÐÑÐÒÔ❒Ô❒ ÓÕ❮ ❒ Ö❒ Ý❒ Ó❮ ÒÕÓ❮❒ÔÐÖÏÐ ❐Ð Ó❮ ❒ ÓÙÐ ❒ Ö× Ð ❒ÔÐ ÓÕ❮ ❒ Ö❒Þ ëÐÑÐÒ ❰ ÓÔÕ Ö Ó❒× ❰Ø Ó❒Ù ❐ÐÑ❒ ÓÙ❒ Ï× Õ×Ð ❒ÔÐ Ý❒ Ó❮ ÙÕ ❐❰ Ï Ô❰ Ó❮❮❰ Ý❒ Ó❮ ÒÕ ÒÜÐ ÓÝ❒❰ ÑÕ ÑÐ❒Ô ❒ Ó ÒÕ Ó❮❰ Ñ❒Ô á❰ ÙÐ❒ Ö ÑÕ Ò❒Ð ❒ Ó ÓÕ❮❒ Ö❒Þ

ìí

îÐ ÓïÐÙÙ❒ Ï × Ð❒ÔÐ ÜÕ Óá❒ Ü❒Ô ÒÕ Ó❮ÕÓ❒❰ ÔÕØÖ❰ ÔÕ Ö× Õ ❐ÐÔ Ý❒ Ñ Ó❰ ❐❒❮❒❰ Ò❒ Ó❒ Ñ❒ Ï ï❒ Ö❒ ÏÐÑÐÒ ❰ ÓÔÕÖÓ❒× ❰ØÓ❒Ù Ý❒ Ó❮ ❐Õ Ö❮ ❒ ÓÔÐÓ❮ ÑÕ Ü❒á❒ ÑÕ ÏÕ Óá❒ Ñá❒ Ö❰ÓÕ❮❒ Ö❒ðÓÕ❮❒ Ö❒á❒ Ü❒Ô ÒÕ Ó❮❰ Ñ❒Ô ÓÕ❮ ❒ Ö❒ÔÕ Ö×Õ ❐ÐÔ

?

Triepel berusaha untuk membuktikan bahwa hukum internasional itu

mengikat bagi negara-negara dikarenakan adanya kehendak bersama untuk tunduk

kepada hukum internasional.

11

Menurut Triepel suatu negara tidak dimungkinkan

untuk melepaskan diri dari ikatannya dengan hukum internasional dengan suatu

tindakan sepihak. Teori-teori yang mendasarkan berlakunya hukum internasional itu

9

Mochtar Kusumaatmadja. 1982.

Pengantar Hukum Internasional Buku I-Bagian Umum

.

Binacipta, h.43

10

ibid

, h. 45

11

Triepel, Volkerrecht und Landesrecht, 1899. Pembahasan teori Triepel ini terdapat dalam


(28)

13

ñòóò ôõö õ÷ó òô ÷ õøò ùò úõ ùû ñò ôò÷ ñõ÷ üõ ùú ý÷ò÷ ó ò ùý ñòó ò þõ ÿ ùý þõ ÿ ùý ôõóòû ✁ò þò÷ ó ò÷ ò✁ý ùò÷ ñÿ✂ý þý✄ý✂úõ ☎ò÷ ø úõ÷ øû ò✂òý ò✁òú ñý ôý ùò÷ óû ÷ýò ý✁ú û ö û ôûú óý ✆õ÷ ûò ✝ùÿñò✞ ✟õøý ✁òý÷ ó ò ùý þõ ÿùý ôõö õ÷ óò ô òó ò✁òö ✆òö ✠ò þõ ÿ ùý ý÷ ý ñòóò ó ò✂ò ù÷☎ò ú õúò÷ óò÷ ø ö û ôûúý÷ þõ ù÷ò✂ý ÿ÷ ò✁✂õ✆ò øòýöûôû ú ñõ ù✡ò÷✡ýò÷ò÷ þò ù÷ õøò ùò ÷ õøòùò✞

☛☞

✌õ÷ó ý ùýò÷ ✂û ò þû ò✁ý ùò÷ ☎ò÷ø þõ ù ôõ÷ ò✁ óõ÷ øò÷ ÷ò úò ✍ ✎✏ ✑✒ ✎✓

Wiena

úõ úû ò þ ✂ûò þû ôõ✂ýúñû ✁ò÷ ✆òö✠ò ✆û ôò÷ ôõöõ÷ óò ô ÷ õøò ùò ☎ò÷ ø ú õúý✁ý ôý ôõ ôû ò þò÷ úõ÷ øý ôò þ ó ò ùý ñòó ò öûôû ú ý÷þõ ù÷ ò✂ý ÿ÷ ò✁ ÷ òúû ÷ ✂ûò þû ÷ ÿ ùú ò ö û ôûú ✁òö ☎ò÷ ø úõ ùû ñò ôò÷ óò✂ò ù ó ò ùýúõ÷ øý ôò þ÷☎ò✂û ò þûö û ôûúý÷ þõ ù÷ ò✂ý ÿ÷ò✁✞ ✔✂ò✂

Pacta Sunt Servanda

óýû ÷ø ôò ñôò÷ ✂õ✆ò øòý ôò õóòö óò✂ò ù ✕

grundnorm

✖ ó ò ùý öûôû ú ý÷þõ ù÷ ò✂ý ÿ÷ò✁ ÿ✁õö ✗õ✁✂õ÷ ☎ò÷ ø ó ýò÷ø øò ñ✂õ✆òø òý ✆ò ñò ôóò ùý

Madzhab Wiena

þõ ù✂õ✆ûþ✞ ✔✡ò ùò÷

Madzhab Wiena

☎ò÷ø ú õ÷ø õú✆ò✁ý ôò÷ ✂õø ò✁ò ✂õ✂ûò þû ÷☎ò ôõ ñòóò ✂ûò þû ôòõó òö óò✂ò ù ú õ÷õùò÷ ø ôò÷ ✂õüò ùò ✁ ÿøý✂ óò ùýú ò÷ ò ôòõó òö ôòõóòö öûôû ú ý÷þõ ù÷ ò✂ý ÿ÷ò✁ ú õú ñõ ùÿ✁ õö ôõ ôûò þò÷ ú õ÷øý ôò þ÷☎ò ò ôò÷ þõ þò ñý ò✡ò ùò÷ ý÷ý þýóò ô óò ñò þú õ÷õ ùò÷ ø ôò÷ úõ÷ øò ñò ôòõó òö ó ò✂ò ù ý þû ✂õ÷ óý ùý ú õ÷øý ôò þ✞

☛✘

✙õ÷ øò÷ ó õúý ôýò÷✚ ú ò ôò ñõ ù✂ÿò✁ò÷ ú õ÷ øý ôò þ÷☎ò öûôû ú ý÷þõ ù÷ò✂ý ÿ÷ò✁ óý ôõú✆ò✁ýôò÷ ôõ ñòó ò ÷ ý✁òý ÷ý✁òý ôõö ýóûñò÷ ú ò÷û✂ýò ó ý ✁ûòù öûôû ú óò÷ ôõú✆ò✁ý✁òøýôõ ñòóòþõ ÿ ùýöûôû úò✁òú✞

✛õ ùóò ñò þ✂ûò þûò✁ý ùò÷ ☎ò÷ ø ✆õ ù✆õó òó õ÷ø ò÷ þõ ÿùý þõ ÿ ùý ☎ò÷øþõ✁òöó ý✂õ✆û þôò÷ó ý ò þò✂ ☎ò ô÷ ý ò✁ý ùò÷ ☎ò÷ ø ú õ÷ø öû✆û ÷ ø ôò÷ ö û ôûú ý÷þõ ù÷ò✂ý ÿ÷ ò✁ ó õ÷ø ò÷ ôõ÷☎ò þò ò÷ ôõ÷☎ò þòò÷ öýó û ñ ú ò÷û✂ýò ☎ò ô÷ý

Madzhab Perancis

✚ ó ý úò÷ ò þõ ÿ ùý ý÷ý ú õ÷✡òó ý ôò÷

✜ ✢

✣✤ ✥✦✧ ★✩✪✫✬ ✫✭★★ ✧ ✭★✮ ✯★ ✰

Op.cit

✰✦ ✱✲✳ ✜✴


(29)

14

✶✷✸✹✷ ✺✶✷✸✹✷ ✸ ✻✼✷✽ ✾✷ ✿✷✸✷ ✹✷❀ ✽ ✻❁✷ ❂✷❃ ✸✻✸ ❄✷✹✷❀ ✼✻❀❂❃✸ ✷✹❀✾✷ ✽ ✻ ❂✷❅✷ ❆ ❄✸ ❄ ✼ ✹ ✻✿✼✷✽ ❄✸ ❆❄✸❄✼❃❀✹ ✻✿❀✷✽ ❃❇❀ ✷❅❈

❉❈❊ ❈❋❈ ●✻❇✿❃❍✻✿■✷✽✷ ✼✷ ❏❀ ✹ ✻✿❀ ✷✽ ❃❇❀ ✷❅

❑❄✷✹ ❄ ❀ ✻❂✷ ✿✷ ✷ ❂✷ ✿ ▲✷▼✷✹ ▲❃✽ ✻❁❄✹ ✽ ✻❁✷ ❂✷❃ ✽ ❄✷✹ ❄ ▼✿❃❁ ✷▲❃ ❆ ❄✸ ❄ ✼ ❃❀ ✹ ✻✿❀ ✷✽❃❇❀✷❅ ✼ ✻❀ ❄ ✿❄✹ ✸ ✻✹ ✻❀ ✹ ❄✷❀ ◆❇❀ ✹ ✻❖❃▲✻❇ ❉P◗◗ ▼✷✽ ✷❅ ❉❘ ❆✷ ✿ ❄✽ ✼ ✻✼❃❅❃✸ ❃ ▼✻❀▲❄▲❄✸ ✾✷❀❂ ▼✻✿✼✷❀✻❀❘ ✼ ✻✼❃❅❃✸❃ ✽ ❄✷✹ ❄ ❙❃❅✷ ✾✷ ❆ ✹ ✻✿✹ ✻❀ ✹ ❄❘ ✽ ❄✷✹❄ ▼✻✼ ✻✿❃❀ ✹✷❆✷❀ ✾✷❀❂❁✻✿▲✷ ❄❅✷✹❘ ▲✷❀ ✸✻✼✷ ✼▼❄✷❀❄❀ ✹ ❄✸❁✻✿❆❄❁❄❀❂✷❀▲✻❀❂✷❀❀✻❂✷ ✿✷ ✺❀✻❂✷ ✿✷❅✷❃❀❈ ●✷❀▼✷✸ ✻✼✷ ✼▼❄✷❀❄❀ ✹ ❄✸ ❁✻✿❆❄❁❄❀❂✷❀ ▲✻❀ ❂✷❀ ❀ ✻ ❂✷ ✿✷ ❅✷❃❀❘ ✽ ❄✷✹ ❄ ❀✻❂✷ ✿✷ ▲✷▼✷✹ ▲❃✸ ✷✹✷✸✷❀ ✹❃▲✷✸ ✷ ✸✷❀ ▲✷▼✷✹ ✼ ✻✼✻❀❄❆ ❃✸ ✻❁❄✹ ❄❆✷❀ ❀✾✷✽ ✻❀▲❃ ✿❃❈

❍✻✿■✷✽ ✷ ✼✷ ❃❀✹ ✻✿❀✷✽ ❃❇❀ ✷❅ ▲❃▼✻✿❅ ❄✸ ✷❀ ▲✻✼❃ ✼✻✼✻❀❄❆ ❃ ✸✻❁ ❄✹ ❄❆ ✷❀ ❆ ❃▲❄▼ ▲✷❀ ✻✸ ✽❃✽ ✹ ✻❀ ✽❃ ✸ ✻❁✻✿✷▲✷✷❀ ✽ ❄✷✹ ❄ ❀✻❂✷ ✿✷ ▲✷❅✷ ✼ ✹✷✹✷ ▼✻✿ ❂✷ ❄❅✷❀ ❃❀ ✹ ✻✿❀ ✷✽❃❇❀✷❅❈ ❚❃✷✽ ✷❀✾✷ ✸✻✿■✷✽ ✷ ✼✷ ✷❀✹ ✷ ✿ ❁✷❀❂✽ ✷ ▲❃ ▲❄❀ ❃✷ ▲❃▲✷✽ ✷ ✿❃ ✷✹✷✽ ✽ ❃✸✷▼ ✽✷❅❃❀❂ ✼✻❀❂❆❇✿✼✷✹❃ ▲✷❀ ✽ ✷❅❃❀ ❂ ✼ ✻❀ ❂❄❀✹ ❄❀❂✸✷❀❈ ❚✻❀✹ ❄✸ ✸✻✿■✷✽ ✷ ✼✷ ❃❀✹ ✻✿❀✷✽ ❃❇❀ ✷❅ ✷❀✹✷ ✿✷ ❅✷❃❀ ✽ ✻▼✻✿✹❃ ❯❱❲ ❳

Food and

Agriculture Organization

❨❘ ❏◆❯ ❳

International Monetary Fund

❨❘ ❩❬❭● ❱❪ ❳

United

Nations Conference on Trade and DevelopmentI)

▲✷❅✷ ✼ ❁❃▲✷❀❂ ✻✸❇❀❇✼❃❫ ❏❴❲ ❳

International Labour Organization

❨❘ ❵❛❲ ❳

World Health Organization

❨❘ ❩❬❏❭❜❯ ❳

United Nations International Children s Emergency Fund

❨ ▲✷❅✷ ✼ ❁❃▲✷❀❂ ✽❇✽ ❃✷❅❫ ✸✻✿■✷✽ ✷ ✼✷ ▲✷❅✷ ✼ ❁❃▲✷❀❂ ▼✻❀▲❃▲❃✸✷❀ ▲✷❀ ✸✻❁ ❄▲✷✾✷✷❀❫ ▲✷❀ ❬❱● ❲ ❳

North Atlantic

Treaty Organization

❨▲✷❅✷ ✼❁ ❃▲✷❀ ❂▼✻✿✹✷❆ ✷❀✷❀❈

❪ ✻❀❂✷❀ ▲❃✸❄✷✽ ✷❃❀✾✷ ▼✻ ✿✻✸❇❀❇✼❃✷❀ ❃❀ ✹ ✻✿❀ ✷✽❃❇❀✷❅ ❇❅ ✻❆ ❀ ✻❂✷ ✿✷✺❀✻❂✷ ✿✷ ✼❇ ▲✻✿❀❘ ✼✷✸✷ ❙✷■✷ ✿ ❁✷❆❙✷ ▼✻✿✷✹ ❄ ✿✷❀ ✹ ✻❀ ✹✷❀❂ ✸✻✿■✷✽ ✷ ✼✷ ❃❀ ✹ ✻✿❀ ✷✽❃❇❀✷❅ ✹ ✻✿✽ ✻❁❄✹▼❄❀ ■❄ ❂✷


(30)

15

❝❞❡❢ ❞❣ ❝❤✐ ❥❦ ❧❞♠ ❤♥ ✐ ♦❡ ❤❢ ♦❤♦♣ ♦❡❤❢ ♦❤♦ ❞❢ q ✐q ❣♥ r ❤✐ ❣q✐❞ ♦❞❡ s t❞ ✉❤❢ ♦❤✈ ✇ ✐ ①② ③④ ♦❞♠ ❤✈ ♦❞❡r❤⑤❤♦ ✉✇ ❥❤ ⑤❞ ✐❞❡ ♥ ❣❤❤✐ ♦❞❡✈ ❤r❤⑤ t ❞ ✉✇❣♠ ❤✈ ♥ ✐t ♦❡ ✇❣❞ ✐♦ ⑥❤✐❥ ❝❞❡t ♥⑦❤♦ r ❞❢♠ ❤❡❤t ♥ r ❤✐ ✈ ♥ ❣❝ ❤✇❤✐ ⑥❤✐❥ ❝ ✇❢❤✐ ❣❞❡ ✇⑤❤❢❤✐ ⑤❞ ❡ ✉❤✐✉♥ ❤✐ ⑥❤✐ ❥ ❣❞ ✐ ❥♥❢❤♦ ❣❞♠ ❤♥ ✐❢❤✐ t ❞❡ ❤✐ ❥❢❤♥ ❤✐ ⑧❞ ♦❤❢ ❝♥❡ ✇ ❝ ❤❥♥ ❞⑨q♠ ✇t ♥ ♦❤♦❤ ❞❢q✐q❣♥ ❝ ❤❡ ✇ ⑤❤r❤ ⑩❤❢♦✇✐⑥❤❦

❶❷

❸❤✐ ❥ ♦❞❡❣❤t ✇❢ r❤♠ ❤❣ ♥ ✐t ♦❡✇❣❞ ✐♣♥✐t ♦❡ ✇❣❞ ✐♦❞❡t ❞ ❝ ✇ ♦❤✐ ♦❤❡ ❤♠ ❤♥ ✐❤r❤♠ ❤✈❹❞❢ ♠ ❤❡ ❤t ♥ ❺q✐t ❞ ✐t ✇t❻❤✉❞♠♥t ❼❣ ✇❣ ❽❾ ❾ ♦❤✈ ✇ ✐ ①②③❿ ♦❞ ✐ ♦❤✐❥ ❽❞ ❣ ❝❞ ✐ ♦✇❢❤✐ ➀❤♦❤ ➁❢q✐q❣♥ ➂✐♦❞❡ ✐ ❤t ♥q ✐ ❤♠ ❾❤❡ ✇ s ❽♥ ❤❥❤❣ ➃❤❢♣✈❤❢ r❤✐ ❺❞⑩❤✉♥ ❝❤✐ ➁❢ q ✐q ❣♥ ➄❞ ❥❤❡❤♣✐❞ ❥❤❡❤⑥❤✐ ❥r ♥ ♦❞❡♥ ❣ ❤q♠❞✈ ❻❤✉❞♠♥t ❼❣ ✇❣ r ❞ ✐❥ ❤✐ ➅❞t q♠ ✇t ♥ ①④ ❹❞t ❞ ❣❝❞❡ ①② ③❿s ➅❞tq ♠ ✇t ♥ ❽❞❡ ✐⑥❤♦❤ ❤✐ ❽❞ ✐ ✇♦✇⑤ ⑥❤✐ ❥ r ♥ ♦❞❡♥ ❣ ❤ ⑤❤r ❤ ❧♥r ❤✐ ❥ ❺✈ ✇t ✇t ❺❞ ♦✇ ✉✇✈ ♦❞ ✐ ♦❤✐❥ ❺❞❡ ✉❤t ❤❣ ❤ r❤✐ ❽❞❡❢ ❞ ❣❝ ❤✐❥ ❤✐ ➁❢ q ✐q ❣♥ ⑤❤r ❤ ❧❞⑤♦❞ ❣❝❞❡ ①②③➆s ❹❞❢♠ ❤❡❤t ♥ ➅❤❣❝q ✇♥♠♠❞ ♦sr ❤✐ r❞❢ ♠ ❤❡ ❤t ♥ ❝❞❡t ❤❣ ❤r ♥ ❽✇❞❡♦q ➅♥⑧q q♠❞✈ ✐❞ ❥❤❡ ❤ ♣✐❞ ❥❤❡ ❤ ♥ ✐r ✇t ♦❡ ♥ ❣❤✉✇ t ❞⑤❞❡ ♦♥ ❺❤✐ ❤r❤s ❽❞❡ ❤✐⑧♥t s ➇❞❡❣❤✐ ❾❤❡ ❤♦s ➂♦❤♠♥ ❤s ➇❞⑤❤✐❥s ➂✐ ❥ ❥❡♥t sr❤✐➈❣❞❡♥❢❤❧❞❡ ♥❢ ❤♦❦❧❞t ✇ ✐❥ ❥✇✈✐⑥❤✇ ✐♦✇❢ ❣❞ ✐ ❤❡♥❢ ❢❞ ♦❞ ✐ ♦✇❤✐ ♣❢ ❞ ♦❞ ✐ ♦✇❤✐r❤❡♥ ❝❞❡ ❝ ❤❥❤♥❢ ❞ ♦❞ ✐♦✇ ❤✐r ❤✐❢ ❞t ❞⑤❤❢❤♦❤✐♦❞❡t ❞ ❝✇ ♦t ❞ ❝❤ ❥❤♥t ✇ ❤♦✇✈✇❢✇❣♥ ✐ ♦❞❡ ✐ ❤t♥q✐❤♠ ⑥❤✐ ❥ ❣❞ ✐❥♥❢❤♦ ❤r❤♠ ❤✈ t ❞t ✇❤♦✇ ⑥❤✐ ❥ t ✇♠♥ ♦ t ❞✈♥ ✐ ❥❥ ❤ ⑥❤✐❥ ❣❞ ❣ ✇✐ ❥❢ ♥ ✐❢❤✐ ❤r❤♠ ❤✈ r ❞ ✐ ❥❤✐ ❣❞♠♥✈ ❤♦⑤❡♥ ✐t♥⑤♣⑤❡♥ ✐t ♥⑤t ✇❤♦✇♦❤♦❤✈✇❢✇❣♥ ✐♦❞❡ ✐ ❤t ♥q ✐ ❤♠ ❦

❽❡♥ ✐t♥⑤ ⑤❞❡ ♦❤❣ ❤ ♦❞❡ ❝❞ ✐♦ ✇❢ r ❞ ✐❥ ❤✐ ❣❞⑩❤✉♥ ❝❢❤✐ t ❞ ♦♥ ❤⑤ ✐❞ ❥ ❤❡ ❤ ✇✐ ♦✇❢ ♦♥r❤❢ ❣❞♠❞ ❣❝ ❤❥❤❢❤✐ ⑤❞ ❣ ❝ ❤♦❤t ❤✐ ♣⑤❞ ❣❝ ❤♦❤t ❤✐ ⑤❞❡ r ❤ ❥❤✐ ❥❤✐ ⑥❤✐ ❥ r♥t ❢❡ ♥ ❣♥ ✐❤♦♥⑦ ⑤❤r ❤ ⑤❞❡r❤❥❤✐ ❥❤✐ r ❞ ✐❥ ❤✐ ✐❞ ❥ ❤❡ ❤ ♠❤♥ ✐❦

❶➉

❹ ❤⑤❤♦ r♥♠♥✈❤♦⑤❤r ❤ ⑤❤t ❤♠ ❿ ❽♥ ❤❥❤❣ ➃❤❢♣✈ ❤❢ r ❤✐ ❺❞⑩❤✉♥ ❝ ❤✐➁❢q✐q❣♥➄❞❥❤❡ ❤ ♣✐❞ ❥❤❡ ❤①④❹❞t ❞ ❣❝❞❡ ①②③❿⑥❤✐ ❥❣❞ ✐❞ ♦❤⑤❢❤✐➊

❧❞ ♦♥ ❤⑤ ✐❞ ❥❤❡ ❤ ❣❞ ❣⑤✇ ✐⑥❤♥ ✈❤❢ ✇✐ ♦✇❢ ❣❞ ✐❥ ❤r ❤❢❤✐ ⑤❞❡ r ❤❥ ❤✐❥ ❤✐ ♥ ✐♦❞❡✐❤t ♥q✐❤♠ r❤✐ ❝❞ ✐♦✇❢ ♣ ❝❞ ✐ ♦✇❢ ♠ ❤♥ ✐ r ❤❡ ♥ ❢❞❡✉❤t ❤❣ ❤ ❞❢ q ✐q ❣♥ ❢❞ ✐r ❤♦♥⑤✇✐ ❤r ❤ t ✇❤♦✇ ⑤❞❡❝❞r❤❤✐ r❤♠ ❤❣

➋➌

➍➎ ➏➎➐ ➑➒ ➓➔→➣↔↕➙↕ ➣➛➜

n

➝➞➟ ➞

n

r

➠➡

kum

➢➟ ➜

n

rn

➤ ➥

s

n

l

➦ ➣➧➔➨➒ ➓➒➩→➓➨➒ ➫➒➭➯➫➲ ➯ →➨➳➒ ➣➵➎ ➸➙ ➋➺


(31)

16

➽➾➚ ➪ ➶➪ ➹➘➴ ➷➬➚➶ ➹➶➮ ➱ ➘➮➬ ✃➬ ➴➶ ➱ ➴➾❐ ➷❐ ✃ ➪ ➬➪ ➶➾➚ ❒ ❮➶ ❰➾➮ ➾ ❰➾ ➪ ➾ ➹❐ ✃➘Ï➾Ð➾ ➷❐ ✃ ❰➾ ➷➾ ➹ ❰➶ ❰➶➪ ➮Ð ➶ ➴➶ ✃➾➪➶➮ ➾ ✃➽➾ ✃Ñ➾➪ ➘➴➾ ➹➾ Ò ➴➾ ➹➾Ó ➘Ð❰➾➪ ➾Ð➮ ➾ ✃➷➘Ð Ó ➘❰➾➾ ✃➪ ➘➴➾ Ô➾ ➴➶ ➹❐ Õ❒

ÖÐ➶ ✃➪ ➶ ➷ ➮ ➘❰❐➾ Ñ➾ ➮ ✃➶ ➪ ➘×➾❐➽ ➴➘✃Ñ➾ ✃ Ï➮ ❐ ➹➶ ✃Ø ➘➪ ➹➾➪ ➶ ➪ Ù➾➪ ➹➾ ➾➪ ➶ ✃ Ï➱ ➪ ❐➾ ➹❐ ✃➘Ï➾Ð➾ ➹➘➴➷➾ ➹ ➷ ➘✃Ï➶✃Ø➘➪ ➹➾➪ ➶➾ ✃ ➶➹❐ ➹➶ ❰➾➮ Ó ➬➚ ➘➽ ❰➘✃ Ï➾ ✃ ➽❐➮ ❐ ➴ ❰➾ ✃ ➷ ➘Ð➾ ➹❐ Ð➾ ✃ ➷ ➘✃ Ï➾Ù➾➪ ➾ ✃ ➮ ❐Ð➪ ✃Ñ➾ ➴ ➘Ð➶ ✃➹➾ ✃ Ï➶ ➾ ➹➾❐ ➴➘✃ Ô➘Ï➾ ➽ ➷ ➘➴Ó ➾Ñ➾Ð ➾ ✃ ❐✃➹❐✃ Ï ➾ ➹➾❐ ➷ ➘✃Ï ➽➾➪ ➶➚➾ ✃ ➮ ➘➷➾ ❰➾ ➶ ✃Ø➘➪ ➹➬ Ð ➾➪ ➶ ✃Ï ❒ Ú➘➹➶ Ï➾ ➱ ➷ ➘Ð➪ ➘➹❐×❐➾ ✃ ➮ ➬ ➴➬ ❰➶ ➹➶ ➶ ✃➹➘Ð ✃➾➪ ➶➬ ✃➾➚ ❰➾➚➾ ➴ ➽➾➚ ➶ ✃➶ ➴ ➘✃❐✃×❐ ➮ ➮➾ ✃ ➪ ❐ ➾ ➹❐ Ï ➘Ð➾➮➾ ✃ ➮➘➾Ð ➾ ➽ ➷➘✃ Ï➾ ➹❐ Ð➾ ✃ ➽❐➮ ❐ ➴ ➶ ✃ ➹➘Ð ✃➾➪ ➶➬✃➾➚ Ñ➾ ✃ Ï ➴➘Ù➾ ×➶Ó ➮➾ ✃ ✃ ➘Ï➾Ð➾ Ò ✃ ➘Ï➾Ð ➾ ➷Ð➬❰❐ ➪ ➘✃ ❰➾ ✃ ➷ ➘➴Ó➘➚➶ ❐ ✃ ➹❐➮ ➮➘Ð ×➾➪ ➾ ➴➾ ❰➾➚➾ ➴ ➴➘✃ ×➾ ➴➶ ✃ ➪ ➹➾Ó ➶➚➶ ➹➾➪ ➽➾ÐÏ➾ Ò ➽➾Ð Ï➾ ➮ ➬ ➴➬ ❰➶ ➹➶ ❰➾ ✃ ❰➾➚➾ ➴ ➴ ➘✃Ñ➾ ➴➾➮ ➾ ✃ ➷ ➘✃➾Ù➾Ð ➾ ✃ ❰➾ ✃ ➷ ➘Ð ➴➶ ✃➹➾➾ ✃ ➱ ➾ ✃➹➾Ð ➾ ➚➾➶ ✃ ❰ ➘✃Ï➾ ✃ ➷ ➘➴➘➚➶ ➽➾Ð➾➾ ✃ ➷➘✃ Ï➾Ù ➾➪➾✃ ❰➾ ✃ ➷➘✃ Ï➾ ➹❐ Ð➾ ✃ ➹➶ ✃ Ï➮ ➾ ➹ ➷Ð➬❰❐ ➮➪ ➶ Ñ➾ ✃ Ï ➚➾ Ñ➾➮ ❰➾Ð➶ ➪ ➘➹➶➾ ➷ ✃ ➘Ï➾Ð➾ ➾ ➹➾❐ Ù➶➚➾Ñ➾ ➽ ➷Ð➬❰❐ ➪ ➘✃ ❒

ÛÜ

ÖÐ ➶ ✃➪ ➶ ➷ Ñ➾ ✃ Ï➮➘➘➴ ➷➾ ➹➾ ❰➾➚➾ ➽ Ó➾ ➽Ù➾ ✃ ➘Ï➾Ð ➾Ò ✃ ➘Ï➾Ð ➾ ➽➾Ð❐ ➪ ➴ ➘✃ Ï➽➶ ✃ ❰➾ Ð➶ ➷Ð➾➮➹➘➮ ❰❐ ➴ ➷➶ ✃ Ï ❰➾ ✃ ➷➘➴Ó❐ ➾ ✃ Ï➾ ✃ ➹➾ ✃➷➾ Ó ➾ ➹➾➪ ➾ ➹➾➪ ➪ ❐ ➾ ➹❐ ➪ ➹➬Ô➮ ➹➘Ð ➹➘✃ ➹❐➪ ➘➽➶ ✃ ÏÏ➾➹➶ ❰➾➮ ➴➘✃ ÏÏ➾ ✃Ï Ï❐➷ ➘✃Ï ➘➴Ó➾ ✃ Ï➾ ✃➶ ✃❰❐➪ ➹Ð➶ ✃➘Ï➾Ð➾Ó➘Ð➮➘➴Ó➾ ✃ Ï❒Ý➾ ✃ ➷Ð➶ ✃➪➶ ➷ Ó➾ ➽Ù➾ ✃ ➘Ï➾ Ð➾Ò ✃ ➘Ï➾ Ð➾ Ñ➾ ✃ Ï➪ ➘❰➾ ✃Ï Ó ➾ ➽➮ ➾ ✃ Ó ➘➚❐➴ Ó➘Ð➮➘➴Ó ➾ ✃ Ï Ó➘Ð ➽➾➮ ❐ ✃ ➹❐ ➮ ➴ ➘✃❰➾ ➷➾ ➹Ó ➾ ✃➹❐ ➾ ✃➘➮➬✃➬➴➶➮ ➽❐➪ ❐ ➪ ❒

Þ❒ß❒à ❮➘➬ Ð➶á➘✃ Ï➶➮ ➾ ➹✃Ñ➾ Ö➘Ð×➾ ✃×➶➾ ✃â✃➹➘Ð ✃➾➪ ➶➬✃➾➚

Ö➘Ð ×➾ ✃ ×➶➾ ✃ ➶ ✃ ➹➘Ð ✃➾➪➶➬✃➾➚ ➾ ➹➾❐ Ñ➾ ✃ Ï ➪ ➘Ð ➶ ✃Ï ❰➶➪ ➘Ó ❐ ➹ ➹Ð ➾➮ ➹➾ ➹➱ ➮➬✃Ø➘✃➪ ➶ ➱ ➷➾➮➹➾ ➱ ❰ ➘➮➚➾Ð➾➪ ➶ ➱ ➷➶➾Ï➾ ➴➱ ãäå æçè æé ❰➪Ó❒ ➾ ❰➾➚➾ ➽ ➷ ➘Ð ×➾ ✃×➶ ➾ ✃ Ñ➾ ✃ Ï ❰➶➾ ❰➾➮ ➾ ✃ ➾ ✃➹➾Ð➾ ➾ ✃ Ï Ï➬ ➹➾ ➴➾➪ Ñ➾Ð➾➮ ➾ ➹ Ó➾ ✃ Ï➪ ➾ÒÓ ➾ ✃ Ï➪ ➾ ❰➾ ✃ Ó➘Ð ➹❐ ×❐ ➾ ✃❐✃➹❐ ➮ ➴➘✃ Ï➾➮ ➶Ó➾ ➹➮ ➾ ✃➾➮➶Ó ➾ ➹Ò ➾➮➶Ó ➾ ➹ ➽❐➮ ❐ ➴ ➹➘Ð ➹➘✃ ➹❐ ❰➾ ✃ ➷➘Ð×➾ ✃×➶➾ ✃ ➶ ➹❐ ➽➾Ð❐ ➪ ❰➶➾ ❰➾➮ ➾ ✃ ➬➚ ➘➽ ➪❐ Ó Ñ ➘➮ Ò➪ ❐Ó Ñ ➘➮ ➽❐➮ ❐ ➴ ➶ ✃➹➘Ð ✃➾➪ ➶➬ ✃➾➚


(32)

17

ôõö ÷ øù öúõûü õö÷ ÷ýþ õ øõÿ ôõ õ✁õþ ü öþù ö õÿü ý öõ✂✄ ☎ ✆

✝ù ÿùþ✞ ú✞õö ÿ✞ õþ✞ öù ÷ õõ ✞ öþ✞✁ þù ü✁õþ õþ õ✞ øù ö ÷ü✁õþ✁ õö ûü ü ✁ ù✟õû õ ÿ✞õþ✞ ✟ù úõöúü õö û õ✟õþ ûü✠ù û õ✁ õö ûù ö ÷õö ✠ù✠õ÷õü ✡ õ õ û õö þù ÷õöþ✞ ö ÷ ûõü✟õû õ ✟ù ÿùþ✞ ú✞ õö õöþ õ õ öù ÷õ õ☛ öù ÷õ õ ✟ù ÿù þ õ✄ ☞ùþ✞ ✂ü ÿ✟õûõ✌✍✎✏✏ ✑✒

onv

✎✍

nt

on

✓ ✔✕ ✔✖ ✗✘✍✙

l

✎✓ ✓ ✠õ✚ ✛õ✜

The consent of a State to be bound by a treaty may be expressed by signature,

exchange of instruments constituting a treaty, ratification, acceptance, approval or

accession, or by any other means if so agreed.

18

✢õ✂ ü öü øù ö✞öú✞ ✁✁õö ✠õ✚ ✛õ öù ÷õ õ ✠ù ÿù ûü õ ✞öþ✞✁ þùü✁õþ õþ õ✞ øù ö ÷ü✁õþ✁ õö ûü ü þù ✚õûõ✟ ÿ✞õþ✞ ✟ù úõö úü õö ü öþù öõÿü ýö õ✂ õ✟õ✠ü ✂õ öù ÷ õ õ þù ÿù✠✞ þ øù ✂õ✁ ✞✁õö ✟ù ö÷ù ÿõ✚õö ôõ✁öü û õ✂õø ✠ù öþ✞✁ ✟ù ö õöû õþ õö ÷õö õö✜ ✟ù þ✞ ✁ õ õö ÿ✞ õþ☛ÿ✞ õþ ôõö÷ øù ö÷ õöû✞ ö ÷ ✟ù úõö úü õö ü öþù ö õÿü ýö õ✂ þù ÿù✠✞ þ✜ õþü✣ü✁ õÿü✜ ✟ù öù üø õõö✜ ✟ù ÿùþ✞ú✞ õö õþ õ✞ õ✁ÿù ÿü✜ õþ õ✞ ûù ö ÷õö✡ õ õôõö ÷ ✂õü öö ôõÿù✠õ÷õü ø õöõ✚õ✂üþ✞ ûü ÿù✟õ✁õþü✟õ õ✟ü✚õ✁ û õ✂õø✟ù úõö úü õöü öþù ö õÿü ýö õ✂✄

1.8. Metode Penelitian

a.

Jenis Penelitian

✝ õû õ ✝ù ö✞ ✂ü ÿ õö ÿ✁ü✟ÿü ü öü úù öü ÿ ✟ù öù ✂üþü õö ôõ ö÷ ûü ÷✞öõ✁õö õû õ✂õ✚ ✟ù öù ✂üþü õö ✚✞ ✁✞ø ö ý øõþü✣✄ ✤ù ö✞ ✞þ ✝ùþù ✤õ✚ø✞û ✤ õ

zuki bahwa

penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

17

Mochtar Kusumaatmadja. 1982.

Pengantar Hukum Internasional Buku I-Bagian Umum.

Binacipta, h.109


(33)

18

✥✦✧★✩✪✩✫ ✬✭ ✮ ✯✮ ✰✮✥ ✱✩ ✧✲ ✳✬✯✩ ✳✩✴✬

.

19

Sumber bahan hukum yang

digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau bahan

hukum tersier.

20

b.

Jenis Pendekatan

Dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa jenis pendekatan

yang lazim digunakan antara lain adalah pendekatan kasus (

✵✶ ✷ ✸ ✹✺ ✷

✻✼ ✼✽✾✹✿✶

), pendekatan perundang-undangan (

✵✶✷ ❀ ❁✹❁

ut

✷ ✻✼ ✼✽✾✹✿✶

),

pendekatan fakta (

✵✶ ✷

Fact Approach

), pendekatan analisis konsep hukum

(

Analitical & Conceptual Approach

), pendekatan frasa (

Words & Phrase

Approach

), pendekatan sejarah (

Historical Approach

), dan pendekatan

perbandingan (

Comparative Approach

).

21

Adapun pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah

pendekatan perundang-undangan (

The Statute Approach

) yang dilakukan

dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani,

22

yang dalam penulisan skripsi ini

adalah pengaruh MEA terhadap kebijakan persaingan usaha bagi

negara-negara anggota ASEAN yang sangat beragam sehingga pada akhirnya

ASEAN harus menciptakan harmonisasi kebijakan persaingan usaha.

Melalui pendekatan perundang-undangan ini akan dikaitkan antara

19

Peter Mahmud Marzuki, 2010,

Penelitian Hukum

, Kencana, Jakarta, h. 35

20

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2010,

Pengantar Metode Penelitian Hukum

, Raja Grafindo,

Jakarta, h. 118-119

21

Buku pedoman pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, h.75


(34)

19

❂❃❄❅ ❆❇ ❈❆❉ ❈❆❈❊ ❈❅ ❂❅ ❆❋❃ ●❍■ ❈❋❈❆❏ ❈❆❉●❃❄ ❑ ❈❋❅❇ ❃ ❆❉ ❈❆▲ ❈❋❊ ❈▼ ▲❈❋❊❈❏ ❈❆❉ ❈❇ ❈❇ ❍ ❑❈❂❈❆❉ ❈❆ ●❃❄❇❈◆❈❄ ❋ ❈❆ ❇❃ ❆❉ ❈❆ ❍◆❅ ❖❅ ❋❅P ❏ ❈❆❉ ❇ ❍ ❋❈■❍◗ ❘❍ ❑❈❋❅❋❈ ❆ ❂❅❑❈ ❂❃ ❆❇ ❃ ❋❈❊ ❈❆ ❈❆ ❈❑❍◆❍◆ ❋❙ ❆◆❃ ❂ ❖❅❋❅P ❚❯❱ ❲❳❨❨❩ ❲❳

t

& Conseptual Approach

❬ ❏ ❈❆❉ ❇ ❍ ❑❈❋❅❋❈❆❇❃ ❆❉ ❈❆ P❃P❈❖❈P❍ ❂❄❍ ❆◆❍ ❂▼ ❂❄❍ ❆◆❍ ❂❖❅ ❋❅P

❭ ❪

❫ ❇ ❍❉❅ ❆ ❈❋❈❆ ❂❅❑❈ ❂❃ ❆❇ ❃ ❋❈❊ ❈❆ ◆❃■ ❈❄ ❈❖ ❚

Historical Approach

❬ ◆❃❄❊ ❈ ❂❃ ❆❇❃ ❋ ❈❊ ❈❆ ❂❃❄ ● ❈❆❇❍ ❆❉ ❈❆ ❚

Comparative Approach

❬◗

c.

Sumber Bahan Hukum

❘❈❑❈P ❂❃ ❆❃ ❑❍❊❍ ❈❆ ❍ ❆❍❫ ❇❍❉❅❆❈❋ ❈❆ ◆❅P●❃❄ ▼◆❅P●❃❄ ❂❃ ❆❃ ❑❍❊❍ ❈❆ ❏ ❈❆❉ P❃ ❑❍ ❂❅❊❍ ●❈❖❈❆❖❅ ❋❅P❊❃❄❇ ❍❄❍❇❈❄❍❴

❭❵

❛◗ ❜ ❈❖❈❆❖❅❋❅P❂❄❍P❃❄❫ ❏ ❈❍❊❅ ● ❈❖❈❆▼ ● ❈❖❈❆❖❅ ❋❅P❏ ❈❆❉ P❃ ❆❉❍ ❋ ❈❊❇❈❆❊❃❄ ❇❍❄ ❍ ❇ ❈❄ ❍ ❍❆◆❊❄❅P❃ ❆ ❍ ❆❊❃❄ ❆ ❈◆❍❙❆❈❑❫ ❏ ❈❍❊❅

ASEAN Economic Community

Blueprint

❫❇ ❈❆❍ ❆◆❊❄❅P❃ ❆❆ ❈◆❍❙❆❈❑P❈◆❍ ❆❉ ▼P❈◆❍❆❉❝❃❉ ❈❄❈❞❡❢❞❝◗

❣ ◗ ❜ ❈❖❈❆ ❖❅ ❋❅P ◆❃ ❋❅❆❇ ❃❄❫ ❏ ❈❆❉ P❃P●❃❄ ❍ ❋❈❆ ❂❃ ❆■❃ ❑❈◆❈❆ P❃ ❆❉❃ ❆❈❍ ●❈❖❈❆ ❖❅❋❅P ❂❄ ❍P❃❄ ◆❃ ❂❃❄❊❍

textbook

❏ ❈❆❉ ❊❃❄❇ ❍❄❍ ❇ ❈❄ ❍❫

ASEAN Regional

Guidelines on Competition Policy

Handbook on Competition Policy and

Law in ASEAN for Bussiness 2013

❫ ■❅❄❆❈❑❫ ❇❈❆ ◆❅P●❃❄▼◆❅P●❃❄ ❑❈❍ ❆❆❏ ❈ ❏ ❈❆❉ ●❃❄❋❈❍❊ ❈❆ ❇ ❃ ❆❉ ❈❆ ❋❃ ●❍■ ❈❋❈❆ ❂❃❄◆❈❍ ❆❉ ❈❆ ❅◆❈❖❈ ❍ ❆❊❃❄❆❈◆❍❙ ❆ ❈❑ ❇ ❈❆ ❤❅ ❋❅P✐❆❊ ❃❄ ❆❈◆❍❙❆❈❑◗

❥ ❦

Ibid

❥ ❧

♠ ♥♦♣q ♥r ♥♠ ♥♦ str✉ ♥✈ tr♠♣ ✇① t②③✈q ✇④⑤ ⑥⑦ ⑧④

Penelitian Hukum Normatif

④⑨♦✉ ts trs♦ ⑩⑦❶ ④❷ tq t ❸♣ t❹✇r ✈ ♥④❺ts t♣✉ t④❻❼⑦ ⑧


(35)

20

d.

Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

❽❾❿➀ ➁❿ ➂❾➀ ➃➄ ➅➂➄ ➆➇➀ ➈➇➉➇➀ ➉➄ ❿➄➅ ➊➇➀ ➃ ➋➁➂❾➌➃ ➄➀ ➇❿➇➀ ➋➇➆➇ ➅ ➂❾ ➅ ➈➄ ➇➍➇➀➎❿➌➁➂ ➎➁ ➁➀➁➇➋➇➆➇➉➍❾❿ ➀➁❿➎ ➍➄➋➁➋➏❿ ➄ ➅❾➀ ➐❽❾❿ ➀➁❿ ➎ ➍➄➋➁➋➏❿ ➄ ➅❾➀ ➊➇➀ ➃➋➁ ➅➇❿➎ ➄➋➇➋➇➆ ➇➉➋❾ ➀➃➇➀➂❾➀ ➃➄➅➂ ➄➆➇➀ ➈➇➉ ➇➀➉ ➄❿ ➄ ➅➊➇➀ ➃➍❾➌➋➁➌➁➋➇➌➁ ➈➇➉ ➇➀ ➉➄ ❿➄➅ ➂➌➁ ➅❾➌ ➋➇➀ ➈➇➉ ➇➀ ➉➄ ❿➄➅ ➎ ❾❿ ➄➀➋❾➌ ➊➇➀➃ ➌❾➆❾➑➇➀ ➋❾➀ ➃➇➀ ➂❾➌➅➇➎ ➇➆➇➉➇➀ ➊➇➀ ➃ ➋➁ ➈➇ ➉➇➎ ➋❾➀ ➃➇➀ ➒➇➌➇ ➅❾ ➅➈➇➒➇ ➋➇➀ ➅❾➀➒➇➍➇➍ ❿ ❾ ➅➈➇➆➁ ❿❾ ➅➄➋➁➇➀ ➅❾➀ ➃❾➆➏ ➅➂➏ ❿ ❿➇➀ ➎ ❾➒➇➌➇ ➎➁➎ ➍❾ ➅➇➍➁➎ ➊➇➀ ➃ ➈❾➌➉ ➄ ➈➄➀ ➃➇➀ ➋❾➀➃ ➇➀ ➅➇➎ ➇➆➇➉ ➋➇➆➇ ➅ ➂ ❾➀➄ ➆➁➎ ➇➀ ➎ ❿➌➁➂➎ ➁ ➁➀ ➁ ➐ ➓❾➀➃ ➄ ➅➂➄ ➆➇➀ ➈➇➉ ➇➀➔➈➇➉ ➇➀ ➉ ➄❿ ➄ ➅ ➋➁➂ ❾➌➏➆❾➉ ➅❾➆➇➆➄ ➁ ➂ ❾➀➃ ➄ ➅➂➄ ➆➇➀ ➈➇➉➇➀ ➉ ➄❿ ➄ ➅ ➂➌➁ ➅❾➌ ➊➇➀ ➃ ➋➁➆➇❿ ➄❿ ➇➀ ➋❾➀ ➃➇➀➒➇➌➇➅❾➀➃ ➄ ➅➂➄ ➆❿➇➀ ➂❾➌➇➍➄➌➇➀➂ ❾➌➄➀➋➇➀➃➔➄ ➀➋➇➀ ➃➇➀ ➊➇➀➃ ➈❾➌❿➇➁➍➇➀ ➋❾➀ ➃➇➀ ➁➎ ➄ ➉➄ ❿➄➅ ➊➇➀ ➃ ➋➁ ➈➇➉ ➇➎ → ❿ ❾ ➅➄➋➁➇➀ ➂ ❾➀ ➃➄ ➅➂➄ ➆➇➀ ➈➇➉ ➇➀ ➉➄ ❿➄➅ ➎❾❿ ➄➀➋❾➌ ➊➇➀ ➃ ➋➁➆➇❿ ➄❿ ➇➀ ➋❾➀ ➃➇➀ ➒➇➌➇ ➂❾➀ ❾➆➁➍➁➇➀ ❿❾➂ ➄➎ ➍➇❿➇➇➀ ➋❾ ➅➁ ➅❾➀➋➇➂ ➇➍❿➇➀ ➈➇➉ ➇➀➉➄ ❿ ➄ ➅ ➊➇➀➃➈❾➌➎ ➄➅➈❾➌➋➇➌➁ ➈➄ ❿➄→ ➌➇➀➒➇➀ ➃➇➀ ➄➀➋➇➀ ➃➔ ➄➀➋➇➀ ➃ → ➣➄➌➀ ➇➆ ➀➇➎ ➁➏➀ ➇➆ ➅➇➄ ➂➄ ➀ ➣➄➌➀ ➇➆ ➇➎ ➁➀ ➃ → ➎ ❾➌➍➇ ❿ ➇➌ ➊➇ ➍➄ ➆➁➎ ➅➇➄ ➂➄ ➀ ➈❾➌➁➍➇ ➋➁ ➁➀➍❾➌➀❾➍ ➇➍➇➄ ➅❾➋➁➇ ➅➇➎ ➎ ➇ ➊➇➀ ➃ ➍❾➌❿➇➁➍ ➋❾➀➃ ➇➀ ➁➎ ➄ ➉ ➄❿ ➄ ➅ ➊➇➀ ➃ ➉❾➀➋➇❿➋➁➈➇➉➇➎➋➇➆➇ ➅➎ ❿➌➁➂➎ ➁➁➀➁ ➐

e.

Teknik Analisis Bahan Hukum

❽❾❿➀ ➁❿➇➀ ➇➆➁➎ ➁➎➈➇➉ ➇➀➉ ➄❿ ➄ ➅➊➇➀ ➃➋➁➃➄ ➀ ➇❿➇➀➇➀ ➍➇➌➇➆➇➁➀➇➋➇➆➇➉➍❾❿ ➀➁❿ ➋❾➎ ❿➌➁➂➍➁ ↔→ ➊➇➁➍➄ ➂ ❾➀❾ ➆➁➍➁ ➋➇➆➇ ➅ ➅❾➀ ➃➇➀ ➇➆➁➎ ➁➎ ➈❾➌❿ ❾➁➀ ➃➁➀➇➀ ➄ ➀➍➄ ❿ ➅❾ ➅ ➈❾➌➁❿ ➇➀➂ ❾ ➅➇➂ ➇➌➇➀ ➇➍➇➎➎ ➄ ➈➣❾❿➋➇➀➏➈➣❾❿➂ ❾➀ ❾➆➁➍➁➇➀➋➁ ➅➇➀ ➇➋➇➌➁➉➇➎ ➁➆


(36)

21

↕ ➙➛ ➙➜➝➞➝➟ ➛ ➠➟ ➛➡ ➞ ➙➜➟➢ ➤➝➜➟ ➥➦ ➥➟ ➛ ➤ ➟↕➟➞ ➤ ➝➞➟➧➝ ➥ ➥➙➨ ➝➩↕ ➦➜➟ ➛ ➠➟ ➛➡ ➜➫ ➡➝➨ ➞ ➙➧➢ ➟➤➟↕ ↕ ➙➧➩ ➟➨ ➟➜➟➢➟ ➛ ➠ ➟ ➛➡ ➤➝➭➟➢➟➨➯

➲➳

➵➸➟➜➦ ➟➨➝ ➤ ➝➜➟ ➥➦➥➟ ➛➞ ➙➧➢ ➟➤➟↕ ➭➟➢➟ ➛ ➢➦➥➦ ➩ ↕ ➧➝➩➙➧ ➤ ➟ ➛ ➨ ➙➥➦ ➛➤ ➙➧ ➠➟ ➛➡ ➞ ➙➧➥➦ ➩↕ ➦➜ ➺ ➥➙➩➦ ➤➝➟ ➛ ➤ ➝➜➟ ➥➦➥➟ ➛ ➝ ➛➞ ➙➧↕ ➧ ➙➞➟➨ ➝ ➤ ➟ ➛ ➤ ➝➜➟ ➛➻➦ ➞ ➥➟ ➛ ➤ ➙➛➡➟ ➛ ➩➙➩➭➟ ➛➤ ➝ ➛➡➥➟ ➛ ➭➟➢➟ ➛➼ ➭➟➢ ➟ ➛ ➢ ➦ ➥➦ ➩ ➞ ➙➧➨ ➙➭➦ ➞ ➽➞ ➙➥➛➝ ➥ ➥➫ ➩↕ ➟➧➟➨ ➝➾➯ ➚➙➛➝➜➟➝➟ ➛➺ ↕ ➙➛➟ ➪➨ ➝➧➟ ➛ ➺ ➨ ➙➧➞➟ ↕➙➧➭➟ ➛➤ ➝ ➛➡➟ ➛ ➞ ➙➧➨ ➙➭➦ ➞ ➥➙➩ ➦➤ ➝➟ ➛ ➤ ➝➭➙➧ ➝ ➥➟ ➛ ➟ ➛➟➜➝➨ ➟➼➟ ➛➟➜➝➨ ➟ ➠➟ ➛➡ ➤➝➟➻➦➥➟ ➛ ➤ ➙➛➡➟ ➛ ➶➟➧ ➟ ➟➧➡➦ ➩ ➙➛➞➟➨ ➝➯ ➹➟➧➝ ➢ ➟➜ ➞ ➙➧ ➨ ➙➭➦➞ ➟ ➥➟ ➛ ➤ ➝➞➟➧➝ ➥ ➥ ➙➨ ➝➩↕ ➦➜➟ ➛ ➨ ➙➶➟➧ ➟ ➨➝➨ ➞ ➙➩➟➞➝➨ ➟➡➟➧ ➟ ➛➞➟ ➧➟ ➭➟➢ ➟ ➛ ➢➦➥➦ ➩ ➨➟➞➦ ➤➙➛➡ ➟ ➛ ➠➟ ➛➡ ➜➟➝ ➛➛➠➟ ➞➝➤ ➟ ➥ ➩ ➙➛➝➩➭➦➜ ➥➟ ➛ ➥➫➛➞➧➟➤ ➝ ➥➨ ➝➯

➘ ➴

➷➬ ➮➱ ✃❐❒ ❮❒ ❰Ï❒ ÐÑ➬ Ò ✃❒ Ð➱ÓÔÕ Ö❒Ï ×ØÙ ÚÙ×Û➬❒ Ò ✃Ü ÖÝÞÝ ÐÝ Ò ✃➱ ✃❒ Ðß➬ ➮➬ÖàÓ❰Ö❒ ➱ ✃á

& Empiris,


(1)

Asean Economic Community Blueprint, antara lain adalah (i) mempercepat pembangunan dan pengembangan UMKM serta mengoptimalkan keberagaman negara-negara ASEAN; (ii) memperkuat UMKM dalam menghadapi makro ekonomi finansial dalam lingkungan perdagangan liberal; dan (iii) meningkatkan peranan UMKM dalam pengembangan negara ASEAN sebagai sebuah wilayah.

Karakteristik ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global menunjukkan bahwa ASEAN akan beroperasi dalam lingkungan yang semakin global dengan pasar bersangkutan dan industri yang mengglobal. Untuk menjadikan ASEAN agar dapat bersaing secara internasional serta memiliki pasokan global yang dinamis dan kuat sehingga dapat menarik investasi asing, sangat penting bagi ASEAN untuk melihat melampaui batas MEA, di mana dalam pengembangan aturan-aturan dan kebijakan terkait MEA harus semakin diperhitungkan.

2.2. ✚✛✜✢✣ ✤✥✦✣✜✧ ✛★✩✪✣ ✫✣✜✚✛✦✬✣ ✩ ✜✢✣✜✭ ✬✣ ✮✣✯✩✰✱✲✰ ✳

Tanpa adanya hukum yang mengatur, tidaklah mungkin untuk melakukan suatu kegiatan baik nasional ataupun internasional dengan baik dan teratur. Pada hakekatnya, dalam menyambut MEA, kebijakan persaingan usaha yang diberlakukan secara umum sangat penting demi tercapainya tujuan MEA itu sendiri. ASEAN di era MEA ini belum memiliki kebijakan persaingan usaha yang harmonis maupun lembaga persaingan usaha untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan usaha antar anggota ASEAN, meskipun disadari bahwa kebijakan persaingan usaha sangatlah penting dalam kegiatan persaingan usaha. Di Indonesia sendiri, pada pasal 3 Undang


(2)

Undang No. 5 Tahun 1999 dijabarkan tujuan dibentuknya kebijakan persaingan usaha, yang tidak sekedar menjamin adanya kesejahteraan konsumen tetapi juga menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, hal ini lah yang menjadi pembeda undang-undang persaingan usaha di Indonesia dengan negara lain.7

Berdasarkan tujuan utama ditetapkannya kebijakan persaingan usaha yaitu demi kepentingan umum (✴✵ ✶ ✷✸✹ ✸✺ ✻✼✽ ✼✾ ✻) dan efisiensi ekonomi (✼✹✿✺ ✿❀ ✸✹ ✼❁❁✸✹✸✼✺✹❂), maka sangat penting bagi ASEAN untuk segera mengharmonisasikan kebijakan persaingan usaha Negara-Negara ASEAN sehingga kegiatan persaingan usaha akan berjalan dengan adil dan kompetitif.

Menyadari hal tersebut, untuk sementara waktu ASEAN menerbitkan❃❄ ❅❃❆

❇✼❈✸✿✺❉✷ ❊✵ ✸❋✼✷✸✺ ✼✾ sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan persaingan usaha

dan demi menyamakan persepsi tentang aturan umum yang berupa larangan maupun himbauan untuk negara-negara anggotanya.8 Kebijakan persaingan usaha pada

dasarnya mencakup dua elemen yakni :9

1. Terlibatnya suatu kebijakan persaingan usaha untuk mengembangkan persaingan baik dalam pasar tradisional maupun pasar nasional, seperti memperkenalkan kebijakan perdagangan yang sudah disempurnakan, menghilangkan praktik kebijakan yang bersifat membatasi, mendukung 7Andi Fahmi Lubis dan team KPPU, 2009,

●❍ ■❍ ❏❑ ▲▼◆❖ P ◗❘❖◗❙◆❖ ❚❖❖ ◗❯❖ ▼❖❱▲ ■◆❲❖◗❳ ❨ ◗❯ ▲ ■◆,

ROV Creative Media, Jakarta, h. 19

8M.Udin Silalahi (Sekretaris dan Anggota Dewan Pakar ASEAN Competition Institute), 2015, ❳ ❨❩ ❨❏❬ ❲❍■❖◆ P❑ ▲▼◆❖P ◗❘ ❖ ◗❙◆❖❚ ❖❲ P●❖▼ P❖◗❭ P◆ ◗P◆❪◗❲ ❨ ◗▲◆ P❖, diakses pada 30 Januari 2016,

http://aci.or.id/kolom-edukasi-persaingan-usaha-di-harian-bisnis-indonesia-edisi-agustus-2015

9


(3)

masuk dan keluarnya kegiatan perdagangan, mengurangi kegiatan campur tangan pemerintah dan memberikan kepercayaan besar terhadap suatu kelompok pasar.

2. Adanya peraturan kebijakan persaingan usaha, suatu undang-undang tertentu, putusan pengadilan, dan peraturan-peraturan yang secara spesifik mengatur pencegahan terhadap praktik persaingan usaha tidak sehat, dan penyalahgunaan kekuatan pasar, secara umum peraturan-peraturan tersebut berfokus pada pengendalian praktik pembatasan perdagangan (seperti perjanjian tentang persaingan usaha tidak sehat dan penyalahgunaan posisi dominan).

Dalam hal ini, Negara-Negara yang belum memiliki atau mengadopsi kebijakan persaingan usaha, apabila di dalam praktik perdagangannya melakukan suatu hal yang bertentangan dengan aturan-aturan dagang umum, maka akan ditindak lanjuti sesuai dengan hukum pidana negara tersebut.

Sebagai pedoman untuk Negara-Negara anggotanya, ❣❤ ✐❣❥ ❦❧♠ ♥♦♣ qr

st♥✉❧r ♥♣ ❧✈ mencantumkan tiga pokok kebijakan persaingan usaha yakni mengatur

tentang:

1. Perjanjian persaingan usaha tidak sehat;

2. Penyalahgunaan posisi dominan atau monopoli; dan 3. Penggabungan yang anti persaingan.

Yang dimaksud dengan perjanjian persaingan usaha tidak sehat adalah suatu perjanjian atau peraturan yang dibuat oleh antar pemilik pasar yang kemudian


(4)

berpengaruh negatif terhadap suatu persaingan usaha. Suatu perjanjian usaha tidak sehat biasanya terjadi secara horizontal yakni antar pemilik pasar yang menjalankan usaha pada bidang yang sama (bidang produksi, distribusi, penjualan) pada suatu rantai pasar (contohnya antara dua atau lebih produsen, antara dua atau lebih distributor, dsb.). Perjanjian persaingan usaha tidak sehat ini juga dapat terjadi secara vertikal, di mana perjanjian ini terjadi antar pemilik pasar yang menjalankan usaha pada bidang yang berbeda (contohnya antara produsen dengan distributornya).

Perjanjian akan dikatakan terlarang apabila perjanjian tersebut nantinya akan menimbulkan dampak anti persaingan, diantaranya adalah menghambat persaingan usaha. Sebagai contoh, suatu kartel telah setuju untuk menetapkan harga tinggi atau menetapkan batas produksi atas setiap anggota kartel, di mana harga yang ditetapkan adalah harga tertinggi. Lembaga yang berwenang dalam hal ini wajib membuktikan bahwa hal tersebut akan berdampak negatif di mana terkadang susah untuk dibuktikan. Namun terdapat suatu pengecualian, yakni apabila suatu perjanjian tidak sehat memberikan hasil yang menguntungkan.

Kebijakan persaingan usaha melarang penyalahgunaan posisi dominan. Yang dimaksud dengan posisi dominan yakni keadaan di mana pelaku usaha tidak memiliki pesaing yang berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitannya dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar besangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan,


(5)

kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.10

Pada umumnya kebijakan atau aturan tentang posisi dominan memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan hukum nasional negaranya. Untuk menentukan suatu posisi dominan, kebijakan persaingan usaha biasanya merujuk kepada pangsa pasar atau struktur pasar, seperti tingkat integrasi vertikal, keunggulan teknologi, sumber financial, merek dagang, dan sebagainya.11 Kebijakan persaingan

usaha dapat diberlakukan terhadap perusahaan dominan yang bersifat tunggal ataupun berkelompok. Posisi dominan pada dasarnya tidak dilarang, namun penyalahgunaan posisi dominanlah yang dilarang.

Dalam kebijakan persaingan usaha, penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha. Pada umumnya, kebijakan persaingan usaha melarang dibentuknya penggabungan berupa merger, akuisisi, dan kerjasama modal yang mana penggabungan tersebut menyebabkan pembatasan persaingan usaha.

Apabila dilihat dari tujuan dibentuknya kebijakan persaingan usaha, pada umumnya kebijakan persaingan usaha dibentuk untuk melindungi dan mengawasi jalannya suatu proses persaingan agar berjalan secara adil dan kompetitif. Penerapan kebijakan persaingan usaha akan memberikan aturan main dalam suatu pasar yang

10Lihat Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat

11


(6)

pada khususnya melindungi proses dari jalannya suatu persaingan lebih dari pada melindungi para pelaku usaha pasar, di mana hal tersebut akan membantu dalam hal perkembangan ekonomi secara efisien, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan konsumen. Selain itu, kebijakan persaingan usaha juga bermanfaat untuk mengembangkan negara di mana dewasa ini ➋➌➍ ➌➎ ➏➐➑ ➒➓

➔ →

, ➣➍➓ ↔➑ ↕➓ ➒➑ ➒➓ (atau sebutan lainnya adalah ➋➌➙➑ ➒➓➛➙➑➐➓ ➒➑➒➓)

13, dan

➐➓➜➌➍ ➑➐➓ ➒➑ ➒➓ ➔➝

sudah bersifat mengglobal dalam dunia perekonomian.

12kebijakan pemerintah untuk kegiatan bisnis yang memungkinkan perusahaan untuk beroperasi

secara lebih bebas sehingga meningkatkan persaingan

13penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka

meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Lihat UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara14

bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan baik untuk barang, jasa, hak milik intelektual maupun investasi