PEMANFAATAN TEPUNG KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF Pemanfaatan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Dengan Variasi Penambahan Gliserol Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bioplastik Ramah Ling

(1)

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh : AMIN MUNAWAROH

A 420 110 084

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOPLASTIK RAMAH LINGKUNGAN

1) Amin Munawaroh, 2) Suparti, M. Si., 1) Mahasiswa/ Alumni, 2) Staf Pengajar, Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.

ABSTRAK

Kulit pisang merupakan limbah yang belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Kandungan pati tersebut dapat diolah menjadi bioplastik dengan menambahkan bahan tambahan (Plasticizer) sehingga plastik lebih elastis. Bioplastik merupakan plastik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan plastik sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol terhadap nilai kuat tarik dan nilai elongasi (perpanjangan putus) pada bioplastik dari kulit pisang. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap 2 faktor yaitu: faktor 1: Komposisi tepung kulit pisang 2g, 3g, 4g, dan faktor 2: Volume gliserol 3ml, 4m, 5ml. Berdasarkan uji analisis ANOVA dua jalur menunjukkan bahwa ada pengaruh penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol terhadap nilai kuat tarik dan nilai elongasi pada bioplastik. Dari hasil pengujian, perlakuan terbaik yaitu pada komposisi tepung kulit pisang 4g dan

volume gliserol 3ml (T3G1) dengan nilai kuat tarik sebesar 10,51 kg/cm2 dan

nilai elongasi 17,33%.


(4)

USE OF FLOUR BANANA SKIN (Musa paradisiaca) WITH THE ADDITION OF VARIATION GLYCEROL AS BIOPLASTICS MAKING

MATERIALS ENVIRONMENTALLY FRIENDLY ALTERNATIVE 1) Amin Munawaroh, 2) Suparti, M.Si., 1) Student alumnus, 2) Lecturer

Biology Education Department, Faculty of Education and Teacher Training, Muhammadiyah University of Surakarta, 2015.

ABSTRACT

Banana peel is waste that has not been widely used by the community and have a fairly high starch content. The starch content can be processed into bioplastics by adding additional material (Plasticizer) so that more elastic plastic. Bioplastics are plastics that can be degraded by microorganisms in a faster time than the synthetic plastics. This study aims to determine the effect of variations in the composition of a banana skin starch and glycerol volume to the value of tensile strength and elongation values (elongation at break) on bioplastics from banana peels. This study uses a completely randomized design two factors: factor 1: Composition flour banana peel 2g, 3g, 4g, and a factor of 2: Volume 3ml glycerol, 4m, 5ml. Based on the two-lane test ANOVA analysis showed that there is influence of the addition of a banana skin flour composition and volume of glycerol to the values of tensile strength and elongation values on bioplastics. From the test results, the best treatment is the banana skin starch composition and volume of glycerol 3ml 4g (T3G1) with a value of tensile strength of 10.51 kg /

cm2 and 17.33% elongation value.


(5)

A.PENDAHULUAN

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai potensi produksi (buah pisang) cukup besar karena produksi pisang berlangsung tanpa mengenal musim. Buah pisang sangat disukai dari berbagai kalangan masyarakat karena banyaknya kandungan gizi yang terdapat didalamnya yaitu vitamin, gula, air, protein, lemak, serat dan menyimpan energi yang cukup (Stover, 1987). Semakin banyak masyarakat yang menyukai buah pisang maka volume limbah kulit pisang yang dihasilkan semakin tinggi.

Keberadaan limbah kulit pisang banyak dijumpai dilingkungan sekitar sehingga dapat mencemari lingkungan. Dengan demikian pemanfaatan limbah kulit pisang masih kurang maksimal. Dari hasil penelitian Dewati (2008), menyatakan bahwa limbah kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan ethanol. Dalam penelitian Koni, dkk (2013) juga menjelaskan bahwa kulit pisang dapat difermentasi dengan bakteri Rhizopus oligosporus dalam ransum terhadap pertumbuhan ayam pedaging. Selain itu limbah kulit pisang hanya dimanfaatkan sebagai sampah organik dan pakan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika bisa dimanfaatkan dengan baik.

Kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik karena kulit pisang mengandung pati sebesar 0,98% (Widyaningsih,dkk 2012). Kulit pisang merupakan limbah dari sisa produksi makanan ringan (seperti kripik pisang, sale pisang, dan lain-lain) yang biasanya hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi kulit pisang raja yaitu materi organik 91,50%, protein 0,90%, crude lipid 1,70%, karbohidrat 59%,

dan crude fibre 31,70% (Anhwange et al., 2009), sedangkan komposisi kulit

pisang menurut Munadjim (1983), yaitu air 68,90%, karbohidrat 18,50%, lemak 2,11%, protein 0,32% dan komposisi kandungan kimia lainnya.

Dalam penelitian Musita (2009), menyatakan bahwa kandungan pati kulit pisang tergantung dari varietas buah pisang. Kandungan pati resisten dari pisang raja sebesar 30,66%, pisang tanduk 29,60%, pisang ambon 29,37%, pisang kepok kuning 27,70%, pisang kepok manado 27,21%. Dalam penelitian


(6)

ini menggunakan bahan dasar kulit pisang raja karena kandungan pati yang lebih tinggi dibandingkan pisang yang lainnya. Dalam penelitian Sukriyadi (2010), menyatakan bahwa semua jenis kulit pisang dapat diolah menjadi tepung, namun yang terbaik adalah kulit pisang raja karena memiliki struktur serat yang lebih tebal dan memiliki kandungan pati dan kalsium yang cukup tinggi.

Plastik merupakan salah satu bahan pengemas yang selalu dibutuhkan dan diminati banyak orang. Kebutuhan akan plastik semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kebutuhan plastik masyarakat Indonesia tahun 2002 sekitar 1,9 juta ton kemudian meningkat menjadi 2,1 juta ton di tahun 2003 dan di tahun 2004 meningkat lagi menjadi 2,3 juta ton (Darni, 2008). Hal ini karena sifat fleksibel plastik yang ringan, kuat, tahan air, dan harganya yang terjangkau.

Bioplastik merupakan plastik yang dapat diperbaharui karena senyawa-senyawa penyusunnya berasal dari tanaman seperti pati, selulosa, dan lignin serta hewan seperti kasein, protein dan lipid (Averous, 2004). Tak banyak dari jutaan plastik yang digunakan berbahan ramah lingkungan atau disebut dengan bioplastik, kebanyakan plastik yang beredar di masyarakat saat ini adalah plastik sintetik yang terbuat dari bahan minyak bumi yang semakin hari semakin terbatas jumlahnya dan sulit untuk diperbaharui. Permasalahan seperti inilah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar menjadi terganggu, karena banyaknya sampah plastik yang sulit terurai.

Plastik biodegradable dari pati masih memiliki kekurangan sehingga dibutuhkan zat aditif untuk memperbaiki sifatnya, seperti plasticizer karena dapat meningkatkan elastisitas pada suatu material (Darni dkk., 2009), salah satunya adalah gliserol. Plasticizer adalah senyawa yang memungkinkan plastik yang dihasilkan tidak mudah rapuh dan kaku. McHugh dan Krochta (1994) menyatakan bahwa poliol seperti sorbitol dan gliserol adalah plasticizer

yang cukup baik untuk mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekul. Oleh karena itu dalam penelitian ini


(7)

menggunkana gliserol sebagai plasticizer agar plastik yang dihasilkan memiliki kualitas yang elastis dan tidak kaku.

Menurut Tim Maneely (2006), gliserol merupakan senyawa kimia yang tidak berwarna, tidak berbau, dan merupakan cairan kental. Gliserol merupakan suatu trihidroksi alkohol yang terdiri dari tiga atom karbon, dimana tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak, dapat juga dihasilkan dari reaksi hidrolisa trigliserida yang dilakukan dengan tekanan tinggi 54-58 bar dan temperatur tinggi berkisar antara 225 - 2500C.

Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian dengan judul

“Pemanfaatan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Dengan Variasi Penambahan Gliserol Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bioplastik

Ramah Lingkungan”, dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

pengaruh penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol terhadap nilai kuat tarik dan nilai elongasi (perpanjangan putus) pada bioplastik dari limbah kulit pisang. Penelitian ini menggunakan parameter dengan uji kuantitatif yaitu meliputi pengukuran nilai kuat tarik dan nilai elongasi dari bioplastik dengan 2 subyek yaitu komposisi tepung kulit pisang dan konsentrasi gliserol, menggunakan 9 perlakuan dengan 3 ulangan.

B.Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Tanjung Anom Rt.19, Jeruk, Miri, Sragen pada tanggal 27-29 Maret 2015. Pengujian nilai kuat tarik dan elongasi dilakukan di Balai Besar Kulit, Karet, Plastik Yogyakarta pada tanggal 31 Maret 2015 – 16 April 2015.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang, gliserol, tepung maizena, air, dan asam sitrat 0,5%. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember kecil, pisau, blender, saringan kecil, kertas saring atau kain tipis, panci kecil, gelas ukur, kompor, sendok, oven, jam atau stopwatch, timbangan digital, dan alat untung uji bioplastik bernama Kao Testing Machine.


(8)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor, yaitu Komposisi Tepung Kulit Pisang (2g, 3g, dan 4g) dan Konsentrasi Gliserol (3ml, 4ml, 5ml) masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan.

Penelitian ini melalui tiga tahap, yaitu pembuatan tepung kulit pisang, pembuatan bioplastik, dan uji nilai kuat tarik dan elongasi pada bioplastik. Analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pengujian data secara kuantitatif dengan analisis anova dua jalur.

C.HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENELITIAN

a) Uji Kuat Tarik

Berdasarkan hasil penelitian uji kuat tarik pada bioplastik dari tepung kulit pisang dengan variasi perlakuan yaitu komposisi tepung kulit pisang 2g, 3g, dan 4g dan volume gliserol 3 ml, 4 ml, dan 5 ml. Tabel 4.1 Nilai Kuat Tarik Pada Bioplastik Kulit Pisang dengan Perlakuan

Komposisi Tepung Kulit Pisang dan Volume Gliserol yang berbeda.

*= Kuat Tarik Paling Tinggi ** = Kuat Tarik Paling Rendah Keterangan:

T1 = Tepung Kulit Pisang 2g; T2 = Tepung Kulit Pisang 3g; T3 = Tepung Kulit Pisang 4g; G1 = Gliserol 3 ml; G2 = Gliserol 5 ml; G3 = Gliserol 5 ml.

Sampel Ulangan Nilai Kuat Tarik (kg/cm 2

) Standar

Deviasi (SD) 1 2 3 Jumlah Rerata

T1G1 6,735 6,302 6,294 19,331 6,44 0,24 T1G2 5,728 5,084 5,474 16,286 5,43 0,30 T1G3 5,516 3,952 3,524 12,992 4,33** 1,60 T2G1 9,081 8,992 8,579 26,652 8,88 0,25 T2G2 5,948 8,093 7,740 21,781 7,26 1,14 T2G3 5,926 8,093 7,740 21,759 6,05 1,15 T3G1 9,806 11,553 10,194 31,554 10,51* 0,90 T3G2 6,952 9,191 9,428 25,571 8,52 1,36 T3G3 6,995 7,582 6,337 20,914 6,97 0,62


(9)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai kuat tarik tertinggi dapat dilihat pada perlakuan penambahan tepung kulit pisang 4g dan gliserol 3 ml (T3G1) dengan nilai kuat tarik sebesar 10,51 kg/cm2 dan nilai

kuat tarik terendah pada perlakuan penambahan tepung kulit pisang 2g dan gliserol 5 ml (T1G3) sebesar 4,22 kg/cm2.

Selanjutnya data dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur. Data dapat dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur harus memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas. Keputusan pengaruh dari komposisi tepung kulit pisang dan konsentrasi gliserol terhadap nilai kuat tarik bioplastik setelah data dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur adalah:

a. Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel (33,382 > 3,555) artinya

signifikan yaitu komposisi tepung kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik.

b. Fhitung volume gliserol > Ftabel (21,636 > 3,555) artinya signifikan yaitu

konsentrasi gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik.

Hasil dari Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel

menunjukkan signifikan dan hasil dari Fhitung volume gliserol > Ftabel juga

menunjukkan signifikan, selanjutnya dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) yaitu untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan. Dari Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa terdapat pebedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol.

b) Uji Elongasi (Perpanjangan Putus)

Berdasarkan hasil penelitian uji elongasi pada bioplastik dari tepung kulit pisang dengan variasi perlakuan yaitu komposisi tepung kulit pisang 2g, 3g, dan 4g dan volume gliserol 3 ml, 4 ml, dan 5 ml.


(10)

Tabel 4.5 Nilai Elongasi Pada Bioplastik Kulit Pisang dengan Perlakuan Komposisi Tepung Kulit Pisang dan Volume Gliserol yang berbeda.

* = Eongasi Paling Tinggi ** = Elongasi Paling Rendah Keterangan:

T1 = Tepung Kulit Pisang 2g; T2 = Tepung Kulit Pisang 3g; T3 = Tepung Kulit Pisang 4g; G1 = Gliserol 3 ml; G2 = Gliserol 5 ml; G3 = Gliserol 5 ml.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa uji nilai elongasi tertinggi dapat dilihat pada perlakuan penambahan tepung kulit pisang 2g dan gliserol 5 ml (T1G3) sebesar 28% dan nilai elongasi terendah pada

perlakuan penambahan tepung kulit pisang 4g dan gliserol 3 ml (T3G1)

sebesar 17,33%.

Selanjutnya data dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur. Data dapat dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur harus memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas. Keputusan pengaruh dari komposisi tepung kulit pisang dan konsentrasi gliserol terhadap nilai elongasi bioplastik setelah data dianalisis dengan uji analisis varians anova dua jalur adalah:

c. Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel (6,527 > 3,555) artinya

signifikan yaitu komposisi tepung kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik.

Sampel Ulangan Nilai Elongasi (%) Standar Deviasi (SD) 1 2 3 Jumlah Rerata

T1G1 24 24 20 68 22,67 2,30 T1G2 24 28 28 80 26,67 2,30 T1G3 28 28 28 84 28* 0 T2G1 16 20 24 60 20 4 T2G2 24 24 24 72 24 0 T2G3 20 28 28 76 25,33 4,61 T3G1 20 16 16 52 17,33* ,30 T3G2 24 24 16 64 21,33 4,61 T3G3 20 20 28 68 22,67 4,61


(11)

d. Fhitung volume gliserol > Ftabel (7,317 > 3,555) artinya signifikan yaitu

konsentrasi gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik.

Hasil dari Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel

menunjukkan signifikan dan hasil dari Fhitung volume gliserol > Ftabel juga

menunjukkan signifikan, selanjutnya dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) yaitu untuk mengetahui beda nyata antara perlakuan. Dari Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan bahwa terdapat pebedaan yang nyata dari masing-masing perlakuan penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol.

c) Sifat Organoleptik

Dalam penelitian ini juga dilakukan uji organoleptik yang bertujuan untuk mengetahui kualitas bioplastik yang dihasilkan. Sifat organoleptik bioplastik dari tepung kulit pisang meliputi tekstur dan warna.

Tabel 4.9 Sifat Organoleptik Bioplastik dari Tepung Kuit Pisang Sampel Tekstur Warna

T1G1 Kasar Coklat Kehitaman T1G2 Kasar Coklat Bening T1G3 Kasar Coklat T2G1 Kasar Coklat Kehitaman T2G2 Kasar Coklat Bening T2G3 Kasar Coklat T3G1 Kasar Coklat Kehitaman T3G2 Kasar Coklat Bening T3G3 Kasar Coklat

Berdasarkan tabel 4.9, bioplastik yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki tekstur yang kasar, karena bahan utama yang digunakan masih kasar dan belum sempurna halus. Sedangkan warna yang dihasilkan yaitu berwarna kecoklatan, karena bahan baku yang digunakan berwarna coklat. Pada sampel T1G1, T2G1, dan T3G1 menghasilkan warna coklat kehitaman,

sampel T1G2, T2G2, danT3G2 menghasilkan warna coklat bening, dan pada

sampel T1G3, T2G3, dan T3G3 menghasilkan warna coklat. Warna tersebut

berbeda-beda yang disebabkan karena pengaruh sushu pada saat proses pengeringan dalam oven, semakin sedikit bahan yang dimasukksn maka


(12)

semakin coklat warna yang dihasilkan karena proses pengeringan akan semakin cepat.

2. PEMBAHASAN

Uji sifat mekanik plastik dilakukan di Laboratorium Balai Besar Kulit, Karet, Plastik dengan menggunakan alat bernama Kao Tish Testing Machine

yang meliputi uji kuat tarik dan elongasi (perpanjangan putus) dengan metode ASTM D 638.

1. Pengaruh Komposisi Tepung Kulit Pisang dan Volume Gliserol Terhadap Nilai Kuat Tarik Bioplastik.

Nilai kuat tarik menunjukkan besarnya gaya maksimum yang digunakan untuk memutuskan bioplastik. Hasil analisis dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa komposisi tepung kulit pisang terhadap nilai Kuat tarik berbanding lurus.

Gambar 4.1 Histogram Uji Kuat Tarik

Berdasarkan Gambar 4.1 nilai kuat tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 4g dan volume gliserol 3 ml (T3G1) yaitu sebesar 10,51 kg/cm2. Sedangkan nilai kuat tarik

6,44 8,88 10,51 5,43 7,26 8,52 4,33 6,05 6,97 0 2 4 6 8 10 12

T1 = 2g T2 = 3g T3 = 4g

N il a i K ua t T a ri k (K g / cm 2 )

Komposisi Tepung Kulit Pisang

Nilai Kuat Tarik

G1 = Gliserol 3ml G2 = Gliserol 4ml G3 = Gliserol 5ml


(13)

terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 2g dan volume gliserol 5 ml (T1G3) yaitu sebesar 4,33 kg/cm2. Terjadi perbedaan hasil nilai kuat tarik disebabkan karena komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai kuat tarik. Hasil tersebut didukung dengan uji analisis varians dua jalur Fhitung komposisi

tepung kulit pisang > Ftabel (33,382 > 3,555) artinya signifikan yaitu

komposisi tepung kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik dan Fhitung volume gliserol > Ftabel (21,636 > 3,555) artinya

signifikan yaitu volume gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik. Berdasarkan uji analisis anova diperoleh hasil yang signifikan dengan variasi komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap kuat tarik, sehingga dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikasi 0,05 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.

Semakin besar komposisi tepung kulit pisang maka nilai kuat tarik juga akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Sanjaya dan Puspita (2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak bahan yang ditambahkan dalam penyusunan matriks bioplastik akan meningkatkan kekuatan gel dan ikatan hidrogen yang dihasilkan dalam pembuatan bioplastik sehingga ikatan kimianya akan semakin kuat.

Sedangkan pada peningkatan volume gliserol yang ditambahkan akan menurunkan nilai kuat tarik bioplastik yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Akili (2012), yang menyatakan bahwa gliserol memiliki kemampuan dalam mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan itermolekuler dan mengganggu kekompakan pati, sehingga mengurangi kuat tarik film. Berdasarkan penelitian Pradipta dan Mawarani (2012), menyatakan bahwa penambahan plasticizer akan menurunkan nilai kuat tarik yang disebabkan karena plasticizer menempati ruang intermolekul dalam rantai polimer, sehingga molekul-molekul zat pemlastik dapat mengurangi energi yang dibutuhkan molekul untuk melakukan suatu


(14)

pergerakan (mudah bergerak) sehingga kekakuannya menurun yang menyebabkan menurunnya kekuatan tarik.

Proses pancampuran tepung yang mengandung pati dengan gliserol terjadi karena adanya interaksi polimer-polimer yang cukup kuat sehingga molekul gliserol akan berdifusi ke dalam rantai polimer pati. Jika jumlah gliserol melebihi batas, maka akan terjadi sistem yang heterogen dan bioplastik yang dihasilkan tidk efisien lagi (Ardiansyah, 2011).

Pati merupakan polimer alam yang tidak mahal dan terbarukan yang hadir dalam bentuk butiran tidak dapat diproses menjadi material termoplastik karena kuatnya ikatan hidrogen intermolekulear dan intramolekular. Tetapi dengan adanya air dan pemlastik dalam hal ini gliserol, pati dapat diolah menjadi polimer yang bidegradabel (Ardiansyah, 2011).

2. Pengaruh Komposisi Tepung Kulit Pisang dan Volume Gliserol Terhadap Nilai Elongasi (Perpanjangan Putus) Bioplastik.

Gambar 4.2 Histogram Uji Elongasi (Perpanjangan Putus)

Berdasarkan Gambar 4.2 nilai elongasi tertinggi terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 2g dan volume

22,67 20 17,33 26,67 24 21,33 28 25,33 22,67 0 5 10 15 20 25 30

T1= 2g T2= 3g T3= 4g

N il a i E lo n g a si (% )

Kompisisi Tepung Kulit Pisang

Nilai Elongasi (Perpanjangan Putus)

Gliserol 3ml Gliserol 4ml Gliserol 5ml


(15)

gliserol 5 ml (T1G3) yaitu sebesar 28%. Sedangkan nilai elongasi terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 5g dan volume gliserol 2 ml (T3G1) yaitu sebesar 17,33%. Terjadi perbedaan hasil nilai elongasi disebabkan karena komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai elongasi. Hasil tersebut didukung dengan uji analisis varians dua jalur Fhitung komposisi tepung kulit

pisang > Ftabel (6,527 > 3,555) artinya signifikan yaitu komposisi tepung

kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik dan Fhitung volume gliserol > Ftabel (7,317 > 3,555) artinya signifikan yaitu

volume gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik. Berdasarkan uji analisis anova diperoleh hasil yang signifikan dengan variasi komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap elongasi, sehingga dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikasi 0,05 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.

Berdasarkan grafik di atas, nilai elongasi terbaik pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang 4 gr dan volume gliserol 3 ml sebesar 17,33%. Nilai elongasi berbanding terbalik terhadap komposisi tepung kulit pisang, dimana semakin besar komposisi tepung kulit pisang maka nilai elongasi semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya jarak ikatan intermolekulernya (Salleh dalam Aris Rachman, 2009).

Semakin besar volume gliserol maka nilai elongasi juga semakin besar. Yang berati bahwa semakin banyak gliserol yang ditambahkan, maka sifat bioplastik akan semakin elastis. Gliserol mampu mengurangi ikatan hidrogen internal dengan meningkatkan ruang kosong antar molekul yang akan diisi oleh gliserol, sehingga menurunkan kekakuan dan meningkatkan fleksibilitas film (Bourtoom, 2006).

Gliserol menjadi lebih efektif sebagai bahan pemlastik dibandingkan dengan sorbitol dan glukosa karena memiliki molekul yang lebih kecil dan jumlah gugus OH yang lebih banyak sehingga molekul yang lebih kecil akan membuat gliserol pada konsentrasi sama memiliki gugus


(16)

OH lebih banyak yang akan berinteraksi dengan polimer (Listianingrum dkk, 2010).

D.KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai kuat tarik dan elongasi pada bioplastik. Nilai kuat tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 4g dan volume gliserol 3 ml (T3G1) yaitu sebesar 10,51 kg/cm2. Sedangkan nilai elongasi terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 5g dan volume gliserol 2 ml (T3G1) yaitu sebesar 17,33%. Perlakuan terbaik yaitu komposisi tepung kulit pisang sebanyak 4g dan volume gliserol 3 ml (T3G1) dengan nilai kuat tarik 10,51 kg/cm2 dan nilai elongasi 17,33%.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akili, M. S, Ahmad. U, dan Suyatma N.A. 2012. Karakteristik Edible film dari

Pektin Hasil Ekstraksi Kulit Pisang. Jurusan Keteknikan Pertanian. Vol.

26. No. 1.

Averous, L. 2004. Biodegradable Multiphase System Based on Plasticized Starch:

A Review, Journal of Macromolecular Science. United Kingdom.

Bourtoom, T. 2006. Plasticizer Effect on the Propertes of Biodegradable Blend

Film From Rice Starch-Chitosan. Songklanakarin Journal of Science

and Tecnology.30 (Suppl.1), 149-155.

Darni, Y., A., Chici, & I.D., Sri. 2008. Sintesa Bioplastik dari Pati Pisang dan

Gelatin dengan Plasticizer Gliserol, Seminar Nasional Sains dan

Teknologi-II. Lampung: Universitas Lampung.

Darni, Yuli, Utami, Herti, dan Arsiah, Siti Nur. 2009. Peningkatan Hidrofobisitas dan Sifat Fisik Plastik Biodegradabel Pati Tapioka dengan Penambahan Selulosa Residu Rumput Laut Euchema spinossum. Prosiding Seminar Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat.

Lampung: Universitas Lampung.

Dewati, Retno. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku

Pembuatan Ethanol. Skripsi. UPN ”Veteran” Jatim.

Koni, Theresia, N.I,dkk. 2013. Jurnal Pemanfaatan Kulit Pisang Hasil

Fermentasi Rhyzopus oligosporus dalam Ransum Terhadap

Pertumbuhan Ayam Pedaging. Kupang: Fakultas Peternakan

Universitas Nusa Cendana. Vol.14 No.3:365-370.

Maneely, Tim. 2006. Glycerin Production and Utilization. University Idaho. McHugh, T.H. & J.M., Krochta. 1994. Sorbitol vs Glycerol Plasticed Whey

Protein Edible Film : Integrated Oxygen Permeability and Tensite

Property Evaluation.J.Agic and food Chem. Vol. 2, No.4. 841.

Munadjim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Musita, Nanti. 2009. Kajian Kandungan dan Karakteristik Pati Resisten dari

Beberapa Varietas Pisang. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil

Pertanian. Bandar Lampung: Balai Riset dan Standadisasi Industri. Volume 14, No. 1.

Pradipta, Made dan Mawarani, Lizda. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi

Poimer Ramah Lingkuna Berbahan Dasar Glukomanan Umbi Porang.


(18)

Sanjaya, Gede dan Puspita, Tyas. 2008. Pengaruh Penambahan Khitosan dan Plasticizer Gliserol Pada Karakteristik Plastik Biodegradable Dari

Pati Limbah Kulit Singkong. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi

Sepuluh Nopember (ITS).

Widyaningsih, Senny, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik Dan Sifat Biodegradasi Film Dari

Pati Kulit Pisang. Purwokerto: Fakultas Sains dan Teknik.

Stover, R. H., & Simmonds, N. W. 1987. Bananas, Tropical Agricultura Series.

Singapore: Longman Scientific & Technical. 3rd ed. pp. 86 – 101. Sukriyadi, L. 2010. Kajian Sifat Kimia dan Sifat Organoleptik Pada Tepung Kulit

Pisang Dari Beberapa Varietas Pisang (Skripsi). Universitas Khairun

Ternate.

Listianingrum., Damajanti, Neni., Mulyadi, Abdul Haris. 2010. Kajian Pemanfaatan Kulit Singkong (Manihot utilisima) Dalam Sintesa Plastik Biodegradable Poly Lactic Acid (PLA) Dengan Variasi Plasticizer.


(1)

terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 2g dan volume gliserol 5 ml (T1G3) yaitu sebesar 4,33 kg/cm2. Terjadi perbedaan hasil nilai kuat tarik disebabkan karena komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai kuat tarik. Hasil tersebut didukung dengan uji analisis varians dua jalur Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel (33,382 > 3,555) artinya signifikan yaitu komposisi tepung kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik dan Fhitung volume gliserol > Ftabel (21,636 > 3,555) artinya signifikan yaitu volume gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai kuat tarik bioplastik. Berdasarkan uji analisis anova diperoleh hasil yang signifikan dengan variasi komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap kuat tarik, sehingga dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikasi 0,05 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.

Semakin besar komposisi tepung kulit pisang maka nilai kuat tarik juga akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Sanjaya dan Puspita (2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak bahan yang ditambahkan dalam penyusunan matriks bioplastik akan meningkatkan kekuatan gel dan ikatan hidrogen yang dihasilkan dalam pembuatan bioplastik sehingga ikatan kimianya akan semakin kuat.

Sedangkan pada peningkatan volume gliserol yang ditambahkan akan menurunkan nilai kuat tarik bioplastik yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian Akili (2012), yang menyatakan bahwa gliserol memiliki kemampuan dalam mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan itermolekuler dan mengganggu kekompakan pati, sehingga mengurangi kuat tarik film. Berdasarkan penelitian Pradipta dan Mawarani (2012), menyatakan bahwa penambahan plasticizer akan menurunkan nilai kuat tarik yang disebabkan karena plasticizer menempati ruang intermolekul dalam rantai polimer, sehingga molekul-molekul zat pemlastik dapat mengurangi energi yang dibutuhkan molekul untuk melakukan suatu


(2)

pergerakan (mudah bergerak) sehingga kekakuannya menurun yang menyebabkan menurunnya kekuatan tarik.

Proses pancampuran tepung yang mengandung pati dengan gliserol terjadi karena adanya interaksi polimer-polimer yang cukup kuat sehingga molekul gliserol akan berdifusi ke dalam rantai polimer pati. Jika jumlah gliserol melebihi batas, maka akan terjadi sistem yang heterogen dan bioplastik yang dihasilkan tidk efisien lagi (Ardiansyah, 2011).

Pati merupakan polimer alam yang tidak mahal dan terbarukan yang hadir dalam bentuk butiran tidak dapat diproses menjadi material termoplastik karena kuatnya ikatan hidrogen intermolekulear dan intramolekular. Tetapi dengan adanya air dan pemlastik dalam hal ini gliserol, pati dapat diolah menjadi polimer yang bidegradabel (Ardiansyah, 2011).

2. Pengaruh Komposisi Tepung Kulit Pisang dan Volume Gliserol Terhadap Nilai Elongasi (Perpanjangan Putus) Bioplastik.

Gambar 4.2 Histogram Uji Elongasi (Perpanjangan Putus)

Berdasarkan Gambar 4.2 nilai elongasi tertinggi terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 2g dan volume

22,67 20 17,33 26,67 24 21,33 28 25,33 22,67 0 5 10 15 20 25 30

T1= 2g T2= 3g T3= 4g

N il a i E lo n g a si (% )

Kompisisi Tepung Kulit Pisang

Nilai Elongasi (Perpanjangan Putus)

Gliserol 3ml Gliserol 4ml Gliserol 5ml


(3)

gliserol 5 ml (T1G3) yaitu sebesar 28%. Sedangkan nilai elongasi terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 5g dan volume gliserol 2 ml (T3G1) yaitu sebesar 17,33%. Terjadi perbedaan hasil nilai elongasi disebabkan karena komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai elongasi. Hasil tersebut didukung dengan uji analisis varians dua jalur Fhitung komposisi tepung kulit pisang > Ftabel (6,527 > 3,555) artinya signifikan yaitu komposisi tepung kulit pisang yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik dan Fhitung volume gliserol > Ftabel (7,317 > 3,555) artinya signifikan yaitu volume gliserol yang berbeda berpengaruh terhadap nilai elongasi bioplastik. Berdasarkan uji analisis anova diperoleh hasil yang signifikan dengan variasi komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap elongasi, sehingga dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf signifikasi 0,05 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan.

Berdasarkan grafik di atas, nilai elongasi terbaik pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang 4 gr dan volume gliserol 3 ml sebesar 17,33%. Nilai elongasi berbanding terbalik terhadap komposisi tepung kulit pisang, dimana semakin besar komposisi tepung kulit pisang maka nilai elongasi semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya jarak ikatan intermolekulernya (Salleh dalam Aris Rachman, 2009).

Semakin besar volume gliserol maka nilai elongasi juga semakin besar. Yang berati bahwa semakin banyak gliserol yang ditambahkan, maka sifat bioplastik akan semakin elastis. Gliserol mampu mengurangi ikatan hidrogen internal dengan meningkatkan ruang kosong antar molekul yang akan diisi oleh gliserol, sehingga menurunkan kekakuan dan meningkatkan

fleksibilitas film (Bourtoom, 2006).

Gliserol menjadi lebih efektif sebagai bahan pemlastik dibandingkan dengan sorbitol dan glukosa karena memiliki molekul yang lebih kecil dan jumlah gugus OH yang lebih banyak sehingga molekul yang lebih kecil akan membuat gliserol pada konsentrasi sama memiliki gugus


(4)

OH lebih banyak yang akan berinteraksi dengan polimer (Listianingrum dkk, 2010).

D.KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan komposisi tepung kulit pisang dan volume gliserol berpengaruh terhadap nilai kuat tarik dan elongasi pada bioplastik. Nilai kuat tarik tertinggi terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 4g dan volume gliserol 3 ml (T3G1) yaitu sebesar 10,51 kg/cm2. Sedangkan nilai elongasi terendah terdapat pada perlakuan dengan komposisi tepung kulit pisang sebanyak 5g dan volume gliserol 2 ml (T3G1) yaitu sebesar 17,33%. Perlakuan terbaik yaitu komposisi tepung kulit pisang sebanyak 4g dan volume gliserol 3 ml (T3G1) dengan nilai kuat tarik 10,51 kg/cm2 dan nilai elongasi 17,33%.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akili, M. S, Ahmad. U, dan Suyatma N.A. 2012. Karakteristik Edible film dari Pektin Hasil Ekstraksi Kulit Pisang. Jurusan Keteknikan Pertanian. Vol. 26. No. 1.

Averous, L. 2004. Biodegradable Multiphase System Based on Plasticized Starch: A Review, Journal of Macromolecular Science. United Kingdom. Bourtoom, T. 2006. Plasticizer Effect on the Propertes of Biodegradable Blend

Film From Rice Starch-Chitosan. Songklanakarin Journal of Science and Tecnology.30 (Suppl.1), 149-155.

Darni, Y., A., Chici, & I.D., Sri. 2008. Sintesa Bioplastik dari Pati Pisang dan Gelatin dengan Plasticizer Gliserol, Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Lampung: Universitas Lampung.

Darni, Yuli, Utami, Herti, dan Arsiah, Siti Nur. 2009. Peningkatan Hidrofobisitas dan Sifat Fisik Plastik Biodegradabel Pati Tapioka dengan Penambahan Selulosa Residu Rumput Laut Euchema spinossum. Prosiding Seminar Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Lampung: Universitas Lampung.

Dewati, Retno. 2008. Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Bahan Baku Pembuatan Ethanol. Skripsi. UPN ”Veteran” Jatim.

Koni, Theresia, N.I,dkk. 2013. Jurnal Pemanfaatan Kulit Pisang Hasil Fermentasi Rhyzopus oligosporus dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Pedaging. Kupang: Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Vol.14 No.3:365-370.

Maneely, Tim. 2006. Glycerin Production and Utilization. University Idaho. McHugh, T.H. & J.M., Krochta. 1994. Sorbitol vs Glycerol Plasticed Whey

Protein Edible Film : Integrated Oxygen Permeability and Tensite Property Evaluation. J.Agic and food Chem. Vol. 2, No.4. 841.

Munadjim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Musita, Nanti. 2009. Kajian Kandungan dan Karakteristik Pati Resisten dari Beberapa Varietas Pisang. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. Bandar Lampung: Balai Riset dan Standadisasi Industri. Volume 14, No. 1.

Pradipta, Made dan Mawarani, Lizda. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Poimer Ramah Lingkuna Berbahan Dasar Glukomanan Umbi Porang. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).


(6)

Sanjaya, Gede dan Puspita, Tyas. 2008. Pengaruh Penambahan Khitosan dan Plasticizer Gliserol Pada Karakteristik Plastik Biodegradable Dari Pati Limbah Kulit Singkong. Skripsi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Widyaningsih, Senny, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik Dan Sifat Biodegradasi Film Dari Pati Kulit Pisang. Purwokerto: Fakultas Sains dan Teknik.

Stover, R. H., & Simmonds, N. W. 1987. Bananas, Tropical Agricultura Series. Singapore: Longman Scientific & Technical. 3rd ed. pp. 86 – 101. Sukriyadi, L. 2010. Kajian Sifat Kimia dan Sifat Organoleptik Pada Tepung Kulit

Pisang Dari Beberapa Varietas Pisang (Skripsi). Universitas Khairun Ternate.

Listianingrum., Damajanti, Neni., Mulyadi, Abdul Haris. 2010. Kajian Pemanfaatan Kulit Singkong (Manihot utilisima) Dalam Sintesa Plastik Biodegradable Poly Lactic Acid (PLA) Dengan Variasi Plasticizer. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Pisang Raja (Musa textilia )Menjadi Selai Sebagai Isian Roti Serta Daya Terima dan Kandungan Zat Gizinya

14 146 98

Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat

29 178 110

Studi Pemakaian Tepung Pisang Ambon (Musa acuminata AAA) sebagai Anti-aging Dalam Sediaan Masker

6 108 86

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN VARIASI PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF Pemanfaatan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Dengan Variasi Penambahan Gliserol Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bioplastik Ramah Ling

0 3 17

PENDAHULUAN Pemanfaatan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Dengan Variasi Penambahan Gliserol Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan.

1 4 4

DAFTAR PUSTAKA Pemanfaatan Tepung Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Dengan Variasi Penambahan Gliserol Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bioplastik Ramah Lingkungan.

2 10 4

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cuka Organik Dengan Penambahan Acetobacter aceti Dengan Konsentrasi Yang Berbeda

0 1 15

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cuka Organik Dengan Penambahan Acetobacter aceti Dengan Konsentrasi Yang Berbed

0 1 10

PEMANFAATAN KULIT PISANG (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN DASAR NATA DE BANANA PEEL DENGAN PENAMBAHAN Pemanfaatan Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Sebagai Bahan Dasar Nata De Banana Peel Dengan Penambahan Gula Aren Dan Gula Pasir.

3 15 16

PEMANFAATAN KULIT PISANG ( Pemanfaatan Kulit Pisang (Musa paradisiaca) Sebagai Bahan Dasar Nata De Banana Peel Dengan Penambahan Gula Aren Dan Gula Pasir.

0 0 12