laporan penentuan kadar dengan cara dest

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang berasal dari
daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke
berbagai negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Di Indonesia
varietas yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu semangka
lokal dan semangka hibrida. Kandungan air yang tinggi sekitar 92% menjadikan
semangka pembersih tubuh yang sangat baik (Arifianto, 2008: 75).
Air sangat diperlukan dalam setiap proses yang dilakukan oleh organ
tubuh, misalnya dalam proses metabolisme, air berperan utama dalam proses ini,
karena air akan memperlancar jalannya proses metabolisme. Disamping itu, air
juga dapat digunakan sebagai penstabil suhu tubuh, sehingga kondisi tubuh
menjadi tetap sehat. Air yang dipergunakan dalam setiap proses ini adalah air
bersih. Air bersih yang dimaksud adalah air yang bebas dari kotoran, bakteri yang
merugikan dan zat–zat lain yang bersifat merugikan bagi kesehatan manusia
maupun mahluk hidup lainnya. Ada berbagai cara yang sering dilakukan untuk
mendapatkan air bersih yaitu perebusan, penyaringan, destilasi dan lain-lainnya.

(Cetrawedarma, 2008: 117).
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap
tersebut di dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan
metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat
dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponenkomponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana atau destilasi
biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen

1

2

yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan
dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni (Walangare,

2013:

1). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah percobaan ini untuk
menentukan kadar air pada buah semangka (Citrullus vulgaris).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah berapa kadar air pada

sampel buah semangka (Citrullus vulgaris) dengan cara destilasi?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air pada
sampel buah semangka (Citrullus vulgaris) dengan cara destilasi.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Buah semangka mempunyai daya tarik khusus. Buahnya tergolong
mengandung banyak air (sekitar 92%). Nilai gizi buahnya termasuk rendah, hanya
mengandung 7% karbohidrat dalam bentuk gula. Kandungan vitamin dan
mineralnya tergolong rendah. Meskipun demikian, buah ini banyak penggemarnya
(Kalie, 2008: 1).
Menurut Kalie (2008: 2) komposisi buah semangka dan biji semangka
per 100 gram adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Buah Semangka Per 100 Gram

Kandungan


Buah

Energi

28 kal

Air

92,1%

Protein

0,5 g

Lemak

0,2 g

Karbohidrat


6,9 g

Vitamin A

590 SI

Vitamin C

6 mg

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur
dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan adaya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak,
3

4


sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan
pangan dapat ditentukan dengan metode pemisahan (PERSAGI, 2009: 107-108).
Metode pemisahan termasuk salah satu aspek penting dalam bidang
kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk
memperoleh materi murni dari sutu campuran, harus dilakukan pemisahan.
Beberapa teknik pemisahan dapat digunakan untuk memisahkan campuran (Putra,
2010: 142).
Ada berbagai cara yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih
yaitu perebusan, penyaringan, destilasi dan lain-lainnya. Cara perebusan
dilakukan hanya untuk mematikan kuman dan bakteri-bakteri yang merugikan,
namun kotoran yang berupa padatan-padatan kecil tidak bisa terpisah dengan air.
Penyaringan digunakan hanya untuk menyaring kotoran-kotoran yang berupa
pedatan kecil, namun kuman dan bakteri yang merugikan tidak bisa terpisah dari
air. Cara destilasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk menghasilkan air
bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa padatan kecil.
Pada proses destilasi, yang diambil hanya air kondensatnya, kuman dan bakteri
akan mati oleh proses pemanasan, dan kotoran akan mengendap didasar basin
(Catrawedarma, 2008: 117).
Destilasi adalah proses pemisahan yang paling sering digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Destilasi sangat baik untuk memisahkan bahan-bahan alam
yang berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor.
Metode destilasi telah lama digunakan orang sejak zaman alkimia dahulu. Pada
saat itu, rancangan peralatan destilasi telah dikenal dari peralatan gelas, seperti
yang dikenal sampai sekarang. Di zaman modern destilasi digunakan untuk
pemurnian dan juga pembuatan minuman beralkohol di negara-negara
mempunyai budaya minum alkohol (Wonorahardjo, 2013: 79).

yang

5

Destilasi digunakan untuk memisahkan dua campuran senyawa atau
lebih atas dasar perbedaan titik didih. Senyawa dengan titik didih yang paling
rendah akan terpisahkan terlebih dahulu. Air pendingin dimasukkan dari ujung
yang paling dekat dengan adaptor dan air keluar melalui ujung pendingin yang
lain. Termometer dipasang sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan titik
didih senyawa ysng sedang dipisahkan (Khamidinal, 2009:137).
Prinsip destilasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk
menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa

padatan kecil. Pada proses destilasi, yang diambil hanya air kondensatnya, kuman
dan bakteri akan mati oleh proses pemanasan, dan kotoran akan mengendap
didasar basin. Pada prinsipnya destilasi merupakan cara untuk mendapatkan air
bersih melalui proses penyulingan air kotor. Pada proses penyulingan terdapat
proses perpindahan panas, penguapan, dan pengembunan. Perpindahan panas
terjadi dari sumber panas menuju ke air kotor. Air kotor jika terus menerus
dipanaskan akan menguap menjadi uap jenuh. Jika uap jenuh dari hasil penguapan
ini bersentuhan dengan permukaan yang dingin, maka dingin tersebut. Pada
proses kondensasi uap jenuh akan berubah fase menjadi air (kondensat). Karena
pengaruh gravitasi kondensat akan mengalir kebawah mengikuti kemiringan kaca
dan akan tertampung dalam reservoa. Kondensat yang tertampung dalam reservoa
inilah yang merupakan air bersih yang siap untuk dikonsumsi (Catrawedarma,
2008: 117-118).
Proses destilasi pada suhu tertentu, cairan yang setimbang dengan
uapnya mempunyai komposisi yang berbeda. Uap selalu lebih banyak
mengandung komponen yang lebih volatil demikian terjadi sebaliknya. Pada suhu
berbeda, komposisi uap yang setimbang dengan cairannya akan berubah sejalan
dengan perubahan suhu (Alimin, 2007: 39).

6


Hal yang paling mendasar dalam proses destilasi adalah proses evaporasi
dan kondensasi, kedua proses ini dipengaruhi oleh pemanasan air baku. Proses
pemanasan air baku dipengaruhi oleh massa dari air baku yang dipanaskan.
Berdasarkan hipotesa awal dari penulis bahwa massa air baku yang banyak akan
menyebabkan proses pemanasan menjadi lama, begitu pula sebaliknya massa air
baku yang sedikit akan mempercepat proses pemanasan. Proses pemanasan ini
dapat mempengaruhi performansi alat destilasi. Sesuai dengan hipotesa awal
tersebut, maka penulis berkeinginan untuk mengetahui pengaruh massa air baku
terhadap performansi alat destilasi dengan memvariasikan massa air baku,
sehingga didapat nilai performansi sistem yang berupa laju destilasi, efisiensi
produk, dan efisiensi sistem yang terbesar dari variasi massa air baku
(Catrawedarma, 2008: 118).
Jenis Destilasi. Destilasi Sederhana atau destilasi biasa adalah teknik
pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan
destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat
dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing.
Destilasi Fraksionasi (bertingkat), sama prinsipnya dengan destilasi sederhana,
hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik,

sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang berdekatan. Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap
dapat dilakukan dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu
proses destilasi berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional.
Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi
pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung

7

cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang
atsiri lebih banyak kondensat (Walangare, 2013: 1).
Dalam proses desrilasi, campuran didihkan pada kisaran suhu tertentu
pada tekanan tetap. Uap yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni berasal
dari salah satu komponen tetapi masih mengandung campuran kedua komponen
dengan dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang
mendidih. Kenyataan yang diperoleh adalah bahwa uap lebih banyak mengandung
komponen yang mudah menguap (atsiri). Bila sebagian cairan yang telah didihkan
uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat dan mengandung lebih
banyak komponen yang atsiri dibandingkan cairan aslinya. Bagian kedua adalah

cairan yang teringgal sebagai residu yang susunannya lebih banyak komponen
yang sukar menguap. Bila destilat yang mula-mula diperoleh dipanaskan lagi
sampai mendidih, maka uap yang baru akan lebih banyak lagi komponen yang
lebih atsiri (Khamidinal, 2009:67).
Destilasi dijalankan dengan bantuan beberapa peralatan yang khusus
dirancang. Campuran yang akan didestilasi atau dimurnikan dimasukkan di labu
destilasi. Labu destilasi dipanaskan dengan pemanas elektrik yang mempunyai
pengatur suhu secara otomatis. Uap yang dihasilkan pada pemanasan akan
dialirkan langsung ke kondensor yang merupakan unit pendingain uap sehingga
terjadi kondensasi. Kondensor terdiri dari dua buah pipa, di antaranya pipa dalam
pipa luar. Kondensor dialirkan dengan air yang masuk dari keran melalui pipa dan
dikeluarkan lewat lubang ke bak penampung. Uap yang mengembun pada
kondensor (posisi miring, supaya tetesan embun dpat turun dengan bebas) akan
ditampung di labu melalui adaptor (Wonorahardjo, 2013: 80-81).

8

BAB III
METODE PERCOBAAN


A. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal

: Rabu/ 3 Juni 2015

Pukul

: 08.00- 12.00 WITA

Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu alas bulat,
kondensor, steal head, termometer 1100C, erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 50 mL,
gelas kimia 250 mL, pemanas listrik, botol semprot dan pisau.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, batu
didih, es batu, kloroform (CHCl3), kain blacu dan sampel buah semangka
(Citrullus vulgaris).
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
100 mL sampel buah semangka ke dalam labu alas bulat yang telah berisi batu
didih. Menambahkan kloroform sebanyak 80 mL . Merangkai alat destilasi dan
mengalirkan air pendingin melalui kondensor. Memanaskan labu destilasi yang
berisi sampel. Mendestilasi hingga tidak ada lagi tetesan pada erlenmeyer.
Memisahkan antara kloroform dan air. Mengukur volume air yang diperoleh dan
menghitung kadar airnya.
8

9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Volume sampel

= 100 mL

Volume Kloroform

= 80 mL

Volume Air (destilat)

= 73,5 mL

Kadar Air

volume destilat
= volume sampel x 100%
73,5 mL
= 100 mL x 100%
= 73,5%

B. Pembahasan
Prinsip dasar destilasi ini yaitu perbedaan titik didih zat cair dalam
campuran zat cair tersebut, sehingga senyawa yang mempunyai titik didih yang
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan
mengembun dan menetes sebagai destilat.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel buah semangka.
Menambahkan kloroform yang berfungsi untuk mengikat komponen-komponen
yang lain yang ada pada sampel, sehingga hanya kadar airnya saja yang diperoleh.
Merangakai alat destilasi dan mengalirkan air pendingin melalui kondensor.
Kondensor ini berfungsi sebagai alat untuk mendinginkan uap destilat sehingga
menjadi cair. Memanaskan labu destilasi yang berisi sampel agar sampel tersebut
menguap dan mengamati suhu pada termometer. Pada saat proses pemanasan,
sampel akan mendidih dan uapnya akan naik dan masuk ke dalam pipa kondensor.
Kondensor ini mempunyai dua aliran air, air yang masuk berasal dari bawah dan
keluar dari atas. Karena jika air masuk berasal dari atas, maka air dalam pendingin
9

10

tidak akan memenuhi isi pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk
mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor. Sedangkan termometer
ditempatkan pada mulut atas labu destilasi di mana ujung merkuri harus sejajar
dengan aliran uap ke kondensor. Hal ini dilakukan karena suhu yang akan diukur
adalah suhu uap yang akan masuk ke pipa kondensor, sehingga suhu uap dapat
dikontrol sesuai dengan suhu yang diinginkan untuk memperoleh destilat murni.
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh volume destilat yaitu 73,5 mL
dari volume sampel 100 mL. Dari hasil tersebut, maka diperoleh kadar air buah
semangka sebesar 73,5%, hal ini tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa buah
semangka mengandung kadar air sebanyak 92%. Hal ini terjadi karena pada
sampel masih terdapat kadar air atau air yang berada pada sampel tidak habis
menguap.

BAB V

11

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kadar air yang diperoleh pada
sampel buah semangka (Citrullus vulgaris) dengan cara destilasi adalah 73,5%.
B. Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu digunakan juga sampel
minuman instan seperti buavita untuk mengetahui kadar air yang terkandung di
dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
11

12

Alimin, Yunus dan Irfan Idris. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Arifianto, Nugroho, dkk. “Consumers Preference Towards Watermelon In
Semarang”. Mediagro. Vol. 4. No. 2, 2008: 75 -85.
Catrawedarma. “Pengaruh Massa Air Baku terhadap Performansi Sistem
Destilasi”. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM, Vol 2, No. 2, 2008:
117 – 123.
Kalie, Mochd. Baga. Bertanam Semangka. Jakarta: Penebar Swadaya, 2008.
Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
PERSAGI. Kamus Gizi. Jakarta: Buku Kompas, 2009.
Putra, Arbie Marwan. “Analisis Produktifitas Gas Hidrogen dan Gas Oksigen
pada Elektrolisis Larutan KOH”, Jurnal neutrino, Vol 2, No. 2, 2010:
141-154.
Walangare, dkk. “Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air Minum
dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik”,
e-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 2013: 1-11.
Wonorahardjo. Metode Pemisahan Kimia. Jakarta: Akademia Permata, 2013.