Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mener

Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menerapkan Model-model
Pembelajaran Melalui Kegiatan Supervisi Kelas oleh Kepala SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Supervisi
Diajukan Kepada
Dosen Metpen Kuantitatif dan Kualitatif
Untuk Tugas Akhir

Oleh :
Graha Chandradinangga
942015028

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN – FKIP
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Guru sebagai ujung tombak di front terdepan dalam melaksanakan kebijakan
pembangunan pendidikan nasional dalam mengartikan, mengejawantahkan
strategi, demi tercapainya tujuan pendidikan akan mencari cara yang tepat secara
efektif dan efisien. Kinerja guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar
berinteraksi dengan siswa tidak muncul tiba-tiba, tetapi telah terjadi proses
pembentukan tentang maindset yang melekat pada pola berpikirnya, pola
hidupnya, dan cara bertindak.
Kompetensi guru melalui pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, pengajar,
dan pelatih anak didiknya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti
bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Namun demikian
kinerja seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berkenaan dengan
hal

tersebut,

Gibson

et


al

(2985:52-53)

secara

lebih

komperehensif

mengemukakan adanya tiga kelompok variable sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu: pertama,
variable individu, yang meliputi: (a) kemampuan/ketrampilan; (b) latar belakang
(keluarga, tingkat sosial, pengalaman). Kedua, variable organisasi, yang meliputi
(a) sumber daya; (b) kepemimpinan; (c) imbalan; (d) struktur; (e) desain
pekerjaan. Ketiga, variable psikhologis, meliputi: (a) mental/intelektual; (b)
persepsi; (c) sikap; (d) kepribadian; (e) belajar; (f) motivasi.
Model yang diberikan guru untuk saat ini masih sama dengan model
pembelajaran yang dulu. Dimana guru hanya menerangkan secara lisan dan siswa
hanya mendengarkan. Dengan model tersebut terdapat faktor-faktor yang

membuat siswa merasa bosan atau tidak mau mendengarkan. Dan hasilnya tujuan
pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan kurang tepat.
Kepala sekolah akan melakukan kegiatas supervisi tentang cara dan model-model
pembelajaran kepada guru-guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah penerapan model-model pembelajaran guru melalui kegiatan supervisi
kelas

dapat

meningkatkan

Muhammadiyah (Plus) Salatiga?

mutu

pembelajaran pada siswa

di


SMA

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk hal-hal sebagai berikut.
1. Meningkatkan peran serta kepala sekolah SMA Muhammadiyah (Plus)
Salatiga dalam memfasilitasi para guru yang dihadapkan dengan kesulitan
teknis pengelolaan pembelajaran, yang akan memberi dampak kurang baik
terhadap proses dan hasil belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga
dalam mengelola proses pembelajaran.
3. Meningkatkan kebermaknaan proses belajar siswa SMA Muhammadiyah
(Plus) Salatiga guna mencapai aneka tujuan pembelajaran.
4. Untuk mengetahui efektivitas upaya yang ditempuh (model-model
pembelajaran) kepala sekolah pada saat melakukan supervisi kelas

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat
bagi siswa, guru, maupun sekolah. Adapun manfaat dimaksud, sebagai berikut.
1. Manfaat bagi siswa, antara lain:
1) memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik;

2) meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar;
3) meningkatkan penguasaan konsep;
4) menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat
dalamkelompok/membiasakan bekerja sama dengan teman.
2. Manfaat bagi guru, antara lain:
1) memperoleh alternatif baru dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan;
2) memperoleh alternatif baru untuk peningkatan mutu pembelajaran.
3. Manfaat bagi sekolah, antara lain:
1) meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis;
2) meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru

BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1.

Kompetensi Guru
Menurut Zamroni (2001: 60), guru adalah orang yang memegang peran
penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan.

Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada penampilan
guru dalam mengajar dan kegiatan mengajar dapat dilakukan dengan baik
dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang
memang dirancang untuk mempersiapkan sebagai seorang guru.
Pernyataan tersebut mengantarkan kepada pengertian bahwa mengajar
adalah suatu profesi, dan pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional.
Setiap pekerjaan profesional dipersyaratkan memiliki kemampuan atau
kompetensi tertentu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan tugastugas profesionalnnya.
Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas
pendidikan muridnya. Ini berarti guru harus memiliki dasar-dasar
kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan
tugasnya. Oleh karena itu kompetensi harus mutlak dimiliki guru sebagai
kemampuan, kecakapan dan ketrampilan mengelola pendidikan. Guru
harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan atau
yang dikenal dengan standar kompetensi guru. Standar ini diartikan
sebagai suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan. Lebih lanjut
Suparlan (2006: 85), menjelaskan bahwa “Standar kompetensi guru adalah
ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan
pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan
untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas,

kualifikasi dan jenjang pendidikan.
“Kompetensi guru adalah kemampuan melakukan tugas mengajar dan
mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan”. Suparlan (2006:
85) berpendapat bahwa “Kompetensi guru melakukan kombinasi
kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang

ditujukkan guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya”.
Menurut Akmad Sudrajat (2007), “Kompetensi guru merupakan gambaran
tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam
melaksanakan pekerjaanya, baik yang berupa kegiatan dalam berperilaku
maupun hasil yang ditujukan” (http://akmadsudrajat.wordpress.com).
Menurut Nana Sudjana (2002: 17), “Kompetensi guru merupkan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru”. `Berdasarkan uraian di atas
kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan/kecakapan seorang
guru berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan ilai-nilai yang diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan sehingga dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.

2. Model Pembelajaran
Banyak model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh

guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya
pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi
belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, lebih
banyak mengaktifkan siswa.
Dalam pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan
pengembangannya terutama dalam strategi dan metode pembelajaran.
Untuk masa sekarang ini perlu juga dikembangkan sistem penilaian yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar bisa saja mengembangkan
model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses pembelajaran lebih
efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.
2)

Ciri-ciri Model Pembelajaran

Suatu model pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri. Secara khusus,
ciri-ciri tersebut dikemukakan Sanjaya (2006: 115), yakni sebagai berikut.
a) Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.

b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

c) Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat
dilaksanakandengan berhasil.
d) Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran
guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran
serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan
belajar siswa.

3. Pengertian Supervisi
Kata supervisi berasal dari bahasa inggris supervision yang terdiri atas
dua kata, yaitu super dan vision. Yang mengandung pengertian melihat dengan
sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan orang yang melakukan supervisi
disebut supervisor. Untuk tercapainya sebuah aktifitas itu tergantung kepada
beberapa orang, diperlukan adanya koordinasi di dalam segala gerak langkah.
Pimpinan sekolah harus berusaha mengetahui keseluruhan situasi di

sekolahnya dalam segala bidang.
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey: “Supervisi adalah suatu program
yang berencana untuk memperbaiki pengajaran”. Menurut Boardman:
Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membimbing
secara kontinu pertumbuhan guru-guru sekolah, baik secara individuil maupun
secara kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan
seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan
lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Menurut Prof.
Dr. Bahruddin Harapan (Supervisi Pendidikan, 1983), menyatakan:“Supervisi
adalah kegiatan yang dijalankan terhadap orang yang menimbulkan atau
potensial menimbulkan komunikasi dua arah

4. Langkah-Langkah Supervisi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan
supervisi kelas, yaitu sebagai berikut.
- Membuat kesepakatan waktu pelaksanaan supervisi kelas dengan guru.
- Mendiskusikan materi pelajaran apa yang akan diajarkan pada saat
supervisi kelas.
- Membantu guru dalam membuat persiapan mengajar.


Meyakinkan pada guru kedatangan kepala sekolah sebagai supervisor
bukan akan menilai atau mengawasi namun untuk memberikan bantuan
teknis yang diperlukan oleh guru.
- Membuat kesepakatan untuk berbagi peran antara supervisor dan guru
dalam proses pembelajaran.
Untuk lebih memantapkan program supervisi kelas dan meyakinkan guru-guru
SD SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga bahwa program supervisi kelas ini
akan memberikan manfaat bagi guru, yang dilakukan kepala sekolah, yakni
sebagai berikut.
Datang lebih pagi sebelum guru masuk kelas untuk melakukan
“kontrak” ulang tentang: langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan, peran masing-masing yang akan dilakukan, dan
pengorganisasian waktu.
- Masuk ke dalam kelas bersama-sama dengan guru yang bersangkutan.
Kalau kepala sekolah yang akan bertindak sebagai supervisor masuk ke
dalam kelas belakangan, dikhawatirkan akan menganggu konsentrasi
anak pada saat proses pembelajaran, dan mungkin menimbulkan rasa
takut.
Meminta guru yang bersangkutan untuk menyampaikan bahwa kepala
sekolah (supervisor) datang di kelas tersebut akan membantu dalam
proses pembelajaran sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran bagi
siswa
- Kepala sekolah ikut berperan dalam proses pembelajaran tersebut, dan
tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang kelebihan-kelebihan
maupun hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang
memerlukan perbaikan.
Kepala sekolah tidak akan mengambil alih peran guru.
Setelah supervisi kelas selesai dilaksanakan, kepala sekolah SD Negeri 2
Sukajaya melakukan upaya tindaklanjut, dengan cara sebagai berikut.
- Melakukan diskusi dengan guru atas dasar sikap menghargai.
Melakukan refleksi diri misalnya melalui pertanyaan, “Bagaimana
perasaan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran tadi? Apakah masih
ada kekurangan yang Bapak/Ibu lakukan selama proses pembelajaran
tadi, di bagian mana saja?
- Menanyakan peningkatan yang ingin dilakukan oleh guru.
- Memberikan saran atau arahan.
- Merencanakan tindak lanjut, misalnya: “Apa yang perlu Bapak/Ibu
lakukan selanjutnya agar pembelajaran yang akan dilakukan besok
lebih baik?
-

5. Peranan Kepala Sekolah
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),
terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator
(pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader
(pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Edmonds (dalam Sagala, 2005) tentang sekolah efektif menunjukkan
bahwa peran kepala sekolah sedemikian penting untuk menjadikan sebuah

sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya adalah bahwa sekolah yang
baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik, artinya kemampuan
profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja keras dalam
memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan
keberhasilan sebuah sekolah. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan
pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang
ada di sekolah maka kepala sekolah harus memahami perannya.
Tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu :
-

Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan
secara resmi oleh organisasi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan
tanpa perencanaan terlebih dahulu, tetapi direncanakan secara matang
sebelumnya.

-

Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap
kemampuan profesional guru.

-

Supervisi pendidikan mempengaruhi kemampuan guru yang pada
gilirannya meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga
tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.

Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu:
-

Melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi
proses belajar mengajar.

-

Mengadakan observasi kelas untuk peningkatan efektivitas proses
belajar mengajar.

-

Melaksanakan pertemuan individual secara profesional dengan guru
untuk meningkatkan profesi guru.

-

Menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru secara profesional dalam
pemecahan masalah proses belajar mengajar.

-

Menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam
perbaikan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar.

-

Melaksanakan pengembangan staf yang berencana dan terarah.

-

Melaksanakan kerjasama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar
secara komprehensif.

-

Menciptakan team work yang dinamis dan profesional.

-

Menilai hasil belajar peserta didik secara komprehensif.

Untuk

mengetahui

sejauh

mana

guru

mampu

melaksanakan

pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan
supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan
dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat
diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan
pembelajaran (tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan),
selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga
guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan
keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan bahwa “menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi
pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan
bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung
makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum
sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan
bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan
baik

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
Lokasi SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Waktu palaksanaan penelitian ini, yakni
pada semester 2 tahun pelajaran 2015.

3.2

Prosedur Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan sekolah, dengan empat langkah
pokok, yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi),
dan refleksi, dengan melibatkan 10 orang guru SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
Penelitian dilakukan secara berkelanjutan selama 2 bulan. Keempat langkah tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.

Perencanaan Tindakan

Hal-hal yang diupayakan pada tahap perencanaan tindakan, yaitu sebagai
berikut.
a. Pemilihan topik.
b. Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan
pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang
ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok untuk
menyusun rencana pembelajaran.
c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
d. Merencanakan penerapan pembelajaran.
e. Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan.
f. Mempersiapkan kelompok mata pelajaran.
g. Mempersiapkan media pembelajaran.
h. Membuat format evaluasi.
i. Membuat format observasi.
j. Membuat angket respon guru dan siswa.
2.

Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
a. Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan
atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara guru lain
memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran
yang lebih baik.
b. Guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut untuk
memperbaiki rencana pembelajaran.

c. Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana
pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik.
3.

Pengamatan (Observasi)
Pada tahap observasi:
a. Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan
lembar observasi.
b. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
c. Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana
pembelajaran yang telah disusun, guru lain melakukan observasi
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain
itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-kejadian khusus
selama pelaksanaan pembelajaran.

4.

Refleksi
Refleksi dilakukan secara kolaborasi. Baik kepala sekolah, guru,
maupun observer turut memikirkan hasil tindakan serta bagaimana langkah
tindak lanjut ke depan, agar terjadi peningkatan yang lebih baik.

3.3

Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui beberapa teknik, sebagai berikut.
1.

Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data langsung dari
pelaksanaan aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan.
2.

Teknik Wawancara

Teknik awawancara digunakan untuk memperoleh sejumlah keterangan
dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam penelitian.
3.

Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai dokumen
yang berkaitan dengan proses dan hasil penelitian untuk memperkuat
perolehan data dari teknik observasi dan teknik wawancara.
3.4

Teknis Analisis Data

Data yang sudah terkumpul melalui beberapa teknik pengumpul data,
kemudian dianalisis dengan cara mendeskripsikan arti masing-masing data, baik yang
berkaitan dengan perubahan kemampuan guru maupun siswa setelah diupayakan
melalui perlakuan (treatement) yang diterapkan, dalam hal ini model-model

pembelajaran terpilih untuk mentasi permasalahan yang ada. Kriteria yang digunakan
dalam rangka itu, yakni sebagai berikut.
1.
Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dikatakan meningkat
apabila:
a)
b)
c)
d)
2.

mampu menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan model-model
pembelajaran terpilih untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa;
mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana;
mampu mengevaluasi kemampuan siswa dengan menggunakan teknik yang
tepat seperti yang telah direncanakan;
mampu menindaklanjuti hasil belajar siswa dengan cara-cara yang tepat.
Proses dan hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila:

a. siswa aktif selama belajar;
b. antarsiswa terjadi saling belajar secara bermakna;
c. siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, baik secara individu maupun
kelompok;
d. siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) masing-masing mata pelajaran yang telah ditetapkan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,Taktik dan
Model Pembelajaran
Arikunto,S. et. al (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. http
://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah.
Gibson. James L et al 2006, “Organizations ( Behavior, Structure, Prosesses),”
Twelfth Edition, McGrow Hill
Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah).
Bandung : DinasPendidikan Provinsi Jawa Barat
Sudrajat Akhmad. Pendekatan Pembelajaran.
Udin Winataputra,( 1994), Model pembelajaran
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan,
Surabaya, UsahaNasional.
Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley
Longman Australia Pry Limited.