BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Profesionalisme Guru oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SD Negeri 1 Krajankulon dan SD Negeri 1 Kutoharjo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Pendidikan
Dalam konteks pendidikan, masih ditemukan
kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah
manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung
menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal
dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak,
tidak

sedikit

administrasi

pula

yang

sehingga

menggunakan


dikenal

istilah

istilah

adminitrasi

pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk
mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini
dapat

digunakan

dengan

makna

yang


sama.

Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa
pengertian

umum

tentang

manajemen

yang

disampaikan oleh beberapa ahli.
Robins dan Coultar dalam Wibowo

(2007:9)

memberikan definisi manajemen sebagai suatu proses

untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien
dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisien
menunjukkan hubungan antara input dan output
dengan

mencari

biaya

sumber

daya

minimum,

sedangkan efektif menunjukkan makna pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut

Mary


Parker

Follet

dalam

Wibowo

(2007:9) menyatakan bahwa manajemen adalah the art
9

10

of getting things done though people, yaitu sebagai suatu
seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan
melalui orang lain. Hal ini meminta perhatian pada
kenyataan bahwa manajer dalam mencapai tujuan
organisasi


dengan

melakukan

mengatur

pekerjaan

orang

yang

lain

untuk

diperlukan,

tanpa


melakukan pekerjaan sendiri.
Engkoswara

dalam

Mulyasa

(2006:8)

mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam
arti

seluas-luasnya

adalah

suatu

ilmu


yang

mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif
dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi
manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan
yang disepakati bersama.
Sedangkan
bahwa

Mulyasa

manajemen

(2006:7)

pendidikan

mengemukakan


merupakan

proses

pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang
untuk

mencapai

ditetapkan.

Proses

tujuan

pendidikan

pengendalian

yang


kegiatan

telah

tersebut

mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan
(controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi
menjadi aksi.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau
administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum
maupun khusus tentang kependidikan, namun secara

11

esensial dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian
manajemen


pendidikan,yaitu

:

(1)

manajemen

pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen
pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai
tujuan tertentu.

2.1.1 Fungsi Manajemen
1.

Perencanaan (planning)
Perencanaan

merupakan


kegiatan

untuk

menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta caracara

untuk

(2007:12)

mencapai

tujuan

mengemukakan

tersebut.

bahwa

Wibowo

perencanaan

(planning) mencakup mendefinisikan tujuan organisasi,
mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai
tujuan, dan mengembangkan hirarki komprehensif dan
rencana

untuk

mengintegrasikan

dan

mengoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
2.

Pengorganisasian (organizing)
Fungsi

manajemen

berikutnya

adalah

pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986)
mengemukakan
tindakan

bahwa

:

Pengorganisasian

mengusahakan

adalah

hubungan-hubungan

kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga
mereka

dapat

bekerja

sama

secara

efisien,

dan

memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan

12

tugas-tugas

tertentu,

dalam

kondisi

lingkungan

tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Menurut

Wibowo

(2007:12)

bahwa

organizing

merupakan tanggung jawab menejer untuk mendesain
struktur

organisasi

dan

mengatur

pembagian

pekerjaan. Termasuk mempertimbangkan apa tugas
yang harus dilakukan, siapa melakukan, bagaimana
tugas dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan
dimana

keputusan

dibuat.

Organizing

merupakan

persiapan sebelum pekerjaan sebenarnya dilakukan.
3.

Pelaksanaan (actuating)
Dari

seluruh

rangkaian

proses

manajemen,

pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen
yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan
aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi

actuating

justru

lebih

menekankan

pada

kegiatan yang berhubungan langsung dengan orangorang dalam organisasi
4.

Pengawasan (controlling)
Pengawasan

berusaha

untuk

merupakan

suatu

mengendalikan

kegiatan

agar

yang

pelaksanaan

dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan
apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi
penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan
bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.

13

Wibowo

(2007:13)

mengemukakan

bahwa

controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan
bahwa semua hal berjalan seperti seharusnya dan
memonitor kinerja organisasi. Kinerja aktual harus
dibandingkan

dengan

tujuan

yang

ditetapkan

sebelumnya. Jika terdapat deviasi signifikan, dilakukan
koreksi

dan

dikembalikan

kejalur

yang

tepat.

Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan
demikian

controlling

melakukan

koreksi

terhadap

pelaksanaan dan untuk mengetahui apakah tujuan
dapat dicapai.
Fungsi-fungsi

manajemen

ini

berjalan

saling

berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu
dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian,
proses

manajemen

sebenarnya

merupakan

proses

interaksi antara berbagai fungsi manajemen. Setiap
kegiatan

pendidikan

di

sekolah

harus

memiliki

perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian
yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian
seluruh

personil

sekolah

untuk

selalu

dapat

meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan
secara berkelanjutan.
2.1.2 Bidang –bidang Manajemen Sekolah
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan
Menengah Umum Depdiknas dalam buku “Panduan
Manajemen Sekolah” (1999), berikut ini akan diuraikan

14

secara

ringkas

tentang

bidang-bidang

kegiatan

pendidikan di sekolah, yang mencakup :
a.

Manajemen kurikulum
Manajemen

kurikulum

merupakan

manajemen yang utama di sekolah.

subtansi

Prinsip dasar

manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran
tolak

ukur

dapat berjalan dengan baik, dengan
pencapaian

tujuan

oleh

siswa

dan

mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

(KTSP), siklus manajemen kurikulum terdiri dari empat
tahap :
1.

Tahap

perencanaan;

meliputi

langkah-langkah

sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan
dan

menjawab

pertanyaan

filosofis;

(3)

menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat
rencana

induk

(master

plan):

pengembangan,

pelaksanaan, dan penilaian.
2.

Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah:
(1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2)
perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan
struktur dan isi program; (4) pemilihan dan
pengorganisasian

materi;

(5)

pengorganisasian

kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat,
dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara
mengukur hasil belajar.

15

3.

Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi
langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan
program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi
(kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi
dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber,
alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara
dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6)
setting lingkungan pembelajaran

4.

Tahap

penilaian;

terutama

dilakukan

untuk

melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan
dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk
penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain
kurikulum
proses,

dapat

produk

memfokuskan
tujuan,

(CIPP)

pada

kondisi

peluang.

mencakup

Penilaian

pendekatan

aktual,

Penilaian

:

Konteks,

input,

konteks:

sistem

dan

masalah-masalah

dan

Input:

memfokuskan

pada

kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan,
implementasi

design

dan

cost

benefit

dari

rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu
pada

penyediaan

keputusan
Penilaian
pencapaian

informasi

dalam
product
proses

untuk

melaksanakan
berfokus
dan

pada

(identik dengan evaluasi sumatif)
b.

pembuatan

Manajemen Kesiswaan

pada
akhir

program.
mengukur
program

16

Dalam

manajemen

kesiswaan

terdapat

empat

prinsip dasar, yaitu :
Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan
obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta
dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan
yang terkait dengan kegiatan mereka;
1.

Kondisi

siswa

sangat

beragam,

kondisi

fisik,

kemampuan

ditinjau

intelektual,

dari
sosial

ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu
diperlukan

wahana

kegiatan

yang

beragam,

sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk
berkembang secara optimal;
2.

Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan; dan

3.

Pengembangan

potensi

siswa

tidak

hanya

menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah
afektif, dan psikomotor.
c.

Manajemen personalia.
Terdapat

empat

prinsip

dasar

manajemen

personalia yaitu :
1.

Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya
manusia adalah komponen paling berharga;

2.

Sumber daya manusia akan berperan secara
optimal

jika

dikelola

dengan

baik,

sehingga

mendukung tujuan institusional;
3.

Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta
perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh

17

terhadap

pencapaian

tujuan

pengembangan

sekolah; dan
4.

Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya
mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja
sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan sekolah.
Disamping

faktor

ketersediaan

sumber

daya

manusia, hal yang amat penting dalam manajamen
personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi
dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya
pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah
menjadi mutlak diperlukan.

d.

Manajemen keuangan
Manajemen

keuangan

di

sekolah

terutama

berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana,
kiat

sekolah

dalam

mengelola

dana,

pengelolaan

keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah,
cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan

pengawasan,

pengendalian

serta

pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian
efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping
mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan

pembangunan

maupun

kegiatan

rutin

operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor
akuntabilitas

dan

transparansi

setiap

penggunaan

18

keuangan

baik

yang

bersumber

pemerintah,

masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
e.

Manajemen

perawatan

sarana

dan

prasarana

sekolah
Manajemen
prasarana
dilakukan

perawatan

sekolah
secara

preventif

merupakan
periodik

dan

sarana

dan

tindakan

yang

terencana

untuk

merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan
peralatan

sekolah

lainnya,

dengan

tujuan

untuk

meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai,
menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya
efektif

perawatan

sarana

dan

prasarana

sekolah.

Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan
preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim
pelaksana, membuat daftar sarana dan prasarana,
menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan
lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan
pada

masing-masing

bagian

dan

memberikan

penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan
kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan

untuk

pelaksanaannya

dilakukan

:

pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan
pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan
prasarana,

menyebarluaskan

informasi

tentang

program perawatan preventif untuk seluruh warga
sekolah, dan membuat program lomba perawatan

19

terhadap

sarana

dan

fasilitas

sekolah

untuk

memotivasi warga sekolah.
f.

Manajemen Kinerja Guru.
Menurut

Bacal

dalam

Wibowo

(2007:66)

mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai
sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan
dan

dilakukan

dalam

kemitraan

antara

seorang

karyawan dan personalia secara langsung. Proses ini
meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta
pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki
sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsertakan,
kalau

sistem

manajemen

kinerja

ini

hendak

memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan
karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja
guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala
sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang
berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan
seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan
manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat
membangun harapan yang jelas serta pemahaman
tentang : Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari
para guru yang meliputi (1)Seberapa besar kontribusi
pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.(2) Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja
sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun

20

mengembangkan

kinerja

guru

yang

sudah

ada

sekarang.(3) Bagaimana prestasi kerja akan diukur,dan
(4) Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya
menyingkirkannya.

2.1.3 Tugas dan Peranan Kepala Sekolah Dalam
Manajemen Sekolah
Dinas pendidikan telah menetapkan tujuh peran
dan tugas kepala sekolah yang harus dilaksanakan ,
yaitu

sebagai

supervisor,

edukator,

leader,

manajer,

innovator,

administrator,

dan

motivator.

E. Mulyasa dalam bukunya “Menjadi Kepala Sekolah
Profesional” 2006 menguraikan tugas dan peran kepala
sekolah sebagai berikut :
1.

Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik)

Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru. Dalam
hal

ini

mempengaruhi

faktor

pengalaman

profesionalisme

akan

kepala

sangat
sekolah,

terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman
tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya.
Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil
kepala

sekolah,

atau

menjadi

anggota

organisasi

kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemempuan
kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya,
pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

21

Upaya-upaya dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai

edukator,

khususnya

dalam

peningkatan

kinerja tenaga kependidikan dan prestasi peserta didik
dapat dideskripsikan sebagai berikut :
(1)

Mengikutsertakan guru-guru dalam penataranpenataran untuk menambah wawasan para guru.
Kepala

sekolah

juga

harus

memberikan

kesempatan kepada guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya dengan belajar
ke

jenjang

yang

lebih

tinggi.

Misalnya

memberikan kesempatan bagi guru yang belum
mencapai jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah
di universitas terdekat dengan sekolah, yang
pelaksanaannya

tidak

mengganggu

kegiatan

pembelajaran.
(2)

Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim
evaluasi hasil kerja peserta didik untuk lebih giat
bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara
terbuka

dan

pengumuman.

diperlihatkan
Hal

ini

di

bermanfaat

papan
untuk

memotivasi para peserta didik agar lebih giat
belajar dan meningkatkan prestasi.
(3)

Menggunakan waktu belajar secara efektif di
sekolah, dengan cara mendorong para guru
untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran
sesuai

waktu

yang

telah

ditentukan,

serta

22

memanfaatkannya

secara

efektif

dan

efisien

untuk kepentingan pembelajaran.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 0296/U/1996, merupakan landasan penilaian
kinerja

kepala

edukator

sekolah.

harus

Kepala

memiliki

sekolah

sebagai

kemampuan

untuk

membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan
non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan
tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek
dan meberi contoh mengajar.
2.

Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya

sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi
yang

tepat

kependidikan

untuk

:

memberdayakan

melalui

kerjasama

atau

tenaga

kooperatif,

memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk

meningkatkan

keterlibatan

seluruh

profesinya,
tenaga

dan

mendorong

kependiikan

kedalam

berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah:
(1) Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja
sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam
meningkatkan

profesionalisme

tenaga

kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus
mementingkan

kerja

sama

dengan

tenaga

kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer
kepala

sekolah

harus

mau

dan

mampu

23

mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah
dalam

rangka

mewujudkan

visi,

misi

dan

mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu
bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta
berusaha

untuk

senantiasa

mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala
sekolah

harus

mampu

menghadapi

berbagai

persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan
konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk
menjadi

juru

penengah

dalam

memecahkan

berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga
kependidikan yang menjadi bawahannya, serta
berusaha

untuk

mengambil

keputusan

yang

memuaskan bagi semua.
(2)

Memberi

kesempatan

kependidikan
sebagai

untuk

manajer

kepada

para

meningkatkan
kepala

tenaga

profesinya,

sekolah

harus

meningkatkan profesi secara persuasif dan dari
hati ke hati. Dalam hal ini kepala sekolah harus
bersikap demokratis dan memberikan kesempatan
kepada

seluruh

mengembangkan

tenaga

kependidikan

potensinya

secara

untuk
optimal.

Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan
untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai
penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya
masing-masing.

24

(3)

Mendorong

keterlibatan

seluruh

tenaga

kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah
harus berusaha untuk mendorong keterlibatan
semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan
di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala
sekolah bisa berpedoman pada azas tujuan, azas
keunggulan, azas mufakat, azas kesatuan, azas
persatuan, azas empirisme, azas keakraban, dan
azas integritas.
3.

Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki

hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktifitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan

dan

pendokumenan

seluruh

program

sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi

peserta

personalia,

mengelola

prasarana,

didik,

mengelola

mengelola

administrasi
administrasi

administrasi
sarana

dan

kearsipan,

dan

mengelola administrasi keuangan.
Dalam
sekolah

melaksanakan

sebagai

tugas-tugasnya,

administrator,

kepala

khususnya

dalam

meningkatkan kinerja dan produktivitas sekolah, dapat
dianalisis

berdasarkan

pendekatan
pendekatan

sifat,

beberapa

pendekatan

situasional.

pendekatan,
perilaku,

Disamping

baik

maupun

berorientasi

terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga

25

hubungan kemanusiaan dengan para staf, agar setiap
tenaga

kependidikan

dapat

melaksanakan

tugas

dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam
melakukan tugas. Dengan demikian efektifitas kerja
kepala sekolah bergantung pada tingkat pembauran
antara

gaya

kepemimpinan

dengan

tingkat

menyenangkan dalam situasi tertentu, ketika para
tenaga

kependidikan

melakukan

tugas-tugas

yang

diembankan kepadanya.
4.

Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam

rangka

mewujudkan

tujuannya

adalah

kegiatan

pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara

pada pencapaian

efesiensi dan

efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu
tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu
mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru,
disebut

supervisi

meningkatkan

klinis,

kualitas

yang

bertujuan

pembelajaran

untuk
melalui

pembelajaran yang efektif.
Kepala

sekolah

sebagai

supervisor

dilakukan secara efektif antara lain
diskusi

kelompok,

yaitu

kegiatan

dapat

melalui : (1)
yang

dilakukan

bersama guru-guru dan juga bisa melibatkan tenaga

26

administrasi, untuk memecahkan berbagai masalah
disekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Diskusi
kelompok ini dapat dilakukan di ruang guru atau di
ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang,
sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. (2)
kunjungan

kelas,

dilakukan

oleh

kepala

sekolah

sebagai salah satu tehnik untuk mengamati kegiatan
pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas sangat
bermanfaat

untuk

mendapatkan

informasi

secara

langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
profesionalisme

guru

dalam

melaksanakan

tugas

pokoknya mengajar, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan
digunakan,

metode
dan

pembelajaran,

pembelajaran,

keterlibatan

serta

media

peserta

mengetahui

didik

secara

yang
dalam

langsung

kemempuan peserta didik dalam menangkap materi
yang

diajarkan.

(3)

pembicaraan

individual,

yaitu

merupakan tehnik bimbingan dan konseling, yang
dapat

digunakan

oleh

kepala

sekolah

untuk

memberikan konseling kepada guru, baik berkaitan
dengan

pembelajaran

menyangkut

maupun

profesionalisme

guru.

masalah
(4)

yang

simulasi

pembelajaran, yaitu merupakan suatu tehnik supervisi
berbentuk demontrasi pembelajaran yang dilakukan
oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa
penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri,

27

walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang
paling baik.
5.

Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu

memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan
kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah dan mendelegasikan tugas. Kemampuan
kepala sekolah dapat dianalisis dari kepribadiannya,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemempuan mengambil keputusan, dan
kemampuan berkomunikasi.
6.

Kepala Sekolah sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya

sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi
yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan

lingkungan,

mencari

gagasan

baru,

mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan
kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
mengembangkan

model-model

pembelajaran

yang

inovatif.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin
dari

cara-cara

meningkatkan

ia

melakukan

profesionalisme

pekerjaannya
tenaga

dalam

kependidikan

secara: (1) konstruktif, yaitu kepala sekolah harus
mendorong dan membina tenaga kependidikan agar
berkembang secara optimal; (2) kreatif, yaitu kepala
sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara

28

yang baru dalam melaksanakan tugasnya; (3) delegatif,
yaitu berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga
kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan
serta kemampuan masing-masing; (4) integratif, yaitu
mengintegrasikan

semua

kegiatan

sehingga

dapat

menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah
secara efektif,efisien dan produktif; (5) rasional dan
objektif,

yaitu

berusaha

bertindak

berdasarkan

pertimbangan rasio dan objektif; (6) pragmatis, yaitu
menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi
dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh guru, serta
kemampuan

yang

dimiliki

oleh

sekolah;

(7)

keteladanan, yaitu berusaha memberikan teladan dan
contoh yang baik; (8) adaptabel dan fleksibel, yaitu
mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi
situasi baru serta berusaha menciptakan situasi kerja
yang menyenangkan.
7.

Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki

strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada
para tenaga kependidikan dalam melakukan tugas dan
fungsinya. Motivasi itu dapat ditumbuhkan melalui : (1)
pengaturan lingkungan fisik, lingkungan fisik yang
kondusif

dapat

kependidikan

menumbuhkan

dalam

motivasi

melaksanakan

tenaga

tugasnya;

(2)

pengaturan suasana kerja, suasana kerja yang tenang
dan

menyenangkan

juga

akan

membangkitkan

29

kinerja.Untuk
menciptakan

itu,

kepala

hubungan

sekolah

kerja

harus

yang

mampu

harmonis;

(3)

disiplin, melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai
tujuan

secara

meningkatkan

efektif

dan

produktifitas

efisien,

serta

sekolah;

(4)

dapat

dorongan,

kepala sekolah harus memperhatikan motivasi para
tenaga

kependidikan

dan

faktor-faktor

lain

yang

berpengaruh; (5) penghargaan, melalui penghargaan
tenaga

kependidikan

dapat

dirangsang

untuk

meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif
dan

produktif.

Kepala

sekolah

harus

berusaha

menggunakan penghargaan secara tepat, efektif, dan
efisien untuk menghindari dampak negatif

yang bisa

ditimbulkannya.

2.2

Profesionalisme Guru
Kata profesi dan profesional, melahirkan istilah

”Profesionalisme” yang berarti mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
orang yang profesional (Poerwadarminta, 2006: 608).
Profesionalisme

adalah

paham

yang

mengajarkan

bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang
yang profesional (Tafsir, 1994:107).
Menurut

Satori

(2008:

14),

profesionalisme

menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

30

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai
dengan profesinya. Terkait dengan profesionalisme guru
sebagaimana

yang

diuraikan

sebelumnya

bahwa

seorang guru dapat dikatakan profesional apabila ia
telah memenuhi persyaratan akademik dan memiliki
kualifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
guru pun harus memiliki kualifikasi atau kriteria
profesional. Untuk itu guru sebagai tenaga profesi
memerlukan dukungan semua perangkat akademik dan
teoritik selain keterampilan metodologis. Agar menjadi
guru yang sesuai dengan harapan masyarakat maka
yang dibutuhkan adalah perlu adanya pembekalan
terhadap

seorang

guru

sebelum

terjun

ke

dunia

pendidikan dalam sebuah lembaga formal. Bekal yang
harus

dimiliki

seorang

guru

meliputi

kompetensi

pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
mengajar (Uno, 2009: 18).
Menurut Sanjaya (2005: 146) bahwa sebagai suatu
profesi terdapat sejumlah kompetensi yang harus
dimiliki

oleh

kepribadian,

seorang

guru,

kompetesi

yaitu

pedagogik,

kompetensi
kompetensi

profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
a.

Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan

pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang
dimaksud

dengan

kompetensi

kepribadian

adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,

31

arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik,dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian
sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(3)

tersebut

merupakan kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil,

dewasa,

arif

dan

bijaksana,

berwibawa,

berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik
dan masyarakat.
b.

Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

pengelolaan peserta didik yang meliputi : pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap

peserta

kurikulum/silabus,

didik,

pengembangan

perancangan

pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk

mengaktualisasikan

berbagai

potensi

yang

dimilikinya (Surya, 2006: 176). Kompetensi pedagogik
merupakan

kemampuan

mengelola

pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta

didik,

pembelajaran,

perancangan
evaluasi

hasil

dan

pelaksanaan
belajar,

dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,2008: 75).
c.

Kompetensi Profesional.
Kompetensi profesional guru adalah

sejumlah

kewenangan dan kemampuan guru dalam rangka

32

melaksanakan tugas profesinya, meliputi kompetensi
sebagai berikut:
1)

Menguasai

landasan

pendidikan,

antara

lain

mengetahui pendidikan (pencapaian kompetensi
dasar dan hasil belajar), mengenai fungsi sekolah
dalam

masyarakat,

mengenal

prinsip-prinsip

psikologi pendidikan yang sangat diperlukan
dalam proses pembelajaran.
2)

Menguasai bahan ajar; menguasai kurikulum
pendidikan agama tahun 2007 (KTSP).

3)

Menyusun silabus dan program pembelajaran;
menetapkan pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran, memilih bahan ajar, memilih dan
mengembangkan strategi pembelajaran, memilih
media pengajaran, memilih dan memanfaatkan
berbagai sumber belajar.

4)

Melaksanakan

acara

(program)

pembelajaran;

menciptakan suasana belajar yang kondusif,
mengatur

ruang

belajar,mengelola

interaksi

belajar mengajar,
5)

Menilai hasil belajar dengan menggunakan sistem
penilaian berbasis kelas

d.

(Surya, 2006: 176).

Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
Kompetensi

sosial

merupakan

pendidik sebagai bagian
berkomunikasi

lisan

dan

kemampuan

dari masyarakat untuk:
tulisan;

menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;

33

bergaul secara efektif dengan peserta didik,

tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar (Surya, 2006:
176).

2.2.1 Ciri- ciri Profesionalisme Guru
Menurut

Huole

dalam

Suyanto

(2003)

menyebutkan ciri- ciri profesionalisme guru adalah: (1)
memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (2) harus
berdasarkan kompetensi individual bukan atas dasar
Korupsi,Kolusi dan Nepotisme, (3) memiliki sistem
seleksi dan sertifikasi, (4) ada kerja sama dan kompetisi
yang

sehat

antar

sejawat,

(5)

adanya

kesadaran

profesional yang tinggi, (6) memiliki prinsip-prinsip etik
yang berupa kode etik, (7) memiliki sistem sanksi
profesi, (8) adanya militansi individual, dan (9) memiliki
organisasi profesi.
Menurut Mungin (2003) guru profesional memiliki
ciri: (1) memiliki kepribadian matang dan berkembang,
(2)

memiliki

peserta

didik,

keterampilan
(3)

membangkitkan

penguasaan

pengetahuan

minat
dan

teknologi yang kuat, dan (4) memiliki sikap profesional
yang berkembang secara berkesinambungan.
2.2.2 Peranan Guru sebagai Tenaga Profesional
Peranan guru akan senantiasa menggambarkan
pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai
interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun

34

dengan sifat yang lain. Peranan guru sebagai tenaga
profesional antara lain sebagai informator, organisator,
motivator,

direktor

atau

pengarah,

inisiator,

transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.

2.2.3 Perilaku Profesional Guru
Kemampuan guru yang banyak hubungannya
dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar
dapat digolongkan ke dalam empat kemampuan yakni:
merencanakan
melaksanakan

program
dan

belajar

memimpin/

mengajar,

mengelola

proses

belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar
mengajar,

menguasai

bahan

pelajaran

dalam

pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran
yang dipegangnya atau dibinanya.
Donald F. Clay dalam bukunya Curriculum:
design for living (1966) mengemukakan beberapa sifat
atau kriteria mengajar yang berhasil, antara lain:
antusias dalam mengajar, menaruh minat terhadap
anak didik, menggunakan bermacam-macam metode
dan jenis material yang digunakan, mengetahui lebih
baik dari pengetahuan mata pelajaran yang spesifik,
mampu meningkatkan tanggung jawab siswa untuk
mandiri dalam belajarnya, memiliki pengetahuan yang
cukup tentang kebudayaan, mengikutsertakan siswa
dalam perencanaan kelas dan pengalaman evaluasi,
mampu mengadakan komunikasi dengan pendek dan

35

jelas, menghias atau mengatur ruang kelas dengan baik
dengan

mengikutsertakan

pengetahuan

tentang

para

siswa,

prinsip-prinsip

memiliki

pertumbuhan

manusia dan pengembangannya serta menerapkannya
dalam praktek mengajar.

2.2.4 Syarat Guru Profesional
Levin dan Nolan(1996: 93) menyatakan, ada dua
syarat utama menjadi guru profesional yaitu :
a.

Memiliki

dasar-dasar

pengajaran

yang

efektif,

meliputi penguasaantentang : model pembelajaran,
motivasi peserta didik, mewujudkan harapan guru,
mengajukan pertanyaan di kelas dan waktu untuk
mengerjakan soal.
b.

Memiliki

kelebihan

keprofesionalan

pendukung

itu

sendiri,

utama

yaitu

untuk

berkaitan

dengan: mengajar untuk memahami, pengajaran
dengan pembuktian, berpikir dan keterampilan
pemecahan

masalah,

menciptakan

komunitas

belajar, mengajar untuk intelegensi jamak, dan
motivasi kognisi peserta didik.

2.3 Pembelajaran yang Berkualitas
Sudjana

(1991),

menyatakan

bahwa

kondisi

pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktorfaktor : (1) Tujuan pengajaran yang jelas, (2) bahan

36

pengajaran yang memadahi, (3) metodelogi pengajaran
yang tepat, dan (4) cara penilaian yang baik.
Depdiknas (2004 : 33) dalam buku “Peningkatan
Kinerja Kepala Sekolah” menyebutkan bahwa kegiatan
pembelajaran

merupakan

inti

dari

pengelolaan

sekolah,oleh sebab itu semua kegiatan pendukung
lainnya harus diarahkan pada terciptanya suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan
(PAKEM). Pembelajaran yang aktif maksudnya adalah
guru

bertanggung

jawab

menumbuhkan

aktivitas

belajar peserta didik yang diajar; pembelajaran yang
kreatif maksudnya guru dan peserta didik harus bisa
ciptakan

kreativitas

berlangsungnya

proses

dalam
belajar

kelas

selama

mengajar;

kegiatan

pembelajaran efektif artinya pembelajaran itu harus
mempunyai makna dan berbekas pada diri siswa,
dengan kata lain pembelajaran diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan dan kecakapan siswa
secara

bertahap

dan

berkelanjutan;

sedangkan

pembelajaran yang menyenangkan maksudnya adalah
bagaimana situasi pembelajaran di kelas itu tumbuh
dalam keadaan yang menyenangkan bagi guru dan
peserta

didik.

Pembelajaran

harus

memberikan

ketrampilan pada siswa agar dapat belajar bagaimana
belajar lebih lanjut, dan apa yang disajikan oleh guru
dan didiskusikan bersama di kelas dapat berkembang
berkelanjutan, sehingga tercipta peserta didik yang

37

aktif, kreatif, inovatif, dan siap menyongsong tantangan
jaman.
Salah satu ciri dari pelaksanaan pembelajaran
yang

berkualitas

adalah

dimanfaatkannya

media

pembelajaran, dalam proses pembelajaran. Di zaman
yang serba canggih seperti kondisi saat ini dimana
teknologi berkembang sedemikian pesatnya, komputer
sudah bukan merupakan barang yang langka dan
mewah.

Dengan

adanya

media

komputer

sebagai

pengolah informasi sudah selayaknyalah apabila di
tiap- tiap sekolah dasar minimal memiliki satu unit
komputer. Baik komputer sebagai sarana pengolah
administrsi sekolah, dan akan lebih baik lagi apabila
komputer dapat berfungsi sebagai media pembelajaran
bagi siswa.
Guru
menarik

perlu

dan

menyajikan

menyenangkan

pembelajaran
bagi

peserta

yang
didik,

bertujuan agar terpenuhinya suatu kompetensi dan
profesionalisme guru dalam mengajar. Teknik penyajian
dan pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara

mengajar

yang

dikuasai

guru

untuk

melakukan kegiatan pembelajaran atau menyajikan
bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas,
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, di pahami,
dimengerti dan digunakan oleh peserta didik dengan
baik. semuanya harus disesuaikan dengan indikator
yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

38

waktu

yang

diperlukan

dalam

mencapai

ketuntasannya.
Kunci utama keberhasilan guru dalam mengajar
yaitu dalam memilih strategi, model, maupun metode
yang tepat serta didukung oleh teknik dan taktik dalam
mengajar.

Yang

dimaksud

dengan

strategi

pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain atau dirancang oleh
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk
di

dalamnya

yaitu

penggunaan

metode

dan

pemanfaatan berbagai sumber atau media belajar
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

39

2.4 Kerangka Pikir

Menyelesaikan
Pendidikan
S1
dan
menyarankan
study
lanjut S2, aktif dalam
organisasi
keguruan
(KKG)

Manajemen
Kepala Sekolah

(planning,
organizing,
actuating, controlling)

Profeionalis
me Guru

UKG
secara
rutin,
Kebijakan mensejahterakan
guru
terutama
GTT,
melaksanakan
pembelajaran PAIKEM

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan
lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumbersumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
belajar seoptimal mungkin. Agar mutu pendidikan yang
baik

dapat

tercapai,

maka

mutu

tersebut

harus

didukung oleh sekolah yang bermutu. Sekolah yang
bermutu adalah “sekolah yang secara keseluruhan
dapat

memberikan

(masyarakat).

kepuasan

kepada

pelanggan

40

Untuk meningkatkan
dukungan

kepemimpinan

mutu sekolah diperlukan
kepala

sekolah

dan

manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung
kegiatan utama sekolah, yaitu proses pembelajaran di
kelas dan hasil akhir dari proses pembelajaran.
Manajemen kepala sekolah yang baik salah satunya
adalah peran kepala sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Guru profesional adalah guru yang memiliki
kemampuan menguasai kurikulum dan sarana dalam
proses pembelajaran, melaksanakan penilaian proses
dan hasil belajar, mampu memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh
guru dengan mengikuti pelatihan dan pembinaan
teknis yang dilakukan secara berkesinambungan di
sekolah dan gugus sekolah.
Guru
pembelajaran

yang
yang

profesional
berkualitas,

akan
yaitu

menciptakan
mempunyai

tujuan yang jelas, mempunyai bahan pengajaran yang
memadahi, metodelogi yang tepat dan penilaian yang
baik, serta memanfaatkan media pembelajaran. Dengan
pembelajaran yang berkualitas, maka akan di dapat
prestasi yang diharapkan.

41

2.5 Penelitian yang Relevan
Yayan Mulyana (2011) dalam Penelitian yang
berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan
Profesionalisme

Guru”

hasil

penelitiannya

adalah

bahwa : upaya pengembangan profesionalisme guru
dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari dalam dan di
luar diri guru. Upaya dari dalam diri bersumber dari
penghayatan tanggung jawab guru itu sendiri untuk
mengembangkan kemampuan mengajarnya. Sementara
upaya dari luar guru merupakan perwujudan tanggung
jawab lembaga atau pimpinan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru. Pihak pimpinan
mempunyai peranan yang cukup dalam menentukan
usaha meningkatkan kualitas kemampuan mengajar
guru-guru.

Peranan

Kepala

Sekolah

dalam

mengembangkan kemampuan para guru adalah sebagai
fasilitator, motivator, dan supervisor.
Munawir (2010) dalam penelitian Yang berjudul
“Manajemen

Kepala

Sekolah

dalam

meningkatkan

Profesionalisme Guru di SMA Negeri 1 Gemuh” dengan
hasil

penelitiannya

adalah

:

Peningkatan

profesionalisme guru di SMAN 1 Gemuh dilaksanakan
melalui empat kompetensi , yaitu kompetensi pribadi,
kompetensi

pedagogik,

kompetensi

sosial

dan

kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut
dilaksanakan

secara

bersinergi,

saling

42

menyempurnakan

dalam

semua

aktifitas

guru

di

sekolah. Namun demikian, kompetensi yang dimiliki
guru di SMAN 1 Gemuh masih belum sampai dalam
taraf sempurna, masih perlu adanya pembenahan dan
peningkatan kompetensi tersebut.
Peningkatan profesionalisme guru tidak dapat
dilakukan dengan sendirinya, butuh dukungan dan
kesempatan dari kepala sekolah dan beberapa pihak
yang

terkait.

Manajemen

Kepala

sekolah

dalam

meningkatkan profesionalisme guru tidak terlepas dari
kegiatan manajemennya, baik dalam bidang kurikulum,
personalia,

kesiswaan,

keuangan

dan

sarana

prasarana.
Abdul Mu’min (2011), dengan judul “Peranan
Kepala

Sekolah

Dalam

Rangka

Meningkatkan

Profesionalisme Guru di SDI Al-Ihsan” Hasil penelitian
menunjukan

bahwa:

pelaksanaaan

peran

kepala

sekolah di SDI Al-Ihsan berjalan dengan cukup baik
dalam hal ini peran kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru sangat dominan.
Pemberdayaan

tenaga

pengajar

(peningkatan

profesionalisme guru), karyawan, peningkatan sarana
pembelajaran,pengawasan

terhadap

proses

belajar

mengajar yang kesemuanya dapat berjalan dengan
cukupbaik.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24