Peran Imam Bukhari dalam kemajuan islam

1

Peran Imam Bukhari dalam Kemajuan Ilmu
Agama di Bidang Hadits
Muhammad Ramadhan Firdaus
Jurusan Teknik Informatika FTI UII
Kos Arum Baru, Jalan Kaliurang KM. 12.5, Sardonoharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55581
15523049@students.uii.ac.id

Abstrak— Salah satu Ahli Hadits yang paling masyhur ialah Muhammad bin Ismail AlBukhari atau yang sering kita kenal Imam Bukhari. Jasanya dalam meriwayatkan hadits
begitu besar bagi kemajuan islam, karya yang beliau tuliskan yaitu Al-Jami’ As-Shahih atau
yang kita kenal dengan Shahih Bukhari menjadi referensi banyak ulama di seluruh dunia
dan menjadi rujukan berbagai fatwa ulama.
Petualangannya dalam meriwayatkan hadits menjadi kisah menarik tersendiri bagi saya.
Dari mulai Bashrah, Mesir, Hijaz, Kufah, Baghdad hingga Asia Barat. Di setiap kota yang
beliau singgahi, imam Bukhari bertemu dengan banyak perawi hadits. Dari hasil
pertemuannya itu beliau melakukan seleksi terhadap hadits secara ketat seperti misalnya
apakah perawi tersebut terpercaya, apakah hafalannya kuat, apakah jalur periwayatannya
tersambung dan berbagai persyaratan seleksi lainnya untuk mendapatkan hadits yang
shahih.

Tentu saja perjalanan dalam meriwayatkan hadits tidaklah sebentar. Imam Bukhari
menghabiskan waktunya selama 16 tahun untuk meriwayatkan hadits hingga menjelang
wafatnya pada tahun 256 H dalam usia 61 tahun di Samarkand.

Kata Kunci—Imam, Ahli Hadits, Islam.

Muhammad bin Ismail Al-Bukhari atau yang kita kenal sebagai imam
Bukhari adalah salah satu ulama ahli hadits yang sangat mashyur diantara 9 ahli
hadits mashyur lainnya seperti Imam Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Imam

2

Ahmad dan yang lainnya. Beliau rahimahullah adalah Imam, Syaikhul Islam, alHâfizh, Amîrul Mukminin dalam hadits. Beliau rahimahullah memiliki banyak
karya tulis yang sangat bermanfaat bagi umat. Beliau rahimahullah lahir pada
bulan Syawwal tahun 194H1 (Yazid, 2013). Hampir seluruh ulama di dunia
menjadikannya sebagai rujukan.
Imam Bukhari menuai banyak pujian dari para ulama. Yazid bin Abdul
Qadir Jawas pada tahun 2013, dia menuliskan, Imam Ahmad bin Hanbal
rahimahullah (wafat th. 241 H) berkata, “Belum pernah ada di Khurasan orang
yang melahirkan anak seperti Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri2. Juga pujian

datang dari al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalâni t (wafat th. 852 H) berkata dalam
awal muqaddimahnya di Fat-hul Bâri, “Sungguh aku telah melihat bahwa Abu
‘Abdillah al-Bukhâri dalam Jâmi’ Shahîhnya telah mengambil penetapan dan
pengambilan hukum dari cahaya yang indah –yakni al-Qur-an dan as-Sunnah-,
mengambil dan menukil dari sumbernya, dan beliau dikaruniai niat yang baik
dalam mengumpulkan hadits-hadits, sehingga orang-orang yang menyelisihi dan
menyetujui mengakuinya, juga menerima pembicaraannya dalam Shahîhnya …”3.
Dan masih banyak pujian dari ulama yang lainnya.
Sungguh begitu besar jasanya dalam kemajuan ilmu agama terutama
dalam bidang hadits. Maka dari itu penulis akan membahas secara singkat
kehidupan Imam Bukhari.

1. Biografi Singkat Imam Bukhari
a. Masa Kecil

1
2
3

Lihat, Siyar A’lâmin Nubalâ’, XII/391

Siyar A’lâmin Nubalâ’, XII/419
Muqaddimah Fathul Bâri, hlm. 3

3

Imam Bukhari memiliki nama lengkap Abu ‘Abdillah Muhammad bin
Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhâri4 ia lahir di
kota Bukhara, sebuah wilayah di Uzbekistan, Uni Sovyet. Ayahnya seorang alim
dibidang hadis, mempelajarinya dari sejumlah ulama terkenal, seperti Imam Malik
ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan Ibn al-Mubarak (Irwan, 2011). Ayahnya
meninggal ketika imam Bukhari masih kecil. Tetapi beliau masih beruntung
karena ayahnya bukan orang yang kekurangan harta sehingga beliau tidak
mengalami kemiskinan karena mewarisi harta yang ditinggalkan oleh ayahnya.
Karena ayahnya seorang alim di bidang hadits, imam Bukhari mengikuti jejak
ayahnya.
Bukhari mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang dari
10 tahun. Pada usia 16 tahun, dia telah menghafal banyak kitab ulama terkenal,
seperti Ibn al-Mubarak, Waki’, dan sebagainya (Irwan, 2011). Tidak hanya
menghafal hadits dan kitab para ulama, imam bukhari juga mempelajari biografi
dari para perawi yang meriwayatkan suatu hadits.

b. Petualangan
Irwan dalam tulisannya ‘Imam Al-Bukhari’ pada tahun 2011, Beliau
merantau ke negeri Syam, Mesir Jazirah sampai dua kali, ke Basrah empat kali, ke
Hijaz bermuqim 6 tahun dan pergi ke Baghdad bersama-sama para ahli hadis yang
lain sampai delapan kali. Dalam salah satu perjalannya kepada Adam bin Abu
Ayas, ia kehabisan uang. Tampa uang sepeserpun, dia hidup sementara dengan
daun-daun tumbuhan liar. Dia seorang penembak jitu, dan suka latihan agar siap

4

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pujian Ulama Terhadap Imam Al-Bukhari dan Kitab
Shahihnya”, diakses dari https://almanhaj.or.id/3658-pujian-ulama-terhadap-imam-al-bukharidan-kitab-shahihnya.html pada tanggal 31 Oktober 2017

4

berjihad sewaktu waktu. Menurut pengakuannya, kitab hadis yang ditulisnya
membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadis5.
Dan juga Irwan menuliskan, Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi,
yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan,
pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah

cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat
catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun
Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu.
Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau
membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan
ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal
di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat
mereka catat.
Pernah suatu ketika imam Bukhari datang ke kota Baghdad, karena beliau
terkenal akan keilmuannya maka ketika para Ahli Hadits yang ada di kota
Baghdad mendengar kabar tersebut mereka pun berkumpul dan ingin menguji
beliau. Lalu mereka mengumpulkan 100 hadits di dalamnya berisi matan6 dan
sanad7-nya lalu mereka sengaja membolak-balik matan dan sanad hadits-hadits
tersebut. Lalu dari 100 hadits tersebut dibagikan kepada 10 orang, tiap orang
mendapatkan 10 hadits dengan matan dan sanad yang sudah dibolak-balik.
Kemudian merekapun mengujinya, maka orang pertama yang menguji
menyebutkan hadits yang pertama, sanad hadits dan matan-nya dan bertanya
“Tahukah anda hadits ini?” imam Bukhari menjawab “Saya tidak tahu”,
begitupun untuk hadits yang kedua dengan pertanyaan yang sama namun jawaban
5


6
7

Dilihat dari jumlah gurunya, ini menunjukkan bahwa ulama-ulama terdahulu memiliki guru
yang sangat banyak, perbuatan semacam ini dilakukan untuk menghindari taqlid yaitu merasa
bahwa gurunya saja lah yang paling benar padahal menurut guru-guru yang lain gurunya tersebut memiliki banyak kesalahan.
Isi teks hadits
Jalur periwayatan, misalnya dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam

5

imam Bukhari tetap saja “Saya tidak tahu” lalu berpindah ke orang yang ke dua
dengan jawaban yang sama sampai orang yang ke 10 dan hadits ke 100. Maka
pada saat itu hadirin yang tidak mengerti ilmu hadits keheranan dan menjadi ragu
tentang keilmuannya imam Bukhari. Tatkala 10 orang tadi selesai mengujinya
maka imam Bukhari menyebutkan kesalahan pada setiap hadits seperti sanad
yang terbalik matan yang tertukar sampai hadits yang ke 100 beliau hapal setiap
kesalahannya dalam satu kali mendengar.
Dalam kisah yang lain imam Bukhari pernah mendatangi majlisnya AlFiryabi, lalu dia menyampaikan nama kunyah perawi-perawi hadits, maka saat itu

tidak ada yang mengetahui siapa perawi-perawi tersebut.“suatu hari aku sedang
berada di majlisnya Al-Firyabi, maka Al-Firyabi berkata telah menyampaikan
kepada kami Sufyan dai Abi dari Abi Urwah dari Abil Khattab dari Abi Hamzah.
Tidak ada yang kenal, maka akupun jelaskan kepada para hadirin Abu Urwah
adalah Ma’mar bin Rasyid, Abul Khattab adalah Qotadah bin Amah As-Sadusi,
Abu Urwah adalah Anas bin Malik Radhiallahu ta’ala ‘anhu ” lalu beliau
menyebutkan kalau Sufyan Ats-Tsauri tidak menyebutkan nama perawi secara
langsung melainkan suka menyebut nama kunyahnya, sehingga orang yang tidak
tahu nama kunyahnya menjadi bingung siapa nama perawinya. Dari kisah tersebut
membuktikan bahwa imam Bukhari mengenal perawi hadits dari hapal namanama perawi juga nama kunyahnya.
c. Fitnah
Menjelang akhir hayatnya imam Bukhari pernah mendapat fitnah, yaitu
tatkala datang ke kota Naisabur. Saat itu penduduk Naisabur antusias dalam
menyambut beliau, bahkan sebelum imam Bukhari sampai pun mereka menunggu
kedatangannya, para ulama pun mewasiatkan murid-muridnya untuk menyambut
imam Bukhari. Diantara ulama yang memerintahkan muridnya adalah
Muhammad bin Yahya Az-Zuhli yang merupakan guru dari imam Bukhari.
Muhammad bin Yahya Az-Zuhli berpesan kepada muridnya jangan sekali-kali

6


bertanya kepada imam Bukhari tentang ilmu kalam (filsafat), karena apabila
beliau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang mereka yakini
maka akan menimbulkan masalah antara mereka dengan imam Bukhari, ketika
perpecahan ini terjadi maka para ahlul bida’8 akan merasa senang.
Kala itu dalam majelisnya imam Bukhari ada orang yang bertanya tentang
masalah yang pelik, yaitu masalah Al-Qur’an. Ketika imam Bukhari
menjawabnya maka mereka merasa tidak sesuai dengan apa yang diyakini, dari
sinilah muncul fitnah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa imam Bukhari
menyatakan Al-Qur’an adalah makhluk, subhanallah!. Padahal yang dimaksud
beliau adalah tidak demikian, imam Bukhari menjawab pertanyaan tersebut dalam
satu sudut pandang, sehingga mereka yang belum begitu paham merasa tidak
sesuai dengan apa yang telah diyakini. Mendengar kabar tersebut, guru beliau
Muhammad bin Yahya Az-Zuhli mentahdzir beliau dan menyatakan yang hadir di
majelis imam Bukhari tidak boleh hadir di majelisnya. Karena pernyataan tersebut
akhirnya tidak ada yang menghadiri majelisnya imam Bukhari kecuali 2 orang
yaitu Muslim bin Hajjaj yang kita kenal sebagai imam Muslim, dan Ahmad bin
Salamah. Imam Bukhari pun ditanya mengenai perkataanya yang menyatakan AlQur’an itu adalah makhluk maka beliau menjawab yang menuduhnya mengatakan
perkara tersebut telah berdusta dan membantah tuduhan tersebut dan
meluruskannya9.

8
9

Orang yang mengada-ada dalam perkara agama, misalnya menambah-nambah perkara agama
atau mengurang-ngurangi perkara agama
Fitnah terjadi adalah ketika imam Bukhari ditanya apakah melafalkan Al-Qur’an merupakan
makhluk? Maka beliau menjawabnya tanpa rincian yaitu perbuatan manusia adalah makhluk
dan melafalkan termasuk dari perbuatan. Pernyataan tersebut mengundang fitnah yang akhirnya disimpulkan oleh sebagian orang bahwa lafal dengan Al-Qur’an adalah makhluk. Maka
seharusnya kita merinci apa yang dimaksud dari pertanyaan tersebut. Apabila ditanya apakah
bersuara itu adalah makhluk maka kita katakan benar demikian, tetapi apakah Al-Quran itu
makhluk jawabannya bukan karena Allah ‘Azza wa Jalla adalah khaliq maka perbuatan Allah
bukanlah makhluk, termasuk firman-Nya bukanlah makhluk. Lalu kita gabungkan dengan pertanyaan yang ditanyakan kepada imam Bukhari tadi, apakah melafalkan Al-Qur’an itu makhluk? Jawaban yang benar adalah suara yang kita keluarkan adalah makhluk tapi teks AlQur’an yang kita lafalkan bukanlah makhluk.

7

Dikarenakan imam Bukhari khawatir mereka akan berbuat buruk
kepadanya maka beliaupun pulang ke kampung halamannya yaitu Bukhara. Di
Bukhara imam Bukhari membuka pengajian untuk umum tetapi fitnah muncul
kembali, yaitu ketika pemimpin Bukhara meminta beliau untuk mengajarkan ilmu
khusus untuk anaknya tetapi beliau menolak sehingga dia marah dan

menyusahkan beliau.
d. Keshalihan Imam Bukhari
Imam Bukhari mendapatkan warisan yang banyak dari ayahnya maka
diapun melakukan bagi hasil dan menggunakan harta tersebut untuk menuntut
ilmu10. Suatu ketika imam Bukhari didatangkan barang dagangan untuk dijual
kemudian datanglah orang-orang menawar tersebut ke rumahnya di malam hari
dengan memberi untung langsung 5000 dirham dari modal, lalu imam Bukhari
menyuruh mereka untuk pulang. Keesokan hari datang pedagang yang lain,
pedagang tersebut menawar dengan memberi keuntungan 2 kali lipat dari para
pedagang pertama karena imam Bukhari belum menyetujui penawaran para
pedagang yang pertama. Lalu beliau berkata “Saya sudah niatkan tadi malam
bahwa barang dagangan saya akan jualkan kepada para pedagang yang semalam
saya tidak ingin membatalkan niat saya tadi malam“11.
Suatu ketika imam Bukhari pernah pergi kepada seorang ahli hadits
bernama Adam bin Abi Iyas namun kiriman uangnya terlambat, maka beliau tidak
bisa makan sehingga beliau 3 hari memakan rumput. Setelah itu datang tiba-tiba

10 Imam Bukhari tidak bekerja, dia apabila ingin membeli atau menjual sesuatu maka dia
meminta orang lain untuk membeli atau menjualnya, karena menurutnya dalam jual beli itu
ada tambahan ada pengurangan ada campur-campuran dan ini menunjukkan sikap wara yaitu

beliau ingin menjaga hubungannya dengan Allah.
11 Ini menunjukkan bahwa beliau bermuamalah dengan Allah bahkan pada niat-niat yang terbetik dalam hatinya karena beliau tahu bahwa Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hati
manusia. Meskipun pada malam hari dia belum menyatakan setuju kepada para pedagang tersebut, tetapi karena Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatinya maka dia tidak ingin
membatalkan niatnya.

8

seorang laki-laki yang memberikan sekantong dinar. Maka dia gunakan uang
tersebut setiap bulan 500 dirham untuk mencari hadits.
Diantara wara’12-nya beliau adalah tidak pernah mengumpat seseorangpun
(ghibah)13. Beliau berkata “saya tidak pernah men-ghibah14 seorang pun sejak
saya tau ghibah15 itu haram”.

2. Guru dan murid Imam Bukhari
Ada beberapa tingkatan dalam guru-guru16 imam Bukhari yang pertama
adalah yang pernah mendengar dari tabi’in dan bertemu, yang ke dua adalah
mendengar dari tabi’in tapi tidak bertemu, diantara guru-gurunya adalah temantemannya dalam menuntut ilmu karena imam Bukhari memiliki sifat tawadhu dan
jauh dari sifat hasad17 sehingga meskipun dia mengambil ilmu dari temannya
maka dianggap sebagai gurunya dan ini adalah tingkatan yang ke tiga. Bahkan
diantara guru-gurunya adalah muridnya sendiri ini menunjukkan betapa tawadhu
nya imam Bukhari meskipun dia orang alim tetapi mau menuntut ilmu dari temantemannya bahkan murid-muridnya sekalipun.
Diantara murid-muridnya ada yang mashyur sampai sekarang dan
termasuk 9 ulama hadits yang sering menjadi rujukan Ahlussunnah wal
Jama’ah18. Seperti Imam Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ad-Darimi.

3. Karya dan metode yang digunakan dalam periwayatan
hadits

12
13
14
15
16
17
18

Menjaga hubungan dengan Allah, menghindari yang makruh mengerjakan yang sunnah
Menceritakan kejelekan seseorang tanpa maslahat
Idem
Idem
Muqaddimah Fathul Bâri
Rasa cemburu akan nikmat seseorang dan ingin nikmat tersebut hilang darinya
Golongan yang mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman orang
shalih terdahulu

9

Dalam tulisannya, Irwan juga menyatakan, Sebagai intelektual muslim
yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang
produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmuilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan
umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang
ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai
otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah
(Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan
beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat
beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga
berbeda pendapat dengan mereka (Irwan, 2011).
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits
shahih yang berjudul Al-Jami' as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan
sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu
malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolaholah Nabi saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna
mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan
menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam
sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau
untuk menulis kitab “Al-Jami 'as-Shahih” (Irwan, 2011).
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati.
Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari
berkata. “Saya susun kitab Al-Jami” as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah
dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah
dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul
bahwa hadits itu benar-benar shahih”. Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar
pemikiran dan bab-babnya secara sistematis (Irwan, 2011).

1
0

Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di
Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di
Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits
dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini
dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia
menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits
haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan. Dengan bersungguh-sungguh ia
meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar
memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu
membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana
yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian,
kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring
bagi sejumlah hadits lainnya (Irwan, 2011).
Diantara karyanya adalah sebagai berikut19:
1.

Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari

2.

Al-Adab al-Mufrad

3.

Adh-Dhu'afa ash-Shaghir

4.

At-Tarikh ash-Shaghir

5.

At-Tarikh al-Ausath

6.

At-Tarikh al-Kabir

7.

At-Tafsir al-Kabir

8.

Al-Musnad al-Kabir

9.

Kazaya Shahabah wa Tabi'in

10. Kitab al-Ilal

19 https://id.wikipedia.org/wiki/Bukhari diakses pada tanggal 28 Desember 2017

1
1

11. Raf'ul Yadain fi ash-Shalah
12. Birr al-Walidain
13. Kitab ad-Du'afa
14. Asami ash-Shahabah
15. Al-Hibah
16. Khalq Af'al al-Ibad
17. Al-Kuno
18. Al-Qira'ah Khalf al-Imam
PENUTUP
Berdasarkan paparan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Imam Bukhari memiliki nama lengkap Abu ‘Abdillah Muhammad bin
Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhâri20 ia lahir di
kota Bukhara, sebuah wilayah di Uzbekistan, Uni Sovyet.
Imam Bukhari sejak kecil merupakan anak yang luar biasa, beliau ingin
mengikuti jejak ayahnya. Ketika mencapai usia dewasa beliau berkelana untuk
meriwayatkan hadits kurang lebih 16 tahun lamanya. Beliau memiliki banyak
sekali guru yang memiliki berbagai tingkatan.

Keshalihannya bisa dilihat dari kisah-kisah yang sebelumnya telah
dipaparkan, itu dilakukan karena sudah seharusnya seorang ulama adalah orang
yang shalih yang menjaga hubungannya dengan Sang Khaliq, juga untuk menjaga
kredibilitasnya sebagai periwayat hadits.
20 Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pujian Ulama Terhadap Imam Al-Bukhari dan Kitab
Shahihnya”, diakses dari https://almanhaj.or.id/3658-pujian-ulama-terhadap-imam-al-bukharidan-kitab-shahihnya.html pada tanggal 31 Oktober 2017

1
2

Memang sudah menjadi aturan bahwa ujian itu pasti ada termasuk apa
yang dialami oleh imam Al-Bukhari seperti kisah di atas. Maka bersabar dan
bertawakkal adalah suatu keharusan karena sesudah ada kesulitan pasti ada
kemudahan.

DAFTAR PUSTAKA
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, “Pujian Ulama Terhadap Imam Al-Bukhari
dan Kitab Shahihnya”, diakses dari https://almanhaj.or.id/3658-pujian-ulamaterhadap-imam-al-bukhari-dan-kitab-shahihnya.html pada tanggal

31 Oktober

2017
Irwan, “Imam Al-Bukhari”, Padang: E-Dokumen Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2011

https://id.wikipedia.org/wiki/Bukhari, diakses tanggal 28 Desember 2017
Taman Surga. “Biografi Imam Al-Bukhari - Ustadz Dr. Firanda Andirja,
MA”. YouTube. YouTube, 25 Desember 2017. Web.

1
3

Muhammad Ramadhan Firdaus lahir di Purwakarta pada tahun
1998. Lulus dari SMAN 2 Purwakarta pada tahun 2015 dan sedang
melanjutkan studi Strata 1 nya di Universitas Islam Indonesia.
Sejak tahun 2014 sampai 2015 pernah menjadi seksi kerohanian di
kelas IPA 1, SMAN 2 Purwakarta. Pernah mengikuti seleksi
asisten laboratorium terpadu Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia.
Sejak tahun 2015 menjadi anggota salah satu unit kegiatan mahasiswa
Programming Study Club sampai tahun 2016.
Pernah menjuarai lomba Tilawah Al-Qur’an pada tahun 2005 dan juga
pernah mengikuti beberapa programming contest dan menempati posisi ke 13 dari
50 tim regional Daerah Istimewa Yogyakarta.