Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi terhadap Keterampilan Berhitung Siswa Kelas 3 SD Negeri Kecandran 01

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SD N Kecandran 01 kelas III
sebagai kelas Eksperimen dan di SD N Dukuh 01 kelas III sebagai kelas Kontrol.
Sebelum dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran, kedua
kelas tersebut terlebih dahulu diberikan soal pretest dan setelah pembelajaran
diberikan soal posttest. Soal pretest digunakan untuk mengetahui keadaan kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebut homogen dan berdistribusi normal atau
tidak. Soal pretest dan posttest sebelumnya diujikan terlebih dahulu pada siswa
kelas IV SD Negeri Kecandran 01 untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal
yang akan digunakan, kemudian penelitian akan diterapkan pada dua kelas yaitu
kelas eksperimen pada siswa kelas III SD N Kecandran 01 dengan menerapkan
metode pembelajaran demonstrasi dan kelas kontrol pada siswa kelas III SD N
Dukuh 01 dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional. Kedua kelas
yang akan diteliti diberikan materi yang sama yaitu mata pelajaran matematika
dengan pokok bahasan menghitung keliling persegi dan persegi panjang dengan
satuan baku. Jika kedua kelas sudah diberikan perlakuan atau tindakan, maka
langkah selanjutnya ialah memberikan soal posttest pada akhir pembelajaran
untuk mengetahui apakah setelah diberikan perlakuan atau tindakan ada

pengaruhnya atau tidak terhadap keterampilan berhitungnya. Karena pada
penelitian ini peneliti fokus pada ketrampilan berhitung.
Materi menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang sesuai
dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ada dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah diterapkan dalam penelitian
sebagai berikut:
Standar Kompetensi
Menghitung luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaanya dalam
pemecahan masalah

43

44

Kompetensi Dasar
Menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang.

4.2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
4.2.1 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Penelitian yang dilakukan pada kelas eksperimen SD N Kecandran 01 terlaksana

pada tanggal 12 April 2017 dengan waktu 3 x 35 (1 x pertemuan). Tahap-tahap
pembelajaran metode demonstrasi dijelaskan melalui pembahasan dibawah ini
a. Tahap 1 : Menyampaikan Kompetensi
Pada tahap pertama menyampaikan kompetensi, kegiatan ini diawali dengan
guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang
dilaksanakan. Guru meminta siswa untuk mencatat tujuan-tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dan memberikan kesempatan kepada siswa jika ada siswa
yang bertanya.
b. Tahap 2 : Memberikan Urutan Kegiatan Pembelajaran
Pada tahap kedua ini guru memberikan urutan kegiatan pembelajaran yang
akan dilalui selama 3 x 35 menit. Saat guru menjelaskan urutan kegiatan
pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai urutan kegiatan
pembelajaran

yang

akan

dilalui.


Setelah

menjelaskan

urutan

kegiatan

pembelajaran, guru memutarkan video mengenai cara menghitung keliling persegi
dan persegi panjang. Pada saat diputarkan video oleh guru, siswa menyimak dan
mendengarkan isi video yang diputarkan oleh guru. Setelah siswa menyimak dan
mendengarkan video yang diputar guru, guru membantu siswa untuk menggali
pengetahuan siswa mengenai video yang telah dilihat dan didengarkan
sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa jika siswa
ingin bertanya mengenai video atau yang lainnya seputar pembelajaran.
c. Tahap 3: Menyiapkan Alat dan Bahan
Tahap ketiga ini menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
berdemonstrasi. Guru menyiapakn alat dan bahan yang akan digunakan untuk
berdemonstrasi. Setelah alat dan bahan sudah siap maka guru memberikan
penjelasan mengenai alat dan bahan yang akan digunakan. Guru menentukan


45

durasi siswa saat berdemonstrasi didepan kelas dan menentukan langkah-langkah
berdemonstrasi menghitung keliling bangun datar persegi dan persegi panjang.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal yang belum
dipahami.
d. Tahap 4: Siswa Berdemonstrasi
Pada tahap yang keempat ini diawali dengan guru menunjuk salah satu
siswa untuk malakukan demonstrasi cara menghitung keliling persegi dan persegi
panjang dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan oleh guru.
Cara menunjuk siswa untuk maju kedepan dengan cara undian. Pada tahap ini
guru hanya memberikan beberapa kesempatan siswa maju kedepan untuk
berdemonstrasi cara menghitung keliling persgi dan persegi panjang. Untuk siswa
lain yang tidak berdemonstrasi tetap memperhatikan siswa yang sedang
berdemonstrasi dan siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
e. Tahap 5: Melakukan Tanya Jawab
Tahap yang kelima ini merupakan tahap melakukan tanya jawab setelah
siswa berdemonstrasi atau siswa lain memberikan pendapat mengenai teman yang
sedang berdemonstrasi. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan-pertanyaan

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang didapat siswa setelah temannya
berdemonstrasi.
f. Tahap 6 : Kesimpulan
Tahap yang keenam atau yang terakhir ini adalah kesimpulan, guru bersama
siswa menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru melakukan
refleksi. Dan guru memberikan soal posttest yang akan digunakan untuk
mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran demonstrasi berpengaruh
terhadap keterampilan berhitung siswa atau tidak.

4.2.2 Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol
Pembelajaran pada kelas kontrol di SD N Dukuh 01 Salatiga dilaksanakan
pada tanggal 13 April 2017, dengan waktu 3x35 menit satu kali pertemuan.
Tahap-tahap pembelajaran metode konvensional dijelaskan melalui pembahasan
dibawah ini

46

a. Tahap 1 : Menyampaikan Tujuan
Tahap menyampaikan tujuan yang dilakukan adalah Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari yang sedang

berlangsung.
b. Tahap 2: Menyajikan Informasi
Pada tahap kedua adalah menyajikan informasi diawali dengan guru
meminta siswa untuk membuka buku. Setalah itu di lanjutkan dengan guru
menjelaskan menghitung keliling persegi dan persegi panjang.
c. Tahap 3 : Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
Pada tahap ini kegiatan guru diawali dengan guru bertanya kepada siswa
mengenai menghitung keliling persegi dan persegi panjang. Kegiatan selanjutnya
adalah guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa untuk memperdalam
pemahaman siswa mengenai menghitung keliling persegi panjang.
d. Tahap 4: Memberikan Kesempatan Latihan Lanjutan
Pada tahap yang terakhir ini kegiatan guru adalah menutup pembelajaran
dan memberikan tindak lanjut, tindak lanjut diberikan soal-soal latihan untuk
dikerjan dirumah guna untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai
menghitung keliling persegi dan persegi panjang. Dan dilanjutkan dengan siswa
mengerjakan soal posttest yang digunakan untuk mengukur keterampilan
berhitung siswa.

4.3. Deskripsi Umum Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa yang digunakan untuk mengetahui keterampilan

berhitung diperoleh data dari nilai pretest dan postest pada kelas ekperimen
maupun kelas kontrol. Nilia pretest dan postest yang diperoleh dari kedua kelas
akan digunakan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berhitung siswa di
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Deskripsi rata-rata dan deviasi standar hasil
pretest akan disajikan pada Tabel 4.1 dan Deskripsi rata-rata dan deviasi standar
hasil posttest disajikan dalam Tabel 4.2.

47

4.3.1 Deskripsi Rata-Rata dan Deviasi Standar Hasil Pretest
Deskripsi rata-rata dan deviasi standar hasil pretest akan disajikan dalam
Tabel 4.1
Tabel 4.1
Deskripsi Rata-Rata dan Deviasi Standar Hasil Pretest
Kelompok
Rata-rata
Deviasi Standar
Kelas Eksperimen
50.00
9.837

Kelas Kontrol
48.13
9.136
Jumlah
49.06
9.486
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan Tabel deskripsi rata-rata dan deviasi standar hasil pretest dapat
diketahui bahwa rata-rata pretest kelas ekperimen sebesar 50,00 dengan deviasi
standar sebesar 9,837. Sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata pretest sebesar
48,13 dan deviasi standarnya sebesar 8,418. Dengan begitu dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata pretest kelas ekperimen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
pretest kelas kontrol. Dari kedua kelas tersebut memiliki selisih rata-rata sebesar
1.87.

4.3.2 Deskripsi Rata-Rata dan Deviasi Standar Hasil Posttest
Deskripsi rata-rata dan deviasi standar hasil pretest akan disajikan dalam
Tabel 4.2
Tabel 4.2

Deskripsi Rata-Rata dan Deviasi Standar Hasil Posttest
Kelompok
Rata-rata
Deviasi Standar
Kelas Eksperimen
88.59
8.351
Kelas Kontrol
79.69
8.418
Jumlah
84.14
8.384
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan Tabel deskripsi rata-rata dan deviasi standar hasil posttest
dapat diketahui bahwa rata-rata posttest kelas ekperimen sebesar 88,59 dengan
deviasi standar sebesar 8.351. Sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata posttest
sebesar 79,69 dan deviasi standarnya sebesar 8,418. Dengan begitu dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata posttest kelas ekperimen lebih besar dibandingkan

dengan rata-rata posttest kelas kontrol. Dari kedua kelas tersebut memiliki selisih
rata-rata sebesar 8,9. Berdasarkan nilai pretest dan posttest di kedua kelas terbukti
ada peningkatan nilai keterampilan berhitung siswa.

48

4.4. Hasil Penelitian
4.4.1 Kelas Eksperimen
Hasil peneitian analisis deskriptif data pretest dan posttest dalam penelitian
ini diperoleh dari nilai evaluasi (pretest dan posttest) hasil belajar matematika
pada siswa kelas III SD Negeri Kecandran 01 Salatiga sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 32 siswa. Jumlah butir soal pretest dan posttest sebanyak 20
butir soal pilihan ganda dengan alternatif jawaban pilihan a, b, c, atau d yang valid
setelah dilakukan analisis validitas instrumen menggunakan program SPSS 20.
Pretest dan posttest dilakukan pada tanggal 12 April 2017, untuk pretest
dilaksanakan pada pukul 07:00 – 07:30 dan untuk posttest dilaksanakan pada
pukul 10:00-10:45. Soal pretest berfungsi untuk mengetahui kondisi awal siswa
sebelum pembelajaran, sedangkan soal posttest berfungsi untuk mengukur
keterampilan berhitung siswa setelah diberikan perlakukan pada pembelajaran
dengan menerapkan metode demonstrasi. Distribusi frekuensi sekor posttest

dihitung dengan menggunakan rumus :
P=

Keterangan :
P = Panjang Kelas Interval
R = Jarak atau Rentangan
K = Jumlah Kelas
Maka untuk mencari penjang kelas (P) interval pada hasil posttest yaitu
sebagai berikut :
1. Menghitung jarak atau rentangan (R)
R = data tertinggi – data terrendah
R = 100 – 75 = 25
2. Menghitung jumlah kelas (K) dengan n (jumlah peserta test)
K = 1 + 3,3 . log n
K = 1 + 3,3 . log 32
K = 1 + 3,3 . 1,5
K = 1 + 4,8

49

K = 5,8 = 6
3. Menghitung panjang kelas interval
P=
P=
P = 4,16
P=5
4. Menentukan batas kelas interval dengan rumus :
(75 + 5) = 80 – 1 = 79
(80 + 5) = 85 – 1 = 84
(85 + 5) = 90 – 1 = 89
(90 + 5) = 95 – 1 = 94
(95 + 5) = 100 – 1 = 99
(100 + 5) = 105 – 1 = 100 (nilai tertinggi 100)
Data distribusi frekuensi nilai posttest pada kelas ekperimen dapat dilihat
dalam Tabel 4.3

No
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Kelas Eksperimen
Interval Nilai
Frekuensi Presentase (%)
75 – 79
80 – 84
85 – 89
90 – 94
95 – 100
Jumlah

4
5
4
8
11
32

12,5
15,6
12,5
25
34,3
100

Sumber: berdasarkan data yang diolah

Tabel distribusi frekuensi nilai kelas eksperimen menunjukan bahwa siswa
yang nilainya diantara 75 sampai dengan 78 ada 4 siswa atau 12,5 % dari 32
siswa, sedangkan siswa yang nilainya diantara 95 sampai dengan 100 ada 11
siswa atau 34,3% dari 32 siswa. berdasarkan Tabel 4.3 dapat dibuat diagram
batang seperti pada gambar 4.1

50

12

Frekuensi

10

8

6
4

2
0

75 – 79

80 – 84

85 – 89

90 – 94

95 – 100

Skor Nilai Posttest
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Gambar 4.1
Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Eksperimen

4.4.2 Kelas Kontrol
Hasil analisis deskriptif data posttest dalam penelitian ini diperoleh dari
nilai posttest hasil belajar Matematika siswa kelas III SD Negeri Dukuh 01
Salaiga sebagai kelas kontrol yang berjumlah 32 siswa. Jumlah soal posttest
sebanyak 20 butir soal pilihan gandan dengan alternatif jawaban a, b, c, atau d
yang diambil dari soal yang telah valid setelah dilakukan analisis validitas
instrumen tes. Postest dilaksankan tanggal 13 April 2017 pada pukul 10:00-10:45.
Posttest berfungsi untuk mengukur keterampilan berhitung siswa sesudah
diberikan perlakuan dengan penerapan metode ceramah. Distribusi frekuensi skor
posttest dihitung dengan rumus seperti menghitung distribusi frekuensi skor
posttest kelas eksperimen. Maka cara untuk mencari panjang kelas (P) interval
pada hasil posttest yaitu sebagai berikut :
1. Menghitung jarak atau rentangan (R)
R = data tertinggi – data terrendah
R = 95 – 65
R = 30
2. Menghitung jumlah kelas (K) dengan n (jumlah peserta tes)

51

K = 1 + 3,3 . log n
K = 1 + 3,3 . log 32
K = 1 + 3,3 . 1,5
K = 1 + 4,8
K = 5,8
K=6
3. Menghitung panjang kelas interval (P)
P=
P=
P=5
4. Menentukan batas kelas interval dengan rumus:
(65 + 5) = 70 – 1 = 69
(70 + 5) = 75 – 1 = 74
(75 + 5) = 80 – 1 = 79
(80 + 5) = 85 – 1 = 84
(85 + 5) = 90 – 1 = 89
(90 + 5) = 95 – 1 = 94 (nilai tertinggi adalah 95)
Data distribusi frekuensi nilai posttest pada siswa dapat dilihat dalam Tabel
4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
No Interval nilai Frekuensi
Presentase (%)
1.
65 – 69
2
6,25
2.
70 – 74
5
15,62
3.
75 – 79
6
18,75
4.
80 – 84
8
25
5.
85 – 89
5
15,62
6.
90 – 95
6
18,75
Jumlah
32
100
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan Tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol
menunjukan bahwa siswa yang mendapat nilai dibawah KKM antara 65 sampai
dengan 69 ada 2 siswa atau 6,25% dari 32 siswa, sedangkan siswa yang mendapat

52

nilai diatas KKM antara 93 sampai dengan 98 terdiri dari 3 siswa atau 9,37% dari
32 siswa. berdasarkan distribusi frekuensi tersebut, dapat dibuat diagram batang
seperti pada gambar 4.2

Frekuensi

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89 90 - 95
Skor Nilai Posttest

Sumber : berdasarkan data yang diolah

Gambar 4.2
Diagram Batang Nilai Posttest Kelas Kontrol

4.5. Analisis Data
Dalam penelitian ini alasisis data yang akan digunakan adalah uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Masing-masing analisis data yang
digunakan dipaparkan pada subbab berikutnya.

4.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi normal atau
tidak untuk data yang akan dianalisis. Apabila data berdistribusi normal maka
dapat menggunakan stastistika non parametrik dengan acuan data. Dapat
dikatakan distribusi normal jika signifikansi atau probabilitas > 0,05.

4.5.1.1. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas yang akan disajikan pada Tabel 4.5 untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol diambil dari nilai pretest.

53

Tabel 4.5
Output Uji Normalitas Pretest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
64
Normal Parametersa,b
Mean
0.0000000
Std. Deviation
9.41756212
Most Extreme
Absolute
.093
Differences
Positive
.093
Negative
-.068
Kolmogorov-Smirnov Z
.744
Asymp. Sig. (2-tailed)
.638
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil analisis soal pretest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,638 yang nilainya signifikansi lebih
besar dari nilai alpha yang ditetapkan yaitu >0,05. Sehingga nilai pertest kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah normal.

4.5.1.2. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas yang akan disajikan pada Tabel 4.6 untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol diambil dari nilai posttest.
Tabel 4.6
Output Uji Normalitas Posttest
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
64
Normal Parametersa,b
Mean
0.0000000
Std. Deviation
8.31769366
Most Extreme
Absolute
.109
Differences
Positive
.099
Negative
-.109
Kolmogorov-Smirnov Z
.870
Asymp. Sig. (2-tailed)
.436
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil analisis soal posttest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,436 yang nilainya signifikansi lebih
besar dari nilai alpha yang ditetapkan yaitu >0,05. Sehingga nilai posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah normal.

54

4.5.2. Uji Homogeitas
Uji homogenitas adalah menguji mengenai sama tidaknya variansi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas varian bertujuan untuk
mengetahui apakah varian kedua kelompok homogen atau tidak. Acuan varian
data kedua kelompok homogen adalah jika nilai probabilitas/signifikansi >0,05.

4.5.2.1. Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil uji homogenitas yang akan disajikan pada Tabel 4.7 untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol diambil dari nilai pretest.
Tabel 4.7
Output Uji Homogenitas Nilai Pretest
Test of Homogeneity of Variances
Y
Levene Statistic df1
.007

df2
1

Sig.
62

.933

Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan hasil olah data Tabel 4.7, menunjukan bahwa nilai Levene Stastistic
sebesar 0.007 dan nilai signifikasi sebesar 0,933. Berarti uji homogenitas soal
pretest bersifat homogen karena nilai signifikansi lebih besar dari pada nilai alpha
(0,933>0,05).

4.5.2.1. Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil uji homogenitas yang akan disajikan pada Tabel 4.8 untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol diambil dari nilai posttest.
Tabel 4.8
Output Uji Homogenitas Nilai Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Y
Levene Statistic df1
.093

df2
1

Sig.
62

.762

Berdasarkan Tabel 4.7, menunjukan bahwa nilai Levene Stastistic sebesar
0.093 dan nilai signifikasi sebesar 0,762. Berarti uji homogenitas soal pretest
bersifat homogen karena nilai signifikansi lebih besar dari pada nilai alpha
(0,762>0,05)

55

4.5.3. Uji Hipotesis
Perhitungan uji ancova dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 20
menggunakan Univariet dengan tujuan untuk melihat atau mengetahui pengaruh
penerapan metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika
menghitung keliling persegi dan persegi panjang terhadap keterampilan berhitung
antara siswa yang diberi perlakuan dengan menerapkan metode deomonstrasi
dengan siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional. Hasil
analisis uji ancova dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Uji Ancova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Posttes

Source
Type I Sum of Squares df
Corrected Model
1478.376a
Intercept
453097.266
Pretest
322.177
Metode Demonstrasi
1156.199
Error
4149.359
Total
458725.000
Corrected Total
5627.734
a. R Squared = .263 (Adjusted R Squared = .239)

2
1
1
1
61
64
63

Mean Square F
Sig.
739.188
10.867
.000
453097.266 6661.013 .000
322.177
4.736
.033
1156.199
16.997
.000
68.022

Sumber: berdasarkan data yang diolah

Berdasarkan hasil uji ancova diatas, menunjukan bahwa nilai F sebesar
10.867 dengan taraf signifikasi 0,000, karena signifikansi lebih kecil dari alpha
atau 0,000 < 0,05 maka disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi
berpengaruh terhadap keterampilan berhitung siswa kelas 3. Pada kolom Intercept
menunjukkan F sebesar 6661,013 dengan taraf signifikasi 0,000, signifikansi yang
dihasilkan lebih kecil dari alpha atau 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa nilai
intercept signifikan. Pada kolom metode demonstrasi nilai F sebesar 16,997
dengan taraf signifikansi 0,000, karena signifikansi yang dihasilkan lebih kecil
dari alpha maka metode demonstrasi dinyatakan signifikan. Data tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi
terhadap keterampilan berhitung siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap keterampilan berhitung
siswa pada pembelajaran matematika dengan materi menghitung keliling persegi
dan persegi panjang di kelas 3 SD N Kecandran 01 pada semester 2.

56

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika
dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban dari sebuah masalah yang
diberikan guru. Selain itu metode demonstrasi dapat menjadikan siswa agar lebih
aktif, konsentrasi, kreatif, bertanggung jawab, dan berani. Mengapa demikian,
karena metode demonstrasi mengharuskan siswa untuk memperagakan atau
mempertunjukan proses penemuan pengetahuan baru atau yang lainnya. Dengan
begitu siswa akan menjadi semangat, percaya diri, dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Metode demonstrasi menurut Sanjaya (2006:21) adalah metode yang cara
pengelolaan pembelajarannya dengan memperagakan atau mempertunjukan
kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi
yang sedang dipelajari. Sedangkan Anitah W, (2008:5.25) mengungkapkan bahwa
metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan
pelajaran dengan mempertunjukan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga, dapat mempelajarinya secara proses. Dua pendapat ahli
memaparkan bahwa metode demonstrasi sangat membantu guru dalam
menyampaikan sebuah materi pembelajaran, dimana materi ajar tersebut memuat
sebuah proses melakukan sesuatu atau menentukan pengertian sesuatu. Hal
tersebut sesuai dengan kegiatan hasil penelitian di kelas eksperimen dengan
menerapkan metode demonstrasi untuk mata pelajaran matematika tentang
menghitung keliling persegi dan persegi panjang. Banyak siswa yang menjadi
paham, bersemangat dalam mengerjakan soal, serta siswa juga menjadi antusias
dalam mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan dari pendapat para ahli
sebagaimana yang telah diuraikan terbukti bahwa metode demonstrasi sangat
membantu guru dalam menyampaikan materi ajar yang sulit.
Huda (2010:233) mengungkapkan kelebihan metode demonstrasi dalam
pembelajaran antara lain: 1) membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret; 2) memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran; 3) lebih
mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari; 4) lebih
melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam diri siswa;

57

5) membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari; 6) membuat
proses pengajaran lebih menarik; 7) merangsang siswa untuk aktif mengamati
antar teori dengan kenyataan; 8) membantu siswa memahami dengan jelas
jalannya suatu proses atau cara kerja suatu benda; 9) memudahkan berbagai jenis
penjelasan; dan 10) memperbaiki kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah
melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Kelebihan metode demonstrasi dirasakan secara nyata oleh peneliti, seperti
peneliti sangat terbantu dengan menerapkan metode demonstrasi dalam
pembelajaran. Siswa menjadi konsentrasi saat pembelajaran berlangsung dan
materi yang akan disampaikan menjadi mudah untuk dimengerti siswa.
Pendapat para ahli juga didukung dengan hasil-hasil penelitian terdahulu,
seperti yang dilakukan oleh Mustokiyah (2013), dengan judul penelitiannya,
“Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA Di Kelas II SD N Sidotopo Wetan I Surabaya”. Terbukti dari
hasil penelitian yang telah dilakukannya, menunjukan bahwa hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 22,75% yaitu dari 72,7% pada siklus I
menjadi

95,45%

pada

siklus

II. Selain Mustokiyah, Sahary (2016) juga

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap
Kemahiran Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama Negeri 19 Bintan Tahun Ajaran 2015/2016”. Terbukti dari hasil
penelitian yang telah dilakukannya menunjukan bahwa metode demonstrasi dapat
mempengaruhi kemahiran menulis karangan narasi siswa. Seperti yang dilakukan
Mustokiyah dan Sahary, Sodikin (2015) juga melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Metode Demonstrasi
Ditinjau dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur dan Sikap Ilmiah Siswa”.
Tetapi hasil penelitian dengan menerapkan metode demonstrasi tidak terdapat
pengaruh terhadap kemampuan alat ukur dan sikap ilmiah siswa. Hal itu terjadi
karena terlalu banyak variabel terikat yang diteliti, penelitian menggunakan kelas
tidak homogen, dan uji analisisnya menggunakan uji anava.
Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, variabel terikat yang diteliti
hanya

keterampilan berhitung saja, kelas yang digunakan adalah kelas yang

58

homogen, serta dalam uji hipotesis peneliti menggunakan uji ancova untuk
mengetahui pengaruh metode demonstrasi terhadap keterampilan berhitung siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa terdapat
pengaruh metode demonstrasi terhadap keterampilan berhitung siswa pada mata
pelajaran matematika dalam materi menghitung keliling persegi dan persegi
panjang. Dilihat dari rata-rata keterampilan berhitung siswa dikelas eksperimen
sebesar 88,59 dan nilai rata-rata keterampilan berhitung siswa dikelas kontrol
sebesar 79,69. Selisih keterampilan berhitung antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebesar 8,9.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa
metode demonstrasi mempengaruhi keterampilan berhitung siswa. Pembelajaran
yang menerapkan metode demonstrasi dapat membuat siswa menjadi antusias,
kreatif, dan aktif. Hal tersebut dibuktikan pada saat pembelajaran berlangsung,
banyak siswa yang antusias untuk mendapatkan kesempatan mengerjakan soal
dipapan tulis. Selain itu saat mengerjakan soal, terdapat beberapa siswa yang
mengerjakan dengan rumus yang lebih sederhana dari pada rumus yang diberikan
guru. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung siswa meningkat jika
dalam menyampaikan teori atau konsep dilakukan dengan cara memberikan
contoh yang kongkret.
Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran, maka
keterampilan berhitung siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol. Selain itu, dengan menggunakan metode demonstrasi pada kelas
heterogen, didapatkan bahwa hasil keterampilan berhitung siswa pada kelas
eksperimen dengan metode demonstrasi lebih tinggi dibandingkan dengan
keterampilan berhitung siswa kelas kontrol yang menggunakan metode
konvensional. Implikasi teoritis, setelah membandingkan teori demonstrasi
dengan penelitian ini hasilnya adalah sejalan dan saling melengkapi. Selain itu
dilihat dari rata-rata pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode
demonstrasi dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, didapat
keterampilan berhitung kelas eksperimen mempunyai ketrampilan berhitung siswa
yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dalam penelitian ini terbukti bahwa

59

metode demonstrasi berpengaruh terhadap keterampilan berhitung matematika
siswa; Implikasi praktis, pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat
digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat berpengaruh
terhadap keterampilan berhitung siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mistokiyah (2013) yang menyatakan bahwa metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam metode ini guru diperkenankan
menyajikan materi dengan berdemonstrasi, kemudian guru dapat meminta siswa
untuk berdemonstrasi seperti yang telah dicontohkan oleh guru. Dalam proses
tersebut guru dapat menggali pengetahuan siswa melalui bertanya jawab
mengenai demonstrasi yang telah dilakukan, dengan demikian maka pembelajaran
dapat berjalan lebih efektif dan efisien, siswa pun menjadi aktif, kreatif, dan
senang dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.
Maka perlu diterapkan metode demonstrasi jika siswa dalam mengikuti
pembelajaran di kelas cenderung pasif, dengan begitu siswa dalam mengikuti
pembelajaran menjadi lebih aktif, tujuan pembelajaran akan lebih mudah untuk
dicapai, dan hasil belajar dapat meningkat.