analisis diksi Pada Bab Puasa Buku Terjemahan Fathul Qarib
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN
DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC
SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Diajukan Oleh:
RETNO DIAH RAHMAWATI
A 310 100 014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
ABSTRAK
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
Retno Diah Rahmawati. A 310 100 014. Markhamah dan
Sabardila. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ke
guruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 201
4. 69 halaman.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pe
milihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta,
(2) mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Objek peneliti
an dalam skripsi ini
adalah jenis dan latar belakang penggunaan diksi pa
da karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Data dalam pen
elitian ini adalah
kalimat yang mengandung diksi dalam karangan siswa
kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta, sedangkan sumber datanya
merupakan kalimatkalimat yang terdapat dalam karangan. Teknik pengum
pulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepust
akaan, simak, dan catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tekn
ik perluas dan metode padan
referensial. Hasil penelitian dapat disimpulkan pem
ilihan diksi ditemukan: (a)
bentuk kata khusus, (b) bentuk kata umum, (c) bentu
k kata bersinonim, (d) bentuk
kata idiom, (e) bentuk kata indera yang diklasifika
sikan dalam 4 macam: indera
peraba, indera penciuman, indera pendengaran, dan i
ndera penglihatan, (f)
bahasa asing, (g) bahasa daerah, dan (h) bentuk kat
a konotatif. Latar belakang
penggunaan diksi ditemukan: (a) konteks ibadah, (b)
konteks kegiatan, (c) konteks
seni, dan (d) konteks sifat.
Kata kunci
:
diksi, kata umum, idiom, latar belakang.
2
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan ses
eorang untuk
saling berinteraksi. Berbahasa yang baik harus memp
erhatikan beberapa hal, salah
satunya pilihan kata. Komunikasi menggunakan bahasa
merupakan alat yang
sangat penting bagi masyarakat manusia. Komunikasi
tidak dilakukan saat
bertatap muka saja, tetapi bisa lewat tulisan. Mere
ka yang terlibat dalam
komunikasi perlu menguasai kosa kata (perbendaharaa
n kata).
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergun
akan masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifik
asi diri. Wacana fiksi adalah
wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada ima
jinasi (Mulyana, 2005:54).
Salah satu contoh fiksi adalah karangan. Seseorang
dapat mengungkapkan
gagasan dan perasaannya melalui karangan. Bahasa ya
ng efektif dan komunikatif
dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Pes
an yang disampaikan
penulis melalui karyanya dapat disampaikan kepada p
embaca.
Kridalaksana dalam Markhamah (2010:149-150) menyata
kan diksi adalah
pilihan kata dan kejelasan lafal untuk menggambarka
n efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang
. Persoalan pilihan kata
menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata se
seorang. Persoalan
pendayagunaan kata mencakup dua persoalan pokok, ya
itu ketepatan dalam
memilih kata dan kesesuaian dalam menggunakan kata.
Bahasa dituntut memiliki
fungsi komunikatif.
Seseorang harus dapat memilih kata-kata yang akan d
igunakan dalam
berbahasa agar orang lain dapat memahaminya. Menuru
t Keraf (2004:24) pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pen
gelompokkan kata-kata
3
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Dik
si atau pilihan kata adalah
persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang yang
tidak mengerti diksi akan
terjerumus kedalam kesalahan yang fatal. Pilihan ka
ta atau diksi perlu
dipertimbangkan dalam merangkai kalimat-kalimat di
dalamnya.
Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka a
tau penelitian relevan
untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu F
atimah (2011) meneliti
“Variasi Diksi dalam Kolom ‘Asal-Usul’ Koran
Kompas
Tulisan Harry Roesli”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang d
igunakan dalam kolom
“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran
Kompas
variatif, yakni menggunakan
(1) kata atau istilah yang kurang familiar bagi mas
yarakat umum dan hanya
mampu dipahami kaum terpelajar, (2) kata bentukan b
aru yang dibuat melalui
teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terb
entuk kata baru yang
menimbulkan asosiasi jenaka, (3) kata slang yang di
bentuk atas dasar proses
penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku
kata, dan pembentukan
akronim yang sewenang-wenang, (4) bentuk plesetan s
ebagai satire dan kritik
sosial, (5) kata bermakna asosiasi, terutama asosia
si negatif, serta (6) idiomidiom.
Persamaan penelitian Fatimah (2011) dengan peneliti
an ini yaitu mengenai diksi.
Perbedaannya terletak pada objeknya saja. Penelitia
n yang peneliti lakukan adalah
meneliti karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakuk
an pada media cetak, yaitu
koran.
Kurniawati (2012) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada
Majalah Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”.
Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan antara dik
si dan gaya bahasa merupakan
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok ti
daknya pemakaian kata, frase
atau klausa tertentu menghadapi situasi, (2) gaya b
ahasa bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan makna mana yang perlu dipakai untu
k mengungkapkan suatu
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa
, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya, (3) jadi kedua kalimat itu berbeda, gay
a bahasa mengungkapkan suatu
gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan c
ocok tidaknya pemakaian
4
kata, frase atau klausa. Persamaan penelitian Kurni
awati (2012) dengan penelitian
ini adalah mengenai diksi. Perbedaannya: penelitian
Kurniawati difokuskan pada
pengkajian diksi dan gaya bahasa, sedangkan penelit
ian ini fokus pada pengkajian
diksi saja.
Puspitasari (2012) meneliti “
Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam
Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktob
er 2011”.
Hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wa
cana zodiac majalah
Keren
Beken
! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai be
rikut: a) pemakaian
kata tutur, b) pemakaian kata indria yaitu indria p
englihatan dan indria perasa, c)
pemakaian istilah asing, dan d) pemakaian makna yai
tu makna konotasi dan
makna denotasi, (2) jenis kalimat dalam rubrik zodi
ac pada majalah
Keren Beken
!
edisi Oktober 2011 dikelompokkan sebagai berikut: a
) kalimat berita, b) kalimat
tanya, dan c) kalimat perintah yang meliputi kalima
t perintah ajakan, kalimat
perintah larangan dan kalimat perintah biasa. Persa
maan penelitian Puspitasari
dengan penelitian ini adalah mengenai diksi. Perbed
aannya: penelitian Puspitasari
mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat, sedan
gkan penelitian ini mengkaji
mengenai diksi.
Susilowati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa p
ada Puisi Karangan
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Cawas”. Hasil penelit
ian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada pemakaian diksi pada makna ka
ta denotatif, penggunaan
makna konotasi, pemakaian kata umum dan kata khusus
, penggunaan kata konkret
dan kata abstrak, penggunaan diksi pemakaian kata a
tau istilah asing, penggunaan
diksi pemakaian indra dan penggunaan kata berstrukt
ur leksikal sinonimi dan
antonym, penggunaan gaya bahasa metafora, gaya baha
sa perumpamaan epos,
gaya bahasa personifikasi, metonimia dan alegori, d
an gaya bahasa sinekdoki.
Persamaan penelitian Susilowati (2012) dengan penel
itian ini terletak pada
objeknya, yaitu karangan siswa. Perbedaannya peneli
tian Susilowati juga
memfokuskan penelitiannya pada gaya bahasa. Penelit
ian ini fokus pada diksi
saja.
5
Isroin (2013) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa pada Karangan Siswa
Kelas X SMA Islam Karangrayung, Kabupaten Grobogan
Tahun Ajaran 2011”.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan berupa:
(1) bentuk pemakaian diksi,
meliputi: (a) kata tutur, (b) kata indria penglihat
an, (c) indria penciuman, (d)
perubahan makna, (e) istilah asing, (2) bentuk pema
kaian gaya bahasa, meliputi:
(a) gaya bahasa mulia dan bertenaga, (b) berdasarka
n struktur kalimat. Persamaan
penelitian Isroin (2013) dengan penelitian ini adal
ah terletak pada objeknya.
Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperol
eh. Penelitian Isroin tidak
memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga menelit
i gaya bahasa yang terdapat
pada objeknya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dirumuskan dua permas
alahan, yaitu (1)
bagaimana pemilihan diksi yang terdapat pada karang
an siswa kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta? (2) apa yang melatarbela
kangi penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 10
Surakarta? Tujuan
yang dicapai pada penelitian ini adalah (1) mendesk
ripsikan pemilihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta, (2)
mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi pad
a karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis dan m
anfaat teoretis. Manfaat
praktis pada penelitian ini adalah (1) diharapkan m
ampu memberi sumbangan
terhadap perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia
, (2) diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai kajian sintaksis, yai
tu tentang diksi, (3) pembaca
dapat menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah pengg
unaan bahasa. Manfaat
teoretis dalam penelitian ini adalah (1) mengembang
kan ilmu pengetahuan
dibidang sintaksis, (2) menjadi tambahan referensi
bagi peneliti-peneliti
berikutnya, (3) diharapkan dapat memberikan sumbang
sih pengetahuan tentang
pemilihan dan latar belakang penggunaan diksi.
6
METODE PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
akan dicapai, maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian in
i adalah deskriptif dengan
metode kualitatif. Penelitian ini bersifat deskript
if kualitatif karena data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan ang
ka-angka (Moleong, 2004:
27). Penelitian bersifat deskriptif karena lebih me
mentingkan proses daripada
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsik
an objek yang akan diteliti
yaitu mengenai analisis pemilihan dan latar belakan
g penggunaan diksi pada
karangan siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Pengumpulan data adalah tahapan yang paling penting
dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik
kepustakaan, simak dan catat. Teknik simak dan tekn
ik catat berarti peneliti
sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara
cermat, terarah dan teliti
terhadap sumber data primer (Al-Ma’ruf, 2011:12). T
eknik simak adalah
penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data
pengguna bahasa
(Sudaryanto, 1993:133).
Data perlu dicermati kesahihan dan keabsahannya seb
elum menjadi
landasan dalam penarikan kesimpulan. Penelitian ini
menggunakan teknik
triangulasi untuk menguji keabsahan data. Metode tr
iangulasi digunakan dalam
penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatk
an pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan me
mbandingkan pendekatan
yang berbeda.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dat
a kualitatif. Data yang
sudah terkumpul dianalisis menggunakan metode padan
referensial pada tujuan
pertama dan teknik perluas untuk tujuan kedua. Meto
de padan alat penentunya
tidak menjadi bagian dari bahasa (
language
) yang bersangkutan. Sudaryanto
(1993:55) mengemukakan bahwa teknik perluas itu ada
lah untuk menentukan
segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual
tertentu.
ANALISIS KESALAHAN DIKSI DALAM KARANGAN SISWAKELAS VI SD NEGERI 1
PEUSANGAN SELATANKABUPATEN BIREUEN
1.
Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatika antara lain kata, frase, klausadan kalimat. Kata
merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tatarantertinggi. Begitu pula ketika
mengarang, kata merupakan kunci utama membentuk karangan. Oleh karena itu, Sejumlah kata
dalam Bahasa Indonesia harus dipahamiagar ide maupun pesan seseorang dapat dimengerti.
Dalam kenyataannya, kata-katayang digunakan untuk berkomonikasi harus dipahami dalam
konteks kalimat, alineamaupun wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan
dengansewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus mengikuti kaidah-kaidahyang
benar.Karangan dipelajari siswa di Sekolah Dasar melalui mata pelajaran bahasa.Penulisan
karangan memerlukan pengetahuan yang cukup luas karena pada dasarnyamengarang adalah
menyusun ribuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimatyang di dalamnya terdapat
rangkaian kata-kata. Karangan dikatakan baik kalaubahasanya tersusun baik serta ide yang
diuraikan berurutan dengan pilihan kata yangtepat. Dengan demikian, orang yang membaca
karangan itu akan dapat memahami jalan pikiran dan perasaan pengarang. Mengarang yang baik
tidak akan datangdengan sendirinya karena mengarang atau menulis membutuhkan
ketekunan,keuletan, dan latihan terprogram serta terpimpin agar tercapai tujuan
yangdiinginkan
.
You're reading a free preview.
Pages 2 to 10 are not shown in this preview.
Alea tiethyuuth Erza
Beranda
Daily Calendar
Mengenai Saya
alya naim erza
Lihat profil lengkapku
Fish
Diberdayakan oleh Blogger.
ANALISIS KESALAHAN TERHADAP KESESUAIAN PEMILIHAN DIKSI
MADING MAHASISWA PBA SEMESTER VI PERIODE 2011/2012
oleh: aliyatunnaim (09.11.00171)
Abstrak
Diketahui bahwa bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal,
yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa,
kalimat. Ketika menulis berbicara, kata adalah kunci pokok dalam
membentuk tulisan maupun ucapan dalam belajar bahasa arab kita harus
memahami kata-kata tersebut sesuai denga konten isinya.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapanungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Walaupun
dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau
mengungkapkan gagasan penulis, tetapi juga meliputi gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan yang tepat.
Adanya penelitian ini bertujuan untuk mennganalisis kesalahan dalam
pemilihan kata (diksi) terhadap tulisan mahasiswa, menemukan kesalahan
yang paling dominan dalam tulisannya. Metode yang digunakan untuk
analisis data adalah metode agih atau distribusional dengan teknik ganti
dan penyajian datanya dengan tanda asterisk (*)
Dari hasil analisis data terhadap analisis kesalahan pemilihan kata
adalah kata benda memiliki persentase 46,2 %. pemilihan
kata sifat
memiliki presentase 30,8%. dan pemilihan kata kerja memiliki presentase
yaitu 23 %. Maka kesalahan yang akan paling sering dialami mahasiswa
dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda.
Kata kunci: Analisis kesalahan, diksi
A.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi dan kerja sama yang paling efektif
dalam berkomunikasi. Dengan demikian bahasa memiliki peran penting
dalam kehidupan sehari-hari. Peran bahasa harus difahami sebagai bentuk
praktis
dalam
penggunaan
bahasa
tersebut
dalam
berbagai
ranah
kehidupan dengan taat asas berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena
itu penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan asas berbahasa yang baik
dan benar disebut sebagai kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa sering terjadi dikalangan pembelajar bahasa
Asing. Baik pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik.
Kesalahan tersebut bukan saja disebabkan oleh interferensi atau transfer
dari bahasa pertama, akan tetapi mungkin juga disebabkan oleh strategi
belajar, bingung, model penganjaran dari guru yang salah, penjelasan yang
keliru dari guru, interferensi dari bahasa secara sendiri, dan adapula
kesalahan yang merupakan masa transisi dari bahasa pertama ke bahasa
kedua.
Oleh karena itu diperlukan sebuah metode yang digunakan untuk
menjelaskan kesalahan pembelajar. Metode tersebut disebut metode
analisis
kesalahan berbahasa.
Manfaat
praktis
dari
metode
analisis
kesalahan berbahasa adalah untuk memperbaiki kesalahan berbahasa
pembelajar atau bias juga bagi guru sebagai alat penjelasan kesalahan
tersebut.
Sedangkan
manfaat
teoritisnya
adalah
untuk
memberikan
landasan yang kuat tentang bahasa anak atau bahasa perolehan dalam
menguasai bahasa ibunya sendiri.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan
dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat
terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa
dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik
yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada
sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan
berbahasa ini.
Dalam
makalah
ini
lebih
difokuskan
untuk
mendeskripsikan
kesalahan pada level pemilihan diksi dalam bahasa Arab terutama pada
pemilihan kata benda, kata kerja, dan kata sifat, frekuensi serta penyebab
terjadinya kesalahan, serta prediksi kesalahan penggunaannya. Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai acuan bagi mahasiswa PBA khususnya
calon guru bahasa Arab, agar dapat mengaplikasikan disiplin ilmu yang
dipelajarinya. Memprediksi sekaligus mengoreksi kesalahan berbahasa
siswa yang mencakup bidang semantiknya terutama dalam kaitannya
dengan pemilihan diksi atau leksikal.
B.
ANALISIS KESALAHAN
1.
Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Terdapat dua ukuran
dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu: pertama, berkaitan dengan
faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam
berkomunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan
apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain,
kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan
media
apa
(tatap
muka,
telepon,
surat,
kawat,
buku,
koran,
dan
sebagainya), dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara,
laporan,
lamaran
kerja,
pernyataan
cinta,
dan
sebagainya).
Kedua,
berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang dikenal dengan
istilah
tata
bahasa.
Jadi,
kesimpulannya
kesalahan
bahasa
adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang
dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa.
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajarmengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal.
Pengalaman guru di lapangan menunjukkkan bahwa kesalahan berbahasa
itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2, tetapi juga oleh
siswa yang mempelajari B1. Kesalahan berbahasa yang terjadi atau
dilakukan dalam suatu proses belajar-mengajar mngaplikasikan tujuan
pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin tinggi
kuantitas kesalahan berbahasa itu, semakin sedikit tujuan pengajaran
bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa
harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan
sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah
mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa
itu.1[1]
2. Penyebab Kesalahan Berbahasa
Pangkal
menggunakan
penyebab
bahasa
kesalahan
yang
bahasa
bersangkutan
ada
pada
orang
yang
bukan
pada
bahasa
yang
digunakannya. Ada tiga (3) kemungkinan penyebab seseorang dapat salah
dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut:
pertama, terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya.
Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi
bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang
sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan
terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Kedua, kekurangfahaman pemakai bahasa terhadap bahasa
yang dipakainya. Kesalahan yang merefeksikan ciri-ciri umum kaidah
bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah satu keliru menerapkan
kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa
1[1] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-12
secara
tidak
sempurna,
dan
kegagalan
mempelajari
kondisi-kondisi
penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan
istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan
oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah,
(c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan
konsep
Ketiga, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang
sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang
dilatihkan
dan
cara
pelaksanaan
pengajaran.
Bahan
pengajaran
menyangkut masalah sumber bahan, pemilihan bahan, penyusunan bahan,
pengurutan bahan, dan penekanan bahan. Cara pengajaran menyangkut
masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian,
intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam
pengajaran.2[2]
3. Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu prosedur kerja.
Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa
memiliki langkah-langkah kerja tertentu. Langkah-langkah kerja tertentu
tersebut selanjutnya dianggap sebagai metodologi analisis kesalahan
berbahasa.
Adapun dalam kesempatan kali ini, metode analisis kesalahan
berbahasa yang dipilih atau digunakan adalah metode alternatif. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data
2.
Mengidentifikasi kesalahan
3.
Mengklasifikasi kesalahan
4.
Menjelaskan kesalahan dan memberi contoh yang benar
5.
Merangking kesalahan
6.
Mencari penyebab kesalahan
2[2] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-11
7.
Memprediksi kesalahan
8.
Terapi/evaluasi/koreksikesalahan: solusi dalam pembelajaran bahasa. 3
[3]
C.
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu yang mempelajari makna menurut
palmer.
Sedangkan
menurut
kridalaksana,
semantik
mempunyai
pengertian:.
a.
Bagian dari skruktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara
b. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa
pada umumnya
Semantik merupakan suatu komponen yang terdapat dalam linguistic.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa makna menjadikan bagian dari
bahasa. Seperti halnya komponen bunyi dan gra matikal, makna merupakan
komponen yang menduduki tingkatan tertentu pula. Kebanyakan linguis
baik secara eksplisit maupun implicit, menerima bahwa komponen bunyi
menduduki tingkat pertama, gramatikal tingkat kedua, makna menduduki
tingkat terakhir. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dipahami
karena hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa:
a. Bahasa pada mulanya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada
lambang-lambang tertentu,
b. Lambang-lambang merupakan sistem yang memilki tatanan atau hubungan
tertentu,
c.
Seperangkat
lambing
yang
memilki
bentuk
dan
hubungan
itu
mengasosiasikan adanya makna tertentu (palmer).
Objek studi semantik adalah bahasa dengan berbagai komponen dan
tatarannya. Komponen bahasa adalah leksikon atau kosakata dari bahasa
tersebut, sedangkan tatanan bahasa adalah fonologi dan gramatika atau
tata bahasa yang mencakup tataran morfologi dan sintaksis.
3[3] Khabibi Muhammad Luthfi, Power point (Anakon&Anakes 10).
Jenis semantik yang kita kenal
yaitu semantik leksikal, semantik
gramatikal, semantik kalimat, dsb. Kita menghadapi semantik leksikal
apabila yang menjadi objek kajian itu berupa leksikon bahasa tersebut.
Dalam semantik leksikal dibicarakan makna leksem-leksem bahasa yang
bermakna. Oleh karena itu makna yang ada dalam leksem-leksem itu pun
disebut makna leksikal. Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa
sebagai lambang-lambang benda, peristiwa, dll. Makna leksikal dipunyai
unsur-unsur bahasa lepas dri penggunaan atau konteksnya.
Sedangkan
makna gramatikal adalah makna yang didalamnya terdapat tataran
gramatikal. 4[4]
2. Diksi
1.
Pengertian Diksi
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa
penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya,
termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang
ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa
makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat.
Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika
digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan
efek agar sesuai.
2. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
4[4] Sarwiji Suwandi, serbalinguistik mengupas perbagai praktik
berbahasa, (Surakarta: Upt UNS press, 2010), hal.61-62
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.
Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan
yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptual. Kata makan pada makna konotatif berarti
untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman.
Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban,
sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah
kata yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata
umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus,
koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata
khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata
konkrit
adalah
kata
yang
acuannya
dapat
diserap
oleh
pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh
pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara
halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata
abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan
tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan
cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.
5. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan
oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan
ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi.
Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang
biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum. Contoh
dari kata- kata (Analogi – kiasan, Final - akhir , Bibliograf - daftar pustaka) 5
[5]
4. Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama,
masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan
atau
ide.
Kedua,
masalah
kesesuaian
atau
kecocokan
dalam
mempergunakan kata tersebut.
Menurut keraf “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata untuk
menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut
makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis,
memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan
makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan
antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya. Seandainya kita dapat
memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan
mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau
pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa
dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan
secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa
5[5] http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau
perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih katakata yang tepat.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut:
a.
Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan
konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam
ejaannya,
seperti
:bawa-bawah,
koorperasi-korporasi,
interfensi-
interferensi.
b.
Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal
yang belum diterima di masyarakat.
c.
Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau
bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiomidiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d.
Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara
idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut
sesuatu.
e.
Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f.
Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
5. Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para
linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada
batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para
tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan
yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit
oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan
struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata
yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil.
Rangkaian kata-kata yang paling penting adalah pengertian yang
tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam
berkomunikasi
harus
saling
memahami
atau
saling
mengerti,
baik
pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata
itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan
atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf, Katakata ibarat ”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki
“jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat
menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat
digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang
yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang
dikuasai
seseorang,
semakin
banyak
ide
atau
gagasan
yang
bisa
diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa
mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering
tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang
menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
6. Pilihan Kata
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan
tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga
menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran),
ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata
dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang
khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan
digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya
ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih
kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya.
Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa
menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama
artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata
turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang
yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata
tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata
itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak
menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui
ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari katakata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf diksi adalah :
a.
Mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan, cara menggabungkan kata-kata. Yang tepat, dan gaya yang paling
baik digunakan dalam situasi tertentu.
b. Kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar atau pembaca.
c.
Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
kosakata yang banyak.
7. Makna Kata dan Jenisnya
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek,
yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa
adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun
dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon
dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus
aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan
timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata
pergi
merupakan
bentuk
atau
ekspresi
dan
isinya
atau
maknanya
merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang
diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya.
Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata
kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa
ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk
dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna
denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa
digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan
interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna
denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna
ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf). Disebut
makna
denotasional,
konseptual,
referensial
dan
ideasional,
karena
maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu
referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan
kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati
dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata
bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna
konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin
karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena
masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti: gaji-gaji, darah-dara,
interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna
denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah
kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah
kata
dengan
ciri-ciri
atau
perwatakan
tertentu
dari
barang
yang
diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna
konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah
suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai
emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai
pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun,
peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian
sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh
bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian
pesan
atau
amanat
memperhatikan
itu
terasa
keakuratan
indah.
informasi
Pada
dan
karangan
kelogisan
ini
makna.
kurang
Dalam
menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan
secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan
penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus
menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan
bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh
pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya
8. Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi
pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk
mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan,
bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi
(bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman
(waktu), melainkan disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan
berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi
pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain
masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal
yang
bersifat
nasional
(masalah
tempat),
terkenal,
dan
sementara
belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah,
yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata
yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI
mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahagia; 2.
kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka
berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni,
merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-
tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak
dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih
tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.6[6]
3. Kesalahan Pemilihan Kata atau Diksi
Sebuah
kata
mengemban
kalimat/tuturan karena
peran
yang
penting
dalam
sebuah
arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun
dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata
maka akan terjadi pergeseran
diinginkan oleh penulisnya.
arti/makna kalimat, tidak sebagaimana
Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan
menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan
akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur
kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang
sebenarnya.
Pilihan
kata
yang
tidak
tepat
sering
penggunaannya
divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat
seperti tidak bermasalah, jika hanya dicermati sekilas saja. Contoh: mantan
dan bekas, busana dan baju, jam dan pukul dan lain-lain.7[7]
D. METODE PENELITIAN
1.
Data dan Pengumpulan Data
Dalam makalah ini data yang digunakan adalah data natural 8[8] yang
berbentuk tulisan yang berasal dari mading mahasiswa PBA VI A yang telah
dipublikasikan oleh divisi Shihafah HMPS PBA periode 2011/2012. Karena
data
ini
berupa
mengumpulkannya
data
pustaka
adalah
maka
teknik
teknik
shearcing.
yang digunakan untuk
Dengan
mengidentifikasi kata yang terdapat dalam mading
mencari
dan
yang tidak sesuai
dengan makna yang tertera dalam kamus. Kemudian dari sejumlah kata
6[6] http://capungtempur.blogspot.com/2010/10/diksi-pengertian-diksiadalah-pilihan.html (diakses pada tgl 27/06/2012)
7[7] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 72-73
8[8] Data yg diperolh stlah adanya tindakan.
yang diperoleh, kami mengelompokkannya sesuai dengan tiga klasifikasi
pada fokus penelitian kami yaitu klasifikasi kata benda, kata kerja, dan kata
sifat.
2. Analisis Data
Setelah data diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus
penelitian, langkah selanjutnya adalah menganalisis data 9[9]
tersebut.
Metode analisis data yang digunakan adalah satu dari dua jenis metode
analisis data menurut letak alat penentunya 10[10] yaitu metode agih atau
distribusional. Dari satuan kebahasaan yang berupa leksikal dalam bahasa
Arab
yang
kami
teliti,
kami
analisis
dengan
menggunakan
satuan
kebahasaan atau leksikal lain dalam bahasa Arab pula.
Adapun teknik yang digunakan adalah teknik ganti yang biasa pula
disebut dengan istilah (teknik) distribusi (Verhaar, 1981) 11[11]. Dalam
menganalisis kesalahan leksikal bahasa Arab yang telah dklasifikasikan
berdasarkan kata benda, kata kerja, ataupun kata sifat kami langsung
menggantinya dengan leksikal yang berupa kata benda, kata kerja, ataupun
9[9] Analisis data merupakan upaya sang penelii menangani langsung
masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993). Tri Mastoyo Jati
Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Penerbit
Carasvatibooks, 2007), hlm. 47.
10[10] Metode analisis data dapat dipilah menjadi dua jenis menurut
letak alat penentunya, yaitu metode padan dan metode agih. Metode padan
adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas,
dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan atau
diteliti (Sudaryanto, 1993). Sedangkan metode agih adalah metode analisis
yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang
diteliti. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa,…….,
hlm. 47-54.
11[11] Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti
satuan kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi yang bersangkutan.
Teknik ganti itu berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau
kategori satuan kebahasaan yang terganti dengan satuan kebahasaan
penggantinya. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian
Bahasa,……., hlm. 58.
kata sifat lain dalam bahasa Arab yang lebih sesuai dengan makna yang
diharapkan. Sebagaimana beberapa contoh di bawah ini12[12]:
a.
*يجرؤ على التعبيرعنن النية والغرض من قلبه
b. *الذي يعرف الحياء
c.
* و خلقة و ثاقبة نشطة
d. *الطلب الذين يستوفون بثلثا دراما
Dengan menerapkan teknik ganti, dapat diketahui bahwa kata يجرؤ
dapat digantikan dengan kata يعرف, شجاعةdapat digantikan dengan kata يكون,
kata
دراماdapat digantikan dengan kata
قدمار, kata
ثاقبةdapat digantikan
dengan kata ثقابة.
Dari kalimat diatas memiliki makna sebagai berikut:
a.
Berani mengutarakan maksud dan tujuan hatinya
b. Mempunyai rasa malu
c.
Giat, Kreatif, dan inovatif
d. Mahasiswa yang memenuhi 3 darna mahasiswa
3. Penyajian Data
Penyajian data ini saya berikan agar pembaca mengetahui letak
ksalahan yang akan saya perbarui dengan menggunakan tanda asterisk
(*…), jadi dengan tanda asterisk ini sebagai tanda bahwa terdapat
kesalahan dalam kalimat tersebut.
Contoh: * و خلقة و ثاقبة نشطة
E.
ANALISIS KESALAHAN TERHADAP PEMILIHAN DIKSI
1.
Hasil Penelitian
Di dalam makalah ini data yang dianalisis adalah kesalahan
pemilihan kata yang digunakan oleh mahasiswa PBA VI A dalam menyusun
sebuah mading. Kesalahan tersebut dikelompokkan ke dalam 3 kesalahan
12[12] Tanda (*) menunjukkan terdapat kesalahan pemilihan kata
dalam kalimat tersebut.
dalam pemilihan diksi dalam bahasa Arab, yakni kesalahan dalam pemilihan
kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Berdasarkan data yang dianalisis diperoleh jumlah keseluruhan
kesalahan pemilihan diksi sebanyak 13 sebagaimana table berikut ini:
No
Pemilihan diksi
Jumlah Kesalahan
Persentase
.
(%)
Kata Benda
6
46,2
2
Kata Kerja
3
23
3
Kata Sifat
4
30,8
Jumlah
13
100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kesalahan pemilihan diksi
1.
pada level kata benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang
paling besar. Kesalahan terbesar kedua adalah kesalahan pemilihan diksi
pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan yang paling
rendah adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata kerja mencapai 23
%.
2. Pembahasan
Dari penelitian di atas, kesalahan pemilihan diksi pada level kata
benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang menempati urutan
pertama. Kesalahan terbesar urutan kedua adalah kesalahan pemilihan
diksi pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan ketiga
yang merupakan kesalahan paling rendah adalah kesalahan pemilihan diksi
pada level kata kerja yaitu 23 %.
Kesalahan pemilihan diksi yang terdapat dalam mading PBA VI A
terjadi
karena
kekurangfahaman
mahasiswa
terhadap
bahasa
yang
dipakainya (intralingual error). Mahasiswa cenderung memahami arti kata
yang terdapat dalam bahasa Arab pada sebatas artinya saja. Mahasiswa
belum bisa memahami arti kata sesuai dengan makna kata secara lepas
diluar konteks kalimatnya. Sebagaimana contoh berikut ini
a.
*يجرؤ على النية والغرض من قلبه
شجاعة على النية والغرض من قلبه
Kata
يجرؤdalam kalimat di atas tidak tepat karena tidak sesuai dengan
makna yang diinginkan. Kata يجرؤmemiliki arti berani, dalam artian berani
disini adalah berani melawan(hal negative) Sedangkan kata شجاعةmemilki
makna berani. Dalam konteksnya memikili arti yaitu seorang yang ideal
adalah berani untuk mengungkapkan maksud dan tujuan
apa yang ada
dihatinya dengan berbagai cara.
b.
*الذي يعرف الحياء
الذي يكون بالحياء
Kata يعرفpada kalimat yang diartikan yang tahu malu kurang tepat karena,
يعرفmemiliki arti ]13[13 إدارك البسائط والجزئياتyang dimaksud dengan tahu malu
dalam hal ini adalah tidak hanya sekedar mengetahui atau mengenal malu,
akan tetapi juga mempunyi/memiliki rasa malu. Sehingga penggunaan kata
يشعرlebih cocok.
c.
*الطلب الذين يستوفون بثلثا دراما
الطلب الذين يستوفون بثلثا قدمار.
Kata دراماdalam kalimat di atas tidak tepat karena kata darna adalah istilah
jawa dan perlu diindonesiakan lagi, maka ketika diterjemahkan munculnya
kata darma tidak sesuai dengan makna yang diinginkan. Maka peneliti
mengambil Kata قدمار
yang artinya layanan, karena yang dimaksud dari
kontens kalimatnya adalah mahasiswa yang ideal itu harus memenuhi 3
darma (layanan).
d. و خلقة و ثاقبة نشطة
و خلقة و ثقابة نشطة
Kata ثاقبة
ketika dicari dalam kamus tidak ditemukan, karena disini ada
kesalahan kata yaitu dari ثاقبةyang seharusnya ثقابةyang artinya adalah
inovatif (membuat trobosan baru), mahasiswa ideal harusnya bias kretif,
dan inovatif.
Berdasarkan data yang telah kami klasifikasikan bahwasannya
tingkat kesalahan pemilihan kata benda memiliki persentase paling sering
yaitu 46,2 %. Kemudian kesalahan persentase yang kedua (sering) terjadi
13[13] Maktabah samilah, furuuq al-lughowiyah, juz 1. Hal 501
pada pemilihan
kata sifat yaitu 30,8%. Sedangkan persentase kesalahan
ketiga (jarang) terjadi pada pemilihan kata kerja yaitu 23 %. Maka kami
prediksikan bahwasannya kesalahan yang akan paling sering dialami
mahasiswa dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda, kemudian
pemilihan kata sifat, dan kesalahan yang akan jarang terjadi adalah
kesalahan dalam pemilihan kata kerja.
3. Pembelajaran berbasis anakes
Dari analisis diatas, peniliti mencoba mengaplikasikan teradap
pembelajaran berbasis anakes tentang pemilitahn kata yang tepat.
Dilihat hari tujuan pembelajarannya disini
penliti menawarkan
untuk menggunakan metode terjemah, karena dalam pembelajaran ketika
menggunakan metode terjemah itu
bagaimana sesorang untuk memilah-
milah kata yang teat sesuai dengan kontennya, baik dalam pemilihan kta
sifat, kata benda dan kata kerja.
Kemudian jika diterapkan dalam tehnik pembelajarannya nantinya
menggunkann teknik
langsung, karena ketika ada kesalahan dalam
pemilihan kata, secara langsung untuk dibenarkan dengan cara bimbingan
guru, ataupun mencari kata-kata yang tepat dari kamus, maupun dari
teman sejawat. Kemudian memperbaiki dan mengganti kesalahan kesalahan
yang disesuaikan dengan kontennya.
F.
PENUTUP
a. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwasannya kesalahan
terbesar da
DIKSI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC
SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Diajukan Oleh:
RETNO DIAH RAHMAWATI
A 310 100 014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
ABSTRAK
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
Retno Diah Rahmawati. A 310 100 014. Markhamah dan
Sabardila. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ke
guruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 201
4. 69 halaman.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pe
milihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta,
(2) mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Objek peneliti
an dalam skripsi ini
adalah jenis dan latar belakang penggunaan diksi pa
da karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Data dalam pen
elitian ini adalah
kalimat yang mengandung diksi dalam karangan siswa
kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta, sedangkan sumber datanya
merupakan kalimatkalimat yang terdapat dalam karangan. Teknik pengum
pulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepust
akaan, simak, dan catat.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tekn
ik perluas dan metode padan
referensial. Hasil penelitian dapat disimpulkan pem
ilihan diksi ditemukan: (a)
bentuk kata khusus, (b) bentuk kata umum, (c) bentu
k kata bersinonim, (d) bentuk
kata idiom, (e) bentuk kata indera yang diklasifika
sikan dalam 4 macam: indera
peraba, indera penciuman, indera pendengaran, dan i
ndera penglihatan, (f)
bahasa asing, (g) bahasa daerah, dan (h) bentuk kat
a konotatif. Latar belakang
penggunaan diksi ditemukan: (a) konteks ibadah, (b)
konteks kegiatan, (c) konteks
seni, dan (d) konteks sifat.
Kata kunci
:
diksi, kata umum, idiom, latar belakang.
2
ANALISIS JENIS DAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN DIKSI
PADA KARANGAN SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 10
SURAKARTA
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan ses
eorang untuk
saling berinteraksi. Berbahasa yang baik harus memp
erhatikan beberapa hal, salah
satunya pilihan kata. Komunikasi menggunakan bahasa
merupakan alat yang
sangat penting bagi masyarakat manusia. Komunikasi
tidak dilakukan saat
bertatap muka saja, tetapi bisa lewat tulisan. Mere
ka yang terlibat dalam
komunikasi perlu menguasai kosa kata (perbendaharaa
n kata).
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergun
akan masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifik
asi diri. Wacana fiksi adalah
wacana yang bentuk dan isinya berorientasi pada ima
jinasi (Mulyana, 2005:54).
Salah satu contoh fiksi adalah karangan. Seseorang
dapat mengungkapkan
gagasan dan perasaannya melalui karangan. Bahasa ya
ng efektif dan komunikatif
dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Pes
an yang disampaikan
penulis melalui karyanya dapat disampaikan kepada p
embaca.
Kridalaksana dalam Markhamah (2010:149-150) menyata
kan diksi adalah
pilihan kata dan kejelasan lafal untuk menggambarka
n efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang
. Persoalan pilihan kata
menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata se
seorang. Persoalan
pendayagunaan kata mencakup dua persoalan pokok, ya
itu ketepatan dalam
memilih kata dan kesesuaian dalam menggunakan kata.
Bahasa dituntut memiliki
fungsi komunikatif.
Seseorang harus dapat memilih kata-kata yang akan d
igunakan dalam
berbahasa agar orang lain dapat memahaminya. Menuru
t Keraf (2004:24) pilihan
kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana
yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pen
gelompokkan kata-kata
3
yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana
yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Dik
si atau pilihan kata adalah
persoalan yang sangat perlu dipelajari. Orang yang
tidak mengerti diksi akan
terjerumus kedalam kesalahan yang fatal. Pilihan ka
ta atau diksi perlu
dipertimbangkan dalam merangkai kalimat-kalimat di
dalamnya.
Penelitian ini dilengkapi dengan tinjauan pustaka a
tau penelitian relevan
untuk mengetahuai keaslian karya ilmiah ini yaitu F
atimah (2011) meneliti
“Variasi Diksi dalam Kolom ‘Asal-Usul’ Koran
Kompas
Tulisan Harry Roesli”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diksi yang d
igunakan dalam kolom
“Asal- usul” tulisan Harry Roesli di Koran
Kompas
variatif, yakni menggunakan
(1) kata atau istilah yang kurang familiar bagi mas
yarakat umum dan hanya
mampu dipahami kaum terpelajar, (2) kata bentukan b
aru yang dibuat melalui
teknik afiksasi dan penggabungan kata sehingga terb
entuk kata baru yang
menimbulkan asosiasi jenaka, (3) kata slang yang di
bentuk atas dasar proses
penggantian dan penghilangan fonem, penambahan suku
kata, dan pembentukan
akronim yang sewenang-wenang, (4) bentuk plesetan s
ebagai satire dan kritik
sosial, (5) kata bermakna asosiasi, terutama asosia
si negatif, serta (6) idiomidiom.
Persamaan penelitian Fatimah (2011) dengan peneliti
an ini yaitu mengenai diksi.
Perbedaannya terletak pada objeknya saja. Penelitia
n yang peneliti lakukan adalah
meneliti karangan siswa. Penelitian Fatimah dilakuk
an pada media cetak, yaitu
koran.
Kurniawati (2012) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa Wacana Iklan pada
Majalah Nova Edisi Bulan September-Desember 2011”.
Hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan antara dik
si dan gaya bahasa merupakan
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok ti
daknya pemakaian kata, frase
atau klausa tertentu menghadapi situasi, (2) gaya b
ahasa bukan saja dipergunakan
untuk menyatakan makna mana yang perlu dipakai untu
k mengungkapkan suatu
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa
, ungkapan-ungkapan dan
sebagainya, (3) jadi kedua kalimat itu berbeda, gay
a bahasa mengungkapkan suatu
gagasan dan ungkapan-ungkapan diksi mempersoalkan c
ocok tidaknya pemakaian
4
kata, frase atau klausa. Persamaan penelitian Kurni
awati (2012) dengan penelitian
ini adalah mengenai diksi. Perbedaannya: penelitian
Kurniawati difokuskan pada
pengkajian diksi dan gaya bahasa, sedangkan penelit
ian ini fokus pada pengkajian
diksi saja.
Puspitasari (2012) meneliti “
Analisis Diksi dan Variasi Kalimat dalam
Rubrik Zodiac pada Majalah Keren Beken! Edisi Oktob
er 2011”.
Hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan: (1) jenis diksi pada wa
cana zodiac majalah
Keren
Beken
! edisi Oktober 2011 dapat dikelompokkan sebagai be
rikut: a) pemakaian
kata tutur, b) pemakaian kata indria yaitu indria p
englihatan dan indria perasa, c)
pemakaian istilah asing, dan d) pemakaian makna yai
tu makna konotasi dan
makna denotasi, (2) jenis kalimat dalam rubrik zodi
ac pada majalah
Keren Beken
!
edisi Oktober 2011 dikelompokkan sebagai berikut: a
) kalimat berita, b) kalimat
tanya, dan c) kalimat perintah yang meliputi kalima
t perintah ajakan, kalimat
perintah larangan dan kalimat perintah biasa. Persa
maan penelitian Puspitasari
dengan penelitian ini adalah mengenai diksi. Perbed
aannya: penelitian Puspitasari
mengakaji mengenai diksi dan variasi kalimat, sedan
gkan penelitian ini mengkaji
mengenai diksi.
Susilowati (2012) meneliti “Diksi dan Gaya Bahasa p
ada Puisi Karangan
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Cawas”. Hasil penelit
ian tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada pemakaian diksi pada makna ka
ta denotatif, penggunaan
makna konotasi, pemakaian kata umum dan kata khusus
, penggunaan kata konkret
dan kata abstrak, penggunaan diksi pemakaian kata a
tau istilah asing, penggunaan
diksi pemakaian indra dan penggunaan kata berstrukt
ur leksikal sinonimi dan
antonym, penggunaan gaya bahasa metafora, gaya baha
sa perumpamaan epos,
gaya bahasa personifikasi, metonimia dan alegori, d
an gaya bahasa sinekdoki.
Persamaan penelitian Susilowati (2012) dengan penel
itian ini terletak pada
objeknya, yaitu karangan siswa. Perbedaannya peneli
tian Susilowati juga
memfokuskan penelitiannya pada gaya bahasa. Penelit
ian ini fokus pada diksi
saja.
5
Isroin (2013) meneliti “
Diksi dan Gaya Bahasa pada Karangan Siswa
Kelas X SMA Islam Karangrayung, Kabupaten Grobogan
Tahun Ajaran 2011”.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan berupa:
(1) bentuk pemakaian diksi,
meliputi: (a) kata tutur, (b) kata indria penglihat
an, (c) indria penciuman, (d)
perubahan makna, (e) istilah asing, (2) bentuk pema
kaian gaya bahasa, meliputi:
(a) gaya bahasa mulia dan bertenaga, (b) berdasarka
n struktur kalimat. Persamaan
penelitian Isroin (2013) dengan penelitian ini adal
ah terletak pada objeknya.
Perbedaannya terletak pada sumber data yang diperol
eh. Penelitian Isroin tidak
memfokuskan pada diksi saja, tetapi ia juga menelit
i gaya bahasa yang terdapat
pada objeknya.
Berdasarkan uraian sebelumnya dirumuskan dua permas
alahan, yaitu (1)
bagaimana pemilihan diksi yang terdapat pada karang
an siswa kelas VIIIC SMP
Muhammadiyah 10 Surakarta? (2) apa yang melatarbela
kangi penggunaan diksi
pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhammadiyah 10
Surakarta? Tujuan
yang dicapai pada penelitian ini adalah (1) mendesk
ripsikan pemilihan diksi yang
terdapat pada karangan siswa kelas VIIIC SMP Muhamm
adiyah 10 Surakarta, (2)
mendeskripsikan latar belakang penggunaan diksi pad
a karangan siswa kelas
VIIIC SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis dan m
anfaat teoretis. Manfaat
praktis pada penelitian ini adalah (1) diharapkan m
ampu memberi sumbangan
terhadap perkembangan pembelajaran Bahasa Indonesia
, (2) diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai kajian sintaksis, yai
tu tentang diksi, (3) pembaca
dapat menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah pengg
unaan bahasa. Manfaat
teoretis dalam penelitian ini adalah (1) mengembang
kan ilmu pengetahuan
dibidang sintaksis, (2) menjadi tambahan referensi
bagi peneliti-peneliti
berikutnya, (3) diharapkan dapat memberikan sumbang
sih pengetahuan tentang
pemilihan dan latar belakang penggunaan diksi.
6
METODE PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah dan tujuan penelitian yang
akan dicapai, maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian in
i adalah deskriptif dengan
metode kualitatif. Penelitian ini bersifat deskript
if kualitatif karena data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan ang
ka-angka (Moleong, 2004:
27). Penelitian bersifat deskriptif karena lebih me
mentingkan proses daripada
hasil. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsik
an objek yang akan diteliti
yaitu mengenai analisis pemilihan dan latar belakan
g penggunaan diksi pada
karangan siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.
Pengumpulan data adalah tahapan yang paling penting
dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik
kepustakaan, simak dan catat. Teknik simak dan tekn
ik catat berarti peneliti
sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara
cermat, terarah dan teliti
terhadap sumber data primer (Al-Ma’ruf, 2011:12). T
eknik simak adalah
penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data
pengguna bahasa
(Sudaryanto, 1993:133).
Data perlu dicermati kesahihan dan keabsahannya seb
elum menjadi
landasan dalam penarikan kesimpulan. Penelitian ini
menggunakan teknik
triangulasi untuk menguji keabsahan data. Metode tr
iangulasi digunakan dalam
penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatk
an pengukuran validitas dan
memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan me
mbandingkan pendekatan
yang berbeda.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dat
a kualitatif. Data yang
sudah terkumpul dianalisis menggunakan metode padan
referensial pada tujuan
pertama dan teknik perluas untuk tujuan kedua. Meto
de padan alat penentunya
tidak menjadi bagian dari bahasa (
language
) yang bersangkutan. Sudaryanto
(1993:55) mengemukakan bahwa teknik perluas itu ada
lah untuk menentukan
segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual
tertentu.
ANALISIS KESALAHAN DIKSI DALAM KARANGAN SISWAKELAS VI SD NEGERI 1
PEUSANGAN SELATANKABUPATEN BIREUEN
1.
Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatika antara lain kata, frase, klausadan kalimat. Kata
merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tatarantertinggi. Begitu pula ketika
mengarang, kata merupakan kunci utama membentuk karangan. Oleh karena itu, Sejumlah kata
dalam Bahasa Indonesia harus dipahamiagar ide maupun pesan seseorang dapat dimengerti.
Dalam kenyataannya, kata-katayang digunakan untuk berkomonikasi harus dipahami dalam
konteks kalimat, alineamaupun wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan
dengansewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus mengikuti kaidah-kaidahyang
benar.Karangan dipelajari siswa di Sekolah Dasar melalui mata pelajaran bahasa.Penulisan
karangan memerlukan pengetahuan yang cukup luas karena pada dasarnyamengarang adalah
menyusun ribuan pikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimatyang di dalamnya terdapat
rangkaian kata-kata. Karangan dikatakan baik kalaubahasanya tersusun baik serta ide yang
diuraikan berurutan dengan pilihan kata yangtepat. Dengan demikian, orang yang membaca
karangan itu akan dapat memahami jalan pikiran dan perasaan pengarang. Mengarang yang baik
tidak akan datangdengan sendirinya karena mengarang atau menulis membutuhkan
ketekunan,keuletan, dan latihan terprogram serta terpimpin agar tercapai tujuan
yangdiinginkan
.
You're reading a free preview.
Pages 2 to 10 are not shown in this preview.
Alea tiethyuuth Erza
Beranda
Daily Calendar
Mengenai Saya
alya naim erza
Lihat profil lengkapku
Fish
Diberdayakan oleh Blogger.
ANALISIS KESALAHAN TERHADAP KESESUAIAN PEMILIHAN DIKSI
MADING MAHASISWA PBA SEMESTER VI PERIODE 2011/2012
oleh: aliyatunnaim (09.11.00171)
Abstrak
Diketahui bahwa bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal,
yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa,
kalimat. Ketika menulis berbicara, kata adalah kunci pokok dalam
membentuk tulisan maupun ucapan dalam belajar bahasa arab kita harus
memahami kata-kata tersebut sesuai denga konten isinya.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata, gaya bahasa, ungkapanungkapan pengarang untuk mengungkapkan sebuah cerita. Walaupun
dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau
mengungkapkan gagasan penulis, tetapi juga meliputi gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan yang tepat.
Adanya penelitian ini bertujuan untuk mennganalisis kesalahan dalam
pemilihan kata (diksi) terhadap tulisan mahasiswa, menemukan kesalahan
yang paling dominan dalam tulisannya. Metode yang digunakan untuk
analisis data adalah metode agih atau distribusional dengan teknik ganti
dan penyajian datanya dengan tanda asterisk (*)
Dari hasil analisis data terhadap analisis kesalahan pemilihan kata
adalah kata benda memiliki persentase 46,2 %. pemilihan
kata sifat
memiliki presentase 30,8%. dan pemilihan kata kerja memiliki presentase
yaitu 23 %. Maka kesalahan yang akan paling sering dialami mahasiswa
dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda.
Kata kunci: Analisis kesalahan, diksi
A.
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi dan kerja sama yang paling efektif
dalam berkomunikasi. Dengan demikian bahasa memiliki peran penting
dalam kehidupan sehari-hari. Peran bahasa harus difahami sebagai bentuk
praktis
dalam
penggunaan
bahasa
tersebut
dalam
berbagai
ranah
kehidupan dengan taat asas berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena
itu penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan asas berbahasa yang baik
dan benar disebut sebagai kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa sering terjadi dikalangan pembelajar bahasa
Asing. Baik pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik.
Kesalahan tersebut bukan saja disebabkan oleh interferensi atau transfer
dari bahasa pertama, akan tetapi mungkin juga disebabkan oleh strategi
belajar, bingung, model penganjaran dari guru yang salah, penjelasan yang
keliru dari guru, interferensi dari bahasa secara sendiri, dan adapula
kesalahan yang merupakan masa transisi dari bahasa pertama ke bahasa
kedua.
Oleh karena itu diperlukan sebuah metode yang digunakan untuk
menjelaskan kesalahan pembelajar. Metode tersebut disebut metode
analisis
kesalahan berbahasa.
Manfaat
praktis
dari
metode
analisis
kesalahan berbahasa adalah untuk memperbaiki kesalahan berbahasa
pembelajar atau bias juga bagi guru sebagai alat penjelasan kesalahan
tersebut.
Sedangkan
manfaat
teoritisnya
adalah
untuk
memberikan
landasan yang kuat tentang bahasa anak atau bahasa perolehan dalam
menguasai bahasa ibunya sendiri.
Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan
dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat
terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa
dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik
yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada
sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan
berbahasa ini.
Dalam
makalah
ini
lebih
difokuskan
untuk
mendeskripsikan
kesalahan pada level pemilihan diksi dalam bahasa Arab terutama pada
pemilihan kata benda, kata kerja, dan kata sifat, frekuensi serta penyebab
terjadinya kesalahan, serta prediksi kesalahan penggunaannya. Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai acuan bagi mahasiswa PBA khususnya
calon guru bahasa Arab, agar dapat mengaplikasikan disiplin ilmu yang
dipelajarinya. Memprediksi sekaligus mengoreksi kesalahan berbahasa
siswa yang mencakup bidang semantiknya terutama dalam kaitannya
dengan pemilihan diksi atau leksikal.
B.
ANALISIS KESALAHAN
1.
Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Terdapat dua ukuran
dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu: pertama, berkaitan dengan
faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam
berkomunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan
apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain,
kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan
media
apa
(tatap
muka,
telepon,
surat,
kawat,
buku,
koran,
dan
sebagainya), dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara,
laporan,
lamaran
kerja,
pernyataan
cinta,
dan
sebagainya).
Kedua,
berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang dikenal dengan
istilah
tata
bahasa.
Jadi,
kesimpulannya
kesalahan
bahasa
adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang
dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa.
Kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajarmengajar, baik belajar secara formal maupun secara tidak formal.
Pengalaman guru di lapangan menunjukkkan bahwa kesalahan berbahasa
itu tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2, tetapi juga oleh
siswa yang mempelajari B1. Kesalahan berbahasa yang terjadi atau
dilakukan dalam suatu proses belajar-mengajar mngaplikasikan tujuan
pengajaran bahasa belum tercapai secara maksimal. Semakin tinggi
kuantitas kesalahan berbahasa itu, semakin sedikit tujuan pengajaran
bahasa yang tercapai. Kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa
harus dikurangi sampai ke batas minimal, bahkan diusahakan dihilangkan
sama sekali. Hal ini dapat tercapai jika guru pengajar bahasa telah
mengkaji secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa
itu.1[1]
2. Penyebab Kesalahan Berbahasa
Pangkal
menggunakan
penyebab
bahasa
kesalahan
yang
bahasa
bersangkutan
ada
pada
orang
yang
bukan
pada
bahasa
yang
digunakannya. Ada tiga (3) kemungkinan penyebab seseorang dapat salah
dalam berbahasa, antara lain sebagai berikut:
pertama, terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya.
Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi
bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang
sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan
terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2.
Kedua, kekurangfahaman pemakai bahasa terhadap bahasa
yang dipakainya. Kesalahan yang merefeksikan ciri-ciri umum kaidah
bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah satu keliru menerapkan
kaidah bahasa. Misalnya: kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa
1[1] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-12
secara
tidak
sempurna,
dan
kegagalan
mempelajari
kondisi-kondisi
penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan
istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan ini disebabkan
oleh: (a) penyamarataan berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatasan kaidah,
(c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan
konsep
Ketiga, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang
sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang
dilatihkan
dan
cara
pelaksanaan
pengajaran.
Bahan
pengajaran
menyangkut masalah sumber bahan, pemilihan bahan, penyusunan bahan,
pengurutan bahan, dan penekanan bahan. Cara pengajaran menyangkut
masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian,
intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam
pengajaran.2[2]
3. Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu prosedur kerja.
Sebagai suatu prosedur kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa
memiliki langkah-langkah kerja tertentu. Langkah-langkah kerja tertentu
tersebut selanjutnya dianggap sebagai metodologi analisis kesalahan
berbahasa.
Adapun dalam kesempatan kali ini, metode analisis kesalahan
berbahasa yang dipilih atau digunakan adalah metode alternatif. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.
Mengumpulkan data
2.
Mengidentifikasi kesalahan
3.
Mengklasifikasi kesalahan
4.
Menjelaskan kesalahan dan memberi contoh yang benar
5.
Merangking kesalahan
6.
Mencari penyebab kesalahan
2[2] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 10-11
7.
Memprediksi kesalahan
8.
Terapi/evaluasi/koreksikesalahan: solusi dalam pembelajaran bahasa. 3
[3]
C.
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Semantik
Semantik merupakan cabang ilmu yang mempelajari makna menurut
palmer.
Sedangkan
menurut
kridalaksana,
semantik
mempunyai
pengertian:.
a.
Bagian dari skruktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari
ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara
b. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa
pada umumnya
Semantik merupakan suatu komponen yang terdapat dalam linguistic.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa makna menjadikan bagian dari
bahasa. Seperti halnya komponen bunyi dan gra matikal, makna merupakan
komponen yang menduduki tingkatan tertentu pula. Kebanyakan linguis
baik secara eksplisit maupun implicit, menerima bahwa komponen bunyi
menduduki tingkat pertama, gramatikal tingkat kedua, makna menduduki
tingkat terakhir. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dipahami
karena hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa:
a. Bahasa pada mulanya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada
lambang-lambang tertentu,
b. Lambang-lambang merupakan sistem yang memilki tatanan atau hubungan
tertentu,
c.
Seperangkat
lambing
yang
memilki
bentuk
dan
hubungan
itu
mengasosiasikan adanya makna tertentu (palmer).
Objek studi semantik adalah bahasa dengan berbagai komponen dan
tatarannya. Komponen bahasa adalah leksikon atau kosakata dari bahasa
tersebut, sedangkan tatanan bahasa adalah fonologi dan gramatika atau
tata bahasa yang mencakup tataran morfologi dan sintaksis.
3[3] Khabibi Muhammad Luthfi, Power point (Anakon&Anakes 10).
Jenis semantik yang kita kenal
yaitu semantik leksikal, semantik
gramatikal, semantik kalimat, dsb. Kita menghadapi semantik leksikal
apabila yang menjadi objek kajian itu berupa leksikon bahasa tersebut.
Dalam semantik leksikal dibicarakan makna leksem-leksem bahasa yang
bermakna. Oleh karena itu makna yang ada dalam leksem-leksem itu pun
disebut makna leksikal. Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa
sebagai lambang-lambang benda, peristiwa, dll. Makna leksikal dipunyai
unsur-unsur bahasa lepas dri penggunaan atau konteksnya.
Sedangkan
makna gramatikal adalah makna yang didalamnya terdapat tataran
gramatikal. 4[4]
2. Diksi
1.
Pengertian Diksi
Dalam KBBI diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras
dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa
penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya,
termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang
ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa
makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat.
Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika
digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan
efek agar sesuai.
2. Syarat-Syarat Pemilihan Kata
1. Makna Denotatif dan Konotatif
4[4] Sarwiji Suwandi, serbalinguistik mengupas perbagai praktik
berbahasa, (Surakarta: Upt UNS press, 2010), hal.61-62
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.
Makna denotatif sering disebut makna konseptual. Misalnya, kata makan
yang bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah dan ditelan.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan
pada sebuah makna konseptual. Kata makan pada makna konotatif berarti
untung atau pukul. Makna konotatif selalu berubah dari zaman ke zaman.
Contoh lainnya misalnya kamar kecil dapat bermakna konotatif jamban,
sedangkan makna denotative adalah kamar yang kecil.
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Kata khusus adalah
kata yang acuannya lebih sempit atau khusus. Misalnya ikan termasuk kata
umum, sedangkan kata khusus dari ikan adalah mujair, lele, gurami, gabus,
koi. Contoh lainnya misalnya lele dapat menjadi kata umum, jika kata
khususnya adalah lele lokal, lele dumbo.
3. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata
konkrit
adalah
kata
yang
acuannya
dapat
diserap
oleh
pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara.
Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh
pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara
halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata
abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan
tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Misalnya kata cermat dan
cerdik yang keduanya bersinonim, tetapi keduanya tidaklah sama persis.
5. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan
oleh kaum pelajar dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan
ilmiah seperti karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi.
Selain itu digunakan pada acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang
biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum. Contoh
dari kata- kata (Analogi – kiasan, Final - akhir , Bibliograf - daftar pustaka) 5
[5]
4. Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama,
masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan
atau
ide.
Kedua,
masalah
kesesuaian
atau
kecocokan
dalam
mempergunakan kata tersebut.
Menurut keraf “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata untuk
menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut
makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis,
memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan
makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan
antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya. Seandainya kita dapat
memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan
mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau
pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa
dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan
secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa
5[5] http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau
perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih katakata yang tepat.
Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut:
a.
Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan
konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam
ejaannya,
seperti
:bawa-bawah,
koorperasi-korporasi,
interfensi-
interferensi.
b.
Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal
yang belum diterima di masyarakat.
c.
Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau
bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiomidiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d.
Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara
idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap,
membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut
sesuatu.
e.
Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f.
Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
5. Kata dan Gagasan
Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para
linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada
batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para
tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kataadalah satuan bahasan
yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit
oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan
struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata
yang dibuat Bloomfield sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil.
Rangkaian kata-kata yang paling penting adalah pengertian yang
tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam
berkomunikasi
harus
saling
memahami
atau
saling
mengerti,
baik
pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata
itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan
atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf, Katakata ibarat ”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki
“jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat
menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat
digunakannya.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang
yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang
dikuasai
seseorang,
semakin
banyak
ide
atau
gagasan
yang
bisa
diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa
mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Seringmkita sering
tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang
menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
6. Pilihan Kata
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-katayang cocok dan
tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga
menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam
konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran),
ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata
dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang
khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan
digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya
ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih
kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya.
Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa
menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama
artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata
turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang
yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata
tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata
itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak
menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui
ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari katakata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf diksi adalah :
a.
Mencakup pengertian kata-kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan, cara menggabungkan kata-kata. Yang tepat, dan gaya yang paling
baik digunakan dalam situasi tertentu.
b. Kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar atau pembaca.
c.
Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
kosakata yang banyak.
7. Makna Kata dan Jenisnya
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek,
yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa
adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun
dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon
dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus
aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan
timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata
pergi
merupakan
bentuk
atau
ekspresi
dan
isinya
atau
maknanya
merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang
diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya.
Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata
kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa
ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk
dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna
denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa
digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan
interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna
denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna
ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf). Disebut
makna
denotasional,
konseptual,
referensial
dan
ideasional,
karena
maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu
referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan
kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati
dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata
bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna
konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin
karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena
masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti: gaji-gaji, darah-dara,
interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna
denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah
kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah
kata
dengan
ciri-ciri
atau
perwatakan
tertentu
dari
barang
yang
diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna
konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah
suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai
emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai
pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun,
peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmian
sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh
bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian
pesan
atau
amanat
memperhatikan
itu
terasa
keakuratan
indah.
informasi
Pada
dan
karangan
kelogisan
ini
makna.
kurang
Dalam
menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan
secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan
penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus
menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan
bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh
pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya
8. Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi
pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk
mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan,
bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi
(bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman
(waktu), melainkan disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan
berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi
pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain
masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal
yang
bersifat
nasional
(masalah
tempat),
terkenal,
dan
sementara
belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah,
yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata
yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI
mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahagia; 2.
kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka
berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni,
merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-
tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak
dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih
tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.6[6]
3. Kesalahan Pemilihan Kata atau Diksi
Sebuah
kata
mengemban
kalimat/tuturan karena
peran
yang
penting
dalam
sebuah
arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun
dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata
maka akan terjadi pergeseran
diinginkan oleh penulisnya.
arti/makna kalimat, tidak sebagaimana
Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan
menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan
akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur
kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang
sebenarnya.
Pilihan
kata
yang
tidak
tepat
sering
penggunaannya
divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat
seperti tidak bermasalah, jika hanya dicermati sekilas saja. Contoh: mantan
dan bekas, busana dan baju, jam dan pukul dan lain-lain.7[7]
D. METODE PENELITIAN
1.
Data dan Pengumpulan Data
Dalam makalah ini data yang digunakan adalah data natural 8[8] yang
berbentuk tulisan yang berasal dari mading mahasiswa PBA VI A yang telah
dipublikasikan oleh divisi Shihafah HMPS PBA periode 2011/2012. Karena
data
ini
berupa
mengumpulkannya
data
pustaka
adalah
maka
teknik
teknik
shearcing.
yang digunakan untuk
Dengan
mengidentifikasi kata yang terdapat dalam mading
mencari
dan
yang tidak sesuai
dengan makna yang tertera dalam kamus. Kemudian dari sejumlah kata
6[6] http://capungtempur.blogspot.com/2010/10/diksi-pengertian-diksiadalah-pilihan.html (diakses pada tgl 27/06/2012)
7[7] Nanik Setyawati, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (Teori
dan Praktek), (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), cet. Pertama, hlm. 72-73
8[8] Data yg diperolh stlah adanya tindakan.
yang diperoleh, kami mengelompokkannya sesuai dengan tiga klasifikasi
pada fokus penelitian kami yaitu klasifikasi kata benda, kata kerja, dan kata
sifat.
2. Analisis Data
Setelah data diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai dengan fokus
penelitian, langkah selanjutnya adalah menganalisis data 9[9]
tersebut.
Metode analisis data yang digunakan adalah satu dari dua jenis metode
analisis data menurut letak alat penentunya 10[10] yaitu metode agih atau
distribusional. Dari satuan kebahasaan yang berupa leksikal dalam bahasa
Arab
yang
kami
teliti,
kami
analisis
dengan
menggunakan
satuan
kebahasaan atau leksikal lain dalam bahasa Arab pula.
Adapun teknik yang digunakan adalah teknik ganti yang biasa pula
disebut dengan istilah (teknik) distribusi (Verhaar, 1981) 11[11]. Dalam
menganalisis kesalahan leksikal bahasa Arab yang telah dklasifikasikan
berdasarkan kata benda, kata kerja, ataupun kata sifat kami langsung
menggantinya dengan leksikal yang berupa kata benda, kata kerja, ataupun
9[9] Analisis data merupakan upaya sang penelii menangani langsung
masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993). Tri Mastoyo Jati
Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa, (Yogyakarta: Penerbit
Carasvatibooks, 2007), hlm. 47.
10[10] Metode analisis data dapat dipilah menjadi dua jenis menurut
letak alat penentunya, yaitu metode padan dan metode agih. Metode padan
adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas,
dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan atau
diteliti (Sudaryanto, 1993). Sedangkan metode agih adalah metode analisis
yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang
diteliti. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian Bahasa,…….,
hlm. 47-54.
11[11] Teknik ganti adalah teknik analisis data dengan cara mengganti
satuan kebahasaan tertentu di dalam suatu konstruksi yang bersangkutan.
Teknik ganti itu berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau
kategori satuan kebahasaan yang terganti dengan satuan kebahasaan
penggantinya. Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar Metode Penelitian
Bahasa,……., hlm. 58.
kata sifat lain dalam bahasa Arab yang lebih sesuai dengan makna yang
diharapkan. Sebagaimana beberapa contoh di bawah ini12[12]:
a.
*يجرؤ على التعبيرعنن النية والغرض من قلبه
b. *الذي يعرف الحياء
c.
* و خلقة و ثاقبة نشطة
d. *الطلب الذين يستوفون بثلثا دراما
Dengan menerapkan teknik ganti, dapat diketahui bahwa kata يجرؤ
dapat digantikan dengan kata يعرف, شجاعةdapat digantikan dengan kata يكون,
kata
دراماdapat digantikan dengan kata
قدمار, kata
ثاقبةdapat digantikan
dengan kata ثقابة.
Dari kalimat diatas memiliki makna sebagai berikut:
a.
Berani mengutarakan maksud dan tujuan hatinya
b. Mempunyai rasa malu
c.
Giat, Kreatif, dan inovatif
d. Mahasiswa yang memenuhi 3 darna mahasiswa
3. Penyajian Data
Penyajian data ini saya berikan agar pembaca mengetahui letak
ksalahan yang akan saya perbarui dengan menggunakan tanda asterisk
(*…), jadi dengan tanda asterisk ini sebagai tanda bahwa terdapat
kesalahan dalam kalimat tersebut.
Contoh: * و خلقة و ثاقبة نشطة
E.
ANALISIS KESALAHAN TERHADAP PEMILIHAN DIKSI
1.
Hasil Penelitian
Di dalam makalah ini data yang dianalisis adalah kesalahan
pemilihan kata yang digunakan oleh mahasiswa PBA VI A dalam menyusun
sebuah mading. Kesalahan tersebut dikelompokkan ke dalam 3 kesalahan
12[12] Tanda (*) menunjukkan terdapat kesalahan pemilihan kata
dalam kalimat tersebut.
dalam pemilihan diksi dalam bahasa Arab, yakni kesalahan dalam pemilihan
kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Berdasarkan data yang dianalisis diperoleh jumlah keseluruhan
kesalahan pemilihan diksi sebanyak 13 sebagaimana table berikut ini:
No
Pemilihan diksi
Jumlah Kesalahan
Persentase
.
(%)
Kata Benda
6
46,2
2
Kata Kerja
3
23
3
Kata Sifat
4
30,8
Jumlah
13
100
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kesalahan pemilihan diksi
1.
pada level kata benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang
paling besar. Kesalahan terbesar kedua adalah kesalahan pemilihan diksi
pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan yang paling
rendah adalah kesalahan pemilihan diksi pada level kata kerja mencapai 23
%.
2. Pembahasan
Dari penelitian di atas, kesalahan pemilihan diksi pada level kata
benda yang mencapai 46,2 % merupakan kesalahan yang menempati urutan
pertama. Kesalahan terbesar urutan kedua adalah kesalahan pemilihan
diksi pada level kata sifat mencapai 30,8%. Sedangkan kesalahan ketiga
yang merupakan kesalahan paling rendah adalah kesalahan pemilihan diksi
pada level kata kerja yaitu 23 %.
Kesalahan pemilihan diksi yang terdapat dalam mading PBA VI A
terjadi
karena
kekurangfahaman
mahasiswa
terhadap
bahasa
yang
dipakainya (intralingual error). Mahasiswa cenderung memahami arti kata
yang terdapat dalam bahasa Arab pada sebatas artinya saja. Mahasiswa
belum bisa memahami arti kata sesuai dengan makna kata secara lepas
diluar konteks kalimatnya. Sebagaimana contoh berikut ini
a.
*يجرؤ على النية والغرض من قلبه
شجاعة على النية والغرض من قلبه
Kata
يجرؤdalam kalimat di atas tidak tepat karena tidak sesuai dengan
makna yang diinginkan. Kata يجرؤmemiliki arti berani, dalam artian berani
disini adalah berani melawan(hal negative) Sedangkan kata شجاعةmemilki
makna berani. Dalam konteksnya memikili arti yaitu seorang yang ideal
adalah berani untuk mengungkapkan maksud dan tujuan
apa yang ada
dihatinya dengan berbagai cara.
b.
*الذي يعرف الحياء
الذي يكون بالحياء
Kata يعرفpada kalimat yang diartikan yang tahu malu kurang tepat karena,
يعرفmemiliki arti ]13[13 إدارك البسائط والجزئياتyang dimaksud dengan tahu malu
dalam hal ini adalah tidak hanya sekedar mengetahui atau mengenal malu,
akan tetapi juga mempunyi/memiliki rasa malu. Sehingga penggunaan kata
يشعرlebih cocok.
c.
*الطلب الذين يستوفون بثلثا دراما
الطلب الذين يستوفون بثلثا قدمار.
Kata دراماdalam kalimat di atas tidak tepat karena kata darna adalah istilah
jawa dan perlu diindonesiakan lagi, maka ketika diterjemahkan munculnya
kata darma tidak sesuai dengan makna yang diinginkan. Maka peneliti
mengambil Kata قدمار
yang artinya layanan, karena yang dimaksud dari
kontens kalimatnya adalah mahasiswa yang ideal itu harus memenuhi 3
darma (layanan).
d. و خلقة و ثاقبة نشطة
و خلقة و ثقابة نشطة
Kata ثاقبة
ketika dicari dalam kamus tidak ditemukan, karena disini ada
kesalahan kata yaitu dari ثاقبةyang seharusnya ثقابةyang artinya adalah
inovatif (membuat trobosan baru), mahasiswa ideal harusnya bias kretif,
dan inovatif.
Berdasarkan data yang telah kami klasifikasikan bahwasannya
tingkat kesalahan pemilihan kata benda memiliki persentase paling sering
yaitu 46,2 %. Kemudian kesalahan persentase yang kedua (sering) terjadi
13[13] Maktabah samilah, furuuq al-lughowiyah, juz 1. Hal 501
pada pemilihan
kata sifat yaitu 30,8%. Sedangkan persentase kesalahan
ketiga (jarang) terjadi pada pemilihan kata kerja yaitu 23 %. Maka kami
prediksikan bahwasannya kesalahan yang akan paling sering dialami
mahasiswa dalam memilih diksi adalah pemilihan kata benda, kemudian
pemilihan kata sifat, dan kesalahan yang akan jarang terjadi adalah
kesalahan dalam pemilihan kata kerja.
3. Pembelajaran berbasis anakes
Dari analisis diatas, peniliti mencoba mengaplikasikan teradap
pembelajaran berbasis anakes tentang pemilitahn kata yang tepat.
Dilihat hari tujuan pembelajarannya disini
penliti menawarkan
untuk menggunakan metode terjemah, karena dalam pembelajaran ketika
menggunakan metode terjemah itu
bagaimana sesorang untuk memilah-
milah kata yang teat sesuai dengan kontennya, baik dalam pemilihan kta
sifat, kata benda dan kata kerja.
Kemudian jika diterapkan dalam tehnik pembelajarannya nantinya
menggunkann teknik
langsung, karena ketika ada kesalahan dalam
pemilihan kata, secara langsung untuk dibenarkan dengan cara bimbingan
guru, ataupun mencari kata-kata yang tepat dari kamus, maupun dari
teman sejawat. Kemudian memperbaiki dan mengganti kesalahan kesalahan
yang disesuaikan dengan kontennya.
F.
PENUTUP
a. Kesimpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwasannya kesalahan
terbesar da