Pemanfaatan Limbah Ikan Tongkol Dihidrol (3)

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN TONGKOL YANG DIHIDROLISIS
DENGAN ENZIM BROMELIN DAN POLLARD FERMENTASI
SEBAGAI BAHAN BAKU KONSENTRAT DITINJAU DARI
KONSUMSI PAKAN DAN KONSUMSI AIR MINUM PUYUH

SKRIPSI

Oleh
DWI EKA JULIA
D1E010154

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
PURWOKERTO
2014
1

PEMANFAATAN LIMBAH IKAN TONGKOL YANG DIHIDROLISIS
DENGAN ENZIM BROMELIN DAN POLLARD FERMENTASI SEBAGAI
BAHAN BAKU KONSENTRAT DITINJAU DARI KONSUMSI PAKAN

DAN KONSUMSI AIR MINUM PUYUH

SKRIPSI

Oleh
DWI EKA JULIA
D1E010154

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
PURWOKERTO
2014
2


SKRIPSI
PEMANFAATAN LIMBAH IKAN TONGKOL YANG DIHIDROLISIS
DENGAN ENZIM BROMELIN DAN POLLARD FERMENTASI SEBAGAI
BAHAN BAKU KONSENTRAT DITINJAU DARI KONSUMSI PAKAN
DAN KONSUMSI AIR MINUM PUYUH

Oleh :
DWI EKA JULIA
D1E010154

Diterima dan disetujui
Pada tanggal : ……………………….

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Sigit Mugiyono, M.S.
NIP. 19560826 198303 1 001


Dr. Ir. Ning Iriyanti, M.P.
NIP. 19640311 198903 2 002

Mengetahui,
Dekan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr.
NIP. 19690128 199403 1 004
2

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Dwi Eka Julia

NIM

: D1E010154


Judul Skripsi

: Pemanfaatan Limbah Ikan Tongkol yang Dihidrolisis
dengan Enzim Bromelin dan Pollard Fermentasi sebagai
Bahan Baku Konsentrat Ditinjau dari Konsumsi Pakan dan
Konsumsi Air Minum Puyuh.

Saya menyatakan bahwa skripsi tersebut bebas plagiat. Apabila dikemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi tersebut maka saya bersedia menerima
konsekuensinya sesuai Peraturan Perundang-undangan (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi).
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan.

Purwokerto,

Dwi Eka Julia
D1E010154


3

2014

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Ikan Tongkol yang Dihidrolisis dengan
Enzim Bromelin dan Pollard Fermentasi sebagai Bahan Baku Konsentrat Ditinjau
dari Konsumsi Pakan dan Konsumsi Air Minum Puyuh”.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir yang wajib ditempuh di
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto dan didasari
atas kegiatan penelitian yang telah dilakukan di Eksperimental Farm Fakultas
Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Proses penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, MSc.agr selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.


2.

Bapak Ir. Sigit Mugiyono, M.S selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Ir.
Ning Iriyanti, MP selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan dan segala
kemudahan yang diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan
skripsi.

3.

Bapak Ir. Endro Yuwono, MS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman.

4.

Ibu drh. Hj. Sri Hastuti, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingannya untuk kemajuan penulis.

4


5.

Ketua Pengelola Sub Stasiun Percobaan (EXFARM) dan Kepala
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak

Fakultas Peternakan

Universitas Jenderal Soedirman beserta staff yang telah memberikan ijin dan
bantuannya selama penelitian.
6.

Bapak Artam beserta keluarga yang telah memberikan bantuan selama
penelitian.

7.

Bapak Tukran dan Ibu Misaroh yang telah membimbing dan mendidik
dengan penuh kasih sayang, serta keluarga besar tercinta atas doa dan motivasi
yang telah diberikan.


8.

Sahabat-sahabat terbaik (Laeli, Nudiya, Dini, Fitria dan Novita) serta
sahabat penghuni Wisma Siti Hajar (Sinta, Deby, Mutt, Dini, Mey dan Lutfi)
yang telah menjadi keluarga kecil terbaik selama masa perkuliahan.

9.

Teman penlitian (Novita, Mba Fitri dan Mba Nuari) atas kerjasama dan
pengertiannya selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
demi perkembangan dunia peternakan.

Purwokerto, Mei 2014

Penulis,

5


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

ix

RINGKASAN ...............................................................................................

x

SUMMARY...................................................................................................

xi

I. PENDAHULUAN .....................................................................................


1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................

2

1.3. Hipotesis .................................................................................................

4

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................

4

1.5. Manfaat Penelitian...................................................................................


5

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

6

2.1. Limbah Ikan Tongkol Hidrolisis dan Enzim Bromelin...........................

6

2.2. Pollard Fermentasi .................................................................................

8

2.3. Konsumsi Pakan ....................................................................................

9

2.4. Konsumsi Air Minum ............................................................................

10

III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS............................................

12

3.1. Metode Penelitian....................................................................................

12

3.2. Metode Analisis.......................................................................................

14

3.3. Tata Urutan Kerja....................................................................................

16

3.4. Waktu dan Tempat...................................................................................

18

6

Halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

19

4.1. Konsumsi Pakan .....................................................................................

19

4.2. Konsumsi Air Minum .............................................................................

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

26

5.1. Kesimpulan..............................................................................................

26

5.2. Saran........................................................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

27

LAMPIRAN ..................................................................................................

32

7

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Pakan Penelitian...............................

12

2. Tabulasi Data .............................................................................................

15

3. Analisis Variansi ........................................................................................

15

4. Rataan Konsumsi Pakan Puyuh .................................................................

19

5. Rataan Konsumsi Air Minum Puyuh .........................................................

23

8

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Halaman

Tabulasi Data Uji Homogenitas Bobot Awal Puyuh............................... 31
Analisis Variansi Uji Homogenitas Bobot Awal Puyuh.........................
Tabulasi Data Konsumsi Pakan Puyuh....................................................31
Analisis Variansi Konsumsi Pakan Puyuh...............................................32
Tabulasi Data Konsumsi Air Minum Puyuh............................................32
Analisis Variansi Konsumsi Air Minum Puyuh......................................
Harga Bahan Penyusun Konsentrat Alternatif........................................
Tabulasi Data Konsumsi Protein Puyuh..................................................
Analisis Variansi Konsumsi Protein Puyuh.............................................33
Tabulasi Data Konsumsi Energi Puyuh...................................................33
Analisis Variansi Konsumsi Energi Puyuh..............................................33
Tabulasi Data Konsumsi Serat Kasar Puyuh...........................................
Analisis Variansi Konsumsi Serat Kasar Puyuh......................................34
Tabulasi Data Produksi Telur Puyuh....................................................... 34
Analisis Variansi Produksi Telur Puyuh.................................................. 34

9

31

32
33
33

34

RINGKASAN
DWI EKA JULIA. “Pemanfaatan Limbah Ikan Tongkol yang
Dihidrolisis dengan Enzim Bromelin dan Pollard Fermentasi sebagai Bahan
Baku Konsentrat Ditinjau dari Konsumsi Pakan dan Konsumsi Air Minum
Puyuh”. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 05 Mei
2014 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak dan Eksperimental
Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah ikan
tongkol yang dihidrolisis dengan enzim bromelin dan pollard fermentasi
terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh.
Materi yang digunakan adalah 100 ekor puyuh (C. japonica) betina umur
empat minggu dengan rataan bobot badan awal 112,24±23,27 g/ekor yang
dipelihara selama dua bulan. Perlakuan yang di uji adalah limbah ikan tongkol
hidrolisis dan pollard fermentasi 0% (R0), limbah ikan tongkol hidrolisis dan
pollard fermentasi 10% (R1), limbah ikan tongkol hidrolisis dan pollard fermentasi
20% (R2), limbah ikan tongkol hidrolisis dan pollard fermentasi 30% (R3) yang
diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore sebanyak 20 g/ekor/hari serta air
minum sebanyak 80 ml/ekor/hari. Penelitian menggunakan metode eksperimental,
yang dirancang menggunakan RAL. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan
(g) dan konsumsi air minum (ml) selama enam minggu. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis variansi.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan berupa limbah ikan
tongkol dan pollard fermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh, dengan rataan konsumsi pakan
masing-masing perlakuan adalah 19,17 g (R0); 19,32 g (R1); 19,59 g (R2); 19,00 g
(R3) dan untuk rataan konsumsi air minum untuk masing-masing perlakuan
adalah 55 ml (R0); 43 ml (R1); 44 ml (R2); 51 ml (R3). Kesimpulan penelitian ini
adalah pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim bromelin dan pollard
fermentasi sampai kadar 30% dapat menggatikan konsentrat pabrik tanpa
mengurangi konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh.
10

SUMMARY
DWI EKA JULIA. “Utilization of Tuna Waste Hydrolyzed by Bromelain
Enzyme and Fermented Pollard as Raw Material Concentrate on Feed and Water
Consumption of Quail”. This research was conducted from March 10th to May 5th
2014 at The Experimental Farm and Animal Feeding and Nutrition Laboratory
Faculty of Animal Science Jenderal Soedirman University, Purwokerto. The aim
of this research was to know the effect of tuna waste hydrolyzed by bromelain
enzyme and pollard fermented on feed and water consumption of quail.
Material used in this experiment were 100 female quails of four weeks old
with a mean initial weight of 112,24±23,27 which received feed treatments for
two months. Treatments used were tuna waste hydrolyzed by bromelain enzyme
and fermented pollard 0% (R0), tuna waste hydrolyzed by bromelain enzyme and
fermented pollard 10% (R1), tuna waste hydrolyzed by bromelain enzyme and
fermented pollard 20% (R2), tuna waste hydrolyzed by bromelain enzyme and
fermented pollard 30% (R3) which treated twice a day. The method used was
experimental method used Completely Randomized Design (CRD). Variables
measured were feed (g) and water (ml) consumption for six weeks. Data were
analyzed by analysis of variance.
The analysis of variance showed that there was non significant effect
(P>0,05) of the treatments to feed and water consumption of quail. The average of
feed consumption were 19,17 g (R0); 19,32 g (R1); 19,59 g (R2); 19,00 g (R3) and
the average of water consumption were 55 ml (R0); 43 ml (R1); 44 ml (R2); 51 ml
(R3). These result indicates that utilization of tuna waste hydrolyzed by bromelain
enzyme and fermented pollard at 30% can replace factory concentrate and did not
increase feed and water consumption.

11

1
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Faktor terpenting di dalam usaha peternakan adalah pakan sebesar 70-80%
dari total produksi terutama konsentrat (Nasution, 2007). Produksi peternakan
dunia meningkat seiring dengan peningkatan di dalam permintaan hasil-hasil
ternak terutama unggas. Data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
menunjukkan bahwa konsumsi telur puyuh per kapita per minggu dari tiga tahun
terakhir menunjukkan peningkatan berturut-turut yaitu pada tahun 2009 sebesar
0,040 kg, 2010 sebesar 0,043 kg, dan 2011 sebesar 0,052 kg. Permintaan yang
sangat tinggi tersebut maka hal ini akan berkaitan dengan kebutuhan pakan
terutama konsentrat untuk meningkatkan produk peternakan.
Secara umum untuk memenuhi kebutuhan bahan baku penyusun
konsentrat unggas yang merupakan bahan pakan utama

(penggunaan 50%

dalam pakan) sumber protein unggas di Indonesia masih sangat tergantung pada
produk impor. Konsumsi protein hewani terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani dan daya
beli. Oleh karena itu, penelitian-penelitian dengan tujuan untuk mengembangkan
produk pangan asal ternak lokal sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan
ketahanan pangan. Pengembangan produksi konsentrat alternatif berbasis bahan
pakan lokal juga akan mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan
penggunaan

bahan

pakan

lokal

berbasis

teknologi

dan

mengurangi

ketergantungan akan impor sebagai bahan pakan penyusun konsentrat, sehingga
peternak tidak kesulitan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi

2
ternaknya khusunya ternak lokal. Oleh karena itu, perlu dicari bahan pakan lain
pengganti konsentrat antara lain yang berasal dari limbah. Untuk membuat
konsentrat alternatif berbasis bahan pakan lokal serta yang merupakan limbah
memiliki urgensi yang tinggi dari sisi ipteks sehingga dapat menghasilkan
teknologi tepat guna (applicable technology) dalam memproduksi konsentrat
alternatif dengan teknologi sederhana serta memanfaatkan bahan- bahan lokal
dari limbah.
Limbah adalah seluruh bahan yang terbuang dari proses produksi barangbarang kimia, pertambangan, penyulingan dan bahan-bahan pembuatan makanan
yang tampak perubahannya pada permukaan air. Ketersediaan limbah yang
melimpah serta tidak dimanfaatkan dan tidak diolah kembali akan merusak
lingkungan. Salah satu limbah yang dapat digunakan adalah limbah ikan tongkol.
Produksi ikan tongkol di Indonesia tahun 2011 sebanyak 145.838 ton/tahun
dengan hasil tangkapan sebanyak 81.022 ton/tahun (Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). Hasil tangkapan ikan laut
tersebut kebanyakan langsung dipasarkan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan
tidak sedikit pula yang dijadikan bentuk olahan makanan untuk dikonsumsi oleh
manusia namun meninggalkan banyak limbah yang terbuang tanpa diproses lebih
lanjut seperti kepala ikan dan alat pencernaan. Hasil produksi ikan tongkol di
Desa Adisara, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas menghasilkan kurang
lebih 2000 kg/hari dengan limbah kepala ikan tongkol sebanyak 600 kg/hari
(Hasil Survey, 2010). Oleh karena itu, limbah ikan tongkol berupa kepala ikan
sangat potensial sebagai bahan baku konsentrat unggas, namun hambatan utama

3
dalam pemanfaatan limbah ikan tongkol adalah kandungan protein kolagen yang
terkandung dalam kepala ikan tongkol yang berikatan dengan senyawa nutrien
yang terkandung didalamnya sehingga menyebabkam daya cerna rendah.
Limbah ikan tongkol sebagai bahan baku konsentrat harus dicampur dengan
bahan pakan sumber energi dengan tujuan agar kandungan protein dan energi
konsentrat alternatif setara dengan kandungan protein dan energi konsentrat
pabrikan. Penambahan bahan pakan sumber energi antara lain dari Pollard.
Pollard adalah produk sampingan dari penggilngan biji gandum yang juga dapat
digunakan sebagai pakan ternak, karena berdasarkan NRC (1994) pollard
mengandung nilai gizi yang penting yaitu protein 15,5%; lemak 7,0% dan serat
kasar 11,0%.
I.2. Perumusan Masalah
Ketersediaan limbah ikan tongkol yang melimpah terhambat akan
adanya kandungan kolagen pada bagian kepala ikan tongkol yang
menyebabkan daya cerna rendah. Salah satu upaya untuk melarutkan kolagen
yaitu hidrolisis menggunakan enzim bromelin yang bersifat menghidrolisis
protein menjadi unsur-unsur penyusunnya. Sedangkan teknik fermentasi
pollard menggunakan Saccharomyces cereviceae mampu meningkatan
kandungan protein. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan S.
cereviceae adalah limbah cair tahu karena limbah cair tahu memiliki
kandungan karbohidrat cukup tinggi sehingga berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan sebagai media fermentasi.

4
Kandungan protein limbah ikan tongkol setelah dihidrolisis dengan
enzim bromelin adalah sebesar 54,34% dan kandungan pollard setelah
difermentasi yaitu protein 22,09%; lemak 5,47%; serat kasar 8,10%
(Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak UNSOED, 2013). Menurut
Phimphilai et al., (2006), protein dalam bahan pakan sangat mempengaruhi
bobot tubuh ternak yang diikuti dengan konsumsi pakan dan konsumsi minum.
Selain mengandung protein tinggi limbah ikan tongkol yang dihidrolisis
dengan enzim bromelin dan pollard fermentasi sebagai bahan baku konsentrat
juga memiliki cita rasa dan aroma yang menarik. Menurut Pond et al., (2005)
palatabilitas didefinisikan sebagai daya tarik suatu bahan pakan untuk
menimbulkan selera makan, secara umum ditentukan oleh rasa, bau dan warna
dan berpengaruh terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum unggas.
Sehingga perlu dilakukan penelitian seberapa jauh limbah ikan tongkol yang
dihidrolisis enzim bromelin dan pollard fermentasi mampu menggantikan
konsentrat?
I.3. Hipotesis
Pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim bromelin dan
pollard fermentasi sampai level 30% dapat menggantikan konsentrat pabrik
tanpa mengurangi konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh.
I.4. Tujuan Penelitian
I.4.1. Mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim
bromelin dan pollard fermentasi terhadap konsumsi pakan dan air minum
puyuh.

5
I.4.2. Menentukkan level optimum pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis
enzim bromelin dan pollard fermentasi sebagai bahan baku konsentrat
terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum pada puyuh.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Mendapatkan formula pakan dengan bahan baku limbah ikan tongkol
dihidrolisis enzim bromelin dan pollard fermentasi sebagai bahan baku
konsentrat dengan harga terjangkau.
1.5.2. Mendapatkan level optimum pemanfaatan limbah ikan tongkol yang
dihidrolisis dengan enzim bromelin dan pollard fermentasi sebagai bahan
baku konsentrat terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.

Limbah Ikan Tongkol dan Enzim Bromelin
Limbah adalah seluruh bahan yang terbuang dari proses produksi barang-

barang kimia, pertambangan, penyulingan dan bahan-bahan pembuatan makanan
yang tampak perubahannya pada permukaan air (Gustina, 2012). Limbah dari
pengolahan ikan tongkol pada umumnya terdiri atas kepala, tulang dan jaringan
penempel kaya protein (Pratama, dkk., 2011) sedikit yang dimanfaatkan dan
dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Apabila hal ini dibiarkan
akan terjadi masalah pencemaran limbah terhadap lingkungan.
Ikan tongkol banyak mengandung zat gizi diantaranya protein 55,72%;
lemak 4,11%; air 4,95% dan abu 28,60% (Sahwan, 2004), namun menurut
Prayitno (2007) bagian kepala ikan tongkol memiliki daya cerna rendah karena
dibentuk dari protein kolagen yang bergabung dengan kalsium dan phospor,
sehingga perlu penanganan khusus terlebih dahulu yaitu hidrolisa dengan enzim
bromelin. Suhermiyati dan Setyawati (2008) melaporkan bahwa enzim bromelin
dapat melarutkan kolagen yang terdapat di dalam protein kolagen pada limbah
ikan tongkol dengan cara menghidrolisis protein tersebut.
Hidrolisis merupakan pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan
air dan menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrolisis dapat
dilakukan secara asam, alkalis, dan enzimatis (Gaman dan Sherrington, 1992).
Hidrolisis menggunakan enzim dapat digunakan dengan enzim bromelin yang
terkandung dalam buah nanas. Enzim ini dapat diisolasi dari daging buah, kulit
buah, bonggol (hati), tangkai daun, dan daun dengan persentase berturut-turut

7
0,080; 0,075; 0,06; 0,01; dan 0,06 persen. Hidrolisis yang terjadi dengan enzim
proteolitik adalah putusnya ikatan peptide dari ikatan substrat, dimana enzim
proteolitik bertugas sebagai katalisator di dalam sel dan bersifat khas (Hastuti,
2001).
Nanas (Ananas comasum) merupakan salah satu jenis buah yang sangat
dikenal dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Produksi buah nanas secara
nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun. Tingkat rendemen sekitar 15%,
atau dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging
buah sebesar 85%. Secara potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah
segar nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Bila
dikonversikan kedalam bahan kering dengan kadar air 24%, maka terdapat potensi
sebesar 143 ribu ton per tahun limbah nanas kering (Prima, 2012). Mengekstrak
enzim bromelin yang terdapat di dalam limbah nanas terutama dari bagian
kulitnya merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah nanas sehingga
dapat memberikan nilai tambah bagi buah nanas dan juga dapat mengurangi
masalah. Ferdiansyah (2005), menyatakan bahwa kandungan enzim bromelin
didalam kulit nanas sebesar 0,05-0,075%.
Bromelin atau bromelain merupakan enzim yang terkandung di dalam
nanas. Enzim bromelin adalah enzim proteolitik yang mempunyai sifat
menghidrolisis protein menjadi unsur-unsur penyusunnya. Penambahan enzim
bromelin ke dalam tepung ikan diharapkan dapat membantu proses hidrolisis
protein, dan juga dapat memecah kolagen yang terdapat di dalam tepung ikan,
sehingga protein dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh puyuh.

8
II.2.

Pollard Fermentasi
Pollard adalah produk sampingan dari penggilingan biji gandum yang dapat

digunakan sebagai pakan ternak, kaya akan protein, lemak, zat-zat mineral dan
vitamin-vitamin

(Nadhifah,

dkk.,

2012).

Proses

fermentasi

akan

menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai
gizinya. Bahan hasil fermentasi lebih palatabel bila diberikan kepada ternak,
karena selama proses fermentasi dihasilkan asam glutamat yang meningkatkan
palatabilitas (Mahfudz, 2006).
Upaya meningkatkan nilai guna dari kulit biji-bijian tersebut dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan dari khamir Saccharomyces
cereviseae, yaitu mikroba atau khamir utama yang terkandung dalam ragi tape
(Aryanta, l980). Saccharomyces cereviseae dapat meningkatkan kecernaan pakan
berserat tinggi (Fuller, 1997) selain itu menurut Stanley et al., (1993) juga dapat
berperan sebagai probiotik pada unggas, dan dapat mencegah kejadian keracunan
yang disebabkan oleh aflatoksin atau aflatoxicosis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suplementasi 0,02-0,06 % Saccharomyces cerevisieae (ragi) dalam pakan
ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan, tinggi villus, efisiensi penggunaan
pakan, dan menurunkan jumlah sel goblet (Bradley et al., l994).
Selama proses fermentasi Saccharomyces cerevisieae merubah senyawasenyawa yang ada di dalam substrat untuk pertumbuhan dan pembentukan
protein, sehingga produk fermentasi merupakan bahan pakan dengan kandungan
protein yang lebih tinggi. Pada dasarnya kandungan protein yang meningkat
merupakan kontribusi protein sel tunggal dari mikroba fermenter (Sinurat dkk.,

9
1998) dan juga karena terjadinya biokonversi senyawa-senyawa organik dan
anorganik menjadi protein yang terakumulasi dalam bentuk koloni selama proses
fermentasi (Munazat, 1994). Peningkatan jumlah sel-sel mikrobial secara
signifikan juga akan meningkatkan kandungan protein. Peningkatan kandungan
protein kasar substrat juga disebabkan oleh penurunan kandungan zat makanan
lain

terutama

karbohidrat.

Karbohidrat

tersebut

dimanfaatkan

oleh

mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak, mikroorganisme tersebut
merupakan protein sel tunggal yang mengandung protein sebesar 31-51%. Proses
fermentasi dalam penelitian ini kemudian ditambahkan dengan limbah cair tahu
dan urea karena dalam proses fermentasi substrat yang digunakan harus
mengandung unsur karbon (C) dan nitrogen (N) yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk pertumbuhan. Pollard yang telah difermentasi mengandung protein 22,09%;
lemak 5,47% dan serat kasar 8,10% (Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak UNSOED, 2013).
II.3.

Konsumsi Pakan Puyuh
Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan

selain bibit dan manajemen. Bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang
memiliki kecernaan tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi pakan, dan
kebutuhan nutrien ternak dapat terpenuhi, sehingga produksi ternak dapat
mencapai optimal (Saleh, dkk., 2005). Ternak akan dapat mencapai tingkat
penampilan produksi tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh
zat-zat makanan yang dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak
dengan jalan mengkonsumsi sejumlah makanan. Tillman, dkk (1998) menyatakan

10
bahwa konsumsi merupakan banyaknya zat-zat makanan dan energi yang masuk
ke dalam tubuh ternak. Konsumsi sangat berpengaruh pada produksi yang dicapai
karena bila nafsu makan rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan dari ternak
tersebut menjadi terhambat dan akhirnya produksi akan menjadi menurun. Wahju
(2004) menyatakan bahwa konsumsi pakan akan meningkat bila diberi pakan
yang berenergi rendah dan menurun bila diberi pakan yang berenergi tinggi.
Konsumsi pakan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
produktivitas seekor ternak, yaitu untuk mengetahui jumlah pakan yang
dikonsumsi seekor ternak setiap ekor per hari. Kebutuhan unggas yang paling
utama yaitu energi dan protein, sedikit vitamin dan mineral. Menurut Bestari, dkk
(2005) menyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi adalah untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok dan pertumbuhan
serta harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan ternak. Perhitungan konsumsi
pakan puyuh menurut Winedar, dkk,. (2004)

yaitu banyaknya pakan yang

diberikan dikurangi sisa pakan atau angka yang menunjukkan rata-rata jumlah
pakan yang dikonsumsi seekor ternak sesuai dengan periode pemeliharaan
(g/ekor). Zain (2011) berpendapat bahwa konsumsi pakan puyuh dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu genetik, jenis kelamin, lingkungan, dan
palatabilitas pakan. Wijayanti (2011) menambahkan faktor lain, yaitu tingkat
produksi, sistem kandang, periode pertumbuhan, dan penyakit.
II.4.

Konsumsi Air Minum Puyuh
Air adalah zat makanan yang sangat penting untuk membantu fungsi tubuh

yang normal, karena air akan memperlunak makanan pada proses pencernaan,

11
membantu pembuangan sisa bahan makanan yang tidak diperlukan tubuh
(Tillman, dkk., 1998). Air minum yang diberikan pada ternak harus cukup serta
baik kualitasnya. Tubuh ternak mengandung 60-70% air, oleh karena itu hasil
penelitian Saefulhadjar, dkk,. (2008) menunjukkan bahwa kebutuhan air rata-rata
lebih tinggi dibandingakan dengan konsumsi pakan, yaitu 1,76 kali lebih banyak.
Konsumsi air minum puyuh erat hubungannya dengan bobot badan dan
konsumsi pakan. Ensminger, et al. (1990) menyatakan bahwa banyak sedikitnya
konsumsi air minum puyuh bergantung pada macam pakan, temperatur dan
kelembaban udara Wahju (2004) menyatakan bahwa pada umumnya puyuh
minum air dua kali lebih banyak dari bobot makanan yang dikonsumsinya.
Menurut Scott, et al. (1992), air mempunyai fungsi sebagai berikut; 1. Zat dasar
dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam
transformasi zat-zat makanan, 2. Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air
mempunyai sifat menguap dan specific heat, 3. Membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang
mengontrol pH, tekanan osmosis, konsentrasi elektrolit.
Wahju (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi air
minum pada ternak antara lain adalah bau pakan, makanan tambahan pelengkap,
temperatur air, penyakit, jenis bahan makanan, kelembaban, angin, komposisi
pakan, bentuk pakan, umur, produksi telur, jenis kelamin, dan jenis tempat air
minum. Perhitungan konsumsi air minum puyuh menurut Imadudin (2013) yaitu
jumlah air minum yang diberikan dikurangi dengan sisa air minum dan dihitung
tiap hari selama penelitian.

12
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
3.1. Metode Penelitian
3.1.1. Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor puyuh (C.
japonica) betina umur empat minggu yang dipelihara selama dua bulan. Bahan
pakan terdiri atas jagung, dedak, limbah ikan tongkol, pollard, limbah cair tahu,
Saccharomyces cerevisieae (ragi) dan mineral. Peralatan penelitian berupa
kandang sebanyak 20 petak dengan ukuran 30x30x25cm berkapasitas lima ekor
puyuh per unit percobaan, oven, penggilingan dan timbangan pakan 2 kg dengan
kepekaan 0,1 g. Komposisi dan kandungan nutrien pakan yang digunakan dalam
penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrien Pakan Penelitian
Bahan pakan

%
R0
30

R1
20

R2
10

R3
0

Konsentrat Pabrik
Limbah Ikan Tongkol dan Pollard
Fermentasi*
0
10
20
30
Jagung
43
43
43
43
Dedak
25
25
25
25
Mineral
2
2
2
2
Total
100
100
100
100
Komposisi kimia
PK (%)
21,00
21,47
21,78 21,89
SK (%)
6,88
6,88
6,88
6,88
LK (%)
3,81
3,81
3,81
3,81
Ca (%)
2,12
2,10
2,07
2,05
P available (%)
0,82
0,83
0,91
0,99
Energi Metabolis (kkl/kg)
3177
3184
3192 3199
Keterangan: Hasil perhitungan berdasarkan NRC (1994)
*Limbah ikan tongkol (49%) dan pollard fermentasi (51%)

13
3.1.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
dan Eksperimental Farm Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
3.1.3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental in vivo.
3.1.4. Macam Peubah
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan dan
konsumsi air minum puyuh.
3.1.5. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan empat perlakuan, lima ulangan dan setiap ulangan terdiri atas lima
ekor puyuh. Perlakuan yang diteliti adalah :
R0 = Limbah Ikan Tongkol Hidrolisis dan Pollard Fermentasi 0%
R1 = Limbah Ikan Tongkol Hidrolisis dan Pollard Fermentasi 10%
R2 = Limbah Ikan Tongkol Hidrolisis dan Pollard Fermentasi 20%
R3 = Limbah Ikan Tongkol Hidrolisis dan Pollard Fermentasi 30%
Model matematik Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Steel dan
Torrie (1993) adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + Σij

14
Keterangan :
Yij

: peubah respon konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh yang
diukur mendapat perlakuan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim

µ
τi

bromelin dan pollard fermentasi ke-i pada ulangan ke-j
: nilai tengah konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh
: pengaruh pemanfaatan limbah ikan tongkol yang dihidrolisis enzim

εij
i

bromelin dan pollard fermentasi
: galat/kesalahan percobaan
: 1, 2, 3, 4 (jumlah perlakuan)

j

: 1, 2, 3, 4, 5 (banyak ulangan per perlakuan)

3.2. Metode Analisis
3.2.1. Definisi Operasional Peubah Penelitian
3.2.1.1. Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan merupakan hasil pengurangan antara jumlah pakan yang
diberikan dengan jumlah pakan sisa dan tercecer.
3.2.1.2. Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum merupakan hasil pengurangan antara jumlah air
minum yang diberikan dengan sisa air minum.
3.2.2. Rumus
3.2.2.1 Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan (g) = Pakan yang diberikan – (Pakan sisa + Pakan
tercecer).

3.2.2.2 Konsumsi Air Minum
Konsumsi air minum (ml) = Air minum yang diberikan – Sisa air minum

15
3.2.3. Model Analisis
Data konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh yang diperoleh
ditabulasikan dalam Tabel 2, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis variansi
pada Tabel 3.
Tabel 2. Tabulasi Data
Perlakua
n
R0
R1
R2
R3
Total

1

Ulangan
3

2

4

5

Σ Perlakuan Yi

Yij
Y..
Tabel 3. Analisis Variansi

Sumber
Keragama
n
Perlakuan

JK

DB

F tabel
JKP

3

KTP

Galat

JKG

16

KTG

Total

JKT

19

KT

F Hitung

0,05

KTP/KTG

δ:
KK =

0,01

√ KT G
√ KTG x 100%
Y

3.2.4. Pengujian dan Kriteria Penerimaan Hipotesis
Setelah data diperoleh, data ditabulasikan kemudian dianalisis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa limbah ikan tongkol dihidrolisis
enzim bromelin dan pollard fermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap
konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh. Hal tersebut menunjukkan
bahwa konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh antar perlakuan tidak
berbeda serta pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim bromelin dan

16
pollard fermentasi sampai kadar 30% dapat menggantikan konsentrat pabrik tanpa
mengurangi konsumsi pakan dan konsumsi air minum puyuh.
3.3. Tata Urutan Kerja
3.3.1. Persiapan Kandang
Persiapan kandang meliputi pembuatan kandang sebanyak 20 petak.
Sebelum digunakan, kandang dan peralatannya didesinfektan dan disemprot
dengan antiseptik dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi mikroba dan
kuman penyakit lainnya. Alas kandang diberi sekam padi agar feses tetap kering
dan tidak berbau.
3.3.2. Pembuatan Konsentrat
3.3.2.1. Persiapan pembuatan enzim bromelin :
Enzim bromelin diperoleh dari limbah kulit nanas yang didapatkan dari
pasar kemudian digiling dan diperas.
3.3.2.2. Preparasi limbah ikan tongkol :
Limbah ikan tongkol berupa kepala ikan tongkol dari Desa Adisara,
Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, direndam dengan 20% enzim
bromelin + 80% aquades selama enam jam. Setelah itu direbus atau dipanaskan
selama 15 menit kemudian disaring dan dioven selama 8-12 jam dengan suhu 6080°C, setelah kering kemudian digiling halus.
3.3.2.3. Pollard fermentasi :
Pembuatan pollard fermentasi diawalai dengan membuat inokulum, yaitu
erlenmeyer di sterilisasi dengan autoclave selama 20 menit dengan suhu 121o C,
kemudian diberi limbah cair tahu 100% + 2,5 % yeast S. cereviceae lalu ditutup

17
kapas dan aluminium foil (inkubasi 1x24jam). Pollard fermentasi, yaitu pollard
dan pipet seukuran 10 ml disterilisasi dengan autoclave selama 20 menit dengan
suhu 121o C. Setelah sterilisasi ditambah limbah cair tahu (pollard : limbah cair
tahu = 1:1) + 1% urea + 5% inokulum. Kemudian di inkubasi selama lima hari
dengan suhu 37o C. Setelah itu dikeringkan di oven selama dua hari pada suhu 60 o
C kemudian dihaluskan.
3.3.3. Pemeliharaan
Perlakuan terdiri atas empat macam perlakuan, tiap perlakuan diulang
sebanyak lima kali dan tiap ulangan terdiri atas lima ekor puyuh. Puyuh dipelihara
selama delapan minggu (56 hari) dengan pemberian pakan dua kali sehari (pagi
dan sore) sebanyak 20 g/ekor/hari dan diberi air minum sebanyak 80 ml/ekor/hari.
Sebelum diterapkan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan adaptasi kandang,
lingkungan, dan preliminary selama dua minggu (14 hari), sehingga tahap
perlakuan dilaksanakan selama enam minggu (42 hari).
3.3.4. Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan berdasarkan dari setiap perlakuan. Cara
pengukuran peubah yang diamati, yaitu konsumsi pakan dan konsumsi air minum
dihitung setiap satu kali dalam sehari selama masa penelitian dan hasilnya
diperoleh melalui perhitungan menggunakan rumus konsumsi pakan dan
konsumsi air minum.

18
3.4. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Maret sampai 05 Mei 2014 di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak dan Eksperimental Farm
Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Konsumsi Pakan Puyuh
Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh puyuh.
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu umur, palatabilitas pakan,
energi pakan, aktivitas, kesehatan ternak, serta kualitas dan kuantitas dari pakan
yang diberikan kepada puyuh. Apabila terdapat kekurangan dari salah satu zat
nutrisi yang dibutuhkan oleh puyuh (protein, vitamin, mineral dan air), maka akan
mengakibatkan gangguan pada kesehatan, produktivitas dan reproduksi pada
puyuh. Hasil penelitian selama enam minggu diperoleh rataan konsumsi pakan
puyuh keseluruhan adalah 19,27±1,24 g/ekor/hari dengan kisaran antara 18,67
sampai dengan 19,62 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan puyuh selama
penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Konsumsi Pakan Puyuh
No.
Perlak
u
a
n

1.

R0

2.

R1

3.

R2

Konsumsi
Pa
ka
n
(g/
ek
or/
)ns
19,12 ±
0,3
9
19,36 ±
0,1
6
19,47 ±

20

4.

R3

Rataan

0,2
2
19,21 ±
0,2
4
19,27 ±
1,2
4

Ket : R0 = Limbah ikan tongkol hidrolisis dan pollard fermentasi 0%; R 1 = Limbah ikan tongkol
hidrolisis dan pollard fermentasi 10%; R2 = Limbah ikan tongkol hidrolisis dan pollard fermentasi
20%; R3 = Limbah ikan tongkol hidrolisis dan pollard fermentasi 30%; ns = berbeda tidak nyata
(P>0,05)

Rata-rata konsumsi pakan yang diperoleh selama penelitian masing-masing
perlakuan R0, R1, R2, R3 berturut-turut yaitu 19,12; 19,36; 19,47; 19,2 g/ekor/hari.
Rataan konsumsi pakan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wirya (2009) yaitu
puyuh umur lebih dari enam minggu jumlah pakan yang dikonsumsi sekitar 17-20
g/ekor/hari, sedangkan menurut Tiwari dan Panda (1978) bahwa pemberian pakan
puyuh dibedakan berdasarkan umur yaitu puyuh berumur 4-7 minggu diberi pakan
sebanyak 17,5 g/ekor/hari sedangkan puyuh berumur 7-14 minggu meningkat
menjadi 22,1 g/ekor/hari dan tidak berubah setelah puyuh berumur 14 minggu
(konstan).
Berdasarkan hasil analisis variansi (Lampiran 4.) menunjukkan pemanfaatan
limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim bromelin dan pollard fermentasi dalam
pakan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan puyuh. Hal
tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pakan puyuh antar perlakuan tidak
berbeda. Tidak adanya perbedaan tersebut, disebabkan oleh konsumsi energi,
bobot badan, produksi telur dan palatabilitas puyuh yang relatif sama.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis konsumsi energi (Lampiran 11.)

21
menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim
bromelin dan pollard fermentasi dalam pakan berpengaruh tidak nyata (P>0,05),
sehingga tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Menurut Mahfudz, dkk.,
(2010) bahwa besar kecilnya konsumsi pakan erat kaitannya dengan konsumsi
energi. Puyuh akan mengkonsumsi pakan sampai kebutuhan energinya terpenuhi.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan Suprijatna, dkk., (2005) disitasi oleh
Suprapto, dkk., (2012) bahwa pada hakekatnya ternak unggas mengkonsumsi
pakan guna memenuhi kebutuhan energi. Apabila kebutuhan energi terpenuhi,
unggas akan menghentikan konsumsi pakannya. Sebaliknya, konsumsi pakan
meningkat bila kebutuhan energi belum terpenuhi. Ditambahkan hasil penelitian
Suprijatna, dkk., (2009) bahwa konsumsi energi yang tidak berbeda maka
diperoleh konsumsi pakan yang tidak berbeda pula. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan konsumsi energi berkisar antara 60,76-62,14 kkal/ekor/hari.
Menurut Widjastuti dan Kartasudjana (2006) konsumsi energi sebesar 50,55
kkal/ekor/hari telah cukup untuk memenuhi hidup pokok, pertumbuhan dan
produksi telur.
Afria (2012) menyatakan bahwa kebutuhan pakan puyuh sesuai dengan
ukuran tubuhnya. Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi (Lampiran 2.)
menunjukkan bahwa bobot badan awal puyuh berpengaruh tidak nyata (P>0,05).
Hal tersebut menunjukan bahwa bobot badan puyuh yang digunakan pada
penelitian ini seragam pada setiap perlakuan di awal penelitian, dengan rataan
bobot badan 112,24±23,27 g/ekor berkisar antara 95,72-119,76 g/ekor sehingga
menghasilkan konsumsi pakan tiap perlakuan yang relatif sama. Hal tersebut

22
didukung oleh hasil penelitian Hasnudi dan Tri Wahyuni (2005) bahwa salah satu
faktor konsumsi pakan yang tidak berbeda (P>0,05) disebabkan bobot badan awal
ternak yang digunakan pada penelitian homogen atau seragam. Selain itu,
berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi (Lampiran 15.) bahwa produksi
telur puyuh berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa
produksi telur yang dihasilkan oleh puyuh antar perlakuan juga relatif sama yang
kaitannya erat dengan konsumsi pakan. Rataan produksi telur puyuh yaitu
20,86±10,84 dengan kisaran rataan produksi harian sebesar 6,19-38,57%. Dalam
penelitian Widjastuti dan Kartasudjana, (2006) menerangakan bahwa konsumsi
pakan pada unggas yang sedang produksi dapat mempengaruhi produksi telur,
hasil produksi telur yang relatif sama antar perlakuan disebabkan karena pakan
yang dikonsumsi juga relatif sama.
Menurut Setiawan (2006), puyuh dalam mengkonsumsi pakan juga
dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas yang berada di dalam pakan tersebut. Hasil
rataan konsumsi pakan puyuh yang relatif sama pada penelitian ini menunjukkan
bahwa warna, rasa dan aroma yang khas antar perlakuan R0, R1, R2 dan R3
memiliki tingkat palatabilitas pakan yang sama dan disukai oleh puyuh. Rasa yang
disukai secara langsung dapat berpengaruh positif terhadap konsumsi pakan
karena di dalam cavum oris unggas terdapat lidah (lingua) yang berfungsi sebagai
indera perasa. Hal ini didukung oleh pendapat Amrullah (2003) yang berpendapat
bahwa pada bagian lidah unggas terdapat pusat perasa untuk mengenali rasa pakan
yang masuk ke dalam mulut disebut sebagai gustative or taste buds, sementara itu

23
indera penciuman (alfactory system) pada unggas kurang berkembang dengan
baik. Penerimaan unggas terhadap pakan dipengaruhi oleh rasa, tekstur, dan bau.
Hasil rataan konsumsi pakan yang relatif sama ini terkait dengan nilai
ekonomi, karena biaya pakan dalam usaha peternakan mencapai nilai presentase
tertinggi dalam biaya produksi yaitu 70-80%. Konsumsi pakan dengan harga
konsentrat yang lebih murah memungkinkan dimanfaatkan secara optimal, karena
kenaikkan harga konsentrat tidak selalu diiringi dengan harga produk ternak
(daging dan telur) yang dihasilkan. Posisi limbah ikan tongkol dihidrolisis dengan
enzim bromelin dan pollard fermentasi sebagai bahan baku konsentrat dalam
pakan dapat menggantikan peranan konsentrat pabrik dalam pakan ternak lokal,
yang ditunjukan dengan semakin tinggi penggunaannya maka akan semakin
sedikit biaya pakan yang dikeluarkan (Lampiran 7.). Saat ini harga konsentrat
pabrik yaitu 7.200/kg, kemungkinan akan semakin mahal karena ketersediaannya
yang diimpor dari negara luar.
4.2. Konsumsi Air Minum Puyuh
Air adalah zat makanan yang sangat penting untuk membantu fungsi tubuh
yang normal, karena air akan memperlunak makanan pada proses pencernaan dan
membantu pembuangan sisa bahan makanan yang tidak diperlukan tubuh.
Konsumsi air minum puyuh adalah jumlah air yang dikonsumsi oleh puyuh. Hasil
penelitian mengenai konsumsi air minum puyuh selama enam minggu diperoleh
rataan konsumsi air minum puyuh keseluruhan adalah 45±26,06 ml/ekor/hari
dengan kisaran antara 40 ml/ekor sampai dengan 50 ml/ekor/hari. Rataan
konsumsi air minum puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 5.

24
Tabel 5. Rataan Konsumsi Air Minum Puyuh
No.
Perlak
u
a
n

Konsumsi
Air
Min
um
(g/e
kor/)
ns

1.
2.
3.
4.

R0
R1
R2
R3
Rataan

50 ± 18,51
42 ± 4,27
40 ± 6,19
49 ± 9,32
45 ± 26,06

Ket : ns = berbeda tidak nyata (P>0,05)

Rata-rata konsumsi air minum puyuh yang diperoleh selama penelitian
masing-masing perlakuan R0, R1, R2, dan R3 berturut-turut yaitu 50; 42; 40; dan 49
ml/ekor/hari. Rataan konsumsi air minum puyuh tersebut sesuai dengan
pernyataan Wahju (2004) bahwa pada umumnya unggas minum air dua kali lebih
banyak dari bobot pakan yang dikonsumsinya. Unggas tanpa air minum akan
lebih menderita dan bahkan lebih cepat mati dibandingkan dengan unggas tanpa
pakan, hal ini disebabkan karena 60-70% dalam tubuh unggas mengandung air.
Pada penelitian ini tampak bahwa kebutuhan air minum puyuh rata-rata lebih
tinggi dibandingakan dengan konsumsi pakan, yaitu 2,25 kali lebih banyak.
Berdasarkan hasil analisis

variansi (Lampiran 6.) menunjukkan bahwa

pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzi bromelin dan pollard
fermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum
puyuh. Konsumsi air minum puyuh yang relatif sama antar perlakuan tersebut
menunjukkan bahwa limbah ikan tongkol dan pollard fermentasi yang diberikan

25
yang diberikan menghasilkan konsumsi air minum puyuh yang tidak berbeda dan
aman untuk digunakan. Tidak adanya perbedaan pada konsumsi air minum puyuh
antar perlakuan karena dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang tidak berbeda dan
lingkungan.
Hasil perhitungan analisis variansi menunjukkan bahwa pemanfaatan
limbah ikan tongkol dan pollard fermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap konsumsi protein (Lampiran 9.) dan konsumsi serat kasar (Lampiran
13.), sehingga tidak berpengaruh terhadap konsumsi air minum puyuh. Rata-rata
konsumsi protein dan konsumsi serat kasar selama penelitian pada masing-masing
perlakuan R0, R1, R2, dan R3 berturut-turut yaitu 4,02 g/ekor/hari dan 1,32
g/ekor/hari; 4,14 g/ekor/hari dan 1,33 g/ekor/hari; 4,27 g/ekor/hari dan 1,34
g/ekor/hari; 4,16 g/ekor/hari dan 1,30 g/ekor/hari. Hal tersebut didukung oleh
pernyatan Abun (2006) bahwa konsumsi protein erat kaitannya dengan konsumsi
air minum, apabila konsumsi protein berlebih maka akan menghasilkan konsumsi
air minum yang berlebih pula, karena dengan konsumsi protein yang berlebih
akan menghasilkan panas tubuh yang meningkat. Sedangkan serat kasar memiliki
sifat menurunkan daya cerna, hidrophilik (menyerap air) dan juga laksatif dapat
merangsang laju pergerakan digesta menjadi lancar (Amrullah, 2003). Dengan
konsumsi serat kasar dari pakan perlakuan limbah ikan tongkol

dan pollard

fermentasi yang relatif sama maka didapatkan pula konsumsi air minum yang
relatif sama. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Kiha, dkk., (2012) yaitu
berhubungan dengan kemampuan serat dalam menyerap air dalam saluran
pencernaan. Khumaini (2012) menambahkan dengan konsumsi air minum yang

26
berlebih maka konsumsi pakan akan berkurang dan akan berdampak pada
pertambahan bobot badan unggas.
Konsumsi air pada unggas memiliki standar tertentu dan unggas tidak akan
mengkonsumsi air secara berlebihan bila tidak dalam keadaan stres. Selain itu
lingkungan juga menentukan tingkat konsumsi air minum yaitu suhu didalam
kandang yang tinggi menyebabkan konsumsi air menjadi meningkat. Semakin
tinggi suhu di dalam kandang maka suhu tubuh puyuh akan meningkat.
Peningkatan suhu tubuh inilah yang mengakibatkan proses evaporasi semakin
meningkat dengan tujuan panas dalam tubuh akan keluar melalui penguapan
(Pilliang dan Djojosoebagio, 2006). Keadaan lingkungan tempat penelitian
mempunyai temperatur serta kelembaban yang bervariasi. Rataan temperatur
harian selama penelitian yaitu 30,25°C berkisar antara 29-33°C, sedangkan rataan
kelembaban harian kandang penelitian yaitu 78% berkisar antara 68-95. Tingkat
kelembaban tersebut masih dalam ambang normal. Menurut Soeharsono (1977)
bahwa kelembaban antara 67-94,67% tidak memberikan pengaruh terhadap
performans puyuh, sedangkan kelembaban yang tinggi dapat menurunkan
konsumsi air minum puyuh.

27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pemanfaatan limbah ikan tongkol yang dihidrolisis dengan enzim bromelin
dan pollard fermentasi sebagai bahan baku konsentrat sampai kadar 30% dalam
pakan dapat menggantikan konsentrat pabrik tanpa mengurangi konsumsi pakan
dan konsumsi air minum puyuh yang dipelihara sampai umur 12 minggu.
5.2. Saran
Pemanfaatan limbah ikan tongkol dihidrolisis enzim bromelin dan pollard
fermentasi sebagai bahan baku konsentrat dapat diberikan atau dapat
menggantikan konsentrat pabrik sampai kadar 30% dan dengan harga yang lebih
terjangkau dapat menekan biaya produksi karena besarnya biaya pakan dalam
kegiatan pemeliharaan puyuh. Namun perlu diperhatikan dalam proses
pembuatannya agar tidak merusak nutrien yang terkandung didalam bahan-bahan
pakan tersebut.

28
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2006. Protein dan Asam Amino pada Unggas. Skripsi. Fakultas Peternakan
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Padjajaran. Bandung.
Afria, A. 2012. Effect of Addition of Choline Chloride in Feed on Quail (Coturnix
coturnix japonica) Production Performance. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunung
Budi. Bogor.
Aryanta, W.R. 1980. Microbiological and Biochemical Studies of Ragi and Brem
(rice wine) of Indonesia. Thesis. University of the Philippines. Los Banos.
Bestari J, Aminuddin, Parakkasi dan Syahril Akil. 2005. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.
Bradley, G. L., T. F. Savage and K. I. Timm. 1994. The effects of Supplementing
Diets with Saccharomyces sereviseae var. Boulardii on Male Poult
Performance and Ileal Morphology. Po