contoh penelitian psikologi kuantitatif dalam

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang dari tema yang mencangkup
paparan fenomena yang terjadi serta hasil survey yang terkait dengan tema
kedisiplinan kerja pada organisasi, juga perumusan dan pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1 .Latar Belakang
Organisasi dikenal sebagai tempat utuk menempa diri individu untuk
meningkatkan kapasitas soft skill yang nantinya akan sangat berguna untuk
kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, individu yang tergabung
dalam lingkaran organisasi dituntut tidak hanya melaksanakan job-description
yang diemban, namun juga dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan
program yang dibuat. Sukses tidaknya seorang individu dlam sepak terjangnya
dalam berorganisasi sangat dipengaruhi oleh kinerja nya yang apik atau tidak,
kemauan , kedisiplinan,

maupun kerjasama dengan individu lain dalam


organisasi.
Kebutuhan akan kerjasama merupakan salah satu hal pokok dalam
perikehidupan manusia untuk mencapai apa yang di inginkan, fitrah dari manuia
sendiri yang memang makhluk sosial tidak bisa terlepas dari sesamanya. Untuk
mencapai hasil yang di inginkan, dalam rangkaian kerjasama hendaknya dibarengi
dengan

kedisiplinan

yang

tinggi,

kedisiplinan

penting

terutama

untuk


mempercepat pencapaian suatu target yang telah ditetapkan bersama dalam ranah
organisasi.
Momok kekinian dalam berorganisasi adalah individu yang terlibat
dilamnya lebih menjadikan organisasi sebagai sarana untuk “menunjukkan diri”,
pamer, agar terlihat aktif, bahkan peningkatan status daripada sebagai tempat
untuk berkembang. Mungkin jika hanya beberapa anggota saja tidak akan menjadi
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

masalah, namun jika kebanyakan anggota beranggapan seperti itu, akan menjadi
masalah besar bagi perjalanan organisasi.
Apalagi

ditambah

tidak


adanya

penyaringan

ketat

serta

bekal

kepemimpinan dari anggota baru yang masuk, akan menambah beban bagi
organisasi itu sendiri kedepannya, bukan tidak mungkin kedepan organisasi yang
tidak melakukan perombakan terhadap sistem pemilihan dan pengkaderan yang
kebanyakan berlaku seperti itu akan mengalami kemunduran, bahkan yang lebih
fatal, kemandegan.
Survei yang dilakukan oleh Utami (2013) terhadap organisasi mahaisiswa
pecinta alam mengungkapkan bahwa ada berbagai macam alasan yang
diungkapkan atas kedisiplinan kerja, ada yang beralasan karena perintah ketua
merupakan suatu beban yang memberatkan sehingga mereka tidak dapat

mematuhi, ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin dalam organisasi tersebut
kurang memiliki sifat demokratis, kurang bertanggung jawab terhadap jalannya
suatu kegiatan dan menyerahkan sepenuhnya semua keputusan kepada anggotaanggotanya. Hal ini berdampak kepada tidak disiplinnya anggota organisasi dalam
menjalankan tugas-tugas yang di pasrahkan kepada mereka, akhirnya, alih-alih
mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawab , mereka lebih memilih online
di jejaring sosial daripada menyelesaikan tugasnya.
Untuk mengatasi probematika tersebut, salah satu cara awal yang bisa
ditempuh dari sisi internal organisasi adalah mengubah pola pikir dan menggenjot
kedisiplinan bagi setiap anggota yang terlibat. Anggota organisasi perlu
didisiplinkan supaya mereka bisa melaksanakan tugas yang dibebankan kepada
mereka secara lebih optimal.
Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana individu selalu datang dan pulang
tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan
harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan
disiplin karyawan yang baik maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya.
MOHAMMAD IBROISIM HALIM


2

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Sedangkan menurut Asmiarsih (2006) Disiplin merupakan suatu kekuatan yang
berkembang di dalam tubuh individu sendiri yang menyebabkan dia dapat
menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturanperaturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku.
Ketika

sikap

disiplin

dalam

organisasi

telah

mengakar,


akan

mempermudah bagi setiap anggota dalam melaksanakan tugas dan program yang
telah direncanakan sebelumnya. Selain itu, akan lebih mudah bagi organisasi itu
sendiri untuk berkembang karena dukungan internal yang mempunyai
kedisiplinan yang tinggi.
Berdasarkan pemaparan tentang permasalahan organisasi di atas, peneliti
tertarik untuk melaksanakan survei terhadap organisasi, target penelitian kali ini
adalah organisasi Karang Taruna yang berada di desa Daren, Kecamatan
Nalumsari, Kabupaten Jepara dalam hal kedisiplinan anggota-anggotanya
terhadap tugas dan program yang di canangkan.

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :
“Mengetahui tingkat kedisiplinan pada pelaku organisasi Karang Taruna Desa
Daren, Kecamatan, Nalumsari, Kabupaten Jepara Jawa Tengah.”
Sedangkan Perumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah :
a. Mengetahui tingkat kedisiplinan anggota organisasi Karang Taruna Desa

Daren dari umur anggota
b. Mengetahui tingkat kedisiplinan anggota organisasi Karang Taruna desa
Daren dari jenis kelamin anggota
c. Mengetahui tingkat kedisiplinan anggota organisasi Karang Taruna Desa
Daren dari tingkatan pendidikannya

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

3

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan
anggota rganisasi Karang Taruna Desa Daren, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten
Jepara yang di bedakan dari umur, jenis kelamin, serta tingkat pendidikan
anggota.
1.2.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis

hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan
pengembangan organisasi, khususnya mengenai tingkat kedisiplinan pada anggota
organisasi Karang Taruna. Selain itu diharapkan juga dapa turut memperkaya
hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya.
b. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak
internal organisasi Karang Taruna atas kinerja anggotanya, sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan bahan evaluasi kinerja anggota.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi urian latar belakang masaah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi uraian teoritik variabel-variabel yang diteliti
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

MOHAMMAD IBROISIM HALIM


4

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Pada bab ini berisi uraian mengenal pendekatan dan metode penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengambilan sampel serta metode pengumpulan data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian mengenai hasil penelitian yang meliputi gambaran
umum responden serta deskripsi data penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan yang disertai dengan diskusi dan saran yang
berdasarkan dari hasil penelitian ini.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

5

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terdiri dari
dua subbab yaitu teori kedisiplinan serta pengertian Karang Taruna.
2.1 Kedisiplinan
2.1.1 Pengertian kedisiplinan
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discere, yang berarti
belajar, dari kata dasar ini timbul kata disciplus yang berarti murid atau pelajar.
Kata “Disciplina” merujuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah bahasa
inggrisnya yaitu Discipline. Dalam Mac Millan Dictionary diartikan :
a. tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri,
kendali diri;
b. latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu
sebagai kemampuan mental atau karakter moral;
c. hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki;
d. kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku;
Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa
disiplin adalah:
a. Tata tertib (di tempat, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

6

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya
bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya
adalah

sekumpulan

tingkah

laku

individu

maupun

masyarakat

yang

mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk
menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.
Menurut Arikunto (1990), di dalam pembicaraan kedisiplinan dikenal dua
istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan.
Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan
istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang
dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar
misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian
disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata
tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1990).
Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang
dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran
tertentu (Sukadji, 2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang
menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga
berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan
tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan
perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006).
Santoso (2004) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang
teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara
teratur. Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau
kelompok orang terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta
berkembang melalui latihan dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan
keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

7

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan
ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis
maupun yang tidak tertulis.

2.1.2 Tujuan kedisiplinan
Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua) tujuan,yaitu
memberi kenyamanan pada para individu serta menciptakan lingkungan yang
kondusif . Subari (1994) berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan
untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk
terciptanya peraturan itu. Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai
tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk
manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi
cakrawalanya.
Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari
pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau
kendali dari luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam
tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan
adanya kedisiplinan diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam menaati
peraturan tempat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan
memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, individu perlu
dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana
perbuatan yang menunjang terlaksananya proses dengan baik (Gordon, 1996).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan
adalah memberi kenyamanan pada para individu serta menciptakan lingkungan
yang kondusif serta mengupayakan perkembangan dari pengembangan diri sendiri
dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.

2.1.3 Fungsi kedisiplinan

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

8

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:
a. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan tempat berguna untuk menyadarkan individu bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang
berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama
menjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut
memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu,
dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku
dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam
membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu
dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar,
misalnya ketika seorang individu yang kurang disiplin masuk ke satu tempat yang
berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di tempat tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan
agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya lingkungan kondusif.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

9

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

2.1.3 Cara terbentuknya kedisiplinan
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997), kedisiplinan dapat terjadi dengan
cara:
a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi
serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.
b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan
disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
c. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih
besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah
tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki
ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang
diajarkan kepadanya.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Setiap perilaku selalu didasari oleh motif. Motif dapat diartikan sebagai
gaya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas
tertentu demi tercapainya tujuan. Dari sini muncul motivasi yang diartikan sebagai
daya penggerak menjadi aktif. Motivasi untuk melakukan sesuatu terbagi menjadi
dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Maksudnya adalah motif yang keberfungsiannya tidak perlu dirangsang
dari luar karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Contohnya seorang siswa belajar karena keinginannya sendiri untuk
membentuk disiplin diri dalam belajar sahingga membawa dampak pada prestasi
belajarnya.
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
0

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

b. Motivasi Ekstrinsik
Terdapat berbagai macam pendapat mengenai motivasi ekstrinsik, salah
satunya dari Eddi Kalsid (1987 :6-7) dan Mulyani S. Soemantri (1987 :2) yang
mirip, yakni dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Motivasi ekstrinsik adalah
motif yang dan keberfungsiannya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi
ekstrinsik terbagi menjadi :
1. Keluarga
Keluarga sebagai tempat belajar bersosialisasi sangat berperan dalam
pembentukan kepribadian individu. Manning (1978:48) menyatakan bahwa :
“Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak remaja untuk
berperilaku agresif atau tidak.” Orang tua yang otoriter dan yang memberi
kebebasan penuh akan menjadi pendorong bagi anak untuk berperilaku agresif.
Orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap perilaku
anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembangan anak ke arah
yang positif.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai salah salah satu wahana dalam mempersiapkan generasi
penerus tentunya akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak atau
siswa. Tugas guru tidak hanya sebatas menyampaikan materi kepada siswa,
namun juga memberi kan pembinaan kepribadian siswa melalui contoh dan
teladan.
M.I Soelaeman (1985 :78 ) mengemukakan bahwa guru harus padai
menegakkan ketertiban, tidak melalui kerjasama dan saling mengerti. Sedangkan
alat yang tersedia untuk menegakkan ketertiban itu adalah kewibawaan yang
bertopang pada saling mempercayai dan pada kasih sayang.

3. Lingkungan Masyarakat
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
1

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam pembentukan disiplin
individu. Lingkungan masyarakat tentunya juga memiliki peraturan tertentu yang
harus di patuhi oleh semua warganya. Oleh karena itu, masyarakat memberikan
pengaruh terhadap kedisiplinan seseorang. Seseorang yang sudah terbiasa menaati
peraturan keluarga dan sekolah akan cenderung untuk menaati peraturan yang ada
di dalam masyarakat tempat tinggal.

2.1.5 Aspek- aspek Kedisiplinan
Menurut Prijodarminto (1994), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga
aspek tersebut adalah :
a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan
pengendalian watak.
b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma,
kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan
akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk
mencapai keberhasilan (sukses).
c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk
menaati segala hal secara cermat dan tertib.

2.2 Karang Taruna
2.2.1 Pengertian Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah
dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
2

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak
di bidang usaha kesejahteraan sosial.
Demikian disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Sosial No.
77/HUK/2010

tentang

Pedoman

Dasar

Karang

Taruna

(“Permensos

77/2010”) Dari sini kita bisa lihat bahwa karang taruna berada di wilayah
desa/kelurahan, seperti halnya Anda yang bekerja pada karang taruna di wilayah
desa. Hal ini kembali ditegaskan dalam Pasal 4 Permensos 77/2010:

“Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan di dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Perlu diketahui bahwa karang taruna termasuk sebagai Lembaga
Kemasyarakatan. Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 5

Tahun

2007 tentang Pedoman

Kemasyarakatan (“Permendagri

Penataan

5/2007”), karang taruna

adalah

Lembaga
Lembaga

Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang
tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang
usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh
Departemen Sosial.

2.2.2 Tujuan Karang Taruna
Tujuan Karang Taruna sesuai yang tercantum dalam Pedoman Permensos
tahun 2010 adalah :
a. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung
jawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam
mencegah, menagkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai
masalah sosial.
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
3

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

b. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga
Karang Taruna yang Trampil dan berkepribadian serta berpengetahuan.
c. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka
mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna.
d. Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk
mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam
rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
f. Terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang semakin meningkat bagi
generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang
memungkinkan

pelaksanaan

fungsi

sosialnya

sebagai

manusia

pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial
dilingkungannya.
g. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan
secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan
oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat
lainnya.

2.2.3 Tugas dan Fungsi Pokok Karang Taruna
Tugas

pokok karang

taruna,

yaitu

secara

bersama-sama

dengan

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta
masyarakat

lainnya

menyelenggarakan

pembinaan

generasi

muda

dan

kesejahteraan sosial (Pasal 5 Permensos 77/2010).

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
4

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Untuk

menjalankan

tugas

pokok

di

atas,

karang

taruna

mempunyai fungsi (Pasal 6 Permensos 77/2010):
a. mencegah timbulnya masalah kesejahteraan sosial, khususnya generasi
muda;
b. menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi, perlindungan
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan diklat setiap anggota
masyarakat terutama generasi muda;
c. meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif;
d. menumbuhkan, memperkuat dan memelihara kesadaran dan tanggung
jawab sosial setiap anggota masyarakat terutama generasi muda untuk
berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
e. menumbuhkan, memperkuat, dan memelihara kearifan lokal; dan
f. memelihara dan memperkuat semangat kebangsaan, Bhineka Tunggal Ika
dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sementara berdasarkan Pasal 17 Permendagri 5/2007, ada tambahan fungsi karang
taruna, yaitu:
 pengembangan kreatifitas remaja, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan
obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan
 penanggulangan masalah-masalah sosial,

baik

secara

preventif,

rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan
obat terlarang (narkoba) bagi remaja.
Karang Taruna Desa Daren
Karang Taruna desa Daren merupakan salah satu organisasi pemuda yang
aktif dalam menghidupkan kegiatan kepemudaan di desa Daren. Kegiatan rutin
yang diadakan oleh organisasi ini antara lain membantu pelaksanaan takbir
keliling setiap malam lebaran Idul Fitri, penyelenggara upacara malam satu suro
yang berada di sendang bidadari desa Daren, dan membantu penyelenggaraan haul
Mbah Kyai Daren, sesepuh desa.
Selain itu, organisasi Karang Taruna Desa Daren

juga membantu

pemerintah desa dalam menyelenggarakan program yang telah dicanangkan,

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
5

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

seperti kegiatan kerja bakti yang rutin dilakukan setiap akan memperingati hari
besar nasional maupun islam.
Dalam menjalankan program kerja, organisasi Karang Taruna bekerja
dengan ditopang oleh pemerintah desa, mulai dari penyediaan fasilitas acara,
hingga bantuan dana dasar penyelenggaraan acara.

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang Metode Penelitian yang terdiri dari subbab populasi
dan sampel, variabel, metode pengambilan data, dan desain penelitian.
3.1 Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi menurut kerlinger dalam sevilla, dkk (2006) adalah keseluruhan anggota,
kejadian, atau objek yang telah ditetapkan dengan baik. Dalam penelitian ini yang

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
6

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

dijadikan populasi adalah anggota aktif organisasi Karang Taruna Desa Daren,
Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi
(Ferguson, dalam Sevilla dkk, 2006). Dalam penelitian ini akan menggunakan
anggota aktif organisasi Karang Taruna Desa Daren, Kecamatan Nalumsari,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian kali ini dilakukan secara studi populasi
dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada bidang kepengurusan
dalam organisasi Karang Taruna. Setiap subjek yang menjadi sampel adalah
subjek yang memenuhi karakteristik sampel penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel
Sevilla (2006) menyebutkan variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua
atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri. Variabel dalam penelitian ini adalah
Variabel Bebas tentang Kedisiplinan.

3.3.2 Definisi variabel operasional
Kedisiplinan
Skor yang diperoleh individu atau responden penelitian melalui respon individu
terhadap angket kedisiplinan yang disusun berdasarkan teori kedisiplinan yang
meliputi aspek sikap mental, pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan
perilaku, norma, kriteria, dan standar, dan sikap kelakuan yang secara wajar serta
menunjukkan kesungguhan hati.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
7

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah dengan
menyebarkan kuesioner penelitian tentang Kedisiplinan, untuk mengukur tingkat
kedisiplinan pada anggota organisasi Karang Taruna.
3.3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan data angket dan wawancara. Angket
dibuat berdasarkan kebutuhan data yang akan dieksplorasi dalam penelitian.
Angket bersifat terbuka dan tertutup, sedangkan wawancara digunakan untuk
melengkapi data apabiila responden kurang lengkap dalam mengisi angket.
3.4 Pendekatan Penelitian
Penelitian survei ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Secara umum
tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penyandaran atau deskripsi
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau
daerah tertentu (Suryabrata, 1995). Untuk itu, penelitian ini berupaya untuk
memberikan deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai kedisiplinan
anggota Karang Taruna.
3.5 Metode Analisis Data
Data deskriptif yang di dapat dari penelitian ini akan dikategorisasikan data-data
nya melalui proses penyuntingan (editing), Pengkodean (coding), dan tabulasi
untuk mendapatkan identifikasi kedisiplinan pada anggota Karang Taruna Desa
Daren.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
8

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan rekap hasil dari angket yang telah disebar serta
pembahasannya.
4.1 Hasil
a. Ketepatan waktu dalam menghadiri forum
Dari respon yang ditunjukkan oleh responden, menunjukkan bahwa 40% dari
mereka akan datang sebelum rapat dimulai, 40% juga memilih datang kira-kira
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

1
9

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

pada saat forum sudah berlangsung, 10% memilih tidak datang dan 10% memilih
mencari info hasil dari forum dari teman sesama Karang Taruna.

Ketepatan Waktu datang dalam forum

10.00%
10.00%
40.00%

40.00%

b. Tercapainya tujuan dan Fungsi serta Manfaat Karang Taruna
Respon yang didapat setelah angket disebar menunjukkan bahwa 70% responden
menyatakan bahwa tujuan dan fungsi karang taruna mereka rasakan telah tercapai,
mereka (responden) menyatakan berbagai alasan sebagai indikasi tujuan dan
fungsikarang taruna yang disebutkan, di antaranya adalah selalu dilibatkannya
karang taruna dalam berbagai kegiatan desa oleh pemerintah desa, ada pula yang
menyatakan bahwa fungsi yang disebutkan dalam angket telah tercapai.
Di samping itu, 30% responden menyatakan bahwa tujuan karang taruna belum
tercapai, mereka menyatakan alasan bahwa tujuan dan fungsi karang taruna belum
tercapai karena menurut mereka masih banyak hal yang perlu diperbaiki dalam
tubuh organisasi Karang Taruna Desa Daren, ada pula yang berterus terang bahwa
mereka sama sekali tidak tahu tujuan dan fungsi karang taruna sudah tercapai atau
belum.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
0

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Tercapainya Fungsi dan Tujuan Karang Taruna
Tercapai

Tidak Tercapai

30.00%

70.00%

c. Kesukarelaan dalam membantu
sub point ini menunjukkan bahwa 50% dari responden akan langsung membantu
tatkala ada kawan lain yang membutuhkan bantuan, 30% dari mereka melihat
dulu jenis bantuan yang dibutuhkan, apakah bisa membantu atau tidak, dan 20%
memilih bergeming atau memilih untuk tidak membantu karena semua tugas
sudah ada bagian masing-masing.

Kesukarelaan Membantu
20.00%

50.00%

Langsung membantu
Melihat dulu bantuan
yang dibutuhkan
Bergeming karena sudah ada tugas masingmasing

30.00%

d. Kepatuhan terhadap tata tertib saat bertugas
Hasil menunjukkan bahwa 40% responden yang mengetahui bahwa apa mereka
lakukan dalam menyelesaikan tugas menyimpang dari peraturan memilih untuk
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
1

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

acuh terhadap peraturan asalkan tugas mereka selesai, 40% juga memilih untuk
melanjutkan selama tidak ada teguran ataupun yang mengingatkan, sedangkan
20% memilih untuk meninggalkan hal tersebut.

Kepatuhan terhadap tata tertib
Tetap diteruskan
meninggalkan
tetap diteruskan selama tidak ada teguran

40.00%

40.00%

20.00%

e. Mengingatkan teman yang lain ketika melakukan kesalahan
30% dari responden memilih mengingatkan temannya jika melakukan kesalahan
ataupun pelanggaran tata tertib saat bertugas, 20% memilih take action atau
langsung turun untuk membantu membenahi kesalahan yang diperbuat, sedangkan
50% memilih untuk membiarkan saja kesalahan yang diperbuat.

Mengingatkan teman yang lain ketika melakukan kesalahan
30.00%

50.00%

20.00%

Mengingatkan Membantu Membiarkan

f. Tanggung jawab ketika tugas selesai
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
2

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

30% dari responden memilih untuk langsung menyudahi tugasnya dengan segera,
20% memilih untuk membuat evaluasi kerja untuk pribadi, 30% lagi memilih
untuk membuat daftar checklist tugas untuk dilaporkan kepada pimpinan,
sedangkan 10% memilih untuk langsung melapor kepada pimpinan bahwa
tugasnya telah selesai.

Tanggung jawab tugas selesai

10.00%
30.00%
30.00%

langsung menyudahi
melakukan evaluasi
pribadi
membuat checklist
untuk pimpinan
langsung lapor pimpinan

30.00%

g. Kesiapan mengemban tugas
70% responden memilih langsung mengerjakan tugas mereka setelah pembagian
tugas dilaksanakan, 20% memilih menunggu anggota lain mengerjakan, dan 10%
memilih untuk mencari tugas yang lebih ringan pada pimpinan untuk dikerjakan.

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
3

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Respon setelah pembagian tugas
10.00%

20.00%

70.00%

Langsung mengerjakan
Meminta tugas yang lebih ringan

Menunggu anggota lain mulai

h. Respon terhadap hasil yang kurang maksimal
50% memilih untuk pasrah pada hasil kerja yang dilakukan karena memang itu
batas kemampuan mereka, 30% memilih untuk mengerjakan dengan lebih giat,
dan 20% akan memeriksa kembali letak kesalahan yang mereka lakukan untuk
kemudian diperbaiki.

Respon terhadap hasil kerja yang kurang maksimal
20.00%

50.00%

30.00%

Memeriksa kesalahan

Mengerjakan lebih giat

Pasrah

4.2 Pembahasan
Dari sejumlah angket yang disebar kepada anggota organisasi Karang
Taruna desa Daren, dari aspek yang diambil menunjukkan bahwa tingkat
kedisiplinan pada ketepatan waktu anggota karang taruna desa Daren terbilang
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
4

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

cukup tinggi, ini ditunjukkan dengan dengan prosentase yang tinggi (mencapai
80% untuk kehadiran dengan detail 40% datang tepat waktu dan 40% datang
setelah forum berlangsung) dalam kesediaan untuk datang dalam forum ataupun
rapat untuk sebuah program daripada yang tidak datang.
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Ekosiswoyo dan
Rachman (2000) bahwa kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang
didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka
pencapaian tujuan. Para anggota merasa perlu untuk mendatangi forum yang
diadakan untuk membuat, menjalankan, maupun mengevaluasi program kerja
yang dilaksanakan.
Poin lain yang juga sejalan dengan yang disampaikan oleh Ekosiswoyo
dan Rachman (2000) adalah kesadaran untuk memberikan bantuan antara anggota
karang taruna yang membutuhkan bantuan pada saat menjalankan sebuah program
yang juga tinggi (70% dengan rincian 50% responden akan langsung membantu
dan 20% melihat dulu bantuan yang dibutuhkan sebelum ikut membantu).
Sedangkan 30% lainnya memilih untuk bergeming karena masing-masing sudah
mempunyai tugas sendiri.
Hal positif juga terlihat pada respon anggota terhadap tugas yang diberikan
dimana 70% anggota memilih untuk langsung mengerjakan tugas yang diberikan,
hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Yahya (1992) bahwasanya tujuan
kedisiplinan adalah perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan
pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Hal ini juga
didukung dengan respon anggota Karang taruna dalam menanggapi hasil yang
kurang maksimal dalam menjalankan program, yakni mencapai 50% dengan
rincian 20% dari mereka memilih untuk membuat evaluasi pribadi atas kinerja
yang mereka raih dan 30% akan bekerja lebih giat lagi dalam mengejar target
yang ditentukan. Sayangnya prosentase untuk menyerah juga tinggi dari
responden, yakni mencapai 50%, hal ini bisa juga dipengaruhi oleh faktor
intrinsik yakni motivasi dari individu sendiri serta faktor ekstrinsik yakni
lingkungan sosial anggota.
MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
5

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Yang patut diperhatikan dalam penelitian kedisiplinan kali ini adalah
rendahnya kesadaran anggota Karang Taruna terhadap peraturan yang melandasi
jalannya program dari karang taruna sendiri, hasil yang didapatkan menunjukkan
bahwa 80% (dengan rincian 40% memilih untuk meneruskan sampai target
terpenuhi dan 40% memilih untuk meneruskan selama tidak ada teguran dari
pimpinan atau atasan) dari responden memilih untuk meneruskan cara yang
mereka tempuh meskipun cara tersebut melanggar peraturan dan tata tertib dari
karang taruna sendiri dan hanya 20% responden yang memilih untuk
meninggalkan cara yang salah tersebut.
Prosentase kesadaran untuk mengingatkan dan membantu anggota yang
lain ketika melakukan kesalahan juga menunjukkan hasil yang negatif dimana
50% dari responden memilih untuk acuh terhadap kesalahan yang dibuat oleh
anggota lain, 30% dari mereka memilih hanya mengingatkan sedangkan yang
langsung membantu hanya 20% dari mereka.
Untuk persepsi tentang tercapainya fungsi dan tujuan karang taruna dari
responden memperlihatkan hasil yang positif dimana 70% dari mereka
berpendapat bahwa tujuan dan fungsi karang taruna telah tercapai dan hanya 30%
saja yang menyatakan bahwa tujuan dan fungsi dari karang taruna desa Daren
belum tercapai.

BAB V

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
6

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discere, yang berarti
belajar, dari kata dasar ini timbul kata disciplus yang berarti murid atau pelajar.
Kata “Disciplina” merujuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Semua aspek,
fungsi, dan tujuan kedisiplinan merujuk kepada pembelajaran diri sendiri untuk
berkembang terstrukstur dan lebih baik.
Prosentase dari angket yang disebar terkait dengan tema Kedisiplinan
Organisasi Karang Taruna menunjukkan bahwa kedisiplinan anggota Karang
Taruna dalam melaksanakan tugas terhitung tinggi meskipun kesadaran terhadap
peraturan dan tata tertib organisasi masih terhitung rendah.

5.2 Saran
Untuk kedepannya akan lebih baik jika seluruh anggota diberikan
pengertian lebih lanjut pentingnya peraturan dan tata tertib serta fungsi dan
tujuannya, supaya dalam melaksanakan program dapat berjalan pada jalur yang
semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
7

Survey Kedisiplinan Organisasi Karang Taruna

Asmiarsih, T. 2006. Pengaruh Pengawasan Terhadap Kedisiplinan Kerja
Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Brebes. Skripsi. Semarang
.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Rineka Cipta
http://bahasa.Kemdiknas.go.id/kbbi/
Lembaga Ketahanan Nasional (1997), Disiplin Nasional. Jakarta ; Lemhanas
Prijodarminto. 1994. Disiplin kiat menuju sukses, Jakarta: abadi
Sukadji, S. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga
Pengembangan sarana Pengukuran dan Pendidikan. UI-Press.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta :
Gramedia
Utami, Cahyawati, S.B; 2013. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan
Demokratis Dengan Kedisiplinan Kerja Pada Organisasi Pecinta Alam Di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

MOHAMMAD IBROISIM HALIM

2
8