Hukum pangan Dan Politik Agraria

HUKUM DAN POLITIK AGRARIA

OLEH :
NAMA

: M.ALIS

NPM

:

20110101063

JURUSAN : PPKn
SEMSTER
KELAS

: V (lima)
:B

STRUKTUR HUKUM TANAH SEBELUM

BERLAKUNYA UUPA
 Setelah proklamasih kemerdakaan RI harus dilakuka pergantian politik agraria lama
(kolonial) dengan politik agraria baru (nasional) dengan maksud dan tujuan untuk menuju
pada kejahteraan dan kemakmuran rakyat, namun dalam usaha tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama sehingga dualisme dan pluralisme (Hukum Agraria Adat Yang
Bersumber Pada Hukum Adat Dan Hukum Barat Yang Bersumber Dari Hukum Perdata
Barat) terus berlangsung sebelum berlakunya UUPA pada tanggal 29 oktober 1960
 Hubungan-hubungan dan peristiwa -perstiwa hukum yang berlaku berbeda antara
golongan indonesia (asli) dengan golongan orang barat/eropa sehingga menimbulkan
“hukum antar golongan” (yang tidak tertulis) namun menjadi yurisprudensi tetap
 Dan Dengan adanya “pasaran bebas” yang dimana orang-orang eropa yang ingin
memperoleh tanah adat (indonesia) maka diadakan pembatasan, yaitu “larangan
pengasingan tanah” yang dilegalitaskan dalam S.1875 No.179 dengan maksud :
a. Untuk melindungi bangsa indonesi yang lemah dalam bidang ekonomi dari pengusaha
luar
b. Untuk kepentingan pemerintah kolonial dapat terlindung dari pengusaha eropa yang
membahayakan

Hukum Agraria Nasional
Hukum Agraria Nasional Telah Memenuhi Dua Kriteria

Secara formil

UUPA dibuat oleh legislatif (DPR) bersama dengan presiden sebagai pembentuk undangundang kedua
Secara materil

A. Isi UUPA merupakan penjelasan dari sila-sila pancasila yaitu :
 Sila Ketuhana Yang Maha Esa adalah ketentuan pasal 1 ayat 2
 Sila kemanusiaan yang terdapat dalam pasal 2 dan pasal 6
 Sila persatuan indonesia adalah pasal 9 ayat 1
 Sila kerakyatan dan keadilan sosial yang tercantum dalam pasal 9 ayat 2
B. UUPA sangat sesuai dengan hukum adat sebagai dasar pembentukannya
C. UUPA sangat sesuai dengan tujuan bangsa INA yang ada dalam UUD 1945 denagn pencabutan
landasan agraria lama, yaitu :


Agrarisch wet peraturan yang memuat pernyataan domain (domain verklaring), Agrarisch
Eigendom yang dimuat dalam staatsblad. buku II KUHP perdata ( hukum benda) yang mengatur




Mengenai larangan pengasingan tanah yang dimuat dalam (staatblad 1875) dan juga
ketentuan dalam buku III dan buku IV KUHP tentang aturan khusus yang berlaku bagi
sewah tanah.
Pencabutan dengan pertimbangan pencapaina masyarakat adil dan makmur

DASAR-DASAR KENASIONALAN HUKUM AGRARIA (UUPA)

• Wilayah NKRI yang terdiri dari BARA+K merupakan kesatuan tanah air (pasal 1 ayat
1)
• Pengkuan bangsa INA atas BARA+K merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
(pasal 1 ayat 2)
• Hubungan antara bangsa indonesi dengan BARA+K bersifat abadi (pasal 1 ayat 3 )
• Negara merupakan badan penguasa atas BARA+K (pasal 2 ayat 1)
• Hak ulayat diakui eksistensinya (masih ada, sesuai dengan kepentingan nasional ,
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan UU dan peraturan) (pasal 3 UUPA)
• Hanya warga negara mempunyai hubungan sepenuhnya BARA+K (pasal 9 ayat 1)
• laki-laki dan perempuan nenpunyai hak yang sama tertuang dalam (pasal 9 ayat 2)

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM PEMBANGUNAN HUKUM
AGRARIA NASIONAL

SEBAGAI DASAR UTAMA
Dapat dilihat dari konsideran undang-undang agraria yaitu :
“Bahwa berhubungan dengan apa yang disebut pertimbangan-pertimbangan diatas perlu adanya
hukum agraria nasional yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah yang sederhana dan
menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat indonesia dengan tidak megabaikan unsur-unsur
yang bersandar pada hukum agama.”

A. Dan juga asas-asas/konsepsi hukum adat yang diambil sebagai
dasar
:
Hubungan manusia dengan kekayaan alam merupkan “religio-magis” yang artinya anugerah
dari tuhan (pasal 1 ayat 2
Hak ulayat “ negara bukan hak untuk memiliki tetapi menguasai (pasal 3 UUPA)
Perseorangan(individe) dan bersama-sama(kelompok) mempunyai hak untuk memiliki pasal
(4 dan 16)
Kemasyarakatan (penggunaan hak individu harus memperhatikan dan tidak boleh
merugikan kepentingan masyarakat

Asas gotong royong ( saling membantu baik kepentingan individu maupun kelompok)
Perbedaan warga asli dengan warga asing dalam kedudukan penguasaan dan

penggunaan
Perbedaan warga asli dengan warga asing dalam kedudukan penguasaan dan
penggunaan kekayaan alam

B. Lembaga-lembaga hukum adat yang diambil : sebagai dasar :
Susunan macam-masacam hak atas tanah yang dikenal dengan hak milik/hak yayasan,
hak pakai, hak sewa hak menikmati/memungut hasil hutan dah hak membuka tanah
(pasal 16) namun masih ada yang perlu disemprnakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat moderen
Dengan antara lain : hak guna usaha dan hak guna bangunan

c. Sistem hukum adat mengenai sistematika hubungan manusia
dengan
tanah
Hubungan itu Sepenuhnya diatur oleh kepala adat yang berwenang dalam memberikan
hak-hak atas tanah perseorangan sepeti hak milik/yayasan , hak pakai hak guna dan lainlain. Pelimpahan itu hanya mengenai unsur kewenangan saja

Hak ulayat

pelimpahan

Wewenang

Hak menguasai
dari kepala adat

Hak-hak atas tanah
perseorangan

SEBAGAI PELENGKAP
Disimpulkan Dari pasal 5 UUP adalah hukum agraria yang berlaku adalah hukum
adat dengan syarat-syarat tertentu :
Ketentuan hukum ada itu tidaj boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara
Tidak boleh bertentangan dengan sosialisme indonesia



Tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam UUPA itu sendiri

Tidak boleh bertentangan dengan perturan agraria lainnya


Hukum adat harus mengundahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agraria

Asas-asas dari hukum agraria nasional yang termuat dalam uupa
Obyek Hukum Agraria Nasinal Sebagai Mana Ditentukan Dalam (Pasal 1 Ayat 4,5,6 Dan Pasal 4
Ayat 1)

Kewajiban Yang Dibebankan Kepada Pemegang Hak Atas Tanah
 Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (pasal 6 UUPA)
 Kewajiban untuk memelihara tanah (pasal 15 UUPA)
 Mengerjakan/mengusahakan sendiri secara actif tanah pertanian (pasal
10 )
 Pemilikan dan penguasaan tanah yang melamoaui batas tidak
diperkenankan (pasal 7 UUPA)
 Mengenai subyek hak-hak atas tanah (pasal 9 UUPA)
 usaha dalam agraria berbentuk koprasi atau usaha gotongroyong (pasal 12
UUPA)
 Usaha agraria yang berbentuk monopoli tidak diperkenankan (pasal 13 ayat
2 UUPA)
 Pembuatan rencana penggunaan BARA+K


HAK HAK ATAS TANAH MENURUT UUPA
Unsur BARA + K dalah Hak Negara untuk diberi wewenang :
 Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, persediaan dan pemeliharaan BARA
 Menentukan dan mengatur hubungan antara hukum antar orang-orang dengan BARA
 Menentukan dan mengatur hubungan antara hukum antar orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang mengenai BARA

HAK MILIK
Sifat dan ciri-ciri khas hak milik yaitu


Turun temurun yang artinya hak tersebut dapat terus berlangsung ketika yang punya
meninggal maka dilanutkan oleh Ahli Waris.



Terkuat menunjukkan yana artinya jangja waktunya tak terbatas dan haknya kuat



Terpenuh yang artinya yang mem[punyai hak milik paling luas dibandingkan dengan yang

lain

Yang mempunyai hak milik hanya WNI kecuali perseorangan tau bersama-sama yang
dimaksud sebagai berikut :


Bank-bank yang didirikan oleh negara



Perkumpulan-perkumpulan koperasi oertsnisn yang berdasarkan UU No.79 thn 1958n



Badan keagamaan yang ditunjuk oleh mentri negara



Badan Sosial yang ditunjuk MENDAGRI setelah mendangarkan Mentri Sosial


Menurut pasal 22 UUPA Hakmilik dapat terjadi karena karena :
 Menurut ketentuan hukum
 Karena ketentuan UU
 Menurut penetapan pemerintah

Hak atas tanah yang dapat bertindak atau membenahi hak milik
iyalah :
 Hak guna bangunan
 Hak pakai
 Hak sewa
 Hak gadai
 Hak menumpang
Hapusnya Hak Milik Bila : ( pasa 27 UUPA)
 jatuh kepada negara :

Karena pencabutan hak (pasal 18 UUPA)
Penyerahan sukah rela oleh pemiliknya
Penyerahan sukah rela oleh pemiliknya
karena ketentuan pasal 21 ayat 3 dan 26 ayat
2


 Tanah musnah (pasa 27 UUPA

HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN
HAK GUNA USAHA (HGU) pasal 28-34


hak atas tanah memberi yang punya hak untuk berwenang menggunakan tanah, yang
dalam lingkup terbatas hanya untuk perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan.
Ketentuan ini tidak bersumber dari hukum adat, mendirikan hak guna usaham paling
lama 50 - 60 tahun



Yang dapat mempunyai (menjadi subyek) HGU ialah :
a. Warga negara indonesia
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum dan kedudukan indonesia



Subyek HGU yang tidak memenui syarat :
a. WNI berganti menjadi warga negara asing
b. Badan hukum yang memindahkan kedudukannya di luar negeri



Hak atas tanah “lama” yang dapat dikonvrensi menjadi HGU :
a. Hak erfecht untuk perusahaan kebun besar (24 september 1960) paling
lama 20 tahun
b. Hak milik (adat) dan lain-lain (pasal 11) tidak memnuhi syarat yang di
tetepakan dalam (pasal 21) ketentuan negenai konversi hak egondom

dalam (pasal 1 ayat 3)



Terhapusnya HGU (pasal 34 UUPA memberikan ketentuan senagai berikut :
a

Jangka waktunya berakhir

b

Dihentikan karena sesuatu yang tidak dipenuhi

c

Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangkawaktu berakhir

d

Dicabut untuk kepentingan umum

e

Diterlantarkan

f

Tanahnya musnah; dan

g

Ketentuan dalam pasal 30 ayat 2 UUPA

HAK GUNA BANGUNAN (HGB)
Hak mendirirkan dan mempunyai bangunan dengan bukan hak milik
sendiri dengan ketenruan paling lama 30 tahun (pasal 35 ayat 1
UUPA)



Ciri-ciri Khas
Memberi wewenang kepada yangHGB
punya hak untuk medirikan dan mempunyai
bangunan diatas tanah yang bersangkutan



HGB berasal dari tanah yang bukan milik sendiri



Hak-hak atas tanah “lama” yang dapat dikonvrensi menjadi HGB iyalah :



a

Hak eigondom kepunyaan WNI yang tidak dapat dibuktikan
kewarganegaraannya

b

Hak eigondom kepunyaan badan hukum keagamaan dan social
yang telah ditunjuk sebagai badan yang boleh mempunyai hak
milik

c

Termasuk hak atas hak eigondom kepunyaan pihak yang tidak
memenuhi syarat-syarat sebagai subyek hak milik

d

Hak milik (adat)

e

Hak erfpacht untuk perumahan dan hak postal yang masih berlaku
pada tanggal 24 september 1960

HGB jangka waktunya 30 tahun. HGB tersebut hapus dan tanahnya jatuh kepada
negara

HAK PAKAI, HAK SEWA, DAN HAK PENGELOLAAN
HAK PAKAI
Hak guna pakai, Hak guna usaha, hak guna bangunan,hak sewa, hak usaha bagi hasil ,
hak gadai dan hak menumpnag, menurut hukum agraria yang baru sebenarnya dapat
diberikan dalam pengertian hak pakai,
konversi hak-hak atas tanah “lama” menjadi hak pakai ialah :


Hak eigondom



Hak vrchtgebrulk ( yang disebut dalam pasal IV ketentuan konversi }



Hak gogolan ( yang dimaksud dalam pasal VII ayat 2)



Hak erfpacht



Hak penguasaan ( peraturan pemerintah N, 8 thn 1953)

HAK SEWA
 Disebutkan Dalam Pasal 44 UUPA
Sesorang atau badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah apabila ia
berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan
dengan membayar kepada pemiliknya

Pembayaran uang sea dapat dilakukan :
A. Satu kali pada tiap-tipa tertentu
B, sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan

Perjanjian sewah tanah yang dimaksud dalam pasal ini tidak boleh disertai
syarat-syarat yang mangandung unsur pemerasan
yang dapat mempunyai hak sewah ialah (pasal 45 UUPA

 Warganegara indonesia
 orang asing yang berkedudukan indonesia
 Badan hukum yang didirikan menurut hukum dan berkedudukan di
indonesia
 Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di indonesia
HAK PENGELOLAAN

A. PMDN no. 5 tahun 1974 disebutkan hak pengelolaan berisikan wewenang untuk :
 Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan
 Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya
 Menyerahkan bagian-bagian dari tanah termasuk pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat
yang berwenang (PMDN No. 6 thn 1972)
B. Subyek hukum pengelolaan menurut pasal PMDN No.5 thn 1973:
 Departement dan jawatan-jawatan pemerintah
 Badan-badan hukum yang ditunjuk pemerintah

LANDREFORM
 landreform berujuan untu ktidak merugikan kepentingan umum
maka pemilikan dan penguasa tanah yang meliputi batas tidak
diperkenankan
 Tujuan
• Untuklandreform
mengadakan pembagian yang adil
• Melaksanakan prinsip untuk tidak dijadikan tanah sebagai obyek pemerasan
• untuk memperkuat dan memperluas hakmilik sebagai mahlik sosial tanpa membeda
bedakan
• Untuk mengakhiri sistem tuan tanah
• Untuk mempertinggi produksi dan mendorong intensif gotongroyong

 Program
yang ditetapkan pemerintah untuk mencapai landreform
 Larangan menguasai tanah pertanian yang melampaui batas






Laranga pemilikan tanah secara absentee
Retribusi terhadap selebihnya batas dan larangan absentee
Pengeturan pengembalian dan penebusan tanah pertanian
Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah pertanian yang digadaikan
Penetapan batas maksimum dan minimum pemilikan tanah dan pemecahan

 USAHA PEMERATAAN PEMILLIKAN TANAH PERTANIAN
 Larangan Pemilikan/penguasaan Usaha Pertanian Yang Melampaui Batas
(pasal 7 dan 17 UUPA) dengan masud supaya tidak merugikan kepentingan umum
teruatam bagi penduduk yang padat juga persediaan tanah yang terbatas,
menyebabkan bagian yang lain menjadi tanah nya sempit dan tidak punya
samasekali
 Larangan pemilikan tanah secara absentee (pasal 10 ayat 1 UUPA) sebab
menyebabkan tanah tersebut tidak dapat dikerjakan secara actif kecuali : Pegawai
negeri/ABRI, Yang Menjalankan Tugas Negara Dan Agama dan yang alasan khusus
yang diterima MENDAGRI
 batas minimu pemilikan tanah pertanian (pasal 17 ayat 1 UUPA) dengan
maksud agar petani yang bersangkutan mendapatkan penghasilan yang layak
dalam memenuhi kebutuhan sendiri dan mkeluarga.
 Retribusi tanah pertanian dalam artian tanah yang melampaui batas
maksimum akan diambil oleh pemerintah dengan ganti rugi kemudian dibagikan
kepada rakyat yang membutuhkan (peraturan pemerintantah) adapun tanah yang
lain ialah :
- tanah yang terkena larangan absentee
- tanah atau bekas swapraja yang beralih kenegara
- tanah lain yang dikuasai oleh negara seperti bekas perkebunan besar dan
partikuler

GADAI DAN PERJANJIAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN
GADAI TANAH ialah suatu tran saksi dimana sesorang menyerahkan sebidang tanah kepada
orang lain/penggarap dengan menerimah sejumlah uang tertentu, dengan ketentuan tanah
tersebut kembali kepada pemilik dengan mengembalikan uang dari pihak kedua
BAGI HASIL ialah suatu perjanjian dintara pemilik tanah dengn penggarap untuk mengusahakan
tanah tersebut dengen ketentuan bagi hasil secara natura . Yang disebut dengan dalam Bahasa
Sulawesi Tesang

Pengturan pengembalian dan penebusan tanah pertanian
yang digadai
Ciri-ciri gadai tanah yang tunduk pada hukum adat
a. Hak menebus tidak mungkin kadaluarsa
b. Pemegang gadai selalu berhak untuk mengulang gadaikan tanahnya
c. Pemegang gadai tidak boleh menuntut supaya tanahnya segerah ditebusi
d. Tanah yang digadaikan tidak bisa secara otomatis menjadi milik pemegang gadai bila tidak ditebusi

Dalam sistem UUPA gadai menggadai merut hukum adat bersifat sementara dan akan segerah dihapuskan
karena mengdung eksploitasi (lebih menguntungkan bagi pemegang gadai)
Dalam melindungi golongan ekonomis lemah (pemberi gadai) (pasal 7 UU No. 56 prp 1960) diatur halhal sebgai berikut :
1. Dimulai berlakunya peraturan, hak gadai selama berlangsung 7 tahun wajib mengembalikan tanah itu
kepada pemilinya tanpa uang tebusan.

  . Pemilik tanah berhak meminta sebelum brlakunya peraturan ini selama 7 tahun disetiap waktu
2
selesai dipanen, dengan membayar uang tebusan menurut rumuas : dengan ketentun ada pada
no. 1
3. Ketentuan dalam ayat 2 pasal ini berlaku juga terhadap hak gadai yang diadakan sesudah mulai
berlakunya peraturan ini.

Pengaturan kembali perjanjian bagihasil tanah
pertanian
 Tujuan mengtur perjanjian bagi hasil
a. Agar pembagian hasil tanah antara pemilik dan penggarapnya dilakukan atasa dasar
yang adil
b. Dengan menegaskan hak-hak dan kewajiban pelaku perjanjian bagi hasil agar terjamin
dan layak kedudukan hukum bagi para penggarap karena tanah terbatas dan banyak
penduduk yang ingin menggarap
c. Agar terselenggaranya cara pemeliharaan kesuburan dan mengusahakan tanahnya demi
produktifitas tanah yang bersangkutan, yang berarti suatu langkah maju dalam
melaksanaka program akan melengkapi “sandang pangan masyarakaat”

PENYEDIAAN TANAH DEMI KEPENTINGAN PEMBANGUNAN
Peraturan perundangan yang mengtur tindak lanjut dari pembebasan dan pencabutan hak atas
tanah mempunyai dua arti yaitu:
a. Merupakan dasar hukum dari pemerintah atau penguasa untuk memperoleh tanah-tanah
penduduk yang diperlukan bagi penyelenggara kepentingan umum dan pembangunan
b. Merupakan jaminan suatu perlindungan hukum bagi para individu atau warga masyarakat atas
tanah yang dimilikinya atau dikuasainya dari tindakan sewenang dari penguasa/pemerintah

 Pembebasan tanah ialah menurut( pasal 1 ayat 2 permendagri no. 15 thn 1975)
melepaskan hubungan hukum yang semula terdapat diantara pemegang hak/penguasa atas
tanahnya dengan cara pemberian ganti rugi. Dengan prinsip musyawarah
Menetapkan Besarnya Ganti Rugi Harus Diperhatikan Pula Tentang :
a. Lokasi dan faktor-aktor strategi lainnya yang dapat memperngruhi harga tanah. Memetepkan
ganti rugi atas banghunan/tanaman berpedoman pada ketentuaan dinas PU dan pertanian
b. Bentuk ganti rugi dapat berupa uang, tanah dan fasilitas lain
c. Yang berhak atas menerima ganti rugi ialah pemilik tanah,banguan dan tanaman dengen
berpedoman pada hukum adat selama tidak bertentangan dengan UUPA dan kebijakan
pemerintah

Pembebasan tanah yang dapat meresahkan masyarakat
• Penetapan ganti rugi tidak dimusyawarahkan antara panitia dan pemilik tanah
• Melakukan penggusuran sebelum ada gantirugi dan kesepakatan
• Tanah yang dibebsakan diterlantarkan terlalu lama dan penyimpangan tujuan

faktor penyebab timbulnya keresahan di masyarakat





Ganti rugi yang ditetapkan rendah sekali dan jauh dari memadai
Panitia dalam mengadakan musywarah hanya kepala desa
Terjadi pemotongan dan penyunatan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab
Pembayaran dan pernyatan tidak kolektif rangkap 8 dilakukan diatas blanko kosong
yang disaksikan hanya kepala desa tanpa saksi 4 orang

 Pencabutan hak atas tanah tan benda-benda yang diatasnya
Menurut pasal 18 UUPA untuk kepentinan umum/bersama,bangsa dan nearan serta kepentingan
bersama rakyat hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan
menurut cara yang diatur dalam UU.

Pencabutan hak menurut UUPA ialah pengambilan tanah terhadap kepunyaan sesuatu
pihak oleh negara secara paksa dan menjadi hapus tan pa melakukan pelanggaran dan
kewajiban hukum

Syarat-syarat melakukan pencabutan hak menurut (pasal 18 UUPA)
1. Apabila kepentingan umum
2. Harus dengan ganti rugi yang layak
3. Menurut cara yang atur dalam undang-undang

 Perlihan hak ialah belum langka pembebasan dan pencabutan hak sebaiknya ditempuh
jalan keperadaan (jual beli, tikar menukar dan lain sebagainya). Ketentuan dalam 26, 28, 35,
38, 43 UUPA setiap hak atas tanah pad asasnya dapat beralih dan dialihkan dan perlu diawasai
dan dikendalikan demi tertibnya atminstrasi untuk mencegah akumulasi/konsntrasi

PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH MENURUT UUPA
A. Dasar hukum pendaftaran hak atas tanah
1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Pendaftaran tanah meliputi:
    a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah
    b. Pendafataran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
    c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat kedaan negara dan masyarakat,
keperluan lalulintas sosial, ekonomi serta kemungkunan penyelenggaran menurut pertimbangan
mentri agraria.
5. Dalam perarturan pemerintah diatur biaya-biaya yeng bersangkutan dengan pendaftaran
termaksuk dalam ayat 1 di atas ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari
pembayaran biaya-biaya tertentu.

B. a. Tujuan pendaftaran tanah :
a) Kepastian hak atas tanah (status hak milik)
b) Kepastian subyek haknya ( sipa yang menjadi pemilik)
c) Kepastian obyek haknya (dimana letaknya)
d) Kepastian hukum (wewenang dan kewajiban pemilik hak atas tanah)

b. Kegunaan Pendaftaran Tanah
a) bagi pemegang hak atas tana :
• Dapat memberkan rasa aman
• Apabila terjadi peralihan dapat mudah dilakukan
• Taksiran harga tanah relatif tinggi dibandingkan dengan yang
tidak bersertifikat
• Dapat dipakai sebagai jaminan hutang di bank
• Penetapan Ipeda dan sebagainya tidak keliru.
b) bagi pemerintah :
• Tertibnya
tministrasi
dalam
bidang
pertanahan
dan
memperlancar kegiatan pemerintah yang menyengkut tanah
dalam pembangunan
• Pemegang hak atas tanah Dapat mengurangi keresahan
menyengkut masalah tanah (sengketa tanda batas, pendudukan
tanah secara liar dan sebaginya
C. Sistem pendaftaran tanah :
a) sistem positif (pembuktian yang mutlak)
b) sistem torrens ( alat bukti yang paling lengkap)
c) sistem negatif ( alat pembuktian yang kuat )

D. Asas dalam pendaftaran tanah


Asas PUBLISITAS Suatu asas yang memberikan suatu keterbukaan informasi
terhadap siapapun (umum) yang ingin melakukan perbuatan hukum atas tanah
tersebut. Dengan asas ini, setiap orang yang ingin melakukan suatu perbuatan hukum atas
tanah (ex.jual beli), dapat melakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai informasi
terkait dengan tanah tersebut di Kantor Pertanahan



Asas OPENBAARHEID/SPESIALITAS Asas yang berhubungan dengan segala sesuatu
yang terkait dengan detil dari tanahnya, seperti letak/lokasi tanah, luas tanah dan
para pihak-pihak yang terkait dengan tanah tersebut. Intinya asas ini akan lebih
mengarah pada data yuridis dari tanah tersebut. Asas ini terdapat ketika perbuatan
hukum dilakukan dihadapan PPAT dalam hal pembuatan aktanya, yang mana sifatnya
TERTUTUP UNTUK UMUM dan hanya diperuntukan kepada para pihak yang terkait
langsung dengan tanah dan perbuatan hukum yang akan dilakukan pada tanah tersebut.

E. Stelse pendaftaran tanah :
macam-macm daftar dikantor pendaftaran tanah
a) Daftar tanah seluruh tanah yang terdapat dalam suatu desa ( tanah negara, sesorang dan
sebgainya
b) Daftar buku tanah peralihan dan pembenahannya dengan hak-hak lain
c) Daftar nama orang (badan-badan hukum )yang mempunyai hak tas tanah
d) Daftar surat ukur ialah kumpulan surat ukur( letak, luas serta batas-batas bidang tanah)

SEKIAN DAN TERIMAH KASIH
DARI SAYA SEMOGA DAMAI
BERSAMA MU