pemahaman masyarakat tentang bangunan ya

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Pemahaman Masyarakat Tentang Bangunan yang Aman Terhadap Gempa dan Izin
Mendirikan Bangunan di Kabupaten Padang Pariaman
Totoh Andayono, Eka Juliafad
FT- Universitas Negeri Padang
Abstrak
Masa rekonstruksi pasca gempa Sumatera Barat terhadap rumah masyarakat terutama
bangunan rumah tinggal non engineering di kabupaten Padang Pariaman yang berlangsung
serentak, membuat banyak rumah dibangun tidak sesuai dengan peraturan persyaratan pokok
membangun rumah yang lebih aman terhadap gempa. Untuk mengetahui seberapa jauh
masyarakat tahu dan mengerti tentang akibat dan dampak dari kerusakan yang dihasilkan oleh
gempa bumi perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat tentang
gempa, bangunan yang aman terhadap gempa dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).Penelitian
dilakukan dengan metode survey dan wawancara terhadap 500 orang masyarakat yang tersebar
di 5 (lima) kecamatan di kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yaitu kecamatan Lubuk
Alung, Enam Lingkung, Sintuk Toboh Gadang, Nan Sabaris, dan Batang Anai. Hasil penelitian
pemahaman masyarakat mengenai rumah yang aman terhadap gempa
48% masyarakat
merasa aman, 32% diantaranya menyatakan telah menginstruksikan kepada tukang untuk

membangun dengan cara yang benar sesuai yang dipelajari. Pemahaman keamanan rumah
terhadap gempa menunjukan bahwa 71% menyatakan jika volume semen dikurangi akan
menurunkan kekuatan beton, 63% menyatakan jika menggunakan kualitas batubata yang buruk
mengakibatkan turunnya kekuatan bangunan, dan 66% menyatakan jika menggunakan tulangan
yang lebih kecil dari yang seharusnya maka kekuatan bangunan rumah akan turun banyak.
Mengenai pemahaman terhadap IMB sebanyak 64% rumah yang dibangun pada masa
rekonstruksi tidak memiliki IMB, 66% diantaranya tidak mengetahui tempat pengurusan IMB,
walaupun 71% masyarakat telah mengetahui persayaratan untuk mengurus IMB.
Kata kunci : Pemahaman gempa, bangunan, Izin mendirikan bangunan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Sumatea Barat berlangsung,
telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain pemulihan secara fisik melalui pembangunan dna
perbaikan saranan dan prasarana bangunan umum dan perumahan masyarakat yang terkena
dampak gempa, juga pemulihan non fisik yaitu dengan meningkatkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat mengenai bahaya bencana gempa bumi serta upaya mitigasi terhadap hal tersebut
khususnya dalam membangun rumah sederhana yang lebih aman terhadap gempa.
Semejak tahun 2009 hingga 2011, Japan Internastional Corporation Agency (JICA)
bersama Universitas Negeri Padang (UNP) telah melaksanakan berbagai kegiatan penenlitian
dan sosialisasi berkaitan dengan kualitas rumah aman gempa kepada masyarakat terutama di

kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat tersebut pasca fase rehabilitasi dan
rekonstruksi, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat
terhadap keselamatan terhadap bencana gempa bumi, ketahanan bangunan akan gempa dan
potensi kerusakannya. Selain itu perlu diketahui bagaimana tingkat kesadaran masyarakat
terhadap sistem administrasi bangunan (proses Izin Mendirikan Bangunan)

ISBN: 978-602-72004-0-1
1143

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

2. Tujuan
Survey awareness/pemahaman masyarakat bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman masyarakat di daerah kabupaten Padang Parimanan tentang gempa, bangunan
yang aman terhadap gempa dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
METODE
Metode yang digunakan adalah metode survey untuk mendapatkan hasil kuantitatif dan
metode wawancara untuk mendapatkan hasil yang bersifat kualitatif.

Target survey adalah 500 orang masyarakat yang tersebar di 5 (lima) kecamatan di
kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang dipilih berdasarkan jumlah korban akibat
gempa 30 September 2011 dan data jumlah bangunan yang terbuat dari beton bertulang dan
batu bata, yaitu : (1) Kecamatan Lubuk Alung, (2) Kecamatan Enam Lingkung, (3) Kecamatan
Sintuk Toboh Gadang, (4) Kecamatan Nan Sabaris dan (5) Kecamatan Batang Anai.

Target Survey Kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman
Sumber : Tim JICA-UNP 2012
Metode Survey yang digunakan :
1. Kuisioner, secara umum berisi tentang data umum wilayah target survey, data umum
responden, pemahaman tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemahaman tentang
gempa dan bangunan yang aman terhadap gempa, serta sumber informasi responden.
Pertanyaan disusun sedemikian rupa berupa pilihan dan pertanyaan terbuka.
2. Pembagian kuisioner dan jawaban, kuisioner dijalankan dengan metode wawancara, dimana
responden ditemui satu demi satu oleh surveyor di rumahnya masing-masing. Jawaban
responden dicatat oleh surveyor di kolom yang tersedia di lembar kuisioner
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data survey menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai 82% adalah
perempuan. Hal ini dikarenakan kegiatan survey diadakan pada siang hari sehingga pada
umumnya yang berada di rumah adalah perempuan, sedangkan yang laki-laki pergi bekerja.

Kurangnya keterwakilan laki-laki dalam survey ini cukup memperngaruhi jawaban yang
diperoleh, karena untuk kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi gempa serta tingkat pengetahuan
mengenai IMB sendiri diasumsikan lebih banyak dimiliki oleh laki-laki.
ISBN: 978-602-72004-0-1
1144

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Usia responden umumnya adalah 31 – 50 tahun (usia produktif) sebanyak 51% , usia 2130 tahun sebanyak 22 % dan usia nonproduktif hanya 27%. Data umur ini diangap cukup
mewakili kevalidan data jawaban kuisioner dan hasil wawancara dengan respon. Data ini dapat
dilihat pada Grafik di bawah ini :

Usia
22%

27%

usia 21-30
usia 31-50


51%

50 tahun ke
atas

Data rumah responden

Kapan Rumah Dibangun

Luas Bangunan

16%

84%

1. < 100 m2

23%


1. < 5 Tahun

77%

2. > 5 Tahun

2. > 100 m2

Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa masyarakat yang membangun rumah dalam 5
tahun terakhir sebanyak 16%. Berdasarkan data rumah yang terkena dampak gempa, rumah
yang rusak berat cukup banyak, namun dikarenakan rumah yang rusak berat tersebut adalah
rumah induk yang pembangunannanya dimulai dari sebelum gempa 2009 kemudian rusak
terkena gempa, maka dimungkinkan jumlah rumah yang rusak berat tersebut termasuk kedalam
data survey rumah yang dibangun lebih dari 5 tahun yang lalu sebesar 84%. Sebagian besar
rumah yang berumur > 5 tahun telah mengalami renovasi akibat gempa tahun 2009.
Sedangkan luas bangunan yang disurvey dibagi atas dua kategori yaitu kurang dari 100
m2 dan lebih dari 100m2. Dari hasil survey 77% rumah yang disurvey memiliki luasan kurang
100m2 dan hanya 23% lebih dari 100 m2. Rumah masyarakat di kabupaten pariaman sebagian
besar telah berumur lebih dari 5 tahun. Memang data hasil survey sedikit berbeda dengan data
rumah yang rusak berat akibat gempa November 2009 yang memiliki jumlah besar. Hal ini

dikarenakan masyarakat yang rumahnya dikategorikan rusak berat adalah rumah yang sudah
dibangun pada waktu sebelum gempa, namun hanya rusak berat pada bagian-bagian tertentu
dan hanya direnovasi saja. Sehingga pada saat dimintai keterangan tentang waktu
pembangunan rumahnya, masyarakat memberikan jawaban waktu pembangunan rumahnya
sebelum gempa. Luasan rumah masyarakat pada umumnya sebagian besar adalah kurang dari
100 m2

ISBN: 978-602-72004-0-1
1145

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Apakah anda tahu tentang IMB

Apakah Anda Tahu IMB

"IMB" Singkatan dari apa?

1. Tahu


40%

38%

1. Komplit/
Benar

28%

2. Sedikit Tahu

52%
3. Pernah dengar

17%
5%

20%


4. Tidak Tahu

2. Sebagian
benar,
Sebagian tidak
3. Sama sekali
tidak benar

Sumber Informasi IMB:
9%

7%

1. Brosur

20%

2. Orang
3. Media


64%
4. Di
Sekolah

Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan JICA pada tahun 2010 di kabupaten
pariaman, dimana jumlah masyarakat yang mengetahui IMB hanya 20%, maka hasil survey
pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan yang mengetahui IMB, sedikit tahu dan pernah
mendengar masing-masing sebersar 38%, 5 % dan 17%.Berarti sosialisasi yang dilakukan
selama program rehabilitasi dan rekonstruksi sepanjang tahun 2010 menunjukkan hasil yang
cukup baik. Namun, jumlah yang belum tahu sama sekali mengenai IMB juga masih banyak
yaitu mencapai 40%. Sumber informasi masyarakat mengenai IMB sebagian besar dari orang
dan brosur. Sedangkan dari media dan sekolah hanya 9 % dan 7%.
Pengetahuan tentang IMB

Apakah tahu tempat mengurus
IMB?
34%
66%

Apakah tahu dokumen/syarat

mengurus IMB

1. Ya, tahu

29%

2. Tidak tahu

1. Ya,
tahu
2. Tidak
tahu

71%

Masyarakat yang mengetahui tempat dan syarat mengurus IMB hanya 34 % dan 29 %.
Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang IMB dan ini
ISBN: 978-602-72004-0-1
1146

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

menandakan perlu sosialisasi yang lebih banyak dari pemerintah untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai IMB ini.
Pengetahuan masyarakat mengenai IMB pada periode survey 2011-2012 menunjukkan
peningkatan dibandingkan hasil survey pada tahun 2010. Hal ini telah diverifikasi dengan
indikasi mampunya masyarakat menerangkan tentang kepanjangan IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) dan sebagian masyarakat sudah mulai mengetahui tempat dan dokumen syarat
untuk mengurus IMB.
Kepemilikan IMB

Apakah Rumah anda memiliki IMB?
350
300
250
200
150
100
50
0

321

147

1. Ya

2. Tidak

14

16

3. Sedang diproses

4. Tidak tahu / Tidak
Jelas

Apakah Rumah anda memiliki IMB?

Mengapa urus IMB ?
29

6. karena ada bantuan

0

5. syarat mendirikan bangunan

4

4. Lainnya

83

3. Taat Peraturan

48

2. Status Rumah

0

1. Kredit Bank
0

20

40

Mengapa urus IMB ?

ISBN: 978-602-72004-0-1
1147

60

80

100

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Mengapa tidak urus IMB ?
29

5. Malas

10

4. Biaya Mahal

31

3. Prosesnya sulit

127
131

2. Tidak tahu gunanya
1. Tidak tahu adanya IMB
0

20

40

60

80

100

120

140

Mengapa tidak urus IMB ?

Sebagian besar masyarakat masih belum memiliki IMB sebesar 64% dengan alasan
sebagian besar tidak tahu adanya IMB (40%) dan tidak tahu gunanya IMB (39%). Ini berarti
masih perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman dan
pengetahuan tentang IMB.
Masyarakat yang memiliki IMB sebanyak 36% dikarenakan berbagai alasan yaitu taat
dengan peraturan yang ada (51%), untuk memperoleh kekuatan hokum untuk rumahnya (29%)
dan sebagian yang lain yaitu untuk memperoleh bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi gempa
Pemahaman mengenai rumah yang aman terhadap gempa

250

Apakah menurut anda rumah anda aman terhadap
gempa?
238

200

141

150

83

100

30

50

1

7

5. Tidak
perduli

6. Tidak tahu

0
1. Aman

2. Mungkin 3. Mungkin
aman
Tidak aman

4. Tidak
aman

ISBN: 978-602-72004-0-1
1148

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Mengapa anda kira rumah anda aman?

99

6. Lainnya
5. Karena saya
membangunnya…

30

4. Instruksikan
kepada tukang…

100

3. Karena saya
memiliki IMB

16

2. Karena saya
berkonsultasi dg…

46
22

0

20

40

60

80

100

33

5. Lainnya

4. Karena saya menyadari adanya retak
setiap terjadi gempa

137

3. Karena saya membangunnya sendiri

8

2. Karena saya hematkan harga bangunan

7

1. Saya sudah bertanya, tetapi tidak ada
yang tahu bagaimana cara membangun
rumah yang aman

0
0

20

40

60

80

Mengapa anda berfikir rumah anda tidak aman?

Data sumber informasi harian masyarakat
ISBN: 978-602-72004-0-1
1149

100 120 140 160

120

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Lama dengar Radio dalam sehari

Lama nonton TV dalam
sehari
1. Tidak
13%
11% pernah
2. < 1 jam
38%

5%

3%
2%1% 5%

1. Tidak pernah
2. < 1 jam
3. 1-2 jam
4. 2-3 jam

11%
13%

14%

3. 1-2 jam

84%

5. 3-4 jam
6. > 4 jam

4. 2-3 jam

Berapa lama anda membaca koran/ majalah
284

300
250
200

128

150
100
50

28

22

3

25

0

0
1 kali
2 kali
3 kali
4 kali
5 kali
6 Setiap
seminggu seminggu seminggu seminggu seminggu
hari

7. Tidak
pernah

2% Media yg paling disukai
0%
5%

3%

1%

5%

1. TV
2. Radio
3. Koran/Majalah
4. Leaflet/Brosur

84%

5. Lainnya
6. Tidak ada
7. internet

Berdasarkan hasil survey terlihat bahwa sumber informasi masyarakat masih sangat terbatas
yaitu
a. media Televisi
Persentase masyarakat yang menonton TV lebih dari 4 jam sehari sebanyak 38%, 3-4 jam
sehari sebanyak 13%, 2- 3 jam sehari sebanyak 14 % dan yang tidak pernah menonton
sebanyak juga 14%.
b. Koran.
ISBN: 978-602-72004-0-1
1150

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Dari hasil survey terlihat bahwa budaya membaca masyarakat sangat kurang, dimana jumlah
yang tidak pernah membaca Koran sangat banyak yaitu 58%. Yang membaca Koran 5 (lima)
sampai 6 (enam) kali dalam seminggu hanya 5 % dan 6 % saja. Hal ini berkaitan dengan
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dimana yang hanya tamatan SD/Sederajat
mencapai 33%. Tentunya agar masyarakat dapat meningkatkan wawasannya melalui
membaca perlu usaha keras dari pemerintah untuk meningkatkan pendidikan masyarakat
c. Radio
Dari hasil survey, masyarakat juga tidak menyukai media informasi radio. Terlihat dari jumlah
masyarakat yang tidak pernah mendengar radio sebanyak 84%. Sehingga radio tidak
disarankan sebagai media informasi untuk sosialisasi persyaratan rumah yang aman gempa
dan administrasi bangunan
d. Internet
Dengan kepemilikan masyarakat untuk komputer yang hanya 14%, maka sangat sedikit pula
masyarakat yang memiliki akses internet dan pernah mengakses internet.
Dari keseluruhan media informasi tersebut di atas, maka media televisi merupakan media
yang paling disukai oleh masyarakat dibandingkan radio, Koran, internet, leaflet. Persentase
masyarakat yang menyukai media televisi mencapai 84%
KESIMPULAN
Berkaitan deengan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penting yaitu :
1. Jumlah masyarakat dengan usia non produktif di kabupaten padang pariaman cukup banyak
dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu sekolah menengah dan sekolah dasar,
sehingga sangat berpengaruh pada wawasan , pemahaman tentang informasi yang
disosialisasikan dan tingkat perekonomian mereka. Secara tidak langsung, tingkat
pendidikan yang rendah ini juga memperngaruhi kemampuan masyarakat dalam memahami
cara membangun rumah yang aman terhadap gempa dan kesadaran mengurus IMB
2. Pengetahuan masyarakat mengenai IMB pada periode survey 2011-2012 menunjukkan
peningkatan dibandingkan hasil survey pada tahun 2010.
3. Sosialisasi tentang IMB dan pengurusannya masih pierlu dilakukan lebih lanjut dengan
melibatkan semua pihak (alim ulama, cerdik pandai (pemangku adat) dan pemerintah
daerah terkait IMB) berbasiskan kearifan dan budaya .
4. Ketidak tahuan masyarakat mengenai IMB ini juga tercermin dari rendahnya tingkat
kepemilikan IMB oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih belum mengurus IMB
karena tidak tahu tentang IMB dan fungsinya.
5. Masyarakat Padang Pariaman umumnya memiliki kebiasaan sehari-hari menonton Televisi.
Mereka lebih menyukai televise dibandingkan media informasi lainnya seperti leaflet, radio,
Koran dan internet. Bahkan persentase masyarakat yang mendengar radio dan membaca
Koran sangat besar. Hal ini diakibatkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan budaya
baca masyarakat.
Penemuan unik dan perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya
1. Perlu dilakukan perbaikan pada pertanyaan kuisioner khusus untuk data rumah karena hasil
survey tidak menunjukkan secara jelas kondisi rumah terutama waktu pembangunan rumah
masyarakat. Sebaiknya hasil survey dapat mengkategorikan data rumah di Padang Pariaman
berdasarkan kategori rumahnya yaitu tidak rusak, rusak ringan, rusak sedang dan rusak
berat.
ISBN: 978-602-72004-0-1
1151

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

2. Perlu dilakukan sosialisasi dan penjelasan IMB kepada masyarakat secara lebih intensif
diikuti dengan penjelasan cara membangun rumah yang lebih aman terhadap gempa. Tidak
lupa sosialiasi ini juga dilakukan kepada tokoh agama dan pemuka adat sebagai ujung
tombak nagari (pemerintahan desa) di kabupaten Padang Pariaman.
3. Perlu peningkatan penegakan hokum terhadap rumah yang tidak memiliki IMB sehingga
masyarakat memahami pentingnya IMB dan terdorong untuk mematuhi aturan yang
ditetapkan pemerintah tentang tata ruang dan tata bangunan.
4. Perlu dilakukan sosialisasi membangun rumah yang aman terhadap gempa secara lebih
mendetail kepada masyarakat sebagai pemilik rumah, sehingga apabila dikarenakan kondisi
ketiadaan tukang dan keterbatasan biaya, pemilik rumah dapat tetap membangun rumahnya
sendiri dengan aman dan benar.
5. Sosialisasi yang efektif sebaiknya dilakukan melalui media yang paling disukai oleh
masyarakat yaitu televisi dan Koran. Sosialisasi melalui radio dan internet tidak disarankan
karena tidak efektif mengingat jumlah masyarakat yang menggunakan media radio dan
internet sangat sedikit.

ISBN: 978-602-72004-0-1
1152