BAB 11 . PENGUKURAN docx
BAB 11. PENGUKURAN
Sifat Pengukuran
Pengukuran (measurement) dalam penelitian terdiri atas angka-angka yang
ditempatkan pada peristiwa empiris, objek atau property/atribut, atau aktivitas, sesuai
dengan serangkaian aturan. Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa pengukuran
merupakan proses dengan tiga bagian :
1. Memilih peristiwa empiris yang dapat diamati
2. Mengembangkan serangkaian aturan pemetaan (mapping rules) : suatu skema
dalam menempatkan angka-angka atau symbol untuk mewakili aspek dari
peristiwa yang diuur
3. Menerapkan aturan pemetaan untuk setiap pengamatan dari peristiwa tersebut.
Karakteristik Pengukuran
Pengukuran harus melibatkan kuantifikasi bahwa pemberian angka pada objek
untuk menyajikan jumlah atau tingkatan dari property / atribut yang dimiliki oleh
semua objek tersebut. Angka sebagai symbol dari aturan pemetaan .dapat menunjuk
baik konsep kualitatif maupun kuantitatif.
Variabel-variabel yang dipelajari dalam penelitian dapat diklasifikasikan
sebagai objek atau property/atribut. Objek meliputi konsep pengalaman biasa, seperti
item-item berwujud, sebagai contoh : perabotan, deterjen pencuci pakaian, orang atau
mobil. Objek juga meliputi hal-hal yang tidak konkret, seperti gen, sikap, dan tekanan
kelompok. Properti/atribut adalah karakterstik dari objek. Properti fisik seseorang
mungkin dinyatakan antara lain dalam bentuk berat, tinggi, dan postur.properti
psikologis termasuk sikap dan intelegensi. Properti soial termasuk kemampuan
kepemimpinan, afiliasi kelas, dan status.
Secara harfiah, para peneliti tidak mengukur baik objek maupun properti. Mereka
mengukur indicant dari properti atau indicant dari objek. Merupakan hal yang mudah
untuk mengamati bahwa A lebih tinggi dari B dan bahwa C berpartisipasi lebih
banyak daripada D Dlam suatu proses kelompok.
Skala Pengukuran
Aturan pemetaan memiliki empat asumsi :
1. Angka digunakan untuk mengklasifikasikan,mengelompokkan, atau memilah
respons. Tidak terdapat urutan
2. Angka diurutkan. Satu angka lebih besar dari, lebih kecil dari, atau sama
dengan angka yang lain
3. Selisih antara angka diurutkan. Selisih antara setiap pasangan angka lebih
besar dari, kurang dari, atau sama dengan selisih antara pasangan angka yang
lain
4. Seri angka memiliki titik asal (unique origin) yang diindikasikan dengan
angka nol. Hal ini merupakan titik nol yang absolute dan berarti.
Macam-macam skala pengukuran :
1. Nominal
Karakteristik Data : Klasifikasi (saling lepas dan kategori yang lengkap secara
kolektif), tetapi tidak terdapat urutan, jarak, atau asal usul alami
Operasi Empiris Dasar : Penentuan persamaan
Contoh : jenis kelamin (pria, wanita)
2. Ordinal
Karakteristik Data : Terdapat klasifikasi dan urutan, tetapi tidak ada jarak atau
asal usul alami
Operasi Empiris Dasar : Penentuan nilai lebih besar atau lebih kecil
Contoh : Tingkat kematangan daging (sangat matang, cukup matang, setengah
matang, mentah)
3. Interval
Karakteristik Data : Terdapat klasifikasi, urutan, dan jarak, tetapi tidak ada
asal usul alami
Operasi Empiris Data : Penentuan Pesamaan interval atau perbedaan
Contoh : Derajat temperature
4. Rasio
Karakteristik Data : Klasifikasi, urutan, jarak dan asal usul alami
Operasi Empiris Data : Usia dalam tahun.
Sumber Kesalahan Pengukuran
1. Responden
Perbedaan opini yang mempengaruhi pengukuran berasal dari karakteristik
responden yang relative stabil. Responden mungkin enggan untuk mengekspresikan
perasaan negative (atau positif) yang kuat, mungkin dengan sengaja mengekspresikan
sikap yang mereka persepsikan berbeda dari orang lain, atau mungkin memiliki
sedikit pengetahuan mengenai prince tetapi enggan untuk mengakui ketidaktahuan
mereka. Keenggaanan untuk mengakui ketidaktahuan terhadap suatu topik dapat
mengarah ke suatu wawancara yang terdiri atas “tebakan” atau asumsi yang pada
akhirnya menciptakan data yang salah. Responden juga mungkin dipengaruhi oleh
faktor
temporal,
seperti
kelelahan,
kebosanan,
kegelisahan,
kelaparan,
ketidaksabaran, atau variasi umum dalam suasana hati (mood) atau gangguan lain.
Hal-hal tersebut membatasi kemampuan untuk merespon secara penh dan akurat.
2. Faktor Situasional
Wawancara di pinggir jalan atau dengan mencegat kemungkinan tidak dapat
memperoleh respons yang terperinci, sedangkan wawancara di rumah seringkali bisa
mendapakan hasil yang lebih baik
3. Pengukur
Proses wawancara yang ceroboh (mencentang respon yang salah atau tidak dapat
mencatat jawaban secara penuh) jelas akan mengacaukan temuan. Dalam tahap
analisis data, pengkodean yang tidak benar, tabulasi yang sembarangan, dan
perhitungan statistic yang salah mungkin menimbulkan kesalahan lebih lanjut
4. Instrument
Pertanyaan
yang
mengarah,
pengertian
yang
samar,
kerusakan
mekanis(ketidakcukupan ruang untuk jawaban, penghilangan plihan jawaban, dan
cetakan yag buruk), dan pertanyaan pilihan ganda menunjukan kisaran masalah
(range of problem).
Karakteristik Pengukuran yang Baik
Pengukuran yang baik harus memenuhi uji validitas, reliabilitas, dan kepraktisan.
Validitas mengungkapkan tingkat dimana suatu instrument mengukur apa yang
seharusnya diukur untuk membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitian.
Tiga bentuk validitas digunakan untuk mengevaluasi skala pengukuran. Validitas isi
muncul hingga tingkatan dimana ukuran menyediakan refleksi yang memadai dari
topic yang dipelajari. Penentuannya terutama penuh pertimbangan dan intuitif.
Validitas berdasarkan kriteria menghubungkan kemampuan kita untuk memprediksi
beberapa hasil atau estimasi dari keberadaan beberapa kondisi saat ini. Validitas
gagasan adalah yang paling kompleks dan abstrak. Suatu ukuran memiliki validitas
gagasan hingga tingkatan dimana ukuran tersebut mengikuti korelasi yang diprediksi
dari proporsi teoretis.
Suatu ukuran dapat diandalkan jika ukuran tersebut memberikan hasil yang
konsisten. Reliabilitas adalah kontributor parsial terhadap validitas, tetapi suatu alat
ukur mungkin dapat diandalkan tanpa menjadi valid. Tiga bentuk reliabilitas adalah
stabilitas, ekuivalensi, dan konsitensi internal. Suatu ukuran memiliki nilai praktis
untuk penelitian jika bersifat ekonomis, nyaman, dan dapat diinterpretasikan.
BAB 12. SKALA PENGUKURAN
Sifat Sikap
Sikap (attitude) adalah predisposisi stabil yang dipelajari untuk merespon seseorang,
orang lain, objek, atau persoalan dengan cara mendukung atau tidak mendukungnya.
Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Beberapa faktor memiliki efek terhadap penerapan penelitian mengenai sikap :
a) Sikap spesifik merupakan prediktor perilaku yang lebih baik daripada sikap
umum
b) Sikap yang kuat (kekuatan dipengaruhi oleh aksesibilitas atau seberapa baik
objek tersebut diingat dan selanjutnya dipahami, seberapa ekstrem sikap
tersebut, atau tingkat keyakinan di dalamnya) merupakan prediktor perilaku
yang lebih baik daripada sikap lemah yang terdiri atas intensitas kecil atau
kepentingan pada saat itu
c) Pengalaman langsung dengan objek sikap (ketika sikap dibentuk, selama
pengalaman yang berulang, atau melalui pengingat) menghasilkan perilaku
yang lebih reliable
d) Sikap berdasarkan kognitif lebih baik dalam memengaruhi perilaku daripada
sikap berdasarkan afektif
e) Sikap berdasarkan afektif seringkali menjadi prediktor perilaku konsumsi
yang lebih baik
f) Menggunakan pengukuran sikap berganda atau beberapa penilaian perilaku
lintas waktu dan lingkungan dapat meningkatkan prediksi
g) Pengaruh dari kelompok referensi (dukungan interpersonal, dorongan
kepatuhan, tekanan teman sebaya) dan kecenderungan individu untuk menaati
pengaruh tersebut meningkatkan hubungan sikap-perilaku
Memilih Skala Pengukuran
Memilih dan membentuk pengukuran memerlukan pertimbangan beberapa faktor
yang mempengaruhi reliabilitas, validitas, dan kepraktisan dari skala :
a) Tujuan penelitian
Untuk mengukur karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam studi
Untuk menggunakan partisipan sebagai penilai objek atau indicant yang
disajikan kepada mereka
b) Jenis Respons
Skala Penilaian (rating scale) digunakan ketika partisipan member skor untuk
suatu objek atau indicant tanpa membuat perbandingan langsung dengan
objek atau sikap lain.
Skala Peringkat (rangking scale) membatasi partisipan studi untuk melakukan
perbandingan dan menentukan urutan diantara dua atau lebih properti atau
objek.
Kategorisasi (categorization) meminta partisipan untuk menempatkan diri
mereka atau indicant properti kedalam kelompok atau kategori.
Penyortiran (sorting) mengharuskan partisipan untuk menyortir kartu
(mewakili konsep atau gagasan) kedalam tumpukan dengan menggunakan
kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
c) Properti/Atribut Data
Keputusan mengenai pilihan skala pengukuran seringkali dibuat terkait dengan
properti data yang dihasilkan oleh setiap skala (nominal, ordinal, interval, atau rasio).
d) Jumlah dimensi
Skala pengukuran dapat berupa satu dimensi atau multidimensi. Dengan skala satu
dimensi (unidimensional scale), seseorang hanya mengukur satu atribut dari
partisipan atau objek. Skala multidimensi (multidimensional scale) mengetahui
bahwa objek lebih baik dideskripsikan dengan beberapa dimensi daripada dengan
kontinum satu dimensi
e) Seimbang atau tidak seimbang
Skala penilaian yang seimbang memiliki jumlah yang sama untuk kategori yang
berada di atas dan dibawah titik tengah. Skala penilaian yang tidak seimbang
memiliki angka yang tidak seimbang dari pilihan respons yang mendukung dan tidak
mendukung.
f) Pilihan yng Dipaksakan atau tidak Dipaksakan
Skala penilaian pilihan yang tidak dipaksakan memberikan partisipan kesempatan
untuk tidak menyatakan opini ketika mereka tidak mampu membuat pilihan
alternative yang ditawarkan. Skala penilaian pilihan yang dipaksakan mengharuskan
partisipan memilih satu dari alternative yang ditawarkan.
g) Jumlah Titik Skala
Skala harus sesuai dengan tujuannya.Skala harus mencocokkan stimulus yang
disajikan dan mengekstrak informasi yang sebanding dengan kompleksitas objek,
konsep, atau gagasan dari sikap sehingga skala tersebut bermanfaat
h) Kesalahan Penilaian
Beberapa penilai enggan untuk memberikan penilaian yang ekstrem dan fakta
tersebut menyebabkan kesalahan tendensi sentral. Partisipan juga mungkin adalah
penilai yang mudah atau penilai yang sulit, menyebabkan apa yang disebut kesalahan
kelonggaran
Skala Penilaian
Skala sikap sederhana (simple category scale) menawarkan 2 pilihan yaitu
“ya” dan “tidak”
Skala Likert adalah variasi yang paling sering digunakan dari skala penilaian
yang dijumlahkan atas pernyataan setuju atau tidak setuju
Skala Diferensial Semantik didasarkan pada proposisi bahwa suatu objek
dapat memiliki beberapa dimensi pengertian konotatif (pengertian yang
disarankan atau tersirat)
Skala Daftar Penilaian Numerik / Berganda
Skala Stapel digunakan sebagai alternative untuk diferensial simantik,
terutama ketika sulit untuk menemukan kata sifat bipolar yang sesuai dengan
pertanyaan penyelidikan.
Skala Jumlah Konstan, partisipan mengalokasikan titik ke lebih dari satu
atribut atau indicant properti sehingga mereka menghitung jumlah yang
konstan, biasanya 100 atau 10.
Skala Penelitian Grafis, menggunakan gambar, ikon, atau visual lain untuk
berkomunikasi dengan penilai dan menyajikan beragam jenis data
Penyortiran
Tujuan penyortiran adalah untuk memperoleh penyajian konseptual dari sikap
penyortir terhadap objek sikap dan membandingkan hubungan antar-orang.
Sifat Pengukuran
Pengukuran (measurement) dalam penelitian terdiri atas angka-angka yang
ditempatkan pada peristiwa empiris, objek atau property/atribut, atau aktivitas, sesuai
dengan serangkaian aturan. Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa pengukuran
merupakan proses dengan tiga bagian :
1. Memilih peristiwa empiris yang dapat diamati
2. Mengembangkan serangkaian aturan pemetaan (mapping rules) : suatu skema
dalam menempatkan angka-angka atau symbol untuk mewakili aspek dari
peristiwa yang diuur
3. Menerapkan aturan pemetaan untuk setiap pengamatan dari peristiwa tersebut.
Karakteristik Pengukuran
Pengukuran harus melibatkan kuantifikasi bahwa pemberian angka pada objek
untuk menyajikan jumlah atau tingkatan dari property / atribut yang dimiliki oleh
semua objek tersebut. Angka sebagai symbol dari aturan pemetaan .dapat menunjuk
baik konsep kualitatif maupun kuantitatif.
Variabel-variabel yang dipelajari dalam penelitian dapat diklasifikasikan
sebagai objek atau property/atribut. Objek meliputi konsep pengalaman biasa, seperti
item-item berwujud, sebagai contoh : perabotan, deterjen pencuci pakaian, orang atau
mobil. Objek juga meliputi hal-hal yang tidak konkret, seperti gen, sikap, dan tekanan
kelompok. Properti/atribut adalah karakterstik dari objek. Properti fisik seseorang
mungkin dinyatakan antara lain dalam bentuk berat, tinggi, dan postur.properti
psikologis termasuk sikap dan intelegensi. Properti soial termasuk kemampuan
kepemimpinan, afiliasi kelas, dan status.
Secara harfiah, para peneliti tidak mengukur baik objek maupun properti. Mereka
mengukur indicant dari properti atau indicant dari objek. Merupakan hal yang mudah
untuk mengamati bahwa A lebih tinggi dari B dan bahwa C berpartisipasi lebih
banyak daripada D Dlam suatu proses kelompok.
Skala Pengukuran
Aturan pemetaan memiliki empat asumsi :
1. Angka digunakan untuk mengklasifikasikan,mengelompokkan, atau memilah
respons. Tidak terdapat urutan
2. Angka diurutkan. Satu angka lebih besar dari, lebih kecil dari, atau sama
dengan angka yang lain
3. Selisih antara angka diurutkan. Selisih antara setiap pasangan angka lebih
besar dari, kurang dari, atau sama dengan selisih antara pasangan angka yang
lain
4. Seri angka memiliki titik asal (unique origin) yang diindikasikan dengan
angka nol. Hal ini merupakan titik nol yang absolute dan berarti.
Macam-macam skala pengukuran :
1. Nominal
Karakteristik Data : Klasifikasi (saling lepas dan kategori yang lengkap secara
kolektif), tetapi tidak terdapat urutan, jarak, atau asal usul alami
Operasi Empiris Dasar : Penentuan persamaan
Contoh : jenis kelamin (pria, wanita)
2. Ordinal
Karakteristik Data : Terdapat klasifikasi dan urutan, tetapi tidak ada jarak atau
asal usul alami
Operasi Empiris Dasar : Penentuan nilai lebih besar atau lebih kecil
Contoh : Tingkat kematangan daging (sangat matang, cukup matang, setengah
matang, mentah)
3. Interval
Karakteristik Data : Terdapat klasifikasi, urutan, dan jarak, tetapi tidak ada
asal usul alami
Operasi Empiris Data : Penentuan Pesamaan interval atau perbedaan
Contoh : Derajat temperature
4. Rasio
Karakteristik Data : Klasifikasi, urutan, jarak dan asal usul alami
Operasi Empiris Data : Usia dalam tahun.
Sumber Kesalahan Pengukuran
1. Responden
Perbedaan opini yang mempengaruhi pengukuran berasal dari karakteristik
responden yang relative stabil. Responden mungkin enggan untuk mengekspresikan
perasaan negative (atau positif) yang kuat, mungkin dengan sengaja mengekspresikan
sikap yang mereka persepsikan berbeda dari orang lain, atau mungkin memiliki
sedikit pengetahuan mengenai prince tetapi enggan untuk mengakui ketidaktahuan
mereka. Keenggaanan untuk mengakui ketidaktahuan terhadap suatu topik dapat
mengarah ke suatu wawancara yang terdiri atas “tebakan” atau asumsi yang pada
akhirnya menciptakan data yang salah. Responden juga mungkin dipengaruhi oleh
faktor
temporal,
seperti
kelelahan,
kebosanan,
kegelisahan,
kelaparan,
ketidaksabaran, atau variasi umum dalam suasana hati (mood) atau gangguan lain.
Hal-hal tersebut membatasi kemampuan untuk merespon secara penh dan akurat.
2. Faktor Situasional
Wawancara di pinggir jalan atau dengan mencegat kemungkinan tidak dapat
memperoleh respons yang terperinci, sedangkan wawancara di rumah seringkali bisa
mendapakan hasil yang lebih baik
3. Pengukur
Proses wawancara yang ceroboh (mencentang respon yang salah atau tidak dapat
mencatat jawaban secara penuh) jelas akan mengacaukan temuan. Dalam tahap
analisis data, pengkodean yang tidak benar, tabulasi yang sembarangan, dan
perhitungan statistic yang salah mungkin menimbulkan kesalahan lebih lanjut
4. Instrument
Pertanyaan
yang
mengarah,
pengertian
yang
samar,
kerusakan
mekanis(ketidakcukupan ruang untuk jawaban, penghilangan plihan jawaban, dan
cetakan yag buruk), dan pertanyaan pilihan ganda menunjukan kisaran masalah
(range of problem).
Karakteristik Pengukuran yang Baik
Pengukuran yang baik harus memenuhi uji validitas, reliabilitas, dan kepraktisan.
Validitas mengungkapkan tingkat dimana suatu instrument mengukur apa yang
seharusnya diukur untuk membantu peneliti dalam memecahkan masalah penelitian.
Tiga bentuk validitas digunakan untuk mengevaluasi skala pengukuran. Validitas isi
muncul hingga tingkatan dimana ukuran menyediakan refleksi yang memadai dari
topic yang dipelajari. Penentuannya terutama penuh pertimbangan dan intuitif.
Validitas berdasarkan kriteria menghubungkan kemampuan kita untuk memprediksi
beberapa hasil atau estimasi dari keberadaan beberapa kondisi saat ini. Validitas
gagasan adalah yang paling kompleks dan abstrak. Suatu ukuran memiliki validitas
gagasan hingga tingkatan dimana ukuran tersebut mengikuti korelasi yang diprediksi
dari proporsi teoretis.
Suatu ukuran dapat diandalkan jika ukuran tersebut memberikan hasil yang
konsisten. Reliabilitas adalah kontributor parsial terhadap validitas, tetapi suatu alat
ukur mungkin dapat diandalkan tanpa menjadi valid. Tiga bentuk reliabilitas adalah
stabilitas, ekuivalensi, dan konsitensi internal. Suatu ukuran memiliki nilai praktis
untuk penelitian jika bersifat ekonomis, nyaman, dan dapat diinterpretasikan.
BAB 12. SKALA PENGUKURAN
Sifat Sikap
Sikap (attitude) adalah predisposisi stabil yang dipelajari untuk merespon seseorang,
orang lain, objek, atau persoalan dengan cara mendukung atau tidak mendukungnya.
Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Beberapa faktor memiliki efek terhadap penerapan penelitian mengenai sikap :
a) Sikap spesifik merupakan prediktor perilaku yang lebih baik daripada sikap
umum
b) Sikap yang kuat (kekuatan dipengaruhi oleh aksesibilitas atau seberapa baik
objek tersebut diingat dan selanjutnya dipahami, seberapa ekstrem sikap
tersebut, atau tingkat keyakinan di dalamnya) merupakan prediktor perilaku
yang lebih baik daripada sikap lemah yang terdiri atas intensitas kecil atau
kepentingan pada saat itu
c) Pengalaman langsung dengan objek sikap (ketika sikap dibentuk, selama
pengalaman yang berulang, atau melalui pengingat) menghasilkan perilaku
yang lebih reliable
d) Sikap berdasarkan kognitif lebih baik dalam memengaruhi perilaku daripada
sikap berdasarkan afektif
e) Sikap berdasarkan afektif seringkali menjadi prediktor perilaku konsumsi
yang lebih baik
f) Menggunakan pengukuran sikap berganda atau beberapa penilaian perilaku
lintas waktu dan lingkungan dapat meningkatkan prediksi
g) Pengaruh dari kelompok referensi (dukungan interpersonal, dorongan
kepatuhan, tekanan teman sebaya) dan kecenderungan individu untuk menaati
pengaruh tersebut meningkatkan hubungan sikap-perilaku
Memilih Skala Pengukuran
Memilih dan membentuk pengukuran memerlukan pertimbangan beberapa faktor
yang mempengaruhi reliabilitas, validitas, dan kepraktisan dari skala :
a) Tujuan penelitian
Untuk mengukur karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam studi
Untuk menggunakan partisipan sebagai penilai objek atau indicant yang
disajikan kepada mereka
b) Jenis Respons
Skala Penilaian (rating scale) digunakan ketika partisipan member skor untuk
suatu objek atau indicant tanpa membuat perbandingan langsung dengan
objek atau sikap lain.
Skala Peringkat (rangking scale) membatasi partisipan studi untuk melakukan
perbandingan dan menentukan urutan diantara dua atau lebih properti atau
objek.
Kategorisasi (categorization) meminta partisipan untuk menempatkan diri
mereka atau indicant properti kedalam kelompok atau kategori.
Penyortiran (sorting) mengharuskan partisipan untuk menyortir kartu
(mewakili konsep atau gagasan) kedalam tumpukan dengan menggunakan
kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
c) Properti/Atribut Data
Keputusan mengenai pilihan skala pengukuran seringkali dibuat terkait dengan
properti data yang dihasilkan oleh setiap skala (nominal, ordinal, interval, atau rasio).
d) Jumlah dimensi
Skala pengukuran dapat berupa satu dimensi atau multidimensi. Dengan skala satu
dimensi (unidimensional scale), seseorang hanya mengukur satu atribut dari
partisipan atau objek. Skala multidimensi (multidimensional scale) mengetahui
bahwa objek lebih baik dideskripsikan dengan beberapa dimensi daripada dengan
kontinum satu dimensi
e) Seimbang atau tidak seimbang
Skala penilaian yang seimbang memiliki jumlah yang sama untuk kategori yang
berada di atas dan dibawah titik tengah. Skala penilaian yang tidak seimbang
memiliki angka yang tidak seimbang dari pilihan respons yang mendukung dan tidak
mendukung.
f) Pilihan yng Dipaksakan atau tidak Dipaksakan
Skala penilaian pilihan yang tidak dipaksakan memberikan partisipan kesempatan
untuk tidak menyatakan opini ketika mereka tidak mampu membuat pilihan
alternative yang ditawarkan. Skala penilaian pilihan yang dipaksakan mengharuskan
partisipan memilih satu dari alternative yang ditawarkan.
g) Jumlah Titik Skala
Skala harus sesuai dengan tujuannya.Skala harus mencocokkan stimulus yang
disajikan dan mengekstrak informasi yang sebanding dengan kompleksitas objek,
konsep, atau gagasan dari sikap sehingga skala tersebut bermanfaat
h) Kesalahan Penilaian
Beberapa penilai enggan untuk memberikan penilaian yang ekstrem dan fakta
tersebut menyebabkan kesalahan tendensi sentral. Partisipan juga mungkin adalah
penilai yang mudah atau penilai yang sulit, menyebabkan apa yang disebut kesalahan
kelonggaran
Skala Penilaian
Skala sikap sederhana (simple category scale) menawarkan 2 pilihan yaitu
“ya” dan “tidak”
Skala Likert adalah variasi yang paling sering digunakan dari skala penilaian
yang dijumlahkan atas pernyataan setuju atau tidak setuju
Skala Diferensial Semantik didasarkan pada proposisi bahwa suatu objek
dapat memiliki beberapa dimensi pengertian konotatif (pengertian yang
disarankan atau tersirat)
Skala Daftar Penilaian Numerik / Berganda
Skala Stapel digunakan sebagai alternative untuk diferensial simantik,
terutama ketika sulit untuk menemukan kata sifat bipolar yang sesuai dengan
pertanyaan penyelidikan.
Skala Jumlah Konstan, partisipan mengalokasikan titik ke lebih dari satu
atribut atau indicant properti sehingga mereka menghitung jumlah yang
konstan, biasanya 100 atau 10.
Skala Penelitian Grafis, menggunakan gambar, ikon, atau visual lain untuk
berkomunikasi dengan penilai dan menyajikan beragam jenis data
Penyortiran
Tujuan penyortiran adalah untuk memperoleh penyajian konseptual dari sikap
penyortir terhadap objek sikap dan membandingkan hubungan antar-orang.