RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA

BAB RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

  3

3.1 Strategi/ Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Purbalingga

  .Dalam rangka melaksanakan pembangunan daerah, telah diupayakan adanya keterpaduan pembangunan sektoral dan wilayah/daerah. Wujud operasional secara terpadu melalui pendekatan wilayah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang komprehensif dan berhirarki dari tingkat Nasional, Provinsi sampai Kabupaten/Kota. Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten Purbalingga menguraikan arah dan strategi pengembangan Kabupaten Purbalingga dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun sesuai dengan RTRW Kabupaten Purbalingga dengan memperhatikan hasil revisi lima tahunan RTRW tersebut.

  Sesuai dengan perubahan paradigma baru bahwa Strategi pengembangan wilayah merupakan suatu alat yang dapat mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, menterpadukan antar sektor dan mensinkronisasikan program pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Maka penyusunan strategi pengembangan wilayah yang meliputi rencana pemanfaatan dan struktur tata ruang dalam lingkup Kabupaten Purbalingga menjadi penting artinya untuk mewujudkan keserasian pemanfaatan ruang sesuai dengan kebutuhan daerah dan kemampuan daya dukung lingkungannya

3.3.1 Tinjauan Kebijakan RTRW Nasional

  Kebijakan pembangunan nasional dalam RTRWN memuat arahan pengembangan wilayah yang dilkakukan untuk memperkuat pembangunan daerah, mengingat pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang terpadu dengan pembangunan sektoral dalam rangka mengupayakan pemerataan pembangunan antar daerah. Secara umum, pemerataan pembangunan antar daerah merupakan arahan untuk menyeimbangkan pembangunan antar wilayah melalui upaya penyebaran kegiatan ekonomi, sosial budaya, penduduk dan pusat-pusat kegiatan. Arahan pengembangan wilayah ini juga sangat terkait dengan kebijakan pengembangan politik dan pertahanan keamanan. Perlunya arahan pengembangan wilayah untuk merumuskan

  | 1

  | 2

  strategi pemanfaatan ruang dan struktur ruang nasional didasarkan pada aspek-aspek efisiensi dan efektifitas penggunaan investasi dan sumber daya dalam mewujudkan tujuan pembangunan.

  Arahan pokok yang tertuang dalam RTRWN mengenai beberapa pokok kebijakan pengembangan wilayah sebagai berikut : a. Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperkokoh kesatuan dan ketahanan nasional serta mewujutkan wawasan nusantara.

  b.

  Pembangunan sektoral dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan, pemerataan dan kesatuan wilayah nasional dan pembangunan berkelanjutan.

  c. Pembangunan dititik beratakan pada pembangunan ekonomi dan penekanan pada pembangunan industri yang kuat dan maju serta pertanian yang tangguh yang didukung oleh kualitas sumber daya manusia.

  d. Pembangunan wilayah diupayakan saling terkait dan menguatkan sesuai dengan potensi wilayah dan dalam penggunaan potensi sumber daya alam dilakukan :

   Secara berencana,rasional,optimal,dan bertanggung jawab.

   Sesuai kemampuan daya dukung .  Memperhatikan kelestarian, fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan

  Berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam,pola tata ruang nasional yang berwawasan nusantara dijadikan pedoman dalam perencanaan pembangunan. Kebijakan RTRWN yang terkait langsung dengan Kabupaten Purbalingga adalah ditetapkannya Kabupaten Purbalingga sebagai salah satu Kota yang memiliki tingkat pelayanan lokal yang tergabung dalam Kawasan BARLINGMASCAKEB dengan Kota Purwokerto dan Cilacap sebagai pusatnya. Implikasi dari kebijakan tersebut, maka dalam pengembangan struktur dan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Purbalingga harus mempertimbangkan tingkat pelayanan tersebut, baik ruang dalam pengertian spasial maupun jaringan infra struktur pendukungnya, misalnya jaringan jalan, jaringan kereta api, jaringan penerbangan dan sebagainya.

  Kegiatan-kegiatan yang ada di Kabupaten Purbalingga yang memiliki jangkauan pelayanan regional saat sekarang ini meliputi :

a. Pariwisata

  Kabupaten Purbalingga memiliki obyek wisata yang cukup beragam. Baik obyek wisata alam, wisata sejarah maupun wisata buatan. Adapaun obyek wisata yang menjadi andalan Kabupaten Purbalingga yang memiliki jangkauan lokal, regional, bahkan Nasional yaitu obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong) berada di Kecamatan Bojongsari, Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman berada di Kecamatan Rembang, Wisata Batu Menhir berada di Kecamatan Karanganyar, Pendakian Gunung Slamet. Dari beberapa obyek wisata tersebut, Kabupaten Purbalingga dipandang mampu sebagai home base dari rangkaian kunjungan wisata tersebut.

  b. Pertanian

  Sektor pertanian merupakan sektor yang penting sebagai penggerak perkembangan perekonomian di Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan struktur perekonomian di wilayah Kabupaten Purbalingga, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu 33,44%.

  c. Kawasan Perlindungan Lereng Gunung Slamet

  Secara geografis, Kabupaten Purbalingga terletak di Lereng Gunung Slamet. Kawasan perlindungan gunung Slamet terletak di bagian utara Kabupaten Purbalingga. Bersama dengan Kabupaten lainnya yang berada di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Purbalingga memiliki peran dalam upaya melestarikan sumber daya alam yang terkait dengan proteksi kawasan resapan dan kawasan perlindungan. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai yang menjadi bagian dari analisis sarana dan prasarana selanjutnya.

3.3.2 Tinjauan Kebijakan RTRW Provinsi

  Secara garis besar, konsep pengembangan ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mencapai pertumbuhan pemerataan pembangunan antar wilayah, keterkaitan antar sektor dan antar kawasan dalam pulau, serta kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:  Mempertahankan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi.

   Melindungi atau konservasi sumber daya dalam arti luas, yang mencakup pemulihan dan pengkayaan.  Menyeimbangkan pertumbuhan antar wilayah dalam Pulau Jawa dan Bali, baik keseimbangan kegiatan ekonomi maupun keseimbangan perkembangan penduduk.  Mengurangi konflik pemanfaatan ruang antar kegiatan fungsional.

  Identifikasi kegiatan-kegiatan sosial ekonomi dan alternatif-alternatif yang berciri berkelanjutan, yaitu hemat energi, hemat ruang, hemat buangan, bersih dan berpotensi daur ulang Sesuai dengan arahan pembangunan menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten

  Purbalingga ditetapkan sebagai Wilayah Pembangunan VI (WP VI) terdiri dari Kabupaten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purbalingga dengan pusat pengembangan di Kota Purwokerto.

  | 3

Gambar 3.1 Pembagian Wilayah Pembangunan Di Jawa Tengah

3.3.3.1 Kedudukan Kabupaten Purbalingga Dalam Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah

  Konsep pengembangan wilayah untuk mempertahankan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, melindungi/ konservasi dan memulihkan dengan memperkaya sumber daya alam. Menyeimbangkan pertumbuhan intra-wilayah Jawa Tengah dengan keseimbangan persebaran penduduk yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Berdasarkan skenario pengembangan Propinsi Jawa Tengah untuk mengembangkan wilayah yang cepat berkembang serta memiliki keterkaitan dengan kawasan yang diunggulkan guna memacu pertumbuhan wilayah melalui pertumbuhan sektor dominan-unggulan.

  Kabupaten Purbalingga adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di bagian tengah dan memiliki keterkaitan kuat dengan Kota Purwokerto sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang mampu melayani kabupaten/kota yang ada di sekitarnya termasuk Kabupaten Purbalingga. Kabupaten Purbalingga sendiri termasuk dalam kategori Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang mampu menjadi pusat kegiatan di wilayah kabupaten sendiri dan hinterlandnya.

  Letak Kabupaten Purbalingga di berada di jalur tengah Provinsi Jawa Tengah memang secara konstelasi regional kurang strategis karena tidak dilewati jalan nasional yang menghubungkan wilayan utara dan wilayah selatan Jawa Tengah, namun perkembangan kegiatan di wilayah Kabupaten Purbalingga termasuk cukup pesat terutama di bidang industri dan perdagangan, serta permukiman. Kondisi inilah yang menyebabkan Kabupaten Purbalingga menjadi salah satu wilayah yang cukup layak untuk ditingkatkan kegiatannya menjadi Pusat Kegiatan Wilayah bagi Provinsi Jawa Tengah, karena Kabupaten Purbalingga memiliki kawasan strategis pertahanan dan keamanan.

  | 4 Wilayah dalam Propinsi Jawa Tengah yang memiliki keterkaitan pusat-pusat pembangunan wilayah Kabupaten Purbalingga, antara lain: Kebumen, Cilacap, dan Purwokerto sebagai bagian yang akan berpengaruh langsung pada arah persebaran pengembangan wilayah Kabupaten Purbalingga. Sebagai generator pertumbuhan sektor ekonomi khususnya industri masih bersandar pada daerah Purwokerto-Cilacap, Semarang, Kudus dan Tegal. Strategi pengembangan wilayah Propinsi Jawa Tengah melalui pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Purbalingga sangat diandalkan bagi pengembangan agro-industri dan pertanian.

3.3.3.2 Sistem Kerjasama Regional dalam Pengembangan Wilayah

  Sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah telah menumbuhkan kompetisi antar wilayah kabupaten/kota serta tumpang tindihnya pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama antar wilayah kabupaten/kota guna menyikapi dan memecahkan permasalahan yang terjadi di daerah khususnya di daerah-daerah perbatasan wilayah antar kabupaten. Dalam hal ini dibutuhkan kebijakan pembangunan wilayah yang tidak saja mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dasar penduduk (basic need approach) tetapi juga mengarah kepada pengembangan ekonomi wilayah secara lebih luas (regional) serta kelestarian lingkungan (development approach).

  Sistem kerjasama dalam pembangunan wilayah menjadi suatu konsep dalam merencanakan sistem keterpaduan serta menciptakan sinergi antar wilayah kabupaten/kota. Untuk merealisasi konsep tersebut diperlukan adanya koordinasi dalam merencanakan tata ruang dan pemanfaatan ruang dalam lingkup yang lebih makro (regional).

Gambar 3.2 Konstelasi Regional Wilayah BARLINGMASCAKEB

  | 5 Kabupaten Purbalingga dapat melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dalam hal pengembangan dan pemanfaatan wilayahnya bersama dengan kabupaten-kabupaten sekitar, sesuai dengan pola perwilayahan dalam lingkup Propinsi Jawa Tengah, antara lain: pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Pekacangan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Pemalang, pengelolaan DAS Klawing dengan Kabupaten Pemalang, pengelolaan DAS Serayu dan DAS Banjaran dengan Kabupaten Banyumas, DAS Gintung dengan Kabupaten Banjarnegara, sektor pertanian, dan sektor agro industri dsb. Termasuk dalam hal ini adalah upaya-upaya dalam mengatasi masalah banjir dan tanah longsor.

  Dalam era globalisasi, pola kerjasama regional bahkan internasional merupakan hal yang wajar dikarenakan dalam era ini persaingan pasar dalam kegiatan perdagangan akan semakin tajam, khususnya penyediaan terhadap barang dan jasa. Kondisi seperti ini merupakan tantangan yang perlu dicari solusinya dalam sistem pembangunan wilayah bagi Kabupaten Purbalingga yang memiliki berbagai fasilitas strategis baik ekonomi maupun sosial budaya, seperti terminal, Masjid Agung Darusalam, dan jaringan jalan regional yang merupakan jalur ekonomi potensial di Pulau Jawa, seharusnya dapat mengambil manfaat dan peluang tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

  Terkait dengan kebijaksanaan otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Purbalingga harus dapat mengolah potensi dan aset pembangunan sebaik-baiknya dalam mewujudkan sistem pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan. Kecenderungan yang berkembang mengarah pada pemanfaatan secara optimal potensi lokal, terutama sektor agraris dan sektor pariwisata yang telah lama menjadi basis perekonomian wilayah.

  Pengelolaan industri juga diarahkan pada industri besar meliputi: PT. Boyang Industrial, Best Lady, PT. Cipta Kreasi Megah, PT. Internasional Eye Lash, PT. Hanmi Hair Internasional, PT. Hasta Pusaka Sentosa, PT. Hyup Sung, PT. Indokores Sahabat, PT. Interwork, PT. Kesan Baru Sejahtera, PT.

  Midas Indonesia, PT. Milan Indonesia, PT. Royal Korindah, PT. Sun Starindo Wirahusada, PT. Sun Chang Indonesia, PT. Sun Shim Internasional, PT. Tigaputra Abadiperkasa, PT. Yuro Mustika, PT. NYP dan PT. Wana Makmur Sejahtera. Sedangkan industri kecil dengan skala rumah tangga, padat karya, dengan dukungan teknologi tepat guna, yang mampu mengolah dan memanfaatkan potensi lokal. Produk pemanfaatan potensi lokal bukan hanya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan di daerah saja, namun perkembangannya harus pula mampu mencapai pasar yang lebih luas, baik regional, nasional, maupun internasional.

  | 6

3.3.3 Arah Pengembangan Wilayah Kabupaten Purbalingga

  Setiap wilayah yang ada di Kabupaten Purbalingga memiliki potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah, maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan dan tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki keruangan. Rencana struktur yang dikembangkan tersebut akan mengoptimalkan masing-masing wilayah sehingga tercipta pemenuhan kebutuhan antara wilayah satu terhadap wilayah yang lainnya.

3.3.3.1 Rencana Struktur Kota

  Rencana struktur tata ruang mewujudkan hirarki pusat pelayanan wilayah meliputi sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki sarana dan prasarana, serta sistem jaringan jalan. Rencana struktur tata ruang yang ditetapkan adalah struktur ruang yang mampu mencapai tujuan :

  Mewujudkan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purbalingga; 1.

  2. Menyelaraskan antara perkembangan penduduk dan kebutuhan kelengkapan sarana dan prasarana pada setiap wilayah;

  3. Mengoptimalkan keterbatasan ketersediaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia, alam, sumberdaya binaan, dan sumberdaya pembiayaan;

  4. Pemecahan persoalan pengembangan wilayah; 5. Mewujudkan aspirasi masyarakat.

  Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah Kabupaten Purbalingga yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan wilayah Kabupaten Purbalingga merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas PKL, PKLp, PPK dan PPLn.

  Struktur Tata Ruang Kabupaten Purbalingga dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan yang dikembangkan menjadi hirarki pertama dan memiliki skala pelayanan untuk kegiatan tingkat regional Kabupaten Purbalingga.

   Kawasan Perkotaan Purbalingga  Kawasan Perkotaan Bobotsari

  2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang diprediksi dan dipromosikan tumbuh sebagai PKL baru dengan skala pelayanan untuk beberapa wilayah kecamatan

   Kawasan Perkotaan Bukateja  Kawasan Perkotaan Rembang.

  | 7

  3. Pusat Pelayanan Kawasan (PKK) yaitu Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa  Kawasan IKK Kertanegara,  Kawasan IKK Kaligondang,  Kawasan IKK Bojongsari,  Kawasan IKK Karanganyar,  Kawasan IKK Karangmoncol,  Kawasan IKK Karangreja,  Kawasan IKK Kemangkon,  Kawasan IKK Kejobong,  Kawasan IKK Kutasari,  Kawasan IKK Padamara,  Kawasan IKK Mrebet,  Kawasan IKK Pengadegan,  Kawasan IKK Karangjambu,  Kawasan IKK Kalimanah.

  4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu Pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa  PPL Kutawis di Kecamatan Bukateja  PPL Makam di Kecamatan Rembang  PPL Kutabawa Kecamatan Karangreja  PPL Purbayasa Kecamatan Padamara  PPL Picung, Desa Krangean Kecamatan Kertanegara  PPL Tunjungmuli Kecamatan Karangmoncol  PPL Bedagas Kecamatan Pengadegan  PPL Bandingan Kecamatan Kejobong

3.3.3.2 Pembagian Wilayah Kabupaten Purbalingga

  Wilayah Kabupaten Purbalingga yang akan dikembangkan maupun memerlukan penanganan khusus akan dibagi per kawasan. Pembagian kawasan yang diprioritaskan di Wilayah Kabupaten Purbalingga meliputi:

  1. Kawasan Pusat Pertumbuhan, kawasan tersebut diprioritaskan karena kegiatan perkotaan yang semakin berkembang. Kawasan pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten Purbalingga antara lain:

   Kecamatan Purbalingga

  | 8

   Kecamatan Bobotsari  Kecamatan Bukateja  Kecamatan Rembang

  2. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

  a. Kawasan lindung di wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan sekitar mata air, kawasan daerah sempadan sungai dan kawasan rencana longsor dan kekeringan. Kawasan lindung meliputi:

   Kawasan Hutan Lindung, kawasan yang diprioritaskan penanganannya terletak di Kecamatan Karangreja. Adapun sesuai SK Menhut No. 359/Menhut-II/2004, luas hutan lindung di Kabupaten Purbalingga adalah 9.236 ha, meliputi Kecamatan Bobotsari 104 ha; Kecamatan Bojongsari 777 ha; Kecamatan Karangjambu 1391 ha; Kecamatan Karangmoncol 3642 ha; Kecamatan Kutasari 637 ha; Kecamatan Mrebet 56 ha; Kecamatan Rembang 2.214 ha; dan Kecamatan Karangreja 409 ha.

   Kawasan Sekitar Mata Air, semua sumber mata air yang digunakan sebagai air baku PDAM maupun yang berfungsi sebagai pengairan diprioritaskan penanganannya. Kawasan sekitar mata air, meliputi: Mata Air Situ Tirtomarto Desa Karangcegak, Mata Air Walik Desa Kutasari, Tuk Gunung Desa Limbangan, Mata Air Bandawayu Desa Karangduren, Mata Air Mudal Desa Dagan, Mata Air Tuk Arus Desa Serayu Larangan, Mata Air Kali Talun, Mata Air Supiturang dan Mata Air Kali Pulus Desa Karangambas  Kawasan Daerah Sempadan Sungai, kawasan sempadan sungai yang mendapatkan prioritas penanganannya adalah Aliran DAS Serayu-Luk Ulo dan Klawing.

   Kawasan Rawan Bencana Longsor dan Kekeringan, Kawasan rawan bencana tanah longsor yang terdapat di Kabupaten Purbalingga, terdiri atas zona kerentanan tingkat menengah yang memiliki kelerengan 30

  • – 50 %, sedangkan zona tingkat kerentanan tinggi memiliki kelerengan sekitar 50 - 70 % sampai > 70 %. Berdasarkan kondisi eksisting, lahan di daerah tersebut umumnya digunakan sebagai hutan sejenis, hutan heterogen, tegalan dan masih ada permukiman. Terdapatnya permukiman di daerah rawan bencana gerakan tanah, dapat membahayakan keselamatan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Pemerintah perlu melakukan relokasi warga yang tinggal di daerah rawan bencana gerakan tanah guna mengantisipasi dan meminimalisasi bahaya yang ditimbulkan. Kawasan rawan bencana kekeringan merupakan kawasan yang sering/berpotensi tinggi mengalami bencana alam kekeringan atau tempat-tempat yang secara rutin setiap musim kemarau mengalami kekeringan dan tidak mendapatkan suplay air bersih.

  | 9 Penanganan kawasan rawan longsor ini diprioritaskan di Kecamatan Rembang. Sedangkan kawasan kekeringan di Kecamatan Kejobong dan Kecamatan Kutasari.

  b. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi berbagai jenis hasil produksi yang meliputi kawasan hutan produksi dan kawasan pertanian. Kawasan budidaya meliputi:

   Kawasan hutan produksi, prioritas penanganan yang dipusatkan di Kecamatan Karangmoncol, Kecamatan Karangreja dan Kecamatan Rembang.  Kawasan pertanian, prioritas penanganan dipusatkan di Kecamatan Bukateja,

  Kemangkon, Purbalingga dan Kalimanah untuk lahan basah. Sedangkan Kecamatan Rembang dan Kecamatan Karangmoncol untuk tanaman tahunan, Kecamatan Mrebet untuk perdagangan dan Kecamatan Kejobong untuk tanaman pangan lahan kering.

3.3.3.3 Rencana Penggunaan Lahan

  Berdasarkan Kepmenkimpraswil Nomor : 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, pengertian dari rencana pola pemanfaatan ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola pemanfaatan ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan kawasan budidaya). Rencana pemanfaatan ruang di Kabupaten Purbalingga dirinci menurut kriteria jenis kawasan, yang secara garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Sedangkan kebijaksanaan yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan Kabupaten Purbalingga adalah :

  1. Mengendalikan intensitas dan penyebaran setiap jenis penggunaan lahan, dengan menetapkan kawasan ruang terbangun sebesar 65% dengan penyebaran intensitas yang berbeda-beda pada setiap unit pengembangan sesuai dengan karakteristik setempat.

  2. Mengembangkan jenis penggunaan lahan sesuai dengan potensi dan perkembangan fungsi serta perannya dengan mempertahankan penggunaan lahan untuk kegiatan agraris maupun lainnya dengan memperhatikan aspek fisik, sosial dan ekonomi baik untuk skala kabupaten maupun yang lebih luas.

  3. Mengurangi atau menyebarkan konsentrasi kegiatan di pusat wilayah pengembangan dengan mengembangkan lahan-lahan di bagian utara dan timur Kabupaten Purbalingga.

  4. Mempertegas lokasi lahan-lahan untuk penggunaan yang mempunyai pelayanan tingkat kawasan, kota maupun regional untuk mendukung terciptanya efisiensi dan efektifitas transportasi baik pada jaringan kota maupun regional.

  | 10

  | 11

3.3.3.4 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Purbalingga

  • – pertimbangan seperti :

6. Memiliki kekhususan lainnya

  Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi adalah wilayah yang pertumbuhannya cepat ditinjau dari indikator perkembangan aktivitas beserta sarana prasarana penunjang. Kawasan pertumbuhan cepat di Kabupaten Purbalingga diindikasikan oleh tingginya perkembangan kawasan permukiman, perubahan fungsi serta kecenderungan pergeseran pusat-pusat aktivitas penduduk bercirikan perkotaan. Beberapa segmen kawasan pertumbuhan cepat di Kabupaten Purbalingga antara lain: a. kawasan PKL;

  Kawasan PKL meliputi Perkotaan Purbalingga dan Perkotaan Bobotsari. Perkotaan Purbalingga sebagai Ibukota Kabupaten mengalami pertumbuhan skala pelayanan fasilitas perkotaan dengan skala pelayanan regional. Beberapa segmen cepat berkembang di Perkotaan Purbalingga antara lain:

  d. kawasan agropolitan Lereng Gunung Slamet; dan e. kawasan minapolitan. Karakteristik perkembangan kawasan startegis tersebut diuraikan sebagai berikut: a.

  c. kawasan agropolitan Bungakondang;

  b. kawasan PKLp;

  Berikut arahan penetapan kawasan strategis di Kabupaten Purbalingga berdasarkan arahan dari RTRW kabupaten Purbalingga Tahun 2011

  5. Sangat tertinggal perkembangannya sehingga harus diberi perlakuan khusus agar dapat sejajar dengan bagian wilayah lainnya, atau

  4. Memiliki nilai kepentingan pertahanan & keamanan yang harus dijaga, atau

  Memiliki nilai-nilai ekologis yang sangat besar pengaruhnya terhadap keseluruhan wilayah wilayah sehingga harus dipertahankan & dijaga kelestariannya, atau

  2. Memiliki nilai historis budaya yang harus dilestarikan, atau 3.

  1. Memiliki kegiatan-kegiatan ekonomi yang sangat besar kontribusinya terhadap perekonomian wilayah secara keseluruhan, atau

  Kawasan Strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam pembangunan wilayah 20 tahun ke depan, dan/atau dengan pertimbangan

  • – 2031.

1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

  • Koridor Jalan Sudirman sampai taman alun alun Kota dan Jalan Mayong Kia Kia yang tumbuh sebagai jalur pejalan kaki kota (city walk);
  • Koridor Jalan Sukarno Hatta yang menghubungkan terminal kota sampai perempatan

  Kedung Menjangan sebagai jalur lingkar kota mengalami alih fungsi lahan secara cepat;

  • Jalan Kalikabong menuju Sirongge yang menghubungkan terminal hingga RSU Kabupaten Purbalingga tumbuh sebagai kawasan sentra kuliner;
  • Kawasan SEGAMAS (segitiga emas) yang berkembang sebagai pusat perdagangan dan jasa Kabupaten Purbalingga.
  • Kawasan Perkotaan Bobotsari yang tumbuh sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa.

  b.

  Kawasan PKLp meliputi Perkotaan Bukateja dan Perkotaan Rembang. Kawasan ini memiliki potensi yang cukup berkembang dan diperkirakan pada akhir tahun perencanaan akan menjadi PKL seperti Perkotaan Purbalingga dan Perkotaan Bobotsari.

  c. Kawasan strategis agropolitan BUNGAKONDANG meliputi wilayah Kecamatan Bukateja, Kecamatan Pengadegan, Kecamatan Kejobong dan Kecamatan Kaligondang.

  d. Kawasan agopolitan lereng Gunung Slamet meliputi wilayah Kecamatan Karangreja, Kecamatan Mrebet, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Kutasari.

  e. kawasan minapolitan meliputi sentra pengembanga perikanan di lokasi berikut:

  • Kelurahan Kembaran Kulon berada di Kecamatan Purbalingga;
  • Desa Manduraga berada di Kecamatan Kalimanah;
  • Desa Kalitinggar Kidul dan Desa Gemuruh berada di Kecamatan Padamara;
  • Desa Kutasari berada di Kecamatan Kutasari;
  • Desa Kajonan berada di Kecamatan Bojongsari; dan - Desa Mangunegara berada di Kecamatan Mrebet.

2. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya

  Kawasan strategis sosio kultural merupakan kawasan perlindungan benda-benda purbakala yang perlu dilakukan pembatasan pengembangan untuk menjaga kelestarian kawasan. Kawasan strategis sosio kultural di Kabupaten Purbalingga meliputi wilayah :

  a. Petilasan Ardi Lawet Desa Panusupan berada di Kecamatan Rembang;

  b. Situs Bandagai berada di Kecamatan Karangjambu;

  c. Situs Mujan berada di Kecamatan Bobotsari; d.

  Situs Batu Menhier berada di Kecamatan Karanganyar;

  e. Situs Batu gelang berada di Kecamatan Kertanegara; dan f. Situs Batu Putin, Situs Onje, dan Situs Batu Tulis Cipaku berada di Kecamatan Mrebet.

  Pada kawasan zona inti diperlukan pengaturan yang ketat untuk mengendalian kerusakan lapisan tanah yang dimungkinkan ditemukan sebaran fosil. Termasuk kategori kawasan strategis sosio kultural adalah kawasan Ardi Lawet, Situs Onje, Situs Mujan, Situs Bandagai, Situs Batu

  Menhier, Situs Batu Gilang, Situs Batu Putin dan Situs Batu Tulis Cipaku, yang perlu dilestarikan kualitas bangunan, situs dan aktivitas budaya setempat.

3. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  Kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berupa kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu-Bogowonto yang ada di wilayah Kabupaten Purbalingga. Kawasan ini terdiri atas 3 sub DAS, antara lain: Sub DAS Klawing, Sub DAS Pekacangan; dan Sub DAS Serayu Hilir.

  3.3.4 Identifikasi Wilayah Yang Dikendalikan

  Identifikasi wilayah yang dikendalikan merupakan wilayah Kabupaten Purbalingga yang perlu dikendalikan perkembangannya berkaitan dengan tingkat pelayanan prasarana sarana dasar dan adanya permasalahan yang disebabkan oleh perubahan kondisi fisik kawasan. Kawasan yang harus dikendalikan karena kegiatan perkotaan yang semakin berkembang antara lain:

   Kecamatan Purbalingga  Kecamatan Bobotsari  Kecamatan Bukateja  Kecamatan Kemangkon

  3.3.5 Identifikasi Wilayah Yang Didorong Pertumbuhannya

  Identifikasi wilayah yang didorong pertumbuhannya menjelaskan wilayah Kabupaten Purbalingga yang diarahkan sebagai lokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Kawasan yang harus didukung pertumbuhan karena merupakan kawasan terbelakang, kritis dan minus.

  Analisis regional (tipologi klasen) digunakan untuk mengidentifikasi daerah yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan. Pendapatan perkapita suatu daerah dikategorikan tinggi apabila nilai PDRB per kapita rata-rata kecamatan tersebut lebih besar atau sama dengan PDRB perkapita rata-rata kecamatan di Kabupaten Purbalingga dan sebaliknya jika PDRB per kapita rata- rata kecamatan tersebut lebih rendah dengan PDRB perkapita rata-rata kecamatan di Kabupaten Purbalingga di kategorikan rendah.

Gambar 3.5 Dimensi Tipologi Klasen 18 Kecamatan di Kabupaten Purbalingga

  III

  I La

   Kemangkon  Purbalingga

  ju

   Bukateja  Kalimanah

  P

   Bojongsari  Padamara

  ertum

   Mrebet  Karangreja

  bu

   Bobotsari  Rembang

  ha

   Kertanegara

  n

   Karangmoncol 5,32

  P DR

IV II

  B

   Kejobong  Pengadegan  kaligondang  Kutasari

  2,38  Karangjambu

   Karanganyar

  Laju Pendapatan Perkapita

  Berdasarkan tipologi tersebut ,maka terdapat kesenjangan perolehan PDRB kecamatan, yaitu adanya kecamatan yang sangat pesat pertumbuhan ekonominya dan pendapatan perkapitanya tinggi yaitu Kecamatan Purbalingga, Kalimanah, Padamara, Karangreja dan Rembang. Ini menunjukkan 5 kecamatan tersebut merupakan pusat pemerintahan dan sebagian aktivitas perekonomian di 5 kecamatan tersebut.

  Sedangkan kecamatan Pengadegan, Kutasari, Karangjambu dan Karanganyar merupakan kecamatan dengan laju pendapatan perkapita yang tinggi. Hal ini diduga berkaitan dengan investasi regional dan lokal yang berkembang di Kabupaten Purbalingga sebagian besar berkembangan di kecamatan tersebut demikian juga kecenderungan arah perkembangan kotanya. Kemudian kecamatan Kemangkon, Bukateja, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Kertanegara dan Karangmoncol merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi pendapatan perkapita yang lebih rendah dari Kabupaten Purbalingga, ini mengindikasikan terjadinya kejenuhan pengembangan di daerah tersebut. Dan Kecamatan yang tertinggal adalah kecamatan di tipologi IV yaitu Kecamatan Kejobong dan Kaligondang.

  Sesuai dengan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Purbalingga yaitu mempercepat pertumbuhan kawasan perdesaan, ditetapkan satuan kawasan strategis dalam bentuk Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D). Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) merupakan salah satu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi perdesaan. Dari pengertian tersebut, maka dalam satu wilayah kabupaten akan terbentuk satuan-satuan KTP2D dengan satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). DPP adalah desa yang mempunyai potensi/kemampuan cepat berkembang yang dipilih berdasarkan adanya keterkaitan dengan beberapa desa yang ada di sekitarnya dan mempunyai pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa sekitarnya. Dengan adanya kemampuan pelayanan yang tinggi tersebut, DPP yang bersangkutan layak disebut dengan “Desa Pusat”, dan desa-desa sekitarnya disebut dengan “Daerah Belakangnya (Hinterland). Desa-desa yang termasuk dalam KTP2D dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut

Tabel 3.1 Rencana Kawasan Terpadu Pusat Pengembangan Desa

  Desa Pusat Jml No. Kecamatan Pertumbuhan Desa Hinterland Desa (DPP) Desa Karanggedang, Kebutuh, KTP2D Kutawis

  1

  5 Desa Kutawis Karangcengis dan Desa Kecamatan Bukateja Karangnangka Desa Panusupan,

  KTP2D Makam

  2

  5 Desa Makam Bodaskarangjati, Wanogara Kecamatan Rembang Wetan dan Wanogara Kulon KTP2D Kutabawa Desa Serang, Siwarak, dan

  3

  4 Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Karangreja

  Desa Pusat Jml No. Kecamatan Pertumbuhan Desa Hinterland Desa (DPP) Desa Padamara, Prigi, KTP2D Purbayasa

  4

  5 Desa Purbayasa Kalitinggar Kidul, dan Kecamatan Padamara Karanggambas

  Sumber : RTRW Kab. Purbalingga, 2011

  : Kecamatan Kejobong  Prioritas I Kecamatan Kejobong merupakan kecamatan yang rawan terhadap kekeringan. Kekurangan air di masa mendatang akan menghambat perkembangan Kecamatan Kejobong. Perlu dikembangkan menjadi kawasan budidaya atau dapat difungsikan peruntukan lahan lain.

  : Kecamatan Kutasari  Prioritas II

  Kecamatan Kutasari sangat minim akan fasilitas ditinjau dari jumlah jenis fasilitasnya. Perlu adanya tindakan penyediaan pelayanan sarana prasarana yang dapat menjangkau masyarakat.

  : Kecamatan Karangreja  Prioritas III

  Kecamatan Karangreja merupakan daerah yang menampung perdagangan hasil bumi dari daerah sekitarnya yang akan dipasarkan ke Kabupaten Pemalang. Penyediaan sarana dan fasilitas lain yang dapat menunjang kemajuan Kecamatan Karangreja harus dipacu terutama segi perekonomian mengingat Kecamatan Karangreja dapat dikategorikan sebagai daerah terbelakang karena tingkat putus sekolah yang tinggi dan kurangnya sumber air bersih.

  : Kecamatan Mrebet  Prioritas IV Kecamatan Mrebet terletak diantara Kecamatan Purbalingga dan Kecamatan Bobotsari. Pergerakan penduduknya lebih banyak mengarah ke Kecamatan Purbalingga dan Kecamatan Bobotsari. Faktor keterbatasan sarana dan prasarana menjadi pendorong terjadinya mobilitas tersebut.

3.3.6 Arahan Pengembangan Penduduk dan Permukiman

  Dalam pengembangan wilayah sangat terkait dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan permukiman. Sebagai subjek pembangunan, penduduk menentukan kebutuhan prasarana sarana wilayah. Pada dasarnya perkembangan lingkungan perumahan berhubungan erat dengan rencana persebaran penduduk. Oleh karenanya perlu pengaturan dan penyesuaian antara kebutuhan fasilitas permukiman dengan pengarahan pengalokasian jumlah penduduk

  Kawasan permukiman yaitu kawasan selain kawasan lindung sebagai tempat aktivitas manusia, sedangkan perumahan yaitu kawasan yang terdiri dari rumah-rumah dan merupakan permukiman yang sudah mempunyai fasilitas. Kawasan permukiman dibedakan menjadi 2, yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan.

  Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:  Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;  Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;  Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. Kawasan permukiman di Kabupaten Purbalingga selain memanfaatkan permukiman eksisting dalam pengembangannya perlu menghindari pemakaian tanah pertanian subur dan atau beririgasi teknis.

  Kawasan permukiman kota meliputi batas fisik Kota Purbalingga dan Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Purbalingga. Lingkup lokasi Kota Purbalingga meliputi seluruh wilayah Kecamatan Kota, seluruh Kecamatan Purbalingga, sebagian Kecamatan Kalimanah, sebagian Kecamatan Pengadegan, dan sebagian Kecamatan Padamara. Sedangkan lingkup lokasi IKK meliputi permukiman yang termasuk dalam delineasi IKK Kemangkon, IKK Bukateja, IKK Kejobong, IKK Kaligondang, IKK Kutasari,

  IKK Bojongsari, IKK Mrebet, IKK Bobotsari, IKK Karangreja, IKK Karanganyar, IKK Karangmoncol, dan IKK Rembang dengan luas kurang lebih 4.897 Ha.

  Sedangkan kawasan permukiman perdesaan meliputi batas fisik permukiman di luar Kota Purbalingga dan 3 IKK yang ada (IKK Kalimanah, IKK Padamara, dan IKK Kaligondang) serta permukiman di luar masing-masing IKK di Kabupaten Purbalingga dengan luas kurang lebih 10.350 Ha.

  . Perkiraan dan proyeksi pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, penyebaran penduduk. Sebagai dasar arahan pengembangan penduduk harus memperhatikan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2013-2017. Proyeksi penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  | 19

  | 20

  10 Bojongsari 0,007 56955 11391 57354 11471 57755 11551 58160 11632 58567 11713

  18 Rembang 0,007 58674 11735 59085 11817 59498 11900 59915 11983 60334 12067 Jumlah 876525 175307 883180 176636 889894 177982 896675 179335 903513 180701

  17 Karangmoncol 0,005 50844 10169 51098 10220 51353 10271 51610 10322 51868 10374

  16 Kertanegara 0,004 30624 6125 30746 6149 30869 6174 30992 6198 31116 6223

  15 Karanganyar 0,004 34780 6956 34919 6984 35058 7012 35199 7040 35339 7068

  14 Karangjambu 0,004 23911 4782 24007 4801 24103 4821 24199 4840 24296 4859

  13 Karangreja 0,007 40414 8083 40697 8139 40982 8196 41269 8254 41557 8311

  12 Bobotsari 0,009 48134 9627 48567 9713 49004 9801 49445 9889 49890 9978

  11 Mrebet 0,006 67125 13425 67528 13506 67933 13587 68341 13668 68751 13750

  9 Kutasari 0,008 56573 11315 57026 11405 57482 11496 57942 11588 58406 11681

Tabel 3.1 Proyeksi Penduduk Per Kecamatan dan Kebutuhan Permukiman di Kabupaten Purbalingga Tahun 2013-2017 No Kecamatan Pertumbuhan 2013 2014 2015 2016 2017 Jml Pddk Keb Rumah Jml Pddk Keb Rumah Jml Pddk Keb Rumah Jml Pddk Keb Rumah Jml Pddk Keb Rumah

  8 Padamara 0,006 40475 8095 40718 8144 40963 8193 41208 8242 41456 8291

  7 Kalimanah 0,016 52244 10449 53079 10616 53929 10786 54792 10958 55668 11134

  6 Purbalingga 0,005 56949 11390 57234 11447 57520 11504 57808 11562 58097 11619

  5 Kaligondang 0,008 57160 11432 57617 11523 58078 11616 58543 11709 59011 11802

  4 Pengadegan 0,018 36995 7399 37661 7532 38338 7668 39029 7806 39731 7946

  3 Kejobong 0,006 43347 8669 43607 8721 43868 8774 44131 8826 44396 8879

  2 Bukateja 0,008 67498 13500 68038 13608 68582 13716 69131 13826 69684 13937

  1 Kemangkon 0,007 53823 10765 54199 10840 54579 10916 54961 10992 55346 11069

  Sumber: RTRW Kabupaten Purbalingga (Hasil Perhitungan Proyeksi)

  Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2012 sebesar 876525 jiwa. Sedangkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2017 sebesar 903.513 jiwa. Arahan penduduk Kabupaten Purbalingga sangat terkait dengan proyeksi penduduk yang menimbulkan kepadatan penduduk. Arahan penduduk akan menimbulkan kepadatan penduduk pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  10 Bojongsari 29,25 58567 2002 11713

  180701 Sumber: Analisis RPIJM Kabupaten Purbalingga

  18 Rembang 91,59 60334 659 12067 Jumlah 777,63 903513 1162

  17 Karangmoncol 60,28 51868 860 10374

  16 Kertanegara 38,01 31116 819 6223

  15 Karanganyar 30,55 35339 1157 7068

  14 Karangjambu 46,08 24296 527 4859

  13 Karangreja 74,51 41557 558 8311

  12 Bobotsari 32,28 49890 1546 9978

  11 Mrebet 47,89 68751 1436 13750

  9 Kutasari 52,9 58406 1104 11681

Tabel 3.2 Rencana Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk , Persebaran Penduduk dan Kebutuhan

  8 Padamara 17,26 41456 2402 8291

  7 Kalimanah 22,51 55668 2473 11134

  6 Purbalingga 14,73 58097 3944 11619

  5 Kaligondang 50,53 59011 1168 11802

  4 Pengadegan 41,74 39731 952 7946

  3 Kejobong 39,99 44396 1110 8879

  2 Bukateja 42,4 69684 1643 13937

  1 Kemangkon 45,13 55346 1226 11069

  Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/ Km 2 ) Kebutuhan Permukiman

  

Permukiman Kabupaten Purbalingga Tahun 2017

No Kecamatan Luas Wilayah ( Km 2 ) Tahun 2017

  Berdasarkan proyeksi penduduk sampai dengan tahun 2017 berjumlah 903.513 jiwa apabila diasumsikan tiap keluarga atau rumah tangga terdiri dari maksimal 5 jiwa diperkirakan bahwa jumlah permukiman pada tahun 2017 akan mencapai 180.701 unit rumah. Arahan pengembangan penduduk dan permukiman dengan penggunaan lahan produktif dan ketersediaan lahan yang belum terbangun khususnya pada wilayah bagian timur-utara. Pada wilayah tersebut dapat diarahkan perkembangannya.

  Luas lahan yang digunakan untuk menampung kebutuhan perumahan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi pada masa mendatang diperkirakan tidak banyak mengalami pergeseran, melihat potensi lahan kering yang dipergunakan untuk bangunan cukup besar dari seluruh luas Kabupaten Purbalingga. Perencanaan tata ruang Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan membahas pengaturan pembangunan dan pengembangan lingkungan.

3.2 Skenario Pengembangan Sektor/ Bidang PU/ Cipta Karya

  Skenario pembangunan infrastruktur Kabupaten Purbalingga menguraikan gambaran kebutuhan pembangunan prasarana dan sarana dasar (PSD) untuk kurun waktu 20 tahun dengan cakupan materi kegiatan skenario pembangunan perkotaan ini meliputi:

3.2.1 Rencana Induk Sistem (RIS)/ Masterplan Infrastruktur

  Rencana Induk Sistem (RIS)/ Masterplan Infrastruktur diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah, baik Propinsi Jawa Tengah maupun Kabupaten Purbalingga untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam kurun waktu 10-20 tahun. Selain itu, Masterplan Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang Kabupaten Purbalingga yang mempertimbangkan keadilan, demokratis dan keberlanjutan bagi kehidupan masyarakat luas, sehingga pembangunan infrastruktur dapat mendorong daerah mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Masterplan Infrastruktur dapat dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi Prasarana dan Sarana Perkotaan.

  Selain itu, mendorong daerah untuk menyiapkan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/ Cipta Karya yang mengacu pada RTRW dan RPJMD Kabupaten Purbalingga serta memperhatikan Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan dengan proses yang partisipatif.

  Rencana Induk Sistem/ Masterplan Infrastruktur menguraikan rencana kebutuhan pengembangan dan pembangunan infrastruktur secara rinci sebagai pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

  Fungsi keberadaan Masterplan Infrastruktur diharapkan dapat mendorong Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur secara terarah dan terencana dalam kurun waktu selama 10-20 tahun. Selain itu, Masterplan Infrastruktur dapat digunakan dalam menyusun Rencana Tata Ruang Kabupaten Purbalingga yang mempertimbangkan keadilan, demokratis, dan keberlanjutan bagi kehidupan masyarakat luas, sehingga pembangunan infrastruktur dapat mendorong daerah mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Masterplan Infrastruktur dapat dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Investasi Prasarana dan Sarana Kabupaten Purbalingga. Saat ini Kabupaten Purbalingga telah disusun Profil Infrastruktur Sosial pada tahun 2011. Penjelasan Sistem Infrastruktur Kabupaten Purbalingga diuraikan sebagai berikut:

  1. Sistem Air Minum Rencana pengembangan air minum terkait dengan perwujudan realisasi Milenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 antara lain :

  a. Adanya peningkatan akses air minum perpipaan berdasarkan daerah pelayanan di daerah perkotaan dan perdesaan meliputi :  Wilayah pelayanan Kota, dari 30 % menjadi 60% atau tambahan pelayanan 17.478 jiwa  Wilayah pelayanan IKK dari 30% menjadi 55% atau tambahan pelayanan 37.728 jiwa  Wilayah pelayanan Desa dari 30% menjadi 55% atau tambahan pelayanan 18.019 jiwa Sedangkan untuk meningkatkan akses air minum perpipaan dilakukan kegiatan penambahan unit pelayanan yaitu:  Pengembangan pelayanan kota sebesar 3 unit/ kota  Penyediaan PS air minum IKK Rawan Air yang belum memiliki sistem (baru): 8 unit (IKK)  Perluasan/ pengembangan SPAM IKK yang sudah memiliki sistem (baru): 124 unit (desa)  Perluasan SPAM desa yang sudah memiliki sistem (lama): 36 unit (desa)

  2. Sistem Persampahan Rencana penyediaan TPA di Kabupaten Purbalingga saat ini dikelola di Desa Banjaran untuk 10 tahun mendatang perlu mendapatkan pengoptimalan pengelolaan sampah mengingat kemampuan TPA yang semakin menurun. Perlu tidaknya pembangunan TPA didasarkan pada jumlah timbunan sampah. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan TPA, yaitu: DED Peningkatan Kinerja TPA, Revitalisasi TPA Banjaran , dan Operasional sistem pengolahan sampah dengan Sanitary Landfill.