BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan Makanan Bergizi Beragam Seimbang dan Aman Dengan Menggunakan Flash Card Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Anak Kelas 1-3 SD Islam Titi Berdikari Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan

  Menurut Sarwono dalam Mubarak (2007) penyuluhan pada dasarnya adalah suatu proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah- masalah kesehatan yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan teknik-teknik tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan setiap individu.

  Tujuan dari penyuluhan antara lain agar individu/masyarakat mengubah perilaku menjadi perilaku hidup sehat, hal ini sesuai dengan pendapat Azwar dalam Fitriani (2011) bahwa penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan.

2.1.1. Metode Dan Media Penyuluhan

  Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung pada tujuan khusus yang ingin dicapai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah ceramah dan permainan.

  Metode ceramah cocok digunakan untuk kelompok sasaran yang besar yaitu lebih dari 15 orang, metode ini juga dapat digunakan untuk sasaran yang berpendidikan tinggi dan rendah (Notoatmodjo, 2007).

  Selain metode ceramah, digunakan juga metode permainan, metode ini digunakan karena sasaran penyuluhan adalah siswa kelas 1-3 sekolah dasar, menurut Tedjasaputra (2001) siswa pada kelas 1-3 sekolah dasar mempunyai rentang perhatian yang terbatas dan masih sulit diatur sehingga dibutuhkan suasana yang menyenangkan melalui permainan.

  Untuk dapat menyampaikan pesan secara jelas dan dapat dimengerti maka penyuluhan memerlukan media. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sadiman,dkk dalam Suiraroka (2012) media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Berdasarkan pengertian ini tersirat bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dari pengrim pesan kepada penerima pesan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat dilakukan melalui suatu saluran tertentu atau dengan menggunakan pengantar, maka media pendidikan adalah perantara pesan tersebut.

  Hamalik, dkk dalam Suiraroka (2012), mengelompokkan media berdasarkan jenisnya, yaitu:

  1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.

  2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

  3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu : audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide dan audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

  Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah flash card, berdasarkan pengelompokan media, maka flash card termasuk dalam media visual. Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Pada awalnya flash card digunakan untuk menyembuhkan pasien yang cedera otak, namun dalam perkembangannya flash card banyak digunakan sebagai media yang membantu proses belajar (Surana, 2010).

  Menurut Susilana dan Riyana (2008), flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar, gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada lembaran

  flash card. Gambar-gambar yang ada pada flash card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya.

  Flash card sering digunakan sebagai media dalam pendidikan karena mudah dibawa, praktis cara pembuatan dan penggunaannya, dan menyenangkan siswa dalam belajar.

  Penggunaan flash card awalnya adalah sebagai kartu untuk membantu anak cepat membaca. Penggunaan flash card sebagai kartu untuk cepat membaca sangat efektif. Hal ini sesuai dengan berbagai hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan flash card untuk pendidikan. Hasil penelitian Firdaus (2010) menunjukkan bahwa anak yang diberi perlakuan bermain dengan flash card mempunyai kemampuan membaca yang lebih baik dari pada anak yang tidak diberi permainan tersebut.

  Model flash card sekarang sudah berbagai macam dan sudah dikembangkan salah satunya sebagai media untuk belajar bahasa, hasil penelitian Silvie (2012) menunjukkan peningkatan hasil belajar bahasa Jepang siswa setelah menggunakan flash

  card dan berdasarkan angket yang diisi oleh siswa diperoleh bahwa siswa menyukai dan merasa belajar lebih mudah dengan menggunakan flash card.

  Model lain dari pengembangan flash card adalah penggunaan flash card dalam pelajaran matematika, berdasarkan hasil penelitian Mutiah (2012), penggunaan flash card matematika pada kelas eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi pokok sudut pusat dan sudut keliling lingkaran dari pada kelas kontrol.

2.1.2. Penyuluhan dan Perubahan Perilaku

  Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan- perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan.

  Menurut Green dalam Notoadmodjo (2007) bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

  1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

  2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

  3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku Berdasarkan teori Green tentang faktor yang menyebabkan perubahan perilaku, penyuluhan merupakan salah satu proses untuk meningkatkan faktor predisposisi

  (predisposing factors), yang termasuk pengetahuan dan sikap.

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmodjo, 2007). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat.

  Sikap yang ditunjukkan bersifat subjektif karena sikap berasal dari diri individu, Alport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen yaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dengan adanya informasi yang diberikan, maka dapat mempengaruhi komponen kecenderungan untuk bertindak karena telah diberikan pengetahuan yang sesuai untuk bertindak yang sesuai.

  Oleh karena itu penyuluhan yang menggunakan metode dan media yang tepat dan sesuai dengan sasaran dapat mempengaruhi pengetahuan individu/masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa penyuluhan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap antara lain penelitian Khairunnisak (2008) tentang pengaruh penyuluhan sayur dan buah terhadap pengetahuan remaja putri SMAN 1 Julok Kabupaten Aceh Timur, menyimpulkan bahwa penyuluhan dalam bentuk ceramah dengan memperlihatkan contoh sayur dan buah serta pemberian leaflet mampu meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang sayur dan buah.

  Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sitepu, A (2008) tentang efektivitas penyuluhan menggunakan metode ceramah disertai pemutaran VCD dan tanpa pemutaran VCD dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia pada balita di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, menyimpulkan bahwa penyuluhan disertai pemutaran VCD memberikan dampak positif yang lebih nyata dibandingkan dengan metode ceramah tanpa disertai pemutaran VCD baik secara pengetahuan maupun sikap.

  Penelitian yang dilakukan oleh Saragih, F (2010) yang menunjukkan bahwa penyuluhan tentang makanan sehat dan gizi seimbang dengan metode ceramah dan pemberian leaflet meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.

  Demikian juga penelitian yang dilakukan Sari (2008) dengan judul pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, menyimpulkan bahwa penyuluhan yang disertai dengan pemberian leaflet dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil.

2.2. Anak Kelas 1-3 Sekolah Dasar

  Kelompok anak sekolah (umur 6-12 tahun) termasuk ke dalam kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini berada pada masa pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dan apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya.

  Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Khomsan, 2010).

  Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur umur ini anak banyak kegiatan di sekolah maupun di lingkungan rumah- tangganya dan sangat aktif bermain yang menguras banyak tenaga seperti berkejar- kejaran, petak-umpet, bermain lompatan atau bermain bola. Di pihak lain, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makannya menurun. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar atau konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan (Notoatmodjo, 2003).

  Berdasarkan tingkat kematangan emosional dan kecerdasannya menurut Yusuf (2005) bahwa sifat khas anak pada masa kelas rendah antara lain adanya hubungan yang positif dan tergantung antara keadaan jasmani dengan prestasi, tunduk kepada peraturan- peraturan permainan tradisional, cenderung memuji diri sendiri, suka membandingkan dirinya dengan anak lain.

  Selain itu anak yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berfikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. (Haditono, 2004).

2.3. Makanan Bergizi Beragam Berimbang Dan Aman

2.3.1. Makanan Bergizi

  Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk, 2002).

  Menurut Almatsier (2009) makanan bergizi adalah makanan yang memiliki kandungan-kandungan atau unsur ikatan kimia yang dapat membantu seluruh pertumbuhan pada tubuh, mulai dari pertumbuhan badan hingga pertumbuhan otak. Pengelompokkan bahan makanan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi yaitu sebagai (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; (3) sumber zat pengatur.

  Energi diperlukan untuk beraktifitas, sumber energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Sumber energi yang paling besar adalah pada makanan yang mengandung karbohidrat (Almatsier, 2009).

  Protein diperlukan untuk menjalankan berbagai fungsi antara lain: membangun sel tubuh, mengganti sel tubuh yang mengalami kerusakan, membuat air susu, enzim dan hormon, membuat protein darah, menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh, dan pemberi kalori. Sumber protein terbagi dua yaitu protein hewani seperti telur, dan susu dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan. (Irianto, 2007).

  Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral. Makanan ini berperan melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh. Vitamin dan mineral merupakan komponen penting di dalam bahan pangan walaupun terdapat dalam jumlah sedikit, karena diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.

2.3.2. Makanan Beragam

  Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur (Almatsier, 2009).

  Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaraman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah).

2.3.3. Makanan Seimbang

  Gizi seimbang merupakan pedoman dalam mengonsumsi makanan yang sehat dan aman untuk mempertahankan gizi yang optimal. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok gizi dalam jumlah yang cukup tidak kurang dan tidak lebih (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2002).

  Dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan setiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Ketiga golongan makanan digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan makanan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan setiap hari. (Almatsier, 2009).

  Dalam praktek sehari-hari perbandingan tersebut dapat diperoleh jika makan dilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari dengan jumlah cukup dan tidak berlebihan.

  Menu yang tidak berimbang terjadi jika salah satu zat gizi mayor terutama lemak atau protein berlebihan dikonsumsi (Liputo, 2007).

2.3.4. Makanan Aman

  Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia (Iswaranti, 2007). Pendapat lain tentang makanan aman yaitu menurut Soekirman (2000) Makanan dapat dikatakan aman apabila kecil kemungkinan atau sama sekali tidak mungkin menjadi sumber penyakit atau yang dikenal sebagai penyakit yang bersumber dari makanan (foodborne disease). Oleh sebab itu, makanan harus dipersiapkan, diolah, disimpan, diangkut dan disajikan dengan serba bersih dan telah dimasak dengan benar.

  Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat Perlindungan Konsumen, 2006). Bahaya tersebut adalah:

  1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan, seperti isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.

  2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol.

  3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang, dan bakteri.

  Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain: berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal daluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman, adalah bila dalam pengolahannya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar.

2.4. Kerangka Konsep

  Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: INTERVENSI:

  Penyuluhan menggunakan flash card

  Faktor Predisposisi Proses perubahan Perilaku

  (Predisposing factor)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

  Ket: = tidak diteliti

  Menurut Green dalam Notoadmodjo (2007) bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan Faktor-faktor penguat (reinforcing

  factors). Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang

  mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. Untuk memengaruhi faktor predisposisi adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan. Oleh karena itu intervensi penyuluhan dengan menggunakan flash card dilakukan untuk memengaruhi pengetahuan dan sikap anak kelas 1 – 3 Sekolah Dasar tentang makanan bergizi, beragam, berimbang, dan aman sehingga dapat mengubah perilaku konsumsi sasaran. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti pada perubahan pengetahuan dan sikap, tidak sampai pada perubahan perilaku.

2.5. Hipotesis

  1. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang makanan bergizi beragam berimbang dan aman.

  2. Ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan tentang makanan bergizi

  beragam berimbang dan aman .

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

2 86 181

Pengaruh Penyuluhan Makanan Bergizi Beragam Seimbang dan Aman Dengan Menggunakan Flash Card Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Anak Kelas 1-3 SD Islam Titi Berdikari Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2014

6 149 88

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Makanan Sehat dan Gizi Seimbang di Desa Merek Raya Kecamatan Raya kabupaten Simalungun Tahun 2010

18 162 92

Pengaruh Penyuluhan Konsumsi Buah dan Sayur Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SD Negeri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010

14 97 81

Pengaruh Penyuluhan Gizi Tentang Makanan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman Melalui Buku Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak Sekolah Dasar Negeri 060895 Medan

13 146 110

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Kesehatan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun

0 1 34

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 0 54

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan 2.1.1. Definisi Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 0 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 1 10