Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

(1)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

KHAIRANI FITRI 127032069/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF LECTURING METHOD COUNSELING ABOUT THE DANGER OF DRUGS ON THE STUDENTS’ KNOWLEDGE

AND ATTITUDE AT SMA RAKSANA, MEDAN, IN 2014

THESIS

BY

KHAIRANI FITRI 127032069/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KHAIRANI FITRI 127032069/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA RAKSANA MEDAN

TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Khairani Fitri Nomor Induk Mahasiswa : 127032069

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 3 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH TENTANG BAHAYA NARKOBA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

SISWA SMA RAKSANA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2014

Khairani Fitri 127032069/IKM


(7)

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang terjadi di kalangan remaja adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat dan berdasarkan survei Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 90% penyalahguna narkoba coba pakai adalah kalangan pelajar/mahasiswa. Penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Salah satu hal yang menyebabkan pelajar/mahasiswa menyalahgunakan narkoba adalah kurangnya informasi tentang bahaya narkoba. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba adalah melalui penyuluhan dengan metode ceramah.

Penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan static group comparison experimental design yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Raksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana sebanyak 383 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswa diberikan perlakuan dan 20 siswa tidak diberikan perlakuan atau dijadikan kelompok kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis dengan uji paired samples t-test pada taraf kepercayaan 95%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswi dengan nilai p untuk pengetahuan 0,001 dan untuk sikap 0,001.

Disarankan kepada para guru untuk memberikan edukasi kepada siswa bahaya narkoba. Kepada pihak sekolah membentuk organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menghindari bahaya narkoba dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam memberikan edukasi secara rutin tentang bahaya narkoba.


(8)

ABSTRACT

One of the problems of adolescent is drug abuse which keeps increasing from year to year. Based on the result of survey conducted by the National Narcotics Board (BNN) about 90% of drug abuse occurred among the students and it brings negative influence on the continuity of national development. One of the factors causing the students to get involved in drug abuse was less of information about the danger of drug. One of the efforts that can be done to give the information about the danger of drug is through extension with lecturing method

The purpose of this quasi experimental study with static group comparison experimental design was to explain the impact of extension with lecturing method on the danger of drug on the knowledge and attitude of the students SMA Raksana. The population of this study was all of 383 students of SMA Raksana and 40 of them were selected to be the samples for this study comprising 2 groups, 20 students for treatment group and 20 students for control group. The data for this study were obtained in April 2014 through questionnaire distribution and analyzed through paired sample t-test level of confidence 95%.

The result of this analysis showed that the extension on danger of drug had influence on the attitude (p=000,1) and knowledge (p=000,1) of the students. The teachers are suggested to provide the students with education on drug. School management is suggested to establish an organization to increase the students’ creativity in avoiding the danger of drug and to cooperate with the National Narcotics Board (BNN) in providing in routine education on the danger of drug.


(9)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014”

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(10)

4. Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini. 5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Drs. Eddy Syahrial, M.S sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Dosen dan staf Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Kepala sekolah, guru dan staff SMA Raksana Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Raksana Medan.

10. Petugas dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk menjadi pembicara pada kegiatan penyuluhan di SMA Raksana Medan.

11. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis Ayahanda Alm. Chalid dan ibunda Almh. Rasidah tercinta atas restunya yang telah menjadikan penulis berhasil dalam mengarungi kehidupan ke jenjang


(11)

pendidikan tinggi seperti harapan dan keinginan kedua orangtua penulis yang selama hidup memberi motivasi, nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang serta doa yang tak bisa penulis balas dalam bentuk apapun. Hanya doa yang tulus buat ayahanda dan ibunda yang bisa penulis panjatkan semoga Allah memberi tempat yang terbaik buat ayahanda dan ibunda tercinta.

12. Terimakasih yang tak terhingga penulis untuk almarhum ayahanda mertua dan ibunda mertua yang telah memberi dorongan moril, nasehat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

13. Terimakasih buat kakakku tercinta Nuraisyah, abang-abangku serta adikku Afriani atas segala perhatian, kasih sayang dan motivasi serta doanya. Terimakasih banyak telah menjadi motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

14. Teristimewa ucapan terima kasih ini penulis curahkan kepada suami tercinta Hadi Sucipto, SE dan anak-anak tersayang Khairida Nurul Hadi, Shafira Amalia Hadi, M. Rizki Triashadi dan M. Reza Saptahadi yang telah turut memberikan doa dan cinta serta sabar karena kehilangan banyak waktu bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini dan banyak sekali memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

15. Buat Ibunda Amriani, Free Agustina, Syarifah Rina, Sari Emma, Suliani, Sity Sufatmi, Bertha, Karmila dan Arif Kristian Lawolo yang telah penulis sebagai adik sendiri serta rekan-rekan mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku tahun 2012 lainnya yang telah


(12)

mengajarkan penulis arti kekeluargaan, tanggung jawab dan kepedulian. Terimakasih banyak atas segala kebersamaan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan sampai tesis ini selesai.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2014 Penulis

Khairani Fitri 127032069/IKM


(13)

RIWAYAT HIDUP

Khairani Fitri lahir pada tanggal 2 Januari 1970 di Medan dari pasangan ayahanda Alm. Chalid dan ibunda Almh. Rasidah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di sekolah Dasar Negeri Harhanud Medan selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Medan selesai tahun 1986, Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Medan selesai tahun1989, S1 Program Studi Farmasi Fakultas MIPA USU Medan selesai tahun 1995, Profesi Apoteker Fakultas MIPA USU Medan selesai tahun 1998.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2012 dan akan menyelesaikan studi tahun 2014.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAU PUSTAKA ... 11

2.1. Penyuluhan ... 11

2.1.1. Definisi Penyuluhan ... 11

2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi ... 14

2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi ... 17

2.1.4. Efek Komunikasi ... 21

2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan ... 24

2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan ... 28

2.1.7. Penyuluhan Narkoba ... 32

2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah ... 35

2.2. Narkoba ... 37

2.2.1. Definisi Narkoba ... 37

2.2.2. Jenis-jenis Narkoba ... 37

2.2.3. Bahaya Narkoba ... 47

2.2.4. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 48

2.2.5. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba ... 50

2.3. Pengetahuan ... 51

2.4. Sikap ... 53

2.5. Landasan Teori ... 54


(15)

BAB 3. METODE PENELITIAN... 57

3.1. Jenis Penelitian ... 57

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

3.3. Populasi dan Sampel ... 58

3.3.1. Populasi ... 58

3.3.2. Sampel ... 58

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 60

3.4.1. Data Primer... 60

3.4.2. Data Sekunder ... 60

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

3.4.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 62

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 64

3.5.1. Variabel ... 64

3.5.2. Definisi Operasional ... 64

3.6. Metode Pengukuran ... 64

3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 65

3.7.1. Pengolahan Data ... 65

3.7.2. Analisis Data ... 65

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 67

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67

4.2. Karakteristik Responden ... 68

4.3. Analisis Univariat ... 69

4.3.1. Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba ... 69

4.3.2. Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba ... 78

4.4. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest dan Postest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ... 92

4.5. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 94

4.5.1. Pengetahuan ... 94

4.5.2. Sikap ... 94

BAB 5. PEMBAHASAN ... 96

5.1. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan Responden ... 96

5.2. Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Sikap Responden ... 100

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

6.1. Kesimpulan ... 103


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Komunikasi S-M-C-R ... 56 2.3. Kerangka Konsep Penelitian... 56 3.1. Desain Penelitian ... 57


(17)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Keadaan Siswa di SMA Raksana Medan ... 58 3.2. Jumlah Sampel Masing-masing Kelas ... 59 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas,

Umur dan Jenis Kelamin ... 68 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba

pada Kelompok Perlakuan ... 69 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba

pada Kelompok Kontrol ... 75 4.4. Distribusi Hasil Skor Pretes dan Postes Pengetahuan Responden

tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok

Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 77 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada

Kelompok Perlakuan ... 79 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada

Kelompok Kontrol ... 86 4.7. Distribusi Hasil Pretes dan Postes Sikap Responden tentang Bahaya

Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Siswa

SMA Raksana Medan ... 90 4.8. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest Pengetahuan dan Sikap

Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 92 4.9. Perbedaan Nilai Rerata Hasil Postest Pengetahuan dan Sikap

Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan ... 93 4.10. Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan


(18)

4.11. Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Sikap Siswa


(19)

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang terjadi di kalangan remaja adalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat dan berdasarkan survei Badan Narkotika Nasional (BNN) sekitar 90% penyalahguna narkoba coba pakai adalah kalangan pelajar/mahasiswa. Penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar/mahasiswa akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan pembangunan nasional. Salah satu hal yang menyebabkan pelajar/mahasiswa menyalahgunakan narkoba adalah kurangnya informasi tentang bahaya narkoba. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba adalah melalui penyuluhan dengan metode ceramah.

Penelitian ini adalah eksperimen semu atau quasi experiment dengan rancangan static group comparison experimental design yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa di SMA Raksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Raksana sebanyak 383 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswa diberikan perlakuan dan 20 siswa tidak diberikan perlakuan atau dijadikan kelompok kontrol. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden dan dianalisis dengan uji paired samples t-test pada taraf kepercayaan 95%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswi dengan nilai p untuk pengetahuan 0,001 dan untuk sikap 0,001.

Disarankan kepada para guru untuk memberikan edukasi kepada siswa bahaya narkoba. Kepada pihak sekolah membentuk organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menghindari bahaya narkoba dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam memberikan edukasi secara rutin tentang bahaya narkoba.


(20)

ABSTRACT

One of the problems of adolescent is drug abuse which keeps increasing from year to year. Based on the result of survey conducted by the National Narcotics Board (BNN) about 90% of drug abuse occurred among the students and it brings negative influence on the continuity of national development. One of the factors causing the students to get involved in drug abuse was less of information about the danger of drug. One of the efforts that can be done to give the information about the danger of drug is through extension with lecturing method

The purpose of this quasi experimental study with static group comparison experimental design was to explain the impact of extension with lecturing method on the danger of drug on the knowledge and attitude of the students SMA Raksana. The population of this study was all of 383 students of SMA Raksana and 40 of them were selected to be the samples for this study comprising 2 groups, 20 students for treatment group and 20 students for control group. The data for this study were obtained in April 2014 through questionnaire distribution and analyzed through paired sample t-test level of confidence 95%.

The result of this analysis showed that the extension on danger of drug had influence on the attitude (p=000,1) and knowledge (p=000,1) of the students. The teachers are suggested to provide the students with education on drug. School management is suggested to establish an organization to increase the students’ creativity in avoiding the danger of drug and to cooperate with the National Narcotics Board (BNN) in providing in routine education on the danger of drug.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Generasi muda terutama usia remaja merupakan masa transisi/peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005:15).

Salah satu konflik yang paling besar terjadi di kalangan remaja adalah penyalahgunaan narkoba, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya. Penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba dari tahun ketahun semakin meningkat, sementara fenomena narkoba itu sendiri bagaikan gunung es (Ice Berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak atau di bawah permukaan laut (Hawari, 2001:6).

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di dunia sungguh luar biasa dahsyat. Berdasarkan data dari Word Drugs Report yang

dikeluarkan oleh United Nations Office on Drug and Crime (UNODC) menunjukkan bahwa setiap tahunnya negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1.000 ton heroin, 1.000 ton kokain, sejumlah besar ganja, Hashish dan Amphetamine Type Stimulants


(22)

(ATS). Selain itu jumlah current users di seluruh dunia pada tahun 2005/2006 diperkirakan mencapai sekitar 200 juta orang dan pada tahun 2006/2007 meningkat menjadi 208 juta orang dan terus akan meningkat. Dengan fakta ini, maka

diperkirakan tingkat pertumbuhan penyalahgunaan narkoba di dunia mencapai 4 % per tahun. Kemudian diperkirakan antara 155 sampai dengan 250 juta orang (3,5 s/d 5,7% dari penduduk yang berumur 15-64 tahun) menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun (BNN Sumatera Utara, 2013:9)

Menurut laporan UNODC pada tahun 2013 menyatakan 149 sampai 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk dunia dengan prevalensi sebesar 2,8%-4,5% (UNODC, 2013:16).

Dalam lingkup Asia Tenggara, semua negara ASEAN telah mengakui adanya masalah yang mereka hadapi terkait dengan penyalahgunaan narkoba. Asia tenggara memiliki potensi besar untuk menjadi lahan subur penyalahgunaan narkoba

dikarenakan adanya segitiga emas penghasil dan penyalur gelap narkoba di wilayah ini yang terdiri dari Myanmar, Kamboja, dan Thailand yang memungkinkan distribusi produk narkotika melalui media transport darat, laut, maupun udara ke semua negara di wilayah ini, tak luput juga Indonesia (BNN Sumatera Utara, 2013:13)

Demikian halnya di Indonesia, kasus penyalahgunaan narkoba meningkat dengan cepat. Meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya, penyalahgunaan narkoba terlihat begitu sulit diberantas. Penyalahgunaan narkoba di


(23)

Indonesia telah sampai pada titik yang menghawatirkan. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3. 478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau

meningkat 28,9% pertahun. Berdasarkan hasil survei BNN bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) memperkirakan prevalensi

penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 sebesar 1,99% dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun. Pada tahun 2010 prevalensi tersebut diproyeksikan naik menjadi 2,21% dan tahun 2015 naik menjadi 2,8% atau setara dengan 5,1-5,6% juta orang (BNN, 2011:18).

Seluruh provinsi di Indonesia tidak ada yang bersih dari kasus narkoba. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi terbesar ketiga pengguna narkotika dan zat adiktif lain di Indonesia setelah DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Pada tahun tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka (BNN Sumatera Utara, 2013:15).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Polda Sumut diketahui bahwa pada tahun 2012 jumlah tersangka kasus narkoba sebanyak 3.237 tersangka. Angka ini meningkat pada tahun 2013 menjadi 4.209 tersangka. Dari data tersebut juga diketahui bahwa kota Medan menduduki peringkat pertama dengan jumlah 886 tersangka pada tahun 2012 dan 1.318 tersangka pada tahun 2013 (Dit Res Narkoba Sumut, 2014). Diantara 1.318 tersangka yang ada di kota Medan, 126 tersangka


(24)

didapatkan oleh kepolisian resort kota Medan sektor Medan baru dan 4 tersangka merupakan pelajar dan mahasiswa (Kepolisian Resort Kota Medan Sektor Medan Baru, 2014). Hasil temuan BNN provinsi Sumatera Utara tahun 2013 diketahui diantara 525 siswa yang di test urinenya, 21 diantaranya terindikasi menggunakan narkoba (BNN, 2014).

Hasil survei BNN diperkirakan jumlah penyalahguna coba pakai sekitar 807 ribu sampai 938 ribu orang, dimana sekitar 90%-nya adalah kelompok

pelajar/mahasiswa. Pada tahun 2008 diperkirakan terdapat sebanyak 16.9 juta pelajar/mahasiswa. Sekitar 4.6% dari total jumlah pelajar/mahasiswa diperkirakan menyalahgunakan narkotika dan zat adiktif lain. Disamping itu, hasil survei juga menunjukkan bahwa usia pertama kali pakai narkotika dan zat adiktif pada usia 16-18 tahun (41%) atau setara dengan mereka yang sedang duduk di bangku Sekolah

Menengah Atas (SMA). Pada usia ini, didapati remaja mendapat tekanan begitu besar baik dari kelompok pergaulannya (peer group), rasa keingintahuan atau coba-coba, serta rasa ego yang mendorong untuk pakai narkotika dan zat adiktif (BNN, 2008:15).

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali sehingga usia


(25)

muda (remaja) merupakan usia produktif yang membutuhkan perhatian khusus, karena pada posisi ini, taraf pencarian jati diri dan cenderung masih bersifat labil. Pola pikir kaum muda kadang kala hanya bersifat instan, dan mencari yang termudah mana kala menghadapi sesuatu yang sulit. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba (Soetjiningsih, 2007:3).

Ada beberapa faktor sebagai penyebab atau yang mempengaruhi perilaku seorang remaja, diantaranya : faktor pertemanan, perkembangan teknologi informasi, pengaruh budaya, gaya hidup hedonis. Beberapa faktor itulah sebagai pemicu dalam setiap pola hidup maupun dasar pemikiran seseorang, termasuk dalam hal penyalahgunaan narkoba. seringkali seorang anak muda terjebak kedalam lembah hitam narkoba hanya karena faktor pertemanan sehingga memunculkan keinginan coba-coba. Jika di analisa pengaruh teman sebaya menjadi metode paling ampuh untuk urusan peredaran gelap narkoba (BNN, 2013:6).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Afiatin (2008:15) bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan banyaknya remaja terjerumus ke dalam bahaya narkoba. Pertama, karena dorongan ingin tahu, kedua keadaan keluarga yang tidak kondusif atau dengan kata lain disfungsi keluarga mempunyai resiko relatif anak/ remaja yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung terlibat kedalam bahaya

penyalahgunaan narkoba. Ketiga, besarnya pengaruh teman, Umumnya asal mula seseorang memakai narkoba adalah karena bujukan teman. Bujukan teman bisa berasal dari lingkungan teman sepermainan disekitar dia tinggal ataupun teman-teman


(26)

yang berada dilingkungan sekolahnya. Penolakan terhadap tekanan ini sering mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hal ini membuat remaja menjadi merasa tidak memiliki pergaulan, akibatnya remaja harus mengikuti bujukan teman dan terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba.

Fenomena di atas jelas menggambarkan akan adanya bahaya bagi

kelangsungan pembangunan nasional apabila generasi penerus bangsa menjadi rusak karena penyalahgunaan narkoba. Apabila seorang pelajar menyalahgunakan narkoba maka akan sangat merugikan bagi dirinya sendiri karena sering tertidur di kelas, tidak dapat mengikuti pelajaran dengan kontinu dan sering bolos sekolah, sehingga banyak penyalahguna narkoba menjadi putus sekolah dan akhirnya mereka merasa tidak punya harapan akan masa depan. Jika dibiarkan berlanjut penyalahguna narkoba akan menjadi beban keluarga yang sangat berat, dan berdampak kepada masyarakat dan negara (BNN, 2013:34)

Menurut Rahayuwati (2004:23) pada siswa di sekolah, teman merupakan orang yang tepat untuk berbagi informasi tentang narkoba, namun hampir keseluruhan siswa tidak mendapat informasi yang memadai padahal sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan informasi tentang narkoba untuk menghindari siswa dari penyalahgunaan narkoba. Sekolah adalah lembaga yang sangat penting dalam upaya pencegahan narkoba, mengingat pemakainya sebagian besar usia remaja yang masih menjadi seorang pelajar. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pada tahun 2008 BNN memfokuskan sasaran target pencegahan pada


(27)

kalangan pelajar melalui Anti Drugs Compaign Goes To School dalam rangka membentengi generasi penerus bangsa dari bahaya penyalahgunaan narkoba.

Upaya perubahan perilaku sehat telah dilaksanakan melalui program Pendidikan Kesehatan (Health Education) atau Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan kemudian dilakukan dalam bentuk kegiatan Penyuluhan. Penyuluhan merupakan metode pendididkan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat dalam upaya kesehatan, sesuai dengan sosial budaya setempat. Upaya penyuluhan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode ceramah dan metode lainnya. Pada metode ceramah peran komunikator sebagai sumber pesan sangat penting. Selain metode, penggunaan media seperti media cetak seperti leaflet, ataupun elektronik seperti pemutaran video, maupun media ruang sangat mendukung. Dalam hal ini media digunakan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2007).

Pilihan terhadap remaja sebagai target sasaran penyuluhan, didasari pada asumsi bahwa secara psikologis karakteristik kepribadian remaja bersifat labil. Oleh karenanya dalam rangka merubah persepsi yang keliru tentang narkoba perlu dicegah dengan pemberian informasi tentang narkoba. Adapun tujuan dari sadar cegah narkoba di kalangan remaja ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap narkoba dan bahaya penyalahgunaannya, serta memotivasi dan menumbuhkan kesadaran terhadap tanggung jawab para remaja


(28)

dalam membentengi diri, lingkungan, pergaulan dari bahaya penyalahgunaan narkoba (Depkes, 2006).

Penyuluhan narkoba merupakan salah satu program kegiatan yang sering dilakukan oleh BNN. BNN merupakan suatu badan non kementrian yang bertugas untuk mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Upaya yang dilakukan untuk melaksanakan tugas yang diemban antara lain dengan melakukan pemberdayaaan dengan membentuk kader-kader pemberantasan penyalahgunaan Narkoba dan juga melakukan berbagai penyuluhan tentang bahaya narkoba (BNN Provinsi Sumatera Utara, 2013 : 5).

SMA Raksana Medan merupakan salah satu sekolah yang berada di Kota Medan. Berdasarkan informasi yang didapat dari kantor BNN Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang berada di daerah rawan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Hal ini disebabkan karena di sekitar sekolah tersebut adalah kuburan atau dikenal masyarakat dengan sebutan “Kampung Kubur” yang sering dijadikan sebagai tempat transaksi narkoba dan tempat tongkrongan remaja. Kondisi ini diperburuk karena di lingkungan tersebut ada tempat pelacuran yang beroperasi sampai pagi hari. Lingkungan SMA Raksana Medan tersebut menjadikan siswa SMA Raksana Medan mempunyai resiko besar untuk terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SMA Raksana Medan diketahui bahwa pernah ada siswa yang kedapatan membawa narkoba di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan


(29)

staff BNN dan kepala sekolah juga diketahui bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba di sekolah ini.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014.

1.2 Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Raksana Medan mempunyai resiko besar untuk terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba sehingga peneliti ingin mengetahui “bagaimana pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014.


(30)

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penyuluhan dengan

metode ceramah tentang bahaya narkoba terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam perencanaan program pencegahan dan penanganan narkoba secara lebih komprehensif dan integratif.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan dalam mencegah dan menangani narkoba di lingkungan sekolah.

3. Sebagai masukan bagi pihak sekolah SMA Raksana dalam penanganan dan pencegahan siswa mengonsumsi narkoba.

4. Sebagai informasi yang dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang bahaya narkoba.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan

2.1.1. Definisi Penyuluhan

Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk menerangi keadaan gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu. Clear dalam Mundakir (2006 : 56) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan pendidikan khusus dalam memecahkan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tetapi tidak mealakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program yang non edukatif.

Penyuluhan dapat dilakukan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang kesehatan. Dalam Depkes (2008 : 1) diungkapkan beberapa definisi penyuluhan kesehatan seperti di bawah ini :

a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mencapai statu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan


(32)

yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.

b. Steuart mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah komponen dari program-program kesehatan dan kedokteran yang memuat usaha-usaha direncanakan untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat luas (apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dikerjakan) dengan tujuan menolong mereka untuk dapat mencapai tujuan pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan datang.

c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dari perilaku yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran dalam penysuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai kombinasi pengalaman belajar.

d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Penekanannya


(33)

adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan di dalam kesehatan dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan kesehatan.

e. UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.

Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.

b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat.

c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya.


(34)

2.1.2. Prinsip-prinsip Komunikasi

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap komunikator dalam melakukan komonikasi. penggunaan prinsip-prinsip ini dimaksudkan agar komunikasi yang dilakukan menjadi lebih efektif. Komunikasi dikatakan efektif, apabila terdapat perubahan sikap pada subjek penerima pesan sesuai dengan kehendak komunikator (Depkes, 2008:107).

a. Komunikasi harus dapat membangkitkan minat subjek penerima pesan.

Dalam komunikasi sesungguhnya komunikator berfungsi sebagai penjual. Ini berarti ia harus dapat memasarkan pesan atau gagasan kepada subjek penerima pesan. Apabila penerima pesan tidak tergugah minatnya untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator berarti komunikator gagal sebagai penjual. Oleh karenanya penjual harus dapat menguasai taktik penjualan.

Faktor lain yang ikut pula membangkitkan minat subjek penerima pesan dalam komunikasi adalah pengakuan terhadap harga di subjek tertentu. Pemikiran ini bertitik tolak dari suatu pengakuan bahwa setiap manusia itu mempunyai harga diri. Orang selalu senang apabila dihargai dan diperhatikan. Dalam komunikasi pengakuan terhadap harga diri subjek penerima pesan sangat penting. Sebaliknya apabila harga diri penerima pesan tidak diperhatikan oleh komunikator, maka dapat dipastikan komunikasi itu tidak akan berjalan dengan lancar. Selain pengaruh terhadap harga diri subjek penerima pesan dalam komunikasi seorang komunikator harus dapat mendorong rasa ingin tahu dari subjek tersebut. Ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa setiap orang mempunyai rasa ingin tahu baik


(35)

terhadap dirinya. Apabila komunikator mampu membangkitkan rasa ingin tahu dari subjek penerima pesan, maka minat mereka terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator akan timbul.

b. Komunikasi harus dapat mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu anggapan bahwa makin mampu berkomunikator mengaktifkan alat-alat indera subjek penerima pesan, maka makin mudah pesan-pesan yang disampaikan diterima dan dipahami oleh subjek penerima pesan. Untuk mengaktifkan alat-alat subjek penerima pesan, maka penyampaian pesan-pesan tersebut perlu dibantu dengan alat-alat peraga. Dengan penggunaan alat peraga tersebut, subjek penerima pesan tidak hanya mendengar saja, tetapi juga dapat melihat, menghayati dan bahwa mengalami sendiri terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut bahwa pesan-pesan tersehut perlu. Suatu studi yang dikemukakan oleh Citrobroto dalam Depkes (2008) menggunakan kata-kata saja tanpa menggunakan alat peraga hasilnya kurang lebih 15%. Dan apabila komunikator menggunakan alat peraga yang dapat dilihat, maka hasilnya meningkat menjadi kurang lebih 55%. Sedangkan apabila subjek penerima pesan mengalami sendiri, maka hasilnya menjadi kurang lebih 90%. Atas dasar prinsip diatas, maka komunikasi seyogyanya dibantu dengan alat-alat peraga. Alat peraga tersebut dapat berupa alat pandang dengan seperti overhead projector (OHP), film slide projector dan tape recorder.


(36)

c. Pesan-pesan komunikasi harus sudah dipahami dan dimengerti oleh subjek menerima pesan Prinsip ini bertitik tolak dari suatu pemikiran bahwa pesanpesan yang mudah dimengerti akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan. Agar pesan pesan itu mudah dimengerti oleh subjek penerima pesan, maka komunikator melakukan hal-hal berikut :

1. Pesan-pesan disusun secara sistematik. Artinya jelas urutan-urutannya dari pokok ke bagian-bagian atau sebaliknya. Dan dari deduktif ke induklif atau sebaliknya

2. Pesan-pesan diuraikan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang nyata, misalnya dengan memberikan contoh-contoh ilustrasi, memberi perbandingan atau menguraikan hal-hal yang berlawanan

d. Pesan-pesan dalam Komunikasi seyogianya selalu diulang-ulang

Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang selalu diulang-ulang oleh komunikator akan memudahkan subjek penerima pesan untuk mengingat pesantersebut. Di dalam komunikasi tidak seluruh pesan yang diulang, tetapi hanya bagian-bagian yang penting saja yang perlu diulang-ulang. Dengan pengulangan semacam ini, maka isi pesan yang dipandang penting oleh komunikator akan mudah diingat oleh subjek penerima pesan.

e. Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator seyogianya mempunyai nilai guna kepada subjek penerima pesan. Prinsip ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pesan-pesan yang dipandang memberikan manfaat kepada diri subjek penerima pesan akan membangkitkan minat mereka terhadap pesan tersebut.


(37)

Disamping itu pula pesan-pesan yang dianggap mempunyai manfaat oleh subjek penerima pesan, akan mudah diingat-ingat dan mudah diresapkan. Oleh karena itu bagi komunikator perlu memperhatikan sampai berapa jauh kegunaan pesan tersebut terhadap subjek penerima pesan.

2.1.3. Aspek Penting dalam Komunikasi

Dalam Depkes (2008 :111) Ada beberapa aspek penting dalam komunikasi, yaitu :

a. Cara Penyajian Pesan

Dalam komunikasi dengan kelompok, komunikator dituntut untuk menyampaikan pesan-pesannya itu dengan sebaik mungkin. Demikian pula dalam menyajikan pesan tersebut kepala subjek penerima pesan. Suatu pesan akan mudah dipahami oleh subjek penerima pesan apabila penyajian pesan itu menggunakan pola-pola tertentu.

Ada beberapa pola penyajian yang kita gunakan dalam komunikasi diantaranya : 1. Penyajian yang menitikberatkan pada sebab akibat.

Dalam pola penyajian ini komunikator membahas pesannya dari sudut sebab akibat. Misalnya, pesan yang ingin disampaikan pesan di atas, komunikator akan membahas, mengapa kita perlu meningkatkan produksi pangan dan apa akibatnya apabila produksi pangan gagal.

2. Penyajian yang menitik beratkan pada tinjauan bidang tertentu

Dalam penyajian semacam ini, komunikator membahas pesan-pesannya dari sudut pandang bidang-bidang tertentu, Misalnya masalah peningkatan


(38)

produksi pangan ditinjau dari bidang kependudukan, pertahanan, kesehatan dan lain sebagainya.

3. Penyajian yang menitik beratkan kepada pemecahan masalah

Dalam pola penyajian semacam ini, pertama-tama komunikasi membahas pesannya dengan menggunakan urutan bahasan sebagai berikut :

a. Mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi

b. Mengajukan beberapa data mengenai permasalahan tersebut

c. Mengajukan beberapa altematif pemecahan permasalahan dengan memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan masing-masing altematif tersebut

d. Memilih salah satu alternatif yang terbaik 4. Penyajian yang menitik beratkan pada aspek tempat.

Dalam pola penyajian ini, komunikasi membahas pesan-pesan dengan bertolak pada aspek tempat. Misalnya pesan mengenai "Peningkatan Produksi Pangan". Komunikator dalam menyampaikan pesan itu, memulai dengan membahas bagaimana peningkatan produksi pangan dilakukan di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan lain sebagainya

5. Penyajian yang menitik beratkan pola aspek waktu

Dalam pola penyajian ini, Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan urutan waktu. Misalnya membahas peningkatan produksi pangan pada masa perang kemerdekaan, sebelum Orde Baru pada masa Orde Baru.


(39)

6. Penyajian yang integral

Dalam pola ini Komunikator membahas pesan-pesan dengan menggunakan beberapa pola secara integral. Misalnya penyajian pesan menggunakan pola pemecahan masalah dikembangkan dengan aspek waktu atau tempat.

b. Sistem Penyajian Pesan

Sistematika penyajian dimaksudkan adalah suatu urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh komunikator dalam menyajikan pesannya kepada subjek penerima pesan. Dionel Croker mengemukakan ada 5 (lima) urutan kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang komunikator sebelum menyajikan suatu pesan kepada subjek penerima. Kelima urutan kegiatan itu adalah :

1. Persiapan

Dalam tahap ini komunikator menentukan bahan yang akan dijadikan pesan. Untuk itu ia harus mempersiapkan bahan tersebut dengan mencari bahan-bahan tersebut dari tulisan-tulisan yang ada di surat kabar, buku-buku, bahkan kalau perlu ke perpustakaan. Selanjutnya hasil pengumpulan bahan tersebut kita catat pokok-pokoknya, sehingga fikiran kita mempunyai kerangka yang jelas terhadap isi pesan yang ingin kita sajikan.

2. Penyusunan

Hasil pengumpulan bahan yang telah kita catat pokok-pokoknya selanjutnya kita susun dalam suatu susunan yang logik sesuai dengan tujuan kita. Dalam penyusunan bahan-bahan ini maka perlu diingat mengenai subjek penerima pesan dan situasi dalam menyusun bahan-bahan tersebut, perlu pula


(40)

diperhatikan gaya penyampaian yang akan kita lakukan. Gaya ini penting karena akan dapat pula merangsang serta membangkitkan perhatian subjek penerima pesan.

3. Penyimpanan bahan dalam ingatan

Setelah bahan-bahan tersebut telah tersusun, maka bahan-bahan itu perlu kita simpan dalam ingatan kita. Penyimpanan bahan tersebut dalam ingatan dimaksud untuk melancarkan kita dalam menyampaikan pesan. Tetapi walaupun demikian, ingatan kita itu perlu pula dibantu dengan catatan bagian-bagian bahan yang penting. Rasa gemetar dan rasa cemas akan dapat dihilangkan, apabila komunikator, mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri akan muncul, apabila komunikator menguasai isi pesan yang akan disampaikan.

4. Tulisan

Seandainya komunikator terpaksa menuliskan pesan itu ke papan tulis, maka tulisan tersebut harus jelas sehingga dapat dibaca semua subjek penerima pesan.

5. Suara

Seperti halnya dengan tulisan, maka suara yang diucapkan harus jelas dapat didengar oleh semua subjek penerima pesan. Demikian pula kata-kata yang diucapkan disampaikan jelas, juga mudah ditangkap maknanya.


(41)

2.1.4. Efek Komunikasi

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima (komunikan) karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber. Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan seperti yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap atau perilaku, atau ketiganya. Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik (Wiryanto,2006:36).

Ada 4 faktor yang memengaruhi tanggapan menurut Schram dalam Wiryanto (2006:37) yaitu: pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian komunikan serta konteks kelompok ketika komunikan menjadi kelompoknya. Menurut Berelson dalam Wiryanto (2006:38) bahwa berbagai jenis saluran komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik bagi berbagai jenis orang yang berada dalam berbagai jenis kondisi yang menimbulkan berbagai jenis efek. Ada 5 faktor penting dalam formulasi Berelson yang dikutip Wiryanto (2006:38) yaitu :

1. Jenis saluran komunikasi yang digunakan, dalam hal ini efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat salurannya.

a. Semakin pribadi suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam memengaruhi opini publik.


(42)

b. Semakin informal suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam memengaruhi opini publik. Kontak-kontak pribadi yang tidak formal lebih efektif daripada komunikasi massa yang bersifat formal.

c. Semakin khusus suatu saluran komunikasi, semakin kuat pengaruhnya atas khalayak dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lebih umum.

d. Isi yang sifatnya reportorial (penyampaian apa adanya) umumnya lebih efektif daripada isi yang bersifat editorial (mengandung pendapat lembaga) atau yang bersifat interpretatif (mengandung pendapat pribadi kolumnis atau komentator)

e. Peristiwa umumnya lebih efektif daripada kata-kata

f. Isi yang bersifat emosional cenderung lebih efektif dibandingkan dengan isi yang bersifat rasional

2. Jenis persoalan

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini masyarakat berubah-ubah menurut sifat persoalannya

a. Persoalan yang baru atau belum tersusun (tidak bertalian secara khusus dengan sikap kelompok) umumnya lebih efektif, sebab untuk jenis persoalan semacam ini publik belum memiliki kesan atau pengalaman dan karena itu memiliki daya pengaruh.

b. Komunikasi cenderung lebih efektif bila persoalannya tidak tegas. Dalam hal ini, relevance quotien atau intensity quotient mempunyai hubungan yang berlawanan dengan kapasitas isi


(43)

c. Isi komunikasi yang menyangkut pribadi-pribadi umumnya lebih kuat dibandingkan dengan argumentasi-argumentasi yang bersifat persoalan. 3. Jenis orang

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat orang atau komunikannya.

a. Semakin kuat predisposisi orang terhadap suatu persoalan semakin sulit untuk diubah. Komunikasi massa biasanya amat efektif untuk memperkuat predisposisi yang sudah ada daripada mengubahnya

b. Semakin sedikit pengetahuan orang tentang suatu persoalan semakin mudah komunikasi massa memengaruhi mereka

4. Jenis kondisi

Efektivitas komunikasi dalam memengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat kondisinya.

a. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung dalam kondisi monopoli lebih efektif dibandingkan dengan yang berlangsung dalam kondisi pesaingnya. Agar lebih efektif, kita harus berusaha memperkecil pengaruh para pesaing tersebut.

b. Penampilan komunikasi yang dibuat-buat, disengaja atau direncanakan sering kurang efektif dibandingkan dengan penampilan yang dibuat seakan-akan tanpa disengaja atau direncanakan. Keuntungan psikologisnya adalah akan nampak wajar, lebih simpatik dan tidak dipaksakan.


(44)

5. Jenis efek

Berdasarkan perspektif dapat dilihat beberapa efek komunikasi : a. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek

b. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan c. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan d. Efek yang langsung dan efek tidak langsung

e. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja f. Efek besar dan efek kecil

g. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan 2.1.5. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes, 2008:114)

a. Berdasarkan Teknik Komunikasi 1. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Metode didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan


(45)

yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.

b. Metode sokratik

Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Diskusi

Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topic pembicaraan di antara 15–20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. 2. Curah pendapat

Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat– pendapat tadi dilakukan kemudian.

3. Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,


(46)

adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

4. Bermain peran (role playing)

Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. 5. Simposium

Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan. 6. Seminar

Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

7. Studi kasus

Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, yang memungkinkan kelompok menganalisis masalah itu. Permasalahan tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman.

2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia


(47)

menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio)

3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai a. Pendekatan perorangan

Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.

b. Pendekatan kelompok

Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan massal

Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll

4. Berdasarkan indera penerima a. Metode melihat/memperhatikan.


(48)

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl

c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba)

2.1.6. Media Penyuluhan Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Depkes, 2008:143). Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.

Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan: a. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.


(49)

c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.

d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan. Menurut Depkes (2004:62), alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :

a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.

Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :

- Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dan lain sebagainya.

- Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain.

- Sampel yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain.

b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarenakan menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.


(50)

c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.

- Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.

- Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan


(51)

Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

- Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada. Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan.

d. Gambar Optik, seperti photo, slide, film, dan lain-lain.

- Photo sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk album dan dokumentasi lepasan

- Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup effektif, karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali, dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik terutama bagi kelompok anak sekolah, karena alat ini lebih “trendi” dibanding dengan gambar, leaflet.


(52)

- Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal.

2.1.7. Penyuluhan Narkoba

Penyuluhan narkoba adalah semua upaya secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia, sesuai prinsip-prinsip pendidikan, yakni pada tingkat sebelum seseorang menggunakan narkoba, agar mampu menghindar dari penyalahgunaannya. Sebaliknya perlu kewaspadaan dalam memberikan informasi dalam penyuluhan tentang narkoba kepada anak dan remaja karena dapat membangkitkan keingintahuan, lalu mencoba (Depkes, 2006:5)

Beberapa model pendekatan yang dapat digunakan dalam penyuluhan narkoba adalah sebagai berikut (Depkes, 2006:6) :

a. Pendekatan pemberian informasi

Model ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba dan efeknya akan membawa perubahan sikap dengan menurunnya perilaku penyalahgunaan narkoba. Umumnya informasi yang diberikan cenderung menakut-nakuti.

b. Pendekatan edukasi afektif

Model ini ditujukan pada pengembangan interpersonal dan sosial dengan meningkatkan :

- Pengertian tentang diri sendiri dan menerimanya melalui konseling - Kemampuan ketrampilan hidup dan interpersonal (life interpersonal skill)


(53)

Pendekatan edukatif saja tidak akan berhasil, oleh karena itu upaya ini harus dikombinasikan dengan upaya yang menekankan pada kemampuan ketrampilan sosial dalam mengatasi tekanan dari teman sebaya.

c. Pendekatan alternatif

Model ini bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam tim dan meningkatkan rasa percaya diri melalui berbagai kegiatan seperti relaksasi, meditasi, olah raga dan pendidikan ketrampilan. Ada 3 kegiatan pada pendekatan ini, yaitu menyediakan berbagai macam aktifitas sesuai kebutuhan, mendukung remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan inisiatif sendiri untuk beraktifitas.

Beberapa aktifitas yang dapat diberikan pada pendekatan ini adalah aktifitas dalam bidang hiburan, akademik, olah raga, kegiatan keagamaan, dan aktifitas yang berhubungan dengan hobi.

d. Pendekatan ketahanan sosial

Pendekatan ini memperkenalkan situasi dimana penyalahgunaan terjadi karena penagruh tekanan teman sebaya sangat besar. Tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan ketrampilan diri untuk mampu menolak tawaran narkoba, mampu menyaakan keinginan dengan cara yang abik dan dapat diterima oleh lingkungan dan mampu membina komunikasi yang lebih efektif dengan guru, orang tua dan teman sebaya. Untuk ini perlu dibuat perencanaan bagaimana menghindarkan diri dari situasi tersebut termasuk mengajarkan ketrampilan bagaimana berkata dan apa yang dikatakan dalam menghadapi tekanan tersebut.


(54)

e. Pendekatan peningkatan kemampuan

Pendekatan ini ditekankan pada interaksi diantara individu yang bersangkutan dan lingkungannya serta penggunaan ketrampilan dalam bersosialisasi. Tujuannya adalah mengajarkan individu untuk mengetahui bagaimana mengendalikan masalahnya secara sistematik dalam situasi tertentu, mengajarkan strategi untuk mengatasi stress dan kecemasan dan mengembangkan ketrampilan asertif baik verbal maupun non verbal.

Materi penyuluhan narkoba diarahkan tidak hanya pada masalah penyalahgunaan narkoba (bahaya dan akibatnya) tapi lebih ditujukan pada pemahaman nilai-nilai, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan penyesuaian diri, tanggung jawab dan pengembangan kepribadian secara menyeluruh. Penyuluhan narkoba ini bersifat sangat spesifik, berbeda dengan penyuluhan kesehatan lainnya (Depkes, 2006:17).

Materi pada penyuluhan pada anak remaja adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang prinsip perilaku hidup bersih dan sehat (tidak menggunakan narkoba, rokok, alkohol dan melakukan seks pra nikah)

b. Pengetahuan dan ketrampilan interpersonal untuk mampu mengambil keputusan dan menoak bujukan/tawaran yang merugikan kesehatan

c. Pengetahuan mengenai jenis-jenis dan bahaya narkoba d. Stress dan cara mengatasinya


(55)

f. Ketrampilan berkomunikasi yang efektif dan asertif serta mampu membina hubungan dengan orang lain.

g. Masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja

h. Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba di sekolah/ lingkungan.

i. Undang-undang Narkotika dan Psikotropika

j. Nama-nama lembaga dan orang yang bergerak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba.

2.1.8. Penyuluhan Narkoba dengan Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran penyuluhan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Murdikanto, 2008:18).

Dalam Depkes (2008:135), ceramah digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5) Dapat memengaruhi suasana emosi peserta.


(56)

Menurut Kariyoso (2006:54), ceramah adalah bentuk kegiatan yang disampaikan seseorang kepada kelompok tertentu berupa satu atau berbagai masalah yang sifatnya lebih mengandung pendidikan, penerangan dan pengajaran. Dalam menggunakan metode ceramah seseorang harus menguasai materi dengan sistematika yang baik serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran yang dibutuhkan.

Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15 orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang kurang memahami (Elwees, 2004:43).

2.2. Narkoba

2.2.1. Definisi Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran BNN No. SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya. narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya, dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang (BNN Provinsi Sumatera Utara, 2013:16)


(57)

2.2.2. Jenis-Jenis Narkoba

Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk kepentingan medis atau pengobatan. adapun kegunaannya adalah untuk menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu : Narkotika, psikotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya. 1. Narkotika

Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa ngeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009:32).

Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan : a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak didunakan dalam terapi merupakan jenis narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan Dan jenis narkotika yang paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :


(58)

1. Ganja

Nama Lain dari ganja adalah marijuana, hashis, gele dan sebagianya. Marijuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang diekstrak dari bunga dan daun tanaman Cannabis Sativa. Bahan kimia aktif dalam marijuana adalah delta-9-tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia dan memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal- hal disekitarny dan akan merangsang reaksi sek saraf sehingga menyebabkan penderita berkeinginan untuk menggunakan obat tersebut secara terus menerus. Penggunaana dilakukan dengan cara menghisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat dihisap dengan menggunakan pipa rokok.

Penggunaan ganja Dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman, euphoria , dan santai, tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih besar euforia, santai, keringanan stres dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, kerusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi, meningkatnya denyut nadi,keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk (Darmono,2006:31). Penggunaan ganja akan mengalami gejala psikologik yaitu euphoria, halusinasi, merasa dirinya hebat, merasa waktu berlalu dengan lambat, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh tidak peduli terhadap fungsi mahluk sosialnya (apatis) dan berperilaku maladaptif yaitu tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya secara wajar (Hawari, 2001:22).


(59)

2. Heroin/Putau

Heroin adalah salah stu diantara narkotika yang paling banyak disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif. Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek menyenangkan dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di Indonesia adalah putaw. Penggunaan heroin umumnya secara injeksi intravena (mainling), intra maskuler dihisap dengan pipa, dicampur dengan ganja atau rokok, asapnya diinhalasi dengan pipet atau serbuknya langsung dihirup melalui hidung. Efek yang dialami setelah diinjeksi para penagih akan mengalami eufaria disertai panas pada kulit, mulut kering, anggota badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP, bicara lambat dan kaku, kontriksi pupil mata, kelopak mata, gangguan pengelihatan, muntah dan sembelit (Hawari, 2001:24).

Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek analgesik dan mempunyai sifat nyaman (euphoria) yang baik (BNN, 2009:36)

Pengaruh jangka panjang dari penggunaan heroin adalah dapat mengalami halusinasi (penglihatan khayal), paranoid (gangguan jiwa seolah –


(60)

olah dikejar – kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan perilaku yang tidak terduga.

Pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia adalah :

- Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak, gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan kerusakan otak.

- Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis (bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.

- Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi kesuburan pada laki – laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja, ibu menyusui mengalirkan THC pada bayinya.

3. Kokain

Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain). Menurut undang–undang kokain termasuk narkotika golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot melalui hidung, pada saat merokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan (Martono, 2006:17). Kokain ini banyak di salahgunakan (drug abuse) sehingga menimbulkan ketagihan bagi penggunanya. Obat


(61)

diekstrasikan dari tanaman spesies coca yaitu Erythroxylum coca. Yang paling sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak. Penggunaan dosis rendah berpengaruh pada badan lebih fit, segar, kuat, bersemangat, hilang rasa mengantuk dan tidak terasa lapar (Darmono, 2006;34).

Pengaruh jangka panjang dari penggunaan cocain adalah : - Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.

- Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.

- Paranoid (perasaan seolah – olah dianiaya atau memliki kekuasaan) - Pengaruhnya pada sistem tubuh manusia adalah :

a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat menyebabkan amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak dan sistem syaraf.

b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu, berhenti, dan dapat menyebabkan batuk.

c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan jantung berdebar – debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat, sehingga dapat terjadi serangan jantung dan kematian.

d) Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, bayi lahir prematur, dan bayi lahir mati. Bayi yang


(62)

dilahirkan menjadi ketergantungan terhadap kokain dan menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh setelah anak bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.

c. Narkotika golongan III

Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006:20). Kodein mempunyai tempat terhormat di dunia kadokteran dan banyak untuk manahan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup populer, tetapi mempunyai sifat – sifat asalnya yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, oleh karena itu penggunaan kodein masih diawasi oleh lembaga – lembaga nasional dan internasional (Tanjung, 2002:12).

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa (BBN Sumatera Utara, 2013:22).


(63)

a. Golongan I

Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin).

b. Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin). c. Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: pentobarbital dan flunitrazepam).

d. Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam) (Martono, 2006:24).


(1)

Gambaran Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba

Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan.

Skor pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Distribusi Hasil Skor Pretes dan Postes Pengetahuan Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Siswa SMA

Raksana Medan

No Responden

Pengetahuan

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

Pretes Postes Pretes Postes

Skor % Skor % Skor % Skor %

1 7 35,0 7 35,0 6 30,0 15 75,0

2 13 65,0 13 65,0 9 45,0 18 90,0

3 9 45,0 9 45,0 8 40,0 17 85,0

4 5 25,0 5 25,0 11 55,0 18 90,0

5 6 30,0 6 30,0 7 35,0 15 75,0

6 9 45,0 9 45,0 6 30,0 14 70,0

7 15 75,0 15 75,0 9 45,0 16 80,0 8 6 30,0 6 30,0 11 55,0 18 90,0 9 10 50,0 10 50,0 10 50,0 19 95,0 10 11 55,0 11 55,0 9 45,0 18 90,0

11 9 45,0 9 45,0 5 25,0 13 65,0

12 9 45,0 9 45,0 9 45,0 15 75,0

13 13 65,0 13 65,0 12 60,0 19 95,0 14 5 25,0 5 25,0 12 60,0 19 95,0

15 8 40,0 8 40,0 5 25,0 14 70,0

16 8 40,0 8 40,0 11 55,0 19 95,0 17 11 55,0 11 55,0 12 60,0 18 90,0 18 8 40,0 8 40,0 10 50,0 17 85,0

19 7 35,0 7 35,0 8 40,0 15 75,0

20 8 40,0 8 40,0 10 50,0 19 95,0 Gambaran Sikap Responden

tentang Bahaya Narkoba

Indikator sikap diukur dengan menggunakan 15 pernyataan. Skor

sikap sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :


(2)

Tabel 3 Distribusi Hasil Pretes dan Postes Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Siswa SMA

Raksana Medan

No Responden

Sikap

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

Pretes Postes Pretes Postes

Skor % Skor % Skor % Skor % 1 47 78,3 47 78,3 42 70,0 52 86,7 2 50 83,3 50 83,3 39 65,0 45 75,0 3 47 78,3 47 78,3 49 81,7 50 83,3 4 48 80,0 48 80,0 45 75,0 48 80,0 5 49 81,7 49 81,7 47 78,3 54 90,0 6 50 83,3 50 83,3 45 75,0 52 86,7 7 53 88,3 53 88,3 45 75,0 45 75,0 8 51 85,0 51 85,0 50 83,3 53 88,3 9 44 73,3 44 73,3 57 95,0 60 100,0 10 54 90,0 54 90,0 50 83,3 57 95,0 11 57 95,0 57 95,0 50 83,3 52 86,7 12 45 75,0 45 75,0 45 75,0 50 83,3 13 45 75,0 45 75,0 48 80,0 55 83,3 14 51 85,0 51 85,0 54 90,0 59 91,7 15 50 83,3 50 83,3 43 71,7 55 98,3 16 43 71,7 43 71,7 55 91,7 56 91,7 17 41 68,3 41 68,3 51 85,0 53 93,3 18 50 83,3 50 83,3 48 80,0 56 88,3 19 48 80,0 48 80,0 51 85,0 54 93,3 20 51 85,0 51 85,0 53 88,3 59 90,0 Perbedaaan Nilai Rerata Hasil

Pretest dan Posttest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Perbedaan nilai rerata hasil pretest dan posttest pengetahuan dan sikap responden dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 berikut ini :


(3)

Tabel 4 Perbedaan Nilai Rerata Hasil Pretest Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Bahaya Narkoba pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan

Kelompok

Pre Test

Pengetahuan Sikap

Rerata Beda

Rata t p Rerata

Beda

Rata t p

Perlakuan 9,00

0,15 0,19 0,847 48,35 0,35 0,24 0,813

Kontrol 8,85 48,70

Tabel 5 Perbedaan Nilai Rerata Hasil Postest Pengetahuan dan Sikap Responden Tentang Bahaya Narkoba Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok

Perlakuan Siswa SMA Raksana Medan

Kelompok

Post Test

Pengetahuan Sikap

Rerata Beda

Rata t p Rerata

Beda

Rata t p

Perlakuan 16,80

7,95 11,09 0,001 53,25 4,55 3,36 0,003

Kontrol 8,85 48,70

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Nakoba

Pengaruh penyuluhan dapat dilihat seperti pada tabel 6 dan 7 berikut ini :

Tabel 6 Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan Siswa SMA Raksana Medan

Kelompok Pengetahuan

Beda Rerata Pretest dan Postest T p

Perlakuan -7,80

-33,02 0,001

Kontrol 0,00

Tabel 7 Pengaruh Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba terhadap Sikap Siswa SMA Raksana Medan

Kelompok Sikap

Beda Rerata Pretest dan Postest t p

Perlakuan -4,90

-6,897 0,001


(4)

Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa skor pengetahuan pada kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan dengan skor tertinggi 15 (pre dan post) dan terendah 5 (pre dan post). Pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan skor pengetahuan dengan hasil pretest terendah 5 dan tertinggi 12 dan pada saat postes skor terendah 13 dan tertinggi 19.

Nilai rerata pengetahuan pretest pada kelompok perlakuan yaitu 9,00 dan kelompok kontrol 8,85, sehingga dapat diketahui beda rerata kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol hanya sebesar 0,15. Dari hasil uji diketahui bahwa t hitung 0,19 dengan nilai p 0,847 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rerata pengetahuan responden pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebelum diberikan penyuluhan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Munawaroh (2012) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah pada siswa SMA terhadap peningkatan pengetahuan tentang seks bebas dengan nilai p = 0,009. Hal ini sejalan dengan Citra (2012) yang mendapatkan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahaya merokok pada siswa SMP.

Penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba dipengaruhi oleh komunikator yang

mampu memengaruhi minat penerima pesan. Adanya kemampuan komunikator ini disebabkan karena komunikator sudah berpengalaman dalam menyampaikan materi tentang bahaya narkoba.

Pengaruh Penyuluhan tentang Narkoba terhadap Sikap Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa skor sikap pada kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan dengan skor tertinggi 57 (pre dan post) dan terendah 41 (pre dan post). Pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan skor sikap dengan hasil pretest terendah 39 dan tertinggi 57 dan pada saat postes skor terendah 45 dan tertinggi 60.

Nilai rerata sikap pada kelompok perlakuan 48,35 dan kelompok kontrol 48,70. Dari hasil uji paired samples t-test diketahui bahwa t hitung -0,24 dengan nilai p 0,813 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rerata sikap responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum diberikan penyuluhan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi (2004) bahwa setelah penyuluhan obat (pada kelompok perlakuan) terjadi peningkatan yang signifikan skor pengetahuan, skor sikap dan skor tindakan dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi penyuluhan. Peningkatan sikap setelah diberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba disebabkan semua responden bersedia secara sukarela dan berminat


(5)

mengikuti penyuluhan dengan harapan dapat terhindar dari narkotika.

Pada penelitian ini peningkatan sikap tidak sesignifikan peningkatan pengetahuan. Hal ini disebabkan karena proses peningkatan sikap dipengaruhi oleh banyak faktor.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Peningkatan pengetahuan lebih signifikan daripada peningkatan sikap pada penyuluhan dengan metode ceramah tentang bahaya narkoba pada siswa SMA Raksana Medan.

2. Peningkatan pengetahuan dan sikap dipengaruhi oleh kemampuan komunikator dalam

menyampaikan materi penyuluhan.

SARAN

1. Diharapakan kepada guru di SMA

Raksana meningkatkan pengetahuan tentang narkoba agar

mampu mensosialisasikan kepada siswanya.

2. Diharapakan kepada orangtua siswa agar meningkatkan pengetahuan tentang narkoba agar mampu mensosialisasikan kepada anaknya dan mengetahui apabila anaknya mengonsumsi narkoba. 3. Diharapkan kepada pihak sekolah

dan orangtua agar bekerja sama untuk menfasilitasi Badan Narkotika Nasional dalam meberikan informasi di SMA Raksana Medan.

4. Diharapkan agar organisasi kesiswaan yang telah terbentuk

agar dikembangkan dan mempunyai kegiatan-kegiatan yang mampu menghindari siswa menyalahgunakan narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

BNN, 2008. Peringkat Daerah Berdasarkan Kasus yang Terjadi Tahun 2007; ---, 2013. Permasalahan Narkoba

di Indonesia dan Penanggulangannya.;

{ diakses

Januari 2014}

BNN Sumatera Utara, 2013. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya. Medan ---, 2014.

Laporan Tahunan. Medan Citra, 2012. Efektifitas Metode

Ceramah dalam Meningkatkan tentang Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Merokok pada Siswa Kelas 1 di SMP “B” Kota Madya Jakarta Selatan. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional Veteran


(6)

Hawari, D., 2001. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. Jakarta; Salemba Medika Kepolisian Resort Kota Medan Sektor

Medan Baru, 2014. Rekapitulasi Tersangka Tindak Pidana Narkoba Tahun 2013. Medan

Munawaroh, S. 2012. Efektifitas Metode Ceramah dalam Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang Seks Bebas di SMA Negeri Ngrayun. Ponorogo : Universitas Negeri Muhammadiyah

Supardi, S., Sampurno, Ondri, D., dan Notosiswoyo, M., 2004. Pengaruh Penyuluhan Obat terhadap Peningkatan Perilaku Pengobatan Sendiri

yang Sesuai dengan Aturan. Buletin Penelitian Kesehatan : Bulletin Of Health Studies, Vol. 32 No. 4 Tahun 2004


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA NARKOBA DI SMA NEGERI 2 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Sikap Remaja Tentang Bahaya Narkoba Di SMA Negeri 2 Sukoharjo.

0 1 14

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 19

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 9

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 2 39

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 1 4

Pengaruh Metode Ceramah dan Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Siswi Tentang Dismenorea di SMA Swasta Raksana Medan Tahun 2016

0 0 53

Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 0 54

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluhan 2.1.1. Definisi Penyuluhan - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 0 46

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Penyuluhan dengan Metode Ceramah tentang Bahaya Narkoba terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2014

0 1 10