Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah

TINJAUAN PUSTAKA

  Profil Kabupaten aceh Tengah Gambar 1. Peta Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

  Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kota dari Aceh Tengah adalah Takengon yang terletak di bagian 4°10"-4°58" LU dan 96°18"–96°22" BT., merupakan sebuah kota kecil yang

  2

  bersuhu dingin 19 - 22°C yang memiliki luas 445.404.13 km berada di daerah pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Batas wilayah Aceh Tengah sebelah Utara dengan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireun, Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, Sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Timur, dan sebelah barat dengan

  Kecamatan dan 295 desa dan memilki penduduk sebanyak 213.732 jiwa.

  Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah pegunungan yang masyarakatnya bermayoritas sebagai petani dan peternak. Dengan kondisi keadaan alam dan iklim yang dimiliki Kabupaten Aceh tengah menyebabkan potensi di bidang peternakan hewan di daerah ini dinilai sangat besar, sehingga bisa dikembangkan lebih intensif lagi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh Tengah. Kebiasaan memelihara kerbau merupakan tradisi turun temurun bagi masyarakat yang berdomisili di Dataran Tinggi Gayo, khususnya Aceh Tengah sehingga kerbau sejak dulu sudah di pelihara di Kabupaten Aceh Tengah.

  Umumnya, para peternak kerbau di Aceh Tengah masih menggunakan sistem peternakan tradisional atau peruweren yaitu dengan melepaskan ternaknya ke alam bebas. Sebulan sekali, para peternak baru melihat dan mengumpulkan ternak-ternak mereka, kemudian ternak itu dilepaskan lagi ke alam bebas. Bahkan, beberapa peternak mencari ternaknya setahun sekali, terutama menjelang lebaran atau kalau ada pembeli. Tidak jarang, ternak yang sudah berada di alam bebas akan kembali ke sifat aslinya yaitu menjadi kerbau liar. Kalau kerbaunya sudah menjadi banteng atau kerbau liar, maka solusi untuk menangkapnya adalah dengan sebutir peluru.

  Klasifikasi Bangsa Kerbau

  Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Kerbau lokal di Asia dikenal dengan beberapa istilah sesuai dengan daerahnya, antara lain Bhanis di Indonesia (Murti, 2002).

  Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water buffalo berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lain yang masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

  Kerbau adalah mamalia besar, kuat, berwarna gelap, dan bertanduk besar. Kerbau liar biasanya hidup dalam kelompok yang berisikan beberapa ekor dan suka tinggal di dekat air karena senang berlumpur. Kerbau air ditemukan di daerah basah Asia. Hanya sedikit yang masih liar, karena kebanyakan dipelihara manusia untuk membantu di ladang ( Farndon, 2008).

  Kerbau merupakan modifikasi antara bentuk antelope dan sapi, yang ada di Indonesia, berdasarkan penelitian Mason (1969), kerbau dibagi menjadi 4 golongan, yakni : 1.

  Anoa (Buballus depresicronis), khususnya terdapat di Sulawesi 2. Borneo bufallo (Buballus arneehosei), khususnya kerbau lumpur yang terdapat di Kalimantan

  3. Kerbau-banteng Delhi, merupakan kerbau yang terdapat di Sumatera dan dikenal sebagai kerbau sungai

4. Bos arni, adalah kerbau yang terdapat di Asia Tenggara dan hampir identik dengan kerbau lumpur dan merupakan turunannya.

  jika dibandingkan dengan sapi, kambing dan domba. Bahkan, dari tahun ketahun populasi kerbau pun semakin menurun. Ada beberapa penyebab penurunan jumlah populasi ternak kerbau ini yaitu diantaranya tingkat reproduksi yang rendah dan tingkat pemotongan kerbau itu sendiri yang sangat tinggi setiap tahunnya, yaitu 1,3 % per tahun (Susilawati dan Bustami, 2008).

  Ada dua bangsa kerbau yang diternakkan di dunia, yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kerbau lumpur memiliki 48 pasang kromosom dan kerbau sungai memiliki 50 pasang kromosom, walaupun berbeda dalam jumlah kromosom, tetapi perkawinan keduanya menurunkan keturunan yang juga fertil baik pada jantan maupun betina, hanya diduga bahwa daya reproduksi crossbreed tersebut lebih rendah dari masing-masing tetuanya (Talib, 2008).

  Populasi Ternak Kerbau di Indonesia

  Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala usaha yang masih relatif kecil. Usaha ternak kerbau ini dilakukan untuk tujuan produksi daging, kulit dan tenaga kerja. Meskipun di wilayah tertentu produk daging kerbau masih sangat kurang akibat kurangnya minat masyarakat untuk memelihara ternak kerbau ini yang disebabkan oleh tidak adanya lahan sebagai tempat penggembalaan ternak kerbau ini. Seperti diketahui bahwa produktivitas ternak kerbau di Indonesia masih relatif rendah, karena secara teknis masih terdapat beberapa kendala yang memerlukan pemikiran untuk mengatasinya. yaitu sekitar 1,9 juta ekor (DITJEN PETERNAKAN,2008) tersebar di seluruh provinsi. Kerbau di Indonesia sebagian besar di peihara pada usaha tani kecil di pedesaan. Di Kecamatan Wakorumba Utara ini jumlah kerbau terdapat 29 ekor (Data Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara). Peran ternak kerbau di daerah ini yaitu sebagai alat untuk membantu masyarakat untuk mengangkut kayu atau yang lainnya, disamping itu juga masyarakat berpikiran bahwa ternak ini hanya dijadikan sebagai kerja sampingan yang nantinya jika besar dapat dijadikan sebagai tabungan sehingga apabila masyarakat kekurangan uang maka ternak kerbau ini langsung dijual sehingga akan mengakibatkan populasi ternak kerbau ini menjadi cepat punah.

  Populasi ternak kerbau didunia sekitar 176,4 juta ekor tersebar di 129 negara. Dimana 167,4 juta (95%) terdapat di Asia. Populasi kerbau lumpur diIndonesia sebesar 2,2 juta atau sebanyak 6 % dari total populasi kerbau dunia. Sedangkan populasi kerbau sungai di Indonesia hanya 1000 ekor yang terdapat di Sumatera Utara dan merupakan jenis kerbau Murrah nilli-ravi. Secara umum populasi kerbau di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8 % antara tahun 2002 dan 2006. Meskipun dibeberapa provinsi meningkat seperti di provinsi Sumatera utara (Ditjennak, 2008). Populasi ternak kerbau di Indonesia dapat dilihat pada Tabel.

  Tahun Provinsi 2004 2005 2006 2007 2008

  NAD 409,071 338,272 371,143 390,334 390,334 Sumbar 322,629 201,421 211,531 192,148 192,148 Sumut 263,435 259,672 261,794 189,167 155,341 Jabar 149,960 148,003 149,444 149,030 149,030 NTB 156,792 154,919 155,166 153,822 153,822 NTT 136,966 139,592 142,257 144,981 144,981 Banten 139,707 135,040 146,453 144,944 144,944 Sulsel 161,504 124,760 129,565 120,003 120,003 Jateng 122,482 123,815 112,963 109,004 109,004 Sumsel 86,528 90,300 86,777 90,160 90,160 Sumber: Data ditjennak (2008).

  Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Aceh Tengah Kerbau umumnya dipelihara secara tradisional di tempat-tempat khusus, seperti sungai, semak-belukar, pinggir hutan atau rawa. Hal ini menunjukkan

bahwa kerbau belum banyak disentuh teknologi, sehingga peningkatan

populasinya sangat lamban dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya

(Baikuni, 2002). Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah dataran tinggi atau

pegunungan dan masih terdapat banyak hutan semak belukar yang termasuk salah

satu tempat yang di sukai oleh ternak kerbau sehingga cukup banyak petani yang

memelihara ternak kerbau di Aceh Tengah. Pemeliharaan tenak kerbau merupakan sudah tradisi petani yang ada di Aceh Tengah hal ini disebabkan karna

luasnya lahan di Kabupaten Aceh Tengah untuk terdapatnya ketersediaan pakan

ternak seperti rumput segar yang terdapat di hutan sehingga hal inilah yang

menyebabkan terdapat banyaknya populasi ternak kerbau di Kabupaten Aceh

Tengah. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Aceh Tengah dari tahun 2007

sampai 2008 dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini.

  Produksi Daging Tahun Jumlah Populasi (Kg) 2007 23,189 70,082 2008 25,327 91,240 2009 26,487 42,750 2010 23,428 51,300 2011 24,502 68,480 2012 13,244 55,040

  Sumber: Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah (2012).

  Kerbau memiliki peran penting dalam kehidupan sosio-ekonomi petani, yakni sebagai tabungan hidup, penunjang status sosial, sumber tenaga kerja, serta penghasil daging, susu dan pupuk (Diwyanto dan Subandriyo 1995). Masyarakat

Aceh Tengah sebagian besar berprofesi sebagai petani sehingga sangat banyak

petani yang memelihara kerbau untuk tabungan dan tenaga kerjanya di pakai juga seperti unutuk membajak di sawah.

  Dari tabel 2 di atas dari tahun 2007 sampai 2008 ternak kerbau mengalami penurunan akibat produksi daging yang semakin meningkat di Aceh Tengah sementara cara pemeliharaannya yang masih secara tradisional dan sebagian besar

dilepasliarkan saja hal ini sesuai dengan pernyataan Yusdja et al (2003), sebagai

penghasil daging, perkembangan populasi kerbau relatif lambat sehingga produktivitasnya rendah. Perbaikan produktivitas dapat dilakukan dengan

  IB.

memperbaiki mutu genetik melalui Perkembangan ternak kerbau yang lamban

ini menyebabkan terjadinya penurunan jumlah populasi di setiap daerah Aceh

Tengah dan manajeman pemeliharaan saja masih tradisional. Banyaknya populasi

ternak dan jumlah peternak di Kabupaten Aceh Tengah tiap per kecamatan dapat

dilihat pada tabel 3.

  NO Kecamatan Jumlah Peternak Jumlah Tenak Jumlah Jantan Jumlah Betina

  45

  Metode identifikasi Recording ternak merupakan suatu masalah yang terbesar. Keseragaman sistem identifikasi sangat unik, identifikasi permanen untuk ternak muda. Bagaimanapun ukuran tanda kecil dan tidak didapat dibaca kecuali jarak jauh. Metode yang praktis dari identifikasi itu murah, permanen, tidak merusak ternak, dapat dibaca pada jarak 100-150 kaki .

  Metode Identifikasi Recording

  59 Total 2,139 13,244 3,426 9,805 Sumber: Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah (2012).

  74

  14 Rusip Antara 69 133

  13 Bies 39 172 53 119

  1

  26

  27

  7

  12 Atu Lintang

  10

  35

  17

  1 Lut Tawar 61 456 104 352

  11 Jagong Jeget

  10 Celala 152 582 226 356

  9 Ketol 151 489 201 275

  8 Silih Nara 236 806 385 421

  7 Linge 584 6,820 1,289 5,531

  6 Bintang 465 2,392 465 1,927

  5 Pegasing 137 549 220 329

  23

  69

  92

  25

  4 Kute Panang

  3 Bebesan 100 280 165 115

  2 Kebayakan 96 401 114 287

  Dalam pengelolaan peternakan modern, recording menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan karena jumlah ternak yang dikelola tidak sedikit. Recording adalah segala hal yang berkaitan dengan pencatatan terhadap ternak secara individu yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangannya. Apalagi jika berkaitan dengan ternak bibit, karena berhubungan dengan kualitas ternak ke depan. Untuk memudahkan pemahaman tentang recording, maka dibuat penggolongan recording. Secara umum recording mencangkup:

1. Identitas

  Setiap ternak diberi identitas agar lebih mudah dalam pengenalan. Kita bisa membagi lagi identitas ini menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik, penandaan fisik dan penandaan tambahan.

  Dalam hal ini, Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri fisik misalnya warna bulu, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi semi permanen dan permanen.Penandaan permanen adalah penandaan pada kerbau yang bersifat tetap. Sedangkan semipermanen bersifat sementara saja, dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti. Sedangkan penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada kerbau di lingkungan kerbau tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing kandang, berikut nama kerbau, jenis kerbau, kode kerbau, tanggal lahir, dan asal kerbau.

  2. Dokumentasi Pada kondisi sekarang ini upaya mendokumentasikan kegiatan sangat diperlukan tidak terkecuali untuk kerbau jika memang populasinya dalam lokasi peternakan cukup besar. Pendokumentasian kerbau dapat dilakukan melalui pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan ternak dengan penandaan warna yang unik atau spesifik.

  3. Catatan Khusus Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail bagi setiap individu kerbau, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Yang termasuk pencatatan khusus meliputi nama kerbau, tanggal lahir, nomor kode ternak, asalnya, berat badannya, berat lahir, bangsa, juga kesehatannya. Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal ini. Catatan ini harus memuat segala hal lengkap agar memudahkan bagi tenaga medis atau perawat ternak yang lain melakukan penangan dan mengurangi terjadinya kesalahan penanganan.

  4. Sertifikat Ternak Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait dengan pembibitan terutama di UPT/perusahaan pembibitan, apalagi jika kerbau berasal dari impor. Mengapa penting, karena untuk memudahkan pelacakan terhadap tetuanya berkualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga penyebaran bibit semen di lapangan agar tidak terjadi inbreeding. Dalam sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul tetua pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan menambah kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit kerbau.

  Berikut ini beberapa beberapa manfaat recording:

  1. Memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang terpasang langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean ternak, penamaan, papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak dalam jumlah populasi yang besar

  2. Memudahkan dalam melakukan penangan, perawatan maupun pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang dimiliki

  3. Memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak tersebut membutuhkan perlakuan khusus

  4. Menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan ataupun produksi semen

  5. Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir, dll.

  6. Menghindari terjadinya inbreeding

  7. Menjadikan pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha peternakan yang besar.

  Metode Recording di Indonesia

  Di Indonesia recording lebih sering menggunakan metode identifikasi terhadap ternak kerbau, setiap peternak mengindentifikasi ternaknya dengan cara berbeda-beda. Metode identifikasi ternak kerbau dapat terbagi dalam 2 kategori, yaitu permanen dan temporer. Identifikasi permanen meliputi menusuk telinga dan pemakaian tattoo, Sketsa, foto, merek (pemberian nama) dan elektrik. Tipe nonpermanen yaitu memakaikan kalung di leher, pemberian tanda di telinga, pemberian tanda di panggul, pemberian tanda pada ekor, menandai dengan cat dan crayon, dan sebagainya. Metode ini sangat ideal untuk semua kondisi. Banyak tipe identifikasi yang melekat merugikan, memerlukan kulit untuk menembus tag yang di dempet pada ternak. Dengan identifikasi seperti ini sama sekali tidak berbahaya untuk ternak. Metode-metode pemberian tanda pada ternak kerbau secara umum meliputi: 1.

  Sistem kerat ( ear notching ) yakni memberikan tanda pengenal dengan mengunakan silet atau pisau yang tajam untuk mengerat telinga, caranya adalah sebagai berikut : sebelum daun telinga dikerat terlebih dahulu bagian yang akan dikerat dibersihkan dengan spiritus atau alkohol. Setelah selesai pengeratan,bagian yang beri obat merah 2. Sistem anting ( ear tagging ) sistem ini dilakukan dengan cara melubangi telinga agar bisa nomor dimasukan atau ditempeli antingan karet yang kuat bisa di beri nomer atau huruf Gambar 2.Penandaan dengan menggunakan anting pada ternak.

  Sistem tattoo ( ear tatto ) sistem ini dilakukan dengan mengunakan alat khusus beruapa paku-paku tajam yang bentuk huruf atau nomorcara adalah : telinga sapi yang akan diberikan tanda kita tusuk dengan alat tersebut kemudian tinta hitam

  4. Sistem peneng sistem ini banyak dipraktikan oleh para peternak tradisional di desa-desa. dengan cara yakni memberi kalung pada ternak dari rantai besi atau bahan lain di beri tanda huruf , nomor atau tulisan.

  Gambar 3.Penandaan dengan menggunakan kalung pada ternak.