Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah

IDENTIFIKASI METODE RECORDING TERNAK KERBAU YANG DILEPASLIARKAN DI KABUPATEN ACEH TENGAH
SKRIPSI Oleh :
NOVIDA SARI 090306018/PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI METODE RECORDING TERNAK KERBAU YANG DILEPASLIARKAN DI KABUPATEN ACEH TENGAH
SKRIPSI Oleh :
NOVIDA SARI 090306018 / PETERNAKAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi

: Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah
: Novida Sari : 090306018 : Peternakan


Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Hamdan S.Pt., M.Si Ketua

Ir., R. Edhy Mirwandhono, M.Si Anggota

Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal ACC :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NOVIDA SARI, 2014 “Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah”. Dibimbing oleh HAMDAN selaku ketua komisi Pembimbing dan R.EDHY MIRWANDHONO selaku anggota pembimbing. Identifikasi metode recording pada setiap ternak berfungsi untuk mengetahui identitas dari ternak tersebut sehingga pemilik ternak dapat kenali oleh pemilik terutama pada ternak yang hidupnya dilepasliarkan.
Penelitian ini bertujuan Mengetahui bagaimana metode recording ternak kerbau yang dilepasliarkan di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013-januari 2014, di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku bacaan sebagai bahan acuan penelitian, Peternak dan Ternak Kerbau yang berasal dari 3 Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk mencatat hasil wawancara pada peternak dan kamera untuk dokumentasi lampiran penelitian dan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei. Survei yang dilakukan adalah langsung ke peternakan rakyat. Ternak yang diteliti adalah ternak kerbau. Mengidentifikasi ternak dilaksankan di kandang ternak untuk memudahkan dalam pengendalian ternak dan dapat dibantu pengawasannya oleh peternak.
Hasil dari penelitian ini adalah penandaan pada ternak kerbau di kabupaten aceh tengah sebagian peternak tidak menggunakan tanda pada ternaknya terdiri dari 78 peternak (38,4%), dan sebagian besar yaitu 125 peternak (61,5%) sudah menggunakan penandaan. Penandaan yang paling banyak dengan metode kalung yang terbuat dari kayu sebanyak 44 peternak (21,7%), penggunaan tanda kalung lonceng sebanyak 39 peternak (19,2%), tanda kalung bambu terdiri dari 30 peternak (14,80), dan penandaan yang paling sedikit menggunakan kalung dari tali terdiri dari 12 peternak (5,9%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Dari hasil survei penelitian metode penandaan pada ternak kerbau di kabupaten aceh tengah sebagian besar sudah menggunakan penandaan yang tadisional 125 peternak (61,5%) dan hampir setengah peternak belum menggunakan tanda pada ternaknya yaitu 78 peternak (38,4%). Kata kunci : Identifikasi, Recording, Ternak Kerbau, Lepas liar.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

NOVIDA SARI , 2014 " Recording Identification Methods of The Buffalo Livestock which wild released in Aceh Tengah district " . Guided by HAMDAN, as the chairman of the commission and R.EDHY MIRWANDHONO, as supervisor comission . Identify methods of recording on each livestock serves to determine the identity of the animal so that the owners can recognize by the livestock well , especially for the wild released livestocks. This study aims to Knowing how the recording methods of the wild released buffaloes were reintroduced in Aceh Tengah district . This study was conducted in October 2013 - January 2014 , in the city of Takengon, Aceh Tengah district , the materials needed in the study were reading books as research references, the breeders and the buffaloes which derived from 3 subdistrict in Aceh Tengah. The tools that was needed in this study was stationeries to recorded the interview on camera for breeders as attachments. The methods used in this study was the survey method . The survey is conducted directly to the farms. The cattle studied were buffaloes . Identifying livestock was conducted in enclosures area to facilitate the control of livestock by the breeders . The results of this study are the recording methods of the buffaloes in the district in Aceh Tengah were many breeders still did not use the mark on his livestock consisted of 78 farmers ( 38.4 % ) , and 125 breeders (61,58%) has been used some different traditional methods to recording their livestocks. The most common method was wooden necklace by 44 breeders (21,7%), the use of a bell necklace sign as many as 39 farmers ( 19.2 % ) , the signs of bamboo necklace consists of 30 farmers ( 14.80 ) and the least use of the recording was the rope necklace consisting of 12 farmers ( 5.9 % ) . The conclusion of this research was the result of the survey research was 125 breeders (61,58%) has been used traditional recording methods to their buffaloes but nearly half of the farnmers consist of 78 breeders (38,4%) still did not used any recording material to their buffaloes. Keywords : Identification , Recording , Livestock Buffalo , Wild released.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kutacane pada tanggal 18 November 1989 dari Ayah Zainuddin dan Ibu Rasune. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Perisai Kutacane Aceh Tenggara dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama). Penulis memilih Program Studi Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum di Laboratorium Tekhnologi Hasil Ternak pada tahun 2010-2011, Ketua Dana Usaha organisasi Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) pada tahun 2011-2012, dan Aktif juga Sebagai Anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kabupaten Samosir dan di PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) Bukit Sentang pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua dan keluarga besar yang telah memberikan doa dan semangat serta materil maupun moril selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Hamdan S.Pt.,M.Si selaku ketua komisi pembimbing, dan Bapak Ir., R.Edhy Mirwandhono, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi, kepada Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, Msi selaku ketua Program studi Peternakan kepada Bapak Usman Budi, S.Pt, M.Si selaku sekretaris Program Studi peternakan, kepada Beasiswa Peduli Pedidikan yang telah memberikan bantuan dana pendidikan saya selama menjalani kuliah, dan Kepada Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Pertanian dan civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa, dan kepada Sahabatsahabat Gilang, Ayu Mianda, Lia, Wulandari, Dina, Genk Ha, dan lima serangkai yang telah membantu dan memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK .......................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR TABEL............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... ix PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3 Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Aceh Tengah........................................................................... 4 Klafikasi Bangsa Kerbau..................................................................................... 5 Populasi Ternak Kerbau di Indonesia ................................................................. 7 Populasi Ternak Kerbau di Aceh Tengah ........................................................... 9 Metode Identifikasi Recording............................................................................ 11 Macam Recording ............................................................................................... 12 Manfaat Recording ............................................................................................. 14 Metode Recording di Indonesia .......................................................................... 14
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 17 Bahan dan Alat Penelitian................................................................................... 17 Metode Penelitian ............................................................................................... 17 Metode Pengambilan Sampel.............................................................................. 18 Analisis Data ....................................................................................................... 19 Parameter Penelitian ........................................................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Peternak Kerbau di Aceh Tengah ............................................................. 21 Metode Penandaan Ternak.................................................................................. 24 Metode Pemeliharaan Ternak ............................................................................. 27 Hubungan Umur, Pendidikan, Jumlah Ternak, dan Lama Berternak dengan Penggunaan Tanda Pada Ternak ......................................................................... 29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................................... 31 Saran……............................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 32 LAMPIRAN........................................................................................................ 34
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Jumlah Populasi Ternak Kerbau di 10 Provinsi di Indonesia .........................9 2. Jumlah Populasi Ternak Kerbau di Aceh Tengah...........................................10 3. Jumlah Peternak dan Jumlah Populasi Ternak Per Kecamatan ......................11 4. Rerata Umur Peternak .....................................................................................21 5. Rerata Lama Berternak ...................................................................................22 6. Rerata Banyaknya Jumlah Ternak ..................................................................23 7. Pendidikan Terakhir Peternak .........................................................................23 8. Deskripsi Penandaan Ternak Kerbau .............................................................24 9. Proporsi Jumlah Kelamin Ternak ...................................................................26 10. Hasil Uji T Data ............................................................................................30
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Peta Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah ..............................................4 2. Penandaan Dengan Menggunakan Anting Pada Ternak.................................15 3. Penandaan Dengan Menggunakan Kalung Pada Ternak ................................16 4. Diagram Batang Pendidikan Terakhir Peternak..............................................24 5. Diagram Lingkaran Penandaan Ternak Kerbau..............................................25 6. Diagram Lingkaran Proporsi Jenis Kelamin Ternak.......................................27
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Output Analisa SPSS ............................................................................... 34 2. Foto-foto Dokumentasi Penelitian ........................................................... 40 3. Populasi Ternak Dan Produksi Daging Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Aceh Tengah........................................................................... 45 4. Populasi Ternak Besar Per Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Aceh
Tengah....................................................................................................... 46 5. Banyaknya Rumah Tangga, Perusahaan, Pedagang, dan Lainnya Yang
Melakukan Pemeliharaan Ternak Kerbau di Aceh Tengah ...................... 47
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NOVIDA SARI, 2014 “Identifikasi Metode Recording Ternak Kerbau Yang Dilepasliarkan Di Kabupaten Aceh Tengah”. Dibimbing oleh HAMDAN selaku ketua komisi Pembimbing dan R.EDHY MIRWANDHONO selaku anggota pembimbing. Identifikasi metode recording pada setiap ternak berfungsi untuk mengetahui identitas dari ternak tersebut sehingga pemilik ternak dapat kenali oleh pemilik terutama pada ternak yang hidupnya dilepasliarkan.
Penelitian ini bertujuan Mengetahui bagaimana metode recording ternak kerbau yang dilepasliarkan di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013-januari 2014, di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku bacaan sebagai bahan acuan penelitian, Peternak dan Ternak Kerbau yang berasal dari 3 Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk mencatat hasil wawancara pada peternak dan kamera untuk dokumentasi lampiran penelitian dan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei. Survei yang dilakukan adalah langsung ke peternakan rakyat. Ternak yang diteliti adalah ternak kerbau. Mengidentifikasi ternak dilaksankan di kandang ternak untuk memudahkan dalam pengendalian ternak dan dapat dibantu pengawasannya oleh peternak.
Hasil dari penelitian ini adalah penandaan pada ternak kerbau di kabupaten aceh tengah sebagian peternak tidak menggunakan tanda pada ternaknya terdiri dari 78 peternak (38,4%), dan sebagian besar yaitu 125 peternak (61,5%) sudah menggunakan penandaan. Penandaan yang paling banyak dengan metode kalung yang terbuat dari kayu sebanyak 44 peternak (21,7%), penggunaan tanda kalung lonceng sebanyak 39 peternak (19,2%), tanda kalung bambu terdiri dari 30 peternak (14,80), dan penandaan yang paling sedikit menggunakan kalung dari tali terdiri dari 12 peternak (5,9%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Dari hasil survei penelitian metode penandaan pada ternak kerbau di kabupaten aceh tengah sebagian besar sudah menggunakan penandaan yang tadisional 125 peternak (61,5%) dan hampir setengah peternak belum menggunakan tanda pada ternaknya yaitu 78 peternak (38,4%). Kata kunci : Identifikasi, Recording, Ternak Kerbau, Lepas liar.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
NOVIDA SARI , 2014 " Recording Identification Methods of The Buffalo Livestock which wild released in Aceh Tengah district " . Guided by HAMDAN, as the chairman of the commission and R.EDHY MIRWANDHONO, as supervisor comission . Identify methods of recording on each livestock serves to determine the identity of the animal so that the owners can recognize by the livestock well , especially for the wild released livestocks. This study aims to Knowing how the recording methods of the wild released buffaloes were reintroduced in Aceh Tengah district . This study was conducted in October 2013 - January 2014 , in the city of Takengon, Aceh Tengah district , the materials needed in the study were reading books as research references, the breeders and the buffaloes which derived from 3 subdistrict in Aceh Tengah. The tools that was needed in this study was stationeries to recorded the interview on camera for breeders as attachments. The methods used in this study was the survey method . The survey is conducted directly to the farms. The cattle studied were buffaloes . Identifying livestock was conducted in enclosures area to facilitate the control of livestock by the breeders . The results of this study are the recording methods of the buffaloes in the district in Aceh Tengah were many breeders still did not use the mark on his livestock consisted of 78 farmers ( 38.4 % ) , and 125 breeders (61,58%) has been used some different traditional methods to recording their livestocks. The most common method was wooden necklace by 44 breeders (21,7%), the use of a bell necklace sign as many as 39 farmers ( 19.2 % ) , the signs of bamboo necklace consists of 30 farmers ( 14.80 ) and the least use of the recording was the rope necklace consisting of 12 farmers ( 5.9 % ) . The conclusion of this research was the result of the survey research was 125 breeders (61,58%) has been used traditional recording methods to their buffaloes but nearly half of the farnmers consist of 78 breeders (38,4%) still did not used any recording material to their buffaloes. Keywords : Identification , Recording , Livestock Buffalo , Wild released.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia membentang sepanjang 5000 kilometer di daerah daerah tropik
ekuator dari 17 derajat sampai 14 derajat bujur timur dan dari 2 derajat lintang utara sampai 13 derajat lintang selatan terdapat 13.000 pulau penyusun Indonesia dengan luas 203 juta hektar. Adanya berbagai berbagai macam musim, iklim, perbedaan topografi dan komposisi tanah mengakibatkan terdapatnya beraneka ragam tanaman yang tumbuh di Negara Indonesia. Hal ini justru menunjang kemungkinan perkembangan peternakan salah satunya peternakan kerbau (Bubalus bubalis). Perkembangan peternakan kerbau ini menyebar merata ke seluruh daerah kepulauan Indonesia terutama di daerah Aceh yang banyak memiliki aset peternakan kerbau yang bisa dikembangkan dan cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat dataran aceh dan provinsi lainya.
Kerbau dapat berkembang dalam rentang agrosistem yang luas, oleh sebab itu kerbau ditemukan hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Sebagian besar ternak kerbau diusahakan oleh peternak rakyat dengan manajemen pemeliharaan tradisional dan kualitas genetik masih rendah. Saat ini kerbau masih belum termanfaatkan secara maksimal walaupun sudah ada upaya di beberapa daerah untuk lebih meningkatkan pemanfaatannya. Pemanfaatan utama ternak kerbau sampai saat ini selain sumber daging juga merupakan ternak pekerja. Populasi kerbau di Indonesia pada tahun 2005 adalah 2.128.491 ekor, menurun menjadi 2.045.548 ekor pada tahun 2009 (Ditjen Peternakan, 2009). Populasi kerbau lebih terpusat di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Banten dan Sumatara Utara, dimana sebagian besar kerbau dipelihara oleh
Universitas Sumatera Utara

peternak kecil dengan tingkat kepemilikan 2-3 ekor. Sementara data pemotongan pada tahun 2005 sekitar 163.848 dan pada tahun 2009 menjadi 166.380 ekor (Ditjen Peternakan, 2009).
Manajemen pemuliabiakan kerbau di Indonesia ini belum dikerjakan secara sistematis. Seleksi belum dikerjakan dengan baik, dan belum ada suatu pusat pembibitan kerbau, seperti halnya Surin Breeding Station di Thailand, ataupun Shumen di Bulgaria. Hal ini menyebabkan sulitnya pendataan terhadap ternak kerbau yang ada di Indonesia khususnya daerah Aceh yang merupakan bagian dari Indonesia.
Masalah peternakan kerbau cukup bervariasi antara lain pola pemeliharaan tradisional, berkurangnya lahan penggembalaan, tingginya pemotongan pejantan yang berdampak pada kekurangan pejantan, pemotongan ternak betina produktif, kekurangan pakan dimusim tertentu, kematian pedet yang cukup tinggi (sekitar 10%), rendahnya produktivitas, pengembangan sistem pemeliharaan semi intensif yang masih terbatas, serta kesan negatif terhadap kerbau. Namun demikian, usaha ternak kerbau memiliki memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan terutama di beberapa wilayah yang memiliki sumberdaya pakan melimpah.
Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten dengan 18 kabupaten dan 5 kotamadya salah satunya adalah Aceh Tengah (Takengon ) yang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Aceh yang memiliki peternakan kerbau dalam jumlah yang lumanyan besar. Aceh Tengah dikenal dengan ciri khas kerbaunya yang sebagian besar merupakan kerbau rawa. Namun, sistem manajemen perkandangan ternak kerbau di Kabupaten Aceh Tengah tidak tertata dengan baik. Ternak kerbau di Aceh Tengah jika pada musim penanaman padi saja peternak
Universitas Sumatera Utara

mengandangkan kerbaunya dan pada masa pasca panen di Aceh Tengah ternak kerbau dilepasliarkan begitu saja oleh peternaknya dengan sistem ini bagaimana penduduk Takengon dapat mengetahui kepemilikan terhadap kerbau dan mengetahui keturunan ternak tersebut.
Sistem peternakan yang dilepasliarkan dalam jumlah besar sangat sulit dilakukan pendataan apalagi ternak tersebut tidak dimiliki oleh seorang peternak saja, apalagi informasi yang tersedia mengenai tentang kelahiran kerbau dan derajat pertumbuhannya sampai usia beranak sangat jarang ditemukan di Aceh Tengah. Apakah pola metode recording ternak tersebut hanya dengan mendugaduga saja bisa dilakukan atau ada penandaan khusus yang dilakukan oleh peternak kerbau di kabupaten Aceh Tengah. Setelah dilakukan survei di Aceh Tengah masyarakat memberikan penandaan khusus kepada ternak kerbaunya sebelum ternak dilepaskan ke lahan penandaan khusus tersebut dengan penandaan fisik (warna bulu, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga, punuk, dan tingkah laku mengikuti rombongan atau induk), pemakaian kalung dan pada tubuh kerbau tersebut.

Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana metode recording ternak kerbau yang
dilepasliarkan di Kabupaten Aceh Tengah.
Kegunaan Penelitian Sebagai model pengguna metode recording ternak kerbau khususnya pada
ternak kerbau yang dilepasliarkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Profil Kabupaten aceh Tengah
Gambar 1. Peta Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kota dari Aceh Tengah adalah Takengon yang terletak di bagian 4°10"-4°58" LU dan 96°18"–96°22" BT., merupakan sebuah kota kecil yang bersuhu dingin 19 - 22°C yang memiliki luas 445.404.13 km2 berada di daerah pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang Pulau Sumatera. Batas wilayah Aceh Tengah sebelah Utara dengan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireun, Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues, Sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Timur, dan sebelah barat dengan
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Pidie dan Kabupaten Nagan Raya. Aceh Tengah memiliki 14 Kecamatan dan 295 desa dan memilki penduduk sebanyak 213.732 jiwa.
Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah pegunungan yang masyarakatnya bermayoritas sebagai petani dan peternak. Dengan kondisi keadaan alam dan iklim yang dimiliki Kabupaten Aceh tengah menyebabkan potensi di bidang peternakan hewan di daerah ini dinilai sangat besar, sehingga bisa dikembangkan lebih intensif lagi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh Tengah. Kebiasaan memelihara kerbau merupakan tradisi turun temurun bagi masyarakat yang berdomisili di Dataran Tinggi Gayo, khususnya Aceh Tengah sehingga kerbau sejak dulu sudah di pelihara di Kabupaten Aceh Tengah.
Umumnya, para peternak kerbau di Aceh Tengah masih menggunakan sistem peternakan tradisional atau peruweren yaitu dengan melepaskan ternaknya ke alam bebas. Sebulan sekali, para peternak baru melihat dan mengumpulkan ternak-ternak mereka, kemudian ternak itu dilepaskan lagi ke alam bebas. Bahkan, beberapa peternak mencari ternaknya setahun sekali, terutama menjelang lebaran atau kalau ada pembeli. Tidak jarang, ternak yang sudah berada di alam bebas akan kembali ke sifat aslinya yaitu menjadi kerbau liar. Kalau kerbaunya sudah menjadi banteng atau kerbau liar, maka solusi untuk menangkapnya adalah dengan sebutir peluru. Klasifikasi Bangsa Kerbau
Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Kerbau lokal di Asia dikenal dengan beberapa istilah sesuai dengan daerahnya, antara lain Bhanis di
Universitas Sumatera Utara

India, Al-Jamoss di negara-negara Arab, Karbu di Malaysia dan Kerbau di Indonesia (Murti, 2002).
Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water buffalo berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lain yang masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).
Kerbau adalah mamalia besar, kuat, berwarna gelap, dan bertanduk besar. Kerbau liar biasanya hidup dalam kelompok yang berisikan beberapa ekor dan suka tinggal di dekat air karena senang berlumpur. Kerbau air ditemukan di daerah basah Asia. Hanya sedikit yang masih liar, karena kebanyakan dipelihara manusia untuk membantu di ladang ( Farndon, 2008).

Kerbau merupakan modifikasi antara bentuk antelope dan sapi, yang ada di Indonesia, berdasarkan penelitian Mason (1969), kerbau dibagi menjadi 4 golongan, yakni :
1. Anoa (Buballus depresicronis), khususnya terdapat di Sulawesi 2. Borneo bufallo (Buballus arneehosei), khususnya kerbau lumpur yang
terdapat di Kalimantan 3. Kerbau-banteng Delhi, merupakan kerbau yang terdapat di Sumatera dan
dikenal sebagai kerbau sungai 4. Bos arni, adalah kerbau yang terdapat di Asia Tenggara dan hampir
identik dengan kerbau lumpur dan merupakan turunannya.
Universitas Sumatera Utara

Kerbau merupakan hewan ternak besar yang populasinya paling sedikit jika dibandingkan dengan sapi, kambing dan domba. Bahkan, dari tahun ketahun populasi kerbau pun semakin menurun. Ada beberapa penyebab penurunan jumlah populasi ternak kerbau ini yaitu diantaranya tingkat reproduksi yang rendah dan tingkat pemotongan kerbau itu sendiri yang sangat tinggi setiap tahunnya, yaitu 1,3 % per tahun (Susilawati dan Bustami, 2008).
Ada dua bangsa kerbau yang diternakkan di dunia, yaitu kerbau lumpur (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kerbau lumpur memiliki 48 pasang kromosom dan kerbau sungai memiliki 50 pasang kromosom, walaupun berbeda dalam jumlah kromosom, tetapi perkawinan keduanya menurunkan keturunan yang juga fertil baik pada jantan maupun betina, hanya diduga bahwa daya reproduksi crossbreed tersebut lebih rendah dari masing-masing tetuanya (Talib, 2008). Populasi Ternak Kerbau di Indonesia
Secara umum usaha ternak kerbau telah lama dikembangkan oleh masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian dalam skala usaha yang masih relatif kecil. Usaha ternak kerbau ini dilakukan untuk tujuan produksi daging, kulit dan tenaga kerja. Meskipun di wilayah tertentu produk daging kerbau masih sangat kurang akibat kurangnya minat masyarakat untuk memelihara ternak kerbau ini yang disebabkan oleh tidak adanya lahan sebagai tempat penggembalaan ternak kerbau ini. Seperti diketahui bahwa produktivitas ternak kerbau di Indonesia masih relatif rendah, karena secara teknis masih terdapat beberapa kendala yang memerlukan pemikiran untuk mengatasinya.
Universitas Sumatera Utara

Populasi kerbau di Indonesia berdasarkan statistik peternakan tahun 2008 yaitu sekitar 1,9 juta ekor (DITJEN PETERNAKAN,2008) tersebar di seluruh provinsi. Kerbau di Indonesia sebagian besar di peihara pada usaha tani kecil di pedesaan. Di Kecamatan Wakorumba Utara ini jumlah kerbau terdapat 29 ekor (Data Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara). Peran ternak kerbau di daerah ini yaitu sebagai alat untuk membantu masyarakat untuk mengangkut kayu atau yang lainnya, disamping itu juga masyarakat berpikiran bahwa ternak ini hanya dijadikan sebagai kerja sampingan yang nantinya jika besar dapat dijadikan sebagai tabungan sehingga apabila masyarakat kekurangan uang maka ternak kerbau ini langsung dijual sehingga akan mengakibatkan populasi ternak kerbau ini menjadi cepat punah.
Populasi ternak kerbau didunia sekitar 176,4 juta ekor tersebar di 129 negara. Dimana 167,4 juta (95%) terdapat di Asia. Populasi kerbau lumpur diIndonesia sebesar 2,2 juta atau sebanyak 6 % dari total populasi kerbau dunia. Sedangkan populasi kerbau sungai di Indonesia hanya 1000 ekor yang terdapat di Sumatera Utara dan merupakan jenis kerbau Murrah nilli-ravi. Secara umum populasi kerbau di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8 % antara tahun 2002 dan 2006. Meskipun dibeberapa provinsi meningkat seperti di provinsi Sumatera utara (Ditjennak, 2008). Populasi ternak kerbau di Indonesia dapat dilihat pada Tabel.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Populasi ternak kerbau di 10 provinsi di Indonesia

Provinsi


2004

2005

NAD

409,071 338,272

Sumbar

322,629 201,421

Sumut

263,435 259,672

Jabar

149,960 148,003


NTB

156,792 154,919

NTT

136,966 139,592

Banten

139,707 135,040

Sulsel

161,504 124,760

Jateng

122,482 123,815


Sumsel

86,528

90,300

Sumber: Data ditjennak (2008).

Tahun 2006 371,143 211,531 261,794 149,444 155,166 142,257 146,453 129,565 112,963 86,777

2007 390,334 192,148 189,167 149,030 153,822 144,981 144,944 120,003 109,004 90,160

2008 390,334 192,148 155,341 149,030 153,822 144,981 144,944 120,003 109,004 90,160

Populasi Ternak Kerbau di Kabupaten Aceh Tengah

Kerbau umumnya dipelihara secara tradisional di tempat-tempat khusus,

seperti sungai, semak-belukar, pinggir hutan atau rawa. Hal ini menunjukkan


bahwa kerbau belum banyak disentuh teknologi, sehingga peningkatan

populasinya sangat lamban dibandingkan dengan ternak ruminansia lainnya

(Baikuni, 2002). Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah dataran tinggi atau

pegunungan dan masih terdapat banyak hutan semak belukar yang termasuk salah

satu tempat yang di sukai oleh ternak kerbau sehingga cukup banyak petani yang

memelihara ternak kerbau di Aceh Tengah. Pemeliharaan tenak kerbau

merupakan sudah tradisi petani yang ada di Aceh Tengah hal ini disebabkan karna

luasnya lahan di Kabupaten Aceh Tengah untuk terdapatnya ketersediaan pakan

ternak seperti rumput segar yang terdapat di hutan sehingga hal inilah yang

menyebabkan terdapat banyaknya populasi ternak kerbau di Kabupaten Aceh


Tengah. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Aceh Tengah dari tahun 2007

sampai 2008 dapat dilihat pada tabel 2. di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Popolasi Ternak Kerbau di Kabupaten Aceh Tengah

Tahun Jumlah Populasi

Produksi Daging (Kg)

2007

23,189

70,082

2008

25,327

91,240

2009

26,487

42,750

2010

23,428

51,300

2011

24,502

68,480

2012

13,244

55,040

Sumber: Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah (2012).

Kerbau memiliki peran penting dalam kehidupan sosio-ekonomi petani,

yakni sebagai tabungan hidup, penunjang status sosial, sumber tenaga kerja, serta

penghasil daging, susu dan pupuk (Diwyanto dan Subandriyo 1995). Masyarakat

Aceh Tengah sebagian besar berprofesi sebagai petani sehingga sangat banyak

petani yang memelihara kerbau untuk tabungan dan tenaga kerjanya di pakai juga

seperti unutuk membajak di sawah.

Dari tabel 2 di atas dari tahun 2007 sampai 2008 ternak kerbau mengalami

penurunan akibat produksi daging yang semakin meningkat di Aceh Tengah

sementara cara pemeliharaannya yang masih secara tradisional dan sebagian besar

dilepasliarkan saja hal ini sesuai dengan pernyataan Yusdja et al (2003), sebagai

penghasil daging, perkembangan populasi kerbau relatif lambat sehingga

produktivitasnya rendah. Perbaikan produktivitas dapat dilakukan dengan

memperbaiki mutu genetik melalui IB. Perkembangan ternak kerbau yang lamban

ini menyebabkan terjadinya penurunan jumlah populasi di setiap daerah Aceh

Tengah dan manajeman pemeliharaan saja masih tradisional. Banyaknya populasi

ternak dan jumlah peternak di Kabupaten Aceh Tengah tiap per kecamatan dapat

dilihat pada tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Jumlah Ternak dan Jumlah Populasi Ternak Per Kecamatan.

NO

Kecamatan

Jumlah Jumlah Jumlah Peternak Tenak Jantan

Jumlah Betina

1 Lut Tawar

61 456 104

352

2 Kebayakan

96 401 114

287

3 Bebesan

100 280

165

115

4 Kute Panang

25 92

69

23

5 Pegasing

137 549

220

329

6 Bintang

465 2,392

465

1,927

7 Linge

584 6,820 1,289

5,531

8 Silih Nara

236 806

385

421

9 Ketol

151 489

201

275

10 Celala

152 582

226

356

11 Jagong Jeget

17 45

35

10

12 Atu Lintang

7 27 26

1

13 Bies

39 172

53

119

14 Rusip Antara

69 133

74

59

Total

2,139 13,244 3,426

9,805

Sumber: Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah (2012).

Metode Identifikasi Recording

Metode identifikasi Recording ternak merupakan suatu masalah yang

terbesar. Keseragaman sistem identifikasi sangat unik, identifikasi permanen

untuk ternak muda. Bagaimanapun ukuran tanda kecil dan tidak didapat dibaca

kecuali jarak jauh. Metode yang praktis dari identifikasi itu murah, permanen,

tidak merusak ternak, dapat dibaca pada jarak 100-150 kaki (http://fatwatul-

jamee.blogspot.com/2011/03/identifikasi-ternak.html).

Dalam pengelolaan peternakan modern, recording menjadi sangat penting.

Hal ini disebabkan karena jumlah ternak yang dikelola tidak sedikit. Recording

adalah segala hal yang berkaitan dengan pencatatan terhadap ternak secara

individu yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangannya. Apalagi jika

berkaitan dengan ternak bibit, karena berhubungan dengan kualitas ternak ke

depan.

Universitas Sumatera Utara

Macam Recording Untuk memudahkan pemahaman tentang recording, maka dibuat
penggolongan recording. Secara umum recording mencangkup: 1. Identitas
Setiap ternak diberi identitas agar lebih mudah dalam pengenalan. Kita bisa membagi lagi identitas ini menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik, penandaan fisik dan penandaan tambahan. Dalam hal ini, Identifikasi fisik meliputi ciri-ciri fisik misalnya warna bulu, bulu sekitar mata, tanduk, kaki, bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan menjadi semi permanen dan permanen.Penandaan permanen adalah penandaan pada kerbau yang bersifat tetap. Sedangkan semipermanen bersifat sementara saja, dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti. Sedangkan penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada kerbau di lingkungan kerbau tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing kandang, berikut nama kerbau, jenis kerbau, kode kerbau, tanggal lahir, dan asal kerbau. 2. Dokumentasi Pada kondisi sekarang ini upaya mendokumentasikan kegiatan sangat diperlukan tidak terkecuali untuk kerbau jika memang populasinya dalam lokasi peternakan cukup besar. Pendokumentasian kerbau dapat dilakukan melalui pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan
Universitas Sumatera Utara

ternaknya. Penggambaran atau sketsa dapat digunakan untuk identifikasi ternak dengan penandaan warna yang unik atau spesifik. 3. Catatan Khusus Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail bagi setiap individu kerbau, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Yang termasuk pencatatan khusus meliputi nama kerbau, tanggal lahir, nomor kode ternak, asalnya, berat badannya, berat lahir, bangsa, juga kesehatannya. Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal ini. Catatan ini harus memuat segala hal lengkap agar memudahkan bagi tenaga medis atau perawat ternak yang lain melakukan penangan dan mengurangi terjadinya kesalahan penanganan. 4. Sertifikat Ternak Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait dengan pembibitan terutama di UPT/perusahaan pembibitan, apalagi jika kerbau berasal dari impor. Mengapa penting, karena untuk memudahkan pelacakan terhadap tetuanya berkualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga penyebaran bibit semen di lapangan agar tidak terjadi inbreeding. Dalam sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul tetua pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan menambah kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit kerbau.
Universitas Sumatera Utara

Manfaat Recording Berikut ini beberapa beberapa manfaat recording:
1. Memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang terpasang langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean ternak, penamaan, papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak dalam jumlah populasi yang besar
2. Memudahkan dalam melakukan penangan, perawatan maupun pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang dimiliki
3. Memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak tersebut membutuhkan perlakuan khusus
4. Menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan ataupun produksi semen
5. Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir, dll.
6. Menghindari terjadinya inbreeding 7. Menjadikan pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha
peternakan yang besar. Metode Recording di Indonesia
Di Indonesia recording lebih sering menggunakan metode identifikasi terhadap ternak kerbau, setiap peternak mengindentifikasi ternaknya dengan cara berbeda-beda. Metode identifikasi ternak kerbau dapat terbagi dalam 2 kategori, yaitu permanen dan temporer. Identifikasi permanen meliputi menusuk telinga dan pemakaian tattoo, Sketsa, foto, merek (pemberian nama) dan elektrik. Tipe nonpermanen yaitu memakaikan kalung di leher, pemberian tanda di telinga,
Universitas Sumatera Utara

pemberian gelang kaki, penandaan pada punggung, rantai leher dengan tanda, pemberian tanda di panggul, pemberian tanda pada ekor, menandai dengan cat dan crayon, dan sebagainya. Metode ini sangat ideal untuk semua kondisi. Banyak tipe identifikasi yang melekat merugikan, memerlukan kulit untuk menembus tag yang di dempet pada ternak. Dengan identifikasi seperti ini sama sekali tidak berbahaya untuk ternak. Metode-metode pemberian tanda pada ternak kerbau secara umum meliputi:
1. Sistem kerat ( ear notching ) yakni memberikan tanda pengenal dengan mengunakan silet atau pisau yang tajam untuk mengerat telinga, caranya adalah sebagai berikut : sebelum daun telinga dikerat terlebih dahulu bagian yang akan dikerat dibersihkan dengan spiritus atau alkohol. Setelah selesai pengeratan,bagian yang beri obat merah
2. Sistem anting ( ear tagging ) sistem ini dilakukan dengan cara melubangi telinga agar bisa nomor dimasukan atau ditempeli antingan karet yang kuat bisa di beri nomer atau huruf
Gambar 2.Penandaan dengan menggunakan anting pada ternak.
Universitas Sumatera Utara

3. Sistem tattoo ( ear tatto ) sistem ini dilakukan dengan mengunakan alat khusus beruapa paku-paku tajam yang bentuk huruf atau nomorcara adalah : telinga sapi yang akan diberikan tanda kita tusuk dengan alat tersebut kemudian tinta hitam
4. Sistem peneng sistem ini banyak dipraktikan oleh para peternak tradisional di desa-desa. dengan cara yakni memberi kalung pada ternak dari rantai besi atau bahan lain di beri tanda huruf , nomor atau tulisan.
Gambar 3.Penandaan dengan menggunakan kalung pada ternak. 5. Stempel pada tanduk dan badan sistem ini biasanya dilakukan dengan cara
memberiakan tulisan atau nomor pada pada tanduk, atau mengunakan besi.
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013
sampai januari 2014, di kecamatan Linge, Bintang dan Lut tawar Kabupaten Aceh Tengah. Bahan dan Alat Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah buku bacaan sebagai bahan acuan penelitian, Peternak dan Ternak Kerbau yang berasal dari 3 Kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk mencatat hasil wawancara pada peternak dan kamera untuk dokumentasi lampiran penelitian. Metode Penelitian
Metode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei. Survei yang dilakukan adalah langsung ke peternakan rakyat. Ternak yang diteliti adalah ternak kerbau. Mengidentifikasi metode penandaan yang digunakan peternak terhadap ternaknya dilaksanakan di rumah peternak dengan melakukan wawancara kepada peternak.
Universitas Sumatera Utara

Metode Pengambilan sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode slovin
yang menjadi populasi adalah peternak yang memiliki ternak kerbau. Pemilihan sampel ditentukan secara proposive (sengaja) dengan kriteria sampel adalah Setiap Kecamatan yang sudah memiliki minimal 5 peternak kerbau. Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin dimana sampel yang diambil dari 3 kecamatan yaitu kecamatan Linge yang berjumlah 582 Peternak, kecamatan Bintang berjumlah 465 Peternak, dan kecamatan Lut Tawar berjumlah 61 peternak. Rumus slovin:
n=
dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (10%) Jumlah Sampel Di Kecamatan Linge n = 584
1+ 584(0.10) 2 = 85.38 = 85 Jumlah Sampel Di Kecamatan Bintang n = 465
1+ 465(0.10) 2 n = 82.30 n = 82
Universitas Sumatera Utara

Jumlah Sampel Di Kecamatan Lut Tawar n = 61
1+ 61(0.10) 2 n = 37,8 n = 38 Maka Sampel yang diambil dari 3 kecamatan tersebut berjumlah 203 Sampel Analisa Data
Data yang terkumpul dan bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisa (Kofesien Keragaman) dan ditampilkan dalam persentase, sedangkan data yang bersifat kuantitatif dianalisis statistik dengan menggunakan Independent Sample T-test dan dihitung standard error.
Metode penandaan pada ternak dilakukan dengan menghitung nilai rataan, simpangan baku (S), dan koefisien keragaman (KK) dari setiap sifat penandaan yang diamati.
Keterangan : x = nilai rataan N = jumlah sampel yang diperoleh Xi = ukuran ke-i dari sifat penandaan x S = Simpangan baku KK = koefisien keragaman
Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian Parameter dalam penelitian ini adalah metode penandaan yang digunakan
peternak kerbau di Aceh Tengah.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Peternak Kerbau Di Aceh Tengah

Setelah dilakukan survei di beberapa kecamatan di Aceh Tengah metode recording pada ternak kerbau yang dilepasliarkan hanya terdapat dengan cara

pemberian identitas pada ternak tersebut sama halnya seperti yang umumnya

dipakai di Indonesia, tidak ada metode recording dengan metode dokumentasi, catatan khusus, dan sertifikat tenak. Metode recording dengan pemberian identitas

ini juga hanya dengan cara pemberian tanda pada ternak dengan cara sangat

tradisional yaitu tanda berupa kalung atau peneng. Pemberian tanda pada ternak

kerbau yang dilepasliarkan menggunakan kalung yang terdiri dari kalung lonceng,

kalung bambu, kalung kayu, dan kalung tali. Metode penendaan ini dipengaruhi

oleh profil Peternak, metode penandaan ternak, dan metode pemeliharaan ternak.

Seperti telah kita ketahui daerah Aceh Tengah merupakan daerah

pegunungan sehingga masyarakat sebahagian besar berprofesi sebagai petani dan

peternak. Kegiatan berternak dilakukan sudah secara turun temurun dari warisan

keluarga peternak baik umur muda maupun sudah lanjut usia, hal ini dapat

disajikan pada tabel 4 yang merupakan dari hasil survei penelitian. Tabel 4. Rerata Umur Peternak

Umur (tahun) Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi

28 85 50.82

10.325

Data tabel di atas didapati bahwa umur rata-rata Peternak sekitar 51 tahun

dengan standar deviasi 10 tahun, umur terendah pada peternak adalah umur 28

tahun dan umur tertinggi 85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak masih

berada dalam kisaran umur produktif, meskipun ada beberapa peternak yang

sudah masuk kategori umur tidak produktif. Umur peternak akan sangat

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh terhadap mobilitas peternak dalam memelihara ternaknya, semakin muda maka akan semakin gesit, sehingga diharapkan dengan umur muda dan produktif peternak akan mampu memelihara ternaknya dengan baik dan produktivitas ternak akan meningkat (Gatot Murdjito, 2011).
Kegitan bertani yang diselingi dengan berternak sudah merupakan suatu tradisi turun temurun bahkan dari ratusan tahun lalu di daerah Kabupaten Aceh Tengah. Lama beternak bahkan mencapai puluhan tahun dilakukan oleh peternak, walaupun pemeliharaannya dilepasliarkan begitu saja. Lamanya berternak mempengaruhi manajemen pemelihara setiap ternak semakin lama akan menjadi suatu tradisi maupun sudah secara tradisi keluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel. 5 Rerata lama beternak.
Lama berternak Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi 2 57 15.14 12.333
Dari data tabel di atas diperoleh hasil lama rata-rata lamanya berternak kerbau di Kabupaten Aceh Tengah adalah selama 15 tahun dengan standar deviasi 12 tahun. Masa beternak yang paling singkat adalah slama 2 tahun dan waktu yang paling lama adalah sampai 57 tahun.
Banyaknya suatu jumlah ternak yang dimiliki olaeh seorang peternak berpengaruh terhadap sistem penandaan yang dilakukan oleh setiap peternak karena dari hasil penelitian yang didapatkan jumlah rerata ternak yang dimiliki oleh setiap peternak dipengaruhi dengan semakin banyak jumlah ternak maka pemakaian tanda akan dibuat lebih banyak terhadap ternak tersebut. Banyaknya rerata jumlah tenak yang di miliki oleh setiap peternak dapat dilihat pada tabel 6. rerata banyaknya jumlah ternak di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Rerata Banyaknya Jumlah ternak.

Jumlah ternak Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi

2 37 10.54

6.045

Dari tabel 6 diatas diperoleh hasil rereta jumlah ternak adalah minimal

sebanyak 2 ekor dan maksimal 37 ekor dengan nilai rata-rata 10.54 dan dengan

standar deviasi 6.045.

Umur peternak, lama beternak dan jumlah setiap ternak yang di miliki oleh

peternak merupakan faktor-faktor menentukan suatu metode beternak. Begitu juga

dengan pendidikan terakhir setiap peternak, pendidikan setiap peternak diketahui

dari hasil survei maksimal hanya sampai ke tahap Sekolah Menengah Atas (SMA)

atau sederajat kita ketahui semakin tinggi tingkat pendidikan pengetahuan tentang

beternak juga akan lebih dalam dan peternak juga akan lebih mengerti dalam

pemeliharaan dan memanajemen ternak yang dimilikinya lebih kepada sistem

moderen. Dari hasil penelitian ini tingkat pendidikan setiap peternak tidak ada

satupun yang sampai ke jenjang sarjana hal ini juga merupakan salah satu faktor

masih adanya ternak yang dipelihara secara dilepasliarkan. Pendidikan terakhir

setiap peternak ini disajikan pada tabel 7. Pendidikan terakhir peternak dan

Gambar 4. Diagram Batang Pendidikan Terakhir Peternak.

Tabel 7. Pendidikan Terakhir Peternak

Pendidikan Terakhir Frekwensi Persen (%)

Tidak sekolah

26 12.8

Tamat SD

23 11.3

Tamat SMP

64 31.5

Tamat SMA

90 44.3

Total

203 100.0

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Diagram Batang Pendidikan Terakhir Peternak.

Dari tabel 7 dan gambar 7 diperoleh hasil jumlah Pendidikan terakhir peternak tidak bersekolah sebanyak 26 orang (12.8%), tamatan SD sebanyak 23 orang (11.3%), tamatan SMP sebanyak 64 orang (31.5%), dan tamatan SMA sebanyak 90 orang (44.3%). Metode Penandaan Ternak
Berdasarkan survei yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Deskripsi Penandaan Ternak Kerbau

Metode

Tidak Bertanda

Tali

Bertanda

Kayu Lonceng

Bambu

Total

Frekwensi 78 12 44 39 30 203

Persen (%) 38.42 5.9 21.7 19.2 14.8 100.0

Total 38.42
61.58
100

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Diagram Lingkaran Penandaan Ternak Kerbau

19,2 % 19,2%

38,4%

21,7%

5,9%

Berdasarkan tabel 8 dan gambar 4 metode penandaan pada ternak kerbau di kabupaten aceh tengah sebagian peternak tidak menggunakan tanda pada ternaknya terdiri dari 78 peternak (38,4%), dan sebagian besar yaitu 125 peternak (61,5%) sudah