PAI perkembangan iptek dalam islam

KEPEMIMPINAN, IPTEK, DAN REKONSTRUKSI
ILMU BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen : Dr. H. Mustaghfirin S.H.,M.Hum.

Nama : Nur Dwi Muhammad Taufiq
NIM : 30301408656

Fakultas Hukum
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
20 September 2015

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” KEPEMIMPINAN, IPTEK,
DAN REKONSTRUKSI ILMU BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai

pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah
memberikan dukungan. Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semarang, 20 April 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I............................................................................................................ 1
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1.

LATAR BELAKANG...........................................................................1

1.2.

TUJUAN PENULISAN.........................................................................3

1.3.

RUMUSAN MASALAH.......................................................................3

BAB II........................................................................................................... 4
PEMBAHASAN.............................................................................................. 4
2.1.

LANDASAN TEORI............................................................................ 4


2.2.

PEMBAHASAN RUMUSAN...............................................................11

BAB 3 PENUTUP.......................................................................................... 28
3.1.

KESIMPULAN................................................................................. 28

3.2.

SARAN........................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.


LATAR BELAKANG
Tolok ukur untuk era modern saat ini adalah dengan kemajuan sains
dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat
pada kehidupan umat manusia. Dalam setiap waktu para ilmuwan dan ahli
terus mengkaji tolok ukur eara modern saat ini adalah sains dan teknologi.
Mereka meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih
dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh
karena itu, apabila ada suatu bangsa yang tidak mengikuti perkembangan sains
dan teknologi, maka bangsa atau negara tersebut dapat dikatakan sebagai
negara yang tidak maju atau terbelakang.
Islam adalah satu-satunya agama samawi yang memberikan perhatian
besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Islam tidak pernah
mengekang umatnya utuk maju dan modern, justru Islam sangat mendukung
umatnya untuk melakukan riset dan bereksperimen dalam hal apapun,
termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi adalah termasuk
ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah
yang tersebar dalam alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia di bumi
ini sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.


1

Salah satu keagungan nikmat yang dikaruniakan oleh Allah bagi umat
Nabi Muhammad SAW adalah nikmat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan
kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya karena Allah telah mengkaruniakan anugerah dan kenikmatanNya kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama
dan kenikmatan sains dan teknologi.

2

1.2.

TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui perkembangan kehidupan umat Islam serta peradabannya yang
berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan umat manusia di dunia.
2. Mengetahui peran agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia.
3. Mengetahui kaitan antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilainilai dalam agama Islam.


1.3.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah kepemimpinan Islam di dunia?
2. Bagaimana terjadinya masa kemunduran dan kebangkitan peradaban umat
Islam di dunia?
3. Apa kaitannya antara iptek dengan agama Islam?
4. Apa bukti iptek telah dijelaskan dalam Al-Qur’an?
5. Rekonstruksi ilmu berdasar nilai-nilai dalam Islam

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

LANDASAN TEORI


1. Dasar teori berdasar Al Qur’an
a. Al-Qur’an surah At-Tiin ayat 4
”(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya semua
manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau
pun penampilannya amatlah baik.”
b. Al-Qur’an surah Al Israa' ayat 70
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baikbaik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
c. Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah”.
Berkata mereka : “Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang
yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami
bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?” Dia
berkata : “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.””

4


d. Al-Qur’an surah Ar Rahmaan ayat 19-20
19-20

:

“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu
di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing”
e. Al-Qur’an surah Ar Rahmaan ayat 33
“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.”
f. Al-Qur’an surah Al Anbiya ayat 33
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
g. Al-Qur’an surah Yasin ayat 38
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
h. Al-Qur’an surah An Nahl ayat 69
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan

tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya

terdapat

obat

yang

menyembuhkan

bagi

manusia.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
i. Al-Qur’an surah An Nabiya ayat 30


5

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"
j. Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 1
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari jiwa yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
k. Al-Qur’an surah Al-Mu’minun ayat 12-14
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik."
2. Terjadinya Penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi.
a. Al-Quran menjelaskan tiga tahapan dalam proses kejadian dan asal-usul
manusia secara rinci. Ketiga tahapan tersebut antara lain kejadian dan asal

6

usul manusia pertama, kedua, dan ketiga. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing tahapan tersebut.
i.

Kejadian dan asal-usul manusia pertama yang berarti pula proses
penciptaan Adam diawali oleh pembentukan fisik dengan
membuatnya langsung dari tanah yang kering yang kemudian
ditupkan ruh ke dalamnya sehingga ia hidup. Keterangan tersebut
sesuai dengan hadis riwayat Tirmidzi, dimana Nabi SAW
bersabda: ”Sesungguhnya Allah menciptakan Adam as dari
segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagian bumi, maka
anak cucu Adampun seperti itu, sebagian ada yang baik dan
buruk, ada yang mudah (lembut) dan kasar dan sebagainya.”

ii.

Allah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan.
Begitupun dengan manusia, Adam yang diciptakan hendak
dipasangkan oleh Allah dengan lawan jenisnya yang diciptakan
dari tulang rusuk Adam, yaitu Siti Hawa. Keterangan tersebut
sesuai dengan firman Allah QS. An-Nisa, ayat 1 berikut:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, dan daripadanya
Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”

7

iii.

Kejadian dan asal usul manusia ketiga terkait dengan proses
kejadian seluruh umat keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa
(Kecuali Isa, AS.) proses kejadian manusia yang disebutkan dalam
Al-Qur,an ternyata setelah dewasa ini dapat dipertanggung
jawabkan secara medis. Dalam Al-Qur’an, asal-usul manusia
secara biologi dijelaskan dalam Surat Al-Mu’minuun : 12-14
berikut ini:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan

manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik."
b. Nabi Adam A.S. sebagai pemimpin di muka Bumi
Sejak semula memang nabi Adam telah disiapkan oleh Allah SWT
untuk menjadi pemimpin, yang dalam bahasa Al-Quran disebut
dengan khalifah. Kata khalifah sesungguhnya bermakna wakil atau
pengganti. Maksudnya, Nabi Adam menjadi wakil Allah di muka bumi.
Misinya agar bumi ini makmur, serta berjalan secara harmoni seiring
dengan peraturan yang Allah tetapkan. Bukan saja peraturan untuk sesama
anak Adam, tetapi juga peraturan tentang hubungan anak Adam dan alam
semesta.
8

Dari segi fisik dan mental, Nabi Adam telah diciptakan dengan sebaikbaik penciptaan, sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .”
Cerita Adam dan Hawa sebagaimana dipahami sebagian besar
masyarakat berfokus pada proses penciptaan Adam, penciptaan Hawa,
kehidupan Adam Hawa di surga, dilanjutkan dengan kegagalan Adam
Hawa dalam bertahan dari godaan Iblis. Dengan alur cerita seperti itu
tidak cukup informasi untuk menjawab pertanyaan, “Kenapa dan untuk
apa manusia (Adam dan Hawa) diciptakan di dunia?”

Padahal sebenarnya ada peristiwa besar yang disebut Allah dalam
Quran sebelum penciptaan Adam. Dalam peristiwa tersebut para malaikat
dan jin yang sudah diciptakan lebih dahulu sebelum Adam, semuanya
dikumpulkan di hadapan Allah. Kemudian Allah berfirman kepada para
mereka, ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan dimuka bumi ini seorang
khalifah

(pemamkmur/penanggungjawab

yang

akan

mengolah,

memanfaatkan, memakmurkan bumi dengan segala aktifitasnya)”
Dari peristiwa besar yang disebut secara jelas dalam Al Baqarah ayat
30, kita tahu bahwa keberadaan manusia di muka bumi bukanlah sebuah
kecelakaan melainkan memang sengaja Allah menciptakan manusia di
bumi (di dunia ini) sebagai makhluk yang dimuliakan dan dipercaya

9

sebagai pengemban amanah dengan sebutan “Khalifah fil Ardli” (khalifah
di muka bumi)
Artinya kejadian Adam dihasut Iblis tidak ada hubungannya dengan
keberadaan manusia di bumi. Karena keberadaan manusia di bumi
bukanlah sebuah kesalahan atau kecelakaan melainkan kemuliaan yang
dikaruniakan Allah atas manusia.
Makna khalifah sendiri ditafsirkan dalam beberap makna yang
berbeda oleh sebagian ulama. Namun dari beberapa penafsiran tersebut
semuanya merujuk pada pengertian: pemakmur, pengemban amanah,
penanggung jawab, pengelola. Pengertian ini sebenarnya tidak berbeda
dengan pengertian Khalifah dalam sebuah pemerintahan Islam. Seorang
Khalifah dalam Islam adalah orang yang diberi amanah, tanggungjawab
untuk mengelola SDM dan Sumber Daya Alam di wilayah yang
dipercayakan

kepadanya

agar

lebih

bermanfaat

untuk

rakyat

banyak. Seorang Khalifah dalam Islam harus mempertanggungjawabkan
kinerja nya kepada Seluruh Rakyat dan Kepada Allah. “Khalifah fil Ardli”
lebih

tepat

dimaknai

sebagai

“pengemban

amanah

untuk

mendayagunakan bumi bagi kemakmuran seluruh manusia, yang pada
akhir

masa

tugasnya

(akhir

hidupnya)

akan

diminta

pertanggunjawabannya selama mengemban amanah tersebut (selama
masa tugas/selama masa hidup di dunia)”.

10

2.2.

PEMBAHASAN RUMUSAN

1. SEJARAH KEKHALIFAHAN ISLAM

a. Banni Umayya
Salah satu kelompok penentang Ali adalah kelompok yang
dipimpin oleh Gubernur Syam waktu itu Muawiyah bin Abu Sufyan, yang
juga sepupu Utsman. Setelah kematian Ali, Muawiyah mengambil alih
kekuasaan kekhalifahan. Dia kemudian dikenal dengan nama Mu’awiyya,
pendiri Bani Umayyah. Dibawah kekuasaan Mu’awiyya, kekhalifahan
dijadikan jabatan turun-menurun.
Di daerah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Persia dan
Byzantium, bani Umayyah menurunkan pajak, memberikan otonomi
daerah dan kebebasan beragama yang lebih besar bagi umat Yahudi
dan Kristen, dan berhasil menciptakan kedamaian di daerah tersebut
setelah

dilanda

perang

selama

bertahun-tahun.

Dibawah kekuasaan Bani Umayyah, kekhalifahan Islam berkembang
dengan pesat. Di arah barat, umat Muslim menguasai daerah di Afrika
Utara sampai ke Spanyol. Di arah timur, kekhalifahan menguasai daerah
Iran, bahkan sampai ke India. Hal ini membuat Kekhalifahan Islam
menjadi salah satu di antara sedikit kekaisaran besar dalam sejarah.
Meskipun begitu, Bani Umayyah tidak sepenuhnya didukung oleh
seluruh umat Islam. Beberapa Muslim lebih mendukung tokoh muslim
lainnya seperti Ibnu Zubair; sisanya merasa bahwa hanya mereka yang
berasal dari klan Nabi Muhammad, Bani Hasyim, atau dari keturunan Ali

11

(yang masih sekeluarga dengan Nabi Muhammad), yang boleh
memimpin. Akibatnya, timbul beberapa pemberontakan selama masa
kepemimpinan bani umayyah. Pada akhir kekuasaannya, pendukung Bani
Hasyim dan pendukung Ali bersatu untuk meruntuhkan kekuasaan
Umayyah pada tahun 750. Bagaimanapun, para pendukung Ali lagi-lagi
harus menelan kekecewaan ketika ternyata pemimpin kekhalifahan
selanjutnya adalah Bani Abbasiyah, yang merupakan keturunan dari
Abbas bin Abdul-Muththalib, paman Nabi Muhammad, bukan keturunan
Ali. Menanggapi kekecewaan ini, komunitas muslim akhirnya terpecah
menjadi komunitas Syiah dan Sunni.

b. Bani Abbasyiah
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan
selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam
dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur
Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika
orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh
orang Mamelukdi

Mesir

pada

pertengahan

abad

ke-13),

mulai

mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang
menyatukan dunia Islam.
Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa
dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain,
seorang muslim Syi'ah dari Bani Fatimiyah yang mengaku bahwa anak
perempuannya adalah keturunan Nabi Muhammad, mengklaim dirinya

12

sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di
daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair,
Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah
kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani
Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah
mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan
Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171.
Sedangkan Bani Ummayah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas
Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengkalim kembali gelar Khalifah
pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

c. Kekaisaran Usmaniyah
Bersamaan dengan bertambah kuatnya Kesultanan Usmaniyah, para
pemimpinnya mulai mengklaim diri mereka sebagai Khalifah. Klaim
mereka

ini

kemudian

bertambah

kuat

ketika

mereka

berhasil

mengalahkan Kesultanan Mamluk pada tahun 1517 dan menguasai
sebagian besar tanah Arab. Khalifah Abbasyiah terakhir di Kairo, AlMutawakkil III, dipenjara dan dikirim ke Istambul. Kemudian, dia dipaksa
menyerahkan kekuasaannya ke Selim I.
Walaupun begitu, banyak Kekaisaran Usmaniyah yang memilih untuk
menyebut diri mereka sebagai Sultan, daripada sebagai Khalifah. Hanya
Mehmed II dan cucunya, Selim, yang menggunakan gelar khalifah sebagai
pengakuan bahwa mereka adalah pemimpin negara Islam.

d. Keruntuhan masa Kekhilafahan

13

Tepatnya pada tanggal 23 Maret 1924, keruntuhan kekhalifahanan
terakhir, Kekhalifahan Turki Usmaniyah, terjadi akibat adanya perseteruan
di antara kaum nasionalis dan agamais dalam masalah kemunduran
ekonomi Turki. Setelah menguasai Istambul pasca-Perang Dunia I, Inggris
menciptakan sebuah kevakuman politik dengan menawan banyak pejabat
negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan
khalifah dan pemerintahannya tersendat.
Kekacauan terjadi di dalam negeri, sementara opini umum mulai
menyudutkan pemerintahan khalifah yang semakin lemah dan memihak
kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk
membentuk Dewan Perwakilan Nasional - dan ia menobatkan diri sebagai
ketuanya - sehingga ada dua pemerintahan saat itu, pemerintahan khilafah
di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara.
Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha belum berani
membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan
konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan.
Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional,
konsep ini ditolak. Pengusulnya pun mencari alasan membubarkan Dewan
Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus
pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan
Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai
ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan
kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang
dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29

14

November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki.
Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah saat itu, yang telah lemah
dan digerogoti korupsi, terintangi, Ia dianggap murtad, dan beberapa
kelompok pendukung Sultan Abdul Mejid II terus berusaha mendukung
pemerintahannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal
Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan
pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah
pengkhianat bangsa dan ia kemudian melakukan beberapa langkah
kontroversial untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Misalnya,
Khalifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan
sidang Dewan Perwakilan Nasional (yang kemudian disebut dengan
"Kepresidenan Urusan Agama" atau sering disebut dengan "Diyaniah").
Pada tanggal 3 Maret 1924, ia memecat khalifah sekaligus membubarkan
sistem kekhalifahan dan menghapuskan hukum Islam dari negara. Hal
inilah yang kemudian dianggap sebagai keruntuhan kekhalifahan Islam.
Saat ini, Diyaniah berfungsi sebagai entitas dari lembaga Shaikh al-Islam/
Kekhalifahan. Mereka bertugas untuk: "memberikan pelayanan religius
kepada orang Turki dan Muslim di dalam dan di luar negara Turki".
Diyainah

memiliki

kantor

pusat

di

Ankara,

Turki.

Diyaniah adalah sebuah lembaga yang mewarisi semua sumber-sumber
yang berhubungan dengan hal-hal religius dari Kekaisaran Ottoman,
termasuk semua arsip kekhalifahan yang telah runtuh tersebut. Saat ini,
Diyainah merupakan otoritas tertinggi Muslim Sunni.

15

Diyainah

juga

memiliki

kantor

cabang

di

Eropa

(Jerman).

Perbedaan utama antara kekhalifahan dengan Diyainah adalah Dinaiyah,
tidak seperti kekhalifahan yang mengurusi masalah negara, hanya
berfungsi sebagai lembaga keagamaan.Hal ini sesuai dengan prinsip
sekularisme Turki yang memisahkan urusan Agama dengan urusan negara.
Sempat muncul keinginan dan gerakan untuk mengendirikan kembali
kekhalifahan setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman, tetapi tak ada
satupun yang berhasil. Hussein bin Ali, seorang gubernur Hejaz pada masa
Kekaisaran Ottoman yang pernah membantu Britania raya pada masa
Perang Dunia I serta melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan
Istambul, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dua hari setelah
keruntuhan Ottoman. Tetapi klaimnya tersebut ditolak, dan tak lama
kemudian ia di usir dari tanah Arab. Sultan Ottoman terakhir Mehmed VI
juga melakukan hal yang sama untuk mengangkat kembali dirinya sebagai
Khalifah di Hejaz, tetapi lagi-lagi usaha tersebut gagal. Sebuah pertemuan
diadakan di Kairo pada tahun 1926 untuk mendiskusikan pendirian
kembali kekhalifahan. Tetapi, hanya sedikit negara Muslim yang
berpartisipasi dan mengimplentasikan hasil dari pertemuan tersebut.

2. KEMUNDURAN DAN KEBANGKITAN ISLAM
Seperti banyak diketahui, bahwa Islam merupakan jembatan emas
bagi kemajuan Barat saat ini. Islam memberi sumbangan ilmu
pengetahuan yang tak ternilai bagi Barat. Namun pada gilirannya kaum
Nasrani dapat merebut pengetahuan yang berharga tersebut. Pada masa
akhir kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) tepatnya pada tahun 609

16

H/1212 M, Kaum Nasrani melakukan agresi besar-besaran ke Andalusia.
Dengan dalih perang suci di Eropa mereka menyerang Islam dipimpin
oleh Alfonso VII , Raja Castile beserta sekutu-sekutunya. Serangan
tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama 600000 tentara
di Las Navas de Toloso (Al ‘Uqub) sekitar 70 mil di sebelah timur
Cordova.
Dalam peperangan tersebut tentara Muwahidun mengalami kekalahan
besar

bahkan

Andalusia(1235

menyebabkan
Masehi).

berakhirya

Berakhirnya

kekuasaan

Islam

Islam

puncaknya

di

ketika

peperangan antara pasukan Musa, Pasukan Abdullah melawan pasukan
Ferdinand, Ferdinand mengirim pasukannya untuk menghancurkan
pasukan Islam, tetapi Abdullah beserta pasukannya terjun ke medan
peperangan dengan gagah berani,pada saat itu islam yang mengalami
kemenangan dibantu oleh penduduk Granada, sehingga beberapa beneteng
dapat direbut kembali
Pada tahun 896 H/1491 Masehi

Ferdinand bersama Isabella

melibatkan diri bersama 50.000 personil dengan mendengungkan perang
suci. Namun pasukan Musa mendengungkan bahwa akan terus
mempertahankan tanah ini walau hanya tinggal jasad saja , hal itu
membuat semangat tempur pasukan islam, dan mengalahkan pasukan
Ferdinand. Namun dengan kelicikannya, Ferdinand mengepung dan
memblokade pasukan islam agar kelaparan. Apalagi di musim dingin
(salju), sehingga keadaan kaum muslimin menjadi kritis. Abdullah
menyerang atas desakan penduduk Granada yang kelaparan dan
kedinginan. Sedangkan panglima Musa terus menyerang dan melawan

17

pasukan ferdinand, sehingga mati terbunuh dalam medan peperangan.
Abdullah bersama keluarganya pindah ke Maroko dan tinggal di kota Faz.
Granada pada tanggal 2 Januari 1492 M dapat dikuasai kaum Nasrani
dengan masuknya pasukan Castile . Dengan masuknya pasukan Castile,
dengan demikian Salib telah menyingkirkan bulan Sabit. Dengan
demikian mengalami kejatuhan yang mendalam.
Namun benih pembaharuan dalam dunia Islam sesungguhnya telah
muncul di sekitar abad XIII Masehi, suatu masa yang pada waktu itu
dunia Islam tengah mengalami kemunduran dalam berbagai bidang
dengan sangat drastisnya. Ditengah-tengah kemelut yang melanda
Baghdad disebabkan karena invasi yang dilakukan oleh tentara Mongol di
bawah komando Hulagu Khan.
Secara umum, ada tiga periode dalam periodisasi yang diakui
sejarawan, yakni masa klasik (650-1250 M). Masa ini merupakan masa
awal pertumbuhan serta perkembangan Islam dalam seluruh aspek
kehidupan. Sebagai pemimpin agam, saat itu Rasulullah masih dalam
masa dakwah dan penyebarluasan agama Islam, Islam pertengahan (12501800 M) setelah beberapa abad umat Islam menguasai dunia, di awal abad
ke-13 kekuasaan Islam mulai terguncang. Banyak kerajaan-kerajaan kecil
yang mulai berani melakukan serangan-serangan karena merasa tidak lagi
diperhatikan dan ingin bebas dari kekuasaan kekhalifahan pada saat itu.
Dan puncak dari keruntuhan kekhalifahan Islam pada masa itu adalah
kehancuran Bagdad sebagai pusat pemerintahan oleh seragan Hulaghu
Khan ia adalah cucu Gengis Khan, serta pada zaman modern (1800
Masehi -sekarang). Periode ini merupakan zaman kebangkitan umat

18

Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan
kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di daerah barat telah
timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi
umat Islam di dunia.
3. IPTEK DAN AGAMA
Ilmu bukan sekedar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang di sepakati. di pandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. ilmu pengetahuan adalah produk
dari epistemologi.
Sejarah ilmu yang tertua adalah pada tahun 4000 SM - 400 M,
pada kurun waktu itu perkembangan ilmu di bagi 3, yaitu:
1. 4000-600 SM, ilmu berkembang pada masa Mesir dan Babilon. ilmu yang
berkembang antara lain; ilmu pengetahuan arsitektur, ilmu gaya, ilmu hitung,
dan ilmu ukur.
2. 600-30 SM, ilmu berkembang pada masa Yunani kuno. ilmu yang
berkembang antara lain; ilmu kedokteran, ilmu geometri, ilmu bintang, ilmu
cuaca, ilmu pelayaran, ilmu ukur, ilmu pasti dan ilmu tentang atom.
3. 30 SM-400 M, ilmu berkembang pada masa Romawi. ilmu yang berkembang
antara lain; ilmu ketatalaksanaan serta mengatur hukum dan pemerintahan.
Diperoleh beberapa informasi tentang nama-nama ilmuwan Islam
yang mengharumkan namanya. Diantaranya adalah Al-Khawārizmī
(Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang
matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya.
Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari judul

19

karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang
aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada
dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-Khawārizmī dan para penerusnya
menghasilkan

metode-metode

untuk

menjalankan

operasi-operasi

matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan,
misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara ahli
matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
adalah al-Nayrīzī atau Anaritius (922 M) dan Ibn al-Haytham atau
Alhazen (1039 M). Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan
Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke
obyeknya,

dan

mempertahankan

pandangan

kebalikannya

bahwa

cahayalah yang memancar dari obyek ke mata.
Di bidang astronomi, al-Battānī (Albategnius) menghasilkan tabletabel astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M.
Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk
tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-Battānī, ada
Jābir ibn Aflaḥ (Geber) dan al-Biṭrūjī (Alpetragius). Jābir ibn Aflaḥ
dikenal karena karyanya di bidang trigonometri sperik. Di bidang
astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majrīṭī (1007 M), Ibn
al-Samḥ, dan Ibn al-Ṣaffār. Ibn Abī al-Rijāl (Abenragel) di bidang
astrologi.
Dalam bidang kedokteran ada Abū Bakar Muḥammad ibn
Zakariyyā al-Rāzī atau Rhazes (250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M)
, Ibn Sīnā atau Avicenna (1037 M), Ibn Rushd atau Averroes (1126-1198
M), Abū al-Qāsim al-Zahrāwī (Abulcasis), dan Ibn Ẓuhr atau Avenzoar

20

(1161 M). Al-Ḥāwī karya al-Rāzī merupakan sebuah ensiklopedi
mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk
setiap penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan dari para
pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian
menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan
pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya Ibnu Sīnā sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan terus
mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai
akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Abū al-Qāsim al-Zahrāwī
tentang pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan
yang berharga dalam bidang kedokteran.
Dalam bidang kimia ada Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī
(362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya Jābir ibn Ḥayyān memaparkan
metode-metode

pengolahan

berbagai

zat

kimia

maupun metode

pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejanabejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal
dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat
khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi. Tetapi dari
tahun ke tahun para ilmuwan muslim yang muncul semakin sedikit, salah
satunya dari Negara Indonesia adalah Prof. Dr. B. J. Habibie dalam
bidang kedirgantaraan.

4. BUKTI IPTEK DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur'an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610

21

hingga 632 M atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat
manusia khususnya orang-orang Mekah dan Madinah masih dalam
kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya
melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah
Nabi Muhammad SAW.

Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran
wahyu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW tanpa bisa dibantah.
a. Peredaran Benda-benda Angkasa dalam Garis Edarnya.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan, di dalam Al Qur'an
ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar
tertentu. “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya.”
Menurut penelitian ilmuan (Astronom) ditemukan bahwa matahari beredar
tetap pada garis edarnya atau garis orbitnya, begitupun dengan bumi
karena ketika misalkan bumi bergeser masuk (Ke arah Matahari)
0.030 maka bumi ini akan hancur. Dan ketika bumi bergeser ke luar
0.030 maka bumi ini dalam sekejap akan membeku.
Kemudian Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah
diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”

22

b.

Lautan yang tidak bercampur satu sama lain.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan
adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut:
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masingmasing.”
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama
lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan
gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang
saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis,
tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain,
seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.

c.

Menembus Ruang Angkasa dan Kedalaman Perut Bumi.
Al-Qur'an adalah kitab yang sangat-sangat luar biasa, Al-Qur’an begitu
canggih sebagamaimana canggihnya pesawat terbang. Al-Qur’an memberi
isyarat kepada manusia untuk berimajinasi tinggi untuk melakukan sesuatu
yang awalnya tidak mungkin bahkan sangat mustahil untuk dilakukan,
akan tetapi semua itu menjadi kenyataan. Perhatikan ayat berikut :
“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan.”
Dewasa ini, sudah bukan hal asing lagi ketika kita melihat pesawat terbang
di atas sana. Bahkan 2 orang awak pesawat Apollo 11 telah berhasil

23

mendarat di bulan dan membuat stasiun ruang angkasa. Kemudian jika kita
melirik ke wilayah Indonesia bagian timur tepatnya di Tembagapura Papua
(Irian Jaya), terdapat tambang Emas yang dikelola oleh PT. Freeport.
Perusahan ini menggali perut bumi (Tanah) hingga kedalaman beberapa
kilometer untuk mendapatkan emas.
d.

Madu adalah Obat.
"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan."
Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat
dijadikan obat bagi manusia. Padahal, Al-Qur'an diturunkan pada abad ke7 Masehi, dimana orang-orang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab,
masih buta iptek.

e. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air.
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"
Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala
yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun
yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah
materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup.

24

5. REKONSTRUKSI ILMU BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM
Di era globalisasi sekarang ini, melakukan rekonstruksi peradaban
Islam akan sulit dilakukan. Namun bukan berarti tidak mungkin
dilakukan, bahkan sangat mungkin dilakukan. Hal ini karena nilai-nilai
Islam yang universal tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal yang
lahir dari rahim peradaban Barat. Yang harus dilakukan adalah bagaimana
agar umat Islam secara mayoritas menyadari pentingnya rekonstruksi
peradabannya, sehingga proyek rekonstruksi ini tidak dilakukan hanya
oleh individu-individu tertentu. Ia harus dilakukan secara bersinergi,
simultan dan berkesinambungan oleh seluruh lapisan masyarakat Islam,
bahkan oleh pihak penguasa (pemerintah), sebagaimana yang terjadi pada
jaman kejayaan Islam di Baghdad dahulu di mana pengembangan ilmu
pengetahuan dilakukan bukan secara sporadis dan individual, tapi juga
didukung oleh kalangan penguasa seperti para khalifah.
Dalam hal ini diperlukan upaya-upaya penyadaran kepada umat
Islam secara keseluruhan akan pentingnya menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dan maju. Kepada
umat Islam harus diberikan pemahaman yang komprehensif tentang
perhatian Islam yang begitu dalam akan pandangan keduniawian,
khususnya iptek ini. Bahwa akhirat itu lebih kekal, dan oleh karenanya
lebih penting untuk diperhatikan, tidak berarti harus menafikan dunia.
Pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan Islam perlu
disosialisasikan lebih intens kepada umat Islam sehingga umat Islam tidak

25

hanya fasih dalam ibadah saja, tapi juga mendalami ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan seharihari.
Dalam melakukan upaya rekonstruksi peradaban Islam, ada enam
hal penting yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan.
Keenam hal ini secara ringkas adalah:
1) Pembangunan peradaban dengan melihat pertumbuhan ekonomi
masyarakat.
2) Pembangunan yang mencakup partisipasi masyarakat dalam
pembangunan ekonomi.
3) Pembangunan ini tidak semata-mata peniruan terhadap struktur dan
kebijaksanaan negera-negara maju.
4) Proses industrialisasi tidak boleh hanya mencangkok aktivitasaktivitas industrial tertentu dari negara-negara maju. Ia harus
disertai dengan penguasaan teknologi.
5) Tidak semata-mata alih teknologi, tetapi juga dengan membangun
infrasktruktur sains dan teknologi yang berupa sumber daya
manusia (SDM), ilmu pengetahuan, keahlian dan kemampuan
inovatif dan produktif untuk menyerap dan mengadaptasi teknologi
impor.
6) Memiliki kemampuan dasar untuk riset dan tidak puas hanya
dengan literatur sains negara-negara maju.
Oleh karena itu Ilmu pengetahuan Islam perlu direkonstruksi
kembali dengan paradigma baru yaitu bahwa ilmu pengetahuan Islam
menggambarkan terintegrasinya seluruh sistem ilmu pengetahuan dalam

26

satu kerangka. Ilmu pengetahuan Islam menggunakan pendekatan wahyu,
pendekatan filsafat, dan pendekatan empirik, baik dalam pembahasan
substansi ilmu, maupun pembahasan tentang fungsi dan tujuan ilmu
pengetahuan. Dengan rekonstruksi ilmu pengetahuan Islam tidak terkait
lagi adanya dikotomi antara ilmu pengetahuan Islam (syari’ah) dengan
ilmu pengetahuan umum, keduanya saling berhubungan secara fungsional.

27

BAB 3 PENUTUP

3.1.

KESIMPULAN
Menurut pengertian barat, ilmu adalah murni ciptaan manusia, tanpa

adanya campur tangan Allah. Sedangkan menurut al-Qur’an, ilmu adalah
rangkaian keterangan teratur dari Allah. arat menganggap bahwa teknologi
merupakan objek yang terlahir atas kebudayaan perilaku manusia. Menurut alQur’an, teknologi tercipta karena adanya kesadaran untuk menciptakannya,
bukan sebagai ambisi tiap individu. rahasia kemajuan peradaban Islam adalah
karena Islam tidak mengenal pemisahan yangkaku antara ilmu pengetahuan,
etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan
nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang
sama dengan riset-riset ilmiah. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyaidampak positif dan negatif. Dari sisi positifnya, kemajuan iptek
membuat orang tidak lagi hanya berwawasan lokal.
Dalam usaha memecahkan persoalan, ia akan melihat ke seluruh dunia
guna menemukan solusi. Dampak negatifnya adalah adanya globalisasi cara
berpikir, yang dapat membuat orang tidak lagi mengacu pada nilai-nilai
tradisional bangsanya. Kemudahan memperoleh informasi akan membuat ia
dapat mempelajari nilai-nilai yang ada pada masyarakat dan bangsa lain,
baik yang menyangkut nilai sosial, ekonomi, budaya, maupun politik.
Dalam perspektif Islam, antara iman, ilmu, amal, dan iptek tidak
bisa dipisahkan. Di sana terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut Dinul Islam. Tauhid sebagai

28

kunci pokok Islam, tidak mengakui adanya pemisahan antara iman dan sains.
Segala sesuatu yang ada di alam merupakan bukti kehadiran Allah.
Pengetahuan tentang alam adalah suatu bentuk amal shaleh yang dapat
mendekatkan diri manusia kepada Allah.

3.2.

SARAN
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan tak akan bernilai

ibadah dan tak akan menghasilkan manfaat bagi manusia dan lingkungan.
Sebaliknya, pengembangan IPTEK yang didasari etika Islam akan memberika
orientasi dan arah yang jelas, serta mampu mengoptimalkan manfaat IPTEK
dan meminimalisir dampak negatif IPTEK bagi manusia dan alam. Orang
yang

melandaskan

ilmunya

dengan

keimanan,

pengembangan

dan

pemanfaatan IPTEK tidaklah ditujukan sebagai tuntutan hidup semata, tetapi
juga merupakan refleksi dari ibadah kepada Allah. Ia menjadi sarana
peningkatan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah. Oleh karena itu, kita
harus sebisa mungkin menyeimbangkan antara IPTEK dan agama.

29

DAFTAR PUSTAKA
Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills,
Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual: Merumuskan Paremeter-parameter
Sains Islam, (Risalah Gusti:Surabaya, 1998),cet. pertama.
http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2013/02/rekonstruksi-peradabanislam-dalam.html
http://ipmbantaeng.blogspot.com/2014/04/al-quran-adalah-sumberiptek.html
http://www.academia.edu/10382579/Dalil_AlQuran_Mengenai_IPTEK
https://id-id.facebook.com/notes/kebohongan-kristen-a-millionbullshits-of-christianity/al-quran-induk-dari-iptek/395144493864527
http://www.tafsironline.org/2015/03/
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_30-33.htm
https://thesaltasin.wordpress.com/2011/03/29/ar-rahman-26-50-78ayat-23
https://pujicaremu.wordpress.com/tafsir/tafsir-q-s-al-mulk-1-5/
https://ngajialquran.wordpress.com/2011/05/30/tafsir-surat-yasin-ayat38/
http://kisahasalusul.blogspot.com/2014/07/asal-usul-manusia-menurutagama-islam.html
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1181788920&=sejakdiciptakan-adam-memang-harus-turun-ke-bumi.htm
http://wiseislam.blogspot.com/2011/01/kenapa-manusia-diciptakan-didunia.html
http://prasetiawan03.blogspot.com/2013/03/hubungan-islam-denganiptek.html
http://www.abdan-syakuro.com/2015/03/makalah-perananpembangunan-iptek-dalam.html

30