Asuhan Keperawatan Klien dengan Kejang d

1.1.

Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion merupakan kelainan
neurologis pada anak-anak dengan rentan umur 6 bulan sampai 4 tahun
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium(proses yang mengakibatkan
kenaikan suhu rektal diatas 38 derajat celcius yang membuat adanya
kenaikan suhu pula pada ekstrakranium atau di luar sistem saraf pusat otak
atau di luar rongga tengkorak). Kejang demam adalah kejang yang terjadi
pada anak-anak setelah usia 1 bulan yang disertakan dengan suhu melebihi
38,40C yang tidak disebabkan pula dengan adanya infeksi pada sistem
saraf pusat. Kejang demam akan berulang kembali pada usia 30 x/
menit dengan irama cepat dan dangkal, lidah terlihat menekuk
menutup faring. Pada kebutuhan rasa aman dan nyaman anak
mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermi, sedangkan
keamanan terjadi ancaman karena anak mengalami kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba beresiko terjadinya cidera secara fisik
maupun fisiologis. Untuk pengkajian pola kebutuhan atau fungsi
yang lain kemungkinan belum terjadi gangguan kalau ada mungkin
sebatas ancaman seperti penurunan personal hygiene, aktivitas,

intake nutrisi.
3) Pengkajian Tumbuh Kembang Anak
Secara umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ini di pahami dengan catatan kejang yang di
alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam batasan
yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih dari 4
kali) atau penyakit yang melatarbelakangi timbulnya kejang seperti
tonsilitis, faringitis, segera dapat di atasi. Kalau kondisi tersebut
tidak terjadi anak dapat mudah mengalami keterlambatan
pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena ketidak

cukupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang
kurang dari umur semestinya sebagai akibat penurunan asupan
mineral. Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak kondisi
atas anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan seperti
penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit
sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau di
sekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat dirawat
di rumah sakit anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitar, jarang menyentuh mainan.

Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan perkembangan yang
lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar (meloncat,
berlari).
2.Analisa data
1. Data:
DS : Orang tua px mengatakan An. M badannya panas semakin
tinggi
DO : Akral teraba hangat. TTV; Suhu 39,4oC, Nadi 135x/menit x /
menit
ETIOLOGI :Suhu tubuh naik ->perubahan keseimbangan membran
sel neuron -->difusi K⁺ maupun Na⁺ melalui membran -->lepas
muatan listrik yang meluas ke seluruh sel -->Kejang
MASALAH : Kejang
3. Diagnosa:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi

4. Intervensi
Diagnosis: Resiko Cedera. Diagnosis resiko cedera berhubungan

dengan gerakan tidak terkontrol dan/atau tidak patennya jalan
napas saat kejang.
Hasil yang di harapkan: Klien akan memiliki penurunan resiko
cidera dan menjaga patensi jalan napas saat kejang yang ditunjukan
dengan tidak adanya memar atau benjolan setelah kejang dan
mampu kembali mendapatkan oksigenasi yang cukup setelah
kejang.
Intervensi: Tindakan pencegahan kejang harus diterapkan pada
semua klien dengan riwayat epilepsy dan kejang. Pemeriksaan
suhu tidak dilakukan melalui oral; gunakan rute aksilaris atau
rektal. Pagar tempat tidur harus diberikan bantalan empuk dan
dinaikkan jika klien di atas ranjang. Pencegahan kejang juga
meliputi pemasaqngan IV line untuk pemberian obat-obatan, serta
memelihara oksigen dengan kanul nasal dan letakkan alat isap
(suction), termasuk kateter isap, di samping ranjang klien.
Tindakan pencegahan risiko jatuh juga diperlukan.
Hipertermia berhubungan dengan perjalanan penyakit (penyakit) (00007)
NOC
Tujuan:


NIC
-

Atur oksigen sesuai kebutuhan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

-

Monitor suhu kulit

selama 2x24 jam, suhu tubuh pasien

-

Monitor tanda tanda vital

normal
Kriteria hasil:
-


Turunnya suhu kulit (5)

-

Respiratory rate (5)

-

Pusing (5)

Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber sumber informasi.
NOC
Tujuan:

NIC
-


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam 2x24 jam pasien

Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan keluarga

-

Gambarkan tanda dan gejala

menunjukan pengetahuan tentang

yang bias muncul pada penyakit,

proses penyakit

dengan cara yang tepas

Kriteria hasil:
-


-

Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman

Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat

-

Sediakan informasi pada pasien

tentang penyakit, kondisi,

tentang kondisi dengan cara

prognosis dan program

yang tepat.


pengobatan
-

Pasien dan keluarga mapu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

-

Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

6. Evaluasi
1. Gerakan pasien terkontrol sehingga tidak akan terjadi resiko
cidera.
2. Suhu tubuh pasien kembali normal


3. Keluarga pasien dan pasien memiliki pengetahuan tentang
penyakit tersebut
4. Perkembangan Anak Dengan Masalah Kejang
Perkembangan tumbuh kembang anak
Secara umum kejang demam tidak mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini di pahami dengan
catatan kejang yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau
masih dalam batasan yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun
tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit yang melatarbelakangi
timbulnya kejang seperti tonsilitis, faringitis, segera dapat di atasi.
Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami
keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang
karena ketidak cukupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi
badan yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat penurunan
asupan mineral. Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak
kondisi atas anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan
seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya
penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya
kalau di sekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat
dirawat di rumah sakit anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi

dengan orang yang ada di sekitar, jarang menyentuh mainan.
Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan perkembangan yang
lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar (meloncat,
berlari).

Perkembangan Mental dan Neurologis
Perkembangan mental dan neurologis penderita kejang
demam tetap normal pada kebanyakan penderita yang sebelumnya

normal. Hauser menyatakan tidak ada kelainan neurologis
permanen pada penelitian prospektif, tetapi ada beberapa peneliti
mendapatkan kelainan neurologis pada penelitian retrospektif.
Kelainan neurologis yang terbanyak adalah hemiplegi, dan yang
lain seperti diplegi, koreoatetosis, rigiditas.
Gangguan intelektual dan belajar tidak umum pada kejang
sederhana. Ellenberg dan Nelson melakukan penelitian pada 421
orang penderita kejang demam dibandingkan dengan saudaranya
yang tidak menderita kejang demam, ternyata IQ-nya tidak
berbeda.
Perkembangan mental dan neurologis penderita kejang

demam tetap normal pada kebanyakan penderita yang sebelumnya
normal. Hauser menyatakan tidak ada kelainan neurologis
permanen pada penelitian prospektif, tetapi ada beberapa peneliti
mendapatkan kelainan neurologis pada penelitian retrospektif.
Kelaninan neurologis yang terbanyak adalah hemiplegi, dan yang
lain seperti diplegi, koreoatetosis, rigiditas.
Gangguan intelektual dan belajar tidak umum pada kejang
demam sederhana. Ellenberg dan Nelson melakukan penelitian
pada 421 orang penderita kejang demam dibandingkan dengan
saudaranya yang tidak menderita kejang demam, ternyata IQ-nya
tidak berbeda
Untuk meningkatkan perkembangan motorik serta
pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah
dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu
diperkenalkan dengan olah raga sedini mungkin, misalnya
melempar/menangkap bola, melompat, main tali, naik sepeda dll).
Peran Orang Tua Dalam Merawat Anak Dengan Kejang

Penting bagi orangtua untuk tetap tenang dan menjaga emosi mereka di bawah
kontrol ketika anak mereka sedang mengalami kejang. Jangan panik. Baringkan anak di
lantai dan palingkan wajah anak ke arah samping untuk menjaga supaya mereka tidak
tersedak dan untuk mencegah jalur pernafasan mereka tersumbat. Hindari menaruh
sesuatu ke dalam mulut anak saat mereka sedang kejang untuk menghindari resiko
terjadinya cedera berbahaya.
Bagi orang tua Perawatan yang perlu dilakukan sebelum terjadi kejang demam meliputi:

1. anjurkan anak untuk segera berbaring dan beristirahat;
2. jangan pernah menyelimuti anak dengan selimut tebal;
3. beri minum lebih sering dan lebih banyak;
4.

berikan kompres air biasa atau hangat;

5.

beri obat penurun panas sesuai dosis yang ditentukan.

Perawatan saat terjadi kejang demam meliputi:

1. miringkan posisi anak agar jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir dari
mulut;
2. jalan napas dijaga agar terbuka supaya suplai oksigen tetap terjamin;
3. jangan memberi kompres dengan es atau alkohol karena anak akan
menggigil dan suhu di dalam tubuh justru meningkat;
4.

selimut dan pembungkus badan harus dibuka agar pendinginan badan
berlangsung dengan baik;

5. pemberian obat diazepam melalui anus.
Perawatan setelah kejang demam meliputi;

1. bila suhu badan anak tinggi berikan obat penurun panas;

2. menyediakan diazepam per rektal menjadi pilihan pada anak dengan
resiko tinggi berulangnya kejang demam (Putri dan Hasniah, 2009).
cara mengurangi kecemasan pada orang tua saat anak terjadi kejang :
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Kecemasan
dikurangi dengan cara:

1.

Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik.

2.

Memberitahukan cara penanganan kejang

3.

Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4.

Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif
tetapi harus diingat adanya efek samping obat

Peran orang tua terhadap anak dengan kejang.
Untuk para bunda jangan sekali-kali memasukkan apapun ke anak yang
sedang kejang termasuk kopi. Salah-salah nanti malah tersedak dan masuk ke
saluran pernafasan dan anak justru berhenti bernapas. Tidak ada manfaat apapun
dari kopi guna mencegah atau mengobati kejang demam. Anak bisa kejang saat
demam karena adanya gangguan hantran listrik di otak sehingga menimbulkan
bangkitan kejang dan resikonya meningkat jika ada riwayat kejang pada orang
tuannya atau sudah memiliki kelainan neurologis tertentu.
Pemberian minuman kopi setiap hari juga tidak berpengaruh dalam
rangka pencegahan kejang pada anak yang sudah memiliki riwayat kejang.
Kafein dalam kopi memiliki efek stimulan sehingga memacu kerja jantung. Si
kecil malah bisa gelisah, tremor, dan hiperaktif. Selain itu, kafein bersifat diuretik
(merangsang untuk buang air kecil) sehingga dapat memicu dehidrasi dan
menyebabkan peningkatkan kadar asam lambung sehingga dapat menyebabkan
sakit perut
Peran orang tua harus memahami efek samping yang umum dan
didorong untuk melaporkan pengamatan mereka ke penyedia layanan kesehatan

mereka. orang tua harus memahami bahwa anak perlu studi kajian dan
laboratorium fisik periodik. mungkin efek buruk pada sistem hematopoietik, hati
dan ginjal mungkin tercermin dalam gejala seperti demam, sakit tenggorokan,
memperbesar kelenjar getah bening, sakit kuning, dan pendarahan. faktor umum
dalam status epileptikus adalah tingkat darah yang tidak cukup obat antiepilepsi.
orangtua perlu menyadari kemungkinan perubahan perilaku assosiate dengan
beberapa obat antiepilepsi. perubahan kepribadian, ketidakpedulian terhadap
kegiatan sekolah dan keluarga, hiperaktif atau peristiwa perilaku psikotik kadangkadang dapat diamati. jika demikian, orang tua harus menghubungi dokter
mereka. efek potensial dari obat antiepilepsi pada belajar dan perilaku juga harus
dipertimbangkan.
Peran orang tua dalam menangani anak dengan kejang demam
yaitu salah satunya memposisikan miring dan tengadahkan kepala agar
jalan nafas tetap terjaga (Meadow 2005) orang tua yang memiliki anak
dengan kejang demam sebelumnya akan lebih tau dan mengerti
bagaimana cara yang tepat untuk memberikan pertolongan pertama dalam
mengatasi dan mencegah terjadinya kejang berulang sebelum anak
dibawa kerumah sakit (Yusuf,2005). Berzonsky dalam yusuf (2005),
menyatakan bahwa kemampuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman,
membaca, literatur, hubungan interpersonal, sikap serta keinginan atau
motivasi untuk mengakses informasi. pengetahuan merupakan hal yang
penting untuk menentukan
Kemampuan orang tua dalam pemberian pertolongan pertama
pada anak dengan kejang demam dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
umur, pendidikan dan pekerjaan. Dilihat dari umum terkait dengan masa
produktif dan semakin dewasa seseorang pengalaman hidup juga semakin
bertambah serta dimungkinkan kemampuan analisis dari seseorang akan
bertambah sehingga pengetahuan juga semakin bertambah (Elizabet
dalam Mubarak, 2006).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam melakukan tindakan seperti minat, pengalaman,
kebudayaan, informasi dari media massa seperti TV, radio dan

penyuluhan dari petugas kesehatan tentang penatalaksanaan kejang
demam pada anak.(Notoatmojo, 2003)

Daftar Pustaka
http://health.kompas.com/read/2012/03/06/14404139/
Kejang.Demam.Anak.Jangan.Diremehkan.Jangan.Berlebihan
diakses pada 8 Maret 2016 pukul 21.20 WIB
http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/11/01-gdlmuhammadyu-550-1-skripsi-f.pdf
http://www.scribd.com/doc/15689407, 29Desember2011
Dewanto, Gerge, dkk. 2007. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC
Harjaningrum, Agnes Tri. Smart Patient : Mengupas Rahasia
Menjadi Pasien Cerdas. Jakarta : Mizan Digital Publishing
Judha, Mohammad, 2011, Sistem Persyarafan (Dalam Asuhan
Keperawatan), Gosyen Publishing, Yogyakarta
Ketut Labir, N.L.K Sulisnadewi,Silvana Mamuaya. pertolongan
Pertama Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Anak.2014.
diakses online : http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JURNAL
%20GEMA%20KEPERAWATAN/DESEMBER%2020014/
ARTIKEL%20Ketut%20Labir%20dkk,.pdf
Lumbantobing SM. 1989. Penatalaksanaan mutakhir kejang pada
anak. Jakarta : FKUI

Matondang, Corry S. 2000. Diagnosis Fisis Pada Anak Edisi 2. PT.
Sagung Seto : Jakarta
Marilyn E.Doengos.1999.Rencana Asuhan
Keperawatan.PenerjemahKariasa I Made.EGC.Jakarta
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Ed 2, EGC, Jakarta.
Putri, Triloka dan Baidul Hasniah, 2009, Menjadi Dokter Pribadi
bagi Anak Kita,Katahati, Jogjakarta.
Rendle John,1994,Ikhtisarpenyakitanak,Edisi
6,BinapuraAksara,Jakarta.
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2013, Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan
Keluarga:Aplikasi DalamPraktik.Jakarta:EGC
Wong. (2009), Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC.
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile
Convulsion. HK J Paediatr 2002; 7:143-151