Proposal Skripsi Kopi Bubuk Tiga Ayam

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsector perkebunan
di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar
negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan
yang dijual ke pasar dunia. Menurut International Coffee Organization (ICO)
konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di
Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara
pengonsumsi kopi utama dunia seperti UniEropa, Amerika Serikat dan Jepang. Biji
kopi Indonesia juga dipasok ke gerai-gerai penjual kopi (coffee shop) seperti
Starbucks dan Quick Check yang berlokasi di Indonesia maupun yang berada di luar
negeri.
Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, kopi memegang peranan
penting dalam menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa di luar
minyak dan gas maupun sebagai mata pencaharian rakyat. Saat ini Indonesia
tergolong negara produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam dan
Colombia. Produksi kopi Indonesia berpeluang meningkat beberapa tahun mendatang

seiring dengan peningkatan produksi kopi dan perluasan lahan penanaman kopi yang
dilakukan oleh petani.

2

Tabel. 1 Volume Ekspor Kopi Dunia

Negara
Brazil
Vietnam
Colombia
Indonesia
Ethiopia
India

2009
39
470
17
825

8 098
11
380
6 931
4 806

Volume
2010
48
095
20
000

Ekspor
2011
43
484
26
500


8 523

7 652

9 129
7 500
4 728

7 288
6 798
4 921

per 1000 bags
2012
2013
50
49
826
152
25

27
000
500
12
9 927
124
13
11
048
667
6 233
6 527
4 977
5 075

2014
45
342
27
500

12
500
9 000
6 625
5 746

Sumber : International Coffee Organization, 2014
Provinsi Sumatra Selatan termasuk Jambi dan Lampung merupakan provinsi
sentra produksi kopi besar yang berkontribusi masing-masing sebesar 22,32 % dan
21,65% terhadap total produksi kopi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan semakin
kuatnya dukungan pemerintah terhadap perkebunan kopi rakyat dan semakin luasnya
pangssa pasar kopi.

Oleh karena itu diperlukan suatu kajian terhadap kelayakan usaha
pengembangan

PD.

Kopi


Bubuk

Tiga

Ayam

untuk

mengetahui

apakah

pengembangan bisnis ini layak untuk dijalankan atau tidak dan keputusan terbaik apa
yang seharusnya diambil oleh perusahaan merealisasikan rencana tersebut atau tidak.

3

1.2. Perumusan Masalah
PD. Kopi Bubuk Tiga Ayam ingin mengembangkan usahanya dengan rencana
membeli beberapa aset untuk kelancaran usaha di masa yang akan datang. Namun

perusahaan belum mengetahui apakah dengan direalisasikannya rencana tersebut
kondisi perusahaan semakin baik atau bahkan sebaliknya. Banyak faktor yang
menjadi pertimbangan bagi perusahaan seperti harga kopi yang berfluktuatif, kopi
yang bersifat musiman, persaingan, permintaan kopi dan faktor lainnya yang cukup
berpengaruh terhadap perusahaan. Sehingga perusahaan harus mengkaji kembali
kondisi perusahaan saat ini dan mengetahui proyeksi usaha ke depan dalam
mengambil keputusan yang paling tepat. Berdasarkan uraian tersebut dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan, apakah mampu mendukung
2. Perencanaan srategi yang akan dilakukan?
3. Apakah proyek pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan dilihat dari
aspek-aspek kelayakan usaha?
4. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan perusahaan terhadap
perubahan harga, penurunan kapasitas penjualan dan biaya produksi?
5. Apakah kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik apabila rencana
pengembangan usaha direalisasikan?
6. Keputusan seperti apa yang tepat bagi PD. Kopi Bubuk Tiga Ayam, apakah
menjalankan proyek pengembangan atau tidak?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini betujuan untuk:

1. Menganalisis apakah kinerja keuangan perusahaan mampu mendukung
perencanaan srategi yang akan dilakukan.
2. Untuk mengetahui apakah proyek pengembangan usaha layak untuk
dilaksanakan dilihat dari aspek-aspek kelayakan usaha.

4

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan perusahaan terhadap
perubahan harga, penurunan kapasitas penjualan dan biaya produksi.
4. Untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik
apabila rencana pengembangan usaha direalisasikan.
5. Mengetahui keputusan seperti apa yang tepat bagi PD. Kopi Bubuk Tiga
Ayam, apakah menjalankan proyek pengembangan atau tidak.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pengembangan usaha. Membantu
perusahaan mengkaji apakah dengan mengakuisisi aset serta penambahan sarana dan
prasarana efektif dalam keberlangsungan bisnisnya. Selain itu, penelitian ini

diharapkan mampu memberi masukan bagi perusahaan dalam meningkatkan
keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaingnya.
2. Bagi Pengembangan Ilmu
Sebagai referensi dan tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya
sehingga dapat memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PD. Kopi Bubuk Tiga Ayam, Jambi. Fokus
penelitian ini secara keseluruhan adalah menganalisis kelayakan pengembangan PD.
Kopi Bubuk Tiga Ayam untuk melihat apakah rencana pengembangan ini layak atau
tidak untuk direalisasikan. Secara garis besar hal-hal yang dianalisis yaitu kinerja
keuangan perusahaan saat ini, kelayakan proyek yang direncanakan oleh perusahaan
serta analisis proforma dan proyeksi kinerja keuangan dengan adanya proyek.

5

Analisis kinerja keuangan perusahaan dikaji sebagai pertimbangan apakah kondisi
keuangan perusahaan mendukung perencanaan yang akan dilakukan di masa yang
akan datang. Sementara proyeksi kinerja keuangan dikaji untuk melihat apabila
proyek ini dijalankan, apakah menjadi lebih baik atau justru sebaliknya.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kopi Arabika (Coffea arabica)
Tumbuhan kopi (Coffea Sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal
mempunyai sekitar 500 jenis dengan tidak kurang dari 600 species. Genus Coffea
merupakan salah satu genus penting dengan beberapa species yang mempunyai nilai
ekonomi dan dikembangkan secara komersial, terutama: Coffea Arabica (dengan
hibridanya), Coffea Liberica dan Coffea Canephora (diantaranya varietas robusta).
Kopi Arabika merupakan jenis tertua yang dikenal dan dibudidayakan dunia dengan
varietas-varietasnya: Maragocipe, Amarella, Bourbon, Murta, San Raon, Mocca dan
Nacional. Di Indonesia Beberapa varietas kopi yang termasuk kopi arabika dan
banyak diusahakan antara lain Abesinia, Pasumah, Marago type dan Congensis.
Masing-masing varietas tersebut mempunyai sifat yang agak berbeda dengan yang
lainnya (Siswoputranto, 1993).
Kopi Arabika menghendaki iklim subtropik dengan bulan-bulan kering untuk
pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi Arabika cocok dikembangkan di daerahdaerah dengan ketinggian antara 800-1500m di atas permukaan laut dan dengan suhu
rata-rata 15-24ºC. Pada suhu 25ºC kegiatan fotosintesis tumbuhannya akan menurun
dan akan berpengaruh langsung pada hasil kebun.

Mengingat belum banyak jenis kopi Arabika yang tahan akan penyakit karat
daun, dianjurkan penanaman kopi Arabika tidak di daerah-daerah di bawah
ketinggian 800 m dpl.
Menurut Siswoputranto (1993) Tanaman kopi Arabika membutuhkan
kelembapan udara yang cukup, berkaitan dengan masalah hilangnya air pada saat
proses penguapan terutama selama musim panas. Selain itu, tanaman kopi Arabika
menghendaki tanah subur dengan drainase yang baik, curah hujan minimum 1300

7

mm/th dan toleran terhadap curah hujan yang tinggi. Masa bulan kering pendek dan
maksimum 4 bulan. Jenis keasaman tanah yang dibutuhkan dengan pH 5,2-6,2
dengan kesuburan tanah yang baik. Kapasitas panambatan air juga tinggi, pengatusan
tanah baik dan kedalaman tanah yang cukup. Untuk budidaya kopi dianjurkan
memilih kawasan yang memenuhi persyaratan tersebut. Biji kopi Arabika berukuran
cukup besar, dengan bobot 18-22 gr tiap 100 biji. Warna biji agak coklat dan biji
yang terolah dengan baik akan mengandung warna agak kebiruan dan kehijauan.
Yang bermutu baik dengan rasa khas kopi arabika yang kuat dan rasa sedikit asam,
kandungan kafein: 1-1,3%. Kopi arabika yang terkenal dari Indonesia: kopi Arabika
asal Toraja dan asal Takengon (Aceh) yang memperoleh citra mutu prima dan dengan
demikian memperoleh harga yang cukup baik di pasaran dunia. Kopi arabika
memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen di banyak negara, sehingga kelezatan
kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan dengan kopi robusta.
2.1.1. Proses Produksi Kopi
Kopi adalah hasil perkebunan. Panenan pertama kira-kira pada umur 3
sampai 4 tahun dan dibutuhkan 2 tahun lagi sebelum produksinya sampai batas
normal. Produksinya mulai menurun pada umur 13 tahun tetapi dengan pengolahan
yang baik penurunan produksi ini tidak terlalu cepat. Pohon mempunyai umur
ekonomis sampai 50 tahun. Meskipun demikian di kebanyakan negara manajemen
persediaan kopi jelek dan pohon harus diganti sesudah 20 sampai 30 tahun (Spillane,
1990).
Kopi diperoleh dari buah tanaman kopi yang diperdagangkan sebagai biji
kopi yang sudah kering serta daging buahnya sudah lepas dari kulit tanduk dan kulit
arinya. Biji kopi sedemikian dikenal sebagai ‘kopi beras’. Kopi Arabika tumbuh
dengan mudah dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi dalam pengolahan dan
pemeliharaannya. Biji kopi yang dikeringkan dan diolah cukup bertahan lama yaitu
sekitar 2 bulan sehingga kopi Arabika mudah disimpan dan ditransportasikan.

8

Walaupun kopi cukup mudah dihasilkan namun kopi juga mudah kena
penyakit dan diganggu oleh serangga. Para peneliti sudah membuat daftar dari 350
organisme yang merusak kopi dan hampir 1000 jenis serangga yang dapat
menyebabkan kesulitan dalam perawatan tanaman kopi (Spillane, 1990). Ada dua hal
yang mengganggu para petani kopi yaitu coffee rust (karat kopi) yang secara teknis
terkenal sebagai Hemileia vastatrix adalah suatu fungus yang merusakkan daun dari
pohon kopi. Yang kedua adalah coffee borer yang secara teknis disebut
Stephanoderes coffea yang lebih dikenal dengan broca (kumbang) yang masuk dalam
biji kopi dan memakan biji tersebut sehingga tidak dapat diolah lagi.
Mutu kopi yang dihasilkan umumnya juga dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
khusus dari masing-masing daerah: ketinggian dan iklim suatu daerah, keadaan tanah,
pemeliharaan tanamannya, pemetikan buah dan pengolahannya. Ini semua dapat
membuat kopi yang dihasilkan daerah-daerah dan negara-negara tertentu memiliki
keistimewaan-keistimewaan tertentu.
2.1.2. Standar Mutu Biji Kopi
Ketentuan mengenai mutu biji pada saat ini umumnya didasarkan pada
penilaian mengenai kandungan cacat-cacat biji kopi pada partai biji kopi yang
diambil melalui contoh atau sampel yang mewakili suatu partai biji kopi. Penetapan
type atau jenis mutu didasarkan atas ketetapan nilai cacat (defect). Dua sistem dikenal
dan diberlakukan oleh pasar-pasar kopi, yaitu: jenis mutu New York dan jenis mutu
Brazil. Keduanya didasarkan atas nilai cacat dan jumlah nilai cacat yang
dipergunakan untuk menentukan jenis mutu, yang menggambarkan jumlah
perbandingan

kandungan

biji

cacat

terhadap

biji-biji

sehat

tanpa

cacat

(Siswoputranto, 1993). Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu bahan kopi tanduk
basah adalah: faktor iklim dan cuaca, faktor usia produktif tanaman, faktor hama dan
penyakit tanaman kopi serta faktor peremajaan dan penanganan lepas panen. Faktorfaktor tersebut harus diperhatikan guna mendapatkan biji kopi yang berkualitas. Mutu

9

kopi yang baik sangatlah penting agar sesuai dengan standard yang diharapkan di
pasar kopi dalam negeri maupun pasar Internasional. Selain itu, mutu sangat penting
guna menjamin hasil kopi dapat terjual dengan harga yang baik. Standar mutu
diperlukan sebagai tolak ukur dalam pengawasan mutu dan merupakan perangkat
pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam memberikan umpan
balik ke bagian pabrik dan bagian kebun. Standar ini harus dipenuhi agar kopi yang
telah diolah oleh pabrik dapat diterima oleh konsumen dan sebagai tolak ukur apakah
sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan atau belum. Standar nasional
Indonesia biji kopi menurut SNI No 01-2907-1999 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Spesifkasi Persyaratan Mutu Biji Kopi
No

Jenis Uji

Satuan

Persyaratan

1

Kadar air (b/b)

%

Masksimum 12

2

Kadar kotoran berupa ranting, batu, tanah dan

%

Maksimum 0.5

benda-benda asing lainnya
3

Serangga hidup

-

bebas

4

Biji berbau busuk dan berbau kapang

-

bebas

5

Biji ukuran besar, tidak lolos ayakan lubang

%

Maksimum lulus

bulat ukuran diameter 7.5 mm (b/b)
6

Biji ukuran sedang lolos ayakan lubang bulat

2.5
%

ukuran diameter 7.5 mm, tidak lolos ayakan

Maksimum lulus
2.5

lubang bulat ukuran diameter 6.5 mm (b/b)
7

Biji ukuran kecil, lolos ayakan lubang bulat
ukuran diameter 6.5 mm, tidak lolos ayakan
lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm (b/b)

Sumber: Star Farm, 2014

Jenis Mutu Biji:
Mutu 1 jumlah nilai cacat maksimum 11

%

Maksimum lulus
2.5

10

Mutu 2 jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3 jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4A jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4B jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5 jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6 jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
Jenis mutu biji kopi ini menjadi tolak ukur dalam penentuan harga kopi, semakin
sedikit jumlah biji kopi yang cacat maka harganya pun semakin tinggi dan sebaliknya
semakin banyak cacat kopi maka harganya semakin rendah. Mutu kopi yang masuk
ke kelas mutu satu dan mutu dua cenderung diekspor ke luar negeri.
.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu
tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang
menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode
tertentu. Laporan keuangan perusahaan menggambarkan hasil dari suatu proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan
sebagai alat pengukur kinerja perusahaan Fess (2006).
2.2.1. Neraca
Neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu
tertentu, ekutitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban dan modal yang
disediakan pemilik (Keown et al. 2004). Dalam format yang paling sederhana, neraca
mempunyai rumusan sebagai: Total aktiva atau aset yaitu utang yang belum dilunasi
ditambah ekuitas pemegang saham. Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang
dimiliki oleh perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham,

11

menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai. Fess (2006) mengemukakan
bahwa bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat
lambatnya aktiva tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi.
Pada bagian kewajiban, utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban. Jika terdapat
satu atau lebih jenis kewajiban, maka setiap kewajiban harus disajikan.
2.2.2. Laporan Laba/Rugi
Menurut Brigham & Houston (2001) laporan laba/rugi yang mengikhtisarkan
pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya
setiap kuartal atau satu tahun. Bila neraca dianggap sebagai potret dari posisi
keuangan perusahaan pada waktu tertentu, maka laporan laba/rugi melaporkan
operasi perusahaan selama suatu periode waktu.
Laporan laba/rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu
tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept). Konsep
ini diterapkan dengan membandingkan atau mengaitkan beban dengan pendapatan
yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.
Laporan laba/rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap bebanbeban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net
income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih
(Fess WR , 2006).
Dampak dari pendapatan yang dihasilkan dari beban yang terjadi selama satu
periode beroperasi ditunjukkan dalam persamaan sebagai kenaikan dan penurunan
ekuitas pemilik (modal). Laba bersih untuk periode waktu tertentu mempunyai
pengaruh yaitu meningkatkan ekuitas pemilik (modal) dan sebaliknya apabila terjadi
rugi bersih akan menurunkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode yang
bersangkutan.

12

2.2.3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi,
investasi dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode akuntansi
(Brigham & Houston, 2001). Laporan arus berisi informasi aliran kas masuk dan
aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini
penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya
arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari
tiga

jenis

yaitu,

kegiatan

operasional,

kegiatan

investasi

serta

kegiatan

keuangan/pembiayaan.
Kegiatan operasional untuk perusahaan dagang terdiri dari membeli barang
dagangan, menjual barang dagangan tersebut serta kegiatan lain yang terkait dengan
pembelian dan penjualan barang. Kegiatan ini akan mengakibatkan terjadinya uang
masuk untuk pendapatan dan aliran uang keluar untuk biaya. Baik pendapatan dan
biaya yang terjadi telah dilaporkan dalam laporan laba rugi, namun besarnya
pendapatan tersebut belum tentu sama dengan uang yang diterima karena perusahaan
umumnya menggunakan dasar akrual untuk mengakui pendapatan. Demikian halnya
dengan biaya, biaya yang dilaporkan laba rugi belum tentu sama dengan arus keluar
untuk biaya tersebut.
Kegiatan investasi merupakan kegiatan membeli atau menjual kembali
investasi pada surat berharga jangka panjang dan aktiva tetap. Jika perusahaan
membeli investasi/aktiva tetap akan mengakibatkan arus keluar dan jika menjual
investas/aktiva tetap akan mengakibatkan adanya arus kas masuk ke perusahaan.
Kegiatan keuangan atau kegiatan pembiayaan, adalah kegiatan menarik uang dari
kreditor jangka panjang dan dari pemilik serta pengembalian uang kepada mereka.

13

2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Dari sudut pandang investor
analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari
sudut pandang manajemen analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan yang lebih penting sebagai titik awal untuk
perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham &
Houston, 2001). Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal
dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Keown et al. (2004) Rasio keuangan membantu kita untuk
mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio
tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan
perusahaan yang berarti:


Meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah pergerakannya.



Membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya.

2.3.1

Likuiditas

Aktiva likuid (liquid asset) adalah aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas
dengan cepat tanpa harus mengurangi harga aktiva tersebut terlalu banyak (Brigham
& Houston, 2001).

14

Likuiditas

yaitu

kemampuan

perusahaan

untuk

memperoleh

kewajibankeuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. Analisis likuiditas yang lengkap
membutuhkan penggunaan anggaran kas, tetapi dengan menghubungkan jumlah kas
dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancar, analisis rasio memberikan
pengukuran likuiditas yang cepat dan mudah.
2.3.2

Solvabilitas

Leverage

keuangan

yaitu

penggunaan

pembiayaan

dengan

hutang.

Solvabilitas memiliki tiga implikasi penting: (1) Memperoleh dana melalui utang
membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan
dengan investasi yang terbatas. (2) Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor
pemilik untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya
memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian
besar ada pada kreditur. (3) Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih
besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman disbanding pembayaran
bunga maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar atau “leveraged”
(Brigham & Houston, 2001).
2.3.3

Profitabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Menurut Brigham & Houston (2001) profitabilitas adalah hasil
bersih dari serangkain kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas menunjukkan
pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil
operasi.
2.3.4

Rasio Manajemen Aktiva

Mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Jika perusahaan
memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan terlalu tinggi dan

15

akibatnya laba akan menurun. Di sisi lain, jika aktiva terlalu rendah, maka penjualan
yang menguntungkan akan hilang.
2.4 Studi Kelayakan
Menurut Umar (2005) studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha
yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari
gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik
dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan
usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam financial
benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan.
2.4.1

Aspek Pasar dan Pemasaran

Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk
melakukan tawar-menawar, sehinggga demikian terbentuk harga. Pemasaran adalah
kegiatan perusahaan yang bertujuan menjual barang/jasa yang diproduksi perusahaan
ke pasar (Umar, 2005). Analisis kelayakan dari aspek ini yang utama adalah:


Penentuan segmen, target dan posisi produk pada pasarnya.



Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap,
perilaku serta kepuasan mereka atas produk.
Menentukan srategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan



dilaksanakan.
2.4.2

Aspek Teknis dan Teknologi

Menurut

Umar (2005)

studi

aspek teknis

dan

teknologi

akan

mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses
produksi akan dilaksanakan. Untuk bisnis industri manufaktur misalnya, perlu dikaji

16

mengenai kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, pemakaian peralatan dan
mesin, lokasi pabrik, dan tata letak pabrik yang paling menguntungkan. Dari kajian
teknologi, perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Hendaknya antisipasi perkembangan teknologi perlu dikaji agar
teknologi yang akan digunakan nantinya dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi
dan ekonomi, sehingga akhirnya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar.
2.4.3

Aspek Finansial

Dari sisi keuangan proyek bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan
keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2005).
Kegiatan pada aspek keuangan (finansial) ini antara lain adalah penghitungan
perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk
pengadaan harta tetap proyek. Dan menentukan struktur pembiayaan berupa berapa
dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal
sendiri.

Pembuatan

hasil

analisiskeuangan

akan

digunakan

untuk

mengkomunikasikan rencana keuangan denganpihak yang berkepentingan.
2.4.4

Aspek Yuridis/Legal

Studi ini dimaksudkan untuk meyakini apakah secara yuridis rencana bisnis
dapat dinyatakan layak atau tidak. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap
direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau
oleh protes masyarakat (Umar, 2005). Ada baiknya aspek yuridis tersebut
dimasukkan di dalam pembahasan sehingga dari segi hukum diperoleh jaminan
keamanan pelaksanaan mendirikan perusahaan.

17

2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sihaloho (2009) mengenai srategi pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dalam penelitian meliputi analisis
internal dan eksternal.Alat analisis berupa Strengths, Weaknesess, Opportunities,
Threats (SWOT), Quantiative Strategy Planning Matrix (QSPM), untuk merumuskan
dan menetapkan prioritas strategi bagi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten
Humbang Hasundutan. Secara umum hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan
agribisnis kopi di bawah rata-rata dalam kekuatan internalnya secara keseluruhan, hal
ini ditunjukkan dengan total nilai bobot skor 2,483. Ini berarti pemerintah daerah dan
masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan kelemahan) belum baik (kuat) dalam
upaya pengembangan kopi di daerah tersebut. Sementara analisis eksternal
menunjukkan pemerintah daerah dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik
terhadap peluang dan ancaman yang dimiliki. Sehingga srategi pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan yang cocok adalah pertahanan
dan pemeliharaan, yaitu terdiri dari srategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anggraini (2006) tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi indonesia dari amerika serikat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh
terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat Periode tahun 19752004. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari statistik
Amerika Serikat (www..bea.doc.gov), Organisasi Kopi Internasional (www.ico.doc),
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dan Bank Indonesia. Analisis
menggunakan model regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
pendapatan perkapita Amerika Serikat, Harga kopi dunia, harga teh dunia dan
konsumsi kopi Amerika Serikat satu tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan
terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat.

18

Zakaria (2010) meneliti tentang studi kelayakan bisnis pengembangan usaha
isi ulang minyak wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor . Metode
pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif
dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari
aspek pasar dan pemasaran , aspek teknis dan teknologis, aspek manajamen dan
operasional. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung
kelayakan usaha ini dari aspek finansialnya, dengan menghitung Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), Payback
Period (PBP) dan analisis sensitifitas.
Hasil analisis kelayakan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif menunjukkan
bahwa usaha isi ulang minyak wangi ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah
satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang
positif yaitu sebesar Rp 57.494.385, nilai IRR 21% dimana nilai ini lebih besar dari
nilai suku bunga pinjaman yang digunakan (13%). Net B/C 1,24; BEP Rp
391.161.287 dan PBP 1,12 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya
investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir.Hasil analisis sensitivitas dengan
skenario peningkatan biaya variabel 5 persen menunjukkan bahwa usaha ini menjadi
tidak layak. Berbeda dengan peningkatan biaya variabel,analisis sensitivitas dengan
skenario penurunan volume penjualan 10 persen menunjukkan bahwa usaha ini masih
layak untuk dijalankan.

19

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Metode Pengumpulan Data
Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan suatu gambaran dan

berbagai keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data primer diperoleh
dengan wawancara terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan,
para petani dan pedagang pengumpul untuk mendapatkan informasi tentang harga
jual, kapasitas biji kopi dan hal terkait lainnya. Data juga diperoleh melalui hasil
pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan, data sekunder berupa dokumendokumen tertulis diperoleh dari PD. Kopi Bubuk Tiga Ayam, lembaga-lembaga yang
terkait dan juga studi pustaka.
3.2.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kualitatif dengan menganalisis kelayakan usaha PD. Kopi Bubuk Tiga Ayam dari
aspek pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, yuridis/legal dan kondisi organisasi
perusahaan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha
berdasarkan aspek finansialnya dan melihat kinerja keuangan perusahaan. Hasil
analisis finansialnya, yaitu dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP) dan
analisis sensitifitas dengan menggunakan alat bantu microsoft excel 2007. Sedangkan
untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dengan menghitung likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan rasio manajemen aktiva.
3.2.1. Analisis Kinerja Keuangan
Umumnya dimulai dengan perhitungan sekumpulan rasio keuangan yang
dirancang untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan

20

dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, dan untuk
menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk selama suatu waktu
(Brigham & Houston 2001). Adapun rasio yang akan dihitung adalah rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan rasio manajemen aktiva.
3.2.2. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancer dan
rasio cepat.
1. Rasio Lancar (Current Ratio/CR)
Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
lancar.Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva
yang diharapkan akan dikonversikan menjadi kas dalam jangka pendek. Aktiva lancar
terdiri dari kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancer terdiri dari
utang usaha.
Rasio Lancar = Aktiva Lancar
× 100%
Kewajiban Lancar

2. Rasio Cepat (Quick Ratio/QR)
Rasio ini dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan
kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar. Persediaan adalah aktiva
lancar yang paling tidak likuid.

Rasio Cepat = Aktiva Lancar - Persediaan × 100%
Kewajiban Lancar

21

Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas mencakup rasio utang dan rasio kelipatan pembayaran
bunga. Rasio ini mengungkapkan seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang
dan untuk melihat seberapa besar kemungkinan tidak dapat dipenuhinya utang
perusahaan.
1. Rasio utang (Debt to Total Asset Ratio/DTAR)
Rasio ini mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur, cara
penghitungannya dengan membagi total utang terhadap total aktiva. Total utang
mencakup baik utang lancar maupun utang jangka panjang.

Rasio Utang = Total Utang
Total Aktiva

× 100%

2. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER)
Menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas yang digunakan dalam
mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.

DER =

Total Utang
Total Ekuitas

× 100%

3.2.3. Rasio Profitabilitas
Sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas,
manajemen aktiva dan hutang terhadap hasil operasi.

22

1. Rasio Tingkat pengembalian ekuitas (Return of Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba atas modal
yang ditanam oleh pemilik modal, dirumuskan dengan:
ROE =

Laba Bersih
Total Modal

× 100%

2. Marjin laba usaha
Menunjukkan keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuangan
perusahaan, yang diukur dengan membandingkan laba usaha terhadap penjualan.
Marjin laba usaha = Pendapatan usaha
Penjualan
3. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Investment/ROI)
Menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi yang ditanam dalam
perusahaan oleh investor. ROI digunakan sebagai peringatan dini atas tindakan yang
perlu diambil agar perusahaan dapat berjalan lancar dan terus menghasilkan
keuntungan.
ROI =

Laba Bersih
Total Aktiva

× 100%

3.2.4. Rasio Manajemen Aktiva
Seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
aktivanya.
1. Perputaran Persediaan

23

Rasio ini menunjukkan likuiditas relatif inventori-inventori yang diukur oleh
berapa kali penggantian inventori perusahaan selama tahun tersebut.
Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan
persediaan
2. Rasio Perputaran Aktiva tetap
Mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya (pabrik
dan peralatan).
Rasio perputaran aktiva tetap = Penjualan
Aktiva tetap bersih
3. Rasio perputaran total aktiva
Mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Rasio yang dihitung dengan
membagi penjualan dengan total aktiva.

Rasio perputaran total aktiva = Penjualan
Total Aktiva
3.3. Analisis Penilaian Investasi Usaha
Terdapat empat kriteria paling umum yang digunakan untuk menilai
kelayakan investasi suatu usaha, yaitu sebagai berikut (Keown, et al. 2001):
1. Net Present Value (NPV)
Adalah nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan
pengeluaran atau biaya investasi awal. Nilai bersih sekarang dapat diekspresikan
sebagai berikut:

24

ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t
K

= tingkat dikonto yang tepat

Io

= pengeluaran kas awal

N

= usia usaha yang diharapkan

Kriteria:
NPV ≥0,0

: usaha layak

NPV< 0,0

: usaha tidak layak

2. Profitability Index (PI)
Adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap
pengeluaran awalnya. PI dapat diekspresikan sebagai berikut:

Kriteria:
PI ≥1,0 : usaha layak dan PI periode pembayaran maksimum: usaha tidak layak
PBP < periode pembayaran maksimum: usaha layak
5. Break Even Point (BEP) atau titik impas
Adalah kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama
dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu perusahaan tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian. BEP dirumuskan dengan

26

6. Analisis Sensitivitas
Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam
menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap
tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan yang digunakan sebagai alat
analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional, harga dan
penurunan volume penjualan.

27

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dewi. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi
Indonesia dari Amerika Serikat. [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro.
Brigham, EF & JF, Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Suharto D, Wibowo H,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamentals of Financial
Management.
Chaerunnisa, RSD. 2007. Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [Skripsi].
Dewi. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat,
Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Fess, WR. 2006. Pengantar Akuntansi. Farahmita A, Amanugrahani, Hendrawan T,
penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Accounting.
[ICO] International Coffee Organization. 2010. Data Ekspor-Impor Kopi Dunia.
Tidak Dipublikasikan.
Keown et al. 2004. Manajemen Keuangan. Haryandini, penerjemah; Jakarta: Indeks.
Terjemahan dari: Financial Management.
Irfani, Rofiq. 2011. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di
UMKM Yogi Tas Desa laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten bogor.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Samsudi. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor
Kopi Arabika Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Sihaloho, T. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang
Hasundutan Sumatera utara. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.