Makalah Pendidikan Agama Islam (3)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdullilah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya jugalah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis sajikan dengan Sistematis dan praktis sehingga memudahkan para Dosen
dan Mahasiswa dalam proses belajar dan mengajar. Secara garis besar makalah ini memuat
tentang Agama dan Hukum Islam.
Dengan segala keterbatasan baik waktu dan tenaga, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itulah kritik dan saran dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Insya Allah dalam kesempatan berikutnya penulis telah dapat lebih
baik dan melengkapi segala kekurangan tersebut.
Palembang,22 September 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Agama
dan
Hukum .................................................................................4
2.2.
Menumbuhkan
Kesadaran
Hukum
untuk
taat
kepada
hukum
Tuhan .......................5
2.3.
Peran
Agama
dalam
Perumusan
...............
................................................................6
2.4.
Peran
Agama
dalam
Perumusan
dan
Penegakan
Hukum
yang
Adil ........................7
2.5.
Fungsi
profetik
Agama
dalam
Hukum ......................................................................8
2.5.1. Kesadaran Taat Hukum .................................................................................9
2.5.2. Asas Hukum secara Umum ...........................................................................9
2.5.3. Asas Hukum secara Islam .............................................................................9
2.6.
Tujuan
Profetik
Agama
dalam
Taat
Hukum ...........................................................13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Apabila berbicara tentang hukum, perlu mengetahui dan memahami bahwa para ahli
hukum hampir sependapat bahwa tidak ada kemungkinan memberikan definisi hukum. Tetapi
mereka juga sepakat bahwa bahwa hukum itu hanya ada dalam masyarakat umat Manusia
dan perlu juga untuk mengetahui serta memahami bahwa setiap masyarakat yang ada di
dalamnya akan terjadi tata tertib yang diatur oleh hukum, Tentunya hukum yang dimaksud
adalah hukum yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Sedangkan jika memberikan arti kepada kata masyarakat adalah sebagia suatu
keadaan berkumpul bersama-sama dalam tempat tertentu dengan melakukan fungsinya
masing- masing, maka keadaan masyarakat itu bukan saja terjadi pada umat manusia tetapi
berlaku untuk semua ciptaan Allah (makhluk), yaitu ada masyarakat benda mati, masyarakat
hewan, masyarakat tata surya dan sebagainya. Masyarakat yang disebut itu, dapat dilihat
bahwa di dalamnya terdapat tata tertib. Sebagai contoh, hukum Archimedes dalam ilmu fisika
benda cair. Benda-bendanya tumbuhan dan binatang, hewan yang hidup di daerah iklim yang
berlainan di atas bumi. Terbitnya matahari setiap pagi di sebelah Timur dan terbenamnya
setiap petang di sebelah Barat di Indonesia, menunjukan adanya hukum dalam perputaran dan
peredaran bumi, yang mengatur tata tertib tata surya. Hal ini biasa disebut Hukum Alam
ciptaan Allah SWT ajaran agama menyebutnya(sunnatullah)yang tidak akan mengalami
perubahan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AGAMA DAN HUKUM
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar
pada kata kerjare-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agamaagama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Macam-macam Hukum
Adapun macam-macam hukum antara lain sebagai berikut :
a. Hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya disebut kaidah hokum
ibadah
b. Hukum yang mengatur antara seorang manusia dengan manusia lainnya. Hukum ini
dibagi menjadi dua yaitu hokum perdata bila menyangkut kepentingan perorangan dan
hokum pidana menyangkut kepentingan umum dan terkait dengan hak asasi manusia
c. Hukum yang mengatur antara manusia dengan lingkungan hidupnya disebut kaidah
hukum sunatullah yang biasa disebut natural law.
2.2.
MENUMBUHKAN
KESADARAN
HUKUM TUHAN
4
HUKUM
UNTUK
TAAT
KEPADA
`
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Islam agar mentaati hokum yang telah
dibuat oleh pencipta manusia, maka perlu dalil hokum yang bersumber dari Al-Qur’an yaitu
surah Al-Maidah ayat 45, 46, 48. Dalil hokum yang dimaksud, berkaitan dengan hukum
kepidanaan yang menekankan bahwa pencipta manusia menentukan hukuman kepada
ciptaannya yang bernama manusia, yaitu kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh
manusia terhadap sesamanya tanpa alas an hokum yang bibenarkan oleh pencipta manusia,
yakni sanksi hukumnya adalah manusia yang membunuh harus dibunuh, bahkan kejahatan
yang dilakukan oleh seorang manusia untuk menghilangkan mata, telinga, hidung, dan
melukai manusia lainnya, sanksi hukumnya adalah menghilangkan mata, telinga, hidung, dan
melukai pelaku kejahatan tersebut. Apabila seorang hakim tidak menerapkan atau
memutuskan hukuman yang telah dibuat oleh pencipta manusia, pencipta manusia
memberikan gelar zalim, kafir, dan fasik. Gelar dimaksud, mengakibatkan yang menerima
gelar itu diberikan oleh pencipta manusia tempat di neraka.
Ketiga ayat yang dijadikan dalil hokum dimaksud, dapat diungkapkan salah satu ayat,
yaitu QS. Al-Maidah ayat 45 :
Artinya : Dan telah kami tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya, barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya, barang siapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim. (QS. Al-Maidah : 45).
Pada Surah Al-Maidah ayat 45 mengandung garis hokum yang jelas dan rinci yang ditujukan
kepada :
a. Polisi, jaksa dan hakim yang memeriksa kasus kejahatan tubuh dan nyawa.
b. Pelaku kejahatan tubuh dan nyawa.
c. Dapat menyadarkan masyarakat yang melihat eksekusi hukuman yang dijatuhkan oleh
hakim yang memeriksa dan memutuskan kasus perkara yang dimaksud.
Ketentuan hukum yang diuraikan di atas, disebut syariah islam. Syariah islam secara
konseptual dalam arti yang luas adalah keseluruhan ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Syariah islam dalam literature
hokum islam mempunyai tiga pengertian berikut :
1. Syariah dalam arti hokum yang tidak dapat berubah sepanjang masa
5
2. Syaariah dalam pengertian sumber hokum islam, baik yang tidak berubah sepanjang
masa mauoun yang dapat berubah sesuai perkembangan masa
3. Syariah dalam pengertian hokum yang terjadi berdasarkan istinbath dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits, yaitu hokum yang diinterprentasi dan dilaksakan oleh para sahabat Nabi, hasil
ijtihad dari para mujtahid dan hokum yang dihasilkan oleh ahli hokum islam melalui
metode qiyas dan metode ijtihad lainnya.
Selain pengertian syariat di atas, penulis mengemukakan ruang lingkup syariah yang
mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut.
1. Ibadah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT yang
terdiri atas :
a. Rukun Islam : mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat,
mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan ramadhan, dan menunaikan haji
bila mempunyai kemampuan ( fisik dan nonfisik)
b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibaadah lainnya, yaitu:
-
Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci : wudhu, mandi, tayammum, peraturran
untuk menghilangkan najis, peraturan air, istinja, dan lain-lain, azan, qamat,
I’tikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan jenazah, dan
lain-lain.
2. Mu’amalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli).
3. Jinayah, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya qishash, diyat, kifaat,
pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khiyanat dalam berjuang, kesaksian dan
lain-lain.
4. Siyasah, yaitu yang menyangkut masalah kemasyarakatan, diantarnya persaudaraan,
musyawarah, keadilan, tolong-menolong, kebebasan, toleransi, tanggung jawab social,
kepemimpinan, pemerintahan, dan lain-lain.
5. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, di antaranya syukur, sabar, rendah
hati, pemaaf, tawakal, konsekuen, berani, berbuat baik kepada ayah dan ibu, dan lainlain.
6. Peraturan lainnya diantaranya makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,
pengentasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, masjid, dakwah, perang, dan lainlain.
2.3.
PERAN AGAMA DALAM PERUMUSAN
6
Manusiaadalahmakhlukbebasdan
u n t u k memenuhi
merdeka.Namun
kebutuhannya,keinginan
hidup bermasyarakat
merupakan
dan
kegemarannya
maka
keharusan.Namun,
dalam
b e r m a s y a r a k a t muncul masalah dan kontrakdiksi antara ego dasar eksistensi dan
untuk mengatasinya maka digunakan hukum Islam.
Sudah barang tentu kaidah atau aturan yang mengikat, ti dak akand a p a t
berjalan
dengan
u n t u k memelihara
baik
dan
kecuali
membantu
bila
agar
tetap
disertai
hidup,
sarana
dihormati
kekuatan
dan
berjalan
lancer,sebagaimana firman Allah SWT. Ayat di atas menjelaskan, agama Islam telah
membatasi ketentuan yangmengikat dalam kehidupan ini, yaitu apa yang telah digariskan
oleh Allahmelalui Rasul-Nya wajib ditaati dan apa yang dilarang wajib
dihindari,m e s k i p u n i t u m e r u p a k a n s u a t u k e b i a s a a n , t r a d i s i d a n p e k e r j a a n
y a n g digemari.Ada 3 program inti yang perlu dicermati dan dipahami:
1. Terwujudnya
masyarakat
agraris,
berperadaban
luhur,
berbasisi
h a t i nurani yang diilhami dan disinari agama .
2. Terhindarkan
e k s k l u s i f dalam
perilaku
radikal,
kehidupan
ekstrim,
tidak
beragama.3 . T e r b i n a n y a
toleran
masyarakat
dan
yang
d a p a t m e n g h a y a t i , m e n g a m a l k a n a j a r a n - ajaran agama dengan sebenarnya.
Kontribusi
perumusan
agama
dan
umat
Islam
dalam
d a n penegakan hukum akhir ini sudah tampak jelas dengan
diundangkanya beberapa peraturan perundnag-undangan yang berkaitan dengan
hukumislam, misal : UU RI No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, PP No24 tahun1977
tentang perwakafan tanah milik, UU RI No 7 tahun 1989 tentang peradilan
agama, Instruksi Presiden No 1 tahun 1991 tentan kompilasihukum Islam, UU RI
No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, dan UU RI No 17 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan ibadah Haji.K e h i d u p a n s o s i a l d e n g a n h u k u m m e m p u n y a i e f e k
yang
s l a i n g mempengaruhi,
maka
akan
didapatkan
sebab
perbedaan
diantara
berbagaihukum karena perbedaan waktu dan tempat dan adanya bermacam-macamh u k u m
y a n g d i w a r n a i o l e h f a k t o r k e b a n g s a a n d a n f a k t o r k h u s u s d a n sifatnya
tradisional.
2.4.
PERANAN AGAMA DALAM PERUMUSAN DAN PENEGAKAN
HUKUM YANG ADIL
1. Agama mengajarkan Keadilan
7
Syariat
Islam
menyamaratakan
antara
sesama
umat
Islam
danantara mereka dengan yang lainnya, berdasarkan prinsip keadilan
d a n persamaan yang ditetapkan dalam nas. Dalam hubungan dengan prinsip keadilan dalam
penetapan
hukum
Al-Quran
dapat
dilihat
antara
lain:A l l a h
memerintahkan
orangberiman utnuk selalu teguh dalammelaksanakan kebenaran dan
menjadi saksi dengan adil artinya bernaimengungkapkan hal-hal yang
b e n a r d i d e p a n p e n g a d i l a n t a n p a s u a t u pamrih atau tujuan tertentu, baik secara
kerabat, harta maupun wanita sertak e d u d u k a n . S e b a b k e a d i l a n m e r u p a k a n t o l o k
u k u r d a n b a r o m e t e r d a r i kebenaran.S i k a p a d i l h a r u s d i t e g k k a n m e s k i p u n
k e p a d a m u s u h d a n o r a n g yang tidak disukai dan dibenci, karena adil merupakan
pekerjaan dan sikapyang palin dekat dengan ketakwaan.B i l a
sudah
terjadi
k e c u r a n g a n p a d a s u a t u u m a t , m a k a a k a n hilanglah kepercayaan dari
orang tersebut, kehancuran akan merajalela, h u b u n g a n
tali
persaudaraan
t e r p u t u s . D a n a k i b a t n y a p e t a k a y a n g a k a n menimpa semua umat, baik yang adil
maupun yang curang.
3. FUNGSI PROFETIK AGAMA DALAM HUKUM
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya
batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang bermoral (agama
sebagai sumber moral) kearifan yang menjiwi langkah hukum dengan memberikan
sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa memperbaiki kesalahan
(bertaubat kepada Tuhan)
A. Kesadaran Taat Hukum
1. Pengertian Taat Hukum
§ Umum
- Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah,
pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang banyak.
- Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan berbangsa
bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
§ Islam
8
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh
Al-Quran dan hadits serta Ijma’ Ulama dengan sabar dan ikhlas.
2. Asas Hukum
a. Pengertian Asas Hukum
§ Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan berpendapat.
§ Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
b. Asas Hukum Secara Umum
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
§ Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.
c. Asas Hukum Secara Islam
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
Qs. Al-Maidah : 95
ْ ُوا لَ تَ ْقتُل
ْ ُين آ َمن
ًص ْي َد َوأَنتُ ْم حَُ ُر ٌم َو َمن قَتَلََهُ ِمن ُكم ّمتَ َع ّمدا
ّ وا ال
َ يَا أَيَُّا الّ ِذ
فَ َج َزاء ّم ْث ُل َما قَتَ َل ِم َن النّ َع ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ّمن ُك ْم هَ ْديا ً بَالِ َغ ْال َك ْعبَ َ ِة
َر ِه َعفَََا
َ صيَاما ً لّيَ َ ُذو
َ ِين أَو َع ْد ُل َذل
َ ارةٌ طَ َعا ُم َم َسا ِك
َ ّأَ ْو َكف
ِ ك
ِ َق َوبَََا َل أَ ْم
اُ ِم ْنهُ َو ا
اُ َع ّما َسلَف َو َم ْن َعا َد فَيَنتَقِ ُم ا
ا
اُ َع ِزي ٌز ُذو ا ْنتِقَ ٍام
9
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan,
ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka
dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang
dibawa sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orangorang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia
merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu.
Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah
Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) : 95
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
ْ َاس ِب
ّ َال َح
ق َو َل
َ َيَا َدا ُوو ُد إِنّا َج َع ْلن
ِ ّض فَََاحْ ُكم بَي َْن الن
ِ ْاك َخلِيفََةً فِي ْالَر
ّ يل
ّ يل
اِ لَُُ ْم
َ ّضل
َ اِ إِ ّن الّ ِذ
َ ُّضل
ِ َين ي
ِ تَتّبِ ِع ْالَُ َوى فَي
ِ ِون َعن َسب
ِ ِك َعن َسب
ب
ِ َع َذابٌ َش ِدي ٌد بِ َما نَسُوا يَ ْو َم ْال ِح َسا
Artinya :“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi ini
menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial, status
ekonomi dan atribut lainnya”.Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah ditetapkan
Allah itulah orang-orang yang aniaya”
§ Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah : 178
ْ ُيَا أَيَُّا الّ ِذينَ آ َمن
صاصُ فِي ْالقَ ْتلَى ْالحُرّ بِ ْال ُح ّر َو ْال َع ْب ُد
َ ِب َعلَ ْي ُك ُم ْالق
َ ِوا ُكت
ٌ بِ ْال َع ْب ِد َوالُنثَى بِالُنثَى فَ َم ْن ُعفِ َي لَهُ ِم ْن أَ ِخي ِه َش ْي ٌء فَاتّبَا
َُوف َوأَدَاء إِلَ ْي ِه بِإِحْ َسا ٍن َذلِك
ِ ع بِ ْال َم ْعر
10
ٌ ِت َْخف
يف ّمن ّربّ ُك ْم َو َرحْ َمةٌ فَ َم ِن ا ْعتَدَى بَ ْع َد َذلِكَ فَلَهُ َع َذابٌ أَلِي ٌم
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. 2:178)
§ Asa kejujuran dan kesukarelaan
QS. Al-Mudatsir : 38
ٌت َر ِهينَة
ْ َس بِ َما َك َسب
ٍ ُكلّ نَ ْف
“Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu tidak
akan memikul dosa orang (individu) lain”.
B. Profetik Agama Dalam Taat Hukum
a. Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama memalui yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
2. Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi atau Rasulullah
3. Contoh atau tauladan yang telah digariskan atau dicontohkan Rasulullah SAW
b. Fungsi Profetik Agama
1. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
a. Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang
salah atau kurang baik seperti :
11
Ø Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat
(Politik atau paham yang tidak sehat).
Ø Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu
hukum dan norma serta nilai yang ada.
Ø Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah
ilegal dan aspal
ØDalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dsb
Ø Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam
masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun
bathin.
Ø Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Ends of
Pluralisme).
Intinya :
1) Dalam berpolitik, seperti :
Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang
2) Dalam Materialisme, seperti:
Ekonomi kapitalisme
3) Dalam Ekologi, seperti
:
Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan moral,
memisahkan pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan
manusia.
4) Dalam Reduksionisme,seperti :
Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
12
5) Dalam Kultural atau Budaya, seperti :
Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan dunia)
2. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan Agama Dengan Back
to Qur’an and Sunnah.
a. Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
Ø Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam
Ø Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum
QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS. An-Nisa’ ; 59 dsb
b. Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam QS boleh melakukan Istimbat
hukum dengan tetap merujuk kepada QS. QS.Isra’ : 15 dan Taqrir yang dikeluarkan
Rasulullah saw.
c. Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan final yang
Undervartable. Paham, aliran, mazhab tidak termasuk Tasyri’ hanya bayan liat-tasyri’.
d. Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah Ijtihadiyah.
e. Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak ditentukan oleh QS,
namun tetap mengacu pada sifat Basyariah Rasulullah sebagai syari’at -> “antum
a’lamubi umuri dunyakum”.
f. Suatu hukum dari Ijtihad bersifat debatable (yang dapat dibantah, debat) bukan
merupakan keputusan final.
c. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat sesuai dengan aturan
hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai QS, sehingga tercipta
suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat hukum.
13
2. Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi
Rasulullah, agar manusia selamat dan bahagia dunia dan akhirat (antara
manusia dengan manusia, antara manusia dengan Allah serta dengan alam
lingkungan).
3. Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan Primordial
dan Formalisme sempit yang akan melahirkan berbagai konflik sosial, politik
bahkan menjurus kepada perpecahan dan perperangan.
14
BAB III
TUJUAN
Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum Islam
adalah kebahagiaan hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak segala yang mudarat dan yang membawa pada mudarat. Dengan kata
lain, tujuan hukum dalam Islam adalah untuk memberikan kemasalahatan hidup bagi
manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya
untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa tujuan Allah mensyariatkan hukum-hukum-Nya
adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghidari mafsadat baik
di dunia maupun di akhirat. Untuk mewujudkan kemaslahatan dimaksud, berdasarkan
penelitian para ahli ushul fikih, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan.
Kelima unsur pokok tersebut adalah; agama (al-dîn), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta
(al-mâl), dan akal (al-‘aql).TujuanHukum Islam dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yaitu : Segi pembuat
Hukum Islam (Allah dan Rasul) Tujuannya : Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat primer,
skunder dan tersier. Untuk ditati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.Segi Manusia
sebagai subyek tercapainya keridhoan Allah dalam kehidupan manusia di duniadan di
akhirat.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Setiap manusia diciptakan oleh Allah harus tunduk kepada hukum yang telah
ditentukan oleh pencipta manusia yang disebut dengan kaidah hukum ibadah dan juga hukum
yang dibuat oleh manusia itu sendiri yang disebut kaidah hukum muamalah serta hukum yang
mengatur antara manusia dengan lingkungan hidupnya disebut dengan kaidah hukum
sunnatullah yang bisa disebut dengan natural law.Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
Islam mentaati hukum yang dibuat oleh pencipta manusia memang harus bersumber dari
Al-qur’an itulah yang menghantarkan masyarakat untuk menikmati kesejahteraan,
ketenteraman kedamaian dan sejumlah istilah lainnya yang semuanya berintikan keadilan.
Dan upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum Islam dalam praktek masyarakat
dan bernegara harus melalui proses yaitu proses dakwahdan proses kultural. Apabila Islam
memasyarakat, maka sebagai konsekuensinya hukum harus ditegakkan. Sementara itu fungsi
profetik agama adalah menghilangkan klasifikasi sosial tertentu yang mengakibatkan kebal
terhadap hukum, membebaskan manusia dari berbagai sistem dan struktur yang melestarikan
ketidak adilan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam.
Harun, Muhammad. Pendidikan Agama Islam.2011.Palembang: Polsri
http://www.scribd.com/doc/33477748/Hukum-Islam
http://axsdv.blogspot.com/2010/03/fungsi-profetik-agama-dalam-hukum.html
http://ml.scribd.com/doc/44397873/Tujuan-Hukum-Islam
17
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdullilah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya jugalah maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis sajikan dengan Sistematis dan praktis sehingga memudahkan para Dosen
dan Mahasiswa dalam proses belajar dan mengajar. Secara garis besar makalah ini memuat
tentang Agama dan Hukum Islam.
Dengan segala keterbatasan baik waktu dan tenaga, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itulah kritik dan saran dari para pembaca
sangat penulis harapkan. Insya Allah dalam kesempatan berikutnya penulis telah dapat lebih
baik dan melengkapi segala kekurangan tersebut.
Palembang,22 September 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Agama
dan
Hukum .................................................................................4
2.2.
Menumbuhkan
Kesadaran
Hukum
untuk
taat
kepada
hukum
Tuhan .......................5
2.3.
Peran
Agama
dalam
Perumusan
...............
................................................................6
2.4.
Peran
Agama
dalam
Perumusan
dan
Penegakan
Hukum
yang
Adil ........................7
2.5.
Fungsi
profetik
Agama
dalam
Hukum ......................................................................8
2.5.1. Kesadaran Taat Hukum .................................................................................9
2.5.2. Asas Hukum secara Umum ...........................................................................9
2.5.3. Asas Hukum secara Islam .............................................................................9
2.6.
Tujuan
Profetik
Agama
dalam
Taat
Hukum ...........................................................13
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Apabila berbicara tentang hukum, perlu mengetahui dan memahami bahwa para ahli
hukum hampir sependapat bahwa tidak ada kemungkinan memberikan definisi hukum. Tetapi
mereka juga sepakat bahwa bahwa hukum itu hanya ada dalam masyarakat umat Manusia
dan perlu juga untuk mengetahui serta memahami bahwa setiap masyarakat yang ada di
dalamnya akan terjadi tata tertib yang diatur oleh hukum, Tentunya hukum yang dimaksud
adalah hukum yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Sedangkan jika memberikan arti kepada kata masyarakat adalah sebagia suatu
keadaan berkumpul bersama-sama dalam tempat tertentu dengan melakukan fungsinya
masing- masing, maka keadaan masyarakat itu bukan saja terjadi pada umat manusia tetapi
berlaku untuk semua ciptaan Allah (makhluk), yaitu ada masyarakat benda mati, masyarakat
hewan, masyarakat tata surya dan sebagainya. Masyarakat yang disebut itu, dapat dilihat
bahwa di dalamnya terdapat tata tertib. Sebagai contoh, hukum Archimedes dalam ilmu fisika
benda cair. Benda-bendanya tumbuhan dan binatang, hewan yang hidup di daerah iklim yang
berlainan di atas bumi. Terbitnya matahari setiap pagi di sebelah Timur dan terbenamnya
setiap petang di sebelah Barat di Indonesia, menunjukan adanya hukum dalam perputaran dan
peredaran bumi, yang mengatur tata tertib tata surya. Hal ini biasa disebut Hukum Alam
ciptaan Allah SWT ajaran agama menyebutnya(sunnatullah)yang tidak akan mengalami
perubahan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN AGAMA DAN HUKUM
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar
pada kata kerjare-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agamaagama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia.
Macam-macam Hukum
Adapun macam-macam hukum antara lain sebagai berikut :
a. Hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya disebut kaidah hokum
ibadah
b. Hukum yang mengatur antara seorang manusia dengan manusia lainnya. Hukum ini
dibagi menjadi dua yaitu hokum perdata bila menyangkut kepentingan perorangan dan
hokum pidana menyangkut kepentingan umum dan terkait dengan hak asasi manusia
c. Hukum yang mengatur antara manusia dengan lingkungan hidupnya disebut kaidah
hukum sunatullah yang biasa disebut natural law.
2.2.
MENUMBUHKAN
KESADARAN
HUKUM TUHAN
4
HUKUM
UNTUK
TAAT
KEPADA
`
Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Islam agar mentaati hokum yang telah
dibuat oleh pencipta manusia, maka perlu dalil hokum yang bersumber dari Al-Qur’an yaitu
surah Al-Maidah ayat 45, 46, 48. Dalil hokum yang dimaksud, berkaitan dengan hukum
kepidanaan yang menekankan bahwa pencipta manusia menentukan hukuman kepada
ciptaannya yang bernama manusia, yaitu kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh
manusia terhadap sesamanya tanpa alas an hokum yang bibenarkan oleh pencipta manusia,
yakni sanksi hukumnya adalah manusia yang membunuh harus dibunuh, bahkan kejahatan
yang dilakukan oleh seorang manusia untuk menghilangkan mata, telinga, hidung, dan
melukai manusia lainnya, sanksi hukumnya adalah menghilangkan mata, telinga, hidung, dan
melukai pelaku kejahatan tersebut. Apabila seorang hakim tidak menerapkan atau
memutuskan hukuman yang telah dibuat oleh pencipta manusia, pencipta manusia
memberikan gelar zalim, kafir, dan fasik. Gelar dimaksud, mengakibatkan yang menerima
gelar itu diberikan oleh pencipta manusia tempat di neraka.
Ketiga ayat yang dijadikan dalil hokum dimaksud, dapat diungkapkan salah satu ayat,
yaitu QS. Al-Maidah ayat 45 :
Artinya : Dan telah kami tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya, barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak
itu (menjadi) penebus dosa baginya, barang siapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim. (QS. Al-Maidah : 45).
Pada Surah Al-Maidah ayat 45 mengandung garis hokum yang jelas dan rinci yang ditujukan
kepada :
a. Polisi, jaksa dan hakim yang memeriksa kasus kejahatan tubuh dan nyawa.
b. Pelaku kejahatan tubuh dan nyawa.
c. Dapat menyadarkan masyarakat yang melihat eksekusi hukuman yang dijatuhkan oleh
hakim yang memeriksa dan memutuskan kasus perkara yang dimaksud.
Ketentuan hukum yang diuraikan di atas, disebut syariah islam. Syariah islam secara
konseptual dalam arti yang luas adalah keseluruhan ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Syariah islam dalam literature
hokum islam mempunyai tiga pengertian berikut :
1. Syariah dalam arti hokum yang tidak dapat berubah sepanjang masa
5
2. Syaariah dalam pengertian sumber hokum islam, baik yang tidak berubah sepanjang
masa mauoun yang dapat berubah sesuai perkembangan masa
3. Syariah dalam pengertian hokum yang terjadi berdasarkan istinbath dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits, yaitu hokum yang diinterprentasi dan dilaksakan oleh para sahabat Nabi, hasil
ijtihad dari para mujtahid dan hokum yang dihasilkan oleh ahli hokum islam melalui
metode qiyas dan metode ijtihad lainnya.
Selain pengertian syariat di atas, penulis mengemukakan ruang lingkup syariah yang
mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut.
1. Ibadah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT yang
terdiri atas :
a. Rukun Islam : mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat,
mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan ramadhan, dan menunaikan haji
bila mempunyai kemampuan ( fisik dan nonfisik)
b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibaadah lainnya, yaitu:
-
Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci : wudhu, mandi, tayammum, peraturran
untuk menghilangkan najis, peraturan air, istinja, dan lain-lain, azan, qamat,
I’tikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan jenazah, dan
lain-lain.
2. Mu’amalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain
dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli).
3. Jinayah, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya qishash, diyat, kifaat,
pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khiyanat dalam berjuang, kesaksian dan
lain-lain.
4. Siyasah, yaitu yang menyangkut masalah kemasyarakatan, diantarnya persaudaraan,
musyawarah, keadilan, tolong-menolong, kebebasan, toleransi, tanggung jawab social,
kepemimpinan, pemerintahan, dan lain-lain.
5. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, di antaranya syukur, sabar, rendah
hati, pemaaf, tawakal, konsekuen, berani, berbuat baik kepada ayah dan ibu, dan lainlain.
6. Peraturan lainnya diantaranya makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,
pengentasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, masjid, dakwah, perang, dan lainlain.
2.3.
PERAN AGAMA DALAM PERUMUSAN
6
Manusiaadalahmakhlukbebasdan
u n t u k memenuhi
merdeka.Namun
kebutuhannya,keinginan
hidup bermasyarakat
merupakan
dan
kegemarannya
maka
keharusan.Namun,
dalam
b e r m a s y a r a k a t muncul masalah dan kontrakdiksi antara ego dasar eksistensi dan
untuk mengatasinya maka digunakan hukum Islam.
Sudah barang tentu kaidah atau aturan yang mengikat, ti dak akand a p a t
berjalan
dengan
u n t u k memelihara
baik
dan
kecuali
membantu
bila
agar
tetap
disertai
hidup,
sarana
dihormati
kekuatan
dan
berjalan
lancer,sebagaimana firman Allah SWT. Ayat di atas menjelaskan, agama Islam telah
membatasi ketentuan yangmengikat dalam kehidupan ini, yaitu apa yang telah digariskan
oleh Allahmelalui Rasul-Nya wajib ditaati dan apa yang dilarang wajib
dihindari,m e s k i p u n i t u m e r u p a k a n s u a t u k e b i a s a a n , t r a d i s i d a n p e k e r j a a n
y a n g digemari.Ada 3 program inti yang perlu dicermati dan dipahami:
1. Terwujudnya
masyarakat
agraris,
berperadaban
luhur,
berbasisi
h a t i nurani yang diilhami dan disinari agama .
2. Terhindarkan
e k s k l u s i f dalam
perilaku
radikal,
kehidupan
ekstrim,
tidak
beragama.3 . T e r b i n a n y a
toleran
masyarakat
dan
yang
d a p a t m e n g h a y a t i , m e n g a m a l k a n a j a r a n - ajaran agama dengan sebenarnya.
Kontribusi
perumusan
agama
dan
umat
Islam
dalam
d a n penegakan hukum akhir ini sudah tampak jelas dengan
diundangkanya beberapa peraturan perundnag-undangan yang berkaitan dengan
hukumislam, misal : UU RI No 1 tahun 1974 tentang perkawinan, PP No24 tahun1977
tentang perwakafan tanah milik, UU RI No 7 tahun 1989 tentang peradilan
agama, Instruksi Presiden No 1 tahun 1991 tentan kompilasihukum Islam, UU RI
No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, dan UU RI No 17 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan ibadah Haji.K e h i d u p a n s o s i a l d e n g a n h u k u m m e m p u n y a i e f e k
yang
s l a i n g mempengaruhi,
maka
akan
didapatkan
sebab
perbedaan
diantara
berbagaihukum karena perbedaan waktu dan tempat dan adanya bermacam-macamh u k u m
y a n g d i w a r n a i o l e h f a k t o r k e b a n g s a a n d a n f a k t o r k h u s u s d a n sifatnya
tradisional.
2.4.
PERANAN AGAMA DALAM PERUMUSAN DAN PENEGAKAN
HUKUM YANG ADIL
1. Agama mengajarkan Keadilan
7
Syariat
Islam
menyamaratakan
antara
sesama
umat
Islam
danantara mereka dengan yang lainnya, berdasarkan prinsip keadilan
d a n persamaan yang ditetapkan dalam nas. Dalam hubungan dengan prinsip keadilan dalam
penetapan
hukum
Al-Quran
dapat
dilihat
antara
lain:A l l a h
memerintahkan
orangberiman utnuk selalu teguh dalammelaksanakan kebenaran dan
menjadi saksi dengan adil artinya bernaimengungkapkan hal-hal yang
b e n a r d i d e p a n p e n g a d i l a n t a n p a s u a t u pamrih atau tujuan tertentu, baik secara
kerabat, harta maupun wanita sertak e d u d u k a n . S e b a b k e a d i l a n m e r u p a k a n t o l o k
u k u r d a n b a r o m e t e r d a r i kebenaran.S i k a p a d i l h a r u s d i t e g k k a n m e s k i p u n
k e p a d a m u s u h d a n o r a n g yang tidak disukai dan dibenci, karena adil merupakan
pekerjaan dan sikapyang palin dekat dengan ketakwaan.B i l a
sudah
terjadi
k e c u r a n g a n p a d a s u a t u u m a t , m a k a a k a n hilanglah kepercayaan dari
orang tersebut, kehancuran akan merajalela, h u b u n g a n
tali
persaudaraan
t e r p u t u s . D a n a k i b a t n y a p e t a k a y a n g a k a n menimpa semua umat, baik yang adil
maupun yang curang.
3. FUNGSI PROFETIK AGAMA DALAM HUKUM
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan terbentuknya
batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang bermoral (agama
sebagai sumber moral) kearifan yang menjiwi langkah hukum dengan memberikan
sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa memperbaiki kesalahan
(bertaubat kepada Tuhan)
A. Kesadaran Taat Hukum
1. Pengertian Taat Hukum
§ Umum
- Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan dari pemerintah,
pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang banyak.
- Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan berbangsa
bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
§ Islam
8
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh
Al-Quran dan hadits serta Ijma’ Ulama dengan sabar dan ikhlas.
2. Asas Hukum
a. Pengertian Asas Hukum
§ Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan berpendapat.
§ Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
b. Asas Hukum Secara Umum
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
§ Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.
c. Asas Hukum Secara Islam
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
Qs. Al-Maidah : 95
ْ ُوا لَ تَ ْقتُل
ْ ُين آ َمن
ًص ْي َد َوأَنتُ ْم حَُ ُر ٌم َو َمن قَتَلََهُ ِمن ُكم ّمتَ َع ّمدا
ّ وا ال
َ يَا أَيَُّا الّ ِذ
فَ َج َزاء ّم ْث ُل َما قَتَ َل ِم َن النّ َع ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ّمن ُك ْم هَ ْديا ً بَالِ َغ ْال َك ْعبَ َ ِة
َر ِه َعفَََا
َ صيَاما ً لّيَ َ ُذو
َ ِين أَو َع ْد ُل َذل
َ ارةٌ طَ َعا ُم َم َسا ِك
َ ّأَ ْو َكف
ِ ك
ِ َق َوبَََا َل أَ ْم
اُ ِم ْنهُ َو ا
اُ َع ّما َسلَف َو َم ْن َعا َد فَيَنتَقِ ُم ا
ا
اُ َع ِزي ٌز ُذو ا ْنتِقَ ٍام
9
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan,
ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka
dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang
dibawa sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orangorang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia
merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu.
Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah
Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) : 95
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial, status
ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
ْ َاس ِب
ّ َال َح
ق َو َل
َ َيَا َدا ُوو ُد إِنّا َج َع ْلن
ِ ّض فَََاحْ ُكم بَي َْن الن
ِ ْاك َخلِيفََةً فِي ْالَر
ّ يل
ّ يل
اِ لَُُ ْم
َ ّضل
َ اِ إِ ّن الّ ِذ
َ ُّضل
ِ َين ي
ِ تَتّبِ ِع ْالَُ َوى فَي
ِ ِون َعن َسب
ِ ِك َعن َسب
ب
ِ َع َذابٌ َش ِدي ٌد بِ َما نَسُوا يَ ْو َم ْال ِح َسا
Artinya :“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi ini
menegakan dan menjalankan hukum sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial, status
ekonomi dan atribut lainnya”.Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah ditetapkan
Allah itulah orang-orang yang aniaya”
§ Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi kepentingan
negara dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah : 178
ْ ُيَا أَيَُّا الّ ِذينَ آ َمن
صاصُ فِي ْالقَ ْتلَى ْالحُرّ بِ ْال ُح ّر َو ْال َع ْب ُد
َ ِب َعلَ ْي ُك ُم ْالق
َ ِوا ُكت
ٌ بِ ْال َع ْب ِد َوالُنثَى بِالُنثَى فَ َم ْن ُعفِ َي لَهُ ِم ْن أَ ِخي ِه َش ْي ٌء فَاتّبَا
َُوف َوأَدَاء إِلَ ْي ِه بِإِحْ َسا ٍن َذلِك
ِ ع بِ ْال َم ْعر
10
ٌ ِت َْخف
يف ّمن ّربّ ُك ْم َو َرحْ َمةٌ فَ َم ِن ا ْعتَدَى بَ ْع َد َذلِكَ فَلَهُ َع َذابٌ أَلِي ٌم
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. 2:178)
§ Asa kejujuran dan kesukarelaan
QS. Al-Mudatsir : 38
ٌت َر ِهينَة
ْ َس بِ َما َك َسب
ٍ ُكلّ نَ ْف
“Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap individu tidak
akan memikul dosa orang (individu) lain”.
B. Profetik Agama Dalam Taat Hukum
a. Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama memalui yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
2. Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi atau Rasulullah
3. Contoh atau tauladan yang telah digariskan atau dicontohkan Rasulullah SAW
b. Fungsi Profetik Agama
1. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
a. Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat yang
salah atau kurang baik seperti :
11
Ø Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat
(Politik atau paham yang tidak sehat).
Ø Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-rambu
hukum dan norma serta nilai yang ada.
Ø Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah
ilegal dan aspal
ØDalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dsb
Ø Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam
masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun
bathin.
Ø Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi (Ends of
Pluralisme).
Intinya :
1) Dalam berpolitik, seperti :
Enthnocenterisme = Pemerintahan ditangan satu orang
2) Dalam Materialisme, seperti:
Ekonomi kapitalisme
3) Dalam Ekologi, seperti
:
Materialisme, Sekularisme (pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan moral,
memisahkan pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan
manusia.
4) Dalam Reduksionisme,seperti :
Penurunan nilai, akhlak, kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
12
5) Dalam Kultural atau Budaya, seperti :
Hedonisme (hanya memburu dan mengejar kesenangan dunia)
2. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan Agama Dengan Back
to Qur’an and Sunnah.
a. Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
Ø Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran
Islam
Ø Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum
QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS. An-Nisa’ ; 59 dsb
b. Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam QS boleh melakukan Istimbat
hukum dengan tetap merujuk kepada QS. QS.Isra’ : 15 dan Taqrir yang dikeluarkan
Rasulullah saw.
c. Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan final yang
Undervartable. Paham, aliran, mazhab tidak termasuk Tasyri’ hanya bayan liat-tasyri’.
d. Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah Ijtihadiyah.
e. Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak ditentukan oleh QS,
namun tetap mengacu pada sifat Basyariah Rasulullah sebagai syari’at -> “antum
a’lamubi umuri dunyakum”.
f. Suatu hukum dari Ijtihad bersifat debatable (yang dapat dibantah, debat) bukan
merupakan keputusan final.
c. Tujuan Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat sesuai dengan aturan
hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai QS, sehingga tercipta
suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat hukum.
13
2. Mendorong seseorang berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi
Rasulullah, agar manusia selamat dan bahagia dunia dan akhirat (antara
manusia dengan manusia, antara manusia dengan Allah serta dengan alam
lingkungan).
3. Mengeluarkan manusia dari miopik (cara pandang yang sempit) dan Primordial
dan Formalisme sempit yang akan melahirkan berbagai konflik sosial, politik
bahkan menjurus kepada perpecahan dan perperangan.
14
BAB III
TUJUAN
Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum Islam
adalah kebahagiaan hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan
mencegah atau menolak segala yang mudarat dan yang membawa pada mudarat. Dengan kata
lain, tujuan hukum dalam Islam adalah untuk memberikan kemasalahatan hidup bagi
manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya
untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa tujuan Allah mensyariatkan hukum-hukum-Nya
adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghidari mafsadat baik
di dunia maupun di akhirat. Untuk mewujudkan kemaslahatan dimaksud, berdasarkan
penelitian para ahli ushul fikih, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diwujudkan.
Kelima unsur pokok tersebut adalah; agama (al-dîn), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta
(al-mâl), dan akal (al-‘aql).TujuanHukum Islam dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yaitu : Segi pembuat
Hukum Islam (Allah dan Rasul) Tujuannya : Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat primer,
skunder dan tersier. Untuk ditati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.Segi Manusia
sebagai subyek tercapainya keridhoan Allah dalam kehidupan manusia di duniadan di
akhirat.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN :
Setiap manusia diciptakan oleh Allah harus tunduk kepada hukum yang telah
ditentukan oleh pencipta manusia yang disebut dengan kaidah hukum ibadah dan juga hukum
yang dibuat oleh manusia itu sendiri yang disebut kaidah hukum muamalah serta hukum yang
mengatur antara manusia dengan lingkungan hidupnya disebut dengan kaidah hukum
sunnatullah yang bisa disebut dengan natural law.Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
Islam mentaati hukum yang dibuat oleh pencipta manusia memang harus bersumber dari
Al-qur’an itulah yang menghantarkan masyarakat untuk menikmati kesejahteraan,
ketenteraman kedamaian dan sejumlah istilah lainnya yang semuanya berintikan keadilan.
Dan upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum Islam dalam praktek masyarakat
dan bernegara harus melalui proses yaitu proses dakwahdan proses kultural. Apabila Islam
memasyarakat, maka sebagai konsekuensinya hukum harus ditegakkan. Sementara itu fungsi
profetik agama adalah menghilangkan klasifikasi sosial tertentu yang mengakibatkan kebal
terhadap hukum, membebaskan manusia dari berbagai sistem dan struktur yang melestarikan
ketidak adilan.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
Ali, Zainuddin. Pendidikan Agama Islam.
Harun, Muhammad. Pendidikan Agama Islam.2011.Palembang: Polsri
http://www.scribd.com/doc/33477748/Hukum-Islam
http://axsdv.blogspot.com/2010/03/fungsi-profetik-agama-dalam-hukum.html
http://ml.scribd.com/doc/44397873/Tujuan-Hukum-Islam
17