metode COCD dalam pekerjaan sosial

metode COCD dalam pekerjaan sosial
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Pekerjaan sosial merupakan suatu profesi pertolongan untuk membantu individu,
kelompok, dan masyarakat dalam keberfungsian sosialnya. Prinsip pertolongan
pekerjaan sosial adalah “ to help people to help them self ” yang berarti setiap
perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh adanya usaha-usaha klien
sendiri, dan peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien
mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tujuan dari kesejahteraan sosial adalah
memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayaagunaan sumber yang ada
dengan menekankan adanya partipasi sosial serta menciptakan kondisi kehidupan
yang memungkinkan mereka mencapai tujuan. Sehingga metode pelayanan
masyarakat dalam praktek pekerjaan sosial dapat dilakukan dengan cara
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat atau dikenal dengan istilah
CO/CD (Community Organization/Community Development). Proses dalam
melakukan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat merupakan point

penting bagaimana pelaku perubahan berkiprah ataupun membangun masyarakat
untuk mandiri dan mampu berkembang menjadi masyarakat yang fungsional.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat?
2. Apa tujuan dari COCD?
3. Apa prinsip –prinsip dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat?
4. Keterampilan-keterampilan dasar apa dalam pengorganisasian dan
pengembangan msyarakat?
5. Apa peran pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat?

1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini


1.

Menjelaskan defnisi dari COCD

2.

Menjelaskan tujuan dan fungsi dari COCD

3.

Menjelaskan prinsip-prinsip dalam pengembangan masyarakat.

4.

Menjelaskan teknik-teknik dalam COCD

5.
Memahami peranan pekerjaan sosial dalam pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Defnisi COCD (Community Organization Community Development)

Community Organization adalah suatu proses untuk memelihara
keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan sosial dengan sumber-sumber

kesejahteraan sosial dari suatu masyarakat tertentu atau suatu bidang kegiatan
tertentu (Arthur Dunham, 1958). Community Work adalah suatu proses membantu
masyarakat untuk memperbaiki masyarakatnya melalui kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama (Alan Twevetrees, 1993)
Masyarakat dalam konteks pengembangan dan pengorganisasian,
diartikan sebagai sebuah ‘tempat bersama’ yakni sebuah wilayah geograf yang
sama (Mayo, 1998), misalnya RT,RW,kampung di pedesaan, perumahan di
perkotaan. Asumsi dasar pengorganisasian dan pengembangan masyarakat sebagai
berikut :
1. Suatu Proses

Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dipandang sebagai suatu
siklus maupun paradigma yang berkesinambungan berupa perubahan dari suatu
tahap ke tahap berikutnya yaitu tercapainya masyarakat mandiri.
2. Suatu Metode
Menitik beratkan pada cara yang dilakukan yaitu partisipasi masyarakat dan
pengorganisasian masyarakat
3. Suatu Program
Didalamnya terdapat unsur proses, metode, cara-cara tertentu dan titik
beratnya pada pencapaian tujuan organisasi dan penyelesaian dari serangkaian
kegiatan yang terukur secara kualitas dan bisa dilaporkan

4. Suatu Gerakan
Merupakan suatu usaha untuk memberantas hal-hal yang tidak baik
sehingga masyarakat menjadi komitmen dan dirancang untuk meningkatkan
kehidupan bagi semua warga masyarakat melalui partisipasi aktif
Pengertian secara umum adalah suatu proses untuk membantu masyarakat
agar dapat menggali dan menggerakkan sumber- sumber yang ada untuk
mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan.
2.2


Fungsi COCD
Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat memiliki fungsi antara

lain:

a.
Untuk memperoleh data dan fakta sebagai dasar untuk menyusun
perencanaan dan melakukan tindakan yang sehat
b.
Memulai mengembangkan dan merubah program dan usaha-uasha
kesejahteraan untuk memperoleh penyesuaian yang lebih baik antara sumbersumber dan kebutuhan
c.
Meningkatkan standar pekerjaan sosial untuk meningkatkan efektiftas kerja
dari lembaga-lembaga
d.
Meningkatkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan
koordinasi antara organisasi, kelompok dan individu-individu yang terlibat dalam
program dan usaha kesejahteraan sosial
e.
Mengembangkan pengertian umum dari masalah, kebutuhan dan metode

pekerjaan sosial
f.
Mengembangkan dukungan dan paertisipasi masyarakat dalam aktiftas
kesejahteraan sosial
Disisi lain, tujuan utama dari pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui
pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada
partisipasi sosial.
2.3

Prinsip Pengembangan Masyarakat

Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat adalah landasan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang pekerja sosial masyarakat, dan ini harus terinternalisasi dalam
diri pekerja sosial masyarakat.
1.

Pembangunan yang terintegrasi

Pembangunan sosial, ekonomi, politik, lingkungan, dan personal/spiritual,

semuanya mewakili aspek-aspek esensial dari kehidupan masyarakat.
Pengembangan aspek-aspek tersebut “menyatu” dengan kehidupan masyarakat,
oleh karena itu, suatu program pengembangan masyarakat harus
memperhitungkan seluruh aspek tersebut.
2.

Hak Asasi Manusia

Pemahaman dan komitmen terhadap HAM penting bagi pekerja sosial pada
setting makro, baik dalam pengertian negatif maupun positif. Dalam pengertian
negatif, bahwa hak-hak manusia itu dijadikan alat untuk menetapkan keputusankeputusan dan pelaksanaan dalam pencapaian tujuan. Dalam pengertian yang lebih
positif, pencapaian tujuan deklarasi umum hak-hak azazi manusia dapat digunakan
sebagai tujuan bagi pengembangan masyarakat.

3.

Berkelanjutan

Berbagai aktivitas pengembangan masyarakat harus terjadi dalam suatu
kerangka kerja yang mampu mendukung praktik pekerjaan sosial sehingga dapat

dipertahankan keberlangsungannya.
4.

Pemberdayaan

Aktivitas pengembangan masyarakat harus mampu memberikan sumbersumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada “mereka” untuk
menentukan diri mereka sendiri dan untuk berpartisipasi dalam setiap proses
pembangunan.
5.

Aspek personal dan politik

Dalam aktivitas pengembangan masyarakat aspek politis akan menjadi
bagian dari masalah individu, dan sebaliknya. Kurangnya pemahaman akan
interaksi dalam hal ini membuat potensi pengembangan masyarakat menjadi
terbatas.

6.

Hak milik masyarakat


Aktivitas pengembangan masyarakat bertujuan memperluas
kekayaan/potensi/sumber masyarakat serta berusaha membangun mereka. Dalam
pengertian ini terdapat dua aspek, yaitu: kepemilikan terhadap barang (material)
dan non material, seperti kepemilikan atau keterlibatan dalam struktur dan proses.
7.

Kepercayaan diri

Pengembangan masyarakat berusaha mengidentifkasi, memanfaatkan
sumber-sumber yang ada (sumber sendiri) semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat itu sendiri.
8.

Tidak tergantung pada negara

Sesuai dengan prinsip sebelumnya, suatu pendekatan pengembangan
masyarakat akan berusaha meminimalkan dana dari pemerintah, agar masyarakat
tidak menjadi tergantung.
9. Tujuan jangka pendek dan visi akhir

Dalam pekerjaan sosial masyarakat selalu terdapat ketergantungan antara
pencapaian tujuan jangka pendek dan visi akhir dari masyarakat, atau antara tujuan
proses dan tujuan akhir.

10. Pengembangan organisasi
Pengembangan organisasi memiliki arti bahwa masyarakat akan merasa
bangga atau terhormat sesuai dengan nilai dari atribut khusus masyarakat apabila
diizinkan dan didukung untuk berkembang dalam mencari unitnya sendiri, Hal ini
dilakukan dengan memahami kompleksnya hubungan antara masyarakat dengan
lingkungan.
11. Langkah-langkah pengembangan
Pengembangan masyarakat yang berhasil akan bergerak berdasarkan
langkah masyarakat itu sendiri dan pekerja masyarakat yang berhasil akan menilai
dari langkah dan tindakan itu.

12. Keahlian eksternal
Masing-masing masyarakat mengembangkan pengalaman dengan caranya
sendiri. Namun demikian, masyarakat dapat belajar dari pengalaman daerah lain
tetapi tidak harus meniru serupa dengan mereka.
13. Membangun masyarakat

Dalam beberapa kondisi, pengembangan masyarakat menjadi tujuan khusus
dari proses membangun masyarakat.
14. Proses dan hasil
Proses itu sendiri merupakan hal yang penting dalam menentukan proses dan
pencapaian tujuan pengembangan masyarakat. Untuk itu, seorang pekerja sosial
masyarakat dalam upaya pengembangan masyarakat harus memperhatikan proses
yang terjadi dan hasil yang dicapai.
15. Integritas dari proses
Pendekatan proses yang digunakan dalam membangun masyarakat adalah
merupakan hal yang penting dan benar, apabila hal tersebut dilakukan didasarkan
pada arah dan tujuan yang ingin dicapai.
16. Tanpa kekerasan
Aktivitas pengembangan masyarakat tidak diarahkan pada tindakan yang
memicu terjadinya kekerasan seperti yang sering terlihat dalam berbagai bentuk
tindak kekerasan fsik, yaitu militerisasi, kekerasan dalam rumah tangga, dll.
17. Keikutsertaan/keterlibatan

Pengembangan masyarakat membutuhkan proses yang melibatkan
seluruh masyarakat.
18. Kesepakantan
Konsensus dilakukan atas dasar persetujuan seluruh masyarakat dengan
maksud untuk mencari jalan keluar atau pemecahan yang disepakati oleh setiap
golongan masyarakat.
19. Kerjasama
Kerjasama antara masyarakat dapat membuktikan banyaknya manfaat yang
dapat diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
20. Partisipasi
Pengembangan masyarakat harus selalu memaksimalkan partisipasi setiap
orang dalam masyarakat yang diwujudkan secara aktif dalam proses dan kegiatan
pengembangan.
21. Mendefnisikan kebutuhan
Pengembangan masyarakat harus memperhatikan aspek kebutuhan
masyarakat secara keseluruhan, konsumen, tenaga kerja dan sumberdaya.
Bermacam-macam kebutuhan baik yang bersifat progresif maupun regresif yang
akan didefnisikan, memerlukan peranan semua orang.
22. Struktur yang merugikan
Pengembangan masyarakat harus konsisten dengan prespektif keadilan
sosial dan akan selalu memperhitungkan adanya penekanan-penekanan yang
terjadi baik dalam bentuk kelas sosial,gender,dan ras/etnik. Pengembangan
masyarakat harus menjamin bahwa mereka tidak dapat memperkuat bentukbentuk penekanan secara struktural.

Selain dari prinsip di atas, pandangan lain yang menyebutkan prinsip dari
pengorgansasian dan pengembangan masyarakat antara lain:
a.
Keseimbangan artinya mencari keseimbangan antara kebutuhan dengan
sumber yang ada di masyarakat
b.

Individualisasi artinya masyarakat yg satu berbeda dgn masyarakat yg lainnya

c.
Penerimaan artinya masyarakat harus dipandang dan diterima sebagai mana
adanya, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mulai
kegiatan/program

d.
Partisipasi artinya semua unsur masyarakat harus dilibatkan sehingga
berperan aktif di dalam kegiatan
e.
Perubahan dinamis artinya pada dasarnya masyarakat tidak statis tetapi
dinamis sehingga terjadinya perubahan-perubahan yang harus disesuaikan dengan
kondisi-kondisi dan kemampuan masyarakat
f.
Interdependensi artinya semua unsur yang ada dalam masyarakat tersebut
selalu tergantung dan tidak ada yang mampu tanpa berhubungan dengan yang lain.
Aplikasi pekerjaan sosial artinya proses pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat menjadi bagian yang integral dari pekerjaan sosial. Prinsip- prinsip
peksos harus diterapkan didalam seluruh kegiatannya.
2.4

Model-Model Pendekatan Intervensi

1. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Develepment)
Model ini biasa juga disebut community development. Model ini memandang
bahwa perubahan atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan
sangat baik melalui suatu partisipasi aktif dari masyarakat lokal. Model ini menuntut
adanya keterlibatan berbagai golongan atau lapisan masyarakat (termasuk yang
kurang beruntung ataupun struktur kekuasaan), terutama dalam mengidentifkasi
dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi.
Yang menjadi sasaran dari model ini masyarakat pada level grass root (akar
rumput) yang kurang memiliki kemampuanbekerjasama dan memanfaatkan sistem
sumber baik di pedesaan maupun perkotaan. Tujuannya adalah menolong
masyarakat lokal dalam menemukan masalah, kebutuhan, potensi dan sumbersumber; membuat rencana pembangunan;mendampingi pelaksanaan
pembangunan dalam kurun waktu tertentu hingga masyrakat mampu
melakukannya sendiri.
Peranan dari pekerja sosial yang menonjol dari model ini adalah: Enabler,
mempercepat pencapaian hasil, coordinator, serta guru dalam meningkatkan
keterampilan untuk memecahkan masalah serta dalam memberikan pertimbanganpertimbangan etik.
Model ini menggangap bahwa konfik antara berbagai kelompok kepentingan
yang terjadi dapat ditangani secara kreatif dan konstruktif. Model ini berupaya
untuk mendorong agar mengekspresikan aspirasi mereka yang beragam secara
bebas, akan tetapi model ini juga yakin bahwa kelompok-kelompok tersebut akan
menyampingkan kepentingan-kepentingan pribadinya demi pencapaian bersama.
Tema sentral dari model adalah: “Bersama ktia ungkapkan apa yang harus
kita lakukan, dan laksanakan secara bersama pula”. Model ini berupaya untuk
memaksimalkan pemanfaatan diskusi dan komunikasi antar kelompok dalam
masyarakat untuk mencapai kesepakatan mengenai focus masalah yang dihadapi

serta strategi atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut.
2. Model Perencanaan Sosial (Social Planning)
Model ini terutama menekankan pada suatu proses teknik dalam
memecahkan masalah. Model ini meyakini bahwa masalah yang dihadapi oleh
masyarakat dengan lingkungan yang kompleks (biasanya masyarakat industri)
memerlukan seseorang perencana yang memiliki keterampilan serta terlatih dan
mampu membimbing masyarakat dalam melakukan proses perubahan yang
kompleks.
Peranan sebagai seorang tenaga ahli sangat ditekankan dalam model ini
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Seorang perencana atau tenaga ahli ini
biasanya bekerja sebagai pegawai pada suatu bagian dari struktur kekuasaan,
seperti pemerintahan, suatu yayasan, lembaga dan sebagainya. Karena dia bekerja
sebagai pegawai pada bagian dari struktur kekuasaan ini, maka terdapat
kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan-kepentingan dari struktur
kekuasaan tersebut. Upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat, pada umumnya kurang mendapat perhatian dalam model ini.
Peranan perencanaan dalam model ini meliputi pengumpulan data-fakta,
menganalisis data, dan bekerja sebagai perancang program. Partisipasi masyarakat
dalam model ini dipandang secara sangat bervariasi. Mulai yang sangat kecil
sampai yang moderat/cukupan, tergantung dari sikap masyarakat terhadap
masalah yang ingin dipecahkan. Focus utama dari model ini terletak pada upaya
untuk mengidentifkasikan kebutuhan masyarakat serta melakukan perancangan
pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.Tema
sentral dari model ini adalah : “dapatkanlah data, kemudian lakukan tahapan
berikut secara rasional”.
3. Model Aksi Sosial (Social Action)
Model ini memiliki pandangan bahwa di dalam masyarakat yang
bersangkutan, terdapat suatu bagian/kleompok yang kurang beruntung (yang
seringkali tertindas) yang perlu dibantu, diorganisasikan dalam rangka menekan
struktur kekuasaan yang menindasnya. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh
sumber-sumber atau perlakuan yang lebih baik sesuai dengan asa demokrasi dan
keadilan.
Model ini seringkali juga dilakukan untuk melakukan perubahan pada institusiinstitusi utama, seperti institusi ekonomi, pasar, maupun kebijakan tertentu. Model
ini terutama dilakukan untuk mencapai redistribusi sumber maupun kekuasaan
(power). Model social action menekankan pada gerakan pembangunan sosial yang
dilakukan secara partisipatif (collective action). Pembangunan dilakukan sebagai
gerakan moral yang lebih mengutamakan pembangunan modal sosial

Peranan pekerja sosial dalam hal ini meliputi : peranan sebagai pembela,
penggerak, activist, pemberi semangat juang/partisipan, dan negosiator. Strategi
atau taktik yang digunakan dalam model ini meliputi : prostest, boycotts,
konfrontasi, dan negosiasi.
Tema sentral dari model ini adalah : “marilah kita galang kekuatan untuk
mengubah penindas kita”. System klien dalam model ini dipandang sebagai
“korban” dari penindasan struktur kekuasaan. Model social action ini tidak banyak
dilakukan pekerja social (bahkan di Negara maju sekalipun). Banyak pekerja sosial
yang terlibat dalam kegiatan social action ini akan mendapat sanksi dari lembaga
yang mempekerjakannya, mendapatkan penurunan jabatan, atau bahkan
pemutusan hubungan kerja. Oleh karena itu, model ini seringkali dimodifkasi
sedemikian rupa, sehingga strategi atau taktik yang terlalu radikal diperlunak
sampai batas-batas tertentu.

2.5

Keterampilan-Keterampilan Dalam COCD

Ketrampilan pekerja sosial berikut ini merupakan ketrampilan inti dalam
pekerjaan sosial dengan masyarakat yang sangat penting bagi sebagian pekerjaan
sosial dalam setting apapun dia bekerja.
a. Komunikasi personal.
Ketrampilan komunikasi interpersonal secara baik merupakan ketrampilan
yang sangat vital. Kemampuan komunikasi tersebut membutuhkan kemampuan
untuk
-

Memulai suatu komunikasi atau percakapan

-

Menyimpulkan komunikasi atau percakapan

-

Mengupayakan agar suatu percakapan yang terfokus

-

Menyadari pentingnya lingkungan fsik dalam komunikasi personal.

-

Mendengarkan dengan sungguh-sungguh

-

Memahami dan mengnterprestasikan apa yang diucapkan

-

Menjaga lawan bicara tetap nyaman

-

Mengajukan pertanyaan secara tepat

Mendorong lawan bicara untuk mengungkapkan implikasi dari apa yang
sedang didiskusikan

-

Mengungkapkan kesan dalam bahasa yang mudah dipahami

-

Mendorong keseriusan

Meyakinkan bahwa interaksi yang terjadi adalah umum sebuah dialog bukan
permainan kekuatan dan kendali
Menyadari adanya perbedaan budaya dan memiliki sensitivitas dalam
komunikasi
-

Menggunakan bahasa tubuh untuk memperkuat komunikasi

-

Menyadari kendala waktu dan prioritas orang lain.

Program-program pelatihan ketrampilan komunikasi interpersonal secara
lebih efektif. Pada kenyataannya akan memberikan feed back serta mendorong
kesadaran dan refeksi kritis. Sebagai suatu konteks dimana refeksi kritis dapat
dilakukan, maka pelatihan-pelatihan seperti sangat bermanafaat bagi seorang
pekerja sosial masyarakat.
b. Kelompok dan pertemuan
Banyak waktu yang dimiliki oleh pekerja sosial tercurah dalam kelompok
kecil. Dengan demikian pekerja sosial harus melakukan tugas-tugas tersebut yang
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang meliputi kemampuan untuk :
-

Mengamati dan sadar tentang dinamika kelompok

Menyadari pengaruh faktor budaya dan gender yang mungkin menghalangi
seseorang untuk berpartisipasi secara penuh
-

Memahami pentingnya lingkungan fsik

-

Berbicara dalam kelompok secara efektif

Melaksanakan kepemimpinan, jika diperlukan dalam memfasilitasi prosesproses kelompok
-

Melibatkan para partisipan yang terlalu banyak bicara.

Menginterprestasikan dan melakukan refeksi atas apa yang diucapkan,
sehingga seluruh anggota kelompok dapat memahami.
-

Membantu kelompok untuk mencapai konsensus.

-

Mempersiapkan pertemuan kelompok

-

Menyusun agenda

-

Membuat catatan kecil atau berbagai bentuk catatan lain yang sesuai

-

Mencegah kelompok keluar dari tujuan

-

Mencegah terpecahnya kelompok

-

Memahami prosedur pertemuan=pertemuan formal

-

Mengupayakan resolusi formal

-

Menginterprestasikan konstitusi

Memanfaatkan humor untuk meredakan ketegangan serta membangun
solidaritas.
Ketrampilan-ketrampilan ini terutama berguna untuk bekerja dengan
kelompok kecil maupun kelompok-kelompok yang terpusat pada tugas, kelompok
yang biasanya ditangani oleh pekerja sosial kelompok. Tanggung jawab pekerja
sosial yang utama adalah meyakinkan adanya dukungan lingkungan terhadap
berlangsungnya proses-proses pengembangan.
c. Pendidikan masyarakat.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dari peranan pekerja sosial
masyarakat, sehingga keterampilan-keterampilan dalam pendidikan sangatlah
penting. Dalam rangka untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat penting
bagi pekerja social memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
menentukan sendiri agenda pelatihan yang dibutuhkannya.
Bebagai ketrampilan yang berkaitan dengan pendidikan , juga yang
berkaitan dengan kelompok dan interaksi interpersonal bukanlah sesuatu yang
bersifat membingungkan. Keterampilan-keterampilan ini erat sekali kaitannya
dengan pengalaman hidup sehari-hari dari sebagian besar orang. Seorang pekerja
sosial yang baik akan selalu berusaha untuk mencari kesempatan masuk dalam
upaya-upaya peningkatan landasan maupun dialog-dialog serta menghubungkan
pengalaman-pengalaman seseorang dengan konteks sosial, budaya, ekonomi yang
lebih luas.
d. Menyediakan sumber bagi struktur dan proses-proses masyarakat.
Pekerja sosial masyarakat seringkali berupaya untuk membantu masyarakat
atau kelompok-kelompok masyarakat dalam memperoleh informasi, sumbersumber, ketrampilan-ketrampilan maupun tenaga ahli yang dibutuhkan dalam
rangka memperkuat struktur maupun tujuan-tujuannya sendiri. Walaupun demikian
pekerja sosial tentunya tidak diharuskan untuk memberikan semua yang
dibutuhkan dengan pengetahuan tentang apa yang tersedia dari berbagai sumber
dan mengetahui bagaimana cara membantu masyarakat untuk memperoleh apa
yang dibutuhkannya. Pekerja sosial tidak diharapkan untuk tahu segalanya,

melainkan dituntut untuk mengetahui dimana sumber informasi yang dibutuhkan
berada.
Ketrampilan untuk menyediakan sumber bagi proses dan struktur
masyarakat ini juga tidak boleh mengingkari prinsip-prinsip pemberdayaan.
Pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat lebih memberdayakan
dibanding memanfaatkan sumber dari luar. Ketrampilan pekerja sosial untuk
menaksir hal ini merupakan ketrampilan penting pula yang harus dimiliki.
e. Ketrampilan membuat tulisan
Penting bagi seorang pekerja sosial untuk memiliki kemampuan untuk
membuat tulisan. Pekerja sosial seringkali membuat beraneka ragam jenis karya
tertulis. Penguasaan atas berbagai bahasa yang baik sangat menunjang dan
bermanfaat dan juga diperlukan kemampuan untuk mengekspresikan gagasannya
melalui berbagai tulisan yang mudah dipahami.
Sehubungan dengan ketrampilan menulis ini pekerja sosial perlu memiliki
kesadaran diri pada tingkat yang tinggi., sehingga dia mampu membuat
assessment terhadap apa yang dapat dilakuikannya dan ketrampilan-ketrampilan
apa yang dapat dikembangkannya.
f.

Memberi motivasi, meningkatkan antusiasme dan mengaktifkan.

Ketrampilan-ketrampilan pekerja sosial masyarakat yang berkaitan dengan
peranan pekerja sosial dalam memberikan motivasi, meningkatkan antusiasme
masyarakat merupakan keterampilan yang banyak berasal dari kepribadian pekerja
sosial itu sendiri. Ketrampilan ini merupakan aktivitas yang kompleks yang dapat
ditempuh pekerja sosial untuk mengembangkan ketrampilannya. Dengan demikian
akan sangat berbeda sesuai dengan karakteristik dan situasi individual dari pekerja
sosial tersebut.
g.

Mengatasi konfik-konfik negoisasi dan mediasi

Ketrampilan negoisasi dan mediasi sangat penting bagi seorang pekerja
sosial masyarakat. Ketrampilan ini meliputi berbagai ketrampilan yang akan
diperoleh oleh pekerja sosial karena unsur kemanusiannya. Akan tetapi diperlukan
cara khusus untuk memanfaatkannya. Terdapat banyak kursus-kursus yang
ditujukan untuk melatih penanganan konfik, usaha-usaha mediasi dan negoisasi,
Dengan demikian, seperti juga ketrampilan-ketrampilan lain, pekerja sosial
masyarakat harus mengembangkan kesadaran nilai yang kuat terhadap isu-isu
struktural.
h. Perwakilan/representatif dan advokasi.
Untuk mampu memerankan fungsi advokasi, pekerja sosial harus memiliki
ketrampilan untuk mendengar serta memahami masyarakat dan mampu

menampilkan kasus yang dihadapi masyarakat pada forum-forum lain. Tugas untuk
mendengar dan memahami masyarakat, pekerja sosial perlu memiliki penerimaan
serta responsivitas yang didukung oleh kemampuan untuk mendengar, melakukan
interprestasi maupun kemampuan untuk memahami situasi yang dihadapi.
Sedangkan tugas untuk menampilkan kasus yang dihadapi kepada forum lain,
pekerja sosial perlu memiliki ketrampilan untuk memaparkan secara jelas, tegas
dan kemampuan-kemampuan komunikasi.
Hanya dengan kombinasi dari berbagai ketrampilan tersebut, pekerja sosial
mampu memerankan diri sebagai pembela yang efektif. Selain itu pekerja sosial
juga harus sadar tentang problematik dari peranan advokasi.
i.

Presentasi publik

Presentasi kepada publik merupakan keterampilan penting lain yang harus
dikembangkan oleh pekerja sosial. Seringkali pekerja sosial harus membuat
presentasi kepada publik, baik dalam masyarakat itu sendiri maupun diluar
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan secara efektif, jika pekerja sosial masyarakat
itu mampu menyampaikan suatu bahasan secara jelas, lancar dan menarik.
Presentasi kepada publik perlu didukung oleh kemampuan untuk menggunakan alat
bantu audio visual.
j.

Bekerja dengan media massa.

Terdapat berbagai keterampilan penting yang berkaitan dengan
pemanfaatan media massa ini. Hal ini meliputi pengetahuan tentang trik-trik untuk
menghadapi suatu interview atau menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sulit,
mengetahui bagaimana menyampaikan pesan dalam suatu interview, mampu
membuat tulisan-tulisan yang akan disampaikan kepada media massa. Prinsip
utama dalam membuat tulisan untuk mengisi media massa adalah dengan
membuat tulisan sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan secara langsung oleh
wartawan. Gaya tulisan dalam surat kabar seringkali sangat berbeda dengan tulisan
ilmiah. Sehingga diperlukan nasehat dari orang-orang yang memiliki ketrampilan
membuat tulisan-tulisan dalam media massa seperti itu.
k. Manajemen dan organisasi.
Banyak pekerjaan-pekerjaan pengembangan masyarakat yang berhasil
berkat adanya organisasi dan manajemen yang efektif. Mungkin lebih dari berbagai
aktivitas lain, manajemen dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting yang
perlu dilakukan orang-orang yang sangat profesional.
Pekerja sosial masyarakat tidaklah diharapkan menjadi seorang manajer,
melainkan membantu masyarakat untuk mengatur urusan-urusannya sendiri,
bukannya menyerahkan tugas-tugas tersebut kepada seorang manajer profesional.
Ketrampilan sederhana yang diperlukan oleh pekerja sosial adalah melakukan

sesuatu secara terorganisir. Istilah efsien dan organisasi ini dipahami oleh
terminologi.
l.

Penelitian.

Tugas-tugas yang dilakukan oleh seorang pekerja sosial membutuhkan
ketrampilan dalam bidang penelitian dasar, penelitian ini bukanlah suatu penelitian
yang sangat kompleks, melainkan pengumpulan dan analisis data dasar yang
relevan secara sistematis. Hal ini meliputi kemampuan dalam memanfaatkan data
sensus , catatan-catatan pemerintah lokal, merancang dan melaksanakan survey
kebutuhan, melakukan evaluasi dan sebagainya. Para pekerja sosial yang tidak
memiliki latar belakang penelitian perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
penelitian sesuai dengan kebutuhan praktek. Selain itu pekerja sosial juga
memperoleh ketrampilan penelitian ini dengan membaca berbagai buku atau
makalah-makalah yang relevan.
2.6

Teknik-Teknik Dalam COCD

Penerapan model/pendekatan/metode pengembangan masyarakat perlu
menerapkan taktik/teknik yang tepat. Hal penting yang juga menjadi perhatian
adalah bahwa setiap upaya perubahan dalam masyarakat, selalu berkaitan dengan
persoalan alokasi sumber yang bersifat terbatas. Terdapat 4 aspek utama yang
disarankan Brager
dalam pemilihan taktik pemberian pelayanan, yaitu:


Taktik yang akan diterapkan harus terencana dengan baik



Taktik yang dipilih digunakan untuk menghasilkan respon-respon spesifk



Pemilihan taktik dilakukan dengan melibatkan interaksi dengan orang lain



Pemilihan taktik harus berorientasi pada tujuan (goal oriented).

Brager (1987) dan Holloway (1978) membagi 3 jenis teknik (taktik) dalam
pengembangan masyarakat:
1. Kolaborasi (kerjasama)
Kolaborasi dilakukan apabila sistem sasaran setuju (mudah teryakinkan
untuk sepakat) dengan sistem kegiatan mengenai perlunya perubahan dan
dukungan alokasi sumber. Ada dua jenis teknik kolaborasi, yaitu:
a.

Implementasi

Digunakan manakala sistem kegiatan dan sistem sasaran bekerja sama
dengan
kesepakatan akan perubahan yang diinginkan serta adanya
dukungan pengambil
keputusan akan alokasi dana yang dibutuhkan.

b.

Membangun kapasitas (capacity building) yang dilakukan melalui :

Partisipasi, mengacu pada kegiatan-kegiatan yang berupaya untuk melibatkan
anggota sistem klien dalam usaha perubahan.
2.

Kampanye (penyuluhan sosial)

Teknik ini diperlukan untuk dilakukan apabila sistem sasaran tidak menolak
untuk berkomunikasi dengan sistem kegiatan, akan tetapi konsensus akan perlunya
perubahan belum tercapai, atau sistem sasaran mendukung perubahan tetapi tidak
ada alokasi sumber untuk perubahan tersebut.
1. Teknik Edukasi
Sistem perubahan berinteraksi dengan sistem sasaran dengan menyajikan berbagai
persepsi, sikap, opini, data dan informasi mengenai perubahan yang diinginkan,
dengan tujuan untuk meyakinkan sistem sasaran mengubah cara berpikir atau
bertindaknya, yang selama ini dianggap kurang sejalan dengan perubahan yang
diperlukan.
2.

Teknik Persuasi

Mengacu pada seni untuk meyakinkan orang lain agar menerima dan mendukung
pandangan-pandangannya atau persepsinya mengenai suatu isu:
-

Kooptasi (cooptation)

Meminimalkan kemungkinan terjadinya oposisi dengan cara
menyerap atau melibatkan anggota-anggota sistem sasaran ke dalam sistem
kegiatan. Pelibatan anggota kelompok sasaran secara individual disebut “informal
cooptation”, sedangkan melibatkan sistem sasaran secara kelompok disebut ‘formal
cooptation”.
-

Lobi (Lobbying)

Lobi adalah bentuk persuasi yang mengarah pada perubahan
kebijakan di bawah jelajah sistem pengendalian. Kegiatan diarahkan pada para elit
yang menjadi kunci dalam perumusan kebijakan.
-Penggunaan Media Massa
Mengembangkan dan menayangkan cerita-cerita yang bernuansa berita ke dalam
media-media elektronik maupun cetak dengan tujuan untuk mempengaruhi
pendapat umum. Teknik ini digunakan untuk mendesak para pengambil keputusan
untuk menyepakati cara-cara pemecahan masalah yang telah teridentifkasi.
3.

Kontes

Kontes dilakukan apabila sistem sasaran tidak setuju dengan perubahan dan
atau alokasi sumber dan masih terbuka bagi terjadinya komunikasi mengenai
ketidaksepakatan ini. Kegiatan yang termasuk kategori teknik ini, adalah:
a. Tawar menawar (bargaining) dan negosiasi
b. Aksi masyarakat (social action)
2.7

Peranan Pekerja Sosial Masyarakat

1. Peranan Fasilitatif
Peranan-peranan yang dikelompokan sebagai peran fasilitatif adalah peranan yang
berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung pengembangan masyarakat.
a.

Animasi Sosial

Animasi sosial menggambarkan suatu peranan yang penting dalam praktek
pekerjaan sosial masyarakat, yaitu kemampuan untuk mengilhami, menyemangati,
mengaktifkan, mendukung, menggerakan dan memotivasi orang lain untuk tindak.
b.

Mediasi dan Negosiasi

Pekerja sosial masyarakat akan sering berhadapan dengan konfik-konfik ini,
seorang pekerja sosial masyarakat kadang-kadang berperan sebagai mediator.
c.

Dukungan ( support )

Satu dari peranan pekerja sosial masyarakat yang sangat penting adalah untuk
memberikan dukungan kepada orang-orang yang dilibatkan dalam struktur dan
aktivitas masyarakat.
d.

Membangaun Konsensus

Membangun kesepakatan merupakan perluasan dari peranan mediasi yang dibahas
sebelumnya. Peranan ini menekankan pada tujuan umum/bersama,
mengidentifkasi alasan-alasan umum, dan menolong masyarakat untuk mengarah
pada kesepakatan yang dapat diterima oleh orang lain.
e.

Fasilitasi Kelompok

Dalam berbagai hal, seorang pekerja sosial masyarakat akan memainkan peranan
fasilitas dengan suatu kelompok, apakah secara formal sebagai seorang pemimpin,
atau secara informal sebagai anggota kelompok yang mampu membantu kelompok
untuk mencapai tujuannya dengan cara efektif.
f.

Pemanfaatan Keterampilan dan Sumber-sumber

Peran penting dari pekerja sosial masyarakat adalah untuk mengidentifkasi dan
menempatkan sumber-sumber ini, dan membantu masyarakat untuk melihat
bagaimana sumber-sumber itu dapat digunakan.
g.

Organisasi

Organisasi digambarkan sebagai seseorang yang “membuat sesuatu terjadi”.
Peranan ini memerlukan peranan berfkir apa yang perlu dilakukan, dan
meyakinkan bahwa hal itu terjadi.
2.

Peranan edukasional

Kategori kedua dari peranan pekerja sosial masyarakat adalah peranan
edukasional. Jika pada peranan fasilitatif, pekerja terlibat dalam menstimulasi dan
mendukung proses-proses masyarakat, maka peranan edukasional menuntut
pekerja lebih aktif dalam setting agenda. Peranan seorang pekerja sosial
masyarakat terdiri atas:
a.

Menumbuhkan kesadaran

Menumbuhkan kesadaran dimulai dengan menghubungkan pribadi dengan politik,
atau individu dengan struktural.
b.

Menginformasikan

Secara sederhana memberikan informasi yang relevan kepada orang/masyarakat
dapat menjadi peranan yang sangat bermanfaat bagi seorang pekerja sosial
masyarakat.
c.

Mengkonfrontasikan

Dalam beberapa situasi masalah, mungkin merupakan hal yang besar dan bahwa
kelompok atau masyarakat tidak mampu menghadapinya, maka pekerja sosial
masyarakat perlu mengkonfrontasikan kelompok dengan konsekuensi-konsekuensi
tindakannya.
d.

Pelatihan

Pelatihan merupakan peranan edukatif yang sangat khusus, peranan ini secara
sederhanan menyangkut mengajar orang-orang atau masyarakat bagaimana
melakukan sesuatu.
3.

Peranan representasi

Istilah peranan ini yaitu representasi digunakan untuk menunjukan
peranan pekerja sosial masyarakat dalam berinteraksi dengan badan-badan
eksternal/luar, demi kepentingan atau keuntungan masyarakat. Peranan-peranan
ini antara lain:

a.

Memperoleh Sistem Sumber

Disatu sisi, prinsip kepercayaan diri berusaha memanfaatkan sumber-sumber yang
mungkin diperoleh dari dalam masyarakat, namun ada waktunya bila seorang
pekerja sosial masyarakat perlu mencari sumber-sumber dari sumber eksternal.
b.

Advokasi

Disini pekerja sosial masyarakat mewakili kepentingan individu, kelompok dan
masyarakat itu dan meletakkan kasus mereka pada urusan yang lebih baik.
Peranan advokasi merupakan peranan yang sangat berkuasa, dan dengan peranan
ini pekerja sosial masyarakat mudah berada/masuk dalam posisi yang berwenang.
c.

Media Massa

Pekerja sosial masyarakat dalam beberapa hal perlu menggunakan media secara
efektif. Peranan ini menyangkut kemampuan pekerja sosial masyarakat dalam
penerbitan, melakukan interview di radio, televise atau media cetak atau partisipasi
dalam suatu debat atau forum.
d.

Hubungan Masyarakat

Pekerja sosial masyarakat perlu menyadari tentang image yang perlu diproyeksikan
oleh proyek masyarakat, dan untuk mempromosikan image/gagasan yang tepat
dalam konteks yang lebih luas.
e.

Jaringan Kerja

Jaringan kerja berarti membangun hubungan dengan banyak orang, dan mampu
memanfaatkan mereka untuk mempengaruhi perubahan.
f.

Berbagai Pengetahuan dan Pengalaman

Pekerja sosial perlu saling membagi pengalaman dengan orang lain, baik dengan
sesame pekerja sosial masyarakat maupun dengan anggota masyarakat.
4.

Peranan teknikal

a.

Pengumpulan dan analisa data

Peranan ini berkaitan dengan peranan pekerja sosial masyarakat dalam penelitian
sosial. Menggunakan berbagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial untuk
mengumpulkan data yang relevan dan untuk menganalisa dan menyajikannya.
b.

Penggunaan Komputer

Sangatlah penting bagi pekerja sosial masyarakat untuk mampu menggunakan
computer, selain itu penggunaan computer dapat menjadi bagian dari strategi

pengembangan masyarakat untuk membantu anggota masyarakat lainnya dalam
memperoleh keterampilan computer.
c.

Persentasi Lisan dan Tulisan

Pekerja Pekerja sosial masyarakat pasti membuat tulisan-tulisan, tulisan-tulisan ini
mencakup laporan tertulis, pengeluaran dana, laporan-laporan pertemuan, kertas
diskusi dan surat-surat.
d.

Manajemen

Peranan manajemen menjadi penting pada saat pertanggung jawaban pengelolaan
proyek. Pada level masyarakat, konsep-konsep seperti manajemen menengah tidak
diterapkan secara normal.
e.

Kontrol Finansial

Peranan teknis yang terakhir adalah manajemen keuangan. Dalam bidang ini,
biasanya pekerja sosial masyarakat memiliki latar belakang atau pengalaman
sedikit dalam hal ini, dan mungkin akan lebih baik bila ia mencari asisten yaitu
orang yang.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Asumsi dasar pengorganisasian dan pengembangan masyarakat adalah
sebagai sebuah adalah suatu proses untuk membantu masyarakat agar dapat
menggali dan menggerakkan sumber- sumber yang ada untuk mengatasi masalah
atau memenuhi kebutuhan. Tujuan utama metode pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat
melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan
pada prinsip partisipasi sosial.
Sebagai sebuah metode dalam profesi pertolongan, Pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dfdasarkan pada kerangka pekerjaan sosial. Ada
prinsip-prinsip, model-model pendekatan, teknik-teknik dalam praktek dan
keterampilan-keterampilan dasar yang harus diperhatikan serta adanya peranan
pekerjaan sosial dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Sebagaimana prinsip pekerjaan sosial “ to helf people to help themself ”
yang berati pekerjaan sosial membantu masyarakat agar dapat menolong dirinya
sendiri. Maka metode COCD membantu masyarakat agar mampu secara mandiri
untuk memobilisir dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Netting, F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry.2004.Social Work Macro
Practice (third edition).Boston:Allyn and Bacon.

Suharto,edi. 1997. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Sekolah
tinggi kesejahteraan sosial bandung. Bandung

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM
PENANGANAN MASALAH SOSIAL GLOBAL
Oleh: Edi Suharto, PhD
Abstract
This paper aims to identify roles of social workers in the alleviation of global
social problems. It argues that globalisation leads to massive change, for better
or worse, around the globe. This change provides challenges as well as
opportunities for social workers to contribute their expertise in the global arena.
As such, in order to respond to the global interdependence as well as its
implications, both social welfare development and social workers in Indonesia
require more robust commitment to the international dimensions of social work
education, professional associations, and human services.
Disampaikan pada Seminar “Isu-Isu Global dan Masalah Sosial Strategis yang
Berpengaruh terhadap Pembangunan Kesejahteraan Sosial”Departemen Sosial
RI, Jakarta 27-28 Januari 2004
PROLOG
Sejalan dengan hadirnya era milenium baru, perubahan sosial berlangsung
secara cepat dan massif, menyentuh setiap sisi kehidupan umat manusia di
belahan bumi manapun. Berakhirnya Perang Dingin (The Cold War) ditandai
dengan berakhirnya era konflik ideologis yang telah sekian lama membagi dunia
kedalam dua kubu yang berlawanan. Kemenangan demokrasi atas
totalitarianisme serta keunggulan kapitalisme atas sosialisme telah menawarkan
peningkatan interaksi dan kolaborasi antar peradaban yang kemudian
memperkuat hegemoni globalisasi.
Makalah ini mengkaji pembangunan kesejahteraan sosial dan peran pekerjaan
sosial dalam konteks globalisasi. Dengan menempatkan globalisasi sebagai
muara permasalahan sosial global, peran pekerjaan sosial (social work) dalam
arena pembangunan kesejahteraan sosial pada skala nasional dan internasional
menjadi mudah dipetakan. Selain itu, pandangan ini sejalan dengan paradigma
baru pekerjaan sosial. Respon pekerja sosial tidak lagi bersifat reaktifsimptomatif yang hanya berperan sebagai “tukang sapu” sampah sosial.
Melainkan, harus pula terlibat dalam perancangan kebijakan sosial strategis
menghadapi perubahan sosial yang terjadi dalam matra global. Selain harus
mampu menangani persoalan sosial yang muncul di hilir, pekerja sosial harus
tanggap pula terhadap isu-isu sosial yang hadir di hulu.
Tulisan ini bersandar pada argumen pokok sebagai berikut: globalisasi ekonomi
adalah ibarat pedang bermata dua; mata yang satu menorehkan kemakmuran
ekonomi, sementara mata yang lainnya menggoreskan luka-luka kemanusiaan.
Transformasi global ini kemudian mengguratkan tantangan sekaligus
kesempatan pada para pekerja sosial, tidak hanya dalam skala nasional,

melainkan pula pada aras internasional. Realitas baru yang terbentang memberi
pesan jelas bahwa globalisasi menuntut redefinisi dan reposisi peran pekerjaan
sosial serta pembangunan kesejahteraan sosial di Tanah Air yang berdimensi
internasional. Alur pikir makalah ini disajikan dalam Gambar 1.
GLOBALISASI
Tidak berlebihan, jika membaik dan memburuknya persoalan global dipandang
sebagai dampak dari, atau bermuara pada, globalisasi. Seorang kolumnis
Boston Globe menyatakan: “Dalam dunia yang menciut, baik dan buruk dapat
dengan mudahnya berpindah-pindah. Saat ini, kekuatan gelap globalisasi
tampaknya lebih kuat menggenggam.” (Charles Stein dalam Damanhuri, 2003).
Karenanya, mudah dipahami bahwa ketika Standars & Poor mengumumkan
bahwa harga saham pada perusahaan-perusahaan AS pada Maret 2000
menurun sekitar 40 persen, dalam waktu singkat situasi ini merembet ke negaranegara Eropa Barat dan Asia. Dalam periode yang sama, Inggris mengalami
penurunan saham sebesar 42 persen, Prancis sebesar 57 persen dan Jepang
sebanyak 63 persen. Dampak negatif kemerosotan ekonomi ini pada gilirannya
menimbulkan atau memperparah situasi kemiskinan dan pengangguran di
negara-negara berkembang yang sebelumnya sudah buruk.

Globalisasi sering dipahami sebagai proses internasionalisasi perekonomian
yang ditandai dengan semakin terbukanya perdagangan dan peredaran uang
antar negara. Dalam bahasa Ramesh Mishra (1999:3-4), “Globalization refers to
a process through which national economies are becoming more open and thus
more subject to supranational economic influences and less amenable to
national control.” Globalisasi dibentuk oleh politik dan ideologi neoliberalisme.
Sehingga dalam kenyataannya, antara globalisme dan neoliberalisme adalah

dwitunggal yang sulit dipisahkan. Neoliberalisme sendiri berakar pada ekonomi
neo-klasik. Dua tokoh utama pemikiran ini adalah Frederick von Hayek dan
muridnya Milton Friedman. Inti ajarannya menekankan pentingnya kebebasan,
khususnya kebebasan ekonomi dari campur tangan negara. Negara dipandang
sebagai penghambat mekanisme pasar dan karenanya mengganggu
pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, neoliberalisme sangat anti terhadap
welfare state dan developmental state (Mishra, 1999; Suharto, 2001a.,2001b,
2002).
Kemakmuran versus Kesengsaraan
Dengan dukungan neoliberalisme, kekuatan globalisasi tidak ada yang
meragukan. Bermula dari sekte kecil di Universitas Chicago, embusan
globalisasi kini menguasai jaringan internasional, lembaga penelitian, pers, dan
penerbitan. Sebagian besar ilmuwan dan kepala pemerintahan akan merasa
“rendah diri” kalau tidak mengutip doktrin-doktrin neoliberalisme. TINA (There Is
No Alternative) adalah jargonnya yang begitu membahana mengisi setiap relung
pemikiran ekonom dan ilmuwan sosial. Seakan-akan, pembangunan dunia ini
tidak memiliki alternatif lain, selain mengikuti pendekatan neoliberalisme. Dalam
tataran praktis, hampir tidak ada satupun negara di dunia ini yang bebas dari
Coca-cola, McDonald, KFC, dan Levis, lambang supremasi corporate capitalism
yang menguasai sistem ekonomi abad 21 (Suharto, 2002).
Kemajuan standar hidup akibat globalisasi memang mengagumkan (lihat Baasir,
2003; UNDP, 2002:13). Akumulasi kekayaan dunia pada periode 1986-2000
melonjak empat kali lipat, dari 7,2 triliun dollar AS menjadi 27 triliun dollar AS.
Jumlah penduduk dunia yang hidup dalam kemiskinan absolut menurun dari 29
persen di tahun 1990 menjadi 23 persen pada tahun 1999. Angka partisipasi
Sekolah Dasar juga meningkat dari 80 persen (1990) menjadi 84 persen (1998).
Sejak tahun 1990, sekitar 800 juta dan 750 juta orang telah memiliki akses
terhadap air bersih dan sanitasi secara berturutan.
Namun di sebalik itu, globalisasi juga telah membawa penderitaan baru bagi
dunia. Potret kemajuan di atas ternyata sebagian besar hanya dialami oleh
negara-negara maju. Sedangkan kondisi kehidupan di negara-negara
berkembang masih tetap atau bahkan semakin terbelakang. Seperti dilaporkan
UNDP (2002:13), “But in a globalizing world the increasing interconnectedness
of nations and peoples has made the differences between them more glaring.”
Penemuan teknologi baru dan peningkatan integrasi ekonomi telah membuka
kesempatan ekonomi global yang luar biasa. Tetapi di balik kemakmuran yang
umumnya dialami negara-negara maju itu, kini masih terdapat 2,8 milyar orang
yang hidup dengan pendapatan kurang dari 2 dollar AS per hari. Seorang gadis
yang lahir di Jepang saat ini memiliki 50 persen kemungkinan untuk menatap
abad ke-22, sedangkan 1 dari 4 bayi yang baru lahir di Afghanistan
kemungkinan besar tidak akan pernah merayakan ulang tahunnya yang ke-5
(UNDP, 2002:1-13). UNDP (2002:13) menambahkan:
And the richest 5% of the world’s people have income 114 times those of the
poorest 5%. Every day more than 30,000 children around the world die of
preventable diseases, and nearly 14,000 people are infected with HIV/AIDS”

Berdasarkan studinya di negara-negara berkembang, Haque (1999) dalam
bukunya, Restructuring Development Theories and Policies, menyimpulkan
bahwa globalisasi bukan saja telah gagal mengatasi krisis pembangunan,
melainkan pula telah semakin memperburuk situasi sosial-ekonomi di Dunia
Ketiga (lihat Suharto, 2002:3):
Compared to the socioeconomic situation under the statist governments during
the 1960s and 1970s, under the pro-market regimes of the 1980s and 1990s, the
condition of poverty has worsened in many African and Latin American countries
in terms of an increase in the number of people in poverty, and a decline in
economic growth rate, per capita income, and living standards.
Kegagalan globalisasi seperti ini telah sering dibeberkan secara meriah dan
meyakinkan oleh banyak tokoh dunia, ilmuwan sosial maupun ekonomi. Paul
Krugman, David Korten, Noreena Hertz, Edward Luttwak, William Greider, dan
peraih Nobel Ekonomi 2001, Joseph E. Stiglitz adalah beberapa ilmuwan yang
lantang menentang dan/atau menunjukkan bahaya globalisasi.
Bahaya
Pertanyaannya, mengapa globalisasi dapat mendatangkan bencana? Sedikitnya
ada tiga alasan utama mengapa globalisasi dapat membawa malapetaka bagi
dunia.
Pertama, globalisasi didasari ideologi free market fundamentalism yang patuh
pada mitos “the invisible hand” dan antipati terhadap peran negara (Stiglitz,
2003). Diyakini bahwa kalau pemerintah mengeliminasi intervensi ekonominya
(subsidi, proteksi, kepemilikan), maka pasar privat dapat menjalankan perannya
lebih efisien yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan sosial melalui mekanisme “efek rembesan ke bawah” (trickle
down effect). Kenyataannya, “tangan tak kelihatan” itu tidak mampu mengatur
pasar secara sempurna, utamanya di negara-negara berkembang, karena
ketidaksempurnaan informasi dan ketidaklengkapan pasar. Sesungguhnya,
dalam kondisi seperti ini, intervensi negara diperlukan untuk merespon ketidaksempurnaan dan bahkan kegagalan pasar (market failure).
Kedua,
globalisasi
memperkokoh
hegemoni
perusahaan-perusahaan
multinasional atau transnasional (MNCs/TNCs). Di balik kedok globalisasi,
bersembunyi wajah neoliberalisme, dan di belakang neoliberalisme berjajar MNC
yang memiliki kepentingan menguasai ekonomi dunia. Tony Clark (2001), dalam
bukunya The Case Against The Global Economy, menunjukkan bahwa dari 100
pemegang kekayaan dunia, 52-nya adalah MNC; sebanyak 70 persen
perdagangan global di kontrol oleh hanya 500 MNC, dan 443 dari 500
perusahaan tersebut berasal atau berlokasi di AS (185), Eropa (158) dan
Jepang (100) (lihat Khudori, 2003).
Kelimpahan kekayaan MNC membuat mereka memiliki posisi tawar (bargaining
position) yang kuat. Mereka dapat memaksa negara (baca: kepala
pemerintahan) bertekuk lutut. MNC bisa menawarkan investasi, lapangan

pekerjaan, dan pertumbuhan ekonomi bagi negara sejauh memenuhi syaratsyarat yang ditetapkannya (pajak rendah, upah buruh minimum, serikat buruh
yang lunak). Melemahnya sistem welfare state di Eropa Barat, misalnya, dapat
disebut sebagai bentuk “tunduknya” kepala negara kepada MNC. Seperti dicatat
Wibowo (2002), sampai tahun 1980-an tidak ada satu pun negara di Eropa Barat
yang berani mengubah kebijakan sosial (kesehatan, pendidikan, jaminan hari
tua) yang amat sensitif ini. Di pelopori panji ekonomi “Thatcherisme”, satu demi
satu negara-negara yang terkenal dengan “keroyalan” pembangunan
kesejahteraan sosial-nya itu “merestrukturisasi” welfare state. (lihat Suharto,
2004, Negara Lemah versus Negara Sejahtera). Alasannya, welfare state
dianggap “boros” dan menakutkan para MNC memasukan modalnya ke negara
mereka (Esping-Andersen, 1996; Stephens, 1996).
Ketiga, bahaya globalisasi tidak hanya disebabkan oleh saratnya muatan
ideologi neoliberalisme dan kepentingan kapitalis dunia. Lebih jauh, ia disokong
oleh tiga lembaga internasional penting: Bank Dunia, International Monetary
Fund (IMF) dan World Trade Organization (WTO) yang sanggup mencengkram
dunia. Melalui strategy export-oriented production dan pendekatan structural
adjustment policy (SAP), Bank Dunia dan IMF bertindak laksana agen
kolonialisme baru yang mengeruk kekayaan negara-negara berkembang. Ketika
sebuah negara sudah tergantung secara ekonomi karena terjebak pinjaman
yang berkedok bantuan, maka WTO dapat dengan leluasa meliberalisasi
ekonomi negara tersebut (Wibowo, 2002; Baswir, 2003). Seperti dinyatakan
Khudori (2003:4):
Sudah tak terhitung berapa jumlah negara yang jadi korban neoliberalis