STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DAL

eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (3) : 346-360
ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id
© Copyright 2013

STUDI TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN INFRSTRUKTUR DI DESA SEPALA
DALUNG KECAMATAN SESAYAP HILIR
KABUPATEN TANA TIDUNG
Abdul Wahid1
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi
masyarakat Desa Sepala Dalung di dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa
Sepala dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana tidung. Dengan fokus
penelitian melimputi : Partisipasi Masyarakat di Dalam Perencanaannya,
Pelaksanaannya, dan pengawasannya, serta Faktor yang mempengaruhi Fakto
pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan studi keperpustakaan, studi lapangan, yaitu dengan melakukan
pengumpulan data melalui kegiatan observasi dan pengamatan secara langsung
pada objek penelitian, analisis dokumentasi dengan pengumpulan data yang
dilakukan untuk mendapatkan data sekunder berupa surat-surat, arsip-arsip dan

dokumen-dokumen yang ada relevisinya dengan kebutuhan data yang diperlukan
dalam proses penulisan serta mengadakan wawancara untuk mendapatkan
informasi yang lebih jelas sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian.
Narasumber pada penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa
(SekDes), Ketua Badan Permusyarawatan Desa (BPD), Serta warga desa sepala
dalung. Analisis data dilakukan dengan cara pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Sepala Dalung, merupakan
satu di antara desa wilayah Kabupaten Tana Tidung tepatnya di Kecamatan
Sesayap Hilir yang memiliki jumlah penduduk 851 jiwa dan terdapat 207 KK
(kepala keluarga) yang terdiri dari 448 jiwa laki-laki dan 403 jiwa wanita. Dari
hasil pengamatan lapangan pembangunan infrastruktur desa yang dilaksanakan
masih ada ditemukan berbagai permasalahan (kendala) satu diantaranya
didalam perencanaan pengambilan keputusan, masyarakat sebagian besar tidak
bisa menghadiri kegiatan rapat yang diselenggarakan pemerintah desa setempat.
Walaupun diketahui bersama bahwa pembangunan yang dilakukan hanya semata
untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat itu sendiri.

1


Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman.

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

Kata Kunci: Tujuan Penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, pengumpulan
data, narasumber, Sarana dan Prasarana.
Pendahuluan
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian
otonomi yang luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat.
Sejak keluarnya kebijakan otonomi daerah yang dimulai dengan lahirnya
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sehingga saat berlakunya
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, secara eksplisit memberikan
otonomi yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola
berbagai kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Dearah
dituntut untuk mengoptimalkan pembagunan didaerah yang berorientasi kepada

kepentingan masyarakat.
Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pembangunan
wilayah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana
kebutuhan masyarakat. Pemekaran wilayah merupakan hal yang tidak dapat
dihindari dalam proses otonomi daerah. Pemekaran wilayah merupakan kebijakan
untuk meningkatkan laju pembangunan di daerah, karena dengan adanya
pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat karena semakin pendeknya rentang kendali pemerintahan.
Dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia dalam segala bidang
khususnya di bidang pembangunan desa, maka perkembangan pemerintahan desa
sanggat diperlukan juga, karena perkembangan tidak saja sebagai berubahan
secara administrative, tetapi juga sebagai indikasi keberhasilan pembangunan di
pendesaan serta meningkatkan volume pembangunan daerah sekaligus membawa
implikasi terhadap pembangunan Nasional. Pemberian otonomi luas kepada
daerah khususnya pada desa baru diarahkan untuk lebih mempercepat terwujutnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat terhadap pembangunan.
Perhatian pembangunan perlu diarahkan kepada pembangunan perdesaan,
karena bagian pedesaanlah menjadi ujung tombak, titik tumpuan pembangunan
indonesia berada di dalam posisi pada tahap pembangunan desa dengan segala

aspeknya dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Keadaan yang demikian
ini diperkuat oleh adanya kenyataan bahwa masyarakat perdesaan masih diliputi
dengan berbagai masalah yang diantaranya yaitu: kemiskinan, keterbelakang-an
dan berbagai kerawanan sosial lainnya. Perlu usaha yang terencana untuk
membangun prasarana perhubungan desa, produksi, pemasaran dan prasarana
desa untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik. Upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dilaksanakan

347

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

dengan kebijakan penataan kelembagaan pada pemerintahan desa. Dengan
menjadikan pemerintah desa sebagai bagian langsung dari birokrasi negara yang
melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Negara di wilayahnya. Peningkatan
prakarsa dan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa, di samping itu
terdapat pula Badan Perwakilan Desa, (BPD) yang bersama Kepala Desa
berwenang, menetapkan Peraturan Desa (PERDes). Penataan kelembagaan di
dalam masyarakat desa secara relatif telah mampu menciptakan wadah bagi
partisipasi masyarakat dalam pembangunannya. Dalam rangka menyempurnakan

desentralisasi pemerintahan dan otonomi daerah yang di cita-citakan. Dengan hal
tersebut maka diterbitkanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
daerah, hal ini secara langsung mengubah ruang lingkup kewenangan pemerintah
di Indonesia, pemerintah pusat memberikan kewenangannya kepada pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga atau daerahnya sendiri,
berarti dalam menjadi kewenangan daerah, pemerintahan menjalankan otonomi
daerah seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, selain dari urusan yang menjadi
urusan Pemerintah Pusat. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang berada di
daerah merupakan pemerintah daerah, sedangkan pemerintah pusat hanya
berwenang pada hal-hal yang berhubungan dengan luar negeri, pertahanan,
keamanan negara, pengadilan, agama dan keungan negara. Disinilah peluang
untuk diterapkannya (bottom up planning) dengan mengedepankan peran serta
masyarakat (masyarakat partisipatif).
Pemerintah Daerah selaku Administrator Pemerintahan Pembangunan
daerah dan kemasyarakatan bertanggung jawab dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah perdesaan guna mengatasi kemiskinan
dan meningkatkan kesejahteraan. Selain daripada itu, seiring berkembangnya
pembangunan indonesia khususnya pembangunan desa, masih melahirkan

peraturan yang lebih bersifat spesifik, yaitu Peraturan Republik indonesia Nomor
72 Tahun 2005 Tentang Desa. Dimana dalam pembentukan dan perkembangan
daerah, yang di tuangkan dalam pasal 2 ayat (1) di sebutkan bahwa Jumlah
penduduk, luas wilayah, bagian wilayah kerja, perangkat, sarana dan perasarana
pemerintah. Dimaksudkan dalam hal ini dapat berupa pembangunan beberapa
desa, atau beberapa desa yang bersandingan atau pemekaran dari suatu desa atau
lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Dapat disimpulkan
bahwa desa adalah suatu wilayah yang pastinya ditempati oleh sejumlah
penduduk, mempunyai organisasi pemerintah, dalam pelaksanaannya
memperoleh pelimpahan tugas dari kecamatan, maka desa menghadapi
kemungkinan baik berupa pembentukan, pemecahan, penyatuan, penghapusan
atau perubahan statusnya dari desa menjadi kelurahan. Di dalamnya terdapat
program yang tidak dapat hindari, mengenai pengentasan kemiskinan
dikembangkan dengan memadukan berbagai aspirasi yang berkembang di
masyarakat sesuai dengan arah kebijakan nasional. Mekanisme penyusunan

348

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)


program dari perencanaan yang dimulai dari tingkat desa dan dimusyawarahkan
dalam Musrenbangdes upaya itu dilanjutkan dengan temu karya pembangunan
kecamatan dan ke Rakorbang II, yang kemudian ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan skala prioritas tertentu, bahwa
program pembangunan yang secara langsung ditujukan untuk menanggulangi
kemiskinan menjadi prioritas utama. Dalam pembangunan yang bertujuan untuk
memeratakan pembangunan di wilayah Kabupaten Tana Tidung, menjadi rujukan
utama dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan yang ditandai oleh
besarnya rasa memiliki dan tanggung jawab. Pembangunan yang tertumpu kepada
masyarakat dengan melibatkan sebesar mungkin peran masyarakat mulai dari
perencanaan,
pelaksanaan,
pembiayaan,
hingga
monitoring
dan
perkembangannya. Pendekatan ini dimulai dengan keikutsertaan masyarakat
sebagai pelaku utama (stakeholders) dalam proses perencanaan pembangunan
karena masyarakat diyakini paling mengetahui dan memahami segala kebutuhan,
pola pikir, sistem nilai, perilaku, dan adat istiadat serta kebiasaan di

lingkungannya. Pembangunan di Kabupaten Tana Tidung merupakan satu di
antara wujud pendekatan pembangunan partisipatif yang menempatkan semua
pelaku pembangunan, termasuk kesetaraan gender, sehingga masyarakat menjadi
subyek dan pelaku utama dari perencanaan, pengelolaan sampai dengan
monitoring dan evaluasi pembangunan.
Desa Sepala Dalung, merupakan satu di antara desa wilayah Kabupaten
Tana Tidung tepatnya di Kecamatan Sesayap Hilir yang memiliki jumlah
penduduk 851 jiwa dan terdapat 207 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 448
jiwa laki-laki dan 403 jiwa wanita.
Setelah melakukan observasi dan pengamatan di Desa Sepala Dalung
pada saat ini ada beberapa sarana dan prasarana (infrastuktur) yang membutuhkan
perhatian satu diantaranya seperti sarana transportasi, sarana pendidikan, dan
sarana pribadatan. Satu diantara penomena yang ada dan masih berjalan adalah
sarana pembangunan Badan Jalan yang ada di Desa Sepala Dalung, yang belum
melakukan pengerasan (aspal/semenisasi) saat musim hujan jalan berlumpur dan
berdebu pada musim kemarau sehingga mengakibatkan terganggunya kegiatan
ataupun aktivitas masyarakat Desa Sepala Dalung. Selain daripada itu kondisi
infrastruktur/bangunan sarana transportasi, jalan, sarana pendidikan, sarana
ibadah, dan sarana kesehatan yang kurang diperhatikan dari pada lingkungan dan
perawatannya.

Melihat kondisi dan keadaan yang terjadi dalam masyarakat, maka dari itu
penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Studi Tentang Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala Dalung
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung”.
Kerangka Dasar Teori
1. Partisipasi Masyarakat
a. Partisipasi

349

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

Menurut Adisasmiita (2006:34) Partisipasi anggota masyarakat adalah
keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam
perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang
dikerjakan di dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Slamet sebagaimana dikutip oleh Suryono (2001:124)
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut serta
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut
serta pemanfaatan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Berdasarkan hal tersebut maka partisipasi masyarakat adalah suatu
aktivitas yang mengikutsertakan perasaan dan emosional seseorang dalam proses
pembuatan keputusan dan melaksanakan tanggung jawab dalam suatu organisasi
atau kelompok dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan.
Selanjutnya menurut Adisasmita (2006:41) Partisipasi Masyarakat adalah
pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan
perencanaan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan
aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan
berkontribusi terhadap implementasi Program Pembangunan.
Dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan “proses
ketika warga, sebagai individu maupun kelompok sosial dan warga, mengambil
peran, serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka”.
b. Masyarakat
Menurut Suharto (2005:47) Masyarakat adalah sekelompok orang yang
memiliki perasaan sama, menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi
identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya
satu tempat yang sama.
Mac Iver dan Page dalam bukunya Soekanto (1999:26) Masyarakat
adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama

antara berbagai kelompok dan pengolahan dari pengawasan tingkah laku serta
kebebasan manusia.
Kemudian menurut Soekanto (2006:26) masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja cukup lama sehingga meraka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka suatu kesatuan sosial
dengan batasan-batasan yang dirumuskan.
Dari pendapat di atas, maka dapat di simpulkan masyarakat itu adalah
suatu system, kesatuan manusia yang memiliki suatu interaksi, kebiasaan (adatistiadat), tata cara hidup bersama yang hidup dengan batasan-batasan (aturanaturan) dan mengangagap diri mereka suatu kesatuan sosial yang bersifat
kontinyu dan terikat.
c. Partisipasi Masyarakat

350

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan
masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di
masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Partisipasi sesuai dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang
sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (sebagai salah satu tujuan SPPN
Pasal 2 ayat 4 huruf d) memaknai “partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses
penyusunan rencana pembangunan”
Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang
masyarakat dalam proses interaksi social, pengidentifikasian masalah dan potensi
yang ada di masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan
(solusi) menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses
keterlibatan masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi.
2. Pembangunan Infrastruktur Desa
a. Pembangunan
Pada awal pemikiran mengenai pembangunan sering di temukan adanya
perbedaan sudut pandang (perspektif) yang beragam warna tergantung para ahli
memandangnya dari sudut mana ahli itu memandang.
Para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya
perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara yang
satu dengan yang lain pula.
Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan pengertian tentang
pembangunan sebagai "suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara
dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)".
Menurut Soekanto (2005:437) pembangunan sebenarnya merupakan suatu
proses perubahan yang di rencanakan dan dikehendaki. Dari pendapat ini
dikemukakan bahwa pembangunan dari segi prosesnya perubahan, dimana
perubahan tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri karena yang
menginginkan perubahan itu sendiri adalah masyarakat, sebab didasari oleh
adanya kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
b. Infrastruktur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Infrastruktur adalah prasarana
diartikan dalam pengertian di atas Infrastuktur yaitu prasarana atau kebutuhan
mendasar dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang bersifat fisik yang mendukung

351

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

kegiatan manusia (masyarakat). Adapun pandangan-pandangan para Ahli
mengenai, infrastruktur yaitu sebagai berikut:
Menurut Grigg dalam Kodoatie (2005:8) Infrastruktur merujuk pada
system fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunanbangunan gedung dan pasilitas public yang lain yang dibutuhkan untuk untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
c. Desa
Asal mula desa pertama kali dikemukakan oleh Mr. Herman Warner
Muntinghe (Pembantu Gubernur Jendral Inggris) seorang belanda. Desa muncul
dalam laporan kepada pemerintahnya tanggal 14 juli 1817 menyebutkan tentang
adanya desa-desa di daerah pesisir utara Pulau Jawa. Kemudian ditemukan juga
desa-desa di luar jawa yang kurang lebih sama dengan desa di Jawa (Soetarjo,
dalam Wasistiono, 2007;7).
Selanjutnya menurut Adisasmita (2006:20) Pembangunan Desa yang
dilakukan dengan
pendekatan multisektoral, partisipatif, berlandaskan
berdasarkan kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta
melaksanakan pemanfaatan sumberdaya pembangunan secara serasi, selaras, dan
sinergis sehingga tercapai optimalitas. Berdasarkan hal tersebut ada (3) tiga
prinsip pokok pembangunan desa.
Kebijaksanaan dan langkah-langkah penbangunan di setiap desa mengacu
kepada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan trilogy pembangunan
yaitu:
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c. Stablitas yang cukup tinggi dan dinamis.
Metode Penelitian
Sesuai dengan judul yang diteliti, yaitu study tentang partisipasi
masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung adalah
penelitian deskriptif, yakni suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Menurut
Hadari Nawawi (2005:63) yaitu “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya”.
Mengemukakan bahwa deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, dari pendapat ini dijelaskan penelitian
deskriptif untuk mendapatkan data mungkin berasal dari naskah, wawancara,
catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan
dokumen resmi lainya. Adapun pokok-pokok isi wawancara penelitian merupakan
indikator dari Partisipasi Masyarakat di Dalam Pembangunan Infrstruktur

352

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

meliputi: Partisipasi Masyarakat di Dalam Perencanaannya, Pelaksanaannya, dan
pengawasannya, serta Faktor yang mempengaruhi Faktor pendukung dan
penghambat partisipasi masyarakat.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Sumber
Data Primer: Data yang diperoleh melalui responden dengan cara melakukan
Tanya jawab secara langsung dan dipandu dengan pedoman wawancara yang
sesuai dengan fokus penelitian.Teknik penentuan informan menggunakan
Purposive sampling yang dikemukakan Nawawi dalam suherman (2007: 30)
bahwa dalam teknik Purposive Sampling pengambilan sampel disesuaikan dengan
tujuan penelitian. (2) Sumber Data Sekunder: Data yang diperoleh melalui
beberapa informasi antara lain melalui: (a) Dokumen (b) Buku Ilmniah, dan (c)
Hasil Penelitian.
Dalam penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1)
Penelitian Kepustakaan (Liberary Research) Kegiatan penelitian yang penulis
lakukan di perpustakaan dengan cara mengumpulkan teori dan konsep dari
kepustakaan berupa buku-buku ilmiah, buku-buku referensi, dan dokumen yang
berhubungan dengan ruang lingkup penelitian sebagai landasan pemikiran dan
pembahasan, (2) Penelitian Lapangan (Field Work Research) Yaitu penelitian
yang dilakukan secara langsung dilapangan dengan menggunakan beberapa
teknik yaitu: (a) Observasi yaitu pengamatan secara langsung dilapangan guna
untuk memperkuat data. (b)Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data yang
diperoleh melalui proses tanya jawab antara peneliti dengan yang diteliti.
Merupakan cara yang efektif untuk mengumpulkan data sosial berupa informasi
tentang manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui
tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Angket atau
Quisioner yaitu serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis
kemudian disebarkan untuk diisi oleh responden (c) Dokumentasi Dalam
pengumpulan data melaui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau
instrument yang memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Ini dilakukan
agar dapat menyeleksi dokumen mana yang dipandang dibutuhkan secara
langsung dan mana yang tidak diperlukan. Data dokumen dapat berupa foto,
gambar, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah, dan
sebagainya. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik
observasi dan wawancara dalam sebuah penelitian kualitatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
perbandingan tetap. Sebagai mana dikemukakan oleh Glaser & Strauss dijelaskan
bahwa metode perbandingan tetap adalah teknik menganalisis data secara tetap
membandingkan kategori dengan kategori lainnya.
Data yang diperoleh dilapangan selanjutnya diklasifikasi untuk
menciptakan dan menyusun data-data tersebut dalam berbagai kategori. Setelah
disusun dalam berbagai kategori, kemudian dilakukan slicing untuk memfokuskan
analisis data. Setelah melakukan slicing, dilakukan pemetaan untuk

353

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

menyederhanakannya. Setelah pemetaan dilakukan, hal terakhir adalah producing
yaitu menyajikan secara keseluruhan kerangka dari analisis yang telah dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah ulasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
mengenai bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. menyajikan data yang
diperoleh di lapangan melalui observasi, wawancara dan penelitian dokumen,
yaitu mempelajari data-data laporan dan arsip yang berhubungan dengan
penelitian. Selain itu penulis juga akan memberikan gambaran umum Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung yaitu sebagai berikut :
A. Gambaran Umum
1. Kabupaten Tana Tidung
Kabupaten Tana Tidung adalah salah satu di antara Kabupaten di
Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia yang baru disetujui pembentukannya pada
sidang Paripurna DPR RI pada tanggal 17 Juli 2007, dimana disetujui
pembentukan/kota baru sebanyak 14 di seluruh indonesia. Kabupaten ini
merupakan pada awal pemekaran dari 3 (tiga) Wilayah kecamatan di Kabupaten
Bulungan yakni, Kecamatan Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, dan Kecamatan
Tana Lia. Dalam berjalannya sistem pemerintahan di dalam perkembangannya
sesuai dan telah memenuhi syarat yang berlaku, Kabupaten Tana Tidung
melakukan pemekaran wilayah dengan membentuk 2 (dua) wilayah Kecamatan
baru, yaitu: Kecamatan Muruk Rian dan Kecamatan Betayau.
Secara geografis wilayah Kabupaten Tana Tidung terbentang mulai
116’42’50” sampai dengan 117’49’50 Bujur Timur dan 3’12’02” sampai dengan
3’46’41” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Tana Tidung
berbatasan dengan Kabupaten Nunukan, di sebelah timur dan selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bulungan, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Malinau. Luas wilayah Kabupaten Tana Tidung adalah 4.828,54 hektar atau
4.828,58 km2 atau sekitar 2,22 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
a. Letak Georafis
Secara Georafis Kabupaten Tana Tidung memiliki beberapa pulau, yang
dialiri puluhan sungai besar dan kecil, serta secara topografi memiliki daratan
yang berbukit-bukit, bergunung-gunung dengan tebing terjal dan kemiringan yang
tajam. Ibukota Kabupaten Tana Tidung berkedududkan di Tideng Pale Kecamatan
Sesayap. Terdapat 2 (dua) buah gunung di Kecamatan Sesayap yaitu Gunung
Rian dengan ketinggian 680 m.dpl dan Gunung Aung dengan ketinggian 250
m.dpl.

354

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

Data iklim yang disajikan berasal dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor,
hal ini dikarenakan di Kabupaten Tana Tidung belum terdapat Stasiun
meteorologi yang memberikan informasi klimatologi.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di stasiun Meteorologi
Tanjung Selor pada tahun 2008 bahwa Kabupaten Tana Tidung mengalami musim
hujan sepanjang tahun. Untuk penyinaran matahari rata-rata 46 %.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2008 adalah 26,9°C yang berkisar
antara 21,8°C - 35,4°C. Sedangkan curah hujan selama tahun 2008 antara 151
mm sampai 376,9 mm. Untuk kelembaban udara tercatat relatif tinggi antara 83 %
sampai dengan 87 % dengan rata-rata tahun 2008 adalah 85 %. Kabupaten Tana
Tidung merupakan wilayah yang memiliki Sumber Daya Alam seperti minyak
dan gas, batu bara, emas, kekayaan hutan, lahan perkebunan (kelapa sawit), dan
wilayah perairan yang sangat potensial.
2. Gambaran Umum Tempat Penelitian.
a. Keadaan Geografis Desa Sepala Dalung.
Desa Sepala Dalung adalah desa pemekaran dari Desa Sesayap yang
berada di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung. Desa ini dapat
ditempuh melalui jalan darat yaitu melewati jalan Trans Kalimantan, melewati
jalan yang melewati Desa Seludau, Desa Sebawang, dan Desa Sebidai dan dari
sungai sesayap atau laut menggunakan speed boat, perahu, ataupun kapal. Desadesa tetangga yang mengelilingi Desa Sepala Dalung antara lain Desa Sesayap,
Desa Seludau, Desa Buang Baru, Desa Singkong, dan Desa Menjelutung. Jarak
Desa Sepala Dalung dari Ibukota Kabupaten adalah ± 23 km sedangkan dari
ibukota Kecamatan hanya ± 2 km.
Desa Sepala Dalung memiliki luas 60 km 2 dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kecamatan Sembakung
Sebelah Timur
: Desa Sengkong
Sebelah Selatan
: Desa Buang Baru
Sebelah Barat
: Desa Sepala Induk
b. Demografis
Penduduk Desa Sepala Dalung pada Tahun 2010 seluruhnya berjumlah
851 jiwa yang terdiri dari 448 jiwa penduduk laki-laki dan 403 jiwa penduduk
perempuan.
Desa Sepala Dalung dilihat dari segi keadaan alam memiliki iklim tropis
basah sehingga Desa Sepala Dalung memiliki kekayaan alam berupa batu bara;
hasil hutan non kayu yang meliputi madu, rotan, damar dan buah-buahan hutan;
hasil hutan kayu yang di dominasi oleh kayu meranti, perupuk, gita (lita-lita),
adad, asam-asam, pisang-pisang dan lain-lain yang biasanya tumbuh di daerah
rawa. Sedangkan di daerah pegunungan di dominasi oleh kayu Ulin, Mengeris,
Bangkirai, Meranti gunung, Lembasung, dan lain-lain.

355

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

d. Hasil Pembangunan
Pada Tahun 2010, pembangunan Desa Sepala Dalung sudah mengalami
perkembangan yang semakin signifikan. Di Desa telah dilakukan pembangunan
jalan-jalan atau gang (Semenisasi) maupun perbaikan jalan utama dengan
dilakukan penimbunan tanah atau agregat. Jalan-jalan atau gang (Semenisasi) di
danai dari Alokasi Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2010-2011, sedangkan
pembangunan jalan utama didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Tana Tidung.
Bangunan-bangunan yang ada di Desa Sepala Dalung antara lain Kantor
Desa Sepala Dalung (ADD 2010), BPU (Pemda Kab. Bulungan melalui program
PPMD), Gedung PKK (ADD 2010), Kantor BPD (PWK Kec. Sesayap Hilir),
Gudang penyimpanan desa (ADD 2010), Tempat parkir sepeda motor kantor desa
(ADD 2010), Musholla (Swadaya masyarakat Desa Sepala Dalung), SDN No.
009 (Dinas Pendidikan Kab. Tana Tidung), Taman Kanak-kanak (Pemda Kab.
Bulungan melalui program PPMD), Madrasah Islam (Pemda Kab. Bulungan
melalui program PPMD), Posyandu (Pemda Kab. Bulungan melalui program
PPMD), Pos Kamling (Bantuan pihak ketiga), Pelabuhan tambatan perahu Tahun
2005 (PWK Kecamatan Sesayap Hilir), serta Pelabuhan tambatan perahu Tahun
2010 (PNPM Provinsi Kalimantan Timur).
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa Sepala
Dalung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.
Sesuai dengan apa yang menjadi fokus peneliti di dalam pembangunan
infrastruktur Desa Sepala Dalung, ada 3 (tiga) pembahasan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan infrastuktur Desa Sepala Dalung, yaitu:
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di
Desa Sepala Dalung.
2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di
Desa Sepala Dalung.
3. Partisipasi masyarakat dalam pengawasaan pembangunan di
Desa Sepala Dalung.
1. Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Perencanaan
Pembangunan
Infrastruktur Desa Sepala Dalung.
Tahap awal dari pembangunan adalah Perencanaan/pembuatan
keputusan yaitu: merupakan suatu kegiatan mulai dari pengidentifikasi kebutuhan
masyarakat hingga dengan penetapan program pembangunan. Masyarakat yang
menjadi objek pembangunan harus sepenuhnya dilibatkan karena masyarakatlah
yang akan lebih mengerti atau memahami dari sisi kekurangan yang dirasakan
dalam masyarakat secara kolektif dengan melakukan musyawarah desa.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan sangat mengharuskan keterlibatan
langsung masyarakat sebagai penerima program pembangunan (partisipasi
pembangunan) dalam bentuk pemikiran sebagai informansi dalam pembangunan,

356

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

dimana hanya dengan partisipasi masyarakat penerima program maka hasil ini
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya
sumbangan pemikiran dalam bentuk saran dan masukan maka, berbuah pada hasil
pembangunan yang sesuai dengan keinginan dan pemanfaatan bagi masyarakat
dengan mengadakan (membangun) perubahan yang terencanakan, yakin bahwa
keterlibatan masyarakat akan menentukan keberhasilan suatu pembangunan itu.
2.

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Desa Sepala Dalung.
Partisipasi dalam pembangunan sebenarnya harus dapat dilakukan atau
dilaksanakan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi
guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, materi (Uang,
barang) atau lainnya dan informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan,
kesediaan dalam memberikan sumbangan tenaga dan materi merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga secara
gotong royong sumbangan dana atau material, merupakan bentuk dukungan sosial
masyarakat dalam menerima hasil pembangunan dengan bertanggung jawab. Hal
ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan gotong
royong berupa sumbangan materi sebagai suatu dukungan dan sebagai rasa saling
memiliki hasil pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Karton seperti yang dikutip oleh Supriatna (2000:209) "Pelaksanaan
pembangunan sangat mengisyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat
penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan) karena hanya dengan
partisipasi masyarakat penerima program maka hasil pembangunan ini akan
sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya hasil
kesesuaian ini maka hasil pembagunan ini akan memberikan manfaat yang
oftimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur
Desa Sepala Dalung.
Pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan atau
diadakan untuk penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan
seperti yang direncanakan. Sangat penting untuk mengetahui sampai di mana
pekerjaan sudah dilaksanakan, mengevaluasi dan menentukan tindakan korektif
atau tindak lanjut, sehingga pengembangan pekerjaan dapat ditingkatkan
pelaksanaannya.
Dengan demikian pengawasan merupakan segala usaha, kegiatan atau
tindakan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas atau kegiatan yang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

357

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

C. Penyebab/Faktor yang Mempengaruhi Faktor Pendukung dan
Penghambat Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa Sepala
Dalung.
Pada hakekatnya pembangunan Nasional dilaksanakan dengan tujuan
untuk mewujudnya : (a) Masyarakat yang adil dan makmur; (b) Pemerataan
kesejahteraan material dan spritual. Di mana ini semua dilakukan berdasarkan
atas filosofi Negara dalam kondisi yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa dan bernegara yang
aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat tertib dan damai. (LEMHANAS, 1997:17-18).
Dalam proses Pembangunan infrastruktur dalam pelaksanaannya kerap
ditemukan faktor yang mempengaruhi terhambatnya suatu pembangunan yang
dilakukan, demikian juga pendukungnya Pembangunan Infrastruktur di Desa
Sepala Dalung. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diproleh berbagai
fenomena faktor yang menghambat dan mendukung jalannya suatu kegiatan
pembangunan yang laksanakan. Adapun faktor pendukung dan penghambat di
dalam pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa Sepala Dalung, satu di
antaranya sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Alokasi Dana Desa (ADD)
Kinerja aparatur desa dalam penyelenggaraan pemerintah desa di Desa
Sepala Dalung didukung oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil penelitian,
faktor tersebut adalah dukungan dana dari pemerintah daerah yang diberikan
melalui Alokasi Dana Desa (ADD) dan kemudian peralatan kantor yang sudah
cukup lengkap.
b. Bantuan Perusahaan
Salah satu perusahaan yang berhasil melakukan eksplorasi di Desa Sepala
Dalung adalah PT Adindo yang bergerak di bidang penanaman kayu kertas dan
PT Teknik Utama Mandiri (TUM) yang bergerak dibidang perkebunan kelapa
sawit. PT Adindo hingga saat laporan ini dibuat sudah tidak beroperasi di Desa
Sepala Dalung, hanya PT TUM yang masih aktif melakukan penanaman kelapa
sawit hingga saat ini.
2. Faktor Penghambat
a. Prasarana Listrik.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau
kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini
tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang
dirasa kurang ideal.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)

358

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Abdul Wahid)

Kondisi pendidikan rendah akan berhubungan erat terhadap kualitas pola
fikir masyarakat di dalam mengolah sumber-sumber pendapatan yang ada di
daerahnya, tanpa adanya penguasaan tekhnologi, dan kinerja pemerintah desa
yang memiliki kapabalitas, kredibilitas dan responsibilitas yang memadai.
c. Faktor Alam (SDA)
Keadaan Desa Sepala Dalung selalu mengalami kebanjiran yang
diakibatkan oleh pasang air Sungai Sesayap maupun hujan lebat di atas 1 jam.
Banjir yang terjadi tersebut akan membawa dampak yang merugikan masyarakat,
khususnya petani yang ada di desa, banjir akan membuat tanaman terendam air
(rusak), dan bahkan akan mengakibatkan rumah warga terendam oleh air.
Kesimpulan
Dari apa yang menjadi pembahasan di dalam penelitian tentang
partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur di Desa Sepala Dalung
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung, Dengan berbagai hasil yang
diproleh maka pada bab ini penulis membandingkan teori dan pelaksanaannya
pemerintahan yang dijalan oleh Pemerintahan Desa. Peneliti memiliki kesimpulan
sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan sangat berpengaruh besar terhadap
jalannya proses pembangunan di Desa Sepala Dalung, penyelenggaraan
pembangunan bukan semata-mata tanggung jawab Pemerintah Desa saja
melainkan juga merupakan tanggung jawab bersama masyarakat secara
keseluruhan, salah satu wujud tanggung jawab yang dimaksud adalah sikap
saling mendukung dari anggota masyarakat desa terhadap penyelenggaraan
pembangunan yang ditunjukan dengan adanya keterlibatan atau partisipasi aktif
dari masyarakat.
2. Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan pembangunan
infrastruktur di Desa Sepala Dalung masih ada mengalami kendala. Adapun
berbagai kendala yang menghambat keikutsertaan dalam perencanaan
mengikuti pembuatan keputusan dikarenakan waktu, masyarakat tidak ada
ditempat pada saat dilakukan rapat dikarenakan masyarakat pada siang hari
pergi berkerja. Selain itu juga masyarakat dari hasil di lapangan masyarakat
tidak ikutserta dikarenakan tidak faham akan jalannya kegiatan rapat. Parisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan dalam pembangunan infrastruktur di Desa
Sepala Dalung menunjukan keaktifan/keikutsertaan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
adanya kegiatan Rapat Desa dan adanya kegiatan Swadaya masyarakat dan
kegiatan Gotong-royong di dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

359

eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013 : 346-360

Adisasmita, Raharjo, 2006, Membangun Desa Partisipatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Achmadu, 1990, Pendesaan Fokus Pembangunan, Jakarta, Prisma
Anonim, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga), Balai
Pustaka,Jakarta
______, 2004, Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintah Daerah
______, 2006, PPRI Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Fokusmedia,
Bandung
______, Undang-Undang ,Nomor 25 Tahun 2004 tentang system Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Effendi, Bachtiar. 2002,Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan, Kurnia
Kalam Semesta, Yogyakarta
Isbandi Rukminto Adi. (2007). Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset
Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.
Riyadi, 2004, Perencanaan Pembangunan Daerah : Strategi menggali potensi
dalam mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Supriatna, Tjahyu.S.U, Strategi Pembangunan dan Kemiskinan, PT. Rineka
Cipta Jakarta: 2000
Siagian, Sondang P, 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, PT. Bumi
Aksara, Jakarta
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R &D.
Bandung : CV. Alfabeta.
Suryono, Agus, 2001, Teori dan Isu Pembangunan,UM. Pres, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2005, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Syafiie, Inu Kencana dkk, 1999, Teori dan Isu Pembangunan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Yuwono, Teguh, 2001, Manajemen Otonomi Daerah: Membangun Daerah
Berdasarkan Paradigma Baru, Clogapps Diponogoro University,
semarang.
Dokumen-dokumen :
DPA SKPD Kabupaten Tana Tidung Tahun 2011
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah
Undang-Undang No. 72 Tahun tentang Desa

360

Dokumen yang terkait

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22