KELESTARIAN WAYANG KRUCIL BLORA YANG MEN

KELESTARIAN WAYANG KRUCIL BLORA YANG MENGALAMI
KEPUNAHAN AKIBAT MODERNISASI ZAMAN
Bagas Jaya Putra
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
E-mail: bagasjaya18061998”gmail.com
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak dapat berupa
peninggalan sejarah yang bersifat tradisional.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan suatu negara sudah
mengalami kemajuan. Mempunyai negara yang maju menjadi harapan semua
masyarakat, dan kini hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut.
Mulai dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, kesenian, bahkan
budaya sekalipun semua karena pengaruh dari globalisasi.
Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif maupun negatif
yang ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi sudah bisa kita
rasakan, yaitu teknologi yang semakin canggih, kemajuan alat transportasi dan

ilmu pengetahuan yang lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena pengaruh
dari globalisasi ini banyak budaya barat yang juga ikut masuk di negara kita.
Akibat pengaruh budaya tersebut, banyak generasi muda yang lebih memilih
budaya barat dari pada budaya dan kesenian tradisionalnya. Itu dikarenakan pola

pikir mereka yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern dan lebih
populer, sehingga kesadaran mereka dalam melestarikan budaya dan kesenian
tradisional semakin menurun.
Masuknya budaya barat yang mempengaruhi pola pikir generasi muda
menyebabkan keberadaan budaya dan kesenian tradisional di negara mulai
memprihatinkan. Contohnya adalah Wayang Krucil dari Kabupaten Blora Jawa
Tengah. Dahulu, kesenian tradisional Wayang Krucil di Kabupaten Blora Jawa
Tengah menjadi pementasan kesenian yang sangat digemari masyarakat. Mereka
sering mengadakan pertunjukan Wayang Krucil pada hari-hari tertentu, seperti
pada acara sedekah bumi ataupun peringatan malam Suro. Namun dewasa ini
perkembangan Wayang Krucil hampir mengalami kepunahan. Jarang sekali
sekarang kita temui pertunjukan Wayang Krucil diadakan. Hal ini karena generasi
terdahulu, yang mengembangkan kesenian Wayang Krucil telah tiada, sedangkan
para penerusnya tidak mau menuruskan mempelajari dan mengembangkan
kesenian Wayang Krucil. Di era sekarang, jarang sekali kita temui ada anak muda

yang mau memperhatikan kebudayaan dan kesenian tradisional negaranya, itu
semua karena anggapan mereka tentang kebudayaan dan kesenian tradisional yang
keliru. Sehingga mereka malu untuk mengakui jika kebudayaan dan kesenian
tadisional adalah kebudayaan kesenian mereka.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keberadaan kesenian Wayang Krucil yang
dikatakan langka di wilayah Kabupaten Blora. Alasan pemilihan topik ini karena
keberadaan Wayang Krucil Kabupaten Blora yang mengalami penurunan daripada
kesenian Blora khas yang lain seperti Barongan. Kesenian barongan sangat
mengalami kemajuan hingga Kabupaten Blora terkenal dengan tradisi

barongannya, sedangkan Wayang Krucil semakin hari keberadaannya semakin
menghilang karena kurangnya minat generasi muda akan budaya dan kesenian
tradisionalnya yakni Wayang Krucil yang disebabkan adanya kemajuan
modernisasi yang semakin pesat.
Apabila pemikiran para generasi muda tidak pulih kembali untuk mencintai
budaya dan kesenian tradisionalnya, cepat atau lambat pasti kebudayaan dan
kesenain kita akan jauh lebih terkikis. Oleh karenanya, sebelum itu semua terjadi
kita sebagai para generasi muda harus berani memperjuangkan kembali
kebudayaan dan kesenian tradisional yang sudah nenek moyang kita wariskan
kepada kita.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan topik makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan masalah yang
akan kami bahas rumusan masalah tersebut adalah :
a)

Bagaimana perkembangan kesenian tradisional Wayang Krucil dari awal
kemunculannya di Kabupaten Blora?

b)

Bagaimana perkembangan kesenian tradisional Wayang Krucil di Kabupaten
Blora setelah adanya globalisasi?

c)

Mengapa globalisasi memengaruhi menurunnya minat generasi muda di
Kabupaten Blora terhadap kesenian Wayang Krucil?

1.3 Tujuan Penelitian
a)


Mengetahui perkembangan Kesenian Wayang Krucil Blora di Jawa Tengah.

b)

Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap kelestarian kesenian Wayang Krucil
Blora.

c)

Mengetahui penyebab menurunnya minat generasi muda di Blora terhadap
kesenian Wayang Krucil Blora.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
a)

Meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis dalam
bidang kebudayaan dan kesenian khususnya kebudayaan dan kesenian tradisional.


b)

Dapat menerapkan metode ilmiah seperti yang dilakukan oleh ilmuan dalam
melakukan penelitian.

c)

Menambah pengalaman penulis dalam mencari informasi dan sumber data
lapangan.

d)

Membuat penulis menjadi lebih bermasyarakat dengan kebudayaan dan
kesenian tradisional khususnya kesenian Wayang Krucil Blora.

e)

Agar penulis juga mengetahui betapa pentingnya mempelajari kebudayaan dan
kesenian tradisional daerahnya.


1.4.2 Bagi Masyarakat
a)

Menambah wawasan penelitian tentang keberadaan kesenian tradisional yang
perlu dilestarikan khususnya kesenian Wayang Krucil di Kabupaten Blora.

b)

Memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran bagi pihak lain untuk
mengkaji lebih lanjut mengenai kesenian Wayang Krucil di Kabupaten Blora.

c)

Membuat masyarakat terutama para generasi muda semakin bijak dalam
menjaga dan melestarikan kebudayaan dan kesenian daerah agar dapat tetap
menjadi panutan dan ciri khas daerahnya.

d)

Memberikan motivasi kepada para senimandan praktisi Wayang Krucil Blora

agar mereka tetap berkreasi dan mengembangkan kualitas kesenian Wayang

Krucil sehingga dapat menjadi kesenian tradisional yang dapat bertahan di tengahtengah maraknya seni modern.
e)

Masyarakat terutama generasi muda mengetahui mengenai kesenian tradisional
Wayang Krucil Blora, sehingga kehadirannya dapat dijadikan sebagai komoditi
penting dalam perkembangan kesenian yang ada di Kabupaten Blora.

f)

Masyarakat dan generasi muda sadar bahwa budaya dan kesenian daerah
sangatlah penting bagi kehidupan, dan mau mempelajari semua jenis kesenian
Indonesia terutama kesenian khas Kabupaten Blora yaitu Wayang Krucil.

1.4.3
a)

Bagi pemerintah
Sebagai landasan bagi pemerintah Kabupaten Blora guna mengembangkan


kelestarian kesenian Wayang Krucil Blora.
b)

Mengetahui bentuk kepedulian masyarakat dan generasi muda terhadap kesenian
tradisional sehingga dapat merekomendasikan dalam kebijakan-kebijakan tentang
pelestarian kesenian Wayang Krucil Blora.

1.5 Hipotesis
a)

Perkembangan globalisasi telah menyebabkan banyak kesenian daerah di
Indonesia mengalami kepunahan khususnya Wayang Krucil di Kabupaten Blora.

b)

Para generasi muda di Kabupaten Blora lebih cenderung berminat pada
budaya barat yang lebih modern daripada mengembangkan kesenian daerahnya
sendiri khususnya kesenian tradisional Wayang Krucil Blora.


BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODE PENELITIAN
2. Kajian Teoritis
2.1 Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal

dari bahasa

Sanskerta yaitu buddhayah,

yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak


unsur

istiadat, bahasa,

yang

rumit,

termasuk sistem agama dan politik,

perkakas,pakaian, bangunan,

dan

adat

karya seni. Bahasa,

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia

sehingga budaya diwariskan secara genetis.
2.2 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Manusia dan kebudayaan
itu selalu bersama, tidak pernah terpisahkan. Dimana ada kebudayaan pasti selalu
ada masyarakat. Tidak akan pernah ditemui kebudayaan tanpa manusia dan
manusia tanpa kebudayaan. Manusia dan kebudayaan selalu bersama, ini
dikarenakan manusia adalah pencipta kebudayaan dan kebudayaan digunakan
oleh manusia sebagai alat untuk menghadapi tantangan hidup.

a)

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

b)

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.

c)

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah CulturalDeterminism.

d)

Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

e)

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat diperoleh
pengertian, bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.
2.3 Pengertian Kesenian

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan dan merupakan sarana yang digunakan
untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga
memiliki fungsi lain, misalnya mitos berfungsi menentukan norma,untuk perilaku
yang teratur serta meneruskan nilai-nilai adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara
umum kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Berikut ini merupakan pengertian dan definisi kesenian menurut para ahli:
a)

J.J Hogman, kesenian merupakan sesuatu yang memiliki unsur ideas, aktivitas
dan artifact.

b)

Kuntjaraningrat, kesenian merupakan suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berbentuk benda-benda hasil
manusia

c)

William A Heavlend, kesenian adalah keseluruhan sistem yang melibatkan
proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok
masyarakat dengan kebudayaan tertentu.

2.4 Manusia Dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan itu selalu bersama, tidak pernah terpisahkan. Dimana
ada kebudayaan pasti selalu ada kebudayaan. Tidak akan pernah ditemui
kebudayaan tanpa manusia dan manusia tanpa kebudayaan. Manusia dan
kebudayaan selalu bersama, ini dikarenakan manusia adalah pencipta kebudayaan
dan kebudayaan digunakan oleh manusia sebagai alat untuk menghadapi
tantangan hidup. Dalam kebudayaan terdapat pula bahasa yang digunakan dalam
masing-masing kebudayaan manusia yang berbeda-beda. Bahasa pun terbagi atas

dua yaitu bahasa lisan dan bahasa gerak. Dalam berbahasa harus ada ahli kode
agar menghindari kesalahpahaman atau menjaga perasaan lawan bicara.
Kebudayaan itu merupakan sebuah kesepakatan dan kebudayaan juga merupakan
pembeda antara manusia dan binatang. Manusia berbudaya karena berakal, jadi
apabila ada manusia yang tidak berbudaya sama halnya binatang karena binatang
tidak berbudaya karena tidak berakal.
Kebudayaan itu selalu bergerak atau dalam kata lain selalu berkembang karena
kebudayaan itu tidak diam (statis). Kebudaan selalu berkembang karena manusia
juga selalu berkembang. Karena apabila kebudayaan tidak berkembang maka
kebudayaan tersebut akan mati, seperti halnya bahasa Yunani Kuno dan bahasa
Sansekerta. Dan kepunahan juga terancam akan terjadi pada Wayang Krucil
yang berasal dari Blora Jawa Tengah.
Kebudayaan itu harus berkembang dan harus bisa beradaptasi, karena sesuatu yang
tidak benar-benar kuat dan tidak dapat beradaptasi maka sesuatu itu tidak akan
bertahan lama. Oleh karena itu kebudayaan harus tetap dipertahan kan agar tetap
kuat dan tidak mudah mati atau punah.
2.5 Wayang Krucil Blora
Wayang merupakan kesenian khas dan asli dari Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Sebagian wilayah yang terletak di pulau Jawa memiliki ciri khas wayangnya yang
tersendiri, terutama Kota Blora. Kora Blora memiliki wayang yang unik yaitu
Wayang Krucil. Wayang Krucil mempunyai sejarah yang sangat besar. Jenis
wayang ini merupakan jenis wayang yang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk

berdakwah di wilayah Pulau Jawa terutama di Jawa Tengah termasuk Kota Blora,
dan sangat berkembang pesat dari zaman ke zaman.
Wayang Krucil memiliki perbedaan dari wayang yang lain, yaitu dari bahan dan
bentuknya. Wayang Krucil terbuat dari kayu pipih (dua dimensi-red). Hanya saja
tangannya terbuat dari kulit sapi. Wayang Krucil cenderung lebih kecil dari
wayang lainnya, karena bentuknya yang kecil sehingga disebut dengan Wayang
Kucil. Di Kabupaten Blora Jawa Tengah, Wayang Krucil memiliki bentuk yang
mirip dengan wayang gedog. Tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan
menggunakan tutup kepala tekes atau kipas. Sedangkan di Jawa Timur tokohtokohnya banyak yang menyerupai wayang purwa. Di Blora Jawa Tengah tokohtokoh rajanya Bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.
Wayang Krucil bisa disebut juga "Wayang Klithik", karena saat dimainkan terdengar
bunyi klithak-klithik yang ditimbulkan dari benturan pada kayu bahan dasar
Wayang Krucil. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan
wayang

ini

amat

sederhana,

berlaras slendro dan

berirama playon

bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya Wayang Krucil menggunakan
gendhing-gendhing besar.
Ceritanya pun bukan cerita Ramayana atau Bharatayudha. Tidak ada Pandawa Lima
dan Kurawa dalam lakon Wayang Krucil. Tidak ada Punakawan atau Semar dan
ketiga anaknya, Gareng, Petruk, dan Bagong. Lakon Wayang Krucil diambil dari
Babat Majapahitan yaitu cerita Wayang Purwa, cerita Menak, dan Damarwulan.
Terutama yaitu cerita Damarwulan tentang kisah Perang Paregreg yang
memunculkan legenda Damarwulan sampai berdirinya Keraton Demak Bintoro.
Selain itu, ada juga lakon Amir Amza, dan Baginda Brahim, yang berasal dari

Timur Tengah. Tidak jarang pula, lakon-lakon itu diambil dari legenda
masyarakat sekitar, seperti Sunan Bonang, Nogososro Sabuk Inten, Brandalan
Diponegoro, dan Maling Genthiri.
Tokoh yang selalu muncul dalam cerita Wayang Krucil yaitu Bletik dan Jemblung.
Kedua tokoh tersebut muncul di saat konflik atau gara-gara. Mereka berperan
seperti Punakawan, yaitu mereka mengajak berdialog atau bergurau penonton,
mengkritisi persoalan hidup. Tidak jarang mereka menyampaikan nilai-nilai
agama dan pesan-pesan politik.
Tokoh yang digunakan termasuk tokoh yang sangat unik dan sangat banyak, serta
tokoh yang ada di dalam Wayang Krucil ini memiliki sifat atau karakter yang
berbeda-beda dan beragam, maka dari itu wayang yang satu ini tidak mudah
membuat bosan orang yang menontonnya.
2.5 Lakon-Lakon dalam Wayang Krucil.
a)

Damarwulan

b)

Menakjingga

c)

Layang seta

d) Layang Kumitir
e)

Logender

f)

Prabu Kencanawungu

g)

Patih Udara

h)

Wahita

i)Puyengan
j)Adipati Sindura
k)

Menak Koncar

l)Ranggalawe
m) Buntaran
n)

Watangan

o)

Anjasmara

p)

Banuwati

q)

Panjiwulung

r)

Sabdapalon

s)

Naya genggong

t)

Jaka Sesuruh

u)

Prabu Brawijaya

v)

Angkatbuta

w) Ongkotbuta
x)

Dayun

y)

Melik

z)

Klana Candrageni

aa) Klanasura
bb)

Ajar Pamengger

cc) Dewagung Walikrama
dd) Dewagung Baudenda
ee) Daeng Marewah
3.

Metode Penelitian

3.1
3.1.1

Jenis dan Desain Peneltian
Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena dalam mengkaji masalah,
peneliti tidak membuktikan atau menolak hipotesis yang dibuat sebelum

penelitian tetapi mengolah data dan menganalisis suatu masalah secara numerik.
Menurut Sugiyono

(2010:9) Metode Penelitian Kualitatif digunakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik
data yang tampak. Berdasarkan rangkaian teori tentang penelitian kualitatif
tersebut, jenis penelitian ini memusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimatkalimat yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku
yang diamati.
3.1.2

Desain Penelitian

Desain penelitian adalah studi kepustakaan (deskriptif narasi) yaitu menguraikan datadata bukan dengan data numerik tetapi menguraikan data-data dalam bentuk
kalimat. Penelitian deskriptif narasi adalah penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpisitisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data

kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2010:8).
3.2

LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Kunden, Desa Bangkle serta Museum Mahameru
Kecamatan Blora Kabupaten Blora Jawa Tengah dengan alasan :
a)

Narasumber merupakan seorang praktisi kesenian Wayang Krucil Blora.

b)

Narasumber merupakan Kepala Yayasan Museum Mahameru yang mengerti dan
memahami

perkembangan

kesenian

kemunculannya di Kabupaten Blora.
.

Wayang

Krucil

Blora

sejak

awal

3.3 DATA DAN SUMBER DATA
3.3.1

Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka.
Dari sumber

SK Menteri

P dan K No. 0259/U/1977 tanggal 11 Juli 1977

disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan
untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
data yang dipakai untuk suatu keperluan. Jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif, yaitu data yang berkaitan dengan kualitas.
3.3.2

Sumber Data

Peran dari sumber data sangatlah penting, karena berkaitan dengan bisa tidaknya
data penelitian diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, peneliti
menggunakan sumber data sebagai berikut:
a)

Informan
Informan

merupakan

tumpuan

pengumpulan

data

bagi

peneliti

dalam

mengungkapkan permasalahan penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan
dalam penelitian ini merupakan praktisi kesenian Wayang Krucil Blora
b.

Key Informan

Key Informan yaitu orang yang dianggap dapat memberikan keteranganketerangan yang merupakan narasumber utama dalam hal ini yang dimaksud
dengan key informan merupakan praktisi kesenian Wayang Krucil di Blora.
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.4.1 Wawancara Mendalam
Dalam penelitian kualitatif wawancara dilakukan secara bebas terkontrol artinya
wawancara dilakukan secara bebas sehingga diperoleh data yang

luas dan

mendalam, tetapi masih memperhatikan unsur terpimpin pada persoalan-persoalan
yang diteliti dalam hal inilah pedoman wawancara digunakan. Esterberg (2002)
dalam Sugiyono (231:2010) mendefinisikan interview sebagai berikut. ” a
meeting of two persons to exchange information and idea through question and
respones,resulting in comumunication and joint contruction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informai dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Seperti halnya dalam teknik pengumpulan data dengan
observasi, maka dalam wawancara hasilnya dicatat dan direkam untuk
menghindari terjadinya kesesatan recording. Di samping itu peneliti juga
menggunakan teknik recall (ulangan) yaitu manggunakan pertanyaan yang sama
tentang sesuatu hal guna memperoleh kepastian jawaban dari responden. Apabila
hasil jawaban pertama dan selanjutnya sama maka dapat dijadikan data yang
sudah final. Yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yakni praktisi
kesenian Wayang Krucil Blora (Bapak Maryoko S,Pd.) serta Kepala Yayasan
Museum Mahameru Blora (Bapak Gatot Pranoto BE.).
3.4.2

Dokumentasi

Pengumpulan data melalui teknik kualitatif observasi digunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Dengan
analisis dokumentasi ini diharapkan data yang diperlukan benar-benar valid.
Metode ini dipergunakan untuk mencari data jumlah karyawan, data pendaftar,
data kelulusan, data sarana-prasarana dan catatan-catatan lain yang relevan
dengan permasalahan penelitian”, yaitu data kumpulan perangkat pembelajaran,
data sarana prasarana multimedia, daftar nilai dan hasil pekerjaan siswa.

3.4.3

Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (145:2010) observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai biologis dan psikologis. Metode
Observasi ini, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam observasi ini menggunakan teknik observasi langsung tak berperan.
Kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan media komputer yang
menjadi kegiatan observasi.

3.5 Teknik Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian kualitatif, kegiatannya pada dasarnya dilakukan
secara bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Hal ini sangat
berbeda dengan proses analisis di dalam penelitian kuantitatif, yang memisahkan
secara tegas antara proses pengumpulan data dengan proses analisisnya, yaitu
analisis dilakukan setelah proses pengumpulan data telah lengkap dan selesai
dilaksanakan. Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, tiga komponen analisis
tersebut saling berkaitan dan berinteraksi, tak bisa dipisahkan dari kegiatan
pengumpulan data. Proses analisis dilakukan di lapangan bersamaan dengan
proses pengumpulan data, sebelum peneliti meninggalkan lapangan studinya.
Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi
data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Proses analisis
dengan tiga komponen analisisnya tersebut saling menjalin dan dilakukan secaara
terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data, merupakan model
analisis jalinan.

Reduksi data sebagai komponen pertama, bahkan sudah dilakukan sejak awal
sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, yaitu sejak penyusunan proposal
penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga membatasi pada
pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian, sebenarnya
peneliti sudah mulai melakukan reduksi. Kemudian proses tersebut dilanjutkan
pada waktu pengumpulan data, dan secara erat saling menjalin dengan dua
komponen analisis yang lain, yaitu sajian data dan penarikan simpulan dan
verifikasinya. Tiga komponen tersebut masih aktif bertautan dalam jalinan dan
masih tetap dilakukan pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, dan
dilanjutkan sampai pada waktu proses penulisan laporan penelitian berakhir.
Untuk menganalisis data dalam masalah ini penulis menggunakan logika induksi,
dengan membandingkan teori yang melatar belakangi permasalahan. Data yang
diperoleh dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang
ada. Data yang ada dikelompokkan, diseleksi dan selanjutnya dianalisis. Metode
yang digunakan dalam analisis data kualitatif yaitu menganalisis data yang
didasarkan pada kualitas data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
pokok penelitian, kemudian diuraikan dalam bentuk bahasa deskriptif.
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif,
artinya mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian
berdasarkan kualitas kebenarannya kemudian menggambarkan dan menyimpulkan
hasilnya untuk menjawab permasalahan yang ada. Instrumen dalam penelitian
metode kualitatif menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (223:2010)
menyatakan bahwa:

”Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instruman penelitian utama.Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya
belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya
tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak
pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya penelitian itu sendiri
sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”
Menurut peneliti hal tersebut sesuai dengan kenyataan sehingga dalam penyediaan
data tidak mengada-ada dan merupakan sesuai dengan kenyataan. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif. Penulis dalam penelitian ini
menggunakan teknik penarikan simpulan secara induktif, yaitu penarikan
simpulan dari data-data yang bersifat khusus untuk mendapatkan simpulan yang
bersifat umum.

BAB IV
PEMBAHASAN
Blora merupakan salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang
terletak di bagian paling timur provinsi Jawa Tengah dan berbatasan langsung
dengan provinsi Jawa Timur, khususnya daerah Bojonegoro dan Tuban. Blora

merupakan daerah yang terkenal karena memiliki sumber tambang minyak gas
yang terbesar di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di daerah Cepu, sebelah
timur Kota Blora. Selain memiliki sumber tambang minyak gas terbesar, Blora
juga terkenal dengan hutan jatinya yang memiliki kualitas kayu yang tinggi dan
terbaik se-Jawa Tengah, sehingga Blora dijuluki sebagai Kota Jati. Tidak hanya
kaya akan sumber daya alamnya, Blora juga memiliki kekayaan dalam kesenian
tradisionalnya, salah satu kesenian tersebut ialah Wayang Krucil. Namun,
kesenian Blora yang satu ini telah berada pada ambang kepunahan. Hal tersebut
dikarenakan menurunnya eksistensi Wayang Krucil sebagai salah satu kesenian
Blora, serta kurangnya minat masyarakat untuk melestarikan kesenian tersebut.
Berikut merupakan penjelasan dari rumusan masalah yang kami angkat mengenai
kesenian tradisional Wayang Krucil yang berada di Kabupaten Blora.
4.1 Perkembangan Kesenian Tradisional Wayang Krucil di Kabupaten
Blora
Menurut Bapak Gatot Pranoto BE. kesenian Wayang Krucil bukanlah kesenian
tradisional asli yang berasal dari Blora, namun merupakan kesenian tradisional
yang berasal dari pesisir Pantai Utara Jawa Tengah, kira-kira berasal dari daerah
Rembang bagian timur atau Tuban, yang masuk di daerah Kabupaten Blora sejak
tahun 1918. Namun, banyak orang yang berpendapat bahwa Wayang Krucil
merupakan kesenian asli dari Kabupaten Blora, hal ini terjadi karena irama
gamelan Wayang Krucil yang berada di daerah Blora berbeda dengan irama
gamelan wayang Krucil atau Klitik di daerah lain. Wayang Krucil Blora
menggunakan irama pelog sedangkan Wayang Krucil daerah lain menggunakan
irama pelog slendro. Ketika itu daerah yang pertama mengadakan pertunjukan

Wayang Krucil adalah daerah Blora kota sendiri. Tahun 1940-1950-an merupakan
masa keemasan bagi perkembangan Wayang Krucil, dimana pada masa tersebut
masyarakat sangat apresiatif terhadap kesenian tersebut dengan Dalang Gondo
sebagai dalang Wayang Krucil saat itu. Masa keemasan kesenian Wayang Krucil
tersebut dibuktikan dengan banyaknya jadwal pertunjukan Wayang krucil. Dalam
satu bulan, pertunjukan Wayang Krucil dapat mencapai lima belas kali
pertunjukan. Biasanya pementasan Wayang Krucil diadakan setiap bulan-bulan
besar penanggalan Jawa, juga setiap setelah panen atau biasa disebut dengan
sedekah bumi. Pada masa itu, masyarakat memiliki minat yang lebih ketika
melihat pertunjukan Wayang Krucil, karena Wayang Krucil dinilai lebih
mengasyikkan dan menarik untuk dilihat dan didengar dibanding wayang kulit
biasa. Hal tersebut dikarenakan terdapat interaksi antara dalang dengan penabuh
gamelan serta dengan penonton, begitu juga dengan penabuh gamelan terhadap
penonton dan dalang. Selain hal tersebut, isi dari cerita yang dibawakan dalam
pementasan Wayang Krucil sangat menarik dan memberi banyak pelajaran di
dalamnya, seperti cerita Lakon Menak yang merupakan cerita dari Timur Tengah
dengan Amir Hamzah sebagai lakonnya yang merupakan sahabat Rasulullah yang
memiliki tauladan yang baik, selain itu terdapat cerita mengenai kehidupan Raden
Mas Said sebelum menjadi Sunan, hingga akhirnya menjadi Sunan Kalijaga,
sehingga Wayang Krucil merupakan media yang digunakan untuk syiar agama
Islam. Oleh karena itu, pertunjukan tersebut menjadi menarik untuk dilihat dan
mendapatkan tempat tersendiri di dalam masyarakat.
Pendapat lain dikemukaan oleh Bapak Maryoko S.Pd. selaku praktisi kesenian
Wayang Krucil Blora. Menurut beliau kesenian tradisional Wayang Krucil

merupakan kesenian asli dari Kabupaten Blora Jawa yang telah ada sejak 1918
dengan Pangeran Diponegoro sebagai penggagasnya. Wayang Krucil biasa
dipentaskan pada peringatan bulan-bulan tertentu pada penanggalan Jawa serta
pada peringatan sedekah bumi di daerah Blora. Pertunjukan Wayang Krucil
banyak mengangkat tema mengenai syiar agama Islam, kepahlawanan, budi
pekerti dan lain sebagainya sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk
menikmati pertunjukan Wayang Krucil. Oleh karena itu, pada abad pertengahan
yakni sekitar tahun 1942-1945, Wayang Krucil Kabupaten Blora mencapai masa
keemasannya dengan Bapak Gondo yang berasal dari desa Jetis Kabupaten Blora,
sebagai dalang pada saat itu serta sebagai pemimpin grup pertunjukan Wayang
Krucil. Pada waktu itu, pertunjukan Wayang Krucil telah mencapai wilayah
Karesidenan Pati yakni meliputi wilayah Pati, Rembang, Kudus, Jepara, dan
Blora. Namun, pada saat itu pemerintah Kabupaten Blora kurang memberikan
apresiasi terhadap kesenian Wayang Krucil, sehingga perkembangan kesenian
tersebut hanya dapat berkembang sebatas wilayah karesidenan saja dan belum
bisa mencapai wilayah yang lebih luas. Setelah Dalang Gondo, penerusan kiprah
Wayang Krucil dilanjutkan oleh Dalang Reja yang berasal dari desa Wonosari
Kabupaten Blora. Ketika dipimpin oleh Dalang Reja, Wayang Krucil telah
mendapatkan apresiasi dari pemerintah Kabupaten Blora sehingga Wayang Krucil
Blora berhasil menggelar pertunjukan di TMII Jakarta pada masa Orde Baru.
Akan tetapi, setelah Dalang Gondo, Dalang Rejo serta beberapa dalang lainnya
sudah meninggal atau tak lagi mendalang, perkembangan wayang Krucil menjadi
tidak tentu arah antara hidup ataupun mati.

4.2 Kemunduran Perkembangan Kesenian Tradisional Wayang Krucil di
Kabupaten Blora
Eksistensi kesenian Wayang Krucil tidak dapat bertahan lebih lama dan mulai
mengalami kelunturan hingga saat ini. Hal ini dimulai ketika kesenian Wayang
Krucil terlibat dalam masalah politik, ketika itu kesenian Wayang Krucil
bergabung dengan organisasi LEKRA pada masa Orde Lama, dimana LEKRA
merupakan organisasi yang tergabung dengan PKI. Pada masa Orde Baru,
Presiden Soekarno meminta Soeharto untuk meniadakan PKI, sehingga pada masa
itu PKI diberantas dan tidak boleh mengadakan kegiatan apapun. Akibat
dibekukannya organisasi PKI, organisasi dibawahnya seperti LEKRA pun
menjadi mati sehingga kesenian Wayang Krucil yang tergabung di organisasi
LEKRA terlibat dalam masalah tersebut. Kemerosotan eksistensi Wayang Krucil
akibat dilarangnya organisasi PKI berdiri di Indonesia, membuat banyak generasi
muda tidak ingin lagi belajar dan meneruskan menjaga kelestarian kesenian
Wayang Krucil. Akibat dari hal tersebut membuat para seniman dan praktisi
Wayang Krucil berkurang dan eksistensi dari kesenian Wayang Krucil menjadi
terbelakang.
Jatuhnya organisasi PKI bukanlah menjadi hal utama kemerosotan kesenian Blora
tersebut.

Namun,

kemajuan

globalisasi

atau

modernisasi

zaman

yang

memengaruhi Indonesia juga menjadi faktor utama kemunduran kelestarian
Wayang Krucil di Indonesia khususnya di Kabupaten Blora. Perkembangan
budaya-budaya baru dari bangsa barat yang masuk ke Indonesia telah
menyisihkan kebudayaan-kebudayaan dan kesenian tradisional yang telah turun
temurun berada di Indonesia. Pada bidang seni dan budaya sendiri telah

mengalami dampak dari modernisasi zaman. Hal ini dapat terlihat dengan
banyaknya kemunculan-kemunculan kesenian baru dari bangsa barat seperti
kemunculan musik-musik band maupun pertunjukan drama modern. Kemajuan
teknologi pun ikut mempengaruhi kemajuan pada bidang seni, yaitu dengan
munculnya televisi yang merupakan media hiburan bagi masyarakat. Keseniankesenian serta teknologi tersebut telah masuk ke Indonesia dan telah menggeser
keberadaan kesenian-kesenian tradisional yang berada di Indonesia

termasuk

tersisihnya kesenian tradisional Wayang Krucil yang berada di Kabupaten Blora.
Menurut Bapak Maryoko S.Pd., pada zaman tersebut Wayang Krucil kurang
dapat menyesuaikan dengan situasi atau kurang dapat beradaptasi dengan
kemajuan zaman yang terjadi, apalagi dengan para praktisi kesenian Wayang
Krucil yang memiliki SDM yang rendah bahkan mereka tidak sekolah, tidak
dapat menulis dan membaca serta bersifat sangat tertutup terhadap hal-hal baru.
Sehingga kesenian Wayang Krucil tidak dapat berkembang hingga mengalami
hampir kepunahan pada era saat ini.
Menurut Bapak Maryoko S,Pd., perkembangan suatu kebudayaan dan kesenian
tergantung pada pimpinannya. Kurangnya apresiasi dari pemerintah Kabupaten
Blora juga menjadi penyebab kurangnya minat masyarakat khususnya generasi
muda dalam mengembangkan kesenian tradisional Wayang Krucil. Pementasan
Wayang Krucil belum mendapatkan tempat di Kabupaten Blora seperti halnya
kesenian barongan yang telah menjadi ikon kesenian tradisional yang dimiliki
Kabupaten Blora. Seperti pada peringatan hari jadi Kota Blora sendiri, pemerintah
Kabupaten

Blora menggelar pementasan-pementasan kesenian Blora seperti

barongan dan tayub, juga pementasan musik seperti regge, dangdut, band dan lain

sebagainya. Namun, kesenian Wayang Krucil yang merupakan kesenian daerah
yang dimiliki Kabupaten Blora, bahkan tidak dipentaskan pada acara-acara
peringatan hari besar Kota Blora sendiri. Hal tersebutlah yang membuat hampir
punahnya

kesenian

Wayang

Krucil,

akibat

tidak

ada

media

yang

memperkenalkannya kembali, sehingga generasi muda Kota Blora menjadi minim
pengetahuannya atau bahkan tidak mengetahui kesenian tradisional daerah yang
dimilikinya tersebut.
4.3 Menurunnya Minat Generasi Muda Terhadap Kesenian Tradisional
Wayang Krucil Blora
Berkembangnya seni dan budaya suatu negara tergantung pada kepedulian para
generasi mudanya. Namun, saat ini banyak anak muda yang bahkan tidak
mengetahui kesenian-kesenian yang dimilikinya seperti halnya kesenian Wayang
Krucil Blora yang mulai tidak diperhatikan oleh masyarakatnya sendiri. Banyak
generasi muda, yang juga merupakan putra dan putri para praktisi Wayang Krucil
di Kabupaten Blora sendiri, tidak ingin meneruskan karya dari orang tua mereka
dalam melestarikan kesenian Wayang Krucil di Blora. Mereka bahkan lebih
condong pada kebudayaan Barat yang telah masuk di Indonesia. Banyak dari
generasi muda yang beranggapan bahwa wayang merupakan tontonan yang
membosankan. Mereka menilai pementasan Wayang Krucil terlalu lama serta
merupakan tontonan dari orang-orang tua saja. Oleh karena itu, mereka lebih
menikmati adanya pementasan musik-musik band yang dianggap lebih
mengasyikkan dan lebih atraktif. Sehingga, akibat perkembangan zaman dan
kebudayaan yang semakin modern menyebabkan generasi muda lebih berminat

pada kebudayaan yang mereka anggap lebih modern dari pada kebudayaan
tradisional daerah mereka sendiri.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan :
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan Wayang Krucil Blora saat ini hampir mengalami kepunahan
dikarenakan oleh beberapa faktor, yakni :
a)

Kurangnya praktisi yang mengembangkan kesenian Wayang Krucil Blora.

b)

Kemajuan globalisasi, modernisasi zaman, serta masuknya budaya asing yang
memengaruhi masyarakat Indonesia.

c)

Wayang Krucil Blora tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman
yang terjadi di era saat ini.

d)
e)

Praktisi Wayang Krucil Blora yang memiliki SDM yang rendah.
Kurangnya apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Blora terhadap kesenian
Wayang Krucil Blora.

f)

Sedikitnya masyarakat yang mengenal keberadaan kesenian Wayang Krucil
Blora.

g)

Kesenian wayang, seperti Wayang Krucil tidak diminati masyarakat karena
membutuhkan waktu yang lama dalam pertunjukkannya.

5.2 Saran :

Dengan tersusunnya karya tulis ini kami mengharapkan kepada para pembaca
yang budiman agar bisa mengambil sisi positif serta manfaat dari karya tulis yang
telah kami buat.
Dari semua penelitian yang kami lakukan sebelumnya, kami dapat
memberikan saran-saran yang sekiranya sangat diperlukan.
Berdasarkan karya ilmiah ini beberapa hal yang penting untuk dijadikan bahan
pertimbangan dan saran dalam pembuatan karya ilmiah ini, seperti :
5.1.1 Saran Secara Umum :
a)

Kami menyarankan agar penelitian tentang punahnya kesenian Wayang Krucil
Blora dapat dilakukan lebih lanjut.

b)

Kami menyarankan agar eksistensi Wayang Krucil Blora tetap terjaga di dalam
masyarakat.

5.2.2 Saran Secara Khusus :
a)

Kami menyarankan kepada guru atau pembimbing agar bisa memberi arahan
kepada siswanya untuk tetap peduli dan ikut andil dalam melestarikan kesenian
tradisional Wayang Krucil Blora yang mereka miliki.

b)

Kami menyarankan kepada masyarakat agar lebih memahami dan memberikan
perhatian untuk melestarikan kesenian tradisional Wayang Krucil Blora yang
mereka miliki.

c)

Kami menyarankan kepada

pemerintah agar ikut campur tangan dalam

memberikan apresiasi kepada para budayawan dan praktisi yang telah
melestarikan kesenian Wayang Krucil Blora agar eksistensinya dalam masyarakat
tetap terjaga.

d)

Kami menyarankan kepada para generasi muda agar tetap melestarikan kesenian
Wayang Krucil Blora agar keberadaannya tetap eksis walaupun di tengah
perkembangan budaya barat akibat modernisasi zaman yang semakin pesat.

e)

Kami menyarankan agar praktisi-praktisi dari kesenian Wayang Krucil Blora
agar lebih berkreasi akan pengolahannya dalam melakukan pertunjukan Wayang
Krucil Blora agar tampilannya dapat lebih menarik dan memikat minat para
generasi muda dan masyarakat lain untuk melestarikan kesenian tradisional
Wayang Krucil ini.