Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Ne

Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Fungsi
Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pengertian Pakar
Mengenai pengertian pancasila sebagai ideologi negara dan fungsinya dibahas di bawah
ini.

Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas Pengertian
Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan
serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam
ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun
1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45 ialah dasar
negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan
pancasila sebagai ideologi nasional, selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang

mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif,
sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam ketetapan MPR No.18 dinyatakan
bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsistem dalam
kehidupan bernegara.
| Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara |
Fungsi

Pustaka
https://asefts63.wordpress.com/materi-pelajaran/pkn-kls-8/pancasila-sebagai-ideologidan-dasar-negara/
http://8b-officialblog.blogspot.co.id/p/bab-2-konstitusi-yang-pernah-digunakan.html
http://sinarharapan.co/index.php/news/read/31765/konfusianisme-dan-pancasila.html
Pertama, mengutip Konrad Kebung dalam Filsafat Berpikir Orang Timur (Prestasi, 2011),
ajaran moral atau ketuhanan persis merupakan inti Konfusianisme. Tanpa moral yang baik,
tidak akan ada manusia yang baik.
Kemudian, tanpa manusia-manusia yang baik, runtuhlah cita-cita membangun pemerintahan
yang baik. Karena itu, penguasa harus menggunakan rasa moral guna menciptakan
kesejahteraan bagi warganya.
Kedua, Konfusianisme mengajarkan konsep ren terkait cara pandang kemanusiaan ideal. Ren
adalah kemanusiaan universal yang tidak memandang SARA. Menurut ren, manusia bisa
disebut manusia jika ia mampu menjalin relasi dengan manusia lain.

Maka itu, jalinan relasi tersebut harus dibangun dengan sikap-sikap kejujuran, kebijaksanaan,
kesetiakawanan, solidaritas, dan saling menghormati. Dengan kata lain, Konfusianisme
menekankan pentingnya sesama manusia untuk bersikap toleran dan merasa diri sebagai satu
kesatuan. Artinya, ini selaras dengan sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan
sila ketiga, Persatuan Indonesia, dalam Pancasila.
Ketiga, Konfusianisme terkait politik menyatakan bahwa negara harus dibangun berdasarkan
negara-keluarga serta dijalankan secara hierarkis. Orang-orang berkedudukan lebih rendah
harus patuh kepada sesepuhnya, sementara para sesepuh mesti menunjukkan respek dan
kemurahan hati kepada orang berkedudukan lebih rendah sebagai balasannya.
Bahasa mudahnya, ajaran politik Konfusianisme memandang Negara sebagai Bapak,
sementara rakyat merupakan anak. Karena itu, negara berkewajiban mengayomi rakyat
dengan sebaik-baiknya, sementara tugas rakyat adalah mematuhi negara sepanjang negara
berbuat benar.
Kembali, ini serupa dengan paham negara-integralistik yang digagas salah satu founding
father kita, Soepomo. Merujuk Marsillam Simanjuntak (Paham Negara Integralistik, Grafiti,
1995), paham integralistik mengajarkan bahwa rakyat dan negara sebagai satu kesatuan
(integralistik) tak terpisahkan. Inilah yang lantas mewujud dalam sila ke-4, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Artinya, demokrasi seperti ini tidak semata-mata menyerahkan kekuasaan kepada suara
mayoritas (popular vote) seperti dalam demokrasi liberal. Demokrasi integralistik

menginginkan satu prinsip daulat rakyat yang dibimbing oleh kepentingan negara secara
keseluruhan—bukan kepentingan sempit orang per orang atau golongan—yang dimediasi
oleh satu mekanisme bernama musyawarah mufakat.
Terakhir, Konfusianisme dari segi ekonomi menekankan pentingnya moralitas
kedermawanan dalam rangka pemerataan kesejahteraan. Penelitian Fachrur Rozie (Seni

Memberi dalam Chun Tzu, PIRAC, 2004), menunjukkan Konfusianisme mengajarkan bahwa
harta yang terdistribusi itu jauh lebih bermakna ketimbang harta yang menumpuk.
Salah satu ciri orang yang berperi cinta kasih dalam konteks Konfusianisme adalah dia yang
mampu mengembangkan diri dengan hartanya. Karena itu, kedermawanan sosial adalah sikap
yang niscaya bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks ini, kedermawanan sosial bukan terbatas pada individu, tapi juga meluas pada
negara. Maknanya, negara mengemban tanggung jawab untuk melakukan pengikisan
kesenjangan sosial dan mengoptimalkan pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warganya
lewat berbagai mekanisme, seperti jaminan sosial dan subsidi. Nah, bukankah ini demikian
selaras dengan sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia?
Akhirulkalam, kita bisa melihat betapa signifikan jejak Konfusianisme dalam Pancasila. Ini
tentu wajar mengingat Konfusianisme telah hidup di negeri ini begitu lama. Tinggal,
bagaimana kita menggali relevansi ajaran itu di tengah momentum Imlek sebagai panduan
membangun tatanan sosial ideal sebagaimana dicita-citakan Pancasila. Semoga!

*Penulis adalah pengajar Filsafat Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila

Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai sarana pemersatu masyarakat,
sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik, dapat kita telusuri dari gagasan para
pendiri negara Indonesia tentang pentingnya mencari nilai-nilai bersama yang dapat
mempersatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.
Pada awal mulanya, konsep pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau
platform bersama bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia.
Pancasila merupakan tawaran yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan
anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan oleh Ir. Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas
bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok yang terdapat di negara Indonesia dapat
bersatu dan menerima asas tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi pancasila sebagai
ideologi negara. Pancasila yang sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi
semua golongan Indonesia. Perkembangan doktrinal pancasila telah mengubahnya dari fungsi
awal pancasila sebagai platform bersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai
dengan rumusan pertama yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang
komprehensif integral. Ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan
ideologi lain.

Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Prof. Notonagoro. Beliau melalui interprestasi filosofis memberi status
ilmiah dan resmi tentang ideologi bagi masyarakat Indonesia. Yang pada mulanya pancasila
sebagai ideologi terbuka sebuah konsensus politik, pancasila menjadi ideologi yang benarbenar komprehensif. Interprestasi ini berkembang luas, masif bahkan monolitik pada masa
pemerintahan orde baru.
Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah konsensus politik, yaitu suatu
persetujuan politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan masyarakat di negara
Indonesia. Dengan diterimanya pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran
bersedia bersatu dalam negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila
merupakan common platform, atau common denominator masyarakat Indonesia yang plural.
Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi,
sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak
menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi negara atau bangsa merupakan
kesepakatan bersama, common platform dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia.
Kesepakatan bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang harus kita
pertahankan dan tumbuh kembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka makna pancasila sebagai ideologi negara Indonesia
sebagai berikut :

(1) Nilai-nilai dalam pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari penyelenggaraan
bernegara di Indonesia.
(2) Nilai-nilai dalam pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh
karenanya menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat Indonesia.

Implementasi pancasila sebagai ideologi negara atau nasional, sebagai berikut :
1. Perwujudan Pancasila Sebagai Cita-cita Bernegara
Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita penyelenggaraan
bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7 tahun 2001 mengenai Visi Indonesia Masa
Depan. Dalam ketetapan tersebut menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas
3 visi, yaitu :
- Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 45
yaitu pada alinea kedua dan keempat.
- Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang berlaku samapai dengan
tahun 2020.
- Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN (Garis-Garis Besar
Haluan Negara).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, demokratis,
bersatu, adil dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai pancasila
sebagai cita-cita bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari masyarakat madani

Indonesia. Sebagai suatu cita-cita, nilai-nilai pancasila diambil dimensi idealismenya.
Sebagai nilai-nilai ideal, penyelenggaraan negara hendaknya berupaya bagaimana
menjadikan kehodupan bernegara Indonesia ini semakin dekat dengan nilai-nilai ideal
tersebut.
2. Perwujudan Pancasila Sebagai Kesepakatan atau Nilai Integratif Bangsa
Nilai Integratif Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti bahwa pancasila
sebagai sarana pemersatu dan prosedur penyelesaian konflik perlu pula dijabarkan dalam
praktik kehidupan bernegara. Nilai integratif pancasila mengandung makna bahwa pancasila
dijadikan sebagai sarana pemersatu dalam masyarakat dan prosedur penyelesaian konflik.
Masyarakat Indonesia telah menerima pancasila sebagai sarana pemersatu, yang artinya
sebagai suatu kesepakatan bersama bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya disetujui
sebagai milik bersama. Pancasila dijadikan semacam social ethics dalam masyarakat yang
heterogen.
Pancasila sebagai kesepakatan diartikan sebagai konsensus bahwa dalam hal konflik maka
lembaga politik yang diwujudkan bersama akan memainkan peran sebagai penengah.
Apakah pancasila dapat digunakan secara langsung mempersatukan masyarakat dan
mencegah konflik ?. Jawabannya tidak, tetapi prosedur penyelesaian konflik yang dibuat
bersama, baik yang meliputi lembaga maupun aturan itulah yang diharapkan mampu
menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat. Fungsi pancasila sebagai ideologi negara
dalam hal ini yaitu sebagai pembuatan prosedur penyelesaian konflik, nilai-nilai pancasila

menjadi landasan normatif bersama.
Nilai-nilai pancasila hendaknya mewarnai setiap prosedur penyelesaian konflik yang ada di
dalam masyarakat. Secara normatif dapat dinyatakan bahwa penyelesaian suatu konflik
hendaknya dilandasi oleh nilai-nilai religius, nilai kemanusiaan, mengedepankan persatuan,
menjunjung tinggi prosedur demokratis dan berujung pada terciptanya keadilan.
Sekian pembahasan pengertian pancasila sebagai ideologi negara dan fungsi pancasila
sebagai ideologi negara, semoga tulisan saya mengenai pengertian pancasila sebagai ideologi
negara dan fungsi pancasila sebagai ideologi negara dapat bermanfaat.

Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara :
- Winarno, 2011. Judul Buku : Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Kedua.
Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta.

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Modifikasi Struktur Senyawa Etil Pmetoksisinamat Melalui Proses Nitrasi- Esterifikasi dengan 1-Butanol Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

3 34 113

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17