TUGAS PSIKOLOGI LUAR SEKOLAH PAUD Disusu
TUGAS PSIKOLOGI LUAR SEKOLAH
PAUD
Disusun Oleh :
Yael
Febriany K.N
15010112120024
Almira Oktaviani
15010112140102
Dessi Rusliana Dewi
15010112140141
Hita Sinidikoro Pambajeng
15010112130153
Mulyono
15010112130120
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PSIKOLOGI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini
adalah tahun–tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai
macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan
kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Untuk itu pendidikan
untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi)
dari
lingkungan
terdekat
sangat
diperlukan
untuk
mengoptimalkan kemampuan anak.
Sejak itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan
pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak–kanak (TK)
sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,
Seperti kelompok bermain, tempat penitipan anak, PAUD sejenis lainnya.
Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini mulai
meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007
Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68% dan
sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh
masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu menyiratkan bahwa
terdapat masalah–masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih
lemahnya peran Pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta masih
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Pendidikan Usia
Dini.
Selain itu,”Ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap
aspek kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan
pendidikan usia dini, dewasa ini dianggap masih kurang tepat. PAUD pada
hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh
potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan
cara–cara yang sesuai dengan masa perkembangannya, diantaranya belajar
sambil bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada
masyarakat tentang komponen–komponen pendidikan usia dini perlu
dilakukan. Komponen–komponen PAUD antara lain meliputi prinsip–
prinsip dasar PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian
terhadap komponen–komponen perlu dilakukan untuk lebih memahami
hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidikan usia dini perlu proses
pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah–kaidah
pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Hal-hal yang berpengaruh terhadap hakikat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sangatlah kompleks. Maka dari itu, karena keterbatasan baik
waktu, pikiran, biaya, dan tenaga penulis, dalam kesempatan ini hanya
akan membahas tentang merubah cara pandang kita terhadap pendidikan
anak usia dini jika telah dikuatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para tokoh-tokoh terkenal, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003, dan untuk mengetahui
karakter-karakter anak usia dini kita, sehingga batasan pendidikan yang
akan diterimanya dapat sesuai dengan porsinya.
Sebagai dasar pijakan dalam pembahasan dibawah ini penulis
mencoba merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1) Apa itu PAUD?
2) Apa saja landasan ruang lingkup dalam PAUD?
3) Apa pengertian PAUD formal, PAUD non-formal dan PAUD informal? Bagaimana perbedaannya?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian PAUD,
2) Untuk mengetahui landasar ruang lingkup dalam PAUD,
3) Untuk mengetahui pengertian PAUD informal dan PAUD informal
beserta perbedaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PAUD
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar
ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama)
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Adalilla, S, 2010).
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir, daya cipta, emosi,
spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan
seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan
social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan
gaya belajar anak (Santrock, 2007)
B. Tujuan PAUD
Secara
umum,
tujuan
pendidikan
anak usia
dini adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan
anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi
luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu,
maupun pendampingan.
C. Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5) Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang
dimiliki anak
6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
D. Dasar Hukum PAUD
Dasar hukum penyelenggaraan PAUD yaitu UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003, bagian ke 7 (tujuh) Pasal 28 tentang PAUD dijelaskan:
1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2) PAUD bisa diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non
formal, atau informal
3) PAUD pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-kanak),
Raudhatul Athfal (RA) atau berbentuk lain yang sederajat.
4) PAUD pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain sederajat.
5) PAUD pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
6) Ketentuan mengenai PAUD sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan PP.
E. Pentingnya PAUD
Adapun peran penting Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
sebagai berikut:
1) PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah
perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi
kepribadian anak.
2) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan
berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas,
pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
3) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan
otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini
menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan
otak.
4) Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan
anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah
menghadapi masa sekolah.
5) PAUD juga merupakan pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak, serta menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
F. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Berikut karakteristik perkembangan Anak usia dini yang perlu kita
ketahui:
1. Perkembangan Moral:
- Mampu merasakan kasih sayang, melalui rangkulan dan pelukan
- Meniru sikap, nilai dan perilaku orang tua
- Menghargai memberi dan menerima
- Mencoba memahami arti orang dan lingkungan disekitarnya
2. Perkembangan Fisik:
- Pertumbuhan fisik yang cukup pesat
- Mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam prilaku motorik .
- Energik dan aktif
- Membedakan perabaan
- Masih memerlukan waktu tidur yang banyak
- Tertarik pada makanan
3. Perkembangan Bahasa:
- Menyatakan maksud dalam kalimat yang terdiri dari 4 sampai 10 kata
- Mengetahui dan meniru suara-suara
- Mengerti terhadap kalimat perintah
- Mengajukan pertanyaan
- Menyebutkan nama-nama benda dan fungsi
- Memecahkan masalah dengan berdialog
4. Perkembangan Kognitif:
- Mengelompokkan benda-benda yang sejenis
- Mengemlompokkan bentuk
- Membedakan rasa
- Membedakan bau
- Membedakan warna
- Menyebutkan dan mengenal bilangan (1 –10)
- Rasa inign tahu yang tinggi
- Imajinatif
5. Perkembangan Sosial dan Emosi:
- Mengenal aturan
- Orientasi bermain
- Egosentris
- Belajar tentang kerja sama dan berbagi
- Belajar ke kamar mandi sendiri (Toilet training)
- Selalu ingin mencoba sendiri
- Menunjukkan ekspresi emosi
- Responsif terhadap dorongan dan pujian
- Mengembangkan konsep diri
- Belajar menerima tanggung jawab pribadi dan kemandirian
6. Perkembangan Seni:
- Mendengarkan musik
- Mengikuti irama
- Bernyanyi
- Mencipatakan irama
- Menggambar
Selain itu, kita juga bisa memahami Kemampuan Anak melalui
Inteligensinya. Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang lebih luas
telah membuka mata para orang tua dan guru tentang adanya wilayahwilayah yang secara spontan (fitrah) akan diminati oleh anak-anak. Setiap
anak akan menunjukkan kemampuannya ( yang tinggi ) dan merasa pas
dengan apa yang diminatinya sehingga menjadi sangat menguasainya dan
menjadikannya ahli dalam bidang tersebut.
Berdasarkan konsep dari Howard Gardner (1993) intelegensi
diartikan sebagai kemampuan memecahkan masalah, atau membentuk
suatu produk, yang dihargai dalam satu atau berbagai suasana budaya atau
masyarakat. Integensi jamak (multiple intelegences) meliputi unsur-unsur :
1. Intelegensi matematika-logika : memuat kemempuan seseorang dalam
berfikir secara induktif dan deduktif, berfikir menurut aturan logika,
memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir.
2.
Integensi
berbahasa
:
memuat
kemampuan
seseorang
untuk
menggunakan bahasa dari kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan
dalam bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya.
3. Inteligensi musikal : memuat kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suarasuaran non-verbal yang berada disekelilingnya, termasuk
nada dan irama.
4. Inteligensi visual-spasial (ruang) : memuat kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dengan ruang.
5. Inteligensi kinestik (badaniah): memuat kemampuan seseorang untuk
secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
6. Inteligensi antar-pribadi (inter-personal) : memuat kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain, mudah memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi.
7. Intelegensi intra pribadi : menunjukkan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan dirinya sendiri, cenderung mampu mengenali
kekuatan dan kelemahan diri.
8. Inteligensi naturalis, yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam.
9. Inteligensi spiritual, adalah ekspresi pemikiran yang muncul dari dalam
kalbu seseorang. Dapat mengilhami seseorang dan mendorongnya sebagai
sumber motivasi yang memiliki kekuatan maha dahsyat, misalnya
ditunjukkan dalam penemuan baru yang orisinal, kreatif dan isnpiratif.
G. Karakteristik Program PAUD
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan
dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek
pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosialemosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi
kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan
deteksi dini tumbuh kembang anak.
Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang
berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap
diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada
tahap
selanjutnya.
Walaupun
setiap
anak
adalah
unik,
karena
perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap
mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan
yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk
memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang
meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang
diberikan secara konsisten
melalui pembiasaan.
Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia
anak:
0 –
PAUD
Disusun Oleh :
Yael
Febriany K.N
15010112120024
Almira Oktaviani
15010112140102
Dessi Rusliana Dewi
15010112140141
Hita Sinidikoro Pambajeng
15010112130153
Mulyono
15010112130120
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS PSIKOLOGI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini
adalah tahun–tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai
macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan
kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Untuk itu pendidikan
untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi)
dari
lingkungan
terdekat
sangat
diperlukan
untuk
mengoptimalkan kemampuan anak.
Sejak itulah, perkembangan pendidikan usia dini tumbuh dengan
pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak–kanak (TK)
sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya,
Seperti kelompok bermain, tempat penitipan anak, PAUD sejenis lainnya.
Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini mulai
meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan TK dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007
Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD/TK baru mencapai 26,68% dan
sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh
masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Hal itu menyiratkan bahwa
terdapat masalah–masalah yang harus dikaji lebih jauh di antaranya masih
lemahnya peran Pemerintah dalam mengembangkan PAUD serta masih
rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Pendidikan Usia
Dini.
Selain itu,”Ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap
aspek kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan
pendidikan usia dini, dewasa ini dianggap masih kurang tepat. PAUD pada
hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh
potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan
cara–cara yang sesuai dengan masa perkembangannya, diantaranya belajar
sambil bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada
masyarakat tentang komponen–komponen pendidikan usia dini perlu
dilakukan. Komponen–komponen PAUD antara lain meliputi prinsip–
prinsip dasar PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian
terhadap komponen–komponen perlu dilakukan untuk lebih memahami
hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidikan usia dini perlu proses
pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah–kaidah
pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Hal-hal yang berpengaruh terhadap hakikat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) sangatlah kompleks. Maka dari itu, karena keterbatasan baik
waktu, pikiran, biaya, dan tenaga penulis, dalam kesempatan ini hanya
akan membahas tentang merubah cara pandang kita terhadap pendidikan
anak usia dini jika telah dikuatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh para tokoh-tokoh terkenal, Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor
20 tahun 2003, dan untuk mengetahui
karakter-karakter anak usia dini kita, sehingga batasan pendidikan yang
akan diterimanya dapat sesuai dengan porsinya.
Sebagai dasar pijakan dalam pembahasan dibawah ini penulis
mencoba merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1) Apa itu PAUD?
2) Apa saja landasan ruang lingkup dalam PAUD?
3) Apa pengertian PAUD formal, PAUD non-formal dan PAUD informal? Bagaimana perbedaannya?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian PAUD,
2) Untuk mengetahui landasar ruang lingkup dalam PAUD,
3) Untuk mengetahui pengertian PAUD informal dan PAUD informal
beserta perbedaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PAUD
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Sedangkan pada pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar
ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama)
bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Adalilla, S, 2010).
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan kecerdasan, daya pikir, daya cipta, emosi,
spiritual, berbahasa/komunikasi, dan social (Hasan, 2009).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan melibatkan
seluruh anak mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif, dan
social anak. Pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan minat-minat dan
gaya belajar anak (Santrock, 2007)
B. Tujuan PAUD
Secara
umum,
tujuan
pendidikan
anak usia
dini adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan
anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi
luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu,
maupun pendampingan.
C. Fungsi PAUD
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitar
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
5) Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang
dimiliki anak
6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
D. Dasar Hukum PAUD
Dasar hukum penyelenggaraan PAUD yaitu UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003, bagian ke 7 (tujuh) Pasal 28 tentang PAUD dijelaskan:
1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2) PAUD bisa diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non
formal, atau informal
3) PAUD pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-kanak),
Raudhatul Athfal (RA) atau berbentuk lain yang sederajat.
4) PAUD pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain sederajat.
5) PAUD pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
6) Ketentuan mengenai PAUD sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan PP.
E. Pentingnya PAUD
Adapun peran penting Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
sebagai berikut:
1) PAUD memegang peranan penting dan menentukan bagi sejarah
perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi
kepribadian anak.
2) Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini akan dapat
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang akan
berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas,
pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
3) Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan). Dari perkembangan
otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia dini
menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan
otak.
4) Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan
anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah
menghadapi masa sekolah.
5) PAUD juga merupakan pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak, serta menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
F. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini
Berikut karakteristik perkembangan Anak usia dini yang perlu kita
ketahui:
1. Perkembangan Moral:
- Mampu merasakan kasih sayang, melalui rangkulan dan pelukan
- Meniru sikap, nilai dan perilaku orang tua
- Menghargai memberi dan menerima
- Mencoba memahami arti orang dan lingkungan disekitarnya
2. Perkembangan Fisik:
- Pertumbuhan fisik yang cukup pesat
- Mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam prilaku motorik .
- Energik dan aktif
- Membedakan perabaan
- Masih memerlukan waktu tidur yang banyak
- Tertarik pada makanan
3. Perkembangan Bahasa:
- Menyatakan maksud dalam kalimat yang terdiri dari 4 sampai 10 kata
- Mengetahui dan meniru suara-suara
- Mengerti terhadap kalimat perintah
- Mengajukan pertanyaan
- Menyebutkan nama-nama benda dan fungsi
- Memecahkan masalah dengan berdialog
4. Perkembangan Kognitif:
- Mengelompokkan benda-benda yang sejenis
- Mengemlompokkan bentuk
- Membedakan rasa
- Membedakan bau
- Membedakan warna
- Menyebutkan dan mengenal bilangan (1 –10)
- Rasa inign tahu yang tinggi
- Imajinatif
5. Perkembangan Sosial dan Emosi:
- Mengenal aturan
- Orientasi bermain
- Egosentris
- Belajar tentang kerja sama dan berbagi
- Belajar ke kamar mandi sendiri (Toilet training)
- Selalu ingin mencoba sendiri
- Menunjukkan ekspresi emosi
- Responsif terhadap dorongan dan pujian
- Mengembangkan konsep diri
- Belajar menerima tanggung jawab pribadi dan kemandirian
6. Perkembangan Seni:
- Mendengarkan musik
- Mengikuti irama
- Bernyanyi
- Mencipatakan irama
- Menggambar
Selain itu, kita juga bisa memahami Kemampuan Anak melalui
Inteligensinya. Gambaran mengenai spektrum kecerdasan yang lebih luas
telah membuka mata para orang tua dan guru tentang adanya wilayahwilayah yang secara spontan (fitrah) akan diminati oleh anak-anak. Setiap
anak akan menunjukkan kemampuannya ( yang tinggi ) dan merasa pas
dengan apa yang diminatinya sehingga menjadi sangat menguasainya dan
menjadikannya ahli dalam bidang tersebut.
Berdasarkan konsep dari Howard Gardner (1993) intelegensi
diartikan sebagai kemampuan memecahkan masalah, atau membentuk
suatu produk, yang dihargai dalam satu atau berbagai suasana budaya atau
masyarakat. Integensi jamak (multiple intelegences) meliputi unsur-unsur :
1. Intelegensi matematika-logika : memuat kemempuan seseorang dalam
berfikir secara induktif dan deduktif, berfikir menurut aturan logika,
memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir.
2.
Integensi
berbahasa
:
memuat
kemampuan
seseorang
untuk
menggunakan bahasa dari kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan
dalam bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya.
3. Inteligensi musikal : memuat kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suarasuaran non-verbal yang berada disekelilingnya, termasuk
nada dan irama.
4. Inteligensi visual-spasial (ruang) : memuat kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dengan ruang.
5. Inteligensi kinestik (badaniah): memuat kemampuan seseorang untuk
secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
6. Inteligensi antar-pribadi (inter-personal) : memuat kemampuan
seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain, mudah memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi.
7. Intelegensi intra pribadi : menunjukkan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan dirinya sendiri, cenderung mampu mengenali
kekuatan dan kelemahan diri.
8. Inteligensi naturalis, yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap
lingkungan alam.
9. Inteligensi spiritual, adalah ekspresi pemikiran yang muncul dari dalam
kalbu seseorang. Dapat mengilhami seseorang dan mendorongnya sebagai
sumber motivasi yang memiliki kekuatan maha dahsyat, misalnya
ditunjukkan dalam penemuan baru yang orisinal, kreatif dan isnpiratif.
G. Karakteristik Program PAUD
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan
dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek
pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosialemosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi
kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan
deteksi dini tumbuh kembang anak.
Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang
berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap
diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada
tahap
selanjutnya.
Walaupun
setiap
anak
adalah
unik,
karena
perkembangan anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan anak tetap
mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan
yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk
memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang
meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang
diberikan secara konsisten
melalui pembiasaan.
Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia
anak:
0 –