Fenomena Waktu dalam dalam islam

Fenomena Waktu (Siang dan Malam)

SIMBOL SAINS DI DALAM AL QUR'AN IV:
(KEUNGGULAN SAINS PADA AYAT-AYAT SUMPAH
DI DALAM AL QUR'AN)
Oleh: Med HATTA
BAB IV
FENOMENA WAKTU (MALAM DAN SIANG)
Allah SWT Bersumpah:

WAKTU DALAM ISLAM:Allah SWT bersumpah demi
waktu diberbagai tempat dalam Al Qur’an, misalnya pada
surat Al-Mudatsir Allah bersumpah: (dan demi malam ketika
telah berlalu; dan subuh apabila mulai terang). Di surat AlFajr: (Dan demi fajar ; dan malam yang sepuluh ; dan demi
malam apabila berlalu). Di surat Al-Syamsy: (Demi matahari
dan sinarnya di pagi hari; demi siang apabila
menampakkannya (matahari); demi malam apabila
menutupinya (matahari). Di surat A-llail : (Demi malam
apabila menutupi; demi siang apabila telah terang
benderang). Di surat Adh-Dhuha: (Demi waktu dhuha; dan
malam apabila telah sunyi). Dan di surat Al-Asr Allah


bersumpah demi masa (waktu) secara khusus.
Sumpah-sumpah Allah tentang periode waktu di atas
menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam Islam. Belum
lagi termasuk disini ayat-ayat yang bertema tentang waktuwaktu yang lain di dalam Al Qur’an, seperti ayat yang
berkisah tentang harapan orang-orang kafir dalam kehidupan
di dunia ini dan di akhirat kelak, mereka sangat apresiasi
tentang eksestensi waktu tetapi bukan untuk hal-hal yang di
ridhai Allah SWT. Mereka misalnya menginginkan berumur
selama seribu tahun untuk mempertahankan kehidupannya
yang berlumuran dosa. Sebahagian mereka menganggap
hidup yang dijalaninya di dunia hanya sebatas sehari atau dua
hari saja. Dan masih banyak lagi tema waktu tersebar
diberbagai ayat di dalam Al Qur’an yang tidak termasuk
dalam kajian ini.
PASAL 1, PERIODE MALAM

Periode waktu disebutkan di dalam Al Qur’an dengan jumlah
yang sangat penomenal dalam berbagai bentuknya, misalnya
malam di sebutkan sebanyak 92 kali, siang 57 kali.

Sebagaimana juga terdapat kalimat-kalimat seperti as-shubhu,
al-ishbah, al-falak dan sejenisnya masuk kategori siang
tersebar pada ayat-ayat yang lain. Kemudian kalimat al-yaum
juga sering diartikan siang di beberapa tempat di dalam Al
Qur’an.
Periode waktu yang lain disebutkan juga secara khusus seperti

fajar, waktu dhuha, Ashar, waktu senja. Semua periode waktu
telah di sebutkan Al Qur’an secara utuh dan menyeluruh
dengan sangat gamblang.
PERGANTIAN MALAM DANG SIANG SECARA
TERATUR:Adalah merupakan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT pada pergantian malam dang siang, karena silih
bergantinya dua waktu tersebut (siang dan malam) tercipta
kehidupan di muka bumi, manusia mengetahui sistem waktu
dan menyusun sejarah dari peristiwa-peristiwa penting dari
masa ke masa. Tanpa adanya pergantian antara malam yang
gelap gulita dan siang yang terang benderang kehidupan
diatas permukaan bumi tidak akan berlangsung, manusia tidak
pernah merasakan peredaran waktu dan tidak mengenal

catatan sejarah dari peristiwa-peristiwa masa lalunya.
Dari pergantian malam dan siang jua diketahui hakikat bahwa
bumi yang kita huni ini berbentuk bulat, berputar pada
porosnya dan mengorbit matahari secara teratur. Dengan
demikian manusia mengetahui tahun, pergantian musim,
menentukan bulan, minggu dan hari. Serta pergiliran malam
dan siang pada belahan bumi atas belahan yang lain. Hal ini
merupakan suatu keharusan untuk melestarikan kehidupan di
bumi. Dan tugasnya yang silih berganti secara teratur dengan
bentuk yang berbeda-beda akan berlangsung terus-menerus
hingga bumi beserta isinya di wariskan oleh Allah SWT.
Dengan pergantian gelap dan terang ini terjadi pendisplaian
energi matahari hingga sampai ke bumi, dan selanjutnya
membantu mengontrol sirkulasi cuaca panas dan dingin, dan
membantu mensuplai sinar matahari ke berbagai pelosok
bumi. Dan sebagaimana juga membantu menetralisir berbagai
aktifitas baik yang hidup maupun mati seperti misalnya

bernapas dan menguap bagi manusia dan hewan, serta
berfotosintesis bagi tumbuh-tumbuhan. mengatur fungsi

lapisan gas dan udara yang terdapat di bumi, serta menetralisir
berbagai aktifitas di bumi seperti sirkulasi air antara bumi dan
lapisan paling rendah atmosfer, gerakan angin dan awan,
mengatur prekwensi hujan. Dan melindungi atau memelihara
segala kekayaan bumi dari cagar alam dan lain-lain.
Disamping dari semua itu tujuan dari pergantian malam yang
gelap dan siang yang terang adalah pembagian hari bagi bumi
untuk menjaga stabilitas kehidupan sehari-hari, malam
misalnya sebagai naungan, ketenteraman, dan peristirahatan,
serta untuk menetap, sedangkan siang diciptakan sebagai
waktu untuk bekerja keras dan beramal, kita tidak bisa
mengatakan bahwa waktu itu hanyalah siang hari yang terusmenerus bermanfaat, atau dia hanyalah malam hari yang terus
bermanfaat, akan tetapi kedua-duanya saling berganti satu
sama lain, dan pergantian ini adalah hakikat dari
kesempurnaan yang saling melengkapi, kita tidak mungkin
merasakan betapa berharganya sebuah malam kecuali jika kita
telah berada pada siang hari, kita juga tidak akan tahu betapa
berharganya siang hari kecuali jika kita telah menjalani
malam yang sunyi, akan tetapi nilai dari saling melengkapilah
yang memberikan keindahan yang sempurna, dalam kaitan ini

Allah berfirman: «Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,
dan Kami jadikan siang sebagai aktifitas» (Q.S : Annaba : 1011), Allah berfirman : «Dia-Lah (Allah) telah menjadikan
kepada-mu malam untuk menetap dan siang untuk beraktifitas
yang demikian itu sebagai pertanda bagi orang yang
mendengar» (Q.S : Yunus : 67).
Dari sini dipahami bahwa fenomena pergantian malam dan
siang merupakan dakwah kepada semua makhluk untuk

beriman kepada Allah. Dan dipahami juga bahwa ayat-ayat
yang diturunkan tentang pergantian malam dan siang tersebut
sungguh sebuah mu’jizat, antara lain kemu’jizatan Al Qur’an
ini menceritakannya beberapa fenomena alam raya yang
belum dapat dicernah pada zaman turun wahyu, dan pada
abad-abad jauh sebelumnya. Ini suatu bukti bahwa Al Qur’an
ini bukan hasil karya manusia, akan tetapi wahyu Allah Sang
Pencipta Yang tidak mendatangkan sesuatu sia-sia pada diri
dan makhluk-Nya. Dan sekaligus bukti kenabian Muhammad
SWA dan kebenaran risalah yang dibawanya.
Fakta Ilmiyah Tentang Perputaran Malam dan Siang:
1.


Memastikan bumi bulat:Sesungguhnya perubahan
malam dan siang dibelahan bumi; silih berganti dan
saling menyusupi satu sama lain, bolak-balik satu sama
lain, susul-menyusul, cahaya siang menutupi kegelapan
malam, menampakkan kegelapan malam dengan cahaya
siang, malam menciptakan siang dan siang menciptakan
malam. Kesemua itu merupakan symbol atas bentuk
bumi, kalau bumi tidak bulat pasti fenomena-fenomena
tersebut tidak akan terjadi. Dan bukti paling sederhana
adalah pergantian malam dan siang.
Kenyataan ilmiyah yang telah didengungkan oleh Al
Qur’an sejak lebih dari 14 abad lalu pada saat manusia
masih beranggapan bumi datar, sekalipun sebagian ulama
zaman dulu sudah berfikiran maju.
Banyaknya ayat Al Qur’an diturunkan tentang hakikat
fenomena alam ini di jazirah Arab yang – nota bene –
saat itu masih diliputi oleh lingkungan badawi yang
masih sangat sederhana, mereka sama sekali tidak


memperoleh pencerahan ilmiyah dan tidak mengerti
tentang alam dan isinya. Dengan demikian dipastikan
bahwa Al Qur’an bukanlah hasil karya manusia, tetapi
merupakan Kalam Allah Sang Pencipta, Yang telah
menciptakan alam raya ini dengan ilmu, hikmah dan
Qudrat-Nya. Dia-Lah lebih tahu hasil ciptaan-Nya dari
selain-Nya. Bahwa sanya nabi Muhammad SWA
memperoleh wahyu, dan diajarkan langsung dari Allah
Pencipta langit dan bumi.
2.

Bumi berputar pada porosnya mengorbit
matahari:Kalau bumi tidak bulat dan tidak berputar serta
beredar mengorbit matahari, maka tidak akan terjadi
pergantian malam dan siang. Kenyataan ilmiyah tentang
perputaran dan peredaran bumi ini telah dilangsir oleh Al
Qur’an secara implisit dengan ungkapan sangat rinci dan
ilmiyah. Al Qur’an telah mengungkap kenyataan ilmiyah
jauh sebelum capaian sains modern.


3.

Bumi berputar pada porosnya beredar mengorbit
matahari lebih cepat ketika awal penciptaan alam dari
pada saat sekarang:Kenyataan Ilmiyah yang terakhir ini
tidak dicapai sains modern kecuali pada era belakangan
dari abad ke-20. Al Qur’an jauh sebelumnya sekitar lebih
dari 14 abad lalu telah menegaskan hakikat ini, Allah
berfirman: “Sesungguhnya Tuhan-mu Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari kemudian
naik ke ‘Arsy, menutupi malam dengan siang…….” (Q.S:
Al-A’raf: 54).
Siang ditutupi oleh malam disebutkan di dalam Al
Qur’an sebanyak 4 kali (Al A’raf 54, Ar-Ra’d 3, Asysyams 1-4, dan Al-Lail 1-2). Dan hanya sekali saja
menyipati “yathlubuhu hatsitsan” (yaitu = cepat), pada

ayat 54 dari surah Al-A’raf di atas, karena bercerita
tentang awal mula penciptaan langit dan bumi.
Ilmu pengetahuan tidak pernah mencapai kenyataan
ilmiyah ini kecuali di era belakangan ini pada abad ke20, ketika ilmuawan menyingkap bahwa pergantian

malam dan siang pada era-geology tahap pertama
berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat
hitungan hari dalam setahun mencapai lebih dari 2000
hari, Sedangkan hitungan malam dan siang secara
keseluruhan hanya kurang dari 4 jam.
Adalah pengurangan kecepatan perputaran bumi pada
porosnya sekitar seper-detik pada setiap abad merupakan
tanda kekuasaan Allah untuk mempersiapkan bumi
menerima kehidupan. Karena bentuk kehidupan –
khususnya manusia - tidak akan sanggup berintraksi
dengan kecepatan bumi yang sangat tinggi tersebut,
Begitu pula dengan pendek atau panjang dari malam dan
siang.
4.

Bumi beredar mengorbit matahari:Al Qur’an pada
beberapa ayatnya mengibaratkan bumi sebagai malam
dan siang, seperti pada ayat: “Dia-Lah (Allah)
menciptakan malam dan siang, dan menjadikan
matahari dan bulan semuanya beredar pada angkasa”

(Q.S: Al-anbiya: 33). Di ayat lain: “Tiada-lah matahari
dapat mendahului bulan dan tiada pula malam
mendahului siang semuanya beredar pada angkasa”
(Q.S: Yasin: 40).
Demikian karena malam dan siang keduanya ibarat
sebagai waktu bukan benda materi, maka waktu harus
memiliki sarana. Dan sarana yang pantas disini adalah

planet bumi yang separohnya terbagi ke malam dan
separoh yang lain ke siang senantiasa bergerak dan silih
berganti. Kalau bumi tidak bulat, tidak pula berputar
pada porosnya dan beredar mengelilingi matahari, maka
tidak terjadi pergantian malam dan siang diatas
permukaannya. Tanpa bumi mengorbit matahari, tidaklah berubah rasi bintang. Jika bumi tidak condong pada
putarannya ke lintasan rasi bintang sekitar 66, 5 derajat,
maka tidak terjadi pergantian musim.
Dan seandainya Allah tidak mengetahui keterbatasan
manusia dengan kenyataan-kenyataan ini pada masa
lampau, niscaya Allah menurunkan ayat tentang hakikat
alam dengan bahasa yang lugas dan langsung. Akan

tetapi demi menjaga manusia tidak kaget pada masa
turunnya wahyu, Allah menyimbolkan perputaran bumi
pada porosnya mengorbit matahari dengan kata
“sabbaha” (beredar) setiap dari malam dan siang.
Dan kata “beredar” sendiri tidak dipakai kecuali hanya
pada benda materi. Kalimat “as-sabhu” dalam bahasa
Arab artinya peredaran cepat bagi benda materi dengan
gerakan yang ditimbulkannya sendiri, seperti beredarnya
setiap dari bumi, bulan, matahari dan sejenisnya dari
benda-benda langit, semua pada rotasinya mengelilingi
benda yang lebih besar massanya.
5.

Menjelaskan betapa tipisnya medan siang pada lapisan
gas pada belahan bumi yang menghadap matahari:
Fakta ilmiyah ini tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan
modern kecuali setelah era astronomi pada paroh terakhir
abad ke-20. Al Qur’an telah terlebih dahulu menjelaskan
hakikat ilmiyah ini sejak 14 abad lalu, jelas dalam firman
Allah: “Dan sebagai pertanda bagi mereka malam

menutup siang maka mereka dalam kegelapan” (Q.S:
Yasin: 37).
Ayat ini lebih jauh menjelaskan bahwa asli dari alam ini
adalah kegelapan, Adapun cahaya siang pada lapisan gas
yang mencakupi belahan bumi yang menghadap matahari
yang senantiasa bergerak menempati posisi gelap malam
dengan terbitnya fajar hanyalah lapisan yang sangat tipis
ukuran tebalnya tidak mencapai 200 km diatas
permukaan laut. Jika ukuran ketebalan ini dibandingkan
dengan jarak antara bumi dan matahari yang mencapai
sekitar 150.000.000 km, maka perbandingan hanya
sekitar kira-kira 1/ 750.000. Dan jika dibandingkan lagi
dengan separoh bagian dari alam raya yang dapat
dijangkau pada jarak kira-kira 12 billyun (1000 juta)
tahun perjalanan cahaya, maka hilanglah perbandingan
ini atau tidak berbanding apa-apa.
Dari sini tampak jelas betapa tipisnya lapisan yang
meliputi cahaya siang, dan ketidak konstannya karena
selalu bergerak dari satu titik ke titik lain pada
permukaan bumi dengan rotasinya mengorbi matahari.
Dan dipahami juga bahwa lapisan cahaya siang yang
sangat tipis tersebut terselubung dari kita oleh kegelapan
alam angkasa luar, karena lapisan cahaya siang yang
terlihat oleh astronomi yaitu matahari pada pertengahan
siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.
Fakta sains yang ditemukan sekitar setengah abad lalu ini
menjelaskan perumpamaan Al Qur’an sebagai cahaya
siang menutupi kegelapan malam dan alam raya
sekaligus seperti kulit tipis binatang menutupi seluruh
tubuhnya. Dengan demikian jelas bahwa kegelapan

merupakan dasar dari pada alam raya, dan siang
hanyalah fenomena bias cahaya yang sangat tipis tidak
nampak kecuali pada lapisan paling bawah dari lapisan
gas pada belahan bumi yang menghadap matahari. Dan
melalui rotasi bumi mengorbit matahari, maka tertuplah
siang secara perlahan-lahan oleh kegelapan malam bumi
yang kemudian bertema dengan kegelapan langit.
6.

Perhitungan waktu:Perhitungan waktu dapat diketahui
melalui faktor-faktor: malam, siang, matahari dan bulan.
Sebagaimana di ketahui bahwa tahun hijriyah merupakan
tahun matahari/ bulan, karena hitungan tahun ini
ditentukan oleh peredaran bumi mengelilingi matahari,
setiap sekali edaran mencapai sekitar 365,25 hari. Dan
tahun ini terbagi kepada 12 bulan di ketahui melalui
perputaran bulan mengelilingi bumi, Sebagaimana bulan
juga terbagi pada minggu, hari dan malam di ketahui
melalui bulan juga.

7.

Malam bumi menerangi benda-benda langi yang
lain :Dari ayat-ayat tentang malam dan siang juga
merupakan isyarat bahwa malam bumi - dahulu kala pada awal penciptaan pernah menerangi beberapa
fenomena alam, seperti dalam firman Allah: «Dan Kami
jadikan malam dan siang sebagai dua simbol kebesaran
maka kami unggulkan simbol malam dan menjadikan
simbol siang terang agar kamu memperoleh kemulian
Tuhan-mu dan mengetahui hitungan tahun dan waktu
dan segala sesuatu telah Kami uraikan secara rinci»
(Q.S : Al-israa : 12).
Pencerahan dari ayat ini adalah fenomena waktu senja
daerah qutub dan percikan cahanyanya, atau dikenal juga

fanorama cahaya qutub atau fajar malam qutub. Yaitu
cahaya yang terlihat pada waktu malam di atas langit
qutub dan sekitarnya, terbentuk akibat perbenturan sinar
alam utama yang memenuhi bagian-bagian terjangkau
dari alam raya dalam bentuk benda-benda dasar materi
lapisan gas bumi yang dibentuknya dan menimbulkan
sinar ekstra alam. Kemudian berbenturan sinar yang
bermuatan listrik yang beraneka ragam dengan sabuk
sinar dan bentukan dari lapisan gas bumi yang
menaburkan muatannya.
Berikutnya membakar bahan-bahan utama dari materi
yang rapih dan sempurna tadi, yang bermuatan tegangan
listrik yang sangat tinggi serta bergerak dengan
kecepatang menghampiri kecepatan cahaya. Fenomena
ini tidak ditemukan kecuali pada tahun 1936. Sinar alam
bergerak mengikuti alur magnet bumi yang condong
mengarah qutub magnet bumi, maka membentuk lapisan
gas bumi kemudian mengobarkannya.
Hakikat sains mengungkapkan bahwa prangkapperangkap yang melindungi lapisan gas bumi, seperti
Lapisan Troposfer, lapisan ozon, Ionosfer, dan Lapisan
magnetosfer tidak terwujud pada awal mula penciptaan
bumi. Dengan demikian pancaran sinar alam mencapai
pada tingkat yang sangat rendah pada lapisan bumi
mengakibatkan pengobarannya di waktu malam pada
seluruh pelosok bumi. Akan tetapi setelah terbentuk
perangkap-perangkap pelindung tersebut, mulailah
kobaran sinar tersebut berkurang pelahan-lahan hingga
tidak nampak lagi kecuali hanya pada bagian tertentu
saja sekitar daerah dua qutub.

Ini suatu bukti kebenaran Al Qur’an semenjak lebih dari
1400 tahun lalu telah memproklamirkan bahwa malam
bumi pada awal penciptaan telah menerangi beberapa
benda-benda langit dengan sinar tidak kurang terangnya
dari cahaya fajar ufuk. Wallahua’lam.
Kajian berikut ini akan menguraikan sepuluh peristiwaperistiwa malam sebagaimana yang terdapat pada ayatayat sumpah di atas, sebagai berikut :
PASAL 2, SEPULUH PERISTIWA-PERISTIWA
MALAM BUMI

Allah bersumpah:
Kebanyakan ulama tafsir terdahulu menafsirkan ayat “malam
yang Sepuluh” ini sebagai malam Sepuluh zul-hijjah, seperti
kata Mujahid, Sudai dan Kalbi dalam buku tafsirnya: “Demi
malam yang Sepuluh”: yaitu Sepuluh zul-hijjah. Kecuali
Masruq menafsirkan yaitu malam yang Sepuluh yang
disebutkan pada qishah nabi Musa as pada ayat “dan Kami
genapkannya menjadi Sepuluh” (Q.S: Al-A’raf: 142), dimana
merupakan hari-hari afdhal dalam setahun.
Sedangkan riwayat dari Abu Az-Azubair dari Jabir
mengatakan bahwa Rasulullah SAW membacakan: “Demi
fajar dan malam yang Sepuluh”: yaitu: (Sepuluh Al Adha),
karena malam yang sepuluh dengan pengertian ini termasuk di
dalamnya hari kurban. Allah mengkhususkannya untuk
menjadikan hari wukuf bagi yang tidak wukuf di hari Arafah.
Kalimat arabnya dalam bentuk nakirah bukan ma’rifah karena
kemuliaanya dari hari-hari yang lain, kalau dia berbentuk

ma’rifah tidak akan mencapai derajat semulia yang terdapat
dalam bentuk nakirah. Di nakirahkan beberapa hal yang di
sumpahkan menunjukkan kemulian tertentu yang tidak
terdapat pada selainnya. Wallahua’lam.
Adapun menurut Ibnu Abbas: Yaitu malam-malam Sepuluh
terakhir dari bulan Ramadhan, pendapat ini didukung pula
oleh Ad-Dhahhak. Pendapat lain dari Ibnu Abbas termasuk
juga Yamman dan At-Thabari: Yaitu malam-malam sepeluh
pertama dari bulan Muharram, hari kesepuluhnya disebut
”asyuraa”.
Fakta Sepuluh Malam:Menurut kajian ini, ayat ke-2 dari
surah Al Fajr: “Demi malam yang Sepuluh”: Adalah Sepuluh
peristiwa-peristiwa malam yang terjadi di bumi tidak
termasuk fajar, karena fajar disebutkan secara khusus dalam
surah yang sama sebelum menyebutkan malam-malam yang
sepuluh ini.
Setelah mencermati Kalimat-kalimat malam yang ada di
dalam Al Qur’an, diketahui ada beberapa malam khusus yang
secara khusus pula disumpahkan untuk maksud tertentu,
malam-malam khusus itu tidak semua malam. Dalam artian
tidak terikat dengan malam yang umum kita kenal, malam
umum yang kita kenal dan lewati setiap hari merupakan
proto-tipe dari malam-malam khusus yang akan penulis kaji
berikut. Dia khusus karena menunjukkan peristiwa-peristiwa
tertentu yang akan datang, dan umum karena malam
perjalanan sejarah semuanya.
Apa saja Sepuluh Peristiwa-peristiwa Malam itu?
Allah SWT Bersumpah:

Fakta mengatakan: Bahwa bumi berputar pada porosnya
mengakibatkan terjadinya malam dan siang, yang
menyebabkan terjadinya perputaran tersebut karena panas
bumi itu sendiri. Dan panas ini tidak akan kekal, bahkan akan
berhenti dan mendingin secara pelan-pelan dengan perjalanan
waktu dan masa sebagaimana bulan telah mendingin dan tidak
berputar lagi pada porosnya. Bumipun akan mengalami nasib
yang sama berhenti berputar pada porosnya dengan 2 alasan:
1.

Panas yang terkandung di dalam perut bumi akan habis
karena: Aktifitas-aktifitas gunung berapi, banjir besarbesaran, eksploritas minyak dan gas, dll…

2.

Comet-comet dan benda-benda langit lainnya berjatuhan
dari angkasa menimpa bumi mengakibatkan
permukaannya semakin dingin, maka dengan demikian
berhenti pergantian malam dan siang. Lebih parah lagi
terjadi malam berkepanjangan tidak didatangi siang

sampai kiamat di belahan bumi yang menghadap
matahari, dan siang terus-menerus tidak diikuti malam di
belahan lain yang membelakangi matahari.
Maha Benar Allah dalam Firman-NYA: “Katakanlah, apakah
telah terpikir olehmu jika Allah menjadikan malam itu terusmenerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah
yang akan mendatangkan siang kepadamu? Maka apakah
kamu tidak mendengar? “Katakanlah, apakah telah terpikir
olehmu jika Allah menjadikan siang itu terus-menerus sampai
hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan
mendatangkan malam sebagai tempat kamu beristirahat?
Maka apakah kamu tidak melihat? (Q.S: Al-Qashash: 71-71).
Dari Fakta tadi dan ayat ke-71/ 72 dari surah Al-Qashash
diatas, telah membantu memberikan pencerahan untuk
memahami ayat-ayat sumpah diatas, dan sekaligus
menguatkan kajian tentang keberadaan sepuluh peristiwaperistiwa malam seperti pada ayat “Demi malam yang
sepeluh”. Diantara sepuluh peristiwa-peristiwa malam
tersebut, terdapat 7 pada ketujuh ayat-ayat sumpah diatas,
penjelasannya sebagai berikut:
PERTAMA: Malam Berlalu dan Subuh Menyingsing:

Yang dimaksudkan
disini Adalah malam yang sangat panjang itu, kalimat
“adbara” pada ayat, yaitu telah berlalu dari kamu dan tidak
akan pernah kembali lagi selamanya dan digantikan oleh
cahaya subuh. Ini merupakan suatu fenomena alam pada

periode akhir menjelang kiamat, maka makhluk tidak butuh
lagi malam yang telah pergi selamanya.
Setelah malam berlalu dan tidak akan kembali lagi selamanya,
maka datanglah subuh, yang dimaksudkan adalah siang terus
menerus sampai hari kiamat. Maha Benar Allah dalam
Firman-NYA: “Sesungguhnya itu merupakan salah satu
tanda-tanda besar (kiamat)”.
Pada periode itu tidak akan nampak pula cahaya matahari
kauniyah digantikan oleh matahari ma’rifah, pada saat itu
nampak Sorga dengan segala kenikmatannya: “… mereka
tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak
pula dingin yang bersengatan“ (Q.S: Al-Insan: 13). Adapun
kenyataan umum setiap hari bahwa setiap subuh menyingsing,
malam pasti berlalu. Wallahua’lam.
KEDUA: MALAM TELAH MENETAP:

Kalimat “idza as-asa”, yaitu apabila posisinya (malam) telah
menetap bersamamu dan waktunya terus menerus
menemanimu. Seperti dalam legenda Arab tentang seekor
serigala yang tidak takut menghadapi anjing sebaliknya tetap
pada tempatnya menantang anjing, maka dikatakan serigala
“aasa” (menantang). Dengan demikian Kalimat “as-asa”
sinonimnya: (tetap – memperlambat – berdiam – selamanya
dan menantang).
Malam apabila telah menetap: Pada saat itu malam menghalau
siang maka semakin menebal dan gelap serta mengukuhkan
posisinya tidak mau bergeser sedikitpun. Dan dalam keadaan

biasa setiap hari keadaan seperti ini terjadi menjelang-jelang
fajar atau ketika fajar atau mungkin juga sekitar jam 09-10
dari awal malam jika diibaratkan malam itu 12 jam.
Pada peristiwa-peristiwa malam, keadaan ini (malam
menetap) terjadi sebagai tanda-tanda dunia akan berakhir
(kiamat). Wallahua’lam
KETIGA: MALAM MENUTUPI SIANG:
Kata dasar “al-ghisyyan” pada “wallaili idza yaghsyaa”:
Adalah salah satu periode dari periode-periode malam yang
terjadi setiap hari, yaitu hari bumi. Dan akan terjadi juga pada
peristiwa-peristiwa malam panjang itu, pada saat itu siang ada
dan matahari pun diciptakan tetapi malam menutupi
memanfaatkan ketidak beradaan keduanya pada bagian lain.
Wallahua’lam
KEEMPAT: MALAM TELAH PERGI:
PENDAPAT AHLI TAFSIR:Kebanyakan ahli tafsir
berpendapat bahwa kata “yasrie” pada ayat “wallaili Idza
yasar”: yaitu, berlalu dan pergi. Sedangkan Qatadah dan Abu
Al-Aliyah menafsirkan: yaitu, datang dan pergi, ada pula
riwayat dari Ibrahim: “wallaili idza yasar”, yaitu malam
apabila telah bersemayam. Dan Ikrima, Al-Kalbi, Mujahid dan
Ka’ab menafsirkan: “Allail”: yaitu malam Muzdalifa secara
khusus, karena malam itu berkumpulnya manusia
melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Dan ada
pula mengatakan: yaitu Lailatulqadr, karena pada malam itu
datang rahmat yang berlimpah dan malam dimana
dikhususkan untuk memperbanyak pahala. Serta ada ahli tafsir
mengatakan malam secara umum.

Sedangkan menurut kajian ini adalah apabila malam telah
pergi selamanya meninggalkan waktu terbenam matahari
dibelahan bumi yang menghadapinya, sebagai periode lain
dari peristiwa-peristiwa malam khusus itu. Pada keadaan
umum yang berulang-ulang setiap hari saat seperti ini terjadi
kira-kira setelah lewat tengah malam. Wallahua’lam
KELIMA: Malam Yang Sepi:
Arti ayat ke-2 surah Adh-Dhuhaa: “Demi malam apabila telah
sunyi”, yaitu apabila telah berdiam dan menetap. Allah
Berfirman pada ayat ke-3 surah Al-Falaq: “Dan dari kejahatan
malam apabila telah gelap gulita”, Kalimat “al-ghasaq” (gelap
gulita) pada ayat terakhir ini adalah malam gelap gulita yang
tidak disertai bulan.
Ayat ini menjelaskan bahwa diantara peristiwa-peristiwa
malam panjang menjelang kiamat nanti, terjadi suatu malam
yang sangat gelap dan amat sepi. Pada kenyataan setiap hari
yang sering kita lalui kejadian seperti ini pada awal malam.
Wallahua’lam
KEENAM: Malam Menutupi Matahari:
Penjelasan secara
rinci ayat tentang fenomena alam diatas dapat dirujuk pada
dua ayat yang lain di dalam Al Qur’an, sebagai berikut:
1.

“… Dia (Allah) menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat” (Q.S: Al A’raf: 54).

2.

“… Allah menutupkan malam kepada siang” Q.S: Arra’d:
3).

Kata kerja “yaghsyaha” pada ayat ini berasal dari kata dasar
“al ghisya” berarti penutup.
Dengan demikian dapat dipahami arti “demi malam apabila
menutupinya (siang)” pada ayat-ayat di atas, bahwa Allah
SWT menutup dengan kegelapan malam tempat cahaya siang
di atas bumi secara berangsur-angsur sehingga menjadi
malam, dan menutup dengan cahaya siang tempat gelap
malam di atas bumi secara berangsur-angsur sehingga menjadi
siang hari. Yang juga merupakan sebuah isyarat halus tentang
bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya
mengelilingi matahari, setiap satu putaran 24 jam, terbagi –
dengan selisi sedikit sesuai musim dibelahan bumi tertentu –
kepada malam dan siang. Pada kenyataan biasa terjadi setiap
hari kira-kira berkisar pukul: 17.00 – 18.00 pada awal malam,
pada fase ini ketebalan gelap datang menyelimuti matahari
dan menutupinya.
Dan bahwa sesungguhnya keadaan seperti ini juga akan
terjadi pada peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang
kiamat kelak. Wallahua’lam
KETUJUH: Malam Dan Apa Yang Diselubunginya:

Kalimat “asysyafaq” (senja) pada ayat ke-16 surah AlInsyiqaq: Yaitu periode antara malam dan siang (kita ada
kajian khusus tentang ini, menyusul). Dan malam dan apa
yang diselubunginya: Yaitu ketika siang telah beranjak pergi
selamanya selanjutnya akan diselubungi oleh malam terus
menerus sampai hari kiamat. Wallahua’lam
Peristiwa Malam-malam Sepuluh Yang Lain:Ketujuh malam
diatas merupakan periode-periode waktu malam yang umum
terjadi setiap hari bumi. Dan secara khusus dipahami sebagai
cerminan peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang

kiamat datang.
Dan adapun sisanya tiga peristiwa-peristiwa malam khusus
lainnya, disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu: Malam Al
Qadr (Lailatulqadr), malam mubarak, dan malam Al Israa.
Ketiga malam yang secara khusus tersebut di dalam Al Qur’an
terakhir ini tidak datang dalam bentuk sumpah seperti ketujuh
malam telah dijelaskan sebelumnya, tetapi mengingat
pentingnya malam-malam ini dalam sejarah manusia maka
digolongkan dalam sepuluh peristiwa-peristiwa malam “demi
malam yang sepuluh”. Penjelasannya sebagai berikut:
KEDELAPAN: MALAM AL QADR (LAILATULQADR):
Allah Berfirman:

Dari konteks 5 ayat dari surah Al Qadr diatas, diketahui
bahwa peristiwa malam Al Qadr (Lailatulqadr) itu hanya
terjadi sekali dalam setahun dari sejak malam turunnya Al
Qur’an kepada nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat
kelak. Bahwa semalam saja pada peristiwa malam itu Nilai
kebaikannya melebihi dari 1000 bulan, atau sekitar 30.416
malam bumi, atau lebih dari 83 tahun bumi.
Sebabnya karena pada peristiwa malam itu Allah mengizinkan
semua malaikat yang mengurusi manusia dan bagian
kesejahteraan bumi turun dibawah pimpinan malaikat Jibril
untuk melaksanakan segala tugasnya. Maka sepanjang malam
itu diliputi oleh kedamaian dan kesejahteraan sampai dengan

terbit fajar.
Kapan Peristiwa Lailatulqadr?Untuk menyingkap kapan
persisnya peristiwa Lailatulqadr, kajian ini akan berusaha
maksimal mempelajari beberapa hadits dan pengalamanpengalaman shahabat nabi tentang peristiwa luar biasa
tersebut, serta akan dilengkapi dengan pengalaman pribadi
yang cukup menakjubkan, sebagai berikut:
A. Hadits Nabi:
1.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
shahihnya: Dari Ebadah bin Ash-Shamit berkata: Nabi
Muhammad SAW keluar untuk memberitahukan kepada
kita tentang lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh dua orang
muslim, maka Nabi SAW bersabda: “tadinya saya keluar
untuk memberitahukan kalian dengan lailatulqadr….”
(Hadist).
Ibn Hajar mengomentari hadits riwayat Imam Bukhari
ini: Sabda Nabi SAW “untuk memberitahukan kalian”:
yaitu memastikan lailatulqadr.

2.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab
Shahihnya: Dari Ebadah bin Ash-Shamit mengatakan,
Rasulullah SAW bersabda: “… Maka raba-rabalah pada
malam kesembilan, ketujuh dan kelima (sepuluh
terakhir)”. (Hadits).
Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata kerja
“lamasa, al-iltimaas” (raba, meraba-raba) pada hadits;
yaitu “ath-thalabu” (mencari), “ath-thalammus”
(mencari terus menerus).

3.

Hadits dalam Kitab Shahih Bukhari dari Aisya ra; bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Pantaulah Lailatulqadr
pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan
Ramadhan”. (Hadits).
Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata dasar “Attaharri” (memantau) pada hadits; yaitu berharap dan
bersunggu-sungguh dalam pencarian dan tekun
melakukan sesuatu dengan tingkah dan laku.

4.

Sabda Rasulullah SAW: “Carilah Lailatulqadr pada
malam dua puluh tiga”. (Kitab Shahih Ibn Khuzeimah
dari Abdullah bin Unais r.a.).

5.

Imam Bukhari menuliskan bab khusus dalam Kitab
Shahihnya: Pengetahuan Lailatulqadr terhalang oleh
cegatan orang, lalu Imam berkata: Telah diberitakan
kepada kami oleh Muhammad bin Al-Mutsanna, oleh
Khalid bin Al-Harits, oleh Hamid, oleh Anas, dari
Ebadah bin Ash-Shamit ra berkata: Nabi Muhammad
SAW keluar untuk memberitahukan kepada kita tentang
lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh dua orang muslim,
maka Nabi SAW bersaabda: “tadinya saya keluar untuk
memberitahukan kalian dengan lailatulqadr tiba-tiba
dicegat oleh (fulan dan fulan), maka tergantung
(lupa),semoga itu lebih baik bagi kalian maka carilah itu
pada Sembilan, tujuh dan lima (sepuluh terakhir) ”
(Hadist).

Dari hadits-hadits diatas diketahui bahwa Lailatulqadr bukan
hal yang gaib, tetapi bisa dipantau oleh manusia yang
menginginkan kemuliaanya.

B. Pengetahuan Shahabat-shahabat Nabi Tentang
Lailatulqadr:
1.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya :
Muhammad bin Abdela’laa telah mencerikan kepada
saya, kami diceritakan oleh Al-Mu’tamar, oleh Emarah
bin Ghaziyah Al Anshari berkata: Saya telah
mendengarkan Muhammad bin Ibrahim menceritakan
dari Abu Salamah dari Abu Said Al-Khudri r.a. berkata:
Bahwa sanya Rasulullah SAW i’tikaf pada 10 pertama
Ramadhan kemudian i’tikaf (lagi) 10 pertengahan di
sebuah qubah yang beratap anyaman, lalu Rasulullah
menyingkap anyaman tersebut dengan tangannya dan
melongokkan kepala di atas qubah seraya berseru kepada
orang-orang dan mereka mendengarkannya, bersabda:
“Sesungguhnya saya telah i’tikaf pada 10 pertama
(Ramadhan) mencari malam itu (Lailatulqadr) dan
i’tikaf (lagi) pada 10 pertengahan kemudian saya
didatangi (Jibri atau firasat-Red) mengatakan bahwa
(Lailatulqadr) datang pada 10 terakhir, maka
barangsiapa diantara kalian ingin i’tikaf maka
beri’tikaflah ”. (Lanjut Abu Said Al-Khudri): Maka
orang-orang pada i’tikaf bersama Rasulullah SAW, dan
saya menyaksikan Lailatulqadr pada malam ganjil serta
saya bersujud pada paginya diatas lumpur dan genangan
air. Kejadian itu pada malam ke-21, Rasulullah SAW
Shalat sampai subuh dalam suasana hujan bercucuran
menggenangi mesjid, maka nampak lumpur dan
genangan air. Nabi keluar dari mesjid setelah shalat
subuh dengan bekas lumpur dan basah pada dahi dan
ujung hidung beliau. Maka Lailatulqadr adalah malam
ke-21 dari 10 terakhir (Ramadhan).

2.

Riwayat dari Imam Muslim, berkata: Said bin Amr bin
Sahl bin Ishaq bin Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qais
Al Kindi dan Ali bin Khasyram keduanya bercerita
kepada kami; kami telah diceritakan oleh Abu Dhamrah
ia diceritakan oleh Adh-Dhahhak bin Otsman, berkata
Ibn Khasyram dari Adh-Dhahhak bin Otsman dari Abu
An-Nadher - Maula – Omar bin Obeidillah dari Basr bin
Said dari Abdellah bin Unais: Bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Tahukah kamu saya telah mengetahul
Lailatulqadr kemudian lupa, dan saya teringat subuhnya
saya bersujud diatas air dan lumpur”. Lanjut (Abdellah
bin Unais): Pada waktu itu kami diguyur hujan malam
ke-23, maka Rasulullah SAW memimpin kami shalat
jama’ah setelah selasai beliau keluar dengan bekas basah
dan lumpur pada dahi dan hidung beliau. Abdellah bin
Unais berpendapat: Malam ke-23.

3.

Riwayat Muslim dalam Kitab Shahihnya berkata:
Muhammad bin Hatem dan Ibn Abu Omar telah bercerita
kepada kami, keduanya dari sumber Oyainah, Ibn Hatem
menceritakan kami dari Sofyan bin Oyainah dari Abdah
dan Ashem bin Abu An-Nujud, kami mendengarkan Zarr
bin Hubaisy berkata: Saya telah tanya Ubay bin Ka’ab
r.a. bahwa: Adalah saudaramu Ibn Mas’ud telah berkata
barang siapa mendapatkan tahun depan hendaklah
mencari Lailatulqadr, Dia (Ubay bin Ka’ab) menjawab:
Semoga Allah merahmatinya (Ibn Mas’ud), dia
sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepada orang lain
padahal dia sudah tahu kalau itu di bulan Ramadhan,
pada 10 terakhir tepatnya malam ke-27...

Menentukan Nama dan Waktu Peristiwa Lailatulqadr:Dari
ayat kajian diatas dipastikan bahwa peristiwa Lailatulqadr
terjadi pada suatu malam, dan nama malam itu tentunya tidak

terlepas dari salah satu dari 7 malam yang kita kenal, yaitu
malam-malam: (Sabtu – Ahad – Senin – Selasa – Rabu –
Kamis atau Juma’at).
Dan dari keterangan-keterangan hadits diatas semakin
menambah pengetahuan kita terhadap peristiwa malam mulia
itu dan menggugah hati untuk mendifinisikannya dan
mengungkap initial nama malamnya. Dari berbagai riwayat
hadits nabi mengisyaratkan pada 10 terakhir bulan Ramadan.
Semakin jelas bahwa peristiwa Lailatulqadr terjadi pada suatu
malam tertentu, satu nama dan terjadi diantara hitungan ganjil
pada 10 terakhir bulan suci Ramadhan. Maka Lailatulqadr
terjadi pada malam-malam ke: (21 – 23 – 25 – 27 atau 29)...
Kemudian dari pengalaman-pengalaman para shabat
Rasulullah SAW, sebagaimana pada beberapa sampel di atas,
diperoleh keterangan lebih rinci bahwa mereka pada
umumnya telah mengetahui peristiwa Lailatulqadr dengan
pengalaman yang berbeda-beda setiap tahun selama bersama
Rasulullah SAW, seperti:










Abu Said Al-Khudri r.a; mengetahui malam ke-21 (HR.
Muslim)
Abdellah ibn Unais r.a; mengetahui malam ke-23 (HR.
Muslim)
Abdellah ibn Abbas r.a; mengetahui malam ke-23 (HR.
Ahmad)
Abu Zar r.a; mengetahui malam ke-27 (HR. Ibn
Khuzaimah)
Ubay ibn Ka’ab r.a; mengetahui malam ke-27 (HR.
Muslim).

Ciri-ciri Lailatulqadr?
Keterangan-keterangan diatas lebih jauh merinci Lailatulqadr
terjadi pada malam hari, memiliki satu nama tertentu,
peristiwanya pada malam-malam ganjil di 10 terakhir
Ramadhan. Dan berpindah-pindah diantara malam-malam
ganjil. Nah, bagaimana menentukan/ memastikan Peristiwa
Lailatulqadr itu…?
Ciri-ciri Lailatulqadr telah digambarkan oleh Rasulullah SAW
secara rinci, sebagai berikut:






“Lailatulqadr: Malam yang damai, tenang, tiada panas
dan tiada dingin, Matahari di pagi harinya lemah
merekah”. (HR: Abu Daud dan Al Baihaqi, dikuatkan
oleh Syekh Al-Albani sebagai hadits shahih dalam
Kitabnya Shahih Al-Jami, no: 5475).
“Lailatulqadr: malam ke-27 dan 29, Malaikat-malaikat
pada malam itu berkumpul di bumi dalam jumlah tidak
terjangkau banyaknya”. (HR: Ahmad dari Abu Hurairah
dan riwayat Abu Daud dan Ibn Khuzaimah, disebutkan
Syekh Al-Albani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih
Al-Jami, no: 5473).
Lailatulqadr: Malam agung, tiada panas dan tiada dingin,
tidak ada bintang jatuh dan ciri-ciri harinya matahari
tidak bersinar terang”, dikategorikan oleh Syekh AlAlbani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami,
no: 5472).

Catatan Penting dari Seorang Hamba:Nah, berdasarkan dari
keterangan-keterangan diatas dan diperjelas oleh ciri-ciri yang
telah digambarkan Rasulullah SAW ini, dengan pertolongan
dan inayah Allah SWT, melalui kajian ini penulis berharap
dapat mendeksi Peristiwa Lailatulqadr yang mulia itu.

Metode kajian ini adalah mendeteksi Peristiwa Lailatulqadr
pada malam-malam ganjil dari 10 terakhir bulan suci
Ramadan dengan merujuk kepada ciri-ciri yang telah
digambarkan oleh Rasulullah SAW, karena kajian ini sangat
yakin bahwa hadits-hadits tersebut Fakta nyata – tanpa
meragukan – yaitu mengindentifikasikan Peristiwa malam itu
dengan mengetahui cuaca pagi dari Lailatulqadr.
Dengan mengetahui suasana pagi dari malam Alqadr,
membantu mengidentifikasi Lailatulqadr itu sendiri dan
memudahkan merinci tanggal persisnya diantara malammalam ganjil tersebut.
Dan, Alhamdulillah Rabbil'alamin - secara tidak sengaja penulis menemukan sebuah catatan penting dari seorang
hamba Allah, ia mencatatkan pengalamannya semenjak dari
tahun 1419 H/ 1998 M merecord suasana terbitnya matahari
pada setiap sepuluh terakhir Ramadhan. Dalam catatan
tersebut nampak jelas hanya ada satu pagi saja yang
mataharinya bersinar lemah, yaitu paginya malam Selasa pada
setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir Ramadhan dan berulang
setiap tahun. Dan tidak pernah bergeser pagi ini dari pagi
Malam Selasa selamanya. Tetapi yang berubah bukan nama
malam itu melainkan tanggalnya saja.
Pagi dari malam Selasa yang mataharinya tidak bercahaya
tersebut tetap tiada pernah berubah setiap tahunnya semenjak
dari: (1419 H, 1420 H, 1421 H, 1422 H, 1423 H, 1424 H, dan
Tahun 1425 H). Matahari terbit dengan cahaya lemah hanya
pada setiap pagi dari malam Selasa saja, dan berpindah dari
hitungan ganjil ke ganjil lain pada sepuluh terakhir Ramadhan
(21 – 23 – 25 – 27 dan 29). Dengan perpindahan tanggaltanggal tersebut, telah menyempurnakan 5 kali perpindahan

pada 5 malam-malam ganjil.
Lailatulqadr Hanya Terjadi Pada Malam Selasa Sampai
Hari Kiamat:Berikut ini Jadwal Perpindahan Lailatulqadr
Pada 11 tahun terakhir dan menjadi pedoman Untuk TahunTahun Berikutnya. Nampak jelas bahwa Lailatulqadr hanya
terjadi pada malam Selasa saja setiap 10 terakhir bulan suci
Ramadhan, Lihat Jadwal:

Dan dari keterangan diatas didapatkan sebuah kesimpulan
baru dan pengetahuan baru untuk pemikiran Islam, sebagai
berikut:






PERTAMA: Matahari tidak terbit tanpa sinar dan redup
kecuali hanya pada pagi dari malam Selasa saja di setiap
hitungan ganjil dari 10 terakhir bulan suci Ramadhan.
KEDUA: Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa dan
tidak akan berubah sampai hari kiamat.
KETIGA: Bulan suci Ramadhan tidak akan berawal di
planet bumi pada malam Jum’at dan tidak juga malam
Ahad sampai kiamat.

Dua malam tidak akan diawali masuknya bulan suci
Ramadhan Sampai Hari Kiamat:Dari hadits-hadits
Rasulullah SAW diketahui bahwa Lailatulqadr tidak akan
terjadi kecuali pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir

bulan suci Ramadhan. Bahwa Lailatulqadr hanya bisa terjadi
pada malam Selasa saja sampai hari kiamat. Jika diasumsikan
bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum’at, Lailatulqadr
terjadi pada malam Selasa tanggal 26 (= genap dari sepuluh
terakhir). Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW
bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Jum’at sampai hari kiamat.
Begitu juga Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk
pada malam Ahad, Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa
tanggal 24 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini
bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa
Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Ahad sampai hari kiamat.
Berikut ini Jadwal Menentukan Lailatulqadr berdasarkan dari
malam yang dimulai masuknya Ramadhan dan sekaligus
membatalkan awal Ramadhan dimulai pada malam Jum’at
dan Ahad:
JADWAL I: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam

Sabtu, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 25 (=

ganjil dari sepuluh terakhir):

JADWAL II: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam
Ahad, Lailatulqadr malam Selasa tanggal 24 (= Genap dari
sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa
Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Ahad sampai hari kiamat:

JADWAL III: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam
Senin, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 23

(ganjil dari sepuluh terakhir):

JADWAL IV: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam
Selasa, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 29
(ganjil dari sepuluh terakhir).

JADWAL V: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam
Rabu, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal

21(ganjil dari sepuluh terakhir):

JADWAL VI: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam
Kamis, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 27

(ganjil dari sepuluh terakhir).

JADWAL VII: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam
Jum'at, Lailatulqadr malam Selasa tanggal 26 (= Genap dari
sepuluh terakhir).
Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa
Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.

Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan
malam Ahad sampai hari kiamat.

KESEMBILAN: MALAM MUBARAK:
Allah Berfirman:

KESEPULUH: MALAM AL ISRAA:
Allah Berfirman:

PASAL 3, PERIODE SIANG

Pada kajian yang lalu telah dijelaskan salah satu periode
waktu yang paling fenomenal disebutkan dalam al Qur’an
yaitu periode malam. Dan telah dijelaskan bahwa pada
pergantian malam dan siang secara rutin merupakan sebuah
isyarat eksplisit tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar
pada porosnya mengelilingi matahari, setiap satu putaran 24
jam, terbagi – dengan selisi sedikit – kepada malam dan siang.
Sebelum beralih kepada kajian baru ini penulis ingin
menguraikan arti dua kata kunci yang terdapat pada dua ayat
diatas, yaitu: (An-nahar dan Jalla) dari segi bahasanya,
kemudian menelusuri penyebutan kalimat annahar di dalam
Al Qur’an dimaksudkan untuk mengetahui makna lebih dalam
dari kalimat tersebut terseber diberbagai ayat yang saling
terkait satu sama yang lain.
“Wannahari idza jalla-ha”:
An-nahar (siang), menurut bahasa adalah lawan dari kalimat
“al-Lail” (malam), yaitu setengah dari hari dimana terbit
matahari dan bercahaya. Dan dikenal juga sebagai batasan
waktu antara terbit matahari dan terbenamnya.
Sedangkan kata kerja (jalla – yajlu – jalaan), berarti jelas dan
nampak. Karena kata dasar dari (al juluu) artinya
menampakkan hakikat, dan (al jalie), segala sesuatu yang
berlawanan dengan tersembunyi.
Kalimat «Annahar» (siang) di dalam Al Qur’an:Al Qur’an

menyebutkan kalimat Annahar (siang) lawan dari pada malam
sebanyak 57 kali, diantaranya 54 kali dengan lafadz annahar
secara langsung, tiga kali dalam bentuk naharan. Dan terdapat
pula kalimat-kalimat seperti: (Asshubhu, al Ishbah, bukratan,
al falaq, al dhuha), dan sejenisnya yang sering diartikan siang
juga atau bagian dari pada siang tersebar dibeberapa ayat
dalam Al Qur’an. Sebagaimana terdapt juga kalimat al yaum
yang kadang-kadang berarti siang juga.
SIANG MENAMPAKKAN MATAHARI:Pada dua ayat yang
akan kita kaji ini Allah SWT bersumpah (Maha Kaya dari
segala Sumpah-SumpaNya), dengan siang yang
menampakkan matahari, atau memperlihatkannya dengan
sangat jelas pada penghuni bumi.
Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai oleh
ilmu pengetahuan modern kecuali setelah era astronomi pada
paroh terakhir abad ke-20, ketika mereka menemukan bahwa
cahaya siang yang benderang tebalnya tidak mencapai 200 km
di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang
menghadap ke matahari. Dan bahwa sanya sabuk tipis dari
lapisan gas bumi ini bebas dari segala pencemaran, dan
ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian
di atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan
bertambah meliputi semua buih air dan tebaran debu setiap
mendekat kepermukaan bumi.
Dengan proses tersebut ditambah dengan tebaran debu
membantu menyulut sumbu matahari, dan proses yang terjadi
terus-menerus sehingga menampakkan warna putih gemerlap
membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari
bagian bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang
menghadap ke matahari. Sementara sebagian besar alam
semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh kegelapan.

Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola
biru berlatar hitam pekat.
Oleh karena itu Al Qur’an menyipati annahar (siang) sebagai
sumber cahaya pada beberapa ayat, seperti dalam contoh:
“(Q.S: An-naml: 86).
Dan menyipati As-shubhu sebagai penerang seperti dalam
ayat: (QS: Al Mudatsir: 33). Serta menyipati Annahar sebagai
penyingkap matahari seperti pada ayat yang sedang di kaji di
atas.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui arti bahwa sianglah
yang menampakkan matahari, bukan matahari yang
menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia sebelum
abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan
kenyataan alam semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu,
yang tidak dijangkau oleh sains modern kecuali setelah paroh
terakhir abad ke-20 lalu.