Pengenalan profesi komunikasi id. docx

PENGENALAN PROFESI KOMUNIKASI HUMAS

Nama : Dyah Gupitasari
NIM : 2013-12-147

PENGENALAN PROFESI KOMUNIKASI

Ada lima kompetensi dasar dari profesi humas, namun ternyata keloma kompetensi ini bisa
didapatkan oleh semua sarjana (bukan hanya pada sarjana komunikasi/humas saja). Hal ini
berdampak pada profesi humas banyak diisi oleh sarjana bukan jurusan humas.
Hubungan masyarakat (humas) sering disamakan dengan publisitas. Padahal, publisitas itu
hanya merupakan bagian dari hubungan masyarakat. Publisitas merupakan aktivitas
perusahaan yang dirancang untuk memicu perhatian media melalui artikel, editorial dan
berita baru yang diharapkan dapat membantu memelihara kesadaran, cara pandang dan citra
yang dipikirkan masyarakat terhadap perusahaan menjadi tetap positif.
Tujuan Hubungan Masyarakat (humas)
Mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni publik (umum,
masyarakat) serta untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang
menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di laian pihak
melalui komunikasi yang harmonis dan timbal balik.
Proses Pelaksanaan Tugas Hubungan Masyarakat (humas)

Menurut Cutlip dan Center (dalam Kasali dan Abdurachman ), proses humas sepenuhnya
mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari : fact finding, planning,
communications, dan evaluation.
1.

Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta / data sebelum melakukan
tindakan. Praktisi humas sebelum melakukan sesuatu kejadian harus terlebih dahulu
mengetahui,apa yang diperlukan publik, siapa saja yang termasuk ke dalam publik,
bagaimana keadaan publik dipandang dari berbagai faktor.

2.

Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul.

3.

Communication adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran
yang matang berdasarkan fakta / data tadi, kemudian dikomunikasikan atau dilakukan
kegiatan operasional.


4.

Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah
tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan secara kontinyu. Hasil evaluasi itu
menjadi dasar kegiatan humas berikutnya.

Ciri-ciri Hubungan Masyarakat (humas)
1.

Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik.

2.

Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyabaran informasi penggiatan persuasi, dan
pengkajian pendapat umum.

3.

Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas menginduk.


4.

Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan khalayak diluar
organisasi.

5.

Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan harmonis antara organisasi dan
khalayak
Dari ciri-ciri humas itu jelas bahwa tugas kegiatan humas adalah mendukung tercapainya
tujuan organisasi yang dikejar dan dilaksanakan oleh seluruh insan organisasi yang
bersangkutan

mulai

dari

pimpinan


tertinggi

sampai

bawahan

terendah.

Banyak perusahaan menggunakan humas pemasaran (marketing public realations) untuk
melakukan promosi perusahaan atau produk dan membuat citra perusahaan dan produk.
Humas pemasaran mempunyai peran antara lain :


Membantu dalam meluncurkan produk baru, misalnya Pantene meluncurkan produk
baru Hair Fall Control untuk menjawab kebutuhan konsumen untuk mengurangi rambut
rontok karena patah yang diklaim sampai 98 % dengan pemakaian teratur selama dua bulan.
Pantene membagi ilmu seputar rambut rontok kepada pers yang untuk kasus wanita di
Indonesia mengalami rambut rontok karena patah.




Membantu dalam melakukan penempatan posisi kembali produk yang sudah dewasa,
misalnya yang dilakukan PT. Unilever Indonesia setelah mengakuisisi kecap Cap Bango
pada 2001, Unilever melakukan reposisi kecap Cap Bango dengan melakukan lomba masak
yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga untuk Jakarta dan Jawa Barat. Kemudian dilanjutkan
kegiatan Gerobak Sate Bango yang membidik pedagang makanan di pinggir jalan dan
dilanjutkan Festival Jajanan Bango yang dimasukkan dalam acara televisi seperti
sebelumnya yang dibawakan oleh Bondan Winarno, ahli kuliner Indonesia. Akhirnya kecap
Cap Bango menjadi kecap yang posisi pangsa pasarnya peringkat dua.

Membangun minat dalam sebuah kategori produk, misalnya Maspion mengajak untuk



membeli produk buatan Indonesia.
Dari Penjelasan diatas telah dapat dipahami bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang
humas, karena humas merupakan suatu jurusan yang sangat penting didalam pencitraan
perusahaan yang belum tentu jurusan lain bisa menjadi seorang humas.

Hubungan Masyarakat

Posted on October 25, 2012 by iskandarh3
Hubungan Masyarakat
Pengertian – pengertian dasar hubungan masyarakat
Humas (public realtions) dinyatakan oleh gruning adalah kegiatan manajemen komunikasi
antara sebuah organisasi dengan berbagai macam publiknya. Empat elemen dasar humas
adalah manajemen, komunikasi, organisasi dan publik.
Johnston dan zawawi mendefinisikan publik adalah sekelompok orang yang memiliki
kepentingan atau kepedulian yang sama. John Dewey menyatakan ciri-ciri publik adalah : ada
permasalahan yang dihadapi bersama, permasalahan tersebut benar-benar ada dan harus
diselesaikan, dan mengorganisir diri untuk melakukan sesuatu serta mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Salah satu fungsi humas adalah mengindentifikasi siapa saja
yang menjadi publik organisasi yang diwakilinya.
Cutlip, center dan broom mendefinisikan humas sebagai salah satu fungsi manajemen yang
harus ada didalam sebuah organisasi. Fungsi manajemen kegiatan kehumasan bertugas
untuk : mengevaluasi sikap dan opini publik, mengindentifikasi serta menyesesuaikan
kebijakan-kebijakan

organisasi

dengan


kepentingan

publik,

merencanakan

serta

melaksanakan program/kegiatan kehumasan agar organisasi dapat mencapai saling pengertian
serta diterima keberadaannya oleh publik.
Tugas kehumasan meliputi : pengindentifikasian, perencanaan dan pelaksanaan.
Don barnes menyatakan ada 4 fungsi humas dalam organisasi : memberikan saran kepada
pihak

manajemen,

mengoordinasikan

berbagai


kegiatan

komunikasi

organisasi,

menyediankan sarana bagi upaya organisasi untuk berkomunikasi dan mencari tahu
ingormasi tentang opini publik terhadap organisasi.

2 fungsi dasar humas adalah : humas sebagai penyampai informasi dan humas sebagai
pencari informasi.
Profesi humas muncul pertama kali tahun 1830 di amerika serikat (gruning dan hunt), pada
waktu itu public relations belum terkenal yang populer adalah istilah press agents/press
agentry. Setelah seringnya muncul surat kabar penny press bertugas untuk memopulerkan
seorang calon bintang atau bintang yang sudah mulai pudar namanya. Phineas T. Barnum
adalah seorang press angent yang laris pada waktu itu.
Pratik humas di era modern adalah sebuah upaya menjalin komunikasi dua arah yang
seimbang antara sebuah organisasi dengan para publiknya. Era public information merupakan
evolusi kedua dari kajian kehumasan sifat komunikasinya masih satu arah, yang dimaksud

komunikasi satu arah adalah organisasi telah memulai komunikasi dengan publik namun
aliran pesannya hanya berjalan dari organisasi ke publik saja dan tidak sebaliknya.
Era berikutnya adalah era humas dua arah asimetris : pertama feedback dari publik telah
diperhatikan oleh pihak organisasi, kedua walaupun tipe komunikasinya telah dua arah,
namun belum sempurna.
Era terakhir adalah era humas dua arah simetris : di era ini komunikasi yang terbentuk telah
memenuhi persyaratan komunikasi dua arah yang seimbang.
Perbedaan humas dan pemasaran yaitu dalam hal kegiatan yang dilakukan, serta orang orang
yang menjadi publik humas maupun pemasaran. Pemasaran biasaya dipahami sebagai segala
kegiatan yang berhubungan dengan penjualan dan pembelian barang dan jasa, sedangkan
kehumasan tidak semata mata bertujuan untuk mencari keuntungan (johnston dan zawawi).
Kegiatan kehumasan lebih luas ruang lingkupnya daripadi pemasaran. Persamaan antara
humas dan pemasaran adalah keduanya sama sama merupakan fungsi manajemen sebuah
organisasi.
Periklanan merupakan bagian dari marketing mix/bauran pemasaran yang terdiri atas 4p yaitu
: product, placement, price, dan promotion. Iklan merupakan bagian dari promotion. Iklan
juga dipahami sebagai kegiatan membeli ruang dan waktu di media massa yang akan dipakai
untuk menyampaikan pesan tertentu kepada khalayak. Iklan tergolong metode komunikasi
yang bisa dikontrol hasil dan dampaknya oleh mereka yang beriklan (johnston dan zawawi).
Contoh metode komunikasi yang tidak bisa dikontrol adalah publisitas.


Cutlip, center dan broom (1985) : mendefinisikan publisitas sebagai informasi yang berasal
dari pihak luar yang digunakan oleh media massa berdasarkan nilai berita yang dimiliki oleh
informasi tersebut. Publisitas merupakan metode komunikasi yang tidak bisa dikontrol karena
diliput tidaknya sebuah berita oleh media massa tergantung dari layak muat tidaknya sebuah
berita. Dari aspek kredibilitas pesan publisitas biasanya dianggap memiliki nilai yang lebih
tinggi.
Istilah propaganda pertama kali digunakan pada tahun 1622 oleh gereja katolik untuk
menetapkan sacra congregatio de propaganda fide.
Istilah corporate communication biasanya digunakan oleh profesi humas di perusahaan besar,
istilah ini biasanya dipakai untuk membedakan peran humas dengan peran marketing,
berfungsi yang bertanggung jawab terhadap reputasi corporate atau organisasi sementara
marketing berfungsi yang berkaitan dengan citra merek. Reputasi mengandung aspek yang
lebih luas jika dibandingkan dengan citra. Dalam menjaga sebuah reputasi kita harus
memikirkan aspek kredibilitas, sejarah panjang perusahaan dan kultur organisasi.
Cutlip menyatakan public affairs dipandang sebagai sebuah fungsi khusus untuk menangani
kegiatan kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Kegiatannya meliputi pemberian informasi
tentang layanan publik, kampanye untuk mendukung program pemerintah dan semacamnya.
Istilah public affairs dipakai oleh organisasi profit perusahaan untuk fungsi goverment
relations yang mereka miliki. Public information officer biasanya bekerja di kantor

pemerintah pusat kepresidenan dan kantor pemerintahan daerah.
Istilah marketing communication (marcomm) atau marketing public relations (MPR)
biasanya digunakan oleh mereka yang bertugas melakukan kegiatan kehumasan dalam
sebuah departemen pemasaran. Kegiatan kegiatan tersebut adalah kegiatan teknis yang erat
kaitannya dengan promosi produk, mengorganisasikan event , mengurus publikasinya serta
kegiatan sponsorship.

Dimensi Historis pratek humas

Mulyadi (2000) menyebutkan bahwa manusia perlu berinteraksi dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis untuk mendapatkan sukses dan
kebahagiaan. Humas adalah kegiatan untuk membangun hubungan antara dua pihak didasari
oleh saling percaya, mengerti dan mempengaruhi. Gejala humas adalah hubungan yang
dibangun untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia.
Newson, turk dan kruckerberg (1996) menyatakan bahwa pada awal keberadaan manusia
telah ada gejala kegiatan humas. Ia juga menyembutkan bahwa hasil karya seni seperti
pyramid, candi, prasasti merupakan bentuk media komunikasi untuk mempersuasif public
pada saat itu.
Gejala awal munculnya kegiatan humas dapat dilihat pada jaman romawi, yakni dengan
populernya sebutan rumores, box popul, res republic yang diterjemahkan sebagai peristiwa
umum republic. Puncak kejayaan romawi terjadi pada masa pemerintahan Julius Caesar,
ditandai dengan munculnya seorang ahli pidato Cicero dan munculnya surat kabar pertama
(acta diurna). Setelah runtuh baru pada abad pertengahan di eropa muncul gerakan
renaissance, gilda adalah perkumpulan para pengusaha yang berbasis home industry dan
bergerak dalam usaha kecil.
Ditemukan mesin uap oleh james watt (1769) menjadi tongak perubahan pada pola ekonomi.
Dampak dari penggunaan mesin adalah menurunnya kepercayaan public pada para produsen
dan hal ini menjadi ancaman serius bagi perusahaan.
Di amerika perkembangan humas dimulai sejak 1883. Baskin dan aronoff (1988)
menyebutkan bahwa perkembangan humas di amerika diawali oleh perusahaan AT&T
(American telephone and telegrah) yakni perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi.
George westhinghouse (1889) pendiri industry raksasa, pertama kali membentuk departemen
humas dan mengangkat E.H Heinrichs.
Perkembangan humas diamerika dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu :
1. manipulation period, pada periode ini humas masih dalam taraf sebagai press agents.
2. Information, periode ini dimulai pada tahun 1900 humas berkembang lebih maju
yakni sebagai alat perusahaan dalam menyampaikan informasi kepada public, pada
periode ini dikenal seorang pionir humas Edward L. bernays yang memelopori
perkembangan humas sebagai ilmu pengetahuan. Ivy Ledbetter Lee yang disebut
sebagai the father of public relations, ia adalah seorang wartawan, Lee juga pernah

menjadi penasehat utama raja minyak amerika john d rockefeler (1914). Prinsipprinsip lee adalah mengembangkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan
pegawai dan media, prinsip lee yang lain adalah menyediakan berbagai informasi
yang cepat akurat yang menyangkut kepentingan umum. Lee berhasil membangun
humas sebagai komunikasi yang berasaskan ketulusan (candor) dan kebenaran (truth).
Ia juga mendeklarasikan declaration of principles.
3. Mutual influence and understanding period, adalah periode dimana humas berperan
dalam membangun hubungan yang saling mempengaruhi dan saling memahami.
Jeffkins (1995) menyebutkan bahwa humas modern mulai diterapkan pertama kali di
eropa dan di amerika serikat justru bukan di lembaga bisnis namun di lembaga
pemerintah. Ia juga menyebutkan Lioyd George yang menjabat sebagai chancellor of
the exchequer atau bendahara Negara mengorganisir sebuah tim khusus bertugas
member penjelasan tentang rancangan pensiun untuk lanjut usia yang pertama di
dunia. Setelah perang dunia ke 2 antara tahun 1926 – 1933 di inggris berlangsung
upaya kehumasan terbesar, pada saat itu sir Stephen tallent menjadi presiden pertama
lembaga formal yang mengembangkan humas yakni institute of public relations
(1948) yang dibentuk di inggris dan amerika.
Fungsi humas yang menginternasional mulai dikenal sejak tahun 1980 – 1990. Newsom turk
dan kruckeberg (1996) menyebutkan bahwa pertumbuhan humas pada decade ini ditandai
dengan berubahnya masyarakat dunia yang tidak lagi terpisah oleh jarak sebagai akibat
berkembangnya teknologi komunikasi. Ia juga menyebutkan bahwa perubahan ekonomi
dunia mendorong para pelaku bisnis melakukan perubahan dalam berbisnis lebih efisien
dengan tingkat kompetisi tinggi disinilah praktisi humas berperan dalam perkembangan
bisnis. Humas berkembang pesat sejak pecahnya Negara komunis uni soviet. Tanpa opini
public humas tidak berfungsi. Pada tahun 1990 – 2000, fungsi humas tidak lagi mengenal
batas ruang dan waktu. Hal ini ditandai dengan melebarnya peran humas secara geografis
maupun fungsional. Secara geografis dengan lahirnya cyberspace (teknologi internet)
menjadikan hubungan antar Negara dan antar perusahaan tidak lagi dibatasi oleh batas batas
fisik.
Susanne elizabeth gaddis menjelaskan praktisi humas dapat melakukan survey, interview,
focus group, promosi melalui internet.

Sistem politik dicina menganut sistem tertutup. Dilembaga pemerintah humas berperan
sebagai penyampai informasi menyampaikan kebijakan kebijakan penguasa kepada
rakyatnya. Siramesh (2004) menambahkan bahwa dalam sistem yang demikian pers sangat
dikontrol pemerintah sehingga pers hanya berfungsi menyampaikan informasi satu arah dari
pemerintah kepada rakyat dan tidak sebaliknya. Faktor budaya menjadi salah satu faktor
penghambat perkembangan humas di indonesia. Budaya patenalistik, feodalistik, ewuh
pekewuh (sungkan), menjadikan fungsi humas tidak maksimal. Budaya paternalistik
menjadikan pola hubungan yang vertikal / atasan selalu benar. Sementara budaya feodalistik
adalah budaya yang menempatkan atasan bukan sebagai partner kerja namun sebagai
majikan. Budaya ewuh pekewuh adalah budaya yang menempatkan bawahan tidak berani
mengkritik dan menegor atasan sekalipun atasan melakukan kesalahan.
Humas di asia dapat kita telusuri dari negeri cina. Mark mcelreath, ni chen, lyudmila azarova
dan valeria ahdrova dalam heath (2000) menyebutkan bahwa sejarah humas dicina dimulai
sejak ribuan tahun lalu. Seorang filosof cina yang bernama conflucius mengajarkan bahwa
bagaimana menggunakan komunikasi yang harmonis sebagai jalan membangun relasi untuk
menyelesaikan konflik sosial. Sejak cina diperintah oleh pemerintahan komunis humas
berfungsi sebagai lembaga penyampai informasi dan komunikasi bersifat searah. Sriramesh
menyebutkan di india profesi humas dapat berkembang dengan pesat karena negara ini
menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis. Perkembangan humas di india dapat
dilihat dengan terbentuknya organisasi profesi kehumasan seperti PRSI (the public relations
society of india).
Pada saat pemerintahan soekarno konsep humas pertama kali dikenal di lembaga
pemerintahan. Bahasa indonesia menerjemahkan public relations sebagai hubungan
masyarakat. Humas di lembaga pemerintahan berfungsi sebagai penyampai informasi
pemerintah kepada rakyat, komunikasi yang berjalan adalah komunikasi satu arah.
Departemen penerangan juga berperan sebagai koordinator organisasi kehumasan yakni
bakohumas (badan koordinator kehumasan) yang dibentuk tahun 1971. Tahun 1972 humas
secara profesional mulai dikenal dengan dibentuknya Perhumas (persatuan humas) dan pada
tahun 1987 berdiri Asosiasi perusahaan public relations indonesia (APPRI). Ananto
menyebutkan bahwa semasa pemerintahan soeharto pertumbuhan ekonomi amat pesat hal ini
karena didukung oleh pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Humas pemerintah tidak

hanya sebagai penyampai informasi namun di beberapa lembaga bumn humas telah berfungsi
sebagai penghubung kepentingan perusahaan dan stakeholder.
Vercic, gruning and gruning dalam sriramesh (2004) menyebutkan bahwa perkembangan
humas dipengaruhi oleh variabel lingkungan masing-masing negara. Faktor faktor yang
mendorong perkembangan humas adalah : demokratisasi kehidupan politik, industrialisasi,
perkembangan teknologi komunikasi, privatisasi dan liberalisasi perekonomian dan
penerapan good governance.
Freedom dalam sriramesh (2004) bahwa sistem politik sebagai pendorong perkembangan
humas adalah demokrasi. Menurut sriramesh dalam pasar bebas dengan kompetisi yang
terbuka strategi humas diperlukan untuk memenangkan persaingan. Humas berperan dalam
membangun citra lembaga bisnis, citra produk dan citra corporate.
Ditemukannya mesin cetak oleh johan gutenberg, memacu perkembagan teknologi
komunikasi. Mesin cetak mendorong berkembangnya surat kabar. Pada era cyber, humas
semakin lebih mudah dan praktis. Komunikasi dan riset dapat dilakukan melalui internet.
Privatisasi dan liberalisasi perekonomian menjadikan peluang bisnis lebih terbuka dan
kompetitif.

Kedudukan dan peran humas dalam organisasi
Menurut grunig dan hunt (1984), sebuah sistem terdiri atas aspek aspek sebagai berikut :
environment (lingkungan), boundary (pembatas), input (masukan), output (keluaran),
throughput dan feedback (umpan balik). Organisasi sebagai sebuah sistem yang memiliki
batas batas wilayah yang jelas, hidup pada sebuah lingkungan tertentu.
Sistem tertutup adalah sebuah sistem yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya. Ketika
sebuah sistem tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan serta menyerap keluarannya sendiri, atau
dengan kata lain ia memerlukan atau bergantung pada sistem yang lain atau lingkungannya
untuk bisa bertahan hidup, maka sistem tersebut secara otomotis telah berubah menjadi
sistem yang terbuka.

Humas adalah fungsi yang diperlukan oleh sebuah organisasi yang menganut sistem terbuka
untuk mengelola hubungan atau interaksi serta komunikasi antara organisasi dengan pihak
pihak luar tersebut. Grunig dan hunt (1984) menyebut humas dengan istilah boundary
spanner, karena posisinya yang mengantarai atau berada di perbatasan manajemen pusat
dengan bagian bagian lain yang ada di dalam organisasi serta antara organisasi dan
lingkungannya.
Kehadiran humas dalam organisasi menjadi sangat diperlukian karena humaslah yang
bertugas sebagai perantara atau penghubung antara organisasi dengan lingkungannya.
Kearney (1984) seorang antropolog menyatakan bahwa worldview adalah a set of images or
assumptions about the world. Sementara Kuhn (1970) menyatakan bahwa worldview adalah a
paradigm that stands for the entire constellation of beliefs, values, techniques and so on
shared by the member of a given community. Worldview adalah semacam paradigm yang
dianut oleh suatu masyarakat.
Menurut grunig (1989) ada dua jeni worldview yang bisa dianut adalah : symmetrical
worldview (paradigma simetris) dan asymmetrical worldview (paradigma asimetris). Sebuah
organisasi agar bisa bertahan dalam lingkungan dengan baik dan mampu menjalin hubungan
yang positif dengan lingkungan tersebut sebuah organisasi memerlukan paradigma yang
simetris. Sebaliknya sebuah organisasi tidak akan dapat bertahan lama dalam sebuah
lingkungan jika ia memiliki seperangkat paradigma yang asimetris.
Paradigma yang asimetris tersebut adalah :
1. Internal orientation (berorientasi ke dalam) : para anggota organisasi tersebut hanya
bisa melihat kepada dirinya sendiri namun tidak mampu membayangkan bagaimana
orang lain memandang organisasi tersebut.
2. Closed system : informasi hanya bergerak ke luar dari organisasi namun tidak ada
informasi yang masuk ke dalam organisasi.
3. Efficiency : efisiensi adalah segala galanya bagi organisasi.
4. Elitism : menganggap pimpinan organisasi sebagai yang paling tahu dan yang paling
bijak.
5. Conservatism : organisasi enggan untuk berubah

6. Tradition : tradisi turun temurun dalam organisasi tersebut dianggap sebagai pakem
yang tidak bisa diubah ubah lagi bahkan bila tradisi tersebut tidak sesuai lagi dengan
perubahan jaman.
7. Central authority : kekuasaan harus terkonsentrasi pada segelintir orang yang ada di
pucuk pimpinan perusahaan.
Paradigma yang simetris adalah :
1. Interdependence : organisasi menyadari bahwa ia tidak bisa mengisolasi diri dari
lingkungan sekitar.
2. Moving equilibrium : organisasi sebagai sebuah sistem bisa saja berupaya untuk
mencapai kondisi equilibrium yaitu kondisi yang stabil namun ia harus menyadari
bahwa kondisi stabil tersebut tidak akan selamanya bertahan.
3. Equity : organisasi beroperasi atas dasar persamaan hak antar manusia.
4. Autonomy : memberikan otonomi yang cukup luas kepada karyawan.
5. Innovation : organisasi bersikap fleksibel atau luwes dalam menghadapi adanya
gagasan gagasan baru dan tidak terpaku pada konsevatisme atau tradisi yang
ketinggalan jaman.
6. Decentralization of management : ada pendelegasian kewenangan yang memadai para
manajer berperan lebih sebagai koordinator dari pada diktator.
7. Responsibility : organisasi dan para anggotanya harus menyadari bahwa kehadiran
mereka dalam suatu lingkungan memiliki dampak bagi sistem lain yang ada di
lingkungan tersebut.
8. Confliet resolution : organisasi bersikap terbuka terhadap adanya konflik.
Secara fungsional humas tidak harus ada sebagai state of being atau sebagai sebuah bagian
tersendiri dengan segala konsekuensi sebuah bagian yang memiliki fasilitas ruang pimpinan
dan staf tersendiri. Secara struktural humas telah terlembagakan ke dalam bagian tersendiri.
Dalam hal ini djanaid (2000) mengklasifikasikan menjadi dua, yakni sebagai state of being
dan menthod of communication. Sebagai menthod of communication humas dipahami
sebagai sebuah aktivitas berhubungan dengan publik melalui pendekatan komunikasi yang
dilakukan oleh siapa saja yang berada dalam organisasi tersebut. Sedangkan sebagai state of
being humas telah terlembagakan ke dalam bagian bagian dalam struktur organisasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan humas dalam organisasi adalah :

1. Besar kecilnya organisasi : hal ini mencakup kemampuan sumber daya yang dimiliki
organisasi.
2. Kemauan pimpinan : beberapa kalangan memandang istilah media relation officer
lebih tepat daripada public relations officer apabila maksud pimpinan mengangkat
petugas humas untuk mengelola hubngan dengan media massa. Istilah jurnalist in
house lebih tepat digunakan untuk petugas humas yang diberi wewenang dan
deskripsi tugas mengelolah media internal. Cutlip, center dan broom (1985)
menggambarkan bagaimanan kedudukan humas dalam sebuah organisasi : bahwa
posisi humas idealnya diletakkan sejajar dengan fungsi fungsi penting organisasi
lainnya. Sebuah organisasi besar biasa memiliki tiga lini manajemen yaitu manajemen
lini atas, manajemen lini tengah (middle line management) serta manajemen lini
bawah (lower line management).
Grunig dan hunt (1984) yang merujuk hasi karya broom dan dozier mengidentifikasi peran
humas sebagai teknisi dan peran sebagai manajer. Tiga jeni peran manajer, yaitu :
1. Expert preciber : peran peran sebagai ahli dan penasihat bagi manajemen.
2. Communication facilitator : peran peran sebagai fasilitator komunikasi antara
organisasi dan publiknya.
3. Problem solving process facilitator : peran peran sebagai anggota tim yang dilibatkan
dalam memecahkan masalah masalah organisasi.
Selanjutnya, dozier mengidentifikasi dua peran ditingkat menengah, yaitu :
1. Media relations role : tugas pratiksi humas adalah memastikan media selalu mendapat
informasi dari organisasi/perusahaan dan menginformasikan kepada organisasi apa
saja yang dibuthkan dan dikhawatirkan oleh media.
2. Communication and liaison role : pratiksi humas bertidak sebagai perwakilan
organisasi pada acara acara tertentu dan secara posotif menciptakan kesempatan
kepada manajemen untuk berkomunikasi dengan para publik organisasi.
Tujuan kerja bagian SDM yaitu : terekrutnya pegawai baru sesuai kebutuhan dan
kompetensi, pelaksanaan pensiun pegawai dengan tepat dan pemutusan hubungan kerja yang
rasional, mutasi dan promosi jabatan dll. Kontribusi humas dalam program mutasi dan
promosi jabatan antara lain membantu pegawai tersebut dalam hal adaptasi terhadap budaya
dan lingkungan baru.

Kerja bagian hukum disebuah organisasi meliputi : kontrak kerja, kontrak kerjasama,
membuat tata aturan, mengontrol persoalan persoalan organisasi dari aspek pelanggaran
undang undang dan hukum yang berlaku dll.
Thomas L. Harris adalah salah satu contoh orang marketing yang melihat peluang kolaborasi
humas dengan marketing kedalam suatu konsep marketing publik relations (MPR).

Proses kerja humas
Dasar berpikir perlunya sebuah penelitian adalah bahwa keputusan yang canggih
berdasarkan pada informasi. Salah satu pertimbangan manajemen terhadap suatu aktivitas
adalah pertimbangan efektivitas dan efisiensi. Kontes program PR tingkat dunia yang
diselenggarakan International Public Relations Association (IPRA) telah memasukkan unsur
riset sebagai dasar penilaian sebuah program PR yang baik. Penelitian adalah suatu tindakan
dalam rangka mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data secara sistematis
dan objektif.
Lerbinger (1988) dalam public relations review yang dikutip oleh Ngurah Putra (1999)
mengemukakan empat jenis penelitian dalam kehumasan yakni :
1. Environmental monitoring : pemantauan lingkungan dibuat untuk mengamati
kecenderungan kecenderungan dalam pendapat umum dan berbagai peristiwa dalam
lingkungan sosial politik organisasi yang mungkin akan punya pengaruh penting
terhadap sebuah organisasi. Baskin, Aronoff dan Lattimore (1997), ada tiga model
dasar scanning untuk mengetahui perubahan lingkungan, yaitu :
1. Irregular model yang menggunakan pendekatan ad hoc karena didorong adanya krisis
yang sedang dihadapi oleh sebuah organisasi.
2. Regular model yang lebih komprehensif dibandingkan model pertama. Biasanya
menggunakan penilaian tahunan pada situasi lingkungan.

3. Continous model yang menekankan pada pemantauan secara berkesinambungan
berbagai unsur lingkungan yang mungkin punya pengaruh pada organisasi temasuk
didalamnya.
4. Relevant public, berupa daftar siapa saja yang menjadi publik yang relevan bagi
organisasi.
5. The organization’s standing with publics, berupa pandangan masing masing publik
terhadap organisasi.
6. Issues of concern to publics, berupa masalah masalah yang menjadi agenda masing
masing publik.
7. Power of public, berupa rekaman berdasarkan kekuatan ekonomis dan politis yang
dimiliki masing masing publik.
8. Readership survey, digunakan untuk melihat berapa orang yang membaca, mengikuti
program, memahami dan mengingat pesan yang didapatkan dari publikasi khusus.
9. Content analysis, yaitu sebuah metode untuk mengkoding dan mengklasifikasikan
secara sistematis pesan pesan khusus dalam aspek tema tema yang ada.
10. Readability studeis , digunakan untuk menilai keterbacaan sebuah artikel atau isi
media cetak.
11. Communication climate survery, yaitu pengukuran sikap yang biasa dipakai untuk
mengungkapkan persepsi publik terhadap tingkat keterbukaan dan ketersediaan
saluran komunikasi.
12. Network analysis, yang bertujuan untuk mengamati frekuensi dan pentingnya jaringan
interaksi.
2. Public Relations Audit : PR audit melibatkan sebuah studi lengkap untuk mengetahui
posisi humas sebuah organisasi sehingga dapat dirancang program program
komunikasi. PR audit yang lengkap meliputi :
3. Communication audit : audit komunikasi merupakan sebuah analisis lengkap tentang
komunikasi organisasi internal dan atau eksternal yang dirancang untuk memahami
kebutuhan, kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi. Metode yang digunakan
dalam audit komunikasi meliputi :
4. Social Audit : umumnya merupakan survey sikap dan pendapat yang mengukur
persepsi berbagai publik tentang keresponsifan sosial sebuah organisasi.
Reilly (1988) membedakan penelitian berdasarkan teknik pengumpulan data yaitu : penelitian
informal dan formal. Sedangkan Gregory (2001) menjelaskan bahwa berdasarkan jenis data

yang diperoleh dan disajikan maka penelitian dapat dibedakan kedalam penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian kontinyu atau pelacakan berdasarkan objek penelitiannya, serta
penelitian sekunder dan primer berdasarkan perolehan sumber datanya.
1. Penelitian informal, pada hakekatnya kita ini adalah peneliti. Untuk keadaan dan
kondisi tertentu, memperoleh data dari penelitian orang lain (data sekunder) bisa
menghemat waktu dan biaya daripada melakukan penelitian sendiri.
2. Penelitian formal, penelitian survey yang lebih formal mungkin akan banyak
membantu. Begitu pula dengan pooling. Pengujian media massa dan penelitian
induksi. Penelitian formal mensyaratkan adanya prosedur ilmiah. Penelitian survey
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Teknik survey melalui surat
2. Interview secara pribadi
Teknik tekni penelitiah humas lainnya menurut Greogory (2001) adalah sebagai berikut :
1. Penelitian kuantitatif, yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
kemudian dibuat statistiknya untuk mendapatkan hasil yang berupa angka angka atau
kuantitas.
2. Penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menyelidiki variabel variabel yang tidak
dapat di kuantifikasikan.
3. Penelitian kontinyu atau penelitian pelacakan, yaitu tekni penelitian yang dilakukan
dengan cara mengambil sekelompok orang yang sama atau sekelompok orang yang
memiliki profil yang sama sebagai objek riset.
4. Penelitian sekunder atau studi pustaka, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan data data dari sumber sumber yang telah diterbitkan.
5. Penelitian primer, yaitu teknik penelitian yang digunakan untuk mencari informasi
yang kita butuhkan dengan segera melalui pengisian kuesioner.
Gregory (2001) menyatakan bahwa melalui berbagai survey, kurangnya keahlian para praktisi
humas dalam hal keuangan dan anggaran dianggap sebagai kelemahan para praktisi humas.
Kelemahan lainnya adalah kurangnya kemampuan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, penetapan tujuan, penetapan prioritas, perencanaan dan organisasi,
kemampuan analisis dan time management. Fungsi sebuah perencanaan adalah menyusun
kerangka kerja sebuah program humas. Praktek PR adalah usaha yang direncanakan serta
dilakukan secara kontinyu untuk menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan

kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publiknya. Secara teknis, pentingnya
perencanaan adalah dikarenakan keterbatasan waktu, sumber dana, dan tenaga disatu sisi dan
kompleksitas persoalan humas yang mungkin timbul disisi lain.
Sedangkan secara strategis, pentingnya perencanaan adalah kesadaran para praktisi
bahwasannya membangun reputasi yang baik bagi organisasinya bukanlah pekerjaan yang
baik dilakukan dalam semalam. Really (1988) dalam bukunya menyatakan bahwa, sebuah
perencanaan mungkin bertujuan positif, preventif atau perbaikan. Langkah langkah yang
diambil dalam unsur unsur perencanaan adalah :
1. Rumusan Masalah. Perumusan masalah di dapatkan setelah memperoleh fakta fakta
melalui hasil penelitian. Suatu keadaan dikatakan sebagai masalah apabila muncul
perbedaan antara kenyataan dan harapan (Broom dan Dozier, 1990). Sedangkan
menurut Wilcox, Ault dan Agee (1995) dalam putra (1999) pratiksi humas pada
dasarnya akan menghadapi tiga jenis masalah kehumasan yang harus ditangani.
Pertama, persoalan yang berkaitan dengan adanya persepsi negatif publik terhadap
organisasi atau sebuah produk. Kedua, pratiksi humas harus menyusun dan
melaksanakan sebuah program kehumasan dalam posisi organisasi yang netral.
Ketiga, pratiksi humas harus mengembangkan program program berkesinambungan
dalam usaha untuk membangun dukungan secara terus menerus dari berbagai publik
organisasi. Beberapa karakteristik perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah bisa dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
masalah.
2. Pernyataan atau pertanyaan masalah harus spesifik dan jelas.
3. Memberikan fokus dan arah bagi orang yang akan mengembangkan strategi dan taktik
program.
4. Sebagai panduan bagi orang yang akan melaksanakan program.
5. Memberi rincian ukuran keberhasilan untuk memantau dan mengevaluasi program
2. Penentuan sasaran dan tujuan. Cutlip, Center dan Broom (1994) menyatakan fungsi
penentuan sasaran dan tujuan ini adalah :
Sasaran dan tujuan haruslah dipahami sebagai outcome objective. Cutlip, Center dan Broom
(1994) memberikan taksonomi sebagai berikut :
1. Knowledge outcome, yakni berupa pengetahuan atau pemahaman publik terhadap
organisasi dan sebaliknya.
2. Predisposition outcome, yakni berkaitan dengan sikap atau kecenderungan tindakan.

3. Behavior outcome, yakni berupa perilaku nyata yang nampak.
Beberapa kata kunci untuk menentukan tujuan humas antara lain :
1. Menginformasikan
2. Meningkatkan pengetahuan
3. Menciptakan kesadaran
4. Mendorong saling pengertian
Gregory (2001) ingatlah akronim SMART ketika menentukan tujuan yaitu : Stretching,
Measurable, Achievable, Realistic dan time bound.
3. Penentuan jadwal dan anggaran. Alokasi waktu bisa berdasarkan kebutuhan internal
dan eksternal (gregory, 2002). Hal yang perlu diperhatikan dalam merinci biaya
adalah pertimbangan efektif dan efisiensi. Sedangkan menurut Cutlip, Center dan
Broom (1994) anggaran program humas sebuah perusahaan biasanya ditentukan
berdasarkan salah satu dari faktor berikut ini :
1. Anggaran berdasarkan jumlah keseluruhan anggaran yang tersedia atau persentase
dari seluruh anggaran operasional.
2. Anggaran yang dialokasikan berdasarkan keperluan bersaing.
3. Anggaran berdasarkan seluruh keperluan untuk kegiatan yang ada.
4. Anggaran yang disusun berdasarkan keuntungan yang diperoleh.
Sedangkan anggaran untuk kegiatan humas biasanya dipilah menjadi biaya tetap dan biaya
tidak tetap.
Implementasi dalam program humas berupa suatu tindakan dan komunikasi (Burston, 1999).
Program humas tidak hanya sekedar program komunikasi, melainkan juga harus mampu
mendorong organisasi melakukan tindakan tindakan non-komunikasi. Bahkan Cutlip, Center
dan Broom (1999) menyatakan suatu hal yang masih belum banyak dipahami oleh
kebanyakan orang.
Menurut Cutlip, Center dan Broom (1999), tindakan kehumasan adalah tindakan tanggung
jawab sosial oleh departemen humas atau bagian lain dari organisasi kita. Strategi tindakan
yang dilakukan biasanya termasuk perubahan dalam kebijakan organisasi, prosedur, produk,
pelayanan dan perilaku organisasi.
Tugas utama humas, yakni membangun dan mempertahankan hubungan dengan publik
publik organisasi melalui serangkaian kegiatan komunikasi yang intensif. Inti dari keahlian
komunikasi adalah kemampuan dalam membingkai pesan, memilih media yang tepat, dan
kemampuan memahami penerima pesan. Pesan, Menurut Cutlip, Center dan Broom (1999),

prinsip pertama membingkai isi pesan adalah mengetahui posisi organisasi dalam suatu
persoalan. Kedua adalah mengetahui kebutuhan, perhatian dan kepedulian sasaran publik.
Putra (2000) beberapa bagian penting dari pesan dalam komunikasi meliputi : gaya pesan
(content Style), imbauan pesan (messages Appeals) yang biasanya berupa imbauan rasional
dan emosional (ethos, pathos dan logos), pengulangan pesan (messages repetition),
kesimpulan (implicit dan explicit), pengorganisasia pesan dan kejelasan pesan.
Memilih media. Menurut Pace dan Faules dalam Putra (2000), penggunaan media tersebut,
biasanya didasarkan pada sejumlah pertimbangan, seperti :
1. Biaya yang tersedia
2. Keterampilan dalam penggunaan saluran yang ada, baik pada perusahan maupun
publik
3. Dampak yang diinginkan
4. Relevansi saluran dan respon yang diharapkan terhadap informasi yang disampaikan
5. Berkaitan dengan pilihan media yang dapat dikontrol atau tidak
6. Tinggi rendah kemampuannya membawa pesa dan tinggi rendah kepercayaan publik
terhadap media tersebut.( Simmons, 1999)
Menurut Volkmann, masing masing saluran komunikasi yang ada memiliki tingkat
keefektifan yang berbeda beda, urutan keefektifannya adalah sebagai berikut :
1. Percakapan tatap muka antara dua orang
2. Diskusi atau pertemuan kelompok kecil
3. Pidato dihadapan orang banyak
4. Percakapan melaui telepon
5. Catatan atau tulisan pribadi
Penerima atau publik sasaran. Pembagian publik dalam humas bisa mengikuti pembagian
berdasarkan segmentasi tertentu. Hal ini kaitannya dengan penerima adalah pemahaman
praktisi humas tentang bagaimana penerima menggunakan suatu informasi atau pesan.
Kalangan praktisi humas percaya adanya efek teori domino (Grunig dan hunt, 1984)dalam
komunikasi.
Evaluasi program humas pada dasarnya adalah melihat erektivitas suatu program yang telah
dilaksanakan dan sumbangan program humas ini bagi organisasi. Broom dan Dozier (1990)
menyatakan : evaluation is determining the worth of something. Evaluasi program bagi
humas sendiri bermanfaat untuk menghindari kesalahan berulang ulang, pekerjaan lebih

terkonsentrasi, penentuan estimasi biaya maupun SDM, serta waktu lebih efisien. Manfaat
evaluasi menurut Gregory (2001), yaitu :
1. Memfokuskan usaha
2. Menunjukkan keefektifan
3. Memastikan efisiensi biaya
4. Mendukung manajemen yang baik
5. Memfasilitasi pertanggungjawaban
Watson seperti dikutip oleh Gregory (2001) dalam sebuah risetnya menunjukkan bahwa para
praktisi humas lebih suka bersikap defensive terhadap kegiatan mereka. Watson menunjukkan
alasan utama mengapa program tidak di evaluasi secara formal. Pertama, kurangnya
pengetahuan (mungkin tidak ada minat untuk mempelajari teknik evaluasi), kedua, yaitu
kurangnya anggaran.
Beberapa alasan lain mengapa evaluasi dianggap sebagai masalah adalah sebagai berikut :
1. Memahami apa yang harus dievaluasi
2. Memahami apa yang dapat dicapai
3. Agregasi
4. Cakupan teknik evaluasi yang dibutuhkan
Reily (1982) memberi pedoman beberapa faktor yang perlu dievaluasi, antara lain evaluasi
apa yang telah dikerjakan oleh masing masing anggota yang terlibat dalam program humas ;
evaluasi publik, evaluasi kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung program humas,
evaluasi anggaran dan evaluasi publisitas. Tingkat dan tahapan evaluasi dibedakan menjadi
dua, yakni evaluasi formatif atau evaluasi selama program berlangsung dan evaluasi sumatif
atau evaluasi setelah program humas dilaksanakan semua. Cutlip, Center dan Broom (1994)
mengemukakan tiga tingkat dan tahap evaluasi, yaitu :
1. Preparation evaluation. Evaluasi persiapan ini memiliki tahapan tahapan sebagai
berikut : pertama, menilai kecukupan informasi yang melatar belakangi sebuah
program humas. Kedua, melihat organisasi dan ketepatan strategi dan taktik program,
serta ketepatan pesan pesan yang direncanakan. Ketiga, menilai kualitas pesan dan
unsur unsur presentasi program lainnya.
2. Implementation evaluation. Adalah evaluasi tentang apa yang dikerjakan oleh praktisi
humas dalam melaksanakan program program humas. Cutlip, Center dan Broom

(1994) mengatakan inti tahapan pertama ini adalah pendokumentasian seluruh materi
materi komunikasi yang telah diproduksi dan disebarkan.
3. Impact evaluation. Evaluasi pengaruh bertujuan mengetahui outcome sesuai tujuan
program untuk masing masing sasaran publik maupun keseluruhan program yang
dapat dicapai.
Gregory (2001) tidak ada standar yang pasti untuk evaluasi program program dan kampanye
tunggal membutuhkan metode evaluasi yang khusus. Metode dan teknik penelitian secara
umum bisa diterapkan untuk mengevaluasi program humas. Berikut ini disajikan contoh
metode dan teknik evaluasi komunikasi :
1. Analisis isi. Evaluasi yang berkaitan dengan pesan pesan bisa menggunakan metode
analisi isi pesan.
2. Riset audiens. Evaluasi yang berkaitan dengan terpaan pesan terhadap khalayak bisa
menggunakan metode riset audiens. Jim Macnamara dalam Gregory (2001)
memberikan model makro sebagai berikut : model makro Macnamara tersebut
membentuk sebuah piramida.

Teknik komunikasi dalam humas
Komunikasi lisan merupakan proses komunikasi dua arah yang memungkinkan informasi
tersebut segera diterima dan mendapatkan feed back dengan segera.
Lobi. Lobi bisa dipahami sebagai suatu kegiatan komunikasi dengan tujuan mewujudkan
kepentingan orang yang melakukan lobi (pelobi) atau seseorang/organisasi yang
menggunakan pelobi dengan cara yang halus. Kegiatan tersebut lebih pada upaya informatif
dan persuasif daripada koersif (memaksa). Lobi juga bisa diartikan sebagai kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh orang orang atau kelompok dengan sasaran akhirnya adalah
memperngaruhi keputusan pemerintahan dan para pembuat undang undang. Seseorang yang
melakukan lobi disebut pelobi (lobbyist). Kasali (1994), di amerika para lobbyist ini telah
memiliki organisasi profesi , dimana keanggotaannya diikat oleh suatu kode etik profesi
sehingga kegiatan mereka (lobbyist) bisa dipertanggungjawabkan secara etis. Dalam dunia
kehumasan, lobi digunakan untuk mempengaruhi pengambil keputusan suapaya apa yang
diputuskan oleh pengambil keputusan tidak merugikan pihak pihak tertentu. Seitel dalam
Kasali (1994) membuat tahapan tahapan lobi sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dan fakta

2. Interpretasi terhadap langkah langkah pemerintah
3. Interpretasi terhadap langkah langkah organisasi
4. Membangun posisi
5. Melemparkan berita nasional. Publicity sprigboard yakni menggunakan tempat lobi
sebagai tempat yang selalu dikunjungi wartawan.
6. Mendukung kegiatan pemasaran
Negosiasi. Negosiasi secara awam adalah suatu upaya komunikasi dalam situasi konflik.
Sedangkan definisi dari negosiasi sebenarnya adalah pembicaraan dengan orang lain dengan
maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan untuk mengatur atau mengemukakan
(oxford dictionary).
Ludlow and Panton (1992) mengatakan bahwa negosiasi adalah pertemuan antara dua pihak
dengan tujuan mencapai kesepakatan atas pokok pokok masalah yang : 1, penting dalam
pandangan kedua belah pihak. 2, dapat menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak.
Dan 3, membutuhkan kerjasama kedua belah pihak untuk mencapainya. Kunci utama
kegiatan negosiasi adalah win-win solution. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
negosiasi antara lain :
1. Kekuatan tawar menawa
2. Kepentingan kepentingan dalam negosiasi
3. Suasana negosiasi
Teknik negosiasi. Adapun tahapan negosiasi adalah :
1. Persiapan. Para negosiator yang sukses memiliki tujuan tujuan umum dan tujuan
khusus terlebih dahulu dan menyusun rencana bagaimana mencapai tujuan tujuan
tersebut sebelum melakukan negosiasi.
2. Proses negosiasi. Yang perlu diperhatikan selama negosiasi berlangsung adalah :
1. Strategi negosiasi. Faktor faktor yang harus diingat dan menjadi bahan pertanyaan
kita adalah mengenai : bagaimna kita dapat mengubah harapan pihak lain.
2. Taktik takti negosiasi.
3. Menyatakan tujuan kita dengan jelas dan tegas.
4. Membahas pokok persoalan secara objektif dengan sikap yang sopan dan dengan
praktis.
5. Hindari sikap membela diri atau perasaan tidak aman.

6. Hindari pilihan yang lunak karena dapat mengalihkan kita dari tujuan tujuan kita dan
menghasilkan penyelesaian yang kurang efektif.
7. Apakah semua pihak memahami dengan jelas apa yang telah disepakati?
8. Apakah semua pihak berkomitmen terhadap kesepakatan tersebut?
9. Apakah diperlukan pertemuan lain untuk membahas pokok pokok yang kecil
10. Bagaimana perasaan kedua belah pihak terhadap kesepakatan yang telah dibuat?
3. Mencari penyelesaian. Penyelesaian hanya dapat diperoleh apabila kedua belah pihak
mampu dan bersedia untuk mencapai kemajuan. Hal yang perlu kita lakukan adalah :
4. Mengakhiri negosiasi. Hal penting lainnya adalah perlunya diputuskan bersama kapan
dan bagaimana kesepakatan tersebut dipulikasikan. Sebelum mengakhiri negosiasi
pastikan hal hal berikut ini :
Presentasi. Presentasi adalah kegiatan menyampaikan sesuatu dengan tujuan tertentu. Ludlow
dan Panton (1992) menjelaskan beberapa tujuan presentasi antara lain :
1. Untuk mempertujukkan layanan, produk dan sistem
2. Untuk membentuk citra, strategi
3. Untuk menghibur kolega, orang luar
4. Untuk menjual konsep, produk, ide
5. Untuk mewakili kelompok, perusahaan, departremen
6. Untuk mempromosikan sikap, cara bekerja
7. Untuk mengusulkan penyelesaian, konsep baru
Hal utama yang berkaitan dengan persiapan presentasi, yaitu persiapan bahan dan
penampilan. Berikut ini, seperti disampaikan Hutabarat (1993) :
1. Persiapan. Langkah langkahnya berikut ini :
1. Susunlah teks berupa makalah beserta lampirannya
2. Tentukan media presentasinya
3. Buatlah gambar terawang bila memakai OHP
4. Bila kita mengerjakan persiapan ini untuk orang lain, tunjukkan apa yang telah kita
lakukan pada setiap langkah
5. Simpan bahan bahan presentasi tersebut dengan baik
6. Menguasai alat yang dipakai
7. Memastikan urutan yang benar dari bahan bahan yang akan dipresentasikan
8. Mencoba berbagai karakter suara yang kita miliki
2. Latihan. Hal yang perlu dianjurkan untuk kegiatan berlatih :

3. Presentasi. Ludlow dan kawan kawan (1996) dalam the essence of effective
communications, menyajikan teknik teknik presentasi sebagai berikut :
1. Penggunaan kata kata. Presentasi adalah penggambaran sesuatu ide melalui kata kata.
2. Penampilan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penampilan adalah : berpakaian
pantas, sesuaikan dengan situasi, penampilan necis, bersih dan rapi.
3. Penggunaan suara
4. Bahasa tubuh. Bahasa tubuh meliputi posisi tubuh kita, menjaga kontak mata,
pandangan yang merata keseluruh ruang, gerakan yang sesuai, sederhana, alami, dan
harus terkontrol
5. Penggunaan alat bantu/visual. Berikut ini beberapa cara menggunakan alat bantu
dengan efektif :
1.

Pastikan bahwa bantuan visual harus kita pakai

2.

Berdiam dirilah sejenak

3.

Matikan atau sisihkan alat tersebut setelah kita memberi penjelasan

4.

Bila kita menggunakan OHP maupun infokus :
1.

Tatap pendengar

2.

Bila menekankan sesuatu, jangan tunjuk pada layarnya

3.

Pastikan semua hadirin dapat melihat layar’

4.

Tulisan cukup besar untuk hadirin yang duduk dibelakang

5.

Letakkan transparan dengan benar

6.

Matikan OHP bila ingin menganti transparan

7.

Susunlah urutan transparan yang akan ditampilkan dengan benar

8.

Menguasai apa yang akan dibicarakan

9.

Bila menggunakan whiteboard/papan tulis :
1.

Pastikan spidol yang tersedia tidak kering

2.

Urutkan spidol dalam gemggaman tanggan lain yang leluasa
dan letakkan kembali dalam urutan itu

3.

Berdirilah di sisi kanan tulisan

4.

Menjawab pertanyaan.

5.

Akhiri presentasi dengan diam dan duduk

Berbicara di muka umum. Atau lebih dikenal dengan public speaking dan pidato. Pidato
selain bersifat informatif, juga bisa digunakan sebagai upaya persuasif dalam rangka

mendapat dukungan. Karanjia yang dikurip Moore (1981) perencanaan dan penyusunan
pidato eksekutif harus menjadi bagian dari keseluruhan program humas suatu organisasi. Ia
menampilkan empat langkah untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut. :
1. Memilih kapan dan dimana
2. Putusan apa yang akan dibicarakan
3. Tulislah dulu siaran berita
4. Sekarang mulailah menyusun pidato
De Vito membagi metode penyampaian dalam public speaking ke dalam empat metode, yaitu
:
1. Impromptu. Kemampuan dalam menyampaikan pembicaraan impromptu bisa dipupuk
melaui kemampuan berbicara di muka umum
2. Manuskrip atau naskah. Pembicara membacakan naskah pidato bagi khalayak.
Metode ini paling aman digunakan dalam situasi yang menuntut ketepatan waktu dan
kata kata yang dipakai
3. Menghafal. Metode menghafal sering digunakan bila isi pembicaraan menyangkut
kasus kasus yang sensitif atau bila waktu yang disediakan sangat terbatas
4. Ekstemporer. Penyampaian dengan metode ini memerlukan persiapan yang
menyeluruh, mengingat gagasan gagasan pokok serta urutan kemunculan pesan yang
disampaikan. De Vito (1993) sangat menganjurkan metode ini untuk pembicaraan di
muka umum (public speaking). Kelebihan metode ekstemporer adalah persiapan yang
mendalam, dan pembicara tahu apa yang akan dia katakan, serta telah mematangkan
susunan penyampaiannya. Tips yang bisa digunakan dalam metode ekstemporer : a.
Hafalkan kalimat kalimat pembuka kurang lebih dua atau tiga kalimat pertama. B.
Hafalkan pokok pokok pembicaraan serta urutan penyajiannya. C. Hafalkan kalimat
penutup berulang kali dua atau tiga kalimat terakhir dari pembicaraan.
Ananto (1999) tehadap 292 resp