PACER dan Integrasi Ekonomi di Pasifik B

PACER (PACIFIC AGREEMENT ON CLOSER ECONOMIC RELATIONS) DAN
PERANNYA DALAM MENGINTEGRASIKAN EKONOMI REGIONAL DI PASIFIK
BARAT DAYA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Australia dan Pasifik Barat Daya

Oleh
Hendra Saktiono
NPM 0806317211

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2012

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan
bahwa makalah ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.


Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, 5 Januari
2012

Hendra Saktiono

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Sudah sejak lama sebenarnya wilayah Pasifik dikenal sebagai wilayah yang teduh,

damai, dan indah dalam geografisnya. Namun di balik keteduhan, kedamaian, dan keindahan
alamnya itu, wilayah Pasifik juga menyimpan bahaya yang tidak terlihat dan jarang sekali
disentuh karena kurang terjangkaunya wilayah ini dan juga ketertutupan dari pergaulan
internasional. Jaringan narkoba, penyelundupan manusia, obat terlarang dan lainnya masuk

ke Pasifik bersamaan dengan era Globalisasi.1 Negara-negara pulau di Pasifik juga dalam hal
sumber daya alam sangat terbatas dan seringkali mengalami bencana alam. Dengan kondisi
infrastuktur yang seadanya dan juga jaringan telekomunikasi yang jauh dari memadai maka
wilayah ini perlu untuk memperbaiki kekurangan tersebut agar mampu bertahan dalam
globalisasi. Globalisasi membawa arus informasi yang sangat cepat dan itu membutuhkan
jaringan komunikasi yang memadai. Globalisasi pun membutuhkan perjalanan yang cepat
dan itu membutuhkan infrastruktur yang memadai.
Melihat kekurangan di negara pulau Pasifik maka semua hal itu tidak memenuhi
syarat untuk bertahan dalam era globalisasi. Maka menghadapi hal tersebut, Forum Leaders
pada bulan April 2004 mengadopsi visi baru bagi wilayah Pasifik melalui Pacific Plan untuk
menciptakan jaringan yang kuat dan mendalam bagi negara-negara Pasifik melalui upaya
mendapatkan keuntungan dari berbagi sumber daya dan kerjasama antar pemerintah.
Integrasi ke dalam ekonomi dunia dari region ini merupakan visi utama untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran negara pulau Pasifik. Para pemimpin dari negara
pulau Pasifik menyadari bahwa dengan melalui pendekatan regional yang terintegrasi akan
secara efektif masuk ke dalam ekonomi dunia. Harapannya banyak untuk negara pulau di
Pasifik ini mengembangkan ekonominya bersama dengan Australia dan Selandia Baru.
Bergeraknya ekonomi akan menggerakkan barang dan sumber daya sehingga harapan untuk
mendapatkan nilai tambah barang tersebut akan menghasilkan pertumbuhan tenaga kerja dan
juga ekonomi

1 Workshop on Identifying and Addressing Possible Impacts of RTAs/FTAs Development on APEC Developing Member
Economies, Hanoi, Viet Nam, 28-30 June 2005

PACER atau Pacific Agreement on Closer Economic Relations merupakan
persetujuan payung yang disepakati oleh anggota dari Pacific Islands Forum bersama dengan
Australia dan Selandia Baru. PACER pertama kali ditandatangani di Nauru pada tanggal 18
Agustus 2001 dan secara resmi bekerja pada tanggal 3 Oktober 2002. PACER menawarkan
kerangka kerja untuk pembangunan perdagangan jangka penjang dan hubungan ekonomi
antar anggota dari negara pulau Pasifik bersama dengan Australia dan Selandia Baru. Latar
belakang diadakannya persetujuan PACER ini adalah kebutuhan dan kepentingan dari
negara-negara pulau Pasifik dengan Australia dan Selandia Baru. PACER menawarkan
sebuah kerangka kerjasama untuk menegosiasikan dan membantu negara pulau Pasifik untuk
memenuhi kebutuhan ekonominya.
Bantuan berupa fasilitas perdagangan ini datang dari Australia dan Selandia Baru
sebagai dua negara kuat di wilayah Pasifik Barat Daya dan memiliki posisi tawar yang kuat
di region ini. Melihat bahwa ketertutupan wilayah dari negara pulau Pasifik akan
berimplikasi kepada bukan hanya aspek politik melainkan juga ekonomi, PACER ditujukan
untuk membuka negara-negara tersebut dalam bantuan ekonomi. Hal ini tentu tidak dapat
dilepaskan akan intervensi dari Australia dan Selandia Baru yang memiliki kepentingan di
wilayah ini, sehingga banyak sekali lembaga yang menyuarakan akan fair trade dan

bukannya free trade atau free trade yang berkeadilan.2 Namun akan sebenarnya dalam jangka
waktu 8-10 tahun dari waktu ditekennya kerjasama ini, PACER boleh dikatakan sebagai
wadah perdagangan bebas yang unik dalam bentuk bantuan dan kerjasama ekonomi3, karena
ada PICTA (Pacific Island Countries Trade Agreement) waktu 8-10 digunakan sebagai
pengurangan tarif sampai dengan nol persen.4

2 Di antara lembaga yang fasih bersuara mengenai keadilan perdagangan tersebut di antaranya adalah Oxfam,
AidWatch, PANG (Pacific Network on Globalization), AFTINET (Australian Fair Trade and Investment Network)

3 World Bank: Pacific Islands Regional Economic Report: Embarking on a Global Voyage: Trade Liberalisation and
Complementary Reforms in the Pacific, September 2002.

4 Eminent Persons’ Group Review of the Pacific Islands Forum,April 2004

I.2

Rumusan Masalah
Makalah ini berusaha menjawab pertanyaan umum, “Bagaimana Peran Pacific

Agreement on Closer Economic Relations (PACER) dalam upaya mengintegrasikan

ekonomi regional di Pasifik Barat Daya?”, dengan pertanyaan spesifik sebagai berikut:
1. Bagaimana terbentuknya PACER dan hal yang melatar belakanginya?
2. Bagaimana posisi PACER dalam isu perdagangan di Pasifik?
3. Peran seperti apakah yang dimainkan PACER dalam integrasi ekonomi
dan apa dampaknya bagi negara yang terlibat dalam PACER tersebut?
I.3

Pendekatan : Pendekatan Sejarah Ekonomi menurut Douglas C. North
Secara garis besar, sejarah ekonomi , mempunyai perhatian mengenai kegiatan

ekonomi di masa yang lampau. Masalah-masalah yang ada hubungannya dengan sseorang
sejarawan ekonomi luasnya sama dengan minatnya terhadap pertumbuhan., kemandekan atau
merosotnya ekonomi; kemakmuran kelompok-kelompok individual dalam ekonomi senada
dengan arah perubahan ekonomi dan kegiatannya.5 Untuk masalah yang terakhir ini perlu
memusatkan kepada struktur masyarakat. Akibatnya sejarah ekonomi sering menumpahkan
perhatiannya kepada perpaduan bidang-bidang sejarah sosial dan sejarah politk. Meskipun
demikian, masalah besar dari sejarah ekonomi menitikberatkan kepada dua kategori: (1)
keseluruhan pertumbuhan ekonomi sepanjang waktu dan faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan itu (atau bisa pula kemandekan/kemerosotan), dan (2) distribusi pendapatan
dalam ekonomi tersebut bagi arah pertumbuhan atau kemunduran. Perhatian selanjutnya,

meliputi seluruh bidang yang menyangkut masalah kemakmuran dari pelbagai kelompok
dalam masyarakat selama terjadinya perubahan ekonomi pada masa lampau.
Perbedaan sifat sejarah ekonomi dibandingkan dengan disiplin ekonomi sendiri
adalah bahwa sejarah ekonomi terutama memperhatikan masalah-masalah masa lampau
daripada masa kini. Hal ini tentu berbeda dari penelitian sejarah pada umumnya yang tidak
hanya dengan perhatian khusus terhadap aspek ekonomi masyarakat masa lampau, melainkan
juga dengan melakukan pendekatan terhadap kerangka teori yang sistematis sebagai suatu
sumber generalisasi serta dengan penggunaan metode kuantitatif sistematis yang sepadan
dengan bukti-bukti yang terkumpul. Penggunaan jenis-jenis disiplin tersebut di atas untuk
membedakan sejarah ekonomi dari penelitian sejarah pada umumnya, mengakibatkan
5 Douglas C. North,dalam Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif Taufik Abdullah (ed) (Jakarta: Gramedia,
1985), hal. 171.

perubahan dalam disiplin tersebut pada masa-masa terakhir ini. Kerangka teori yang
digunakan dalam sejarah ekonomi adalah ekonomi itu sendiri. Kerangka ekonomi ini telah
dikenal dua abad yang lalu dalam arah yang terus-menerus berubah antara perkembangan
generalisasi dan pengujian mereka terhadap bukti empiris yang memberikan model-model
dasar

tertentu pada tingkah laku ekonomi.6 Pengujian keterangan-keterangan di dalam


sejarah ekonomi dapat dilakukan dengan beberapa bentuk. Dalam hal ini termasuk kepada
pengujian: (1) kebenaran empiris dari latar belakang kondisi; (2) bentuk-bentuk ketetapanketetapan logika; (3) kebenaran empiris dari kegunaan yang berhubungan dengan latar
belakang kondisi menuju kesimpulan-kesimpulan. Penegasan utama di mana untuk
memberikan keterangan tergantung kepada hal-hal yang memerlukan pertimbangan dan
adanya data. Dengan demikian, suatu keterangan tentang sebab musabab ketidakpuasan
misalnya dalam kasus di Amerika mengenai kaum petani pada akhir abad kesembilan belas di
Amerika Serikat yang menyatakan bahwa sumber-sumber ketidakpuasan ini adalah jatuhnya
harga hasil pertanian yang lebih cepat dari harga-harga barang-barang lain, dapat dibantah
dengan adanya data-data empiris bahwa harga hasil pertanian jatuhnya tidak lebih cepat
dibandingkan harga-harga lainnya. Suatu hipotesa yang mempertahankan bahwa perbudakan
akan jatuh di bawah bebannya sendiri tanpa suatu perang saudara berdasarkan kemungkinankemungkinan ekonomi perbudakan sebagai suatu institusi. Hal ini dapat dibantah dengan
hipotesa lain, apabila dalam pengujian yang demikian menunjukkan bahwa perbudakan
merupakan institusi yang menguntungkan. Analisis sejarah ekonom juga dapat melakukan
pengujian bantahan terhadap berbagai dalil. Dengan demikian argumentasi misalnya jalan
kereta api tidak member pembebasan bagi perkembangan ekonomi Amerika Serikat pada
abad kesembilan belas dapat dibantah dengan pengujian dalil sangggahan yang berdasakan,
bahwa biaya pemindahan barang dengan transportasi yang baik tidak akan lebih tinggi
daripada biaya pemindahan barang-barang melalui jalan kereta api. Pengujian semacam ini
melibatkan penentuan fungsi penyediaan jalan kereta api dan pelayanan transportasi tidak

dengan melalui kereta api.7
Teknik metodologi yang untuk sejarah ekonomi ini sebagai gambaran yang luas dapat
menjelaskan seluruh proses penelitian dan pengujian yang melibatkan beberapa masalah.
Hipotesa misalnya bahwa kebijaksanaan kerajaan Inggris menurunkan pendapatan koloni
Amerika pada tahun 1763-1775 akan membantu untuk contoh ini. Hipotesa ini secara tidak
langsung sebagai sautu pernyataan sanggahan bahwa tidak adanya kebijaksaaan pendapatan
6 Ibid, hal. 175.
7 Ibid, hal 176.

khusus Inggris dan koloni-koloni telah memberikan pertambahan yang berarti. Pada dasarnya
informasi ini memerlukan suatu jawaban yang tepat terhadap pertanyaan ini, yaitu
pendapatan yang sebenarnya daripada orang-orang koloni antara tahun 1763 dan 1775,
sebagai sanggahan pendapatan hipotesa orang-orang koloni akan diterima selama periode ini
didalam kekosongan kebijaksanaan Inggris (sebagai suatu negara bebas di luar peraturan dan
perlindungan Inggris). Sejak pendapatan yang nyata dari kaum koloni tidak diketahui,
masalah tersebut tidak dapat dipecahkan secara langsung, tetapi apabila hal ini boleh dibahas
kembali secara tidak langsung dengan pengukuran perbedaan bersih dalam hal pendapatan
yang terjadi, kebijakasanaan-kebijaksanaan khusus dapat dihapuskan. Pertama-tama yang
menjadi analisis adalah bahwa keingintahuan akan pengetahuan yang mendalam tentang
struktur dan sifat-sifat dari ekonomi colonial dan aspek khusus dari undang-undang pelayaran

navigasi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan kerajaan Inggris lainnya yang dilanggar sejak
ekonomi colonial. Hal ini akan dicatat bahwa proses pemilihan fakta-fakta sebagai suatu
bagian dari latar belakang kondisi-kondisi tertentu melibatkan suatu teori, karena hal ini tidak
mungkin memisahkan hubungan faktor-faktor penting dari hal-hal lain yang tidak relevan
tanpa didasari pertimbangan suatu teori tentang cara-cara pelaksanaan ekonomi. Demikianlah
penjelasan mengenai kerangka teori yang digunakan dalam analisis untuk tema makalah ini.
Di satu sisi memang dalam penelitian sejarah ekonomi ini membutuhkan akurasi mengenai
struktur sosial masyarakat yang diibaratkan sebagai latar belakang atau panggungnya dan
orang-orang yang terlibat sebagai pemainnya. Analisis yang mendalam mengenai data-data
dan fakta memang dibutuhkan dalam penelitian ini tetapi tidak saja akan dibatasi dalam
lingkup data kuantitatif saja namun juga harus bisa menjelaskan secara argumentatif di luar
data tersebut bila data kuantitatif sulit untuk diakses. Apalagi PACER ini tergolong belum
lama dalam kerjanya, maka penulis akan menggunakan data sekunder berupa analisis dari
forum, pakar, ataupun kajian tematis. Harapannya agar tidak mengurangi kualitas analisis
dengan menggunakan pendekatan sejarah ekonomi ini.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1


Terbentuknya PACER (Pacific Agreement on Closer Economic Relations)
PACER atau Pacific Agreement on Closer Economic Relations pertama kali menjadi

kesepakatan antara negara-negara FIC (Forum Island Country) yang berjumlah 14 negara
FIC yakni Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati, Marshall Islands,
Nauru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu dan Vanuatu
dengan tambahan dua negara yakni Australia dan Selandia Baru. 8 Diumumkan pada tanggal
18 Agustus 2001, PACER ditandatangani oleh 14 negara FIC menjadi titik tolak negaranegara di Kepulauan Pasifik memasuki era perdagangan baru lebih dekat lagi dengan
Australia dan Selandia Baru. Selain ditandatangani oleh 14 negara FIC tersebut, juga turut
diratifikasi. Hal ini bisa dilihat dalam table berikut ini:
Ratifikasi pada awal disepakatinya PACER:

Meliputi hal-hal sebagai berikut:
-

create an enabling economic environment (through tackling issues including the
provision of infrastructure services, public enterprises, commercial legal

8 Asian Development Bank – Pacific Studies Series, Penelitian oleh Profesor Ron Duncan dari Pacific Institute of Advanced
Studies in Development and Governance, University of South Pacific, Fiji, 2008.


environment, regulatory reform, competition policy, transportation and labour
market reform);
-

manage fiscal implications;

-

establish and enhance trade facilitation programmes;

-

develop internationally compliant financial systems; and develop private sector
capacity to exploit trade opportunity.9

9 Workshop on Identifying and Addressing Possible Impacts of RTAs/FTAs Development on APEC Developing Member
Economies, Hanoi, Viet Nam, 28-30 June 2005

Melihat kepada hal-hal yang diratifikasi oleh 14 negara FIC ini menunjukkan bahwa
PACER lebih ditujukan kepada langkah antisipasi terhadap globalisasi. Globalisasi di Pasifik
Barat Daya telah banyak membawa perubahan. Perubahan tersebut di antaranya menyangkut
perubahan iklim dan lingkungan ekonomi yang harus diantisipasi secara baik. Bila tidak
maka akan membawa negara-negara di Pasifik Barat Daya tersebut tidak siap untuk
menghadapi globalisasi. Bisa dilihat dalam tujuan pertama adalah penciptaan lingkungan
ekonomi bukan hanya fisik tetapi menyangkut pula peraturan-peraturan yang terkait dengan
kebijakan pemerintah. Adalah penting untuk digaris bawahi bahwa dengan kondisi
lingkungan negara-negara FIC yang sebenarnya rawan, baik itu rawan bencana atau pula
kejahatan dan lain sebagainya, dimasukannya unsur peraturan yang akan dikeluarkan
pemerintah akan mendorong pemerintah untuk bertindak aktif sendiri mengatasnamakan
negara FIC dan bukannya Australia ataupun Selandia Baru yang memungkinkan kedua
negara besar di Pasifik itu masuk lewat perusahaan-perusahaannya. Selain itu, dengan
mendorong perbaikan kepada transportasi dan juga reformasi dari pasar buruh juga terkait
dengan dampak dari globalisasi itu sendiri. Kesimpulannya adalah bahwa negara-negara di
FIC ini akan dibuka untuk masuknya unsur-unsur swasta ke negeri tersebut. Hal ini bisa
dilihat dalam poin ketiga dan keempat hal yang diratifikasi misalnya adalah untuk
memantapkan dan meningkatkan program fasilitasi perdagangan, Jadi PACER ini selain
sebagai sarana atau wadah pembangunan fisik bagi 14 negara FIC juga sebagai sarana
bantuan perdagangan dan juga akan masuk kepada bantuan ekonomi bagi negara-negara FIC
ini. Bantuan perdagangan datang dari Australia dan Selandia Baru, tidak menutup pula
bantuan akan datang dari Uni Eropa dan juga Amerika Serikat yang telah meneken
perjanjian lain di luar PACER tetapi masih terkait dalam hal rantai koneksi perdagangan
dalam Economic Partnership Agreement (EPA).10
Terbentuknya PACER memang tidak terlepas dari perjanjian-perjanjian yang
mendahului terutama antara negara-negara FIC dengan dua negara besar tetangga mereka
yakni Australia dan Selandia Baru. SPARTECA atau South Pacific Regional Trade and
Economic Cooperation Agreement yang sudah di tandatangani semenjak tahun 1981
mengurus mengenai kewajiban dan akses bebas kuota yang diberikan kepada 14 negara FIC
menyangkut ekspor barang ke Australia dan Selandia Baru.11 Perjanjian yang ditandatangani
melalui SPARTECA merupakan pendahuluan dari PACER yang secara khusus melibatkan
10 Asian Development Bank, Loc. Cit, hal. 11.
11 Pacific Institute of Public Policy, Beyond the Fish and Coconut: Trade Agreements in Pacific Islands, Briefing Paper,
Agustus 2008, hal. 3.

dua negara besar yakni Australia dan Selandia Baru dengan negara-negara pulau
tetangganya. Tidak lain tujuan dari Australia dan Selandia Baru yang melihat negara-negara
di Pasifik ini tidak tersubordinasi terhadap lingkungan ekonomi yang dipayungi oleh sebuah
kerjasama ekonomi. Selain itu, dengan melihat kurang stabilnya kawasan ini di mana
seringkali terjadi konflik juga turut mengundang Australia dan Selandia Baru “mengikat”
negara-negara yang termasuk di dalamnya dalam perjanjian ekonomi. Oleh karenanya
PACER dan perjanjian sejenisnya mengangkat isu integrasi kawasan. Hal ini menarik
melihat negara-negara di Pasifik ini tidaklah homogen dan bila ditambah Australia serta
Selandia Baru akan terlihat perbedaan-perbedaan yang mencolok. Negara kecil di Pasifik ini
selalu melihat bangsa asing sebagai bangsa yang ingin menaruh kekuasaan kepada
wilayahnya, tentu hal ini terkait dengan kepercayaan mereka yang sangat tinggi dengan alam
dan lingkungan mereka. Namun di dalam SPARTECA harus diakui banyak sekali manfaat
yang didapat oleh negara-negara Pasifik ini, misalnya adalah proporsi barang yang diekspor
ke Australia dan Selandia Baru oleh Niue saja mencapai 98 persen dan Samoa hanya
mencapai setengahnya saja, sedangkan Fiji dan Papua Nugini hanya mencapai seperempat.12
Bisa dibayangkan negara pulau sekecil Niue mendapatkan keuntungan dari hasil
perdagangan bisa lebih besar dari negara tetangganya. Namun dibalik semua itu terdapat
tantangan yang masih harus dihadapi. Tantangan yang harus dihadapi oleh para pembantu
pemasaran di negara-negara Pasifik adalah masalah kualitas, kebersihan, dan konsistensi.
Negara-negara pulau tersebut belum biasa berdagang dengan negara berkembang yang
modern semacam Australia dan Selandia Baru. Masalah transportasi, komunikasi serta
minimnya pengalaman membuat perdagangan negara FIC masih membutuhkan proses,
ditambah lagi dengan bancana alam. Oleh karenanya PACER dibuat sebagai jawaban
terhadap tantangan tersebut.

12 Ibid.

II.2

PACER (Pacific Agreement on Closer Economic Relations) dan Isu

Perdagangan di Pasifik
PACER dalam tujuannya perlu digaris bawahi tidak ingin ditempatkan sebagai
kerjasama dalam kerangka perdagangan bebas. Lebih ditujukan sebagai bantuan perdagangan
kepada negara-negara FIC, PACER terkait erat dengan SPARTECA yang jauh sudah
diimplementasikan semenjak tahun 1981. Selain itu, PACER juga terkait dengan PICTA atau
Pacific Islands Countries Trade Agreement yang disepakati pada tahun 2003, yang
merupakan wadah terkait dengan perdagangan bebas di mana tujuannya bagi barang-barang
yang diimpor dari negara-negara FIC yang berasal dari local negara tersebut sebesar empat
puluh persen akan dikenakan tarif nol persen pada tahun 2021.13 PICTA menjadi wadah
kerjasama perdagangan bebas di mana Australia dan Selandia Baru tidak termasuk ke
dalamnya. Perbedaannya pun antara PACER dan PICTA adalah bila PACER ditandatangani
dan diratifikasi oleh seluruh negara-negara FIC maka PICTA hanya 9 negara. Dengan
pemberlakuan tariff nol persen sampai dengan jangka waktu 10 tahun sejak diberlakukannya
di tahun 2003, dalam PICTA ada tiga negara yang dekat dengan Amerika Serikat (Compact of
Free Association) pemberlakuannya sampai 13 tahun.14 Dengan PICTA ini, maka negaranegara FIC memasuki era perdagangan bebas di antara negara-negara tersebut, di mana
sebenarnya PICTA ini menjadi batu loncatannya. Oleh karenanya, isu perdagangan bebas di
regional Pasifik akan terkait selain kepada negara-negara FIC juga akan terkait dengan
negara-negara besar yang biasanya menjadi donatur atau penyedia bantuan seperti dana atau
perangkat peraturan yang berasal dari negara-negara besar tersebut. Dalam hal ini misalnya
terlihat Amerika Serikat dan EU cukup dominan bekerja dalam kerangka kerjasama EPA atau
Economic Partnership Agreement atau melalui PICTA ini yang ditujukan sebagai batu
loncatan untuk perdagangan bebas yang lebih luas lagi tidak hanya sekedar antara negaranegara di Pasifik itu saja. Karena isu perdagangan bebas atau globalisasi tidka dibawa oleh
negara-negara Pasifik ini melainkan oleh negara-negara besar yang biasa memainkan peran
dalam lingkup regional maupun interregional.

13 Ibid, hal. 2.
14 Asian Development Bank, Loc. Cit, hal. 8.

PICTA menjadi batu loncatan yang berharga karena inisiatif di dalamnya selain
menyangkut kepada perdagangan bebas juga menyangkut kepada isu penyatuan regional atau
integrasi regional. Termasuk tujuan lengkap dari PICTA di dalamnya adalah:
1. Untuk memperluas kerjasama, membedakan, dan mengintegrasikan perdagangan
di antara anggota.
2. Untuk mempromosikan integrasi regional.
3. Menyediakan “batu loncatan” ke dalam proses globalisasi.
4. Untuk memperkuat posisi tawar dalam negosiasi untuk para anggota dalam
menghadapi perdagangan bebas dengan Australia, Selandia Baru, dan EU.
5. Untuk menyediakan dasar bagi negosiasi tersebut.15
Antara poin 1 sampai dengan 3 merupakan penguatan internal antara negara-negara
FIC untuk menghadapi poin 4 sampai dengan 5 yang jelas menyebutkan aktor dari hubungan
perdagangan yang akan melibatkan dengan negara-negara FIC tersebut. Kendati terlihat
sangat ‘liberal’ tujuan dari PICTA yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas
pembangunan ekonomi di negara-negara FIC dengan masuknya kekuatan global dan regional
belum juga sampai ada peningkatan yang signifikan di antara negara-negara FIC dalam
kemajuan ekonominya. Pun sebenarnya negara-negara Pasifik ini paham betul negara dan
regional besar yang mereka hadapi, oleh karenanya beberapa negara dalam implementasi dari
PICTA ini menerapkan perlindungan terhadap industri yang tengah berkembang di antara
negara-negara FIC ini. Lewat PICTA inilah sebenarnya mulai dibukanya pasar besar di
negara-negara FIC kendati PICTA ini berlabel untuk negara-negara FIC saja tetapi karena
adanya unsur kerjasama dalam perdagangan bebas, telah dimanfaatkan secara baik oleh
Australia dan Selandia Baru yang kemudian menerapkan kerjasama yang lebih efektif dalam
PACER. Penerimaan serta merta negara-negara FIC ini terhadap negara tetangga mereka
yang jauh lebih besar dalam kapasitas ekonomi mereka justru dilihatnya bukan sebagai
ancaman dalam tahap ideal perjanjian-perjanjian kerjasama tersebut. Dengan terdorongnya
aktor seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan EU mereka melihatnya sebagai
‘pemberi jalan terang’ menghadpi globalisasi.

II.3

PACER (Pacific Agreement on Closer Economic Relations) dan Integrasi

Ekonomi Regional

15 Workshop on Identifying and Addressing Possible Impacts of RTAs/FTAs Development on APEC Developing Member
Economies, Hanoi, Viet Nam, 28-30 June 2005

Globalisasi bagaimanapun juga telah memasuki sendi-sendi kehidupan di berbagai
belahan dunia, tak terkecuali di regional Pasifik Barat Daya. Mengapa lantas kemudian
negara-negara FIC bisa dengan mudah menerima paket kerjasama yang ditawarkan oleh aktor
yang sudah punya pengalaman global dalam pengaruhnya baik itu dalam politik maupun
ekonomi adalah karena adanya tekanan globalisasi. Tekanan globalisasi membuat negaranegara FIC mau tidak mau harus membuka diri dari pergaulan internasional. Selain itu, faktor
sejarah negara-negara di FIC yang memang pernah mencicipi sentuhan asing membuat
mereka bukanlah wilayah yang terlalu terpencil dan tidak bisa dijangkau. Tekanan globalisasi
juga menimbulkan ancaman yang bisa berdampak buruk bagi negara-negara di FIC yakni di
antaranya adalah potensi buruk termarginalisasi dari politik dan ekonomi internasional, dalam
hal perdagangan bila tidak berorientasi keluar maka akan timbul masalah berupa tidak
mampunya mereka bersaing dengan negara di regional lain, selain itu revolusi komunikasi
memungkinkan perdagangan memasuki kebijakan-kebijakan baru, hal mana akan sulit
diadaptasi bila negara-negara di FIC tidak segera mungkin mengatasi tekanan globalisasi ini.
Globalisasi pun tidak akan serta merta mengikutsertakan negara-negara FIC untuk langsung
terjun dalam kancah persaingan global, oleh karenanya butuh adanya proses. Proses dalam
hal ini salah satunya adalah dengan perangkat kerjasama seperti PACER atau PICTA.
Integrasi ekonomi regional dengan demikian merupakan syarat menuju globalisasi tersebut.
Dengan wilayah yang tidak terlalu besar, seringnya terjadi bencana dan juga infrastruktur
yang belum memadai sebenarnya negara-negara di FIC belum siap benar untuk menghadapi
globalisasi. Maka PACER merupakan perangkat kerjasama agar proses keberlanjutan
pembangunan ekonomi di wilayah FIC terus meningkat kapabilitasnya. Dalam poin
perjanjiannya memang PACER tidak dimaksudkan sebagai wadah kerjasama perdagangan
bebas, tetapi sebagai fasilitasi perdagangan. Dua poin penting mengenai PACER ini adalah
fasilitasi perdagangan dan juga promosi perdagangan di mana dua negara yang tidak terlibat
dalam PICTA yakni Australia dan Selandia Baru menyediakan bantuan keuangan dan bantuan
teknis perdagangan.16 Fasilitasi perdagangan mempunyai tujuan untuk memodernisasi sistem
pendukung perdagangan untuk meningkatkan volume dan kualitas dari perdagangan negaranegara FIC itu sendiri. Dalam era global saat ini, perdagangan merupakan hal dasar untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun sebagian besar negara yang belum maju
mendapatkan persaingan keras dari produsen asing, sehingga meningkatkan kapasitas dan
kualitas produksi merupakan jalan bertahan dari globalisasi sekaligus memanfaatkannya.

16 Ibid.

Liberalisasi perdagangan bagaimanapun juga bukan merupakan istilah yang dikenal
oleh negara-negara FIC. Agaknya memang aneh bila kemudian negara-negara FIC justru
memberlakukannya antar mereka sendiri dalam PICTA. Selama belum diberlakukannya
PICTA dan sudah diimplementasikannya PICTA, negara-negara FIC memiliki kendala dalam
mendorong perusahaan negara mereka. Dengan dilindungi oleh pajak dan peraturan lain,
pemberlakuan perdagangan bebas antara negara-negara FIC membuat pemerintah tersebut
tidak siap dan dampaknya “menghukum” industri ekspor yang potensial. Intinya adalah
negara-negara FIC ini secara struktur ekonominya belum siap untuk menghadapi globalisasi.
Oleh karenanya, opsi dari PICTA dengan pemberlakuan perdagangan bebas antar negaranegara tersebut bukanlah opsi yang baik. Opsi tersebut dinilai mengabaikan struktur ekonomi
dan masyarakat dari negara-negara FIC dan dampaknya adalah kehilangan pendapatan dari
tarif. 17

Tarif secara tradisional merupakan suumber pemasukan yang utama di Pasifik.
Sebagaimana terlihat dalam tabel misalnya, tarif di Vanuatu bahkan hampir seperempat dari
17 Centre For International Economics, Pacific Islands Economies: The Role of International Trade and Investment,
Canberra and Sydney, January 2007, hal. 23.

pemasukan di Vanuatu. Pun demikian dengan Kiribati yang mencapai lebih dari dua puluh
persen. Pada tabel kedua memperlihatkan lebih jauh bahkan rata-rata pendapatan negaranegara FIC didapat dari tarif di atas dua puluh persen. Pendapatan yang didapat dari tarif ini
memang dikondisikan karena negara-negara di Pasifik tersebut belum memiliki kapasitas
dalam memproduksi barang dengan nilai tambah. Oleh karenanya, tarif yang tinggi menjadi
tren sumber pendapatan utama negara-negara FIC. Di satu sisi ini pun menjadi kendala di
negara-negara FIC dalam menyesuaikan kondisi perekonomian mereka terhadap dunia
internasional. Dengan tarif yang tinggi membuat harga-harga naik sedemikian drastis. Namun
ada pengecualian dengan pemberlakuan tarif implikasi dari pemberlakuan perdagangan
antara negara-negara FIC dengan Australia misalnya dikenakan tarif yang kecil.
Berikut pemberlakuan tarif terhadap barang-barang di negara FIC yang diambil dari
International Trade Centre pada tahun 2009:

Tabel untuk untuk semua produk menunjukkan bahwa Micronesia (FSM), Palau dan
Papua Nugini memiliki rataan tarif yang lebih kecil ketimbang Australia yakni sebesar 4.21
persen ketimbang Australia yang mencapai 9.42 persen, ini bisa berimplikasi kepada
perdagangan tanpa hambatan tarif antara negara-negara FIC yang ingin mengekspor ke
Australia dalam bidang pertanian akan sangat menguntungkan. Diharapkan di masa yang
akan datang akan terjadi penurunan tarif untuk menjaga kelancaran dari investasi di negaranegara FIC. Juga dengan peningkatan kapasitas dukungan bantuan dari Australia kepada
negara-negara FIC yang akan semakin meningkatkan kualitas dari produk yang dijual oleh
negara-negara Pasifik. Peningkatan kualitas produk dan kapasitas produksi dari barangbarang yang dijual oleh negara-negara FIC akan meningkatkan pertumbuhan seiring dengan

pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut. Hanya saja memang untuk ukuran negaranegara di Pasifik Barat Daya ini masih membutuhkan waktu untuk mencapai tujuan tersebut.
Terciptanya kesempatan dalam bantuan perdagangan antara negara-negara FIC dengan
Australia dan Selandia Baru turut pula diupayakan efisiensi ekonomi sesuai dengan prinsip
ekonomi modern sehingga bukan saja ekonomi akan berjalan efisien tetapi juga efektif dalam
jangka waktu yang lama. Dengan demikian integrasi ekonomi akan tercapai melalui suatu
pencapaian institusi regional yang berhasil memanfaatkan institusi multilateral misalnya
adalah WTO (World Trade Organization) atau FAO (Food and Agriculture Organization).
Karena salah satu tujuan besar dari PACER atau PICTA adalah menguatkan integrasi
ekonomi regional untuk menyatu dengan sistem ekonomi internasional. Hal demikian tak bisa
tercipta bila masih tingginya hambatan-hambatan dalam perdagangan baik tarif maupun nontarif. Akan sangat sulit kiranya memberlakukan perdagangan dengan tarif yang sangat tinggi,
dengan begitu akan menjadi ekonomi yang berbiaya tinggi. Negara-negara FIC masih bisa
menjanjikan masa depan ekonomi yang baik misalnya dalam bidang pertanian, perikanan,
jasa, dan pariwisata. Kehadiran Australia dan Selandia baru di satu sisi memang akan
menimbulkan kontroversi terkait kepentingan kedua negara besar di regional Pasifik ini
dalam keterlibatannya dalam PACER. Namun penting untuk menjaga negara-negara di
Pasifik ini dalam perdagangan multilateral dan tidak keluar dari jalur itu dengan terlebih
dahulu mengupayakan integrasi ekonomi regional. Globalisasi telah sebenarnya telah
membawa tawaran perubahan bagi negara-negara di FIC ini menuju integrasi ekonomi
internasional kendati tantangan dan hambatan masih banyak ditemui.

BAB III
KESIMPULAN
Sebagaimana latar belakang terbentuknya PACER untuk menghadapi tantangan dari
globalisasi, maka PACER diharapkan berperan dalam membangun iklim ekonomi yang baik
melalui penciptaan infrastruktur, tenaga kerja dan juga penciptaan regulasi untuk
mendukungnya dan mengintegrasikannya dengan sistem internasional untuk mencapai
kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang baik. PACER memang masih terus berjalan
dan masih terus menyesuaikan dengan kondisi dari negara pulau Pasifik yang belum
sepenuhnya bisa menyerap semua hal yang direncanakan dalam pertemuan-pertemuan

PACER. Karena sifatnya adalah bantuan dan fasilitas ekonomi dari Australia dan Selandia
Baru dari tahun awal disepakatinya sampai hari ini di negara pulau Pasifik mengalami
kemajuan dengan disorotinya isu-isu ekonomi yang terjangkau dari dunia internasional di
mana sebelumnya tidak diketahui. Ini memungkinkan kerjasama antarnegara pulau Pasifik
tidak akan terbatas hanya dengan Australia dan Selandia Baru tetapi juga negara lain dan
juga lembaga lain seperti WTO, FAO, Bank Dunia dan sebagainya. Namun dalam rangka
pembangunan ekonomi di negara-negara Pasifik tersebut memperhatikan kembali kondisi
struktur ekonomi, politik dan masyarakat yang akan terus menyesuaikan dengan
perkembangan terjadi karena PACER pola bantuannya adalah asimetris, antara Australia dan
Selandia Baru tidak dalam posisi yang sama dengan negara-negara FIC. Kondisi demikian
akan terbaca sebagai eksploitasi negara yang lebih maju terhadap negara yang belum
berkembang,

oleh

karenanya

kerjasama

yang

saling

menghormati

dan

saling

menguntungkan harus terus diupayakan dalam kerangka kerjasama yang tidak bersifat
perdagangan bebas seperti PACER ini. Dengan demikian dampak yang terasa pada negara
pulau Pasifik adalah terciptanya peluang untuk membangun ekonomi dengan seluas-luasnya
dari yang awalnya bertujuan regional menjadi terintegrasi dengan dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Abdullah, Taufik. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia
Arsip:
PACER Document, Nauru, 18 Agustus 2001 dari www.forumsec.org (diunduh pada 9
Desember 2011, pukul 20.36)

Jurnal/Workshop/Penelitian Makalah:
Asian Development Bank – Pacific Studies Series, University Of South Pacific, 2008
Centre For International Economics, Pacific Islands Economies: The Role of International
Trade and Investment, Canberra and Sydney, Januari 2007
Eminent Persons’ Group Review of the Pacific Islands Forum, April 2004
International Trade Centre, 2009
Pacific Institute of Public Policy, Beyond the Fish and Coconut: Trade Agreements in Pacific
Islands, Briefing Paper, Agustus 2008
Workshop on Identifying and Addressing Possible Impacts of RTAs/FTAs Development on
APEC Developing Member Economies, Hanoi, Viet Nam, Juni 2005
World Bank: Pacific Islands Regional Economic Report: Embarking on a Global Voyage:
Trade Liberalisation and Complementary Reforms in the Pacific
Sumber dari LSM Internasional:
AFTINET (Australian Fair Trade and Investment Network)
AidWatch
Oxfam
PANG (Pacific Network on Globalization)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24