T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi (Studi pada Program Studi Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukkan Universitas Kristen SatyaWacana) T2 BAB II

Bab 2
Telaah Pustaka
2.1. Penjaminan Mutu
Penjaminan
sebagai

mutu

indikator

persaingan

merupakan

dalam

perguruan

faktor

menghadapi


penting
tingkat

tinggi.Mengacu

pada

pemahaman tersebut, maka tidaklah mengherankan
apabila

pemerintah

mengeluarkan

Peraturan

Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang standar
pendidikan


Nasional.Dimana

dalam

peraturan

pemerintah ini, salah satu amanat adalah melakukan
supervisi

penjaminan

mutu

perguruan

tinggi.Penekanan pada penjaminan mutu perguruan
tinggi

dimaksudkan


guna

menjaga

persaingan

sumberdaya manusia baik pada level nasional maupun
internasional.Hal

inilah

yang

menjadi

landasan

pentingnya penjaminan mutu pada perguruan tinggi.
Mengacu pada paparan di atas, maka hal ini
dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan. Mengacu pada peraturan
tersebut, maka penjaminan mutu dimaksudkan sebagai
kegiatan

sistemik dan

program

pendidikan,

terpadu

oleh

penyelenggara

satuan

atau


satuan

atau

program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah,
dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Oleh karena itu

tujuan

yang

ingin

dicapai

adalah

peningkatan


kecerdasan kehidupan manusia, melalui kecerdasan
pengetahuan dan perilaku. Selaras dengan tujuan yang
ingin

dicapai,

maka

diharapkan

pendidikan bermutu. Dimana

akan

tercapai

pendidikan bermutu

merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dan meraih kehidupan yang lebih baik, maju,
dan berkeadilan di masa depan (Diklat pengembangan
kapasitas SDM Penjaminan Mutu Pendidikan, 2012).
Guna mencapai hal tersebut, maka diperlukan
peningkatan

kualitas

pendidikan.

Ridwan

Idris,

menyatakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan
merupakan

proses

terintegrasi


dengan

peningkatan

kualitas

sumberdaya

manusia.

proses
Guna

menjawab tantangan tersebut, maka lebih jauh, Ridwan
Idris menyatakan bahwa usaha tersebut dapat dijawab
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem

evaluasi,


pengembangan
pelatihan

bagi

perbaikan

dan

pengadaan

tenaga

sarana

pendidikan,

materi


pendidik

ajar,

dan

serta
tenaga

kependidikan.
Namun terdapat permasalahan dalam menjawab
tantangan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut
Umaedi dalam Idris (2009), terdapat 2 (dua) faktor
yaitu: 1) strategi pembangunan pendidikan yang selama
ini lebih bersifat input oriented; dan ke-2) pengelolaan
pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented,
yang menekankan pada peran pemerintah pusat. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat

terlihat dari mutu pendidikan tersebut. Lain halnya

dengan

Crosby

(1979)

merupakanConformance
dimaksudkan

melihat
to

bahwa

requirement.

sebagai

mutu

Hal

pemenuhan

ini

terhadap

persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. Disisi
lain,

Johnson

(1993)

lebih

melihat

bahwa

mutu

merupakan kemampuan suatu produk atau jasa dalam
pemenuhan kebutuhan pelanggannya. Hampir senada,
Render dan Heizer (2001) memberikan pemahaman
mengenai mutu yang mengacu dari American Society
for Quality Control, yang menyatakan bahwa mutu
adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau
jasa

yang

menunjukkan

kemampuan

untuk

memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas
maupun yang tersembunyi. Sedangkan Deming dalam
Sallis

(2002)

keselarasan

lebih

memandang

antara

konsumen.Garvin

dan

pada

kebutuhan
Davis

terjadinya

pasar

(1994)

dan

memberikan

pemahaman bahwa mutu selalu berkenaan dengan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga

kerja,

proses

dan

tugas,

serta

lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan.
Sedangkan Goetsch dan Stanley (2006)melihat
bahwa

mutu

adalah

keadaan

dinamik

yangdiasosiasikan dengan produk, jasa, orang, proses,
lingkungan

yang

mencapai

ataumelebihi

harapan.Dapat dikatakan mutu merupakan salahsatu
daya

tarik

penting

bagi

suatu

lembaga

pendidikan.Semakin baik mutu yang di hasilkan maka

dapat menarik konsumen untuk menikmati produkproduk yang disediakan oleh lembaga pendidikan
tersebut.Mengacu

pada

pemahaman

diatas,

maka

dalam pendidikan perhatian terhadap mutu merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan
pendidikan

tersebut.Oleh

karena

itu,

perhatian

terhadap mutu pendidikan tertuang dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003.
Dimana pada pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa :
Standar

nasional

pendidikan

adalah

kriteria

minimaltentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih
lanjut dalam Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan tentang
kriteria tentang standar nasional pendidikan.Dimana
kriteria

minimal

standar

nasional

pendidikan

ini

terdiriatas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga

kependidikan,

pengelolaan,pembiayaan,

sarana
dan

dan

penilaian

prasarana,
pendidikan

yang harusditingkatkan secara berencana.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka suatu
lembaga pendidikan harus mampu menyediakan mutu
yang

sesuai

dengan

tuntutan

masyarakat

dan

pemerintah.Kehadiran mutu tidak hanya dipandang
sebagai faktor pelengkap lembaga pendidikan, namun
lebih daripada itu mutu merupakan indikator dalam
menjamin
pendidikan.

keberlangsungan

sebuah

lembaga

2.2. Peningkatan Mutu Berdasarkan
Akreditasi
Pada

hakekatnya

peningkatan

mutu

layanan

perguruan tinggi merupakan suatu kebutuhan yang
tidak

terelakkan

dan

sangat

mendesak.Melalui

peningkatan mutu layanan, maka perguruan tinggi
dapat

mempertahankan

eksistensinya

di

tengah

persaingan dan kompetisi yang ada saat ini.
Ditinjau dari tujuan kehadiran perguruan tinggi,
maka hal ini mengacu pada Peraturan pemerintah No.
30 tahun 1990, yang menyatakan bahwa perguruan
tinggi merupakan organisasi satuan pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan di jenjang pendidikan
tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dimana berdasarkan undang-undang tersebut, maka
perguruan tinggi memiliki fungsi sebagai : 1) Membina
kualitas hasil dan kinerja Perguruan Tinggi, agar dapat
memberi sumbangan yang nyata kepada perkembangan
IPOLEKSOSBUD

di

pengembangan

Perguruan

perkembangan
tersedianya

di

masyarakat;

2)

Merencanakan

Tinggi

menghadapi

masyarakat.

sumberdaya

3)

untuk

Mengupayakan

menyelenggarakan

tugas-tugas fungsional dan rencana perkembangan
Perguruan

Tinggi;

manajemen

4)

Perguruan

Menyelenggarakan
Tinggi,

yang

pola

dilandasi

Paradigma Penataan Sistem Pendidikan Tinggi, dengan
sasaran
kondusif

utama
untuk

pendidikan tinggi.

adanya

suasana

pelaksanaan

akademik

kegiatan

yang

fungsional

Mengacu pada hakekat kehadiran dan fungsi
perguruan tinggi, maka peran perguruan tinggi perlu
diletakkan dalam membangun karakter bangsa melalui
pengembangan
pengabdian

ilmu

pengetahuan,

terhadap

penelitian

masyarakat.Oleh

dan

karena

itu,

perguruan tinggi perlu mempersiapkan diri dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan hidup
dalam

dinamika

tantangan

masyarakat.Guna

tersebut,

maka

perguruan

menjawab
tinggi

perlu

mempersiapkan strategi peningkatan kualitas mutu
yang

melibatkan

mahasiswa

yang

didik,

dosen,

maupun sarana prasaran yang ada.Adanya fakta yang
terjadi di pasar, dimana perguruan tinggi dituntut
untuk menyediakan produk-produk yang berbasis pada
mutu.Asmawi

(2005),

melihat

bahwa

dewasa

ini

menunjukkan bahwa mutu lulusan perguruan tinggi
tidaklah seperti yangdiharapkan dunia kerja.Terdapat
banyak perguruan tinggi yang mengalami penurunan
mutu

lulusan.Dimana

penurunan

jumlah

hal

ini

berdampak

pada

penerimaan

mahasiswa

pada

perguruan tinggi tersebut.Mengacu pada pemahaman
tersebut, maka dibutuhkan strategi dalam menjaga dan
mempertahankan

eksistensi

perguruan

tinggi

tersebut.Hal ini dapat terjadi apabila perhatian dan
prioritas

mutu

layanan

menjadi

faktor

yang

diperhatikan oleh perguruan tinggi tersebut.
Dalam mengukur mutu dan kualitas layanan pada
perguruan tinggi, maka di Indonesia pada saat ini di
tentukan melalui regulasi yang di atur dalam Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).Peran

BAN-PT

adalah

melakukan

akreditas

terhadap

perguruan tinggi, dengan mengacu pada indikator atau
standar

yang

telah

ditetapkan.

Oleh

karena

itu,

perguruan tinggi akan diakui keberadaannya dan dapat
mengeluarkan

ijasah/sertifikatapabila

telah

terakreditasi. Pada saat ini BAN-PT merupakan satusatunya lembaga yang ditunjukan oleh pemerintah
dalam melakukan evaluasi mutu dan kualitas layanan
perguruan tinggi. Akreditasi institusi perguruan tinggi
dipandang sebagai proses penilaian terhadap institusi
secara

keseluruhan

untuk

mengetahui

komitmen

institusi terhadap kapasitas institusi dan efektivitas
pendidikan, yang didasarkan pada standar akreditasi
yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan oleh BANPT terhadap semua perguruan tinggi di Indonesia (BANPT,

2011).

terhadap

Akreditasi

mutu

merupakan

kinerja

proses

perguruan

tinggi

evaluasi
dalam

mengelola dan mengembangkan mutu dan kualitas
layanannya.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka terdapat
7 (tujuh) standar penilaian yang dilakukan dalam
akreditasi

oleh

BAN-PT.

Adapun

ketujuh

standar

tersebut adalah : 1) Visi ,misi, tujuan dan sasaran,
serta

strategi

pencapaian;

2)

Tatapamong,

kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu; 3) Mahasiswa dan lulusan; 4) Sumber daya
manusia; 5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana
akademik; 6) Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sistem informasi; 7) Penelitian, pelayanan/pengabdian
kepada masyarakat, dan kerjasama. Mengacu pada

pemahaman tersebut, maka indikator/standar-standar
inilah yang menjadi landasan penilaian dan menjadi
tolok

ukur

dalam

melakukan

evaluasi

terhadap

perguruan tinggi tersebut.
Mengacu pada standar penilaian borang (Borang
AIPT, 2011), maka berikut ini akan dijelaskan peran
standar-standar dalam menilai mutu perguruan tinggi.
Pada dasarnya setiap standar memiliki peran dan
kedudukan yang penting dan sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat berdiri sendiri.
Standar 1: Visi,misi, tujuan dan sasaran, serta
strategi

pencapaian.

Merupakan

standar

yang

mengatur tentang Visi, Misi, tujuan dan sasaran serta
strategi yang dicapai oleh perguruan tinggi.Oleh karena
itu dalam standar ini memuat dasar penyusunan dan
mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran
institusi perguruan tinggi, serta pihak-pihak yang
dilibatkan

dalam

pemahaman

penyusunannya.

tersebut,

maka

Berdasarkan

bagaimana

peran

penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian

yang

tinggi/program

akan

studi.

dilakukan

Disamping

oleh
itu,

perguruan
pemahaman

akanvisi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian

menjadi

perhatian

yang

tidak

dapat

dipisahkan dalam memahami hal ini.
Standar

2

merupakan

Tatapamong,

kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu.Dimana

dalam

standar

ini,

perhatian

yangdiberikan

lebih

tinggi/program

pada

studi.

kepemimpinan

pengelolaan

Perhatian

dalam

tinggi/program

studi.

perguruan

terhadap

mengelola

Oleh

karena

proses

perguruan
itu,

hal

ini

diletakkan pada sistem tata pamong (input, proses,
output dan outcome serta lingkungan eksternal yang
menjamin terlaksananya tata pamong yang baik) harus
diformulasikan,
dipantau

disosialisasikan,

dan

dievaluasi

dengan

dilaksanakan,
peraturan

dan

prosedur yang jelas. Di sisi lain penekanan juga terjadi
pada penjaminan mutu yang ada, seperti kebijakan
mutu,

perangkat

pernyataan

mutu,

penjaminan
manual

mutu

mutu,

(organisasi,

standar

mutu),

pelaksanaan penjaminan mutu, serta monitoring dan
evaluasi.
Standar 3 menekankan pada mahasiswa dan
lulusan.Dimana pada standar ini, proses perekrutan
mahasiswa baru dan pengembangan kualitas lulusan
merupakan perhatian utama.Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka standar ini memberikan perhatian pada
strategi

dan

kebijakan

penerimaan

mahasiswa

baru.Standar ini juga ingin melihat mengenai kualitas
layanan pada mahasiswa dan prestasi.
alumni

menjadi

perhatian

yang

Disisi lain,

dilihat,

melalui

ketersediaan himpunan alumni dan kontribusi alumni
dalam pengembangan institusi.
Standar 4 merupakan standar yang mengatur
mengenai sumber daya manusia.mengacu pada Buku
Pedoman Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (2011),

maka dalam standar 4 menekankan pada pengelolaan
sumber daya yang ada. Berdasarkan hal tersebut,
maka

standar

4

berisikan

mengenai:

sistem

pengelolaan sumber daya manusia, sistem monitoring
dan

evaluasi,

dosen,

tenaga

kependidikan,

serta

pengukuran tingkat layanan yang diberikan baik oleh
dosen maupun oleh tenaga kependidikan.
Guna memahami peranan dan pengembangan
pembelajaran, maka hal ini dapat dilhat pada standar 5
(Borang AIPT, 2011).Standar 5 membahas mengenai
kurikulum,

pembelajaran,

dan

suasana

akademik.Terkait kurikulum, maka hal ini menekankan
pada standar dan kompetensi lulusan, serta kebijakan
yang dikembangkan dalam kerangka pengembangan
kurikulum.Ditinjau dari sisi pembelajaran, maka hal ini
menekankan

pada

pengembangan

dan

mutu

pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan oleh Program Studi.Lebih dari pada
itu, standar ini juga mengatur mengenai pengendalian
mutu

berdasarkan

pada

pedoman

pelaksanaan

Tridarma perguruan tinggi.Pada sisi suasana akademik,
maka hal ini berkenaan dengan kebebasan akademik,
kebebasan

mimbar

keilmuan.Berdasarkan
standar

5

sumberdaya

akademik,
pemahaman

berupaya
baik

sumber

dan

tersebut,

mengukur
daya

otonomi
maka

ketersediaan

dosen

maupun

sumberdaya kependidikan, mutu pembelajaran serta
suasana akademik yang terbangun dalam perguruan
tinggi secara umum, dan program studi secara khusus.

Standar

6

lebih

merujuk

ketersediaan

pembiayaan,

pemanfaatan

teknologi

pada

sarana

informasi

pengukuran

prasarana
melalui

dan

sistem

informasi (BorangAIPT, 2011). Hal ini terkait pada
peranan program studi dalam melakukan perencanaan,
penerimaan,

pengalokasian,

monitoring dan

pelaporan,

audit,

evaluasi, dan pertanggungjawaban

penggunaan dana pada pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, hal ini juga ditekankan pada perencanaan
program

studi

pendanaan

dalam

untuk

mengembangkan

program

studi

sumber

tersebut.Terkait

sarana prasarana, maka hal ini berkenaan dengan
kebijakan

pengembangan

penetapan

pengunaan

dan

dan

pencatatan,

pemeliharaan

serta
sarana

prasarana.Lebih dari pada itu, terkait sistem informasi,
maka hal ini berkenaan dengan layanan teknologi yang
tersedia guna memenuhi kebutuhan para stakeholder
yang ada.
Adapun

standar

7

merupakan

standar

yang

menekankan pada penelitian, pelayanan/pengabdian
pada

masyarakat

dan

kerjasama

(Borang

AIPT,

2011).Standar ini merupakan bagian terkahir dalam
borang Akreditasi. Standar 7, merupakan salah satu
standar yang penting dalam mengukur sejauhmana
program

studi

dapat

mengembangkan

dan

mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
melalui kerjasama dengan pihak lain.
Berdasarkan paparan diatas, maka kehadiran
standar evaluasi melalui borang akreditasi merupakan

tolak ukur yang penting dalam menjaga dan menjamin
pengembangkan
perguruan

kualitas

tinggi.Oleh

mengherankan

mutu

yang

karena

apabila

ada

itu,

setiap

pada

tidaklah
perguruan

tinggi/program studi berlomba-lomba dan berupaya
untuk meng-ikut-kan program studinya supaya di
akreditasi. Pencapaian akan nilai akreditasi akan
menjadi pedoman guna melakukan perbaikan terhadap
layanan yang terdapat pada perguruan tinggi tersebut.

2.3. Strategi Peningkatan Peringkat
Akreditasi
Peringkat

akreditasi

merupakan

indikator

pengukuran kualitas mutu dan layanan terhadap
program

studi

dalamsebuah

perguruan

tinggi.Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sampai
saat ini secara kelembagaan BAN-PT masih merupakan
satu-satunya

lembaga

yang

memiliki

kewenangan

dalam mengukur kualitas mutu program studi.Amir
(2010) melihat bahwa semenjak akreditasi program
studi diberlakukan tahun 2007, maka masyarakat
telah menempatkan nilai akreditasi sebuah program
studi sebagai tolok ukur terkait mutu dan kualitas
program

studi

dalam

perguruan

tinggi

tersebut.

Mengacu pada pemahaman tersebut, maka akreditasi
program studi mendapatkan perhatian utama dalam
pengembangan perguruan tinggi.
Mengacu pada pemahaman di atas, maka setiap
program studi perlu mengembangkan strategi guna

mendapatkan

hasil

Strategi-strategi

akreditasi

yang

yang

dilakukan

memuaskan.

didasarkan

pada

bentuk dan mekanisme penilaian yang ada dalam
borang akreditasi. Oleh karena itu, Chairy (2011)
menyatakan bahwa dalam meningkatkan akreditasi
program studi, maka perlu dipertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut: 1) biasakan diri untuk melakukan
evaluasi diri program studi; 2) berikan perhatian pada
butir-butir akreditasi yang memiliki nilai tinggi, seperti
Sumber Daya Manusia dan Penelitian serta pengabdian
masyarakat; 3) kembangkan sistem penjaminan mutu.
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka peranan
evaluasi diri dilakukan guna mendapatkan gambaran
kondisi kekinian dalam program studi tersebut. Disisi
lain perhatian terhadap penelitian dan pengabdian
masyarakat merupakan faktor penting dan memiliki
bobot penilaian yang besar dalam standar penilaian.
Disisi

lain,

Amir

(2010),

lebih

memberikan

perhatian pada Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME).

Selama

mepersiapkan
memberikan
akreditasi

ini

perguruan

akreditasi
perhatian

lebih

program
terhadap

dilandasi oleh

tinggi
studi

dalam
tidak

SPME.Pengajuan

faktor kesempatan

bukan karena kemampuan yang terukur.Oleh karena
itu

kolaborasi

antara

Sistem

Penjaminan

Mutu

Eksternal dan Sistem Penjaminan Mutu Internal perlu
didudukkan secara bersama-sama dalam kerangka
pencapaian kualitas dan peringkat akreditasi yang lebih
baik.

Guna mencapai hal ini, maka Amir (2010),
mengusulkan

agar

perencanaan
akreditasi

program

dalam

mestinya

borang-borang

studi

jangka
tidak

mengimplementasikan

memiliki

panjang.Pengajuan

hanya

tetapi

perlu
sekedar

mengisi

menyiapkan

dan

program

sistem

kualitas

di

program studi.Mengacu pada Borang AIPT (2011), maka
peran

utama

yang

menjadi

perhatian

adalah

ketersediaan data dan dokumen.Hal ini juga dilihat
oleh Amir (2010), yang menyatakan bahwa diperlukan
ketersediaan data dan dokumen.Lebih jauh Amir (2010)
melihat bahwa Borang akreditasi pada sistem evaluasi
sebenarnya adalah instrumen untuk mengumpulkan
data

dan

informasi

tentang

program

studi

yang

diajukan program studinya. Sesuai dengan kaidah
evaluasi, butir-butir yang tercantum dalam borang
pada hakilkatnya adalah indikator utama tentang
kinerja program studi yang kadar kualitasnya akan
dinilai.
Siswadi (2012), melihat bahwa program studi
perlu memperhatikan matrik penilaian dan pelajari
bobot penilaian dalam borang akreditasi.Oleh karena
itu, program studi perlu berhati-hati dalam pada saat
menyusun dokumen, terutama yang berkenaan dengan
data program studi tidak perlu memaksakan diri untuk
mengarang

dan

merekayasa

informasi

atau

deskripsinya.Membangun kepercayaan merupakan hal
yang perlu di perhatikan. Oleh karena itu, Amir (2010)
menegaskan agar dalam menyusun borang akreditasi
maka informasi yang terbangun dalam tulisan maupun

data-data yang disajikan dalam borang harus dapat
menyakinkan lembaga BAN-PT. Oleh karena itu, data
dan informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan
harus dapat menjelaskan akan kondisi dan realitas
program studi. Data dan informasi yang diberikan
jangan sampai menimbulkan keraguan pada pihak
aksesor yang berdampak pada kecurigaan pihak BANPT.
Mengacu pada paparan diatas, maka strategi
peningkatan peringkat akreditasi merupakan langkah
yang perlu diperhatikan dalam mencapai kualitas dan
mutu

program

studi.

mempersiapkan
maka

program

diperlukan

Oleh
studi

karena

itu,

dalam

untuk diakreditasi,

persiapan-persiapan

yang

tidak

dilakukan secara tergesa-gesa.Diperlukan persiapan
dan perancangan yang matang serta didukung dengan
kesiapan data dan dokumen guna mendapatkan hasil
yang maksimal.

2.4. Total Quality Management
Pada awalnya Total Quality Manajemen atau TQM
dikembangkan oleh para ahli manajemen

Amerika

termasuk W. Edward Deming dan Joseph M. Juran,
namun

TQM

sukses

pertama

kali

ketika

di

implementasikan pada manajemen produksi di Jepang
setelah Perang Dunia kedua. TQM adalah sebuah
pendekatan yang digunakan sebuah organisasi untuk
meningkatkan

kualitas

sesuai

dengan

kebutuhan

pelanggan (Akpobire & Salami, 2013). Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Widyastuti et al bahwa TQM
adalah sebuah pendekatan manajemen yang berfokus
pada

kepuasan

pelanggan.

Mereka

menambahkan

bahwa TQM juga berfokus padacontinuous improvement,
kerja tim dan kepemimpinan (Widyastuti, et al., 2009).
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Deming and
Juran bahwa kualitas dalam organisasi akan lebih baik
jika tercipta kerja sama tim yang solid. Dalam hal ini
ada komunikasi yang baik antara pemimpin dan
pekerja (Deming, 1986; Juran 1988).Drennan (1999)
berpendapat bahwa TQM adalah suatu pendekatan
filosofis terhadap manajemen organisasi, khususnya
manajemen perubahan dalam organisasi. Sallis (2005)
berpendapat sama bahwa:
“ TQM is not about working to someone else’s agenda,
unless your customers and clients have specified the agenda.
It is not something that only senior managers do and then
pass their directions down the line. The total in TQM dictates
that everything and everybody in the organization is
involved in the enterprise of continuous improvement. The
management in TQM likewise means everyone, because
everyone in the institution, whatever their status, position or
role, is the manager of their own responsibilities”.

Hal yang serupa juga dikatakan oleh Primiani dan
Ariani

(2005)

bahwa TQM adalah

sebuah filosofi

tentang kualitas yang merupakan cita-cita oleh sebuah
organisasi yang membutuhkan keterlibatan seluruh
pihak yang menuntut perubahan.Perubahan dalam hal
ini adalah perubahan budaya (culture change).

Konsep TQM tidak hanya diimplementasikan
pada bisnis dan industri, tetapi juga dapat diterapkan
ke dalam dunia pendidikan untuk tercapainya standar
kualitas yang lebih tinggi. Filosofi Deming diperlengkapi
dengan

kerangka

terciptanya

kerja

perkembangan

yang

dapat

kearah

mendukung

positif

dalam

pendidikan seperti team teaching,site-based, cooperative
learning, dan outcome based education (Akpobire &
Salami, 2013). Studi kasus implementasi TQM dalam
pendidikan menemukan hasil-hasil yang positif.Pada
tahun 1990 Oregon State University menerapkan TQM
dalam filosofi manajemennya dan menuai sukses dalam
meningkatkan standard operasionalnya (Winn & Green,
1998).Menurut Winn & Green (1998) TQM merupakan
alat yang sangat ampuh dalam sektor pendidikan
meskipun pada awalnya diperuntukkan untuk sektor
bisnis dan industri. Implementasi yang sukses akan
dicapai jika semua orang memberi dukungan dan
institusi tersebut mengenal kebutuhan pelanggannya
dan berfokus pada proses. Hasilnya adalah terciptanya
standard operasional yang efisien dan kerja sama tim
yang solid yaitu siswa dan pihak fakultas.

2.5.Penelitian Yang Relevan
Drennan, (1999) berkata bahwa implementasi
TQM pada beberapa institusi pendidikan tinggi di

Skotlandia berhasil ketika ada komitmen dari semua
pihak institusi.Hal diatas didukung dengan temuan
Darmadji (2008) pada implementasi TQM di MAN
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
implementasi TQM akan terhambat jika tidak ada
komitmen dari segenap pihak. Primiani dan Ariani
menambahkan

bahwa

TQM

menuntut

perubahan

budaya yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan, baik pelanggan internal yang
meliputi staf edukatif dan non edukatif maupun
pelanggan eksternal primer yang meliputi para peserta
didik atau siswa, pelanggan eksternal sekunder yang
meliputi orang tua, pemberi beasiswa, dan pemilik
perusahaan, serta pelanggan eksternal tersier yang
meliputi

pasar

masyarakat

tenaga

luas(Primiani

kerja,
&

pemerintah,

Ariani,

dan

2005).Dalam

rangka memberi kepuasan terhadap pelanggan maka
sebuah

insitusi

meningkatkan

pendidikan
kualitas

tinggi
diri

haruslah

terus

(continuous

improvement)sesuai dengan prinsip dalam penerapan
TQM (Corrigan , 1995).

2.5.
2.6. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut

Terjadi Penurunan Peringkat Akreditasi dari B menjadi C,
pada akreditasi 2011 Prodi Seni Musik, Fakultas Seni
Pertunjukkan

FGD tahap 1 dilakukan untuk indentifikasi akar
permasalahan

Hasil FGD 1 dimasukkan dalam diagram fishbone

Hasil FGD 1 dalam diagram fishbone dibandingkan dengan
matriks penilaian akreditasi untuk menemukan permasalahan
dengan bobot paling besar

FGD tahap 2 dilakukan untuk mencari akar permasalahan
dari permasalahan dengan bobot paling besar. Pada tahap ini
sekaligus peneliti menawarkan strategi dan berdiskusi
dengan nara sumber tentang strategi tersebut.