T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Peringkat Akreditasi (Studi pada Program Studi Seni Musik Fakultas Seni Pertunjukkan Universitas Kristen SatyaWacana) T2 BAB II
Bab 2
Telaah Pustaka
2.1. Penjaminan Mutu
Penjaminan
sebagai
mutu
indikator
persaingan
merupakan
dalam
perguruan
faktor
menghadapi
penting
tingkat
tinggi.Mengacu
pada
pemahaman tersebut, maka tidaklah mengherankan
apabila
pemerintah
mengeluarkan
Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang standar
pendidikan
Nasional.Dimana
dalam
peraturan
pemerintah ini, salah satu amanat adalah melakukan
supervisi
penjaminan
mutu
perguruan
tinggi.Penekanan pada penjaminan mutu perguruan
tinggi
dimaksudkan
guna
menjaga
persaingan
sumberdaya manusia baik pada level nasional maupun
internasional.Hal
inilah
yang
menjadi
landasan
pentingnya penjaminan mutu pada perguruan tinggi.
Mengacu pada paparan di atas, maka hal ini
dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan. Mengacu pada peraturan
tersebut, maka penjaminan mutu dimaksudkan sebagai
kegiatan
sistemik dan
program
pendidikan,
terpadu
oleh
penyelenggara
satuan
atau
satuan
atau
program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah,
dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Oleh karena itu
tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah
peningkatan
kecerdasan kehidupan manusia, melalui kecerdasan
pengetahuan dan perilaku. Selaras dengan tujuan yang
ingin
dicapai,
maka
diharapkan
pendidikan bermutu. Dimana
akan
tercapai
pendidikan bermutu
merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meraih kehidupan yang lebih baik, maju,
dan berkeadilan di masa depan (Diklat pengembangan
kapasitas SDM Penjaminan Mutu Pendidikan, 2012).
Guna mencapai hal tersebut, maka diperlukan
peningkatan
kualitas
pendidikan.
Ridwan
Idris,
menyatakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan
merupakan
proses
terintegrasi
dengan
peningkatan
kualitas
sumberdaya
manusia.
proses
Guna
menjawab tantangan tersebut, maka lebih jauh, Ridwan
Idris menyatakan bahwa usaha tersebut dapat dijawab
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem
evaluasi,
pengembangan
pelatihan
bagi
perbaikan
dan
pengadaan
tenaga
sarana
pendidikan,
materi
pendidik
ajar,
dan
serta
tenaga
kependidikan.
Namun terdapat permasalahan dalam menjawab
tantangan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut
Umaedi dalam Idris (2009), terdapat 2 (dua) faktor
yaitu: 1) strategi pembangunan pendidikan yang selama
ini lebih bersifat input oriented; dan ke-2) pengelolaan
pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented,
yang menekankan pada peran pemerintah pusat. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat
terlihat dari mutu pendidikan tersebut. Lain halnya
dengan
Crosby
(1979)
merupakanConformance
dimaksudkan
melihat
to
bahwa
requirement.
sebagai
mutu
Hal
pemenuhan
ini
terhadap
persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. Disisi
lain,
Johnson
(1993)
lebih
melihat
bahwa
mutu
merupakan kemampuan suatu produk atau jasa dalam
pemenuhan kebutuhan pelanggannya. Hampir senada,
Render dan Heizer (2001) memberikan pemahaman
mengenai mutu yang mengacu dari American Society
for Quality Control, yang menyatakan bahwa mutu
adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau
jasa
yang
menunjukkan
kemampuan
untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas
maupun yang tersembunyi. Sedangkan Deming dalam
Sallis
(2002)
keselarasan
lebih
memandang
antara
konsumen.Garvin
dan
pada
kebutuhan
Davis
terjadinya
pasar
(1994)
dan
memberikan
pemahaman bahwa mutu selalu berkenaan dengan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga
kerja,
proses
dan
tugas,
serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan.
Sedangkan Goetsch dan Stanley (2006)melihat
bahwa
mutu
adalah
keadaan
dinamik
yangdiasosiasikan dengan produk, jasa, orang, proses,
lingkungan
yang
mencapai
ataumelebihi
harapan.Dapat dikatakan mutu merupakan salahsatu
daya
tarik
penting
bagi
suatu
lembaga
pendidikan.Semakin baik mutu yang di hasilkan maka
dapat menarik konsumen untuk menikmati produkproduk yang disediakan oleh lembaga pendidikan
tersebut.Mengacu
pada
pemahaman
diatas,
maka
dalam pendidikan perhatian terhadap mutu merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan
pendidikan
tersebut.Oleh
karena
itu,
perhatian
terhadap mutu pendidikan tertuang dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003.
Dimana pada pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa :
Standar
nasional
pendidikan
adalah
kriteria
minimaltentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih
lanjut dalam Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan tentang
kriteria tentang standar nasional pendidikan.Dimana
kriteria
minimal
standar
nasional
pendidikan
ini
terdiriatas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga
kependidikan,
pengelolaan,pembiayaan,
sarana
dan
dan
penilaian
prasarana,
pendidikan
yang harusditingkatkan secara berencana.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka suatu
lembaga pendidikan harus mampu menyediakan mutu
yang
sesuai
dengan
tuntutan
masyarakat
dan
pemerintah.Kehadiran mutu tidak hanya dipandang
sebagai faktor pelengkap lembaga pendidikan, namun
lebih daripada itu mutu merupakan indikator dalam
menjamin
pendidikan.
keberlangsungan
sebuah
lembaga
2.2. Peningkatan Mutu Berdasarkan
Akreditasi
Pada
hakekatnya
peningkatan
mutu
layanan
perguruan tinggi merupakan suatu kebutuhan yang
tidak
terelakkan
dan
sangat
mendesak.Melalui
peningkatan mutu layanan, maka perguruan tinggi
dapat
mempertahankan
eksistensinya
di
tengah
persaingan dan kompetisi yang ada saat ini.
Ditinjau dari tujuan kehadiran perguruan tinggi,
maka hal ini mengacu pada Peraturan pemerintah No.
30 tahun 1990, yang menyatakan bahwa perguruan
tinggi merupakan organisasi satuan pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan di jenjang pendidikan
tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dimana berdasarkan undang-undang tersebut, maka
perguruan tinggi memiliki fungsi sebagai : 1) Membina
kualitas hasil dan kinerja Perguruan Tinggi, agar dapat
memberi sumbangan yang nyata kepada perkembangan
IPOLEKSOSBUD
di
pengembangan
Perguruan
perkembangan
tersedianya
di
masyarakat;
2)
Merencanakan
Tinggi
menghadapi
masyarakat.
sumberdaya
3)
untuk
Mengupayakan
menyelenggarakan
tugas-tugas fungsional dan rencana perkembangan
Perguruan
Tinggi;
manajemen
4)
Perguruan
Menyelenggarakan
Tinggi,
yang
pola
dilandasi
Paradigma Penataan Sistem Pendidikan Tinggi, dengan
sasaran
kondusif
utama
untuk
pendidikan tinggi.
adanya
suasana
pelaksanaan
akademik
kegiatan
yang
fungsional
Mengacu pada hakekat kehadiran dan fungsi
perguruan tinggi, maka peran perguruan tinggi perlu
diletakkan dalam membangun karakter bangsa melalui
pengembangan
pengabdian
ilmu
pengetahuan,
terhadap
penelitian
masyarakat.Oleh
dan
karena
itu,
perguruan tinggi perlu mempersiapkan diri dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan hidup
dalam
dinamika
tantangan
masyarakat.Guna
tersebut,
maka
perguruan
menjawab
tinggi
perlu
mempersiapkan strategi peningkatan kualitas mutu
yang
melibatkan
mahasiswa
yang
didik,
dosen,
maupun sarana prasaran yang ada.Adanya fakta yang
terjadi di pasar, dimana perguruan tinggi dituntut
untuk menyediakan produk-produk yang berbasis pada
mutu.Asmawi
(2005),
melihat
bahwa
dewasa
ini
menunjukkan bahwa mutu lulusan perguruan tinggi
tidaklah seperti yangdiharapkan dunia kerja.Terdapat
banyak perguruan tinggi yang mengalami penurunan
mutu
lulusan.Dimana
penurunan
jumlah
hal
ini
berdampak
pada
penerimaan
mahasiswa
pada
perguruan tinggi tersebut.Mengacu pada pemahaman
tersebut, maka dibutuhkan strategi dalam menjaga dan
mempertahankan
eksistensi
perguruan
tinggi
tersebut.Hal ini dapat terjadi apabila perhatian dan
prioritas
mutu
layanan
menjadi
faktor
yang
diperhatikan oleh perguruan tinggi tersebut.
Dalam mengukur mutu dan kualitas layanan pada
perguruan tinggi, maka di Indonesia pada saat ini di
tentukan melalui regulasi yang di atur dalam Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).Peran
BAN-PT
adalah
melakukan
akreditas
terhadap
perguruan tinggi, dengan mengacu pada indikator atau
standar
yang
telah
ditetapkan.
Oleh
karena
itu,
perguruan tinggi akan diakui keberadaannya dan dapat
mengeluarkan
ijasah/sertifikatapabila
telah
terakreditasi. Pada saat ini BAN-PT merupakan satusatunya lembaga yang ditunjukan oleh pemerintah
dalam melakukan evaluasi mutu dan kualitas layanan
perguruan tinggi. Akreditasi institusi perguruan tinggi
dipandang sebagai proses penilaian terhadap institusi
secara
keseluruhan
untuk
mengetahui
komitmen
institusi terhadap kapasitas institusi dan efektivitas
pendidikan, yang didasarkan pada standar akreditasi
yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan oleh BANPT terhadap semua perguruan tinggi di Indonesia (BANPT,
2011).
terhadap
Akreditasi
mutu
merupakan
kinerja
proses
perguruan
tinggi
evaluasi
dalam
mengelola dan mengembangkan mutu dan kualitas
layanannya.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka terdapat
7 (tujuh) standar penilaian yang dilakukan dalam
akreditasi
oleh
BAN-PT.
Adapun
ketujuh
standar
tersebut adalah : 1) Visi ,misi, tujuan dan sasaran,
serta
strategi
pencapaian;
2)
Tatapamong,
kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu; 3) Mahasiswa dan lulusan; 4) Sumber daya
manusia; 5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana
akademik; 6) Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sistem informasi; 7) Penelitian, pelayanan/pengabdian
kepada masyarakat, dan kerjasama. Mengacu pada
pemahaman tersebut, maka indikator/standar-standar
inilah yang menjadi landasan penilaian dan menjadi
tolok
ukur
dalam
melakukan
evaluasi
terhadap
perguruan tinggi tersebut.
Mengacu pada standar penilaian borang (Borang
AIPT, 2011), maka berikut ini akan dijelaskan peran
standar-standar dalam menilai mutu perguruan tinggi.
Pada dasarnya setiap standar memiliki peran dan
kedudukan yang penting dan sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat berdiri sendiri.
Standar 1: Visi,misi, tujuan dan sasaran, serta
strategi
pencapaian.
Merupakan
standar
yang
mengatur tentang Visi, Misi, tujuan dan sasaran serta
strategi yang dicapai oleh perguruan tinggi.Oleh karena
itu dalam standar ini memuat dasar penyusunan dan
mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran
institusi perguruan tinggi, serta pihak-pihak yang
dilibatkan
dalam
pemahaman
penyusunannya.
tersebut,
maka
Berdasarkan
bagaimana
peran
penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian
yang
tinggi/program
akan
studi.
dilakukan
Disamping
oleh
itu,
perguruan
pemahaman
akanvisi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian
menjadi
perhatian
yang
tidak
dapat
dipisahkan dalam memahami hal ini.
Standar
2
merupakan
Tatapamong,
kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu.Dimana
dalam
standar
ini,
perhatian
yangdiberikan
lebih
tinggi/program
pada
studi.
kepemimpinan
pengelolaan
Perhatian
dalam
tinggi/program
studi.
perguruan
terhadap
mengelola
Oleh
karena
proses
perguruan
itu,
hal
ini
diletakkan pada sistem tata pamong (input, proses,
output dan outcome serta lingkungan eksternal yang
menjamin terlaksananya tata pamong yang baik) harus
diformulasikan,
dipantau
disosialisasikan,
dan
dievaluasi
dengan
dilaksanakan,
peraturan
dan
prosedur yang jelas. Di sisi lain penekanan juga terjadi
pada penjaminan mutu yang ada, seperti kebijakan
mutu,
perangkat
pernyataan
mutu,
penjaminan
manual
mutu
mutu,
(organisasi,
standar
mutu),
pelaksanaan penjaminan mutu, serta monitoring dan
evaluasi.
Standar 3 menekankan pada mahasiswa dan
lulusan.Dimana pada standar ini, proses perekrutan
mahasiswa baru dan pengembangan kualitas lulusan
merupakan perhatian utama.Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka standar ini memberikan perhatian pada
strategi
dan
kebijakan
penerimaan
mahasiswa
baru.Standar ini juga ingin melihat mengenai kualitas
layanan pada mahasiswa dan prestasi.
alumni
menjadi
perhatian
yang
Disisi lain,
dilihat,
melalui
ketersediaan himpunan alumni dan kontribusi alumni
dalam pengembangan institusi.
Standar 4 merupakan standar yang mengatur
mengenai sumber daya manusia.mengacu pada Buku
Pedoman Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (2011),
maka dalam standar 4 menekankan pada pengelolaan
sumber daya yang ada. Berdasarkan hal tersebut,
maka
standar
4
berisikan
mengenai:
sistem
pengelolaan sumber daya manusia, sistem monitoring
dan
evaluasi,
dosen,
tenaga
kependidikan,
serta
pengukuran tingkat layanan yang diberikan baik oleh
dosen maupun oleh tenaga kependidikan.
Guna memahami peranan dan pengembangan
pembelajaran, maka hal ini dapat dilhat pada standar 5
(Borang AIPT, 2011).Standar 5 membahas mengenai
kurikulum,
pembelajaran,
dan
suasana
akademik.Terkait kurikulum, maka hal ini menekankan
pada standar dan kompetensi lulusan, serta kebijakan
yang dikembangkan dalam kerangka pengembangan
kurikulum.Ditinjau dari sisi pembelajaran, maka hal ini
menekankan
pada
pengembangan
dan
mutu
pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan oleh Program Studi.Lebih dari pada
itu, standar ini juga mengatur mengenai pengendalian
mutu
berdasarkan
pada
pedoman
pelaksanaan
Tridarma perguruan tinggi.Pada sisi suasana akademik,
maka hal ini berkenaan dengan kebebasan akademik,
kebebasan
mimbar
keilmuan.Berdasarkan
standar
5
sumberdaya
akademik,
pemahaman
berupaya
baik
sumber
dan
tersebut,
mengukur
daya
otonomi
maka
ketersediaan
dosen
maupun
sumberdaya kependidikan, mutu pembelajaran serta
suasana akademik yang terbangun dalam perguruan
tinggi secara umum, dan program studi secara khusus.
Standar
6
lebih
merujuk
ketersediaan
pembiayaan,
pemanfaatan
teknologi
pada
sarana
informasi
pengukuran
prasarana
melalui
dan
sistem
informasi (BorangAIPT, 2011). Hal ini terkait pada
peranan program studi dalam melakukan perencanaan,
penerimaan,
pengalokasian,
monitoring dan
pelaporan,
audit,
evaluasi, dan pertanggungjawaban
penggunaan dana pada pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, hal ini juga ditekankan pada perencanaan
program
studi
pendanaan
dalam
untuk
mengembangkan
program
studi
sumber
tersebut.Terkait
sarana prasarana, maka hal ini berkenaan dengan
kebijakan
pengembangan
penetapan
pengunaan
dan
dan
pencatatan,
pemeliharaan
serta
sarana
prasarana.Lebih dari pada itu, terkait sistem informasi,
maka hal ini berkenaan dengan layanan teknologi yang
tersedia guna memenuhi kebutuhan para stakeholder
yang ada.
Adapun
standar
7
merupakan
standar
yang
menekankan pada penelitian, pelayanan/pengabdian
pada
masyarakat
dan
kerjasama
(Borang
AIPT,
2011).Standar ini merupakan bagian terkahir dalam
borang Akreditasi. Standar 7, merupakan salah satu
standar yang penting dalam mengukur sejauhmana
program
studi
dapat
mengembangkan
dan
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
melalui kerjasama dengan pihak lain.
Berdasarkan paparan diatas, maka kehadiran
standar evaluasi melalui borang akreditasi merupakan
tolak ukur yang penting dalam menjaga dan menjamin
pengembangkan
perguruan
kualitas
tinggi.Oleh
mengherankan
mutu
yang
karena
apabila
ada
itu,
setiap
pada
tidaklah
perguruan
tinggi/program studi berlomba-lomba dan berupaya
untuk meng-ikut-kan program studinya supaya di
akreditasi. Pencapaian akan nilai akreditasi akan
menjadi pedoman guna melakukan perbaikan terhadap
layanan yang terdapat pada perguruan tinggi tersebut.
2.3. Strategi Peningkatan Peringkat
Akreditasi
Peringkat
akreditasi
merupakan
indikator
pengukuran kualitas mutu dan layanan terhadap
program
studi
dalamsebuah
perguruan
tinggi.Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sampai
saat ini secara kelembagaan BAN-PT masih merupakan
satu-satunya
lembaga
yang
memiliki
kewenangan
dalam mengukur kualitas mutu program studi.Amir
(2010) melihat bahwa semenjak akreditasi program
studi diberlakukan tahun 2007, maka masyarakat
telah menempatkan nilai akreditasi sebuah program
studi sebagai tolok ukur terkait mutu dan kualitas
program
studi
dalam
perguruan
tinggi
tersebut.
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka akreditasi
program studi mendapatkan perhatian utama dalam
pengembangan perguruan tinggi.
Mengacu pada pemahaman di atas, maka setiap
program studi perlu mengembangkan strategi guna
mendapatkan
hasil
Strategi-strategi
akreditasi
yang
yang
dilakukan
memuaskan.
didasarkan
pada
bentuk dan mekanisme penilaian yang ada dalam
borang akreditasi. Oleh karena itu, Chairy (2011)
menyatakan bahwa dalam meningkatkan akreditasi
program studi, maka perlu dipertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut: 1) biasakan diri untuk melakukan
evaluasi diri program studi; 2) berikan perhatian pada
butir-butir akreditasi yang memiliki nilai tinggi, seperti
Sumber Daya Manusia dan Penelitian serta pengabdian
masyarakat; 3) kembangkan sistem penjaminan mutu.
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka peranan
evaluasi diri dilakukan guna mendapatkan gambaran
kondisi kekinian dalam program studi tersebut. Disisi
lain perhatian terhadap penelitian dan pengabdian
masyarakat merupakan faktor penting dan memiliki
bobot penilaian yang besar dalam standar penilaian.
Disisi
lain,
Amir
(2010),
lebih
memberikan
perhatian pada Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME).
Selama
mepersiapkan
memberikan
akreditasi
ini
perguruan
akreditasi
perhatian
lebih
program
terhadap
dilandasi oleh
tinggi
studi
dalam
tidak
SPME.Pengajuan
faktor kesempatan
bukan karena kemampuan yang terukur.Oleh karena
itu
kolaborasi
antara
Sistem
Penjaminan
Mutu
Eksternal dan Sistem Penjaminan Mutu Internal perlu
didudukkan secara bersama-sama dalam kerangka
pencapaian kualitas dan peringkat akreditasi yang lebih
baik.
Guna mencapai hal ini, maka Amir (2010),
mengusulkan
agar
perencanaan
akreditasi
program
dalam
mestinya
borang-borang
studi
jangka
tidak
mengimplementasikan
memiliki
panjang.Pengajuan
hanya
tetapi
perlu
sekedar
mengisi
menyiapkan
dan
program
sistem
kualitas
di
program studi.Mengacu pada Borang AIPT (2011), maka
peran
utama
yang
menjadi
perhatian
adalah
ketersediaan data dan dokumen.Hal ini juga dilihat
oleh Amir (2010), yang menyatakan bahwa diperlukan
ketersediaan data dan dokumen.Lebih jauh Amir (2010)
melihat bahwa Borang akreditasi pada sistem evaluasi
sebenarnya adalah instrumen untuk mengumpulkan
data
dan
informasi
tentang
program
studi
yang
diajukan program studinya. Sesuai dengan kaidah
evaluasi, butir-butir yang tercantum dalam borang
pada hakilkatnya adalah indikator utama tentang
kinerja program studi yang kadar kualitasnya akan
dinilai.
Siswadi (2012), melihat bahwa program studi
perlu memperhatikan matrik penilaian dan pelajari
bobot penilaian dalam borang akreditasi.Oleh karena
itu, program studi perlu berhati-hati dalam pada saat
menyusun dokumen, terutama yang berkenaan dengan
data program studi tidak perlu memaksakan diri untuk
mengarang
dan
merekayasa
informasi
atau
deskripsinya.Membangun kepercayaan merupakan hal
yang perlu di perhatikan. Oleh karena itu, Amir (2010)
menegaskan agar dalam menyusun borang akreditasi
maka informasi yang terbangun dalam tulisan maupun
data-data yang disajikan dalam borang harus dapat
menyakinkan lembaga BAN-PT. Oleh karena itu, data
dan informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan
harus dapat menjelaskan akan kondisi dan realitas
program studi. Data dan informasi yang diberikan
jangan sampai menimbulkan keraguan pada pihak
aksesor yang berdampak pada kecurigaan pihak BANPT.
Mengacu pada paparan diatas, maka strategi
peningkatan peringkat akreditasi merupakan langkah
yang perlu diperhatikan dalam mencapai kualitas dan
mutu
program
studi.
mempersiapkan
maka
program
diperlukan
Oleh
studi
karena
itu,
dalam
untuk diakreditasi,
persiapan-persiapan
yang
tidak
dilakukan secara tergesa-gesa.Diperlukan persiapan
dan perancangan yang matang serta didukung dengan
kesiapan data dan dokumen guna mendapatkan hasil
yang maksimal.
2.4. Total Quality Management
Pada awalnya Total Quality Manajemen atau TQM
dikembangkan oleh para ahli manajemen
Amerika
termasuk W. Edward Deming dan Joseph M. Juran,
namun
TQM
sukses
pertama
kali
ketika
di
implementasikan pada manajemen produksi di Jepang
setelah Perang Dunia kedua. TQM adalah sebuah
pendekatan yang digunakan sebuah organisasi untuk
meningkatkan
kualitas
sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan (Akpobire & Salami, 2013). Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Widyastuti et al bahwa TQM
adalah sebuah pendekatan manajemen yang berfokus
pada
kepuasan
pelanggan.
Mereka
menambahkan
bahwa TQM juga berfokus padacontinuous improvement,
kerja tim dan kepemimpinan (Widyastuti, et al., 2009).
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Deming and
Juran bahwa kualitas dalam organisasi akan lebih baik
jika tercipta kerja sama tim yang solid. Dalam hal ini
ada komunikasi yang baik antara pemimpin dan
pekerja (Deming, 1986; Juran 1988).Drennan (1999)
berpendapat bahwa TQM adalah suatu pendekatan
filosofis terhadap manajemen organisasi, khususnya
manajemen perubahan dalam organisasi. Sallis (2005)
berpendapat sama bahwa:
“ TQM is not about working to someone else’s agenda,
unless your customers and clients have specified the agenda.
It is not something that only senior managers do and then
pass their directions down the line. The total in TQM dictates
that everything and everybody in the organization is
involved in the enterprise of continuous improvement. The
management in TQM likewise means everyone, because
everyone in the institution, whatever their status, position or
role, is the manager of their own responsibilities”.
Hal yang serupa juga dikatakan oleh Primiani dan
Ariani
(2005)
bahwa TQM adalah
sebuah filosofi
tentang kualitas yang merupakan cita-cita oleh sebuah
organisasi yang membutuhkan keterlibatan seluruh
pihak yang menuntut perubahan.Perubahan dalam hal
ini adalah perubahan budaya (culture change).
Konsep TQM tidak hanya diimplementasikan
pada bisnis dan industri, tetapi juga dapat diterapkan
ke dalam dunia pendidikan untuk tercapainya standar
kualitas yang lebih tinggi. Filosofi Deming diperlengkapi
dengan
kerangka
terciptanya
kerja
perkembangan
yang
dapat
kearah
mendukung
positif
dalam
pendidikan seperti team teaching,site-based, cooperative
learning, dan outcome based education (Akpobire &
Salami, 2013). Studi kasus implementasi TQM dalam
pendidikan menemukan hasil-hasil yang positif.Pada
tahun 1990 Oregon State University menerapkan TQM
dalam filosofi manajemennya dan menuai sukses dalam
meningkatkan standard operasionalnya (Winn & Green,
1998).Menurut Winn & Green (1998) TQM merupakan
alat yang sangat ampuh dalam sektor pendidikan
meskipun pada awalnya diperuntukkan untuk sektor
bisnis dan industri. Implementasi yang sukses akan
dicapai jika semua orang memberi dukungan dan
institusi tersebut mengenal kebutuhan pelanggannya
dan berfokus pada proses. Hasilnya adalah terciptanya
standard operasional yang efisien dan kerja sama tim
yang solid yaitu siswa dan pihak fakultas.
2.5.Penelitian Yang Relevan
Drennan, (1999) berkata bahwa implementasi
TQM pada beberapa institusi pendidikan tinggi di
Skotlandia berhasil ketika ada komitmen dari semua
pihak institusi.Hal diatas didukung dengan temuan
Darmadji (2008) pada implementasi TQM di MAN
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
implementasi TQM akan terhambat jika tidak ada
komitmen dari segenap pihak. Primiani dan Ariani
menambahkan
bahwa
TQM
menuntut
perubahan
budaya yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan, baik pelanggan internal yang
meliputi staf edukatif dan non edukatif maupun
pelanggan eksternal primer yang meliputi para peserta
didik atau siswa, pelanggan eksternal sekunder yang
meliputi orang tua, pemberi beasiswa, dan pemilik
perusahaan, serta pelanggan eksternal tersier yang
meliputi
pasar
masyarakat
tenaga
luas(Primiani
kerja,
&
pemerintah,
Ariani,
dan
2005).Dalam
rangka memberi kepuasan terhadap pelanggan maka
sebuah
insitusi
meningkatkan
pendidikan
kualitas
tinggi
diri
haruslah
terus
(continuous
improvement)sesuai dengan prinsip dalam penerapan
TQM (Corrigan , 1995).
2.5.
2.6. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
Terjadi Penurunan Peringkat Akreditasi dari B menjadi C,
pada akreditasi 2011 Prodi Seni Musik, Fakultas Seni
Pertunjukkan
FGD tahap 1 dilakukan untuk indentifikasi akar
permasalahan
Hasil FGD 1 dimasukkan dalam diagram fishbone
Hasil FGD 1 dalam diagram fishbone dibandingkan dengan
matriks penilaian akreditasi untuk menemukan permasalahan
dengan bobot paling besar
FGD tahap 2 dilakukan untuk mencari akar permasalahan
dari permasalahan dengan bobot paling besar. Pada tahap ini
sekaligus peneliti menawarkan strategi dan berdiskusi
dengan nara sumber tentang strategi tersebut.
Telaah Pustaka
2.1. Penjaminan Mutu
Penjaminan
sebagai
mutu
indikator
persaingan
merupakan
dalam
perguruan
faktor
menghadapi
penting
tingkat
tinggi.Mengacu
pada
pemahaman tersebut, maka tidaklah mengherankan
apabila
pemerintah
mengeluarkan
Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang standar
pendidikan
Nasional.Dimana
dalam
peraturan
pemerintah ini, salah satu amanat adalah melakukan
supervisi
penjaminan
mutu
perguruan
tinggi.Penekanan pada penjaminan mutu perguruan
tinggi
dimaksudkan
guna
menjaga
persaingan
sumberdaya manusia baik pada level nasional maupun
internasional.Hal
inilah
yang
menjadi
landasan
pentingnya penjaminan mutu pada perguruan tinggi.
Mengacu pada paparan di atas, maka hal ini
dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan. Mengacu pada peraturan
tersebut, maka penjaminan mutu dimaksudkan sebagai
kegiatan
sistemik dan
program
pendidikan,
terpadu
oleh
penyelenggara
satuan
atau
satuan
atau
program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah,
dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Oleh karena itu
tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah
peningkatan
kecerdasan kehidupan manusia, melalui kecerdasan
pengetahuan dan perilaku. Selaras dengan tujuan yang
ingin
dicapai,
maka
diharapkan
pendidikan bermutu. Dimana
akan
tercapai
pendidikan bermutu
merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meraih kehidupan yang lebih baik, maju,
dan berkeadilan di masa depan (Diklat pengembangan
kapasitas SDM Penjaminan Mutu Pendidikan, 2012).
Guna mencapai hal tersebut, maka diperlukan
peningkatan
kualitas
pendidikan.
Ridwan
Idris,
menyatakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan
merupakan
proses
terintegrasi
dengan
peningkatan
kualitas
sumberdaya
manusia.
proses
Guna
menjawab tantangan tersebut, maka lebih jauh, Ridwan
Idris menyatakan bahwa usaha tersebut dapat dijawab
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan
sistem
evaluasi,
pengembangan
pelatihan
bagi
perbaikan
dan
pengadaan
tenaga
sarana
pendidikan,
materi
pendidik
ajar,
dan
serta
tenaga
kependidikan.
Namun terdapat permasalahan dalam menjawab
tantangan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut
Umaedi dalam Idris (2009), terdapat 2 (dua) faktor
yaitu: 1) strategi pembangunan pendidikan yang selama
ini lebih bersifat input oriented; dan ke-2) pengelolaan
pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented,
yang menekankan pada peran pemerintah pusat. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat
terlihat dari mutu pendidikan tersebut. Lain halnya
dengan
Crosby
(1979)
merupakanConformance
dimaksudkan
melihat
to
bahwa
requirement.
sebagai
mutu
Hal
pemenuhan
ini
terhadap
persyaratan dan standar yang telah ditetapkan. Disisi
lain,
Johnson
(1993)
lebih
melihat
bahwa
mutu
merupakan kemampuan suatu produk atau jasa dalam
pemenuhan kebutuhan pelanggannya. Hampir senada,
Render dan Heizer (2001) memberikan pemahaman
mengenai mutu yang mengacu dari American Society
for Quality Control, yang menyatakan bahwa mutu
adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau
jasa
yang
menunjukkan
kemampuan
untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas
maupun yang tersembunyi. Sedangkan Deming dalam
Sallis
(2002)
keselarasan
lebih
memandang
antara
konsumen.Garvin
dan
pada
kebutuhan
Davis
terjadinya
pasar
(1994)
dan
memberikan
pemahaman bahwa mutu selalu berkenaan dengan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga
kerja,
proses
dan
tugas,
serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan.
Sedangkan Goetsch dan Stanley (2006)melihat
bahwa
mutu
adalah
keadaan
dinamik
yangdiasosiasikan dengan produk, jasa, orang, proses,
lingkungan
yang
mencapai
ataumelebihi
harapan.Dapat dikatakan mutu merupakan salahsatu
daya
tarik
penting
bagi
suatu
lembaga
pendidikan.Semakin baik mutu yang di hasilkan maka
dapat menarik konsumen untuk menikmati produkproduk yang disediakan oleh lembaga pendidikan
tersebut.Mengacu
pada
pemahaman
diatas,
maka
dalam pendidikan perhatian terhadap mutu merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan
pendidikan
tersebut.Oleh
karena
itu,
perhatian
terhadap mutu pendidikan tertuang dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003.
Dimana pada pasal 1 ayat 17 dikatakan bahwa :
Standar
nasional
pendidikan
adalah
kriteria
minimaltentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lebih
lanjut dalam Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyatakan tentang
kriteria tentang standar nasional pendidikan.Dimana
kriteria
minimal
standar
nasional
pendidikan
ini
terdiriatas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga
kependidikan,
pengelolaan,pembiayaan,
sarana
dan
dan
penilaian
prasarana,
pendidikan
yang harusditingkatkan secara berencana.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka suatu
lembaga pendidikan harus mampu menyediakan mutu
yang
sesuai
dengan
tuntutan
masyarakat
dan
pemerintah.Kehadiran mutu tidak hanya dipandang
sebagai faktor pelengkap lembaga pendidikan, namun
lebih daripada itu mutu merupakan indikator dalam
menjamin
pendidikan.
keberlangsungan
sebuah
lembaga
2.2. Peningkatan Mutu Berdasarkan
Akreditasi
Pada
hakekatnya
peningkatan
mutu
layanan
perguruan tinggi merupakan suatu kebutuhan yang
tidak
terelakkan
dan
sangat
mendesak.Melalui
peningkatan mutu layanan, maka perguruan tinggi
dapat
mempertahankan
eksistensinya
di
tengah
persaingan dan kompetisi yang ada saat ini.
Ditinjau dari tujuan kehadiran perguruan tinggi,
maka hal ini mengacu pada Peraturan pemerintah No.
30 tahun 1990, yang menyatakan bahwa perguruan
tinggi merupakan organisasi satuan pendidikan, yang
menyelenggarakan pendidikan di jenjang pendidikan
tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dimana berdasarkan undang-undang tersebut, maka
perguruan tinggi memiliki fungsi sebagai : 1) Membina
kualitas hasil dan kinerja Perguruan Tinggi, agar dapat
memberi sumbangan yang nyata kepada perkembangan
IPOLEKSOSBUD
di
pengembangan
Perguruan
perkembangan
tersedianya
di
masyarakat;
2)
Merencanakan
Tinggi
menghadapi
masyarakat.
sumberdaya
3)
untuk
Mengupayakan
menyelenggarakan
tugas-tugas fungsional dan rencana perkembangan
Perguruan
Tinggi;
manajemen
4)
Perguruan
Menyelenggarakan
Tinggi,
yang
pola
dilandasi
Paradigma Penataan Sistem Pendidikan Tinggi, dengan
sasaran
kondusif
utama
untuk
pendidikan tinggi.
adanya
suasana
pelaksanaan
akademik
kegiatan
yang
fungsional
Mengacu pada hakekat kehadiran dan fungsi
perguruan tinggi, maka peran perguruan tinggi perlu
diletakkan dalam membangun karakter bangsa melalui
pengembangan
pengabdian
ilmu
pengetahuan,
terhadap
penelitian
masyarakat.Oleh
dan
karena
itu,
perguruan tinggi perlu mempersiapkan diri dalam
menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan hidup
dalam
dinamika
tantangan
masyarakat.Guna
tersebut,
maka
perguruan
menjawab
tinggi
perlu
mempersiapkan strategi peningkatan kualitas mutu
yang
melibatkan
mahasiswa
yang
didik,
dosen,
maupun sarana prasaran yang ada.Adanya fakta yang
terjadi di pasar, dimana perguruan tinggi dituntut
untuk menyediakan produk-produk yang berbasis pada
mutu.Asmawi
(2005),
melihat
bahwa
dewasa
ini
menunjukkan bahwa mutu lulusan perguruan tinggi
tidaklah seperti yangdiharapkan dunia kerja.Terdapat
banyak perguruan tinggi yang mengalami penurunan
mutu
lulusan.Dimana
penurunan
jumlah
hal
ini
berdampak
pada
penerimaan
mahasiswa
pada
perguruan tinggi tersebut.Mengacu pada pemahaman
tersebut, maka dibutuhkan strategi dalam menjaga dan
mempertahankan
eksistensi
perguruan
tinggi
tersebut.Hal ini dapat terjadi apabila perhatian dan
prioritas
mutu
layanan
menjadi
faktor
yang
diperhatikan oleh perguruan tinggi tersebut.
Dalam mengukur mutu dan kualitas layanan pada
perguruan tinggi, maka di Indonesia pada saat ini di
tentukan melalui regulasi yang di atur dalam Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).Peran
BAN-PT
adalah
melakukan
akreditas
terhadap
perguruan tinggi, dengan mengacu pada indikator atau
standar
yang
telah
ditetapkan.
Oleh
karena
itu,
perguruan tinggi akan diakui keberadaannya dan dapat
mengeluarkan
ijasah/sertifikatapabila
telah
terakreditasi. Pada saat ini BAN-PT merupakan satusatunya lembaga yang ditunjukan oleh pemerintah
dalam melakukan evaluasi mutu dan kualitas layanan
perguruan tinggi. Akreditasi institusi perguruan tinggi
dipandang sebagai proses penilaian terhadap institusi
secara
keseluruhan
untuk
mengetahui
komitmen
institusi terhadap kapasitas institusi dan efektivitas
pendidikan, yang didasarkan pada standar akreditasi
yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan oleh BANPT terhadap semua perguruan tinggi di Indonesia (BANPT,
2011).
terhadap
Akreditasi
mutu
merupakan
kinerja
proses
perguruan
tinggi
evaluasi
dalam
mengelola dan mengembangkan mutu dan kualitas
layanannya.
Mengacu pada pemahaman diatas, maka terdapat
7 (tujuh) standar penilaian yang dilakukan dalam
akreditasi
oleh
BAN-PT.
Adapun
ketujuh
standar
tersebut adalah : 1) Visi ,misi, tujuan dan sasaran,
serta
strategi
pencapaian;
2)
Tatapamong,
kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu; 3) Mahasiswa dan lulusan; 4) Sumber daya
manusia; 5) Kurikulum, pembelajaran, dan suasana
akademik; 6) Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sistem informasi; 7) Penelitian, pelayanan/pengabdian
kepada masyarakat, dan kerjasama. Mengacu pada
pemahaman tersebut, maka indikator/standar-standar
inilah yang menjadi landasan penilaian dan menjadi
tolok
ukur
dalam
melakukan
evaluasi
terhadap
perguruan tinggi tersebut.
Mengacu pada standar penilaian borang (Borang
AIPT, 2011), maka berikut ini akan dijelaskan peran
standar-standar dalam menilai mutu perguruan tinggi.
Pada dasarnya setiap standar memiliki peran dan
kedudukan yang penting dan sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat berdiri sendiri.
Standar 1: Visi,misi, tujuan dan sasaran, serta
strategi
pencapaian.
Merupakan
standar
yang
mengatur tentang Visi, Misi, tujuan dan sasaran serta
strategi yang dicapai oleh perguruan tinggi.Oleh karena
itu dalam standar ini memuat dasar penyusunan dan
mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran
institusi perguruan tinggi, serta pihak-pihak yang
dilibatkan
dalam
pemahaman
penyusunannya.
tersebut,
maka
Berdasarkan
bagaimana
peran
penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian
yang
tinggi/program
akan
studi.
dilakukan
Disamping
oleh
itu,
perguruan
pemahaman
akanvisi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi
pencapaian
menjadi
perhatian
yang
tidak
dapat
dipisahkan dalam memahami hal ini.
Standar
2
merupakan
Tatapamong,
kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan
mutu.Dimana
dalam
standar
ini,
perhatian
yangdiberikan
lebih
tinggi/program
pada
studi.
kepemimpinan
pengelolaan
Perhatian
dalam
tinggi/program
studi.
perguruan
terhadap
mengelola
Oleh
karena
proses
perguruan
itu,
hal
ini
diletakkan pada sistem tata pamong (input, proses,
output dan outcome serta lingkungan eksternal yang
menjamin terlaksananya tata pamong yang baik) harus
diformulasikan,
dipantau
disosialisasikan,
dan
dievaluasi
dengan
dilaksanakan,
peraturan
dan
prosedur yang jelas. Di sisi lain penekanan juga terjadi
pada penjaminan mutu yang ada, seperti kebijakan
mutu,
perangkat
pernyataan
mutu,
penjaminan
manual
mutu
mutu,
(organisasi,
standar
mutu),
pelaksanaan penjaminan mutu, serta monitoring dan
evaluasi.
Standar 3 menekankan pada mahasiswa dan
lulusan.Dimana pada standar ini, proses perekrutan
mahasiswa baru dan pengembangan kualitas lulusan
merupakan perhatian utama.Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka standar ini memberikan perhatian pada
strategi
dan
kebijakan
penerimaan
mahasiswa
baru.Standar ini juga ingin melihat mengenai kualitas
layanan pada mahasiswa dan prestasi.
alumni
menjadi
perhatian
yang
Disisi lain,
dilihat,
melalui
ketersediaan himpunan alumni dan kontribusi alumni
dalam pengembangan institusi.
Standar 4 merupakan standar yang mengatur
mengenai sumber daya manusia.mengacu pada Buku
Pedoman Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (2011),
maka dalam standar 4 menekankan pada pengelolaan
sumber daya yang ada. Berdasarkan hal tersebut,
maka
standar
4
berisikan
mengenai:
sistem
pengelolaan sumber daya manusia, sistem monitoring
dan
evaluasi,
dosen,
tenaga
kependidikan,
serta
pengukuran tingkat layanan yang diberikan baik oleh
dosen maupun oleh tenaga kependidikan.
Guna memahami peranan dan pengembangan
pembelajaran, maka hal ini dapat dilhat pada standar 5
(Borang AIPT, 2011).Standar 5 membahas mengenai
kurikulum,
pembelajaran,
dan
suasana
akademik.Terkait kurikulum, maka hal ini menekankan
pada standar dan kompetensi lulusan, serta kebijakan
yang dikembangkan dalam kerangka pengembangan
kurikulum.Ditinjau dari sisi pembelajaran, maka hal ini
menekankan
pada
pengembangan
dan
mutu
pembelajaran yang dilakukan berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan oleh Program Studi.Lebih dari pada
itu, standar ini juga mengatur mengenai pengendalian
mutu
berdasarkan
pada
pedoman
pelaksanaan
Tridarma perguruan tinggi.Pada sisi suasana akademik,
maka hal ini berkenaan dengan kebebasan akademik,
kebebasan
mimbar
keilmuan.Berdasarkan
standar
5
sumberdaya
akademik,
pemahaman
berupaya
baik
sumber
dan
tersebut,
mengukur
daya
otonomi
maka
ketersediaan
dosen
maupun
sumberdaya kependidikan, mutu pembelajaran serta
suasana akademik yang terbangun dalam perguruan
tinggi secara umum, dan program studi secara khusus.
Standar
6
lebih
merujuk
ketersediaan
pembiayaan,
pemanfaatan
teknologi
pada
sarana
informasi
pengukuran
prasarana
melalui
dan
sistem
informasi (BorangAIPT, 2011). Hal ini terkait pada
peranan program studi dalam melakukan perencanaan,
penerimaan,
pengalokasian,
monitoring dan
pelaporan,
audit,
evaluasi, dan pertanggungjawaban
penggunaan dana pada pemangku kepentingan. Oleh
karena itu, hal ini juga ditekankan pada perencanaan
program
studi
pendanaan
dalam
untuk
mengembangkan
program
studi
sumber
tersebut.Terkait
sarana prasarana, maka hal ini berkenaan dengan
kebijakan
pengembangan
penetapan
pengunaan
dan
dan
pencatatan,
pemeliharaan
serta
sarana
prasarana.Lebih dari pada itu, terkait sistem informasi,
maka hal ini berkenaan dengan layanan teknologi yang
tersedia guna memenuhi kebutuhan para stakeholder
yang ada.
Adapun
standar
7
merupakan
standar
yang
menekankan pada penelitian, pelayanan/pengabdian
pada
masyarakat
dan
kerjasama
(Borang
AIPT,
2011).Standar ini merupakan bagian terkahir dalam
borang Akreditasi. Standar 7, merupakan salah satu
standar yang penting dalam mengukur sejauhmana
program
studi
dapat
mengembangkan
dan
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
melalui kerjasama dengan pihak lain.
Berdasarkan paparan diatas, maka kehadiran
standar evaluasi melalui borang akreditasi merupakan
tolak ukur yang penting dalam menjaga dan menjamin
pengembangkan
perguruan
kualitas
tinggi.Oleh
mengherankan
mutu
yang
karena
apabila
ada
itu,
setiap
pada
tidaklah
perguruan
tinggi/program studi berlomba-lomba dan berupaya
untuk meng-ikut-kan program studinya supaya di
akreditasi. Pencapaian akan nilai akreditasi akan
menjadi pedoman guna melakukan perbaikan terhadap
layanan yang terdapat pada perguruan tinggi tersebut.
2.3. Strategi Peningkatan Peringkat
Akreditasi
Peringkat
akreditasi
merupakan
indikator
pengukuran kualitas mutu dan layanan terhadap
program
studi
dalamsebuah
perguruan
tinggi.Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sampai
saat ini secara kelembagaan BAN-PT masih merupakan
satu-satunya
lembaga
yang
memiliki
kewenangan
dalam mengukur kualitas mutu program studi.Amir
(2010) melihat bahwa semenjak akreditasi program
studi diberlakukan tahun 2007, maka masyarakat
telah menempatkan nilai akreditasi sebuah program
studi sebagai tolok ukur terkait mutu dan kualitas
program
studi
dalam
perguruan
tinggi
tersebut.
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka akreditasi
program studi mendapatkan perhatian utama dalam
pengembangan perguruan tinggi.
Mengacu pada pemahaman di atas, maka setiap
program studi perlu mengembangkan strategi guna
mendapatkan
hasil
Strategi-strategi
akreditasi
yang
yang
dilakukan
memuaskan.
didasarkan
pada
bentuk dan mekanisme penilaian yang ada dalam
borang akreditasi. Oleh karena itu, Chairy (2011)
menyatakan bahwa dalam meningkatkan akreditasi
program studi, maka perlu dipertimbangkan beberapa
hal sebagai berikut: 1) biasakan diri untuk melakukan
evaluasi diri program studi; 2) berikan perhatian pada
butir-butir akreditasi yang memiliki nilai tinggi, seperti
Sumber Daya Manusia dan Penelitian serta pengabdian
masyarakat; 3) kembangkan sistem penjaminan mutu.
Mengacu pada pemahaman tersebut, maka peranan
evaluasi diri dilakukan guna mendapatkan gambaran
kondisi kekinian dalam program studi tersebut. Disisi
lain perhatian terhadap penelitian dan pengabdian
masyarakat merupakan faktor penting dan memiliki
bobot penilaian yang besar dalam standar penilaian.
Disisi
lain,
Amir
(2010),
lebih
memberikan
perhatian pada Sistem Penjaminan Mutu Eksternal
(SPME).
Selama
mepersiapkan
memberikan
akreditasi
ini
perguruan
akreditasi
perhatian
lebih
program
terhadap
dilandasi oleh
tinggi
studi
dalam
tidak
SPME.Pengajuan
faktor kesempatan
bukan karena kemampuan yang terukur.Oleh karena
itu
kolaborasi
antara
Sistem
Penjaminan
Mutu
Eksternal dan Sistem Penjaminan Mutu Internal perlu
didudukkan secara bersama-sama dalam kerangka
pencapaian kualitas dan peringkat akreditasi yang lebih
baik.
Guna mencapai hal ini, maka Amir (2010),
mengusulkan
agar
perencanaan
akreditasi
program
dalam
mestinya
borang-borang
studi
jangka
tidak
mengimplementasikan
memiliki
panjang.Pengajuan
hanya
tetapi
perlu
sekedar
mengisi
menyiapkan
dan
program
sistem
kualitas
di
program studi.Mengacu pada Borang AIPT (2011), maka
peran
utama
yang
menjadi
perhatian
adalah
ketersediaan data dan dokumen.Hal ini juga dilihat
oleh Amir (2010), yang menyatakan bahwa diperlukan
ketersediaan data dan dokumen.Lebih jauh Amir (2010)
melihat bahwa Borang akreditasi pada sistem evaluasi
sebenarnya adalah instrumen untuk mengumpulkan
data
dan
informasi
tentang
program
studi
yang
diajukan program studinya. Sesuai dengan kaidah
evaluasi, butir-butir yang tercantum dalam borang
pada hakilkatnya adalah indikator utama tentang
kinerja program studi yang kadar kualitasnya akan
dinilai.
Siswadi (2012), melihat bahwa program studi
perlu memperhatikan matrik penilaian dan pelajari
bobot penilaian dalam borang akreditasi.Oleh karena
itu, program studi perlu berhati-hati dalam pada saat
menyusun dokumen, terutama yang berkenaan dengan
data program studi tidak perlu memaksakan diri untuk
mengarang
dan
merekayasa
informasi
atau
deskripsinya.Membangun kepercayaan merupakan hal
yang perlu di perhatikan. Oleh karena itu, Amir (2010)
menegaskan agar dalam menyusun borang akreditasi
maka informasi yang terbangun dalam tulisan maupun
data-data yang disajikan dalam borang harus dapat
menyakinkan lembaga BAN-PT. Oleh karena itu, data
dan informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan
harus dapat menjelaskan akan kondisi dan realitas
program studi. Data dan informasi yang diberikan
jangan sampai menimbulkan keraguan pada pihak
aksesor yang berdampak pada kecurigaan pihak BANPT.
Mengacu pada paparan diatas, maka strategi
peningkatan peringkat akreditasi merupakan langkah
yang perlu diperhatikan dalam mencapai kualitas dan
mutu
program
studi.
mempersiapkan
maka
program
diperlukan
Oleh
studi
karena
itu,
dalam
untuk diakreditasi,
persiapan-persiapan
yang
tidak
dilakukan secara tergesa-gesa.Diperlukan persiapan
dan perancangan yang matang serta didukung dengan
kesiapan data dan dokumen guna mendapatkan hasil
yang maksimal.
2.4. Total Quality Management
Pada awalnya Total Quality Manajemen atau TQM
dikembangkan oleh para ahli manajemen
Amerika
termasuk W. Edward Deming dan Joseph M. Juran,
namun
TQM
sukses
pertama
kali
ketika
di
implementasikan pada manajemen produksi di Jepang
setelah Perang Dunia kedua. TQM adalah sebuah
pendekatan yang digunakan sebuah organisasi untuk
meningkatkan
kualitas
sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan (Akpobire & Salami, 2013). Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Widyastuti et al bahwa TQM
adalah sebuah pendekatan manajemen yang berfokus
pada
kepuasan
pelanggan.
Mereka
menambahkan
bahwa TQM juga berfokus padacontinuous improvement,
kerja tim dan kepemimpinan (Widyastuti, et al., 2009).
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Deming and
Juran bahwa kualitas dalam organisasi akan lebih baik
jika tercipta kerja sama tim yang solid. Dalam hal ini
ada komunikasi yang baik antara pemimpin dan
pekerja (Deming, 1986; Juran 1988).Drennan (1999)
berpendapat bahwa TQM adalah suatu pendekatan
filosofis terhadap manajemen organisasi, khususnya
manajemen perubahan dalam organisasi. Sallis (2005)
berpendapat sama bahwa:
“ TQM is not about working to someone else’s agenda,
unless your customers and clients have specified the agenda.
It is not something that only senior managers do and then
pass their directions down the line. The total in TQM dictates
that everything and everybody in the organization is
involved in the enterprise of continuous improvement. The
management in TQM likewise means everyone, because
everyone in the institution, whatever their status, position or
role, is the manager of their own responsibilities”.
Hal yang serupa juga dikatakan oleh Primiani dan
Ariani
(2005)
bahwa TQM adalah
sebuah filosofi
tentang kualitas yang merupakan cita-cita oleh sebuah
organisasi yang membutuhkan keterlibatan seluruh
pihak yang menuntut perubahan.Perubahan dalam hal
ini adalah perubahan budaya (culture change).
Konsep TQM tidak hanya diimplementasikan
pada bisnis dan industri, tetapi juga dapat diterapkan
ke dalam dunia pendidikan untuk tercapainya standar
kualitas yang lebih tinggi. Filosofi Deming diperlengkapi
dengan
kerangka
terciptanya
kerja
perkembangan
yang
dapat
kearah
mendukung
positif
dalam
pendidikan seperti team teaching,site-based, cooperative
learning, dan outcome based education (Akpobire &
Salami, 2013). Studi kasus implementasi TQM dalam
pendidikan menemukan hasil-hasil yang positif.Pada
tahun 1990 Oregon State University menerapkan TQM
dalam filosofi manajemennya dan menuai sukses dalam
meningkatkan standard operasionalnya (Winn & Green,
1998).Menurut Winn & Green (1998) TQM merupakan
alat yang sangat ampuh dalam sektor pendidikan
meskipun pada awalnya diperuntukkan untuk sektor
bisnis dan industri. Implementasi yang sukses akan
dicapai jika semua orang memberi dukungan dan
institusi tersebut mengenal kebutuhan pelanggannya
dan berfokus pada proses. Hasilnya adalah terciptanya
standard operasional yang efisien dan kerja sama tim
yang solid yaitu siswa dan pihak fakultas.
2.5.Penelitian Yang Relevan
Drennan, (1999) berkata bahwa implementasi
TQM pada beberapa institusi pendidikan tinggi di
Skotlandia berhasil ketika ada komitmen dari semua
pihak institusi.Hal diatas didukung dengan temuan
Darmadji (2008) pada implementasi TQM di MAN
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
implementasi TQM akan terhambat jika tidak ada
komitmen dari segenap pihak. Primiani dan Ariani
menambahkan
bahwa
TQM
menuntut
perubahan
budaya yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan, baik pelanggan internal yang
meliputi staf edukatif dan non edukatif maupun
pelanggan eksternal primer yang meliputi para peserta
didik atau siswa, pelanggan eksternal sekunder yang
meliputi orang tua, pemberi beasiswa, dan pemilik
perusahaan, serta pelanggan eksternal tersier yang
meliputi
pasar
masyarakat
tenaga
luas(Primiani
kerja,
&
pemerintah,
Ariani,
dan
2005).Dalam
rangka memberi kepuasan terhadap pelanggan maka
sebuah
insitusi
meningkatkan
pendidikan
kualitas
tinggi
diri
haruslah
terus
(continuous
improvement)sesuai dengan prinsip dalam penerapan
TQM (Corrigan , 1995).
2.5.
2.6. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
Terjadi Penurunan Peringkat Akreditasi dari B menjadi C,
pada akreditasi 2011 Prodi Seni Musik, Fakultas Seni
Pertunjukkan
FGD tahap 1 dilakukan untuk indentifikasi akar
permasalahan
Hasil FGD 1 dimasukkan dalam diagram fishbone
Hasil FGD 1 dalam diagram fishbone dibandingkan dengan
matriks penilaian akreditasi untuk menemukan permasalahan
dengan bobot paling besar
FGD tahap 2 dilakukan untuk mencari akar permasalahan
dari permasalahan dengan bobot paling besar. Pada tahap ini
sekaligus peneliti menawarkan strategi dan berdiskusi
dengan nara sumber tentang strategi tersebut.