pidana internasional
1
Pertikaian di tanah Balkan akibat perang saudara berawal ketika Slovenia
dan Croatia menyatakan diri sebagai negara merdeka pada tahun 1991 yang
selanjutnya diikuti oleh Makedonia, Bosnia dan Herzegovina. Ada empat faktor
yang menyebabkan peperangan terjadi di tanah Balkan. Pertama, kelemahan dari
institusi pemerintah pusat Yugoslavia. Kedua, timbulnya nasionalisme agresif dari
Serbia. Ketiga, runtuhnya sistem satu partai komunis di sekitar Eropa pada tahun
1990 termasuk Yugoslavia. Keempat, nasionalisme Serbia yang meliputi Tentara
Rakyat Yugoslavia.
Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia memborbardir Ibukota
Bosnia, Sarajevo dan kota-kota lainnya. Gerilyawan Bosnia ditangkap dan
dibunuh serta perempuan-perempuan diperkosa. Pihak serbia melakukan ethnic
cleansing terhadap warga Bosnia dengan metode pengurungan, pembunuhan,
perkosaan, pelecehan seksual, penyiksaan, pemukulan, perampokan dan perlakuan
tidak manusiawi terhadap penduduk sipil, dan penghancuran rumah ibadah. 1
Pembersihan etnis bukanlah konsekuensi dari perang Bosnia, melainkan salah satu
tujuan utama, yaitu eksekusi masal dan pemerkosaan masal yang diselenggarakan
sebagai alat untuk menggusur paksa populasi rakyat Serbia dari tempat mereka.
Pemerintah Bosnia mendokumentasikan bahwa pada tahun 1993, antara 20.000 –
50.000 perempuan Bosnia diperkosa oleh anggota pasukan Serbia.2
Pembunuhan masal yang sistematis yang terjadi di Bosnia pada paruh
waktu 1990-an telah masuk ke dalam kesadaran internasional lebih dari hal lain
dari pembunuhan masal yang sistematis sejak Holocaust. Perang Bosnia telah
digambarkan sebagai perang yang paling dipublikasikan dalam sejarah. 3 Dalam
rangka merespon konflik bersenjata yang terjadi di Yugoslavia, Dewan Keamanan
PBB membentuk komisi ahli pada tanggal 6 Oktober 1992 untuk meneliti
pelanggaran hukum internasional yang terjadi di sana.
1
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/mladic/ind/en/kar-ii950724e.pdf, diakses tanggal 4 Mei 2017.
2 Massimo Moratti dan Amra Sabic El Rayes, 2009, “Transitional Justice And DDR : The Case Of
Bosnia And Herzegovina, Research Unit International Center For Transitional Justice, hlm 6.
3 Marko Attila Hoare, 2011, “A Case Study In Underachievement : The International Courts And
Genocide In Bosnia-Herzegovina, Genocide Studies And Prevention : An International Journal,
Volume 6, hlm 81.
2
Komisi ini kemudian menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran berat
terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan ancaman bagi
perdamaian serta keamanan internasional. Berdasarkan Resolusi 827 Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 25 Mei 1993 dibentuklah International Crininal
Tribunal
fo
the
Former
Yugoslavia
(ICTY).
ICTY
dibentuk
untuk
menginvestigasi, menuntut, dan mengadili individu yang bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional selama
konflik bersenjata sejak tahun 1991.4 Yurisdiksi ICTY adalah pelanggaran berat
terhadap konvensi jenewa, pelanggaran terhadap hukum kebiasaan perang,
genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.5
Permasalahan yang berkaitan dengan pemberlakuan secara retroaktif
dalam Statuta ICTY, dikemukakan oleh Sekjen PBB, bahwa aplikasi dari prinsip
nullum crimen sine lege di pengadilan internasional perlu menggunakan ketentuan
dari hukum humaniter internasional yang diyakini sebagai bagian dari hukum
kebiasaan. Hal ini penting dalam konteks pengadilan internasional yang menuntut
orang yang bertanggungjawab untuk pelanggaran yang serius terhadap hukum
humaniter internasional.6 Kritik terhadap pengadilan yang memberlakukan hukum
secara retroaktif adalah suatu kewajaran. Oleh karena itu dikatakan bahwa ICTY
yang diberlakukan secara retroaktif hanyalah merupakan prosedural. Disamping
itu, tuduhan tentang pemberlakuan secara retroaktif bagi terdakwa Serbia, juga
tidak dapat dibenarkan karena tindakan yang dilakukan telah berlawanan dengan
hukum humaniter internasional.
Kasus Posisi
Radovan Karadzic merupakan salah satu dari beberapa orang yang
dianggap bertanggung jawab atas insiden pemusnahan etnis muslim Bosnia di
4 Eddy O.S Hiariej, 2009, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga, Jakarta, hlm 80.
5 Manfred Nowak (Alih Bahasa : Sri Sulastini), 2003, Pengantar Pada Rezim HAM Internasional,
Brill Academic Publisher, Jakarta, hlm 314.
6 John R.W.D Jones and Steven Powles, 2003, International Criminal Practice, Transnational
Publishers-Oxford University, hlm 401.
3
Yugoslavia. Radovan Karadzic merupakan pendiri dari SDS dan menjabat sebagai
Presiden dari Juli 1990 sampai Juli 1996. Karadzic juga merupakan Presiden
Dewan Keamanan Nasional Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina. Dari
tanggal 17 Desember 1992, ia adalah satu-satunya Presiden Republik Srpska, dan
Panglima Tertinggi angkatan bersenjata Republik Srpska.7
Sejak tahun 1995, Karadzic menjadi buronan yang paling dicari untuk
diadili di ICTY. Setelah 13 tahun dalam pelarian, mantan pemimpin Serbia Bosnia
Radovan Karadzic akhirnya ditangkap pada tanggal 21 Juli 2008 di Boegrad. Saat
itu dia menyamar sebagai pekerja di sebuah klinik pengobatan alternatif dengan
menggunakan nama samaran Dragan Dabic.
Karadzic didakwa dengan 2 tuduhan genosida, 5 tuduhan kejahatan
kemanusiaan yang meliputi penganiayaan, pemusnahan, pembunuhan, deportasi,
tindakan tidak manusiawi pemindahan paksa, 4 tuduhan pelanggaran hukum atau
kebiasaan perang yang meliputi pembunuhan, teror, penyerangan terhadap warga
sipil, dan mengambil sandera.8 Dalam surat dakwaan, Karadzic dituduh secara
individu bertanggung jawab sesuai dengan Pasal 7 (1) Statuta Tribunal ICTY
untuk kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, melanggar hukum
kebiasaan perang, serta partisipasinya dalam empat perusahaan kriminal Joint
Criminal Enterprise (JCE). Dari Oktober 1991 hingga 30 November 1995,
Karadzic berpartisipasi dalam JCE, yang tujuannya adalah untuk secara permanen
menghapus warga muslim Bosnia dari daerah Bosnia dan Herzegovina yang
diklaim sebagai wilayah Serbia.
April 1992 dan November 1995, Karadzic berpartisipasi dalam JCE untuk
membangun dan melaksanakan kampanye dan melakukan penembakan terhadap
penduduk sipil dari Sarajevo, yang tujuannya adalah untuk menebarkan teror
7 Amabelle C. Asuncion, 2010, “Pulling The Stops On Genocide : The State Or The Individual ?”,
The European Journal Of International Law, Vol 20, hlm 1197.
8
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/karadzic/cis/en/cis_karadzic_en.pdf, diakses tanggal 6 Mei 2017.
4
kepada rakyat. Pembunuhan muslim Bosnia dilakukan di dalam fasilitas tahanan
serta diperlakukan secara tidak manusiawi setelah pengambilalihan kota.9
Juni 1995, Karadzic menyuruh JCE untuk menyerang pasukan perdamaian
PBB dan pengamat militer untuk memaksa NATO untuk menjauhkan diri serta
tidak melakukan serangan udara yang ditujukan kepada militer Serbia. 15 anggota
pasukan Belanda disandera dan kemudian Serbia meminta kepada pasukan
Belanda untuk menukar dengan rakyat Bosnia yang berada dalam wilayah aman
yang ditetapkan oleh PBB. Pasukan Belanda akhirnya menyerahkan warga Bosnia
yang berada di dalam kamp wilayah aman untuk menyelamatkan 15 anggota
pasukannya,
Pada 11 Juli 1995 yang kemudian berlanjut sampai dengan 1 November
1995, JCE dibawah arahan Karadzic menghilangkan muslim Bosnia di Srebrenica
dengan cara membunuh pria dan anak laki-laki dari Srebrenica, dan secara paksa
memindahkan perempuan, anak kecil, dan beberapa orang yang lanjut usia. Selain
itu, jaksa penuntut umum juga mendakwa Karadzic berdasarkan Pasal 7 (3)
Statuta ICTY, dengan tuduhan bahwa Karadzic terlah merencanakan, menghasut,
memerintahkan dan membantu dalam kejahatan tersebut.
Persidangan dimulai pada tanggal 26 Oktober 2009, tetapi Karadzic
menolak hadir di pengadilan. Pada tanggal 5 November, sidang pengadilan
mengeluarkan keputusan dimana ditemukan bahwa Karadzic secara substansial
dan terus-menerus menghambat jalannya persidangan. Oleh karena itu, Chamber
memerintahkan untuk menunjuk pengacara untuk mewakili kepentingan Karadzic
di pengadilan, dan memerintahkan untuk melanjutkan sidang pada 1 Maret 2010.
Chamber menemukan bukti atas konflik bersenjata yang terjadi di BosniaHerzegovina selama periode yang relevan dengan surat dakwaan dan persyaratan
umum lainnya untuk kejahatan berdasarkan Pasal 3 Statuta ICTY terpenuhi.
Sidang membahas tentang dugaan kejahatan yang dilakukan JCE di kota Bijeljiba,
9 Matteo Fiori, 2008, “The Indictments Against Radovan Karadzic An Analysis Of The Legal
Developments In The ICTY’s Crucial Upcoming Trial”, Hangue Justice Journal Judiciaire De La
Haye, Volume 3, hal 23.
5
Brcko, Foca, Rogatica, Sokolac, Visegrad, Vlasenica, dan Zvornik di Timur
Bosnia Herzegovina, dan di kota-kota dari Hadtici, Ilidta, Novi Grad, Novo
Sarajevo, Pale, dan Vogosca di wilayah Sarajevo, yang kemudian ini akan disebut
sebagai municipalities (kota).
Sidang menemukan bahwa sejumlah besar Muslim Bosnia di kota
dipindahkan secara paksa dari tempat mereka ke lokasi lain. Karadzic menyatakan
bahwa penduduk Bosnia pindah secara sukarela karena konsekuensi perang.
Tetapi, sidang menemukan sebaliknya, bahwa penduduk Bosnia dipaksa untuk
meninggalkan kota setelah kotanya di ambil alih oleh pasukan Serbia, dan korban
lainnya ditangkap dan ditahan kemudian diangkut ke luar kota, sehingga
pengusiran ini mengakibatkan perubahan drastis pada komposisi etnis Bosnia di
kota.
Muslim Bosnia juga diberhentikan dari pekerjaan mereka dibeberapa kota.
Para warga muslim Bosnia yang ditahan mengalami perlakuan yang tidak
manusiawi. Di dalam tahanan mereka mengalami penyiksaan, pemukulan, dan
kekerasan fisik dan psikologi oleh pasukan Serbia. Selama masa penahanan,
perempuan Bosnia menjadi sasaran pemerkosaan dan tindak kekerasan seksual
lainnya oleh anggota Serbia. Kejahatan ini mengakibatkan penderitaan mental
atau fisik yang serius pada korban.
Chamber menyimpulkan bahwa anggota angkatan Serbia dan organ
pemerintahannya melakukan pembunuhan sebagai pelanggaran hukum atau
kebiasaan perang serta pembunuhan, pemusnahan, deportasi, dan tindakan tidak
manusiawi lainnya (pemindahan paksa) dan penganiayaan sebagai kejahatan
terhadap kemanusiaan.
Dibawah count 1, jaksa penuntut umum menyebutkan bahwa di tujuh kota,
yaitu Bratunac, Foca, Prijedor, Kljuc, Sanski Moat, dan Zvornik, kampanye
penindasan yang disengaja termasuk untuk mencakup genosida. Akan tetapi
chamber tidak yakin bahwa bukti tersebut menunjukkan bahwa kondisi kehidupan
tersebut dapat dihitung untuk membawa penghancuran fisik muslim Bosnia
6
sebagai niat melakukan genosida sesuai Pasal 4 (2a) dan (2b). Kesimpulannya
chamber tidak dapat mengidentifikasi atau menyimpulkan maksud genosida dari
pihak terdakwa Karadzic, anggota JCE yang diduga sebagai pelaku fisik tindakan
ini atau dari kasus kejahatan yang dilakukan di kota-kota ini.
Karadzic secara signifikan berkontribusi pada Overarching JCE. Karadzic
juga berada di puncak struktur politik, pemerintahan, serta militer dan mampu
menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk tujuan yang lebih menyeluruh
pada JCE. Karadzic mendukung pelaksanaan militer yang bertujuan untuk
pengambilalihan wilayah non-Serbia. Tanggung jawab terdakwa Karadzic dalam
kasus Srebrenica yang menewaskan setidaknya 5.115 pria muslim Bosnia.
Karadzic mengakui bahwa ia menyetujui rencana pengambilalihan kawasan
Srebrenica tapi menurut Karadzic, ia tidak pernah diberitahu mengenai
pembunuhan ini.
Chamber telah menemukan bahwa setidaknya pada saat Directive 7
dikeluarkan pada bulan Maret 1995, Terdakwa dan Mladic telah menyusun
rencana jangka panjang yang ditujukan untuk penghapusan paksa Muslim Bosnia
di Srebrenica, dan menganggap bahwa pembentukan struktur Serbia Bosnia di
Srebrenica menjadi demonstratif dari maksud untuk secara permanen dan
menghilangkan secara paksa penduduk Muslim Bosnia.
Dalam mencapai kesimpulan ini, chamber mencatat bahwa sepanjang
operasi di Srebrenica, Terdakwa telah menerima informasi melalui berbagai
saluran, termasuk kontak dengan petugas VRS tinggi seperti Gvero dan Tolimir,
serta Ţivanović pada malam 11 Juli dan Mladic pada sore hari tanggal 13 Juli.
Terdakwa juga bertemu dua kali dengan Tomislav Kovač dari RS MUP, yang
menghabiskan malam 13 Juli dan hari dari 14 Juli di daerah Bratunac dan
Srebrenica. Dituduh juga menerima laporan tertulis biasa dari beberapa cabang
Angkatan Serbia Bosnia, termasuk laporan tempur VRS harian yang
mengungkapkan bahwa Angkatan Serbia Bosnia diamati relatif sedikit laki-laki
Muslim Bosnia berbadan sehat di Potocari dan menggambarkan tindakan yang
diambil oleh Angkatan Serbia.
7
Pada tanggal 28 Juni 2012, Trial Chamber mengeluarkan keputusan sesuai
dengan Peraturan 98 bis bahwa Karadzic dibebaskan atas sepuluh tuduhan yang
didakwakan. Karadzic hanya didakwa atas satu kejahatan genosida yang
dilakukannya di beberapa kota di Bosnia Herzegovina pada maret-desember 1992.
Kemudian jaksa mengajukan banding atas putusan vonis bebas. Sidang putusan
dilaksanakan kembali pada tanggal 24 maret 2016 dan menyatakan Radovan
Karadzic bersalah atas kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
pelanggaran hukum atau kebiasaan perang yang dilakukan oleh pasukan Serbia
selama konflik bersenjata di Bosnia Herzegovina dari tahun 1992 sampai dengan
tahun 1995. Karadzic dihukum karena genosida di daerah Srebrenica pada tahun
1995, penganiayaan, pemusnahan, pembunuhan, deportasi, tindakan tidak
manusiawi (pemindahan paksa), teror, penyerangan terhadap warga sipil, dan
penyanderaan dan dijatuhi hukuman selama 40 tahun. Akan tetapi Karadzic
dibebaskan dari tuduhan genosida di kota-kata lain di Bosnia Herzegovina pada
tahun 1992 karena jaksa merasa tidak yakin dan tidak dapat mengidentifikasi.
Genosida didefinisikan dalam Convention on the Prevention amd
Punishment of the Crime of Genocide, pada Pasal 2 genosida dirumuskan :
in the present convention, genocide means any of the following acts committed
with intent to destroy, in whole or in part, a national, ethnical, racial or religious
group, as such :
a. Killing members of the group;
b. Causing serious bodily or mental harm to members of the group;
c. Deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring
about its physical destruction in whole or in part;
d. Imposing measures intended to prevent births within the group;
e. Forcibly trasferring children of the group to another group.
Padahal jika melihat Pasal 4 (2c) Statuta ICTY Karadzic sebagai Presiden
Republik Srpska telah masuk sebagai genosida karena telah menimbulkan
kerugian fisik akibat perlakuan tidak manusiawi selama mereka ditahan. Fakta
bahwa masyarakat muslim Bosnia telah mengalami tindakan yang tidak
manusiawi seharusnya bisa menjadi pertimbangan hakim, mengingat trauma
8
berkepanjangan yang dapat timbul akibat dari perbuatan ini. Bahkan jika dilihat
pada Pasal 3b jo Pasal 7 (1) bahwa konspirasi melakukan genosida dapat dituntut
sebagai individu, mengacu pada keterlibatan Karadzic dengan JCE maka sangat
mungkin terjadi genosida di kota-kota lain selain Srebrenica. Mengingat bahwa
perang yang terjadi antara Serbia dan Bosnia dikarenakan Serbia ingin terlihat
lebih menonjol dibanding Bosnia.
Walaupun Karadzic dibebaskan dari tuntutan genosida di kota-kota
tersebut selain Srebrenica, tetapi kekerasan seksual didakwakan
sehubungan
dengan Sarajevo dan penyanderan di kota-kota sebagai komponen dari kasus
tersebut.10 Pemerkosaan dan tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh
pasukan Serbia merupakan hal yang mengerikan. Banyak warga sipil yang ditahan
kemudian mengalami kekerasan seksual dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya.
Bahkan selama perkosaan di kamp Trnopolje, pelaku mengatakan kepada korban
bahwa perempuan muslim Serbia harus melahirkan anak-anak serbia. Sebagai
contoh, chamber menemukan kasus
Bijeljiba : Para militer Serbia memperkosa dua wanita muslim Bosnia dan
mengarak mereka dengan telanjang melalui kota sebelum memperkosa
mereka lagi.
Brcko : perempuan Bosnia diperkosa di kamp Luka.
Foka : perempuan dan anak perempuan yang ditahan menjadi sasaran
kekerasan seksual oleh anggota pasukan Serbia dibeberapa lokasi Foca,
termasuk oleh publik. Selama 40 hari penahanan, seorang perempuan
diperkosa sekitar 150 kali.
Trial chamber menjelaskan bahwa tindak kekerasan seksual ini merupakan
pelanggaran yang sangat serius yang menimpa korban dengan cara pemaksaan,
ancaman kekerasan, atau intimidasi yang menghilangkan martabat korban.
Dengan demikian disimpulkan bahwa ini sama dengan kejahatan lain yang
tercantum dalam Pasal 5 statuta, dengan demikian merupakan suatu tindak
penganiayaan.
10
http://www.iap-association.org/getattachment/PSV/News/PSV-Insights-from-the-KaradzicTrial-Judgement/PSV-Insights-from-the-Karadzic-Trial-Judgement.pdf.aspx, diakses tanggal 10
Mei 2017.
9
Trial chamber memperhatikan fakta peradilan yang diputuskan yang
berkaitan dengan kekerasan seksual pada kasus-kasus sebelumnya, terutama untuk
menetapkan fakta bahwa kejahatan tersebut berlangsung. Bukti tertulis dan
pemberitahuan
peradilan
atas
kasus-kasus
sebelumnya
dapat
menjadi
pertimbangan jaksa mengingat resiko trauma kekerasan seksual korban apabila
korban tidak mau bersaksi di persidangan, mengingat proses penyembuhan trauma
dari korban itu sendiri.
Sehubungan dengan penuntutan perkosaan dan kekerasan seksual lainnya
dalam proses persidangan Karadzic, merupakan tonggak penting bagi peradilan
pidana internasional, bahwa pangkat/jabatan tinggi tidak mempengaruhi tuntutan.
Penjatuhan pidana terhadap Karadzic yang diharapkan oleh masyarakat luas akan
melemahkan mitos bahwa kekerasan seksual tidak dapat dikaitkan dengan jabatan
yang tinggi.
10
Daftar Pustaka
Buku
Hiariej, Eddy OS, 2009, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga,
Jakarta.
Nowak Manfred (Alih Bahasa : Sri Sulastini), 2003, Pengantar Pada Rezim HAM
Internasional, Brill Academic Publisher, Jakarta
Jurnal dan Internet
Asuncion Amabelle C., 2010, “Pulling The Stops On Genocide : The State Or The
Individual ?”, The European Journal Of International Law, Vol 20.
Fiori Matteo, 2008, “The Indictments Against Radovan Karadzic An Analysis Of The
Legal Developments In The ICTY’s Crucial Upcoming Trial”, Hangue Justice Journal
Judiciaire De La Haye, Volume 3.
Morrari Massimo dan Amra Sabic El Rayes, 2009, “Transitional Justice And DDR
: The Case Of Bosnia And Herzegovina, Research Unit International Center For
Transitional Justice.
Hoare Marko Attila, 2011, “A Case Study In Underachievement : The
International Courts And Genocide In Bosnia-Herzegovina, Genocide Studies And
Prevention : An International Journal, Volume 6.
Jones John R.W.D and Steven Powles, 2003, International Criminal Practice,
Transnational Publishers-Oxford University.
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/mladic/ind/en/kar-ii950724e.pdf.
“The
International
Tribunal
For
The
Former
http://www.icty.org/x/cases/karadzic/cis/en/cis_karadzic_en.pdf,
Yugoslavia”,
Pertikaian di tanah Balkan akibat perang saudara berawal ketika Slovenia
dan Croatia menyatakan diri sebagai negara merdeka pada tahun 1991 yang
selanjutnya diikuti oleh Makedonia, Bosnia dan Herzegovina. Ada empat faktor
yang menyebabkan peperangan terjadi di tanah Balkan. Pertama, kelemahan dari
institusi pemerintah pusat Yugoslavia. Kedua, timbulnya nasionalisme agresif dari
Serbia. Ketiga, runtuhnya sistem satu partai komunis di sekitar Eropa pada tahun
1990 termasuk Yugoslavia. Keempat, nasionalisme Serbia yang meliputi Tentara
Rakyat Yugoslavia.
Konflik ini semakin meningkat ketika Serbia memborbardir Ibukota
Bosnia, Sarajevo dan kota-kota lainnya. Gerilyawan Bosnia ditangkap dan
dibunuh serta perempuan-perempuan diperkosa. Pihak serbia melakukan ethnic
cleansing terhadap warga Bosnia dengan metode pengurungan, pembunuhan,
perkosaan, pelecehan seksual, penyiksaan, pemukulan, perampokan dan perlakuan
tidak manusiawi terhadap penduduk sipil, dan penghancuran rumah ibadah. 1
Pembersihan etnis bukanlah konsekuensi dari perang Bosnia, melainkan salah satu
tujuan utama, yaitu eksekusi masal dan pemerkosaan masal yang diselenggarakan
sebagai alat untuk menggusur paksa populasi rakyat Serbia dari tempat mereka.
Pemerintah Bosnia mendokumentasikan bahwa pada tahun 1993, antara 20.000 –
50.000 perempuan Bosnia diperkosa oleh anggota pasukan Serbia.2
Pembunuhan masal yang sistematis yang terjadi di Bosnia pada paruh
waktu 1990-an telah masuk ke dalam kesadaran internasional lebih dari hal lain
dari pembunuhan masal yang sistematis sejak Holocaust. Perang Bosnia telah
digambarkan sebagai perang yang paling dipublikasikan dalam sejarah. 3 Dalam
rangka merespon konflik bersenjata yang terjadi di Yugoslavia, Dewan Keamanan
PBB membentuk komisi ahli pada tanggal 6 Oktober 1992 untuk meneliti
pelanggaran hukum internasional yang terjadi di sana.
1
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/mladic/ind/en/kar-ii950724e.pdf, diakses tanggal 4 Mei 2017.
2 Massimo Moratti dan Amra Sabic El Rayes, 2009, “Transitional Justice And DDR : The Case Of
Bosnia And Herzegovina, Research Unit International Center For Transitional Justice, hlm 6.
3 Marko Attila Hoare, 2011, “A Case Study In Underachievement : The International Courts And
Genocide In Bosnia-Herzegovina, Genocide Studies And Prevention : An International Journal,
Volume 6, hlm 81.
2
Komisi ini kemudian menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran berat
terhadap hukum humaniter internasional dan merupakan ancaman bagi
perdamaian serta keamanan internasional. Berdasarkan Resolusi 827 Dewan
Keamanan PBB pada tanggal 25 Mei 1993 dibentuklah International Crininal
Tribunal
fo
the
Former
Yugoslavia
(ICTY).
ICTY
dibentuk
untuk
menginvestigasi, menuntut, dan mengadili individu yang bertanggung jawab atas
terjadinya pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional selama
konflik bersenjata sejak tahun 1991.4 Yurisdiksi ICTY adalah pelanggaran berat
terhadap konvensi jenewa, pelanggaran terhadap hukum kebiasaan perang,
genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.5
Permasalahan yang berkaitan dengan pemberlakuan secara retroaktif
dalam Statuta ICTY, dikemukakan oleh Sekjen PBB, bahwa aplikasi dari prinsip
nullum crimen sine lege di pengadilan internasional perlu menggunakan ketentuan
dari hukum humaniter internasional yang diyakini sebagai bagian dari hukum
kebiasaan. Hal ini penting dalam konteks pengadilan internasional yang menuntut
orang yang bertanggungjawab untuk pelanggaran yang serius terhadap hukum
humaniter internasional.6 Kritik terhadap pengadilan yang memberlakukan hukum
secara retroaktif adalah suatu kewajaran. Oleh karena itu dikatakan bahwa ICTY
yang diberlakukan secara retroaktif hanyalah merupakan prosedural. Disamping
itu, tuduhan tentang pemberlakuan secara retroaktif bagi terdakwa Serbia, juga
tidak dapat dibenarkan karena tindakan yang dilakukan telah berlawanan dengan
hukum humaniter internasional.
Kasus Posisi
Radovan Karadzic merupakan salah satu dari beberapa orang yang
dianggap bertanggung jawab atas insiden pemusnahan etnis muslim Bosnia di
4 Eddy O.S Hiariej, 2009, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga, Jakarta, hlm 80.
5 Manfred Nowak (Alih Bahasa : Sri Sulastini), 2003, Pengantar Pada Rezim HAM Internasional,
Brill Academic Publisher, Jakarta, hlm 314.
6 John R.W.D Jones and Steven Powles, 2003, International Criminal Practice, Transnational
Publishers-Oxford University, hlm 401.
3
Yugoslavia. Radovan Karadzic merupakan pendiri dari SDS dan menjabat sebagai
Presiden dari Juli 1990 sampai Juli 1996. Karadzic juga merupakan Presiden
Dewan Keamanan Nasional Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina. Dari
tanggal 17 Desember 1992, ia adalah satu-satunya Presiden Republik Srpska, dan
Panglima Tertinggi angkatan bersenjata Republik Srpska.7
Sejak tahun 1995, Karadzic menjadi buronan yang paling dicari untuk
diadili di ICTY. Setelah 13 tahun dalam pelarian, mantan pemimpin Serbia Bosnia
Radovan Karadzic akhirnya ditangkap pada tanggal 21 Juli 2008 di Boegrad. Saat
itu dia menyamar sebagai pekerja di sebuah klinik pengobatan alternatif dengan
menggunakan nama samaran Dragan Dabic.
Karadzic didakwa dengan 2 tuduhan genosida, 5 tuduhan kejahatan
kemanusiaan yang meliputi penganiayaan, pemusnahan, pembunuhan, deportasi,
tindakan tidak manusiawi pemindahan paksa, 4 tuduhan pelanggaran hukum atau
kebiasaan perang yang meliputi pembunuhan, teror, penyerangan terhadap warga
sipil, dan mengambil sandera.8 Dalam surat dakwaan, Karadzic dituduh secara
individu bertanggung jawab sesuai dengan Pasal 7 (1) Statuta Tribunal ICTY
untuk kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, melanggar hukum
kebiasaan perang, serta partisipasinya dalam empat perusahaan kriminal Joint
Criminal Enterprise (JCE). Dari Oktober 1991 hingga 30 November 1995,
Karadzic berpartisipasi dalam JCE, yang tujuannya adalah untuk secara permanen
menghapus warga muslim Bosnia dari daerah Bosnia dan Herzegovina yang
diklaim sebagai wilayah Serbia.
April 1992 dan November 1995, Karadzic berpartisipasi dalam JCE untuk
membangun dan melaksanakan kampanye dan melakukan penembakan terhadap
penduduk sipil dari Sarajevo, yang tujuannya adalah untuk menebarkan teror
7 Amabelle C. Asuncion, 2010, “Pulling The Stops On Genocide : The State Or The Individual ?”,
The European Journal Of International Law, Vol 20, hlm 1197.
8
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/karadzic/cis/en/cis_karadzic_en.pdf, diakses tanggal 6 Mei 2017.
4
kepada rakyat. Pembunuhan muslim Bosnia dilakukan di dalam fasilitas tahanan
serta diperlakukan secara tidak manusiawi setelah pengambilalihan kota.9
Juni 1995, Karadzic menyuruh JCE untuk menyerang pasukan perdamaian
PBB dan pengamat militer untuk memaksa NATO untuk menjauhkan diri serta
tidak melakukan serangan udara yang ditujukan kepada militer Serbia. 15 anggota
pasukan Belanda disandera dan kemudian Serbia meminta kepada pasukan
Belanda untuk menukar dengan rakyat Bosnia yang berada dalam wilayah aman
yang ditetapkan oleh PBB. Pasukan Belanda akhirnya menyerahkan warga Bosnia
yang berada di dalam kamp wilayah aman untuk menyelamatkan 15 anggota
pasukannya,
Pada 11 Juli 1995 yang kemudian berlanjut sampai dengan 1 November
1995, JCE dibawah arahan Karadzic menghilangkan muslim Bosnia di Srebrenica
dengan cara membunuh pria dan anak laki-laki dari Srebrenica, dan secara paksa
memindahkan perempuan, anak kecil, dan beberapa orang yang lanjut usia. Selain
itu, jaksa penuntut umum juga mendakwa Karadzic berdasarkan Pasal 7 (3)
Statuta ICTY, dengan tuduhan bahwa Karadzic terlah merencanakan, menghasut,
memerintahkan dan membantu dalam kejahatan tersebut.
Persidangan dimulai pada tanggal 26 Oktober 2009, tetapi Karadzic
menolak hadir di pengadilan. Pada tanggal 5 November, sidang pengadilan
mengeluarkan keputusan dimana ditemukan bahwa Karadzic secara substansial
dan terus-menerus menghambat jalannya persidangan. Oleh karena itu, Chamber
memerintahkan untuk menunjuk pengacara untuk mewakili kepentingan Karadzic
di pengadilan, dan memerintahkan untuk melanjutkan sidang pada 1 Maret 2010.
Chamber menemukan bukti atas konflik bersenjata yang terjadi di BosniaHerzegovina selama periode yang relevan dengan surat dakwaan dan persyaratan
umum lainnya untuk kejahatan berdasarkan Pasal 3 Statuta ICTY terpenuhi.
Sidang membahas tentang dugaan kejahatan yang dilakukan JCE di kota Bijeljiba,
9 Matteo Fiori, 2008, “The Indictments Against Radovan Karadzic An Analysis Of The Legal
Developments In The ICTY’s Crucial Upcoming Trial”, Hangue Justice Journal Judiciaire De La
Haye, Volume 3, hal 23.
5
Brcko, Foca, Rogatica, Sokolac, Visegrad, Vlasenica, dan Zvornik di Timur
Bosnia Herzegovina, dan di kota-kota dari Hadtici, Ilidta, Novi Grad, Novo
Sarajevo, Pale, dan Vogosca di wilayah Sarajevo, yang kemudian ini akan disebut
sebagai municipalities (kota).
Sidang menemukan bahwa sejumlah besar Muslim Bosnia di kota
dipindahkan secara paksa dari tempat mereka ke lokasi lain. Karadzic menyatakan
bahwa penduduk Bosnia pindah secara sukarela karena konsekuensi perang.
Tetapi, sidang menemukan sebaliknya, bahwa penduduk Bosnia dipaksa untuk
meninggalkan kota setelah kotanya di ambil alih oleh pasukan Serbia, dan korban
lainnya ditangkap dan ditahan kemudian diangkut ke luar kota, sehingga
pengusiran ini mengakibatkan perubahan drastis pada komposisi etnis Bosnia di
kota.
Muslim Bosnia juga diberhentikan dari pekerjaan mereka dibeberapa kota.
Para warga muslim Bosnia yang ditahan mengalami perlakuan yang tidak
manusiawi. Di dalam tahanan mereka mengalami penyiksaan, pemukulan, dan
kekerasan fisik dan psikologi oleh pasukan Serbia. Selama masa penahanan,
perempuan Bosnia menjadi sasaran pemerkosaan dan tindak kekerasan seksual
lainnya oleh anggota Serbia. Kejahatan ini mengakibatkan penderitaan mental
atau fisik yang serius pada korban.
Chamber menyimpulkan bahwa anggota angkatan Serbia dan organ
pemerintahannya melakukan pembunuhan sebagai pelanggaran hukum atau
kebiasaan perang serta pembunuhan, pemusnahan, deportasi, dan tindakan tidak
manusiawi lainnya (pemindahan paksa) dan penganiayaan sebagai kejahatan
terhadap kemanusiaan.
Dibawah count 1, jaksa penuntut umum menyebutkan bahwa di tujuh kota,
yaitu Bratunac, Foca, Prijedor, Kljuc, Sanski Moat, dan Zvornik, kampanye
penindasan yang disengaja termasuk untuk mencakup genosida. Akan tetapi
chamber tidak yakin bahwa bukti tersebut menunjukkan bahwa kondisi kehidupan
tersebut dapat dihitung untuk membawa penghancuran fisik muslim Bosnia
6
sebagai niat melakukan genosida sesuai Pasal 4 (2a) dan (2b). Kesimpulannya
chamber tidak dapat mengidentifikasi atau menyimpulkan maksud genosida dari
pihak terdakwa Karadzic, anggota JCE yang diduga sebagai pelaku fisik tindakan
ini atau dari kasus kejahatan yang dilakukan di kota-kota ini.
Karadzic secara signifikan berkontribusi pada Overarching JCE. Karadzic
juga berada di puncak struktur politik, pemerintahan, serta militer dan mampu
menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk tujuan yang lebih menyeluruh
pada JCE. Karadzic mendukung pelaksanaan militer yang bertujuan untuk
pengambilalihan wilayah non-Serbia. Tanggung jawab terdakwa Karadzic dalam
kasus Srebrenica yang menewaskan setidaknya 5.115 pria muslim Bosnia.
Karadzic mengakui bahwa ia menyetujui rencana pengambilalihan kawasan
Srebrenica tapi menurut Karadzic, ia tidak pernah diberitahu mengenai
pembunuhan ini.
Chamber telah menemukan bahwa setidaknya pada saat Directive 7
dikeluarkan pada bulan Maret 1995, Terdakwa dan Mladic telah menyusun
rencana jangka panjang yang ditujukan untuk penghapusan paksa Muslim Bosnia
di Srebrenica, dan menganggap bahwa pembentukan struktur Serbia Bosnia di
Srebrenica menjadi demonstratif dari maksud untuk secara permanen dan
menghilangkan secara paksa penduduk Muslim Bosnia.
Dalam mencapai kesimpulan ini, chamber mencatat bahwa sepanjang
operasi di Srebrenica, Terdakwa telah menerima informasi melalui berbagai
saluran, termasuk kontak dengan petugas VRS tinggi seperti Gvero dan Tolimir,
serta Ţivanović pada malam 11 Juli dan Mladic pada sore hari tanggal 13 Juli.
Terdakwa juga bertemu dua kali dengan Tomislav Kovač dari RS MUP, yang
menghabiskan malam 13 Juli dan hari dari 14 Juli di daerah Bratunac dan
Srebrenica. Dituduh juga menerima laporan tertulis biasa dari beberapa cabang
Angkatan Serbia Bosnia, termasuk laporan tempur VRS harian yang
mengungkapkan bahwa Angkatan Serbia Bosnia diamati relatif sedikit laki-laki
Muslim Bosnia berbadan sehat di Potocari dan menggambarkan tindakan yang
diambil oleh Angkatan Serbia.
7
Pada tanggal 28 Juni 2012, Trial Chamber mengeluarkan keputusan sesuai
dengan Peraturan 98 bis bahwa Karadzic dibebaskan atas sepuluh tuduhan yang
didakwakan. Karadzic hanya didakwa atas satu kejahatan genosida yang
dilakukannya di beberapa kota di Bosnia Herzegovina pada maret-desember 1992.
Kemudian jaksa mengajukan banding atas putusan vonis bebas. Sidang putusan
dilaksanakan kembali pada tanggal 24 maret 2016 dan menyatakan Radovan
Karadzic bersalah atas kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan
pelanggaran hukum atau kebiasaan perang yang dilakukan oleh pasukan Serbia
selama konflik bersenjata di Bosnia Herzegovina dari tahun 1992 sampai dengan
tahun 1995. Karadzic dihukum karena genosida di daerah Srebrenica pada tahun
1995, penganiayaan, pemusnahan, pembunuhan, deportasi, tindakan tidak
manusiawi (pemindahan paksa), teror, penyerangan terhadap warga sipil, dan
penyanderaan dan dijatuhi hukuman selama 40 tahun. Akan tetapi Karadzic
dibebaskan dari tuduhan genosida di kota-kata lain di Bosnia Herzegovina pada
tahun 1992 karena jaksa merasa tidak yakin dan tidak dapat mengidentifikasi.
Genosida didefinisikan dalam Convention on the Prevention amd
Punishment of the Crime of Genocide, pada Pasal 2 genosida dirumuskan :
in the present convention, genocide means any of the following acts committed
with intent to destroy, in whole or in part, a national, ethnical, racial or religious
group, as such :
a. Killing members of the group;
b. Causing serious bodily or mental harm to members of the group;
c. Deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring
about its physical destruction in whole or in part;
d. Imposing measures intended to prevent births within the group;
e. Forcibly trasferring children of the group to another group.
Padahal jika melihat Pasal 4 (2c) Statuta ICTY Karadzic sebagai Presiden
Republik Srpska telah masuk sebagai genosida karena telah menimbulkan
kerugian fisik akibat perlakuan tidak manusiawi selama mereka ditahan. Fakta
bahwa masyarakat muslim Bosnia telah mengalami tindakan yang tidak
manusiawi seharusnya bisa menjadi pertimbangan hakim, mengingat trauma
8
berkepanjangan yang dapat timbul akibat dari perbuatan ini. Bahkan jika dilihat
pada Pasal 3b jo Pasal 7 (1) bahwa konspirasi melakukan genosida dapat dituntut
sebagai individu, mengacu pada keterlibatan Karadzic dengan JCE maka sangat
mungkin terjadi genosida di kota-kota lain selain Srebrenica. Mengingat bahwa
perang yang terjadi antara Serbia dan Bosnia dikarenakan Serbia ingin terlihat
lebih menonjol dibanding Bosnia.
Walaupun Karadzic dibebaskan dari tuntutan genosida di kota-kota
tersebut selain Srebrenica, tetapi kekerasan seksual didakwakan
sehubungan
dengan Sarajevo dan penyanderan di kota-kota sebagai komponen dari kasus
tersebut.10 Pemerkosaan dan tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh
pasukan Serbia merupakan hal yang mengerikan. Banyak warga sipil yang ditahan
kemudian mengalami kekerasan seksual dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya.
Bahkan selama perkosaan di kamp Trnopolje, pelaku mengatakan kepada korban
bahwa perempuan muslim Serbia harus melahirkan anak-anak serbia. Sebagai
contoh, chamber menemukan kasus
Bijeljiba : Para militer Serbia memperkosa dua wanita muslim Bosnia dan
mengarak mereka dengan telanjang melalui kota sebelum memperkosa
mereka lagi.
Brcko : perempuan Bosnia diperkosa di kamp Luka.
Foka : perempuan dan anak perempuan yang ditahan menjadi sasaran
kekerasan seksual oleh anggota pasukan Serbia dibeberapa lokasi Foca,
termasuk oleh publik. Selama 40 hari penahanan, seorang perempuan
diperkosa sekitar 150 kali.
Trial chamber menjelaskan bahwa tindak kekerasan seksual ini merupakan
pelanggaran yang sangat serius yang menimpa korban dengan cara pemaksaan,
ancaman kekerasan, atau intimidasi yang menghilangkan martabat korban.
Dengan demikian disimpulkan bahwa ini sama dengan kejahatan lain yang
tercantum dalam Pasal 5 statuta, dengan demikian merupakan suatu tindak
penganiayaan.
10
http://www.iap-association.org/getattachment/PSV/News/PSV-Insights-from-the-KaradzicTrial-Judgement/PSV-Insights-from-the-Karadzic-Trial-Judgement.pdf.aspx, diakses tanggal 10
Mei 2017.
9
Trial chamber memperhatikan fakta peradilan yang diputuskan yang
berkaitan dengan kekerasan seksual pada kasus-kasus sebelumnya, terutama untuk
menetapkan fakta bahwa kejahatan tersebut berlangsung. Bukti tertulis dan
pemberitahuan
peradilan
atas
kasus-kasus
sebelumnya
dapat
menjadi
pertimbangan jaksa mengingat resiko trauma kekerasan seksual korban apabila
korban tidak mau bersaksi di persidangan, mengingat proses penyembuhan trauma
dari korban itu sendiri.
Sehubungan dengan penuntutan perkosaan dan kekerasan seksual lainnya
dalam proses persidangan Karadzic, merupakan tonggak penting bagi peradilan
pidana internasional, bahwa pangkat/jabatan tinggi tidak mempengaruhi tuntutan.
Penjatuhan pidana terhadap Karadzic yang diharapkan oleh masyarakat luas akan
melemahkan mitos bahwa kekerasan seksual tidak dapat dikaitkan dengan jabatan
yang tinggi.
10
Daftar Pustaka
Buku
Hiariej, Eddy OS, 2009, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Erlangga,
Jakarta.
Nowak Manfred (Alih Bahasa : Sri Sulastini), 2003, Pengantar Pada Rezim HAM
Internasional, Brill Academic Publisher, Jakarta
Jurnal dan Internet
Asuncion Amabelle C., 2010, “Pulling The Stops On Genocide : The State Or The
Individual ?”, The European Journal Of International Law, Vol 20.
Fiori Matteo, 2008, “The Indictments Against Radovan Karadzic An Analysis Of The
Legal Developments In The ICTY’s Crucial Upcoming Trial”, Hangue Justice Journal
Judiciaire De La Haye, Volume 3.
Morrari Massimo dan Amra Sabic El Rayes, 2009, “Transitional Justice And DDR
: The Case Of Bosnia And Herzegovina, Research Unit International Center For
Transitional Justice.
Hoare Marko Attila, 2011, “A Case Study In Underachievement : The
International Courts And Genocide In Bosnia-Herzegovina, Genocide Studies And
Prevention : An International Journal, Volume 6.
Jones John R.W.D and Steven Powles, 2003, International Criminal Practice,
Transnational Publishers-Oxford University.
“The
International
Tribunal
For
The
Former
Yugoslavia”,
http://www.icty.org/x/cases/mladic/ind/en/kar-ii950724e.pdf.
“The
International
Tribunal
For
The
Former
http://www.icty.org/x/cases/karadzic/cis/en/cis_karadzic_en.pdf,
Yugoslavia”,