EKSPEKTASI MAHASISWA PAI FIAI UII TERHAD

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

EKSPEKTASI MAHASISWA PAI FIAI UII
TERHADAP RELEVANSI KURIKULUM
PRODI PAI FIAI UII
DENGAN TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI ERA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN
2015 DAN ASIA PASIFIK TAHUN 2020
Lukman
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama
Islam, Universitas Islam Indonesia
Junanah
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama
Islam, Universitas Islam Indonesia
Abstract
The purpose of this research is to examine the expectation of the students of Islamic
Education Program of the Faculty of Islamic Studies of Islamic University of
Indonesia concerning the relevance of the curriculum of the program with the
challenges of Islamic education in the era of free trade in ASEAN and Asia
Pacific as well as their views on the future challenges of the graduates of the
program. The research was conducted using the descriptive-qualitative research

method. The data was obtained from a sample of population totalling 158
students of the Islamic Education Program. The data were then analysed using
a qualitative-descriptive method. The research found that the expectation of
the students of Islamic Education Program concerning the relevance of the
curriculum of the program with the challenges of Islamic education in the era of
free-trade in ASEAN and Asia Pacific can be placed in the category of Desired
Expectation. This shows that the Islamic Education Program of the Faculty of
Islamic Studies of Islamic University of Indonesia has provided them with a
curriculum that is relevant with the challenges of Islamic education in the era
of ASEAN and Asia Pacific free trade.
Key words: expectation, curriculum, Islamic education

Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

37

Lukman

Pendahuluan

Indonesia pada saat ini menghadapi tantangan besar dalam upaya
pembangunan sumber daya manusia, yaitu pasar bebas di akhir tahun
2015 dan 2020 nanti. Tahun 2015 adalah pasar bebas Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) dan pasar bebesar Asia-Pasifik (APEC).
Indonesia harus menyiapkan pembagunan sumber daya manusianya, di
antaranya menyiapkan menghadapi tantangan tersebut. Bukan hanya
persiapan untuk bertahan menghadapi tantangan namun kalau mampu
menyeimbangkan persaingan, atau bahkan memenangkan persaingan
antara SDM bangsa Indonesia dengan SDM negara lainnya.
Upaya menyiapkan SDM dalam menghadapi tantangan tentu
akan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang ada. Karena memang
sesungguhnya pendidikan adalah upaya terencana, sistematis, dalam
proses penyiapan generasi muda untuk menjalani kehidupan di masa
depan. Urgensi pendidikan dalam penyiapan SDM ini sesungguhnya
telah menjadi perhatian bangsa dan pemerintah Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan semakin membaiknya pendidikan di Indonesia dari
sisi anggaran dan sistem yang dibangun. Dalam Undang-Undang Nomor
20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 4 disebutkan
bahwa penyelenggaraaan pendidikan di Indonesia, di antaranya, harus
berprinsip:

“Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan
yang mandiri, bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu
belajar sepanjang hayat, serta memiliki kecakapan hidup yang dapat
membantu dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan
perubahan.”
Perhatian dan komitmen yang lain dan ‘terasa’ dan membuat prokontra adalah perubahan kurikulum, yang dikenal dengan Kurikulum
2013, dan Standar Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Negara, melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan pada masa Muhammad Nuh memberlakukan Kurikulum
38

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

2013 dan rencana penerapan KKNI, namun pada masa berikutnya, saat
pemerintahan berganti kebijakan pemberlakuan Kurikulum 2013 dan
KKNI untuk sementara ditunda. Terlepas dari pro dan kontra tersebut,
semuanya sepakat bahwa kebijakan dan operasionalisasinya harus

bertumpu pada prinsip sebagaimana dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional.
Menurut Rochmat Wahab (2009), ada beberapa alternatif upaya
bimbingan dan pendidikan yang diyakini mampu menghasilkan anakanak yang kreatif, inovatif, dan unggul, sehingga mampu mengantarkan
bangsa yang siap menghadapi tantangan masa depan. Pertama, mendidik
anak dengan kasih sayang. Apapun bentuk bimbingan dan didikan
orangtua dan guru seharusnya didasari rasa kasih sayang. Kedua, mengajar,
membimbing dan mendidik anak dengan cara berpikir divergen, di
samping cara berfikir konvergen. Memang anak-anak perlu diajar dan
dididik berpikir konvergen yang diwujudkan dengan berpikir logis, linier,
sistematis, dan rasional, jika anak-anak diharapkan dapat memiliki common
sense dan nalar yang baik, namun yang juga tidak kalah pentingnya, anakanak perlu didik dengan berpikir divergen, yang diwujudkan dengan
berpikir, lateral, holistik, intuititif, dan kritis. Ketiga, membiasakan anak
untuk belajar dengan menggunakan metode eksperimen, discovery
learning, dan problem solving. Dengan terbiasa menggunakan metodemetode tersebut dalam pembelajarannya, diharapkan sekali anak-anak
mampu meningkatkan kemampuan inovatifnya, sehingga mereka
akan produktif dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya di
tengah-tengah masyarakat, di manapun dan kapanpun mereka berada.
Keempat, mendorong anak-anak untuk berprestasi optimal, sesuai dengan
potensinya. Untuk itu apresiasi dan encouraging perlu terus dilakukan,

serta insentif psikologis perlu diberikan, sehingga anak-anak bisa selfactualized dan fully functioning yang pada akhirnya mereka mampu
menampilkan prestasi yang unggul, terlebih-lebih mereka mampu
mengangkat keunggulan lokal (local genious).
Melandasi kemampuan profesional dalam menghadapi tantangan
masa depan secara profesional, Pendidikan Nasional harus berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

39

Lukman

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal ini adalah domain utama
pendidikan agama untuk mewujudkannya. Pendidikan agama yang
berhasil akan mengantarkan pribadi yang beriman kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia. Iman dan akhlak mulia berlandaskan
agama inilah yang pada gilirannya, sebagaimana kata H.A.R. Tilaar
(2004: 146), akan mewujudkan:
“Agama yang menjadi penyejuk hati, yang menjadi penengah
pertentangan etis, atau dalam perayaan momen-momen ketika
suatu hubungan antar orang-orang yang tak saling kenal, justeru
kaum agamawan mengisinya dengan nilai-nilai kemanusiaan.”
Karakter inilah yang dibutuhkan untuk melandasi pribadi Indonesia
dalam menghadapi perdagangan bebas. Melandasi pribadi yang mandiri,
bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat,
serta memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam
menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Sebuah pribadi yang
utuh, seimbang, dan selaras, yang tidak ada sekat antara kehidupan ‘dunia’
dan kehidupan ‘akhirat’nya, yaitu pribadi yang antara di wilayah publik
dan wilayah privatnya sama. Bukan pribadi yang yang menjadi domba di
kala siang, dan menjadi srigala di malam hari, beriman di hadapan orang
lain, munafik di kala sepi.
Para pakar pendidikan Islam dalam upaya meningkatkan efektivitas
pendidikan Islam menggagas bentuk pendidikan yang kritis dan
menghidupkan (Mochtar Buchori dalam Tim Direktorat Pendidikan

Madrasah, 2010), yaitu pendidikan yang mampu mengatasi masalahmasalah yang dihadapi umat manusia. Salah satu gagasan pendidikan
yang kritis dan menghidupkan ini adalah dengan Pendidikan Islam
Transformatif, yaitu pendidikan yang memadukan secara sinergis dan
dialektis antara ilmu Bayani, Ilmu ‘Irfani, dan Ilmu Burhani, baik sebagai
perspektif maupun metodologi (Mahmud Arif, 2008).
Menghadapi tantangan ini, Program Studi (Prodi) Pendidikan
Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas
Islam Indonesia (UII) sejak tahun 2010 mengembangkan kurikulum
yang didesain untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kriteria: (1)
Credible, memiliki sikap amanah, integritas, dan tanggung jawab dalam
pendidikan Islam.; (2) Capable, yang berarti lulusan memiliki kecakapan
40

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

dan keterampilan keguruan yang profesional; (3) Confidence, yang berarti
lulusan memiliki rasa percaya diri dan mampu mengaktualkan potensinya;

(4) Communicative, yang berarti lulusan mampu berkomunikasi
secara efektif, persuatif dan responsif; (5) Uswah, yang berarti lulusan
berkepribadian, berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan yang baik.
Desain kurikulum ini diyakini mampu menghasilkan output pribadi
yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri,
bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat,
serta memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam
menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Sebagai guru, lulusan
PAI FIAI UII berkompeten mengajar, membimbing, dan mendidik
dengan: (1) kasih sayang; (2) cara berpikir divergen; (3) membiasakan
anak untuk belajar dengan menggunakan metode eksperimen, discovery
learning, dan problem solving; serta (4) mendorong anak-anak untuk
berprestasi optimal, sesuai dengan potensinya. Output dengan kompetensi
ini diyakini mampu untuk mengantisipasi tantangan masa depan,
terutama tantangan terdekat, yaitu persaingan SDM pada perdagangan
bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Asia-Pasifik.
Terkait dengan kurikulum dan kompetensi yang ingin dicapai di
atas, PAI FIAI UII telah melakukan penelitian untuk melihat ekspektasi
mahasiswa terhadap relevansi dan roadmap kurikulum PAI FIAI
UII, terutama dalam hubungannya dengan tantangan terdekat, yaitu

persaingan SDM di era Perdagangan Bebas Asean dan Perdagangan
Bebas Asia Pasifik. Fokus penelitian adalah “Bagaimanakah ekspektasi
mahasiswa PAI FIAI UII terhadap relevansi kurikulum Prodi PAI FIAI
UII dengan tantangan pendidikan Agama Islam di era perdagangan bebas ASEAN 2015 dan Asia Pasifik Tahun 2020?
Obyek penelitian ini adalah ekspektasi mahasiswa PAI FIAI UII
berkaitan dengan relevansi kurikulum Prodi PAI FIAI UII dengan tantangan pendidikan Agama Islam di era perdagangan bebas ASEAN 2015
dan Asia Pasifik Tahun 2020. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa
PAI FIAI UII aktif. Populasi penelitian ini berjumlah 500 mahasiswa
dan mahasiswa. Untuk memenuhi keterwakilan dari populasi digunakan
tabel Krejcie dan Morgan (1970) yang menyatakan bahwa untuk populasi
sebanyak 500 maka diperlukan sample sebanyak 217.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

41

Lukman

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1.

Ekspektasi

Secara etimologis, kata ekspektasi berasal dari kata “expectation”
dalam bahasa Inggris yang berarti harapan. Berdasarkan wikipedi.com,
ekspektasi adalah:
“what is considered the most likely to happen. An expectation, which
is a  belief  that is centred on the  future, may or may not be realistic. A less
advantageous result gives rise to the emotion of disappointment. If something
happens that is not at all expected it is a  surprise. An expectation about the
behavior or performance of another person, expressed to that person, may have
the nature of a strong request, or an order.” wikipedi.com
Definisi di atas menunjukkan bahwa ekspektasi  adalah apa yang
dianggap paling mungkin terjadi, yang merupakan kepercayaan yang
berpusat pada masa depan, realistis atau mungkin tidak realistis tentang
perilaku atau kinerja seseorang yang sifatnya tuntutan, atau suatu perintah.
Padanan dalam bahasa Indonesia untuk kata ini adalah harapan.
Ekspektasi menurut istilah  adalah harapan besar yang dibebankan
pada sesuatu yang dianggap akan mampu membawa dampak yang baik

atau lebih baik. Semakin besar ekspektasi kita terhadap sesuatu namun
realitasnya berbanding terbalik dengan ekspektasi kita maka nilai dari
rasa kecewa akan semakin bertambah besar. Hill (dalam Nia 2009: 35)
mengatakan bahwa harapan adalah apa saja yang pengguna pikirkan harus
disajikan oleh penyedia jasa. Harapan sendiri tidak muncul dengan begitu
saja, atau juga bukan merupakan prediksi dari apa yang akan disediakan
oleh penyedia jasa.
Santos & Boote (2003 dalam Tjiptono dan Chandra: 181-185)
mengelompokkan hirarki (ekspektasi) dari yang tertinggi hingga yang
terendah menjadi:
a.

Ideal Expectation: tingkat harapan optimum atau terbaik yang
diharapkan oleh pengguna yang dapat diterima.

b.

Normative (Should) Expectation (Persuasion-Based Standart): tingkat
kinerja (kesesuain) yang dirasa oleh pengguna yang seharusnya
mereka dapatkan.

c.

Desired Expectation: tingkat kinerja yang diinginkan pelanggan

42

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

dapat diberikan produk/jasa tertentu. Santos dan Boote (2003)
menyatakan bahwa desired performance merupakan perpaduan
antara apa yang diyakini pelanggan dapat (can be) dan seharusnya
(should be) diterima.
d.

Predicted (will) Expectation (Experience-Based Norms): tingkat
kinerja yang diantisipasi atau diperkirakan pengguna akan
diterimanya, berdasarkan informasi yang diketahuinya.

e.

Deserved (want) Expectation (Equitable Expectation): evaluasi
subyektif pengguna terhadap investasi produknya Tipe ekspektasi
ini berkenaan dengan apa yang setidaknya harus terjadi pada
interaksi atau service encounter berikutnya, yakni layanan yang
dinilai sudah selayaknya didapatkan pelanggan.

f.

Adequate Expectation: tingkat ekspektasi batas bawah (lower level)
dalam ambang batas kinerja produk atau jasa yang diterima
pelanggan.

g.

Minimum Tolerable Expectation: tingkat kinerja terendah yang bisa
diterima atau ditolerir oleh pengguna.

h.

Intorable Expectation: menyangkut tingkat kinerja yang tidak akan
ditolerir atau diterima pelanggan. Standart ini bisa terbentuk
sebagai hasil komunikasi gethok tular atau pengalaman pribadi
yang tidak memuaskan, dimana pengguna berharap bahwa memori
buruk tidak akan terulang lagi.

i.

Worst Imaginable Expectation: scenario terburuk mengenai kinerja
produk yang diketahui dan/atau terbentuk melalui kontak dengan
media seperti TV, Radio, Koran, atau Internet. Melalui eksposur
media (misalnya, liputan berita dan surat pembaca), pengguna
mungkin saja mengetahui pengalaman-pengalaman buruk orang
lain berkenaan dengan kinerja jasa. Pengguna ataupun keluarga dan
kolega mungkin belum pernah mengalami langsung pengalaman
buruk seperti ini, namun mereka tahu bahwa kasus-kasus buruk
semacam itu memang ada dan bisa saja terjadi kepada mereka.
Intolerable expectation dan worst expectation berada di luar zone of
tolerance.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

43

Lukman

Tingkatan ekspektasi ini akan digunakan dalam penelitian ini
untuk mengkategorikan hasil penelitian ini. Berada di kategori manakah
relevansi kurikulum PAI FIAI UII dengan tantangan pasar bebas 2015
dan 2020.
2.

Relevansi kurikulum

Relevansi kurikulum dalam penelitian ini diartikan sebagai
hubungan atau kaitan sebagaiman contoh setiap mata pelajaran harus ada
relevansinya dengan keseluruhan tujuan pendidikan. Relevansi termasuk
dalah satu dari prinsip kurikulum. Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
berpendapat bahwa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi
ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) prinsip-prinsip umum, seperti relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; dan (2) prinsip-prinsip
khusus, meliputi prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian. Pendapat Nana Syaodih Sukmadinata tidak berbeda
dengan pendapat Wina Sanjaya (2008: 39) yang mengemukakan relevansi
sebagai salah satu dari lima prinsip dalam pengembangan kurikulum,
yaitu: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip
relevansi merupakan prinsip paling dasar dalam sebuah kurikulum.
Artinya apabila prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum,
maka kurikulum tersebut tidak ada lagi artinya; kurikulum menjadi tidak
bermakna.
Secara khusus, prinsip relevansi kurikulum PAI FIAI UII
dikembangkan terutama dengan tujuan utama pendidikan nasional,
institusional, dan kebutuhan masyarakat terkait dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan
potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). Relevansi epistimologis
adalah relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun
dengan yang akan datang. Bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Relevansi sosiologis
bermakna bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum
hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Dalam
konteks relevansi sosiologis yang dihadapi mahasiswa PAI inilah penelitian
ini dilakukan. Relevansi psikologis Artinya bahwa apa yang diajarkan
44

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

di sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja. Untuk
memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses pengembangannya
sebelum ditentukan apa yang menjadi isi dan model kurikulum yang
bagaimana yang akan digunakan, perlu dilakukan studi pendahuluan
dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan seperti melakukan
survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat; atau melakukan studi tentang
jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga atau instansi.
Tahun 2015 Indonesia akan memasuki pasar bebas yang
disebut  economic borderless country, ASEAN Economic Community
(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berikutnya, Indonesia
juga akan memasuki pasar bebas Asia Pasifik pada tahun 2020. Menurut
Journal Human Capital (2015), setidaknya ada empat hal penting terkait
pelaksanaan MEA 2015. Pertama, ASEAN sebagai pasar dan produksi
tunggal.  Kedua, pembangunan ekonomi bersama  (ASEAN Economic
development). Ketiga, pemerataan ekonomi, dan keempat perkuatan daya
saing. Pada poin keempat perlu dicermati, dimana pentingnya penguatan
infrastruktur kompetensi SDM yang ada di Indonesia untuk menjadi
perhatian, sehingga Bangsa Indonesia dapat bersaing di kancah ekonomi
tingkat ASEAN dengan memperbanyak kelembagaan sertifikasi profesi
yang diakui secara nasional maupun internasional.
Menghadapi tantangan pasar bebas 2015 maupun tahun 2020
peneliti sepakat dengan M. Fathoni Hakim (2013) yang mengemukakan:
Pendidikan Islam di Indonesia yang masih banyak kekurangan di
berbagai aspek mendapatkan berbagai tantangan dari kesepakatan
Komunitas ASEAN, di antaranya adalah; pertama, tantangan
akan pergeseran paradigma (shifting paradigm) masyarakat yang
materialistik-sekuler. Pergeseran paradigma masyarakat Asia
Tenggara, khususnya Indonesia ini menjadi niscaya. Pasalnya, diakui
atau tidak, bahwa proses integrasi ekonomi akan menimbulkan
efek sampingan bagi masyarakat, terutama lahirnya kecenderungan
masyarakat kepada hal-hal yang bersifat konsumtif, materialistik
dan individualistik. Hal tersebut terjadi dikarenakan masingmasing individu dituntut untuk memenuhi kebutuhan riil sesuai
dengan tuntutan integrasi ekonomi di kawasan. Kedua, melihat
tantangan yang muncul tersebut, maka harus ada paradigma baru
tentang revitalisasi pendidikan Islam. Pendidikan Islam harus
dikembangkan berdasarkan tuntutan acuan perubahan tersebut
Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

45

Lukman

dan berdasarkan karakteristik masyarakat yang dinamis. Posisi
pendidikan Islam di Indonesia idealnya adalah tetap menjaga
nilai-nilai keagamaan yang dipeganginya selama ini, namun tidak
meninggalkan perkembangan sains dan teknologi yang berkembang
dewasa ini.
Pendapat di atas lebih menekankan tantangan pergeseran paradigma
saat terjadi interaksi manusia dengan kebutuhan material menjadi
materialistik sekuler.
Prodi PAI FIAI UII pada dasarnya sudah mengantisipasi hal
ini sejak tahun 2009 dengan menenkankan local genius C4U, yaitu
orientasi capaian lulusan yang capable, credible, confidence, communicative,
uswah. Orientasi lulusan ini sudah disebar ke semua matakuliah di PAI
sebagaimana dijelaskan pada subbab sebelumnya. Selain pergeseran
paradigma, tantangan yang muncul dengan adanya pasar bebas adalah
toleransi, keterampilan berkomunikasi, dan inferioritas.
a.

Credible
Credible secara operasional dalam penelitian ini berarti
mahasiswa berpotensi memiliki sikap amanah, intergritas, dan
tanggungjawab dalam pendidikan Islam. Indikator potensi aspek
credible ini adalah: (1) Memahami misi pendidikan Islam; (2)
Mempertahankan pencapaian misi pendidikan Islam; (3) Meyakini
mengajar PAI adalah misi mulia; (4) Bersungguh-sungguh dalam
mengajar; (5) Mengajar PAI tidak hanya di sekolah; (6) Selalu
mencari terobosan saat ada halangan mengajar PAI; (7) Berbuat
yang terbaik untuk PAI; (8) Ingin memajukan PAI; (9) Tidak lupa
mendoakan murid/santri/jamaahnya.
Secara umum, aspek Credible mendapatkan rata-rata sebesar
8,39. Nilai 8,39 termasuk pada kategori Desired Expectation, yaitu
tingkat kinerja yang diinginkan pelanggan dapat diberikan produk/
jasa tertentu.Hal ini memberikan pengertian bahwa kinerja Prodi PAI
sesuai dengan yang diinginkan oleh mahasiwa dalam membangun
aspek CREDIBLE. Pada konteks penelitian ini mempunyai makna
bahwa ekspektasi mahasiswa PAI terhadap Relevansi Kurikulum
Prodi PAI FIAI UII untuk Aspek CREDIBLE dengan Tantangan
Pendidikan Agama Islam di Era Perdagangan Bebas Asean 2015
dan Asia Pasifik Tahun 2020 adalah sudah Sesuai.

46

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

b.

Capable
Capable secara operasional dalam penelitian ini lulusan
memiliki kecakapan dan keterampilan keguruan yang profesional.
Indikator potensi aspek capble ini adalah: (1) Mau Mengajar;
(2) mampu menyusun RPP; (3) Mampu menerapkan model;
(4) Mampu mendesain media; (5) Mampu membuat soal; (6)
Berinteraski dengan guru lain; (7) Mampu beradaptasi; (8) Mampu
berkomunikasi; (9) Mampu menerapkan PTK; (10) Mampu
mengaplikasikan penelitian.
Secara umum, aspek Credible mendapatkan rata-rata
sebesar 9,003. Nilai 9,003 termasuk pada kategori Normative
(Should) Expectation (Persuasion-Based Standart), yaitu tingkat
kinerja (kesesuain) yang dirasa oleh pengguna yang seharusnya
mereka dapatkan. Hal ini memberikan pengertian bahwa kinerja
Prodi PAI pada pengembangan aspek CAPABLE Sangat Sesuai
dengan yang diinginkan oleh mahasiswa. Pada konteks penelitian
ini mempunyai makna bahwa ekspektasi mahasiswa PAI terhadap
Relevansi Kurikulum Prodi PAI FIAI UII dengan Tantangan
Pendidikan Agama Islam di Era Perdagangan Bebas Asean 2015
dan Asia Pasifik Tahun 2020 pada aspek Capable adalah sudah
Sangat Sesuai.
Hal ini memberikan pengertian bahwa kinerja Prodi PAI
sesuai dengan yang diinginkan oleh mahasiwa dalam membangun
aspek CREDIBLE. Pada konteks penelitian ini mempunyai makna
bahwa ekspektasi mahasiswa PAI terhadap Relevansi Kurikulum
Prodi PAI FIAI UII untuk Aspek CREDIBLE dengan Tantangan
Pendidikan Agama Islam di Era Perdagangan Bebas Asean 2015
dan Asia Pasifik Tahun 2020 adalah sudah Sesuai.

c.

Confidence
Confidence, Secara operasional dalam penelitian ini berarti
mahasiswa memiliki rasa percaya diri dan mampu mengaktualkan
potensinya. Indikator potensi aspek confidence ini adalah: (1) Percaya
diri; (2) Mampu berperan; (3) Mampu beradaptasi; (4) Mampu
menyampaikan ide; (5) Berupaya menjelaskan idenya secara baik;
(7) Tidak mudah menyerah; (8) Mencari mitra kerjasama.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

47

Lukman

Hasil penelitian terhadap mahasiswa PAI FIAI UII setiap indikator
mendapatkan rata-rata sebesar 8,21. Nilai 8,21 termasuk pada kategori
Desired Expectation, yaitu tingkat kinerja yang diinginkan pelanggan dapat
diberikan produk/jasa tertentu. Hal ini memberikan pengertian bahwa
kinerja Prodi PAI sesuai dengan yang diinginkan oleh mahasiwa dalam
membangun aspek Confidence. Pada konteks penelitian ini mempunyai
makna bahwa ekspektasi mahasiswa PAI terhadap Relevansi Kurikulum
Prodi PAI FIAI UII untuk Aspek Confidence dengan Tantangan
Pendidikan Agama Islam di Era Perdagangan Bebas Asean 2015 dan
Asia Pasifik Tahun 2020 adalah sudah Sesuai.
d.

Communicative
Communicative, secara operasional dalam penelitian
ini berarti mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif,
persuatif dan responsif. Indikator potensi aspek Communicative
ini adalah: (1) Mampu berkomunikasi dengan siapapun; (2)
Mampu berkomunikasi dengan orang baru dikenal; (3) Mampu
mengkomunikasikan ide; (4) Mampu meminta maaf; (5) Mampu
menolak dengan baik; (6) Mampu menerima ide dari orang lain; (7)
Mampu mempertahankan ide dengan baik
Secara umum, aspek Communicative mendapatkan rata-rata
sebesar 8,36. Nilai 8,36 termasuk pada kategori Desired Expectation,
yaitu tingkat kinerja yang diinginkan pelanggan dapat diberikan
produk/jasa tertentu. Hal ini memberikan pengertian bahwa
kinerja Prodi PAI sesuai dengan yang diinginkan oleh mahasiwa
dalam mengembangkan aspek Communicative. Pada konteks
penelitian ini mempunyai makna bahwa ekspektasi mahasiswa PAI
terhadap Relevansi Kurikulum Prodi PAI FIAI UII untuk Aspek
Communicative dengan Tantangan Pendidikan Agama Islam di
Era Perdagangan Bebas Asean 2015 dan Asia Pasifik Tahun 2020
adalah sudah Sesuai.

e.

Uswah
Uswah, secara operasional dalam penelitian ini berarti
mahasiswa berpotensi mempunyai berkepribadian, berakhlak mulia
dan dapat menjadi teladan yang baik. Indikator potensi aspek uswah
ini adalah: (1) Berkeyakinan yang kuat; (2) Mampu berargumen
secara rasional mempertahankan keyakinan Islam; (3) Menjadi

48

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

guru berkepribadian, tidak mudah larut; (4) Tidak cuek dengan
kondisi sosial.
Hasil penelitian terhadap mahasiswa PAI FIAI UII setiap
indikator di atas adalah Secara umum, aspek Uswah mendapatkan
rata-rata sebesar 8,86. Nilai 8,86 termasuk pada kategori Normative
(Should) Expectation (Persuasion-Based Standart), yaitu tingkat
kinerja (kesesuain) yang dirasa oleh pengguna yang seharusnya
mereka dapatkan. Hal ini memberikan pengertian bahwa kinerja
Prodi PAI pada pengembangan aspek Uswah Sangat Sesuai
dengan yang diinginkan oleh mahasiswa. Pada konteks penelitian
ini mempunyai makna bahwa ekspektasi mahasiswa PAI terhadap
Relevansi Kurikulum Prodi PAI FIAI UII dengan Tantangan
Pendidikan Agama Islam di Era Perdagangan Bebas Asean 2015
dan Asia Pasifik Tahun 2020 pada aspek Uswah adalah sudah
Sangat Sesuai.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas, didapatkan bahwa seluruh aspek
C4U yang merupakan operasionalisasi dari Kurikulum PAI FIAI UII
yang relevan dengan pasar bebas Asean dan Asia Pasifik masing-masing
sebagai berikut:
Tabel Hasil Penelitian C4U dan Kategori ekspektasi Mahasiswa
NO
1
2

ASPEK
Credible
Capable

3
4
5

Confidence
Communicative
Uswah

KATEGORI EKSPEKTASI
Desired Expectation
Normative
(Should)
Expectation
(Persuasion-Based Standart)
Desired Expectation
Desired Expectation
Normative
(Should)
Expectation
(Persuasion-Based Standart)

Ekspektasi mahasiswa PAI FIAI UII terhadap relevansi kurikulum
Prodi PAI FIAI UII Dengan Tantangan Pendidikan Agama Islam di
Era Perdagangan Bebas ASEAN 2015 dan Asia Pasifik Tahun 2020
secara keseluruhan termasuk dalam kategori Desired Expectation. Hal
ini memberikan pengertian bahwa PAI FIAI UII telah memberikan
kurikulum yang sesuai dengan keinginan mahasiswa dalam menghadapi
tantangan perdagangan Bebas Asean 2016 dan Asiap Pasifik 2020.
Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

49

Lukman

PAI FIAI UII dapat meningkatkan ekpektasi mahasiswa pada
tingkat Normative (Should) Expectation (Persuasion-Based Standart) dan
Ideal Expectation.

50

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016

Ekspektasi Mahasiswa PAI FIAI UII Terhadap Relevansi Kurikulum

Daftar Pustaka
Aceng Kosasih dkk. 2009. Realita dan Ekspektasi Terhadap Subtansi
Materi PAI, Metode Perkuliahan PAI dan Pembinaan IMTAQ bagi
Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum di Jawa Barat. Jurusan Mata
Kuliah Dasar Umum Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Pendidikan Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasonal.
Ahmad bin Muhammad bin Hambal. 1995. Al-Musnad. Darul Hadis AlQohiroh.
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam transformatif. Yogyakarta: Penerbit
LkiS.
Azra, Azyumardi. 2014. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di
Tengah Tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana dan UIN
Jakarta Press.
Dahlan, Zaini dkk. 1995. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia.
Gayatri Sukmaningtyas. 2010. Sikap dan Ekspektasi Mahasiswa Non
Kependidikan Program Transfer IKIP PGRI Semarang Terhadap
Profesi Guru. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
UNNES.
Hakim, M. Fathoni. 2013. Asean Community 2015 dan Tantangannya
Pada Pendidikan Islam di Indonesia. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Human Capital Journal. 2015. Tingkatkan Kompetensi SDM
dalam Menghadapi MEA 2015. Diakses melalui http://
humancapitaljournal.com/tingkatkan-kompetensi-sdm-dalammenghadapi-mea-2015/ pada tanggal 17 Desember 2015.
Mattthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Qualitatif Data Analysis,
(New York Sage Publication. 1984. Terj. Analisis Data Kualitatif :
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, ( Jakarta: UI Press,
1992).
Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem
Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ju r n a l e L - Ta r b aw i
Volume IX, No.2, 2016

51

Lukman

Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Remaja Rosda Karya: Bandung.
Rochmat Wahab. 2009. Anak dan Masa Depan Bangsa. Dikutip dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/rochmat-wahabmpd-ma-dr-prof/anak-dan-masa-depan-bangsa0.pdf pada tanggal
7 November 2015.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim Direktorat Pendidikan Madrasah. 2010. Wawasan Pendidikan
Karakter dalam Islam. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah
Kementerian Agama RI
Tjiptono, F., dan Chandra, Gregorious. 2011. Service, Quality, and
Satisfaction. Ed 3. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Trianasari Angkawijaya & Yenny Sugiarti. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid
20, Nomor 1, Juni 2014, hlm. 1-8. Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Surabaya.
Ajat Sudrajat. Tt. Studi Realitas dan Ekspektasi Terhadap Rasio Dosen
PAI–Mahasiswa PTU, Kompetensi Dosen PAI, Dan Kelembagaan
PAI Pada PTU DIY dan Jawa Tengah (Studi ke Arah Perumusan
Standarisasi Rasio Dosen PAI – Mahasiswa PTU, Kompetensi
Dosen PAI, dan Kelembagaan PAI di PTU). Prodi Ilmu Sejarah
FISE UNY.

52

Jur nal eL- Ta r bawi
Volume IX, No.2, 2016