Jepang dan Perkembangannya di indonesia

TUGAS MID JEPANG

Basri Hasanuddin Latief
E131 11 258
1.

Jelaskan dan analisa batasan territorial dan gambaran umum tentang jepang?
Jawab :
Jepang merupakan Negara yang berada di kawasan Asia Timur. Japan yang berada di
samudra pasifik bagian utara ini mempunyai posisi yang cukup strategis. Disebelah utara
Jepang berbatasan dengan Rusia, di sebelah barat berbatasan dengan Korea Utara dan
Selatan dan Cina, di bagian selatan berbatasan dengan Filipina dan di bagian timur
berbatasan dengan samudra pasifik. Letak yang strategis ini membuat Jepang harus
menunjukkan bahwa jepang merupakan Negara yang besar oleh karena itu dalam sejarah
mencatat bahwa Jepang merupakan salah Negara Asia yang menjadi penjajah. Dengan
menjadi penjajah, jepang bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang adalah Negara yang
kuat dan besar. Walaupun Jepang kalah dalam perang dunia II, dengan segala
kemampuannya jepang dapat bangkit dan berkembang sampai sekarang.
Jepang secara ekonomi sangatlah kuat dan masuk dalam 5 besar dunia dalam hal pendapatan
per kapita. Dengan teknologi yang dapat menciptakan berbagai macam elektronik, jepang
tumbuh sebagai kiblat dari pesatnya perkembangan teknologi.

Jepang merupakan Negara monarki konstitusional yang menganggap raja merupakan
symbol Negara dan pemersatu rakyat. Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana
Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya
berada di tangan rakyat Jepang.Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan
diplomatik.
Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat melalui
pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masingmasing memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan.
Pada praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen.Menteri-menteri
kabinet diangkat oleh Perdana Menteri.Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri
berdasarkan keputusan Parlemen Jepang, dan memberi persetujuan atas pengangkatan

menteri-menteri kabinet.Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari
anggota Majelis Rendah untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.
Majelis Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan.Anggota majelis rendah dipilih
secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah
dibubarkan.Majelis Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa
jabatan 6 tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat.
2.

Analisa perkembangan konstitusi dan parlemen di Jepang ?

Jawab :
Konstitusi yang berlaku di Jepang dari tahun 1889 hingga tahun 1947 adalah Konstitusi
Meiji.Diberlakukan sebagai bagian dari Restorasi Meiji, di mana Kaisar Jepang adalah
penguasa aktif dan mempunyai kekuasaan politik yang besar, namun kekuatan ini kemudian
dibagi dengan anggota parlemen yang dilantik.Konstitusi ini diadopsi pada 11 Februari 1889
namun baru diberlakukan pada 29 November 1890.
Konstitusi Kekaisaran Jepang dari 1890 (disingkat sebagai "Konstitusi Meiji"), adalah
hukum dasar negara Jepang yang paling awal. Setelah Restorasi Meiji ditetapkan
pada 1868 ,

bentuk

konstitusi

absolut berdasarkan Prusia model.

Jepang

menjadi


Akibatnya, Tenno adalah

konstitusional monarki
penguasa

tertinggi,

dan

pengikutnya di kabinet , yang Perdana Menteriakan dipilih oleh Dewan Penasihat .
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Perdana Menteri dan kabinetnya tidak selalu dipilih
dari anggota terpilih dari Diet. Kemudian dilakukan Prosedur untuk mengubah “Konstitusi
Meiji" yang sebelumnya berlaku, sepenuhnya direvisi menjadi Konstitusi baru seperti
Konstitusi yang berlaku pada tanggal 3 Mei 1947 .
Pada tahun 1947, Karena kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, membuat konstitusi Meiji
digantikan oleh 'Konstitusi Jepang', yang mencoba menggantikan sistem kekaisaran dengan
sejenis demokrasi liberal ala Barat.Konstitusi Jepang tersebut ditatapkan pada tanggal 3
November 1946 dan diberlakukan mulai 3 Mei 1947. Konstitusi Jepang yang mulai berlaku
pada tahun 1947, didasarkan pada tiga prinsip : kedaulatan rakyat, hormat terhadap hak-hak
asasi manusia, dan penolakan perang.


Selanjutnya konstitusi ini juga memiliki struktur yang terdiri atas 5000 kata yang
mempunyai sebuah pembukaan dan terdiri atas 103 pasal-pasal yang dikelompokkan
kedalam sebelas bab. Bab – bab tersebut adalah:
1.

Kaisar (1-8)

2.

Penolakan Perang (9)

3.

Hak dan Tugas Rakyat (10-40)

4.

Diet (41-64)


5.

Kabinet (65-75)

6.

Peradilan (76-82)

7.

Keuangan (83-91)

8.

Pemerintah Mandiri Daerah (92-95)

9.

Amandemen (96)


10. Hukum Tertinggi (97-99)
11. Ketentuan Tambahan (100-103)
Sistem parlemen Jepang terbagi dalam 5 era : Pertama, sistem pemerintahan feudal (shogun
memegang kekuasaan tertinggi), sistem pemerintahan semi-modern (kekuasaaan di pegang
oleh dinasti Tokugawa, yang menempatkan samurai di kasta tertinggi), sistem pemerintahan
era-meiji, sistem pemerintahan monarki konstitusional, dan terakhir adalah sistem
pemerintahan parlementer.
Parlemen Jepang mengadopsi sistem parlemen dua kamar atau bicameral yang diterapkan di
Inggris.Ada dua badan dalam Kokkai yaitu, Shugiin atau House of Representative (Majelis
Rendah) dan Sangi in atau House of Councillors (Majelis Tinggi)
Pertama, adalah Majelis Rendah, majelis rendah terdiri dari 480 anggota yang memiliki
masa jabatan 4 tahun dan langsung dipilih oleh rakyat. Di Jepang, Majelis rendah dapat di
bubarkan oleh seorang Perdana Menteri dengan mosi tidak percaya. Pemilih yang berhak
memilih adalah warganegara Jepang yang berusia 20 tahun, dan yang berhak dipilih adalah
warganegara berusia 25 tahun, dengan persyaratan memiliki deposito sebesar 300 juta untuk
calon tunggal di sebuah distrik. Majelis rendah memiliki beberapa tugas dan wewenang,
yakni diantaranya adalah mengajukan usulan kebijakan, berperan dalam pemilihan Perdana
Menteri, menetapkan anggaran keuangan, menerima pengunduran diri kabinet (Perdana

Menteri dan menteri), dan masalah ratifikasi perjanjian. Dengan suara 2/3, Majelis Rendah

dapat memveto keputusan Majelis Tinggi.
Menariknya, Majelis Rendah memiliki wewenang yang lebih luas dan tidak diberikan
kepada Majelis Tinggi. Misalnya, terdapat rancangan perundangan yang diveto oleh Majelis
Tinggi, Majelis Rendah dapat menganulirnya dengan melakukan pemungutan suara dengan
hasil kesepakatan minimal 2/3 anggota yang hadir.Tetapi, Majelis Rendah dapat dengan
mudah dibubarkan oleh Perdana Menteri, dan sangat sensitif dengan pendapat dan opini
rakyat. Sementara Majelis Tinggi tidak dapat dibubarkan. Dalam kasus persetujuan, dana,
dan pemilihan perdana menteri, Majelis Tinggi hanya dapat menunda pelaksanaan, tetapi
tidak dapat menghentikan prosesnya. Sebagai hasilnya majelis rendah dianggap lebih
berkuasa.Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing memiliki calon perdana
menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan.Pada praktiknya, perdana
menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen.Perdana Menteri memerlukan dukungan
dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah untuk bertahan sebagai Perdana Menteri
Selanjutnya adalah Majelis tinggi yang memiliki masa jabatan 6 tahun yang dipilih per tiga
tahun sekali. Majelis Tinggi merupakan bentuk terusan dari Kizokuin atau House of Peers
yang diberlakukan pada masa Meiji berdasarkan Konstitusi Imperial Jepang (11 Februari
1889~3 Mei 1947).Dahulu, anggota dari majelis ini hanyalah dari keluarga kekaisaran,
bangsawan, dan orang-orang yang ditunjuk oleh kaisar. Pasca Sistem Pemerintahan Monarki
Konstitusional House of Peers kemudian diganti menjadi majelis tinggi atau sangi-in.
Majelis tinggi anggotanya berjumlah 242 orang yang merupakan warganegara Jepang

minimal berusia 30 tahun. Anggota Majelis Tinggi separuhnya dipilih dalam Pemilu, dengan
komposisi, 73 dipilih dari perwakilan tunggal dari 47 prefektur yang ada di Jepang), dan 48
dipilih secara nasional dengan sistem perwakilan dan proporsi tertentu Sekalipun tidak
memiliki wewenang sebesar Majelis Rendah, kabinet harus tetap memperhatikan pendapat
Majelis Tinggi, terutama berkaitan dengan masalah amandemen Konstitusi, sebab hak suara
kedua majelis adalah sama. Dan ada banyak contoh keputusan/kebijakan perundangan yang
diputuskan secara bersama oleh kedua majelis.
3.

Jelaskan Perkembangan ekonomi Jepang akhir – akhir ini ?
Jawab :

Secara keseluruhan, selama tiga dekade, pertumbuhan ekonomi Jepang sebenarnya amat
mengagumkan: rata-rata 10% pada dekade 1960-an, rata-rata 5% pada 1970-an, dan rata-rata
4% pada 1980-an. Hal itu didorong dari banyaknya investasi di sektor-sektor industri dan
juga tingginya tabungan rakyat pada saat itu yang membantu pertumbuhan perbankan yang
solid. Modal ini kemudian banyak digunakan dalam hal pengenalan teknologi baru,
kebanyakan dibawah lisensi perusahaan asing.
Dalam pertumbuhan ekonominya, Jepang sering mengalami pasang surut. Salah satu contoh
penurunannya adalah pada tahun 1974, pertumbuhan ekonomi jepang turun sampai –0.5%,

sangat berbeda dari pertumbuhan ekonominya pada tahun 1960-an hingga awal 1970-an
yang bisa mencapai 11%. Ini disebabkan karena terjadinya krisis minyak. Hal itu
membuktikan kelemahan ekonomi Jepang yang sangat tergantung pada impor minyak
sebagai sumber energi dari negara lain. Pertumbuhan ini pun kembali melesu pada dekade
1990-an, terutamanya disebabkan dampak sampingan perburuhan secara berlebihan selepas
tahun 1980-an dan dasar-dasar ekonomi pengurangan inflasi yang bertujuan membebaskan
diri dari kelebihan spekulasi pasaran saham dan harga penjualan tanah.
Di awal tahun 2008 ini, pertumbuhan ekonomi Jepang kembali bergerak lambat, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya yaitu merosotnya investasi
perumahan. Menurunnya investasi di sektor perumahan tersebut disebabkan berkurangnya
aktivitas konstruksi akibat pengetatan regulasi Juni tahun lalu. Hal tersebut dilakukan
menyusul skandal pemalsuan data bangunan pendirian beberapa blok apartemen oleh
seorang arsitek Jepang. Para pengusaha di sektor perumahan juga mengaku kesulitan
menyesuaikan diri dengan kebijakan baru tersebut, sehingga mereka memilih untuk
menahan dulu investasi di sektor tersebut. Tantangan terbesar yang dihadapi Pemerintah
Jepang, menurut mereka, adalah membenahi sektor belanja konsumen yang mengalami
keterpurukan

akibat


menurunnya

sentimen,

lambatnya

pertumbuhan

upah,

dan

melambungnya sejumlah harga komoditas.
Dalam rangka mengatasi keterpurukan tersebut, Jepang telah melakukan beberapa kali
pergantian menteri. Kebanyakan dari mereka mengundurkan diri karena tidak sanggup
membuat perekonomian Jepang pulih kembali. Tetapi sejak tahun 2012, perekonomian
Jepang secara perlahan tumbuh kea rah yang positif. Saat ini pula mulailah terdengar kata
“Abenomic”. Nama tersebut diambil dari nama Perdana Menteri Shinzo Abe yang kembali

berkuasa dengan Partai Demokratik Liberal (LDP) pada Desember 2012. Masa

pemerintahan pertama Abe sebagai Perdana Menteri pada 2006-2007 telah dilupakan, tetapi
ia sekarang perlahan membentuk kembali Jepang.
Jadi, apa itu "Abenomics"? Abenomics adalah seri perubahan besar untuk kebijakan
ekonomi jangka panjang. Menurut Yoshito Hori, Managing Partner dari Globis Capital
Partners (22 Mei 2013), Abenomics terdiri dari "tiga panah". "Panah" pertama merupakan
kebijakan moneter yang lebih agresif. Jepang telah menetapkan target inflasi sebesar 2%,
depresiasi Yen, dan pengurangan nilai yang terbesar dalam sejarah.
Untuk memfasilitasi hal ini, Abe mengganti Gubernur Bank Jepang (BOJ), Masaaki
Shirakawa, dengan Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Haruhiko Kuroda pada Maret
2013. Kuroda adalah seorang kritikus konservatisme ekonomi BOJ dan menganjurkan untuk
menerapkan kebijakan yang lebih berani.
"Panah" kedua adalah kebijakan fiskal. Abe memutuskan untuk meningkatkan pengeluaran
fiskal Jepang hingga 2% dari total GDP Jepang. "Panah" terakhir merupakan reformasi
struktural untuk mendorong pertumbuhan Jepang. Ini termasuk negosiasi bersama untuk
Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang akan memberikan liberalisasi perdagangan dan
deregulasi yang lebih besar. Hal ini diarahkan agar dapat mendorong investasi di sektor
privat.
Sejak pemerintah Shinzo Abe ini, perekonomian Jepang yang sempat menurun akhirnya
kembali pulih dan mulai berkembang untuk menyaingi Amerika Serikat dan Cina yang
menjadi kekuatan besar dalam perekonomian.
4.

Jelaskan dan Analisa Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Jepang ?
Jawab :
Sebelum membahas bagaimana Jepang dalam merumuskan kebijakan luar negeri (politik
luar negeri), kita harus paham dulu apa itu politik luar negeri. Politik luar negeri pada
dasarnya merupakan action theory, yang berarti kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan
ke negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu.
Politik luar negeri bertujuan untuk mencitrakan keadaan dan kondisi di masa depan suatu
negara disertai usaha perumus kebijakan dalam memperluas pengaruhnya kepada negaranegara lain dengan cara mengubah atau mempertahankan tindakan negara lain. Berdasarkan

sifatnya, tujuan politik luar negeri bersifat konkret dan abstrak. Sedangkan ditinjau dari segi
waktunya, tujuan politik luar negeri dapat bertahan lama dalam suatu periode waktu tertentu
dan dapat pula bersifat sementara, sesuai dengan perubahan yang terjadi dan kondisi yang
saat itu. Menjalankan politik luar negeri membutuhkan perumusan kebijakan yang didasari
oleh kepentingan nasional dan tujuan nasional dengan menggunakan power dan kapabilitas
sebagai alat-alat negara.
Pelaksanaan politik luar negeri didahului oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan
dengan mempertimbangkan faktor-faktor nasional sebagai faktor internal dan faktor-faktor
internasional sebagai faktor eksternal. Selain itu, beberapa keputusan yang kemudian akan
ditetapkan merupakan strategi yang akan diaplikasikan dan instrumen yang akan digunakan
dalam proses untuk mencapai output ataupun sasaran yang telah ditentukan.
Politik luar negeri Jepang saat ini cenderung tidak berubah semenjak Perang Dunia II,
namun dalam 20 tahun terakhir terjadi 14 kali pergantian perdana menteri yang sebagian
besar pergantian itu dilakukan karena pengunduran diri. Dengan sering kalinya perdana
menteri berganti sehingga walaupun politik luar negeri Jepang bersifat statis dengan
berdasarkan pada kerangka yang telah dibuat di tahun 1950an maka kebijakan politik luar
negeri akan berbeda dari setiap pemerintahannya. Semenjak tahun 2000 saja telah terjadi 6
kali pergantian perdana menteri.
Salah satu landasan pokok politik luar negeri Jepang adalah memberikan kontribusi kepada
perdamaian dan kemakmuran dunia dengan membina keamanan dan kesejahteraannya
sendiri. Keinginan ini tentu saja dilandasi oleh konstitusi yang telah merumuskan penolakan
terhadap perang.
Tanggung jawab utama untuk kebijakan luar negeri Jepang dilaksanakn oleh cabinet dan
tunduk pada pengawasan keseluruhan Diet Nasional. Perdana menteri harus membuat
laporan kebijakan luar negeri kepada Diet. Kepala Negara (Kaisar) menjalankan fungsi
upaca penerimaan utusan asing dan membuktikan perjanjia asing diratifikasi oleh Diet.
Perumusan kebijakan luar negeri pun diberikan kepada Menteri Luar Negeri sebagai
penasehat dan pelaksananya. Menteri Luar Negeri yang mempunyai Departemen Luar
Negeri merumuskan berbagai kebijakannya dengan memperhatikan factor eksternal dan
internal dengan penekanan terhadap kepentingan nasional.

Proses pergantian Perdana Menteri seperti yang disebutkan sebelumnya cukup banyak
mempengaruhi kebijakan luar negeri Jepang termasuk kebijakan terhadap Amerika Serikat
yang bersifat fluktuatif. Amerika Serikat yang mempunyai pasukan keamanan di Jepang
dianggap telah menghina Jepang tetapi Amerika Serikat tidak ingin keluar dari Jepang
karena akan mengganggu proses demokratisasi di sana. Keberadaan Amerika Serikat di sana
di pandang beragam oleh Perdana Menteri yang menjabat.
5.

Jelaskan hubungan bilateral Indonesia – Jepang 50 tahun terakhir ?
Jawab :
Jepang dan Indonesia hingga saat ini telah menjalin kerjasama selama 55 tahun sejak 1958.
Kerjasama yang tidak singkat. Awalnya kerjasama ini dilakukan oleh Jepang untuk
menghilangkan trauma Negara – Negara yang pernah dijajah salah satunya Indonesia. Untuk
Indonesia sendiri kerjasama ini dilakukan dalam rangka penguatan KAA yang telah
dilaksankan pada 18 – 24 Aprul 1955 di Bandung.
Kesepakatan damai ini juga memuat konsekuensi Jepang memberikan ganti rugi kepada RI
sebesar 223.08 juta dolar AS, setara dengan 80.3 miliar yen kurs saat itu. Ini diasumsikan
dengan penggantian 1 juta yen per penduduk Indonesia ditaksir berjumlah sekitar 80 juta
jiwa. Angka ini mendekati prediksi R Murray Thomas di Asian Survey, Vol 9, No 7 (July,
1969), bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 1958 adalah 90 juta jiwa. Ganti rugi ini
dilakukan secara bertahap selama 12 tahun dalam bentuk bantuan barang produksi dan
asistensi pembangunan.
Dalam 55 tahun tersebut Indonesia – Jepang terus melakukan pembicaraan terkait
peningkatan kekuatan nasional masing – masing. Jepang yang kuat secara ekonomi terus
membantu Indonesia membangun perekonomian walaupun Indonesia dijadikan sebagai
tempat pembelian sumber daya alam dan pasar bagi barang – barang Jepang. Hal ini tidak
membuat Indonesia kalah, tetapi Indonesia punya keuntungan dari hal ini dikarenakan
dengan kerjasama tersebut Indonesia secara perlahan mulai melangkahkan kaki menjadi
sebuah Negara yang besar. Walaupun telah terjalin cukup lama,hubungan bilateral Indonesia
dan jepang mengalami fluktuasi. Missal, Pada tahun 2009 sempat dipublikasikan sebuah
berita yang mengatakan bahwa sebenarnya hubungan Indonesia-Jepang mengalami
stagnansi, yakni tidak adanya perkembangan yang berarti dan manfaat yang signifikan dan

komprehensif bagi pembangunan Indonesia, terutama di bidang ekonomi dan sosial. Ini
berarti bahwa hubungan Indonesia-Jepang tidak selalu baik meskipun telah terjalin sejak era
pemerintahan Presiden Soekarno. Tapi hal ini tidak membuat hubungan bilateral Indonesia
dan jepang dihentikan melainkan terus ditingkatkan untuk keuntungan kedua Negara.
Ada tiga bidang yang secara aktif terus ditingkatkan antara Jepang dan Indonesia yaitu
Politik, Ekonomi, dan Budaya. Bidang yang dapat dikategorikan ke dalam aspek mayor
adalah hubungan ekonomi, dimana Indonesia-Jepang menjadi partner yang saling
menguntungkan di bidang ekspor-impor produk dan pangsa pasar. Jepang dengan teknologi
dan modal yang besar, serta Indonesia dengan sumber daya alam melimpah dan pangsa pasar
yang besar, akan menjadi satu modal perekonomian yang kuat apabila potensi keduanya
disinergikan, meskipun dalam 10 tahun terakhir (terhitung sejak tahun 2007) investasi
Jepang di Indonesia sempat mengalami penurunan karena iklim investasi persaingan di
Indonesia tidak optimal. Namun hubungan ekonomi keduanya kembali dan semakin
membaik, hubungan perdagangan pun semakin meningkat dan saling menguntungkan,
meskipun sebenarnya Jepang memiliki kepentingan lain yakni mempertahankan stabilitas di
Asia Tenggara untuk mengamankan jalur pasokan minyak dari Timur Tengah melalui Selat
Malaka. Namun kedua negara memang memiliki kepentingan masing-masing sehingga hal
itu tidak menjadi masalah karena mengarah pada keuntungan.
Dalam bidang ekonomi sendiri kita tidak asing lagi mendengar EPA dan IJEPA. EPA adalah
kerangka kerjasama ekonomi yang berfokus pada dua isu yakni isu tradisional yang
mencakup liberalisasi perdagangan atas produk barang dan jasa, serta isu barang yang
mencakup berbagai kerjasama di berbagai bidang. EPA lebih memberikan keuntungan
kepada Jepang dan membantu Jepang untuk mengontrol arah serta jalannya menuju
liberalisasi ekonomi domestik, strategi pembangunan, dan tatanan domestik.
Sementara IJEPA adalah perjanjian perdagangan bebas, bilateral antara Jepang dengan
Indonesia. Pada prinsipnya, IJEPA hampir sama dengan EPA, namun perjanjian ini dapat
dibuat lebih luas cakupannya terhadap bidang lain yang merupakan interest yang telah
disepakati dari kedua belah pihak (Noko, 2006). IJEPA sendiri telah menjadi bagian dari
strategi penting Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan daya saing global. Bahkan dalam
perjanjian IJEPA dengan pedoman cooperation pun pihak Jepang berkomitmen untuk

membantu Indonesia meningkatkan kapasitas industri agar produk atau jasanya dapat
memenuhi standar mutu yang diinginkan pasar Jepang.
Dari sudut pandang politis, hubungan Indonesia-Jepang yang bilateral semakin
meningkatkan intensitas kerjasama dan hubungan kemitraan yang strategis. Pada tahun 2006
kerjasama kedua negara tersebut meluas dan mencakup isu-isu internasional. Indonesia dan
Jepang

telah

sepakat

untuk

memperkuat

hubungan

kemitraan

strategis

dengan

memberlakukan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang pada tahun 2008.
Yoshinori Katori, salah satu duta besar Jepang untuk Indonesia, mengatakan bahwa
hubungan antara Indonesia dan Jepang semakin aktif melihat adanya berbagai aktivitas
penting seperti diadakannya Dialog Strategis Tingkat Menteri yang telah diselenggarakan
sebanyak dua kali, pengaktifkan upaya-upaya di bidang ekonomi termasuk MPA
(Metropolitan Priority Area), investasi dari Jepang yang kian bertambah dengan fakta bahwa
jumlah warga negara Jepang yang tinggal di Indonesia kian bertambah. Bahkan, beliau juga
mengungkapkan adanya perasaan ‘kizuna’ atau ikatan persahabatan dari hati yang dalam
antara Indonesia dan Jepang, berkat upaya keras dan waktu yang panjang dari berbagai
pihak yang berkontribusi bagi hubungan Indonesia-Jepang. Kerjasama di berbagai bidang
terus dilakukan dan kian berkembang, seperti pencegahan bencana dan perlindungan
terhadap lingkungan hidup, konflik yang kembali panas baru-baru ini mengenai demokrasi
dan konfrontasi di Timur Tengah, berbagai isu mengenai ASEAN, dan sebagainya. Artinya,
kerjasama untuk mengatasi berbagai permasalahan baik regional maupun global menjadi
agenda kedua negara tersebut.
Selain itu, dewasa ini masyarakat Indonesia menjadi sangat familiar dengan pop culture
Jepang mulai dari bahasa, film, musik, kartun anime, hingga kegiatan yang bersifat edukatif
seperti pertukaran pelajar serta budaya. Banyak sekali mahasiswa Indonesia yang berminat
dan tengah melaksanakan proses belajar di negeri sakura tersebut. Hal ini berbanding lurus
dengan minat masyarakat Indonesia untuk mempelajari bahasa Jepang sebagai elemen
pokok dalam komunikasi antarwarga negara tersebut. Sepanjang tahun 2008 lalu pun
sejumlah kegiatan terkait hubungan Indonesia-Jepang dalam konteks budaya telah
dilaksanakan, di antaranya adalah konser Tsugaru Shamisen, pertunjukan tari Taihen, Tokyo
Beat, pameran pendidikan Jepang, seminar bio fuel, pameran foto kontemporer, pertunjukan
upacara minum teh, pameran keramik, pertunjukan Doraemon, berbagai seminar penting,

pameran Indonesia-Jepang, dan pekan Jepang serta upacara penutupannya pun secara resmi
dilakukan. Penerbitan buku Peringatan 50 Tahun Indonesia-Jepang juga tidak lupa
dilaksanakan sebagai simbol atas hubungan bilateral yang kuat antara kedua negara tersebut
di berbagai bidang.
Terkait dengan hubungan bilateral dan diplomatik ini, sejak tahun 1997 Jepang telah
menganut Doktrin Fukuda yang pertama kali dikemukakan oleh Perdama Menteri (PM)
Jepang saat itu yakni Takeo Fukuda. Diplomasi tersebut diperkenalkan atas nama heart to
heart diplomacy kepada ASEAN, yang meliputi hubungan perdagangan, investasi, serta
berbagai bantuan oleh Jepang ke ASEAN. Pada masa itu pun sempat diterbitkan sebuah
berita yang memaparkan tekad PM Fukuda bahwa ‘Jepang sebagai negara yang
mengikatkan diri pada perdamaian, tidak akan pernah menjadi suatu kekuatan militer dan
bahwa Jepang akan membangun hubungan atas dasar saling mempercayai dengan NegaraNegara Asia Tenggara dalam bidang yang luas, serta bahwa Jepang akan bekerjasama
secara positif dengan ASEAN dan negara anggotanya dalam upaya masing-masing, sebagai
mitra yang sederajat..’ (Widyahartono, 2007). Dengan demikian, maka Doktrin Fukuda
yang didasari oleh hubungan diplomatik dari hati ke hati tersebut tentu saja mempengaruhi
hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Terlihat dari pola kerjasama yang ditawarkan
Jepang dan minimnya konflik yang terjadi antara kedua negara tersebut, secara jelas
menggambarkan bahwa Jepang menekankan pembangunan hubungan dengan negara-negara
ASEAN termasuk Indonesia melalui jalan damai dan penuh tanggung jawab.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24