PENGARUH TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL TENAGA KERJA DI PT

PENGA GARUH KEGIATAN BEKE KERJA ANGKAT GALLON ON TERHA RHADAP KELUHAN MUSK SKULOSKELETAL PADA A TENA NAGA KERJA DI PT. TIRTA TA INVESTAMA KLATEN TEN

SKRIPS IPSI Untuk Memenuhi P hi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjan arjana Sains Terapan

Gitaning Ratri ng Ratri NIM. R0205016 205016 PROGRAM D IV KESEH ESEHATAN KERJA

FAKULTA LTAS KEDOKTERAN UNIV IVERSITAS SEBELAS MA ARET

SURAKAR KARTA 2009 09

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Kegiatan Bekerja Angkat Gallon Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Tenaga Kerja di PT. Tirta Investama Klaten

Gitaning Ratri, NIM/Semester : R.0205016, Tahun : 2009

Telah diuji dan disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari ......., Tanggal .............tahun.......

Pembimbing Utama

Nama : dr. Harninto, MS, Sp.Ok ..................................

Pembimbing Pendamping

Nama : Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg NIP : 160 045 635

Penguji Utama

Nama : dr. Putu Suriyasa, MS. Sp.Ok, PKK NIP : 140 120 857

Surakarta,.................................

Tim Skripsi Ketua Program D. IV Kesehatan Kerja

Sumardiyono, SKM, M.Kes dr. Putu Suriyasa, MS. Sp.Ok, PKK NIP. 19650706 198803 1 002

NIP. 140 120 857

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,.............................

Gitaning Ratri NIM.R0205016

ABSTRAK

GITANING RATRI, NIM R.0205016. Pengaruh Kegiatan Bekerja Angkat Gallon

Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Tenaga Kerja di PT. Tirta Investama Klaten. Surakarta: Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah: ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten.

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada area produksi 5 gallon di PT. Tirta Investama Klaten sebanyak 60 orang. Sampel yang digunakan adalah 20 orang. Sampling menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan metode angket atau kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan T-Test.

Hasil penelitian ini diperoleh t hitung = -2.342 atau nilai sign. = 0.030. karena nilai P value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan bekerja angkat galon terhadap timbulnya keluhan muskulo-skeletal.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: “Ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten”.

Saran dari penelitian ini adalah: “memberikan perhatian sebaik-baiknya terhadap tenaga kerja dengan memberikan fasilitas kesehatan pada tenaga kerja yang mengalami keluhan muskuloskeletal

Kata Kunci: Angkat Gallon, Keluhan Muskuloskeletal

ABSTRACT

GITANING RATRI, NIM R.0205016. Activity Influence Work To Lift The

Gallon of Sigh Musculosceletal of Labour in PT. Tirta Investama Klaten. Surakarta: Program of the Diploma IV Health Work The Faculty Mediciness of Sebelas Maret University.

Research target is: wishing to know whether there influence from activity work to lift the gallon to sigh of muskuloskeletal of Labour in PT. Tirta Investama Klaten.

This Research type is analytic observasional with the approach of cross sectional . Population in this research is labour of produce 5 gallon area in PT. Tirta Investama Klaten as much 60 people. Sampel used by 20 people. Sampling use the purposive sampling . Data collecting by using method of enquette or kuesioner. Analyse the data in this research use T-Test.

Result of this research is obtained by t hitung = - 2.342 or assess the sign = 0.030. because value of P value < 0.05, inferential hence that there are activity influence work to lift the gallon to incidence of sigh musculosceletal.

Conclusion from this research is: " There is influence from activity work to lift the gallon to sigh musculosceletal of labour in PT. Tirta Investama Klaten". suggestion from this research is: " giving attention as well as possible to labour by giving health facility of natural labour sigh musculosceletal”.

Key Words: Lift The Gallon, Sigh Muskuloskeletal.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun penyempurnaannya.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. dr. A.A Subiyanto, MS, , selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp. Ok. , selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. dr. Harninto, MS, Sp.Ok , selaku pembimbing I Skripsi.

4. Bp. Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg , selaku Pembimbing II Skripsi.

5. Pimpinan Perusahaan PT. Tirta Investama Klaten yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.

6. Bapak Alex, selaku Kepala Bagian Produksi yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama melaksanakan Penelitian.

7. Ibu Yanti, selaku HRD PT. Tirta Investama Klaten yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.

8. Bapak Jatmiko, selaku Ketua Bagian K3 PT. Tirta Investama yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.

9. Bapak Syamsul Choirudin, selaku Paramedis PT. Tirta Investama yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.

10. Semua karyawan PT. Tirta Investama Klaten, atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

11. Bapak, Ibu, Kakak, dan orang – orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar.

12. Semua teman - teman D IV Kesehatan Kerja. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Salam sejahtera bagi kita semua,

Surakarta, Agustus 2009 Penulis

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Batasan Beban yang boleh diangkat ................................................

7 TABEL 1.2 Identitas Sampel ............................................................................... 32 TABEL 1.3 Hasil Perhitungan Skor Keluhan Muskuloskeletal ........................... 33 TABEL 1.4 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Muskuloskeletas Pre-Test ........ 34 TABEL 1.5 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Muskuloskeletal Post-Test ....... 35 TABEL 1.6 Hasil Korelasi Statistik Keluhan Muskuloskeletal ........................... 35

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.1 Kuesioner Nordic Body MAP LAMPIRAN 1.2 Hasil Kuesioner Nordic Body MAP PadaTenaga Kerja sebelum

mengangkat gallon. LAMPIRAN 1.3 Hasil Kuesioner Nordic Body MAP Pada Tenaga Kerja sesudah mengangkat gallon. LAMPIRAN 1.4Tabel Kerja Analisis T-Test. LAMPIRAN 1.5 Distribusi Frekuensi LAMPIRAN 1.6 Grafik Frekuensi tingkat keluahan muskuloskeletal. LAMPIRAN 1.7Surat Keterangan PKL atau Magang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi industri merupakan suatu perubahan terbesar yang terjadi di negara Inggris pada abad ke -18 yang diawali ketika munculnya penyempurnaan prinsip kerja mesin uap oleh James Watt tahun 1769. Prinsip kerja ini sangatlah mempengaruhi perkembangan teknologi pada tehun-tahun berikutnya yang pada akhirnya dalam jangka waktu 50 tahun telah mencetuskan revolusi industri yang secara garis besar dapat kita artikan sebagai pergantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati. Benda mati disini dapat kita artikan dengan tenaga mesin. Revolusi industri ini menyebabkan banyak dampak yang negatif diantaranya pengangguran, tindak kriminalitas semakin meningkat juga banyak terdapat produk- produk masal dan banyak tedapat spesialisasi pabrik.

Dalam dunia perindustrian tidak satupun jenis usaha yang tidak menginginkan untuk memperoleh kesuksesan. Setiap usaha ingin dikelola dan dioperasikan dengan baik agar terjadi suatu proses berkesinambungan yang efektif dan efisien. Tetapi banyak usaha yang mendapatkan kesuksesan sesaat dan nama tersebut sudah tidak terdengar lagi di dunia industri. Karena tidak mementingkan proses pengelolaan dan pengoperasian yang baik.Sekarang ini perkembangan industri di Indonesia semakin maju. Kemanjuan teknologi dan perelatan-peralatan yang digunakan dalam setiap kegiatan produksi mempunyai dampak positif dan negatif. Teknologi dan peralatan-peralatan modern akan memberi dampak positif karena akan

mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Akan tetapi peralatan-peralatan tersebut memiliki dampak negatif seperti potensi bahaya yang besar bila yang mengoperasikan belum siap untuk menerima teknologi tersebut.Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain, dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dalam penelitian ini dibahas mengenai beban kerja yang berupa beban fisik,

yaitu kegitan mengangkat.Mengangkat adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

Kegiatan mengangkat banyak terdapat dalam lingkungan pabrik-pabrik, pelabuhan-pelabuhan, perhubungan darat,pertanian, perkebunan, kehutanan dan sektor kegiatan ekonomi lain. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kegiatan mengangkat disekitar kita. Tapi seringkali pekerjaan manual ini justru beresiko. Dalam pekerjaan mengangkat secara manual dapat mengakibatkan keluhan-keluhan pada otot-otot skeletal yang sering disebut dengan keluhan muskuloskeletal.

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, dkk, 2004). Pendapat lain tentang keluham muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lain sebagainya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon , pembuluh darah, sendi tulang, syaraf dan masih banyak lagi yang diakibatkan oleh aktivitas kerja (Noor Fitrihana, 2008). Kelihan muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculosceletal Disorder) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

Di PT. Tirta Investama Klaten terdapat suatu pekerjaan di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang lebih besar yaitu aktivitas mengangkat gallon yang terdapat di area produksi 5 gallon bagian packing.

Berdasarkan survei awal di PT. Tirta Investama Klaten tersebut pada area produksi 5 gallon bagian packing dijumpai adanya tenaga kerja yang mengeluh adanya nyeri yang sangat hebat di bagian otot-otot skeletal setelah melakukan kegiatan mengangkat gallon. Hal ini dikarenakan para tenaga kerja tenaga kerja mengalami kontraksi otot yang berlebihan dan dalam waktu pembebanan yang cukup lama dan dilakukan berulang kali.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1994).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja pada area produksi 5 gallon bagian packing di PT. Tirta Investama Klaten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada uraian di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah: Adakah pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama ?

C. Tujuan Penelitian

Selaras dengan permasalahan dalam penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat dijelaskan di sini bahwa tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap timbulnya keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten.

Dari rumusan masalah tampak tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal. Dengan kata lain penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data yang signifikan tentang pengaruh kegiatan angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Berkaitan dengan manfaat penelitian ini, ada satu pendapat yang menyatakan pentingnya penelitian tentang pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal. Dalam kegiatan angkat gallon sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja yaitu dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal karena setiap hari tenaga kerja melakukan angkat gallon secara manual dan kegiatan tersebut dapat menjadi sumber penyebab adanya penyakit akibat kerja. Dengan demikian

penelitian ini dapat diharapkan sebagai pembuktian bahwa bekerja angkat gallon dapat menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal.

2. Aplikatif

a. Dari uraian di atas diharapkan tenaga kerja mampu menyesuaikan berat beban dengan kemampuan fisiknya.

b. Diharapkan perusahaan menyediakan alat bantu dalam pengangkatan gallon tersebut.

BAB II

Landasan Teori

A. Tinjauan Pustaka

1. Mengangkat

a) Pengertian Mengangkat Mengangkat adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud

utama untuk membawa suatu objek dari satu ke lokasi tujuan tersebut. (Sritomo Wignjo Soebroto, 2003). Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem kerja bongkar muat yang paling dominan adalah aktivitas angkat. Apabila dalam mengangkat suatu benda tidak dilakukan secara benar maka hal tersebut dapat menimbulkan kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat adalah sebagai berikut :

1) Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2) Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan licin, kasar, naik turun dan lain-lain.

3) Ketrampilan kerja.

4) Peralatan kerja.

5) Ukuran beban yang akan diangkut.

6) Metode angkut yang benar.

c) Cara mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :

1) Beban diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak

mungkin otot tulang belakang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.

2) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan (Sarwono, 2002:91).

d) Batasan beban yang boleh diangkat

Tabel 1. 1 Batasan beban yang boleh diangkat. Batasan angkat

Tindakan

(Kg)

Di bawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan 16-34

Prosedur administratif diperlukan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya dengan perantara alat bantu

34-35 Sebaiknya operator yang terpilih menggunakan sistem pemindahan secara terlatih dibawah pengawasan penyelia.

Di atas 35 Harus menggunakan peralatan mekanis operator terpilih dan terlatih, pernah mengikuti pelatihan K3 di bawah pengawasan ketat.

(sumber data : Komisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Inggris, 1982)

3. Ergonomi

a) Pengertian Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu

“ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja (Tarwaka, 2004).

Untuk lebih memahami pengertian ergonomi, perlu ditamilkan definisi- definisi ergonomi dari beberapa ahli ergonomi terdahulu. Di bawah ini merupakan beberapa definisi ergonomi yang berhubungan dengan tugas, pekerjaan dan desain:

1) Ergonomi adalah studi karakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi design peralatan, pekerjaan dan sistem (Corlett & Clark, 1995).

2) Ergonomi design adalah menjadi aplikasi faktor manusia, informasi kepada perancangan peralatan, mesin, sistem, tugas, lingkungan dan pekerjaan untuk manusia produktif, aman, efektif dan nyaman (Manuaba,1998).

Dari uraian tersebut maka selanjutnya kita dapat mendefinisikan ergonomi sebagai berikut : Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi baik (Tarwaka, 2004).

b) Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas yang tinggi (Tarwaka, 2004).

2. Keluhan Muskuloskeletal

a) Pengertian Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai sangat sakit. (Tarwaka, dkk, 2004). Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDS) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993).

b) Jenis Keluhan Otot

1) Keluhan Sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan (Tarwaka, 2004).

2) Keluhan Menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004).

c) Bagian otot yang sering dikeluhkan Bagian-bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang

meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal tersebut yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP) (Tarwaka, 2004).

e) Faktor Penyebab terjadinya Keluhan Muskuloskeletal Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

1) Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang lebih besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya cedera otot skeletal.

2) Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar dan angkat angkut. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3) Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000).

4) Penyebab kombinasi meliputi :

a) Umur Choffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-

65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resilo terjadinya terjadinya kelihan otot meningkat.

b) Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand & Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita.

c) Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen et al. (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat denga kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menunutut pengerahan tenaga, maka akan mudah c) Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen et al. (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat denga kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menunutut pengerahan tenaga, maka akan mudah

d) Kesegaran Jasmani Pada umumnya, keluhan otot lebuh jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8 %. Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa, tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.

e) Kekuatan Fisik Sama halnya dengan beberapa faktor lainnya, hubungan antara kekutan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal juga masih diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal. Chaffin and

Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya rendah, resiko terjadinya keluhan tiga kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi.

f) Ukuran Tubuh (antropometri) Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal (Tarwaka, 2004)

B. Kerangka Pemikiran

Faktor Intern

v Umur v Jenis Kelamin

v Ukuran tubuh (anthropometri), meliputi :

· Berat Badan · Tinggi dan Pendek

v Massa tubuh

Kegiatan

Keluhan Bekerja

Kegiatan Bekerja Mengangkat

Muskuloskeleta Mengangkat Ergonomis

yang Ergonomis dan Tidak

C. Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenaran- nya, suatu hipotesa akan diterima kalau bahan-bahan penyelidikan membenarkan pernyataan itu, dan akan ditolak bilamana kenyataan menyangkalnya (Sutrisno Hadi, 2004).

Adapun juga pendapat lain tentang pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabrata , 1989).

Dari dua pendapat yang penulis kemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, hipotesis adalah rumusan pernyataan tentang hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih yang perlu dibuktikan kebenarannya berdasarkan hasil penelitian.

2. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989).

Berdasarkan pendekatannya, maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan cross sectional karena variabel sebab akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Tirta Investama Klaten area produksi 5 gallon bagian packing, pada tanggal 25 Juni-4 Juli 2009.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 2004). populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada area produksi 5 gallon yang berjumlah 60 orang. Subyek penelitian adalah tenaga kerja bagian angkat gallon pada area produksi 5 gallon bagian packing di PT. Tirta Investama Klaten, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Subjek Inklusi ialah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini sebagai sampel. Subjek inklusi dalam penelitian ini antara lain jenis kelamin laki-laki, usia 19-40 tahun, masa kerja lebih dari 1 tahun.

2. Subjek Eksklusi ialah subjek di mana peneliti tidak menjadikan subjek ini sebagai sampel. Subjek eksklusi dalam penelitian ini antara lain tenaga kerja sakit, tenaga kerja tidak mau menjadi subjek.

D. Tehnik Sampling

Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 60 orang yang berasal dari area produksi 5 gallon. Untuk mendapatkan sampel yang representatif teknik penentuannya dengan menggunakan Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi. (Sutrisno Hadi, 2004). Dari proses di atas diperoleh 20 sampel yang sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria yang sudah ditentukan.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bekerja angkat gallon.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal.

3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara

variabel bebas dan terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a) Variabel pengganggu terkendali : umur, Jenis kelamin, masa kerja.

b) Variabel pengganggu tidak terkendali : kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, sikap kerja tidak alamiah, kekuatan fisik, beban yang di- perkenankan, aktivitas berulang, lingkungan kerja fisik dan indek massa tubuh.

Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel pengganggu dikarenakan tidak mempunyai cukup waktu untuk penelitian.

F. Definisi Opersional Variabel Penelitian

1. Angkat gallon Angat gallon adalah memindahkan gallon dari roda berjalan ke tempat

penyusunan gallon yang sudah disediakan atau disebut dengan pallet secara manual dengan berat per gallon 20 Kg dan tenaga kerja melakukan pekerjaan ini secara berulang-ulang selama 7 jam kerja dengan perpindahan atau rolling setiap 1 jam dengan istirahat selama 30 menit per jamnya. Angkat gallon ini terdapat di area produksi 5 gallon bagian packing.

Alat ukur

: Observasi

Hasil pengukuran : Kegiatan Bekerja Angkat Gallon yang Ergonomis

dan Tidak Ergonomis.

Skala Pengukuran

: Nominal

2. Keluhan Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Dalam penelitian ini jenis keluhan muskuloskeletal meliputi seluruh bagian- bagian otot di dalam tubuh seseorang. Alat ukur

: Kuesioner Nordic Body MAP

Hasil pengukuran : Tingkat KeluhanMuskuloskeletal yang dialami

oleh tenaga kerja.

Skala Pengukuran

: Interval.

3. Jenis Kelamin Jenis Kelamin adalah penentuan sampel berdasarkan laki-laki atau wanita.

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap keluhan muskuloskeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot skeletal.

4. Usia Usia adalah lama waktu hidup seseorang (ada setelah dia dilahirkan). Usia

merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan

5. Masa Kerja Masa Kerja adalah lama waktu seseorang bekerja sejak diterima di

perusahaan sampai dilakukan penelitian.

6. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang

dengan menghisap rokok dalam jangka waktu yang sangat sering. Sama halnya dengan jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot skeletal juga masih diperdebatkan dengan beberapa ahli, namun demikian beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot skeletal sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok maka semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan.

7. Kesegaran Jasmani Kesegaran Jasmani merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Pada umumnya keluhan otot skeletal lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluahan otot skeletal.

8. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjayhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan lain sebagainya. Semakin jauh bagian tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McCnville, 1996; Waters & Andersaon, 1996;Manuaba, 2000).

9. Kekuatan Fisik Kekuatan Fisik adalah Kemampuan yang dimiliki oleh setiap tubuh manusia

untuk melakukan suatu pekerjaan. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan rendah akan lebih rentan terhadap resiko cedera otot. Namun untuk pekerjaan- pekerjaan yang tidak memerlukan pengerahan tenaga, maka faktor kekuatan fisik kurang relevan terhadap resiko keluhan otot skeletal.

10. Beban yang diperkenankan Beban kerja yang diperkenankan adalah setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.

11. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan lain-lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

12. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan Kerja Fisik adalah faktor-faktor keadaan di sekitar tempat kerja

seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evalusi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.

13. Indek Massa Tubuh Indek Massa tubuh adalah suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan

antara berat badan dan tinggi badan.

G. Desain Penelitian

Populasi

Purposive sampling

Subjek

Sebelum Mengangkat SesudahMengangkat

Gallon (Pre-Test)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk

I. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Tehnik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan :

1. Memberi score atau nilai setiap bagian otot skeletal.

2. Uji statistik T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 15.0 dengan Interpretasi hasil sebagai berikut :

a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja

AQUA dirintis oleh almarhum Bapak Tirto Utomo, SH. (1930-1994). Beliau berpikir hadirnya industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT. Golden Mississipi pada tanggal 23 Februari 1973.

Kegiatan perusahaan di mulai pada bulan Agustus 1973, ditandai dengan pembangunan pabrik di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan pada bulan Agustus 1974 dan produksi komersial dimulai sejak tanggal

1 oktober 1974 dengan kapasitas produksi 6 juta liter setahun. Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA 5 galon, pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca.

Tahun 1974 hingga tahun 1978 merupakan masa-masa sulit karena masih rendahnya tingkat prmintaan masyarakat terhadap produk AQUA. Dengan berbagai upaya dan kerja keras, AQUA mulai dikenal masyarakat sehingga penjualan dapat ditingkatkan dan akhirnya titik impas berhasil dicapai pada tahun 1978. Saat itu merupakan titik awal perkembangan pesat produk AQUA yang selanjutnya terus berkembang hingga sekarang.

Semua produk AQUA ditujukan untuk masyarakat golongan menengah ke atas, baik untuk perkantoran, maupun rumah tangga dan restoran. Namun saat berbagai jenis kemasan baru yaitu 1500 ml, 500 ml, 220 ml dari kemasan plastik mulai diproduksi sejak 1981, maka produk AQUA dapat terjangkau oleh masyarakat Semua produk AQUA ditujukan untuk masyarakat golongan menengah ke atas, baik untuk perkantoran, maupun rumah tangga dan restoran. Namun saat berbagai jenis kemasan baru yaitu 1500 ml, 500 ml, 220 ml dari kemasan plastik mulai diproduksi sejak 1981, maka produk AQUA dapat terjangkau oleh masyarakat

Pada tahun 1981, AQUA memutuskan untuk mengganti bahan baku yang semula dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self flowing spring ).

Diterimanya AQUA oleh masyarakat luas dan wilayah penjualan yang telah menjangkau seluruh pelosok Indonesia, maka AQUA harus meningkatkan kapasitas produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat itu, lisensi AQUA diberikan kepada PT.Tirta Jayamas Unggul di Pandaan, Jawa Timur pada tahun 1984 dan Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987. Hal yang sama juga diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Pemberian lisensi ini disertai dengan kewajiban penerapan standar produksi dan pengendalian mutu yang prima. Upaya ekspor dirintis sejak tahun 1987 dan terus berjalan baik hingga kini mencakup Singapore, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Total kapasitas produksi dari seluruh pabrik AQUA pada saat ini adalah 1.665 milyar liter per tahun.

Di luar negeri, tepatnya di Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA yang telah berproduksi sejak tahun 1998. Sedang di Brunai Darussalam, pada tahun 1991 dilakukan kerjasama dengan membentuk IBIC SDN BHD untuk memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan merek SEHAT. Nama ini dipilih karena tidak adanya sumber mata air pegunungan yang Di luar negeri, tepatnya di Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA yang telah berproduksi sejak tahun 1998. Sedang di Brunai Darussalam, pada tahun 1991 dilakukan kerjasama dengan membentuk IBIC SDN BHD untuk memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan merek SEHAT. Nama ini dipilih karena tidak adanya sumber mata air pegunungan yang

Saat ini produk AQUA terdiri dari beraneka kemasan dan ukuran, baik kemasan sekali pakai (disposable) maupun kemasan ulang-alik (returnable). Kemasan sekali pakai terdiri atas botol PET (poly Ethelen Therephthalate) 1500 ml, 625 ml, 600 ml, 330 ml dan gelas plastik PP (Poly Propelence) 240 ml, Kemasan ulang-alik terdiri dari botol kaca 375 ml, botol PC (Poly Carbonate) 5 gallon (19 ltr).

Semula AQUA memproduksi botol-botol plastik yang memakai bahan PVC (Poly Vinyl Chlorid) yang diduga kurang ramah lingkungan karena menimbulkan hujan asam apabila terbakar. Pada tahun 1988 AQUA mengganti mesin produksi dan bahan bakunya PET, sedangkan di Eropa pada saat itu masih dipakai PVC. AQUA merupakan yang pertama kali merubah botol bulat desain Eropa menjadi persegi dan bergaris agar mudah dipegang. Botol PET ciptaan AQUA ini sekarang menjadi standar internasional. Demikian pula dengan gelas plastik 240 ml yang semula berukuran 220 ml, diciptakan oleh Research and Development AQUA dan sekarang menjadi sangat populer di Indonesia.

Pada saat perusahaan go-publik pada tanggal 1 Maret 1990 maka PT. Golden Mississipi dirubah menjadi PT. Aqua Golden Mississipi. Pada Tahun 1994 dan 1995, AQUA adalah AMDK pertama yang berhasil memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk pabrik Bekasi, Citeureup dan Mekarsari. Menyusul kemudian pabrik Pandaan, Mambul, Subung dan Berastagi. Semua pabrik AQUA sedang di proses untuk mendapatkan sertifikat ISO 9002. Sertifikat lain yang telah diperoleh yaitu Good Manufacturing Practise atau Cara Produksi yang baik Pada saat perusahaan go-publik pada tanggal 1 Maret 1990 maka PT. Golden Mississipi dirubah menjadi PT. Aqua Golden Mississipi. Pada Tahun 1994 dan 1995, AQUA adalah AMDK pertama yang berhasil memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk pabrik Bekasi, Citeureup dan Mekarsari. Menyusul kemudian pabrik Pandaan, Mambul, Subung dan Berastagi. Semua pabrik AQUA sedang di proses untuk mendapatkan sertifikat ISO 9002. Sertifikat lain yang telah diperoleh yaitu Good Manufacturing Practise atau Cara Produksi yang baik

Pada tahun 1986, AQUA meraih “Asia Star Award” dari Tokyo, Jepang. Dan pada tahun 1991 berhasil meraih “Management Award 1991” kategori manajemen umum dalam program yang diselenggarakan oleh Word Executive’s Digest bersama Asian Institute of Management dan Japan Airlines.

Penghargaan lain yang diterima berupa “Piala Nusa Adi Kualita” untuk kualitas manajemen perusahaan terbaik dari kadin jaya, dan penghargaan sebagai peserta terbaik pada penilaian penerapan cara produksi yang baik, untuk kelompok produksi air minum dalam kemasan dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia pada tahun 1997. Pada kwartal akhir tahun 1999 hasil survey Independent dari majalah Readers Digest di Singapura menempatkan AQUA sebagai “Superbrand 1999” yang paling dikenal dan dipercaya mutunya.

Hampir tidak ada kegiatan olahraga pentingyang tidak dihadiri oleh AQUA. Merek AQUA amat terkenal di Indonesia, ASEAN bahkan Eropa melalui PON. Pesta Sukan, Pencak Silat, SEA GAMES, Thomas Uber Cup, World Cup, Sudirman Cup, Word Golf Competition dan sebagainya. AQUA mendirikan beberapa diklat bulutangkis “AQUA PUSPITA” di kota-kota Jakarta, Surabaya, Denpasar untuk Hampir tidak ada kegiatan olahraga pentingyang tidak dihadiri oleh AQUA. Merek AQUA amat terkenal di Indonesia, ASEAN bahkan Eropa melalui PON. Pesta Sukan, Pencak Silat, SEA GAMES, Thomas Uber Cup, World Cup, Sudirman Cup, Word Golf Competition dan sebagainya. AQUA mendirikan beberapa diklat bulutangkis “AQUA PUSPITA” di kota-kota Jakarta, Surabaya, Denpasar untuk

Bagi AQUA merupakan suatu kebanggan tersendiri dapat menemani setiap peristiwa bersejarah di Indonesia seperti pertemuan APEC dan KTT di Jakarta, Peringatan Hari Kemerdekaan setiap tahun di Istana Negara dan berbagai peristiwa bersejarah lainnya.

Pada tanggal 17 Juli 1987, Tirta Utama mengakuisisi PT. Varia Industri Tirta yang memproduksi (AMDK) merek VIT dan merupakan merek kedua dari group AQUA. Saat ini total kapasitas produksi VIT 287 juta liter per tahun.

Di Amerika AQUA mendapatkan “AQUA Award” tahun 1985-1989 secara berturut-turut untuk bidang periklanan, promosi dan public relation. PT. Aqua Golden Mississipi juga merupakan kantor Sekretariat permanen bagi The Internasional Bottled Water Assosiation (IBWA), untuk kemasan Asia Timur Tengah dan Afrika Utara semenjak bulan september 1992, di samping menjadi anggota Direksi dan Council di Amerika Serikat dan di Eropa.

Komitmen dan ketertiban almarhum Tirta Utomo dalam industri AMDK yang dirintisnya menjadi sorotan dunia dan pada bulan Oktober 1992 di Cincinati,USA almarhum Tirto Utomo dinobatkan sebagai tokoh pencetus dan penggerak industri AMDK di kawasan Asia dan Timur Tengah dan masuk dalam “Half Of Fame” industri Bottled Water.Beliau adalah orang Asia Pertama yang memperoleh penghargaan tersebut, dan dipilih dari nominasi yang berasal dari Asia, Amerika, Australia, Canada, Eropa, Amerika Serikat dan Latin Amerika.

Pada tanggal 16 Juni 1995, dibentuk PT.Tirta Investama sebagai perusahaan induk yang mengayomi Unit-unit produksi AQUA yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekarang menjadi lebih dikenal sebagai Aqua Group.

Suatu peristiwa bersejarah kembali terukir melalui perjanjian kerjasama yang ditanda tangani pada tanggal 4 september 1998 di Jakarta antara pemilik Group AQUA dan Group DANONE dari Perancis, melalui salah satu perusahaan investasi mereka yaitu Feddian Pte.Ltd. Dari sinilah Danone masuk dengan 40% sahamnya dalam induk perusahaan (Holding Company) group AQUA yaitu PT. Tirta Investama (TIV) disusul dengan masuknya investor lain dengan jumlah saham 11% sehingga almarhum Tirto Utomo memiliki 49% saham di PT. Tirta Investama sebagai induk perusahaan dari group AQUA.

Salah satu alasan dilakukannya aliansi strategis ini adalah untuk menghadapi pasar global pada saat diberlakukannya peraturan AFTA dan WTO yang akan menghilangkan rambu-rambu dan peraturan pasar individual dan sekaligus membentuk pasar bersama yang terbuka.

PT.Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) yang berada dalam group Tirta Investama. Pabrik ini berlokasi di Desa Wangen Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pabrik Tirta Investama Klaten berdiri pada bulan Oktober 2002 dan memproduksi AMDK bermerek AQUA. Luas area pabrik Tirta Investama Klaten

adalah 105.836 m 2 yang digunakan untuk bangunan seluas 42.998 m (40% dari area) dan untuk area terbuka atau taman seluas 62.838 m 2 (60% dari area). Total adalah 105.836 m 2 yang digunakan untuk bangunan seluas 42.998 m (40% dari area) dan untuk area terbuka atau taman seluas 62.838 m 2 (60% dari area). Total

1. Satu gedung untuk memproduksi 5 galon.

2. Satu gedung untuk memproduksi 1500 dan 600 ml (SPS I).

3. Satu gedung untuk memproduksi 600 ml, 330 dan 240 ml (SPS II).