KOROSI YANG yang MENGUNTUNGKAN docx

KOROSI YANG MENGUNTUNGKAN
Korosi seperti yang telah diketahui merupakan suatu bentuk reaksi
elektrokimia akibat interaksi antara logam dan logam, atau sebagai suatu bentuk
degradasi logam dari keadaan berenergi tinggi ke energi rendah. Reaksi
elektrokimia tersebut menghasilkann suatu produk yang bersifat menurunkan
kualitas logam tersebut. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah
berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe 2O3.nH2O, suatu
zat padat yang berwarna coklat-merah. Korosi atau pengkaratan merupakan
fenomena kimia pada bahan- bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi
logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan
lingkungan berair dan oksigen. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia
yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi
tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Contoh yang paling umum, yaitu
kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi
menimbulkan banyak kerugian. Beberapa kerugian yang ditimbulkan akibat
korosi tersebut adalah antara lain seperti menyebakan logam keropos, berlubang
dan dapat menyebabkan kebocoran, Berkurangnya faktor keamanan, dan naiknya
biaya peralatan, dan masih banyak lagi lainnya.
Dibalik kerugian yang ditimbulkan oleh korosi, korosi juga mempunyai
keuntungan, karena suatu hal pastilah tidak hanya mempunyai kekuranga, tetapi

juga kelebihan. Keuntungan korosi ini hanya terjadi pada beberapa jenis logam
saja, tergantung pada jenis logam apa yang bereaksi meimbulkan corrosion
product. Tidak semua jenis logam dapat menghasilkan corrosion product yang
bermanfaat bagi logam tersebut. Salah satu logam yang bersifat menguntungkan
bila terkena korosi adalah aluminium. Alum sebagai cairan penutup pori-pori dan
bahan penajam proses pewarnaan. Sumber unsur ini tidak terdapat bebas, bijih
utamanya adalah bauksit. Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama,
ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan

hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tarik Aluminium
murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tarik
berkisar hingga 600 MPa. Aluminium juga merupakan logam ringan yang
mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat –
sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.
Di zaman modern ini, logam aluminium banyak digunakan dalam
pembuatan konstruksi pesawat terbang, alat-alat industri, perabotan rumah tangga
hingga kemasan makanan. Maka untuk memperoleh hasil produk yang baik
aluminium diproses secara modern dengan ilmu pengetahuan sebagai dasarnya
untuk meminimalisasi korosi yang tidak dapat dihindarkan. Aluminium umumnya
mempunyai sifat ketahanan terhadap korosi yang tinggi sehingga sulit terkorosi,

namun seperti halnya logam yang lain aluminium tetap dapat terkorosi dengan
kondisi ekstrim tertentu. Dalam pemilihan bahan logam untuk konstrusi salah satu
parameter yang harus dipertimbangkan adalah ketahanan logam terhadap korosi
sehingga aluminium pun juga memerlukan perlakuan khusus agar terhindar dari
korosi. Aluminum memang bisa saja untuk terjadi korosi, namun korosi pada
aluminium. Dibandingkan dengan logam seperti tembaga, besi, atau seng,
aluminium memiliki kelebihan yaitu tahan terhadap korosi, ringan dan mudah
dibentuk. Logam sulit dibuat homogen karena ada faktor pengotor, sehingga
menimbulkan beda potensial yang bisa menyebabkan korosi galvanis (adanya
anoda, katoda, elektrolit dan konuktor) diantara butiran dalam logam tersebut.
Korosi yang

umumnya

terjadi pada

logam aluminium adalah

korosi


sumuran(Jones 1992). Korosi sumuran membentuk lubang-lubang kecil yang
kasat mata pada awalnya. Korosi ini
bereaksi dengan

udara lembab.

berlangsung ketika

logam aluminium

Karena itu korosi pada aluminium ini bisa

berkibat pada kebocoran pada material tanpa diketahui.
Keuntungan korosi pada logam jenis aluminium adalah aluminium
mempunyai lapisan Al2O3 yang bisa melindungi logam terhadap pengkorosi pada
pH antara 4 s/d 9 diluar kisaran itu aluminium bisa terkorosi, baik pada suasana
asam maupun basa. Hal ini disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses

pembentukan lapisan aluminium oksida (Al2O3) di permukaan logam aluminium
segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini

nantinya akan mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat
terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang bersifat lebih katodik,
karena dapat mencegah oksidasi aluminium. Bila korosi terjadi pada logam jenis
aluminium maka lapisan senyawa Al2O3 tersebutlah yang akan melindingui
aluminum tersebut dari korosi yang lebih parah lagi, sehingga nantinya lapisan
tersebut akan bersifat pelindung (protektif) bagi aluminium dan membuat
aluminium semakin kuat dan tahan terhadap korosi. Lapisan oksida pada
permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisi, yang disebut
anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk
membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel
dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah
dicat dan memberi warna yang lebih terang Jadi, bahan yang cocok digunakan
untuk alat-alat pada industri

farmasi

sebaiknya berasal

dari logam jenis


alumunium, mengingat keuntungannya yang lebih banyak dan lebih baik.
Jenis logam lainnya yang bersifat menguntungkan pula bila terbenuk
korosi adalah stainless steel. Stainless steel merupakan paduan beberapa logam
dengan kandungan utamaya adalah besi dan chrom. Komposisi lainnya adalah
mangan, silikon, karbon, dan nikel dalam jumlah tertentu. Korosi pada stainless
steel juga hampir sama dengan korosi pada aluminium . Baja stainless steel ketika
terdapat air atau uap air akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk suatu
lapisan yang sangat tipis. Lapisan tersebut akan melekat kuat pada permukaanya
sehingga nantinya akan dapat melindungi bagian bawah logam yang belum
teroksidasi. Lapisan tipis ini memiliki sifat tembus cahaya dan juga memiliki
warna seperti pada logam aslinya (stainless steel dan aluminium yang belum
teroksidasi) sehingga kedua logam tersebut akan Nampak seperti tidak teroksidasi
atau tidak mengalami karat (korosi). Lapisan tipis pada baja stainless steel adalah
kromium (III) oksida (Cr2O3) yang merupakan hasil reaksi antara krom dengan
oksigen. Oleh sebab itu, yang berperan penting dalam membentuk lapisan
pelindung korosi pada stainless steel adalah krom, sedangkan unsur yang lainnya

seperti nikel berfungsi sebagai penguat. Jika lapisan oksida Stainless steel
digores/terkelupas, maka protective layer akan segera terbentuk secara spontan,
tentunya jika kondisi lingkungan cukup mengandung oksigen. Walaupun

demikian kondisi lingkungan tetap menjadi penyebab kerusakan protective layer
tersebut. Pada keadaan dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka
korosi akan terjadi. Banyak media yang dapat menjadi penyebab korosi, seperti
halnya udara, cairan/ larutan yang bersifat asam/basa, gas-gas proses (misal gas
asap hasil buangan ruang bakar atau reaksi kimia lainnya), logam yang berlainan
jenis dan saling berhubungan dan sebagainya Sedangkan pada aluminium, seperti
yang telah dijelaskan tadi juga yaitu aluminium (III) oksida yang merupakan
corrosion product atau hasil reaksi antara aluminium dengan oksigen.

Gambar 3. Laisan kromium oksida pada stainless steel
(Sumber : Kurniawan, D.W. 2011)

Lapisan kromium oksida (Cr2O3) pada stainless steel ini bersifat pasif
(secara kimiawi tidak aktif), kuat (melekat secara erat di permukaan stainless steel
tersebut) dan memperbaharui dirinya sendiri. Lapisan Kromium ini hanya sekitar
130 angstrom (1A = 10-10m) tebalnya dan melindungi stainless steel dari korosi.
Lapisan tersebut berupa bahan film yang dapat memperbaharui dirinya sendiri.
Apabila film ini hilang atau rusak (sebagaimana yang sering terjadi ketika
permukaan stainless steel terkena mesin atau tergores), film tersebut dapat
membentuk kembali dirinya sendiri. Walaupun demikian kondisi lingkungan tetap

menjadi penyebab kerusakan protective layer (kromium oksida) tersebut. Pada
keadaan dimana protective layer tidak dapat lagi terbentuk, maka korosi pada
stainless steel akan tetap terjadi. Sifat logam sendiri mudah melepaskan elektron

dimana korosi merupakan bereaksinya logam dengan oksigen dan korosi akan
terjadi lebih cepat dengan hadirnya zat elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Ibrahim. 1994. Lingkungan Korosi Aqueous. Bandung : ITB.
Fakih, Ridwan. 2010. Mengapa Stainless Steel Tidak Berkarat. (Online).
http://www.chem-is-try.org/. (Diakses pada 27 Februari 2016).
Kurniawan, D.W. 2011. Korosi pada Stainless Steel. (Online). http://edukasi.
kompasiana.com/. (Diakses pada 27 Februari 2016)
Denny, A Jones. 1982. Principels and Prevention of Corrosion. Macmillan:
Pablishing co