Teknologi Bersih Limbah B3 Tekstil
I.
I.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan
berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. Pembangunan yang merusak
lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan bencana yang tertunda. Untuk itu
industri yang ada di Indonesia, termasuk industri tekstil haruslah menjalankan
industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan
pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak
positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif.
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor
industri dan salah satunya adalah industri tekstil. Dewasa ini tantangan dalam
dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya
strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan
negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industri tekstilnya.
Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi
pembangunan
terfokus
pada
pemenuhan
kebutuhan
saat
ini
tanpa
mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan
kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah
cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan
sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan
kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum
akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
1|Ria Merlita (1040022)
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi
apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan
menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut
dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah
limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Limbah yang
dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, karena
sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga
diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah
penduduk akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat
yang menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk
hidup di sekitarnya. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan
Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas
daya dukung (carrying capacity approach).
Konsep daya dukung ini
kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan
yang timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan
yang tercemar dan rusak.
Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya
berubah menjadi upaya pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah
limbah yang terbentuk (end of pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan
hidup bisa lebih ditingkatkan.
Penanganan limbah dengan end of pipe treatment pada industri tekstil dirasa
kurang tepat, hal ini disebabkan karena penanganan dengan cara tersebut hanya
mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk kebentuk lainnya. Industri tekstil
seharusnya mengambil langkah untuk mencegah terbentuknya limbah, bukan lagi
hanya mengatasi limbah yang sudah terbentuk. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan strategi produksi bersih.
2|Ria Merlita (1040022)
Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan
penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari
penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan
recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang sedikit
sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain memberikan
manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat menghemat pengeluaran
perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.
I.2.
Rumusan Masalah
Keberadaan limbah cair yang dihasilkan industri tekstil dinilai mengancam
keberadaan lingkungan. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu diadakan
standardisasi dan / atau minimalisasi pengolahan limbah cair yang ramah terhadap
lingkungan.
I.3.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan karakteristik dari limbah tekstil.
2. Mengurangi permasalahan lingkungan yang timbul akibat proses industri
tekstil.
3. Memberikan informasi mengenai konsep teknologi bersih dan pengolahan
limbah industri tekstil.
I.4.
Metode Penulisan
Pada pembuatan laporan Teknologi Bersih Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3) ini metode penulisan yang digunakan penulis adalah
dengan studi literatur.
3|Ria Merlita (1040022)
II.
II.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi Bersih
Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan
penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari
penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan
recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang
sedikit sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain
memberikan manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat
menghemat pengeluaran perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan
pengelolaan limbah.
Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa teknologi bersih perlu
dilakukan, produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk
1. Mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.
2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan,.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang.
4. Mendukung prinsip environmental equality.
5. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan,dan
pemanfaatan sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan
memperkuat daya saing produk dipasar internasional.
Produksi bersih juga memiliki beberapa manfaat, berikut manfaatnya:
4|Ria Merlita (1040022)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengurangan biaya operasi, pengolahan dan pembuangan limbah.
Peningkatan mutu produk.
Penghematan bahan baku.
Peningkatan keselamatan kerja.
Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup.
Penilaian konsumen yang positif. Pengurangan biaya penanganan limbah.
II.2.
Pengolahan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup
rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang
bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang
industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat
bagi kesejahteraan hiddup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan
menghasilkan limbah. Di antara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri
tersebut terdapat limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3).
Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji
karakteristik dan uji toksikologi atas limbah tersebut. Pengujian ini meliputi
karakterisasi limbah atas sifat-sifat mudah meledak dan atau mudah terbakar
dan atau bersifat reaktif, dan atau beracun dan atau menyebabkan infeksi, dan
atau bersifat korosif. Sedangkan uji toksikologi digunakan untuk mengetahui
nilai akut dan atau kronik limbah.
Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui
hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk
menetapkan nilai LD50. Sedangkan sifat kronis limbah B3 ditentukan hewan
dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam limbah
dengan menggunakan metodologi tertentu. Apabila suatu limbah tidak lolos
uji karakteristik limbah B3, lolos uji LD50, dan tidak bersifat kronis maka
limbah tersebut bukan limbah B3, namun pengelolaannya harus memenuhi
ketentuan.
Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar
5|Ria Merlita (1040022)
setiap kegiatan industri dapat meminimalkan limbah B3 yang dihasilkan dan
mencegah masuknya limbah B3 dari luar Wilayah Indonesia.
Pemerintah Indonesia dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah
B3 telah meratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993.
Untuk menghilangkan atau
mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan
maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, dan pengangkutan, dan pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
II.3.
Tekstil
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk
kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa bahan atau produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian
dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil
dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis produk atau bentuknya: serat staple, serat filamen,
benang, kain, produk jadi (pakaian atau produk kerajinan dll)
2. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna atau motifnya: putih, berwarna, bermotif atau
bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar
bagi mereka yang akan terjun di industri tekstil dan fashion pengetahuan
tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali,
memilih, memproduksi, menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil
seperti serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya.
6|Ria Merlita (1040022)
Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik
dan sifat serat penyusunnya.
Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga
dipengaruhi oleh proses pengolahannya seperti dari serat dipintal menjadi
benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses
penyempurnaan hingga menjadi produk jadi.
Oleh karena itu untuk
memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi
bahan tekstil.
Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat
menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengolahan Mekanik dan Kimia Dari Serat Menjadi Produk Tekstil
Teknologi
Proses Produksi
Hasil
Mekanik
Serat Alam
Pertanian (kapas,
yute,linen)
Kimia
Pupuk Organik
Nonorganik
Serat alam seperti
sutera, kapas, wool,
yute, linen, sisal dll
Polymerisasi
Filamen/staple serat
polyester , nilon,
rayon, Benang nylon,
polyester
Tidak
membutuhkan zat
kimia secara
signifikan
Benang kapas,
benang sutera,
benang wool, benang
campuran (alam dan
sintetis)
Peternakan (sutera,
wool)
Serat Sintetis
Pemintalan leleh
Pemintalan kering
Pemintalan basah
Benang
Pemintalan
Bahan dari serat alam dan
serat campuran dalam
bentuk serat
pendek(staple)
Mesin Blowing,
Carding Drawing, ring
spinning/sistem rotor.
7|Ria Merlita (1040022)
Kain tenun/rajut
Mesin Penganjian
Proses penganjian
dengan kanji
sintetis dan kanji
alam
Kain grey tenun
Resin, kimia
analisis, kimia
organic, polimer.
Proses kimia,
Kain non woven
Mesin Cap (screen
printing dll), Mesin
celup (padding, Jigger
Box, Jet dyeing dll ),
Teknologi zat
warna, Kimia
Tekstil, obat
Bantu, kimia
fisika, kimia
analisis
Kain berwarna
Mesin
penyempurnaaan,
bakar bulu, desizing,
bleaching, scouring,
pemasakan,
mesrcerisasi , mesin
sanforis, spreading,
heat setting, anti air,
anti susut
Kimia Tekstil,
Resin,
bioteknologi,
kimia organic,
kimia fisika,kimia
analisis
Kain halus, berkilau ,
langsai, kain dengan
tujuan khusus anti
api, anti air, kain
dengan sifat sifat
khusus.dsb
Pembuatan disain,
pola, Mesin jahit,
pasang kancing, mesin
potong, mesin prres
Tidak ada proses
kimia secara
signifikan
Pakaian , kemeja ,
celana
Mesin warping, mesin
cucuk, Mesin tenun,
Mesin rajut, Mein
tenun jacquard, dobby
dsb
Kain non woven
Pewarnanaan
(Pencelupan dan
Pencapan)
Finishing
(penyempurnaan)
sebagain proses dilakukan
sebelum proses pewarnaan
(Proses bakar bulu,
desizing,bleaching,scourin
g)
Pakaian (Garmen)
Mesin kempa (mesin
pres)
Kain rajut
Seperti kulit sintetis
dsb
Kain bermotif
Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses
pengolahannya baik dari sisi pemilihan peralatan, prosedur pengerjaan
maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan
tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil
8|Ria Merlita (1040022)
hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan
mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil
berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk
dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu
II.4.
Industri Tekstil
Industri tekstil merupakan industri yang mengubah bahan baku berupa
serat menjadi barang jadi tekstil.
Industri tekstil termasuk industri kain
sasirangan dan dapat dijuluki sebagai penghasil utama limbah cair, hal ini
9|Ria Merlita (1040022)
disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang memang selalu
menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan
prosesnya.
Pada dasarnya tekstil terbagi menjadi tiga kelompok yaitu katun, wol dan
sintesis yang pengerjaan dan proses pewarnaanya berbeda-beda. Disamping
itu dari masing-masing kelompok dapat diproses dengan berbagai cara dengan
menggunakan bahan kimia yang berbeda-beda pula terutama pada proses
pewarnaanya. Oleh karena itu limbahnya juga berlainan sehingga mempersulit
proses pengolahannya. Potensi pencemaran air buangan industri tekstil sangat
bervarisai tergantung pada proses dan kapasitas produksi serta kondisi
lingkungan tempat pembuangan, sehingga akibat pencemarannya juga
berbeda-beda.
Dalam proses industri tekstil, limbah pasti akan dihasilkan. Selain itu
proses industri tekstil membawa dampak, yakni adanya limbah cair yang
berasal dari proses industri itu sendiri. Limbah cair menimbulkan polusi air
yang menyebabkan ekosistem diperairan menjadi tidak seimbang. Tujuan
pengelolaan limbah adalah untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan agar
tidak mencemari air serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung
didalamnya hingga limbah cair memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Memanfaatkan kembali sisa-sisa limbah padat dan cair yakni seperti sisa
minyak dan sisa kain juga dapat dilakukan agar tidak menambah penghasilan
sampah.
Pencemaran air dari industri tekstil dapat berasal dari buangan air
proses produksi, buangan sisa-sisa pelumas dan minyak, buangan bahan-bahan
kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain, dan lainnya.
Pada
beberapa negara maju, termasuk di Indonesia telah ada peraturan pemerintah
yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diizinkan untuk
dibuang langsung kedalam lingkungan.
10 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Kadar
No
Parameter
Tekstil
Pencucian,
Terpad
Pemintalan,
380C
u
-
Penenunan
-
maks
mg/l
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton)
Perekatan
Pengikisan, Pemucata
(sizing),
Merseriasi Pencelupan
Pemasakan
n
Desizing
-
Pencetakan
1
Tempratur
2
BOD5
60
6,00
0,42
0,6
1,44
1,08
0,9
1,2
0,36
3
COD
150
15,0
1,05
1,5
3,6
2,7
2,25
3,0
0,9
4
TSS
Fenol
50
5,00
0,35
0,5
1,2
0,9
0,75
1,0
0,3
0,5
0,05
0,004
0,005
0,012
0,009
0,008
0,01
0,003
1,0
0,10
-
-
-
-
-
0,02
0,006
8,0
0,80
0,056
0,08
0,192
0,144
0,12
0,16
0,048
5
6
7
Total
Khrom
Total
Amoniak
Total
-
8
Sulfida
Minyak
0,3
0,03
0,002
0,003
0,007
0,0054
0,005
0,006
0,002
9
dan
3,0
0,30
0,021
0,03
0,07
0,0054
0,045
0,06
0,018
10
Lemak
pH
18
15
20
6
6,0-9,0
Debit
11
maksimu
100
7
10
10
24
m (m3/ton)
Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri tekstil boleh membuang
limbah cairnya langsung kelingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan
bahan kimia atau bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi
11 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi
persyaratan.
Sumber : Perda Propinsi Jawa Tengah NO.10 Th 2004 BMAL
III.
PEMBAHASAN
III.1. Tahapan Pembuatan Tekstil
Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti proses pengkanjian,
proses penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan,
pencetakan, pencucian dan tahap akhir. Penjelasannya yakni sebagai berikut :
III.1.1.Pengkajian (Singeing)
Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan
mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan,
benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat
kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelati, getah, PVA (polivinil
alkohol) dan CMC (karboksimetil selulosa).
III.1.2.Penghilangan Kanji (Desizing)
Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan, serat dihilangkan kanjinya pada kapas dapat memakai
enzim.
III.1.3.Pemasakan (Scouring)
Seiring pada waktu yang sama dengan pengkajian, digunakan pengikisan
(pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari
kain kapas.
III.1.4.Merserisasi
12 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Merserisasi merupakan proses penyempurnaan pada benang atau kain
kapas dalam larutan natrium hidroksida pekat disertai tegangan dibawah suhu
kamar, bertujuan untuk meningkatkan kilau, daya serap dan kekuatan. Kapas
juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida,
dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan
kekuatannya.
III.1.5.Penggelantangan (Bleaching)
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, perioksida, atau asam
perasetat dan asam karbonat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk
pewarnaan. Kapas memerlukan penggelantangan yang lebih ekstensif daripada
kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
III.1.6.Pewarnaan (Colouring)
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan
memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sudah ditenun.
Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara
kegiatan pemberian warna.
III.1.7.Pencetakan
Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol
atau kasa. Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu
zat warna alam dan zat warna sintetik. Zat warna digolongkan berdasarkan
pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat
disebut zat warna Substantif, dan zat warna yang memerlukan zat-zat
pembantu agar dapat mewarnai serat disebut zat Reaktif. Kemudian zat warna
juga dibagi menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkan, yakni zat
warna monogenetik apabila hanya memberikan satu warna dan zat warna
poligenetik apabila memberikan beberapa warna.
Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan
konstitusi (struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya)
pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit,
kertas dan bahan-bahan lain.
III.1.8.Pencucian (Washing)
13 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Pencucian merupakan proses pembersihan bahan tekstil dengan air, larutan
sabun atau deterjen untuk membersihkan bahan tekstil setelah melewati
beberapa proses.
III.1.9. Finishing
Proses akhir yang meliputi seluruh proses memasukkan atau melapiskan
bahan-bahan tertentu pada tekstil sehingga diperoleh kualitas tertentu. Proses
ini dapat berupa proses kering maupun basah.
III.2. Kuantitas dan Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil
Proses industri tekstil dikarakterisasi tidak hanya dari kuantitas effluennya
yang besar, tetapi juga zat kimia yang digunakan untuk berbagai proses
operasinya. Setiap tahapan yang panjang dari proses basah membutuhkan input
air, bahan kimia, dan energi sehingga menimbulkan limbah pada setiap tahapan
tersebut. Fitur lain dari industri ini, yang merupakan tulang belakang dari mode
garmen (fashion), menuntut adanya kombinasi tipe, pola, dan warna serat
sehingga menghasilkan fluktuasi signifikan pada volume timbulan dan beban
limbah.
Proses operasi tekstil menimbulkan banyak limbah, termasuk limbah cair, gas,
dan padat, bahkan beberapa limbah dapat dikategorikan sebagai limbah
berbahaya. Limbah yang ditimbulkan tergantung dari tipe fasilitas tekstil, proses,
dan teknologi yang dioperasikan, serta tipe serat dan zat kimia yang digunakan.
III.2.1.Kuantitas Limbah Cair Industri Tekstil
14 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Industri tekstil menggunakan volume yang besar melalui operasinya, dari
pencucian serat hingga pemutihan (bleaching), pewarnaan, dan pencucian
produk jadi.
Pada umumnya, dibutuhkan 200 L air untuk memproduksi
barang jadi tekstil sebesar 1 kg. Air yang dikonsumsi setiap kategori serat
ditunjukkan pada Tabel II:
Tabel II. Konsumsi Air Rata-rata untuk Setiap Tipe Serat
Tipe serat (Sub-kategori Processing)
Wol
Woven
Knit
Karpet
Stock/yarn
Nonwoven
Felted fabric finishing
Konsumsi air (m3/ton material serat)
Minimum
Median
Maksimum
111
285
659
5
114
508
20
84
377
8,3
47
163
3,3
100
558
2,5
40
83
33
213
933
Sumber: Moussa, 2008 hanya sedikit volume yang dapat terkurangi (Hendrickx
dan Boardman, 1995).
Volume limbah yang besar tersebut menjadi sebuah masalah di industri
tekstil.
Limbah ini tidak memiliki beban yang terlalu berat pada sistem
pengolahan. Volume limbah yang besar ini dapat direduksi melalui sistem
reuse dan recycle, modifikasi proses, dan pengubahan peralatan.
III.2.2.Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
A. Total Solid (TS)
Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik
maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
15 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
B. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada
didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron.
C. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari
yang abu– abu menjadi kehitaman.
D. Kekeruhan
Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat
organik maupun anorganik.
E. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya
terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan
penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
F. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi
materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau
sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karakteristik Kimia
A. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan
buangan di dalam air.
B. Chemical Oxygen Demand (COD)
16 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses
reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD
dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.
C. Dissolved Oxygen (DO)
Disolved oxygen adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan
untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat
tergantung pada temperatur dan salinitas.
D. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi
dengan chlor. Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa
senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan.
E. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat
mengganggu
proses
pengolahan
limbah
secara
biologi
jika
konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap
pipa dan dapat merusak mesin.
F. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan
gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan
ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian.
G. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu
rendah
atau
terlalu
tinggi
dapat
mematikan
kehidupan
mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air adalah 6–8.
H. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat.
17 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama
air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang
biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung
dalam air limbah.
Karakteristik limbah cair dari setiap tahapan proses operasi tekstil akan
berbeda. Limbah cair dari unit pencetakan dan pewarnaan biasanya banyak
mengandung warna yang terdiri dari residu reaktif kimia dan pewarnaan
dan membutuhkan pengolahan khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
Karakteristik dan kuantitas effluen dari industri tekstil akan berbeda antara
industri tekstil satu dengan yang lainnya karena tergantung dari proses
produksi yang dilakukan. Umumnya, limbah cair industri tekstil besifat
alkalin (basa) dan memiliki BOD dengan rentang 700 hingga 2000 mg/L.
Karakteristik limbah cair tekstil ditunjukkan pada Tabel III dengan per unit
produksinya .
Tabel III. Karakteristik Limbah Cair di Industri Tekstil
Proses dan Unit (U)
Volume Limbah
BOD
TSS
Polutan lain
3
(kg/U)
(kg/U)
(kg/U)
(m /U)
Wool processing (produksi: 1 ton
wol)
Stok unscoured rata-rata
Stok scoured rata-rata
Proses spesifik
Scouring
Dyeing
Washing
Carbonizing
Bleaching
544
537
314
87
196
43
17
25
362
138
12,5
227
27
63
2
1,4
153
265
115
70
44
Minyak
Cr
Fenol
Cr
Fenol
191
1,33
0,17
1,33
0,17
Minyak
Cr
Fenol
191
1,33
0,17
Cotton processing (produksi: 1
ton cotton/kapas)
Compounded rata-rata
Proses spesifik
18 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Yarn sizing
Desizing
Kiering
Bleaching
Mercerizing
Dyeing
Printing
Serat lain (produksi: 1 ton
produk)
Rayon processing
Acetate processing
Nylon processing
Acrylic processing
Polyester processing
4,2
22
100
100
35
50
14
2,8
58
53
8
8
60
54
30
22
5
2,5
25
12
42
75
125
210
100
30
45
45
125
185
55
43
30
87
95
Sumber: World Bank ESH, 1998
III.3. Pengolahan Limbah Cair Tekstil
Dalam pengelolaan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan
efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara
terpadu dengan dimulai upaya minimisasi limbah (waste minimization),
pengolahan limbah (waste treatment), dan pembuangan limbah (disposal ). Cara
pengolahan limbah cair ada dua, yaitu :
III.3.1.Cara Kimia
Cara ini dilakukan dengan koagulasi menggunakan bahan kimia dan
banyak digunakan.
Koagulasi merupakan metode untuk menghilangkan
bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid dengan menambahkan koagulan.
Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling menarik dan
menggumpal membentuk flok. Bahan kimia yang banyak digunakan adalah :
1. Ferosulfat
2. Kapur
3. Alum
19 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
4. PAC
5. Polielektrolit
Pada cara ini, koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan
yang ada dalam air limbah menjadi flok yang mudah untuk dipisahkan yaitu
dengan cara diendapkan, diapungkan dan disaring. Pada beberapa pabrik cara
ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui Zeolit (suatu batuan
alam) dan arang aktif (karbon aktif). Lumpur yang dihasilkan pengolahan
limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil.
Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak
dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain dapat digunakan sebagai bahan tas
kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga
digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan
saringan platatau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak
mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah.
Lumpur yang mengandung logam harus disimpan ditempat yang aman,
sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang dikembangkan
diIndonesia, dan yang ada pada saat ini adalah pengolahan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B-3) diCilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
III.3.2.Cara Biologi
Cara ini mulai banyak dilakukan dan memanfaatkan aktifitas mikroba
biologi untuk menghancurkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah
menjadi bahan yang mudah dipisahkan atau yang memberi efek pencemaran
rendah. Beberapa pabrik tekstil terutama pabrik besar telah melakukan
pengolahan dengan gabungan cara kimia (koagulasi), cara fisik (penyerapan)
dan cara biologi (lumpur aktif).
20 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Cara biologi yang banyak dilakukan adalah cara aerobik metode lumpur
aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan lumpur aktif yang mengandung
mikroba diaerasi untuk memasukkan oksigen, hingga terjadi dekomposisi
sebagai berikut :
Cara lumpur aktif dapat menurunkan COD dan BOD hingga 30 – 70 %,
tergantung pada karakateristik limbah cair yang diolah dan kondisi proses
lumpur aktif yang dilakukan.
Pengolahan limbah cair memerlukan biaya
investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit, oleh karena itu, pengolahan
limbah cair harus :
1. Melakukan perencanaan yang tepat dan teliti.
2. Pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang benar.
3. Pengoperasian IPAL dan UPL yang cermat.
Dalam perencanaan desain IPAL terhadap air limbah yang akan diolah
sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Zat pencemar dalam air limbah industri teksil terdiri dari bahan organik
dan anorganik yang mempunyai sifat terlarut atau terdispersi dalam air
serta padatan kasar, seperti sisa serat dan benang.
2. Jumlah air limbah (debit) yang harus diolah perhari, serta fluktuasi jumlah
air limbah dalam 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan.
3. Jenis bahan yang terkandung dalam air limbah, yaitu bahan yang di lepas
dari serat serta bahan kimia yang di bubuhkan dalam suatu proses, dan
karakteristik (sifat) kimia dari setiap jenis bahan-bahan tersebut, misalnya
sifat toksitasnya dan lain-lain.
4. Karakterstik kimia dan karakterstik fisik dari air limbah.
21 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Selanjutnya dalam menentukan atau menilai suatu desain Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) hendaknya diperhitungakan faktor-faktor
berikut:
1. Jaminan kemampuan menghilangkan atau menurunkan bahan pencemar
yang terkandung dalam air limbah.
2. Ketersediaan lahan.
3. Kemudahan pengoperasian.
4. Perimbangan biaya investasi dan biaya operasi.
5. Produk samping yang dihasilkan, misalnya lumpur, gas-gas dan
sebagainya, serta cara pengelolaannya.
22 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
IV.
IV.1.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan
sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam
mengembangkan industri.
2. Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak
dilakukan untuk menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
3. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk
kerajinan lainnya.
4. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik
dan sifat serat penyusunnya.
5. Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti
pengkanjian,
proses
penghilangan
kanji,
pemasakan,
proses
merserisasi,
penggelantangan, pewarnaan, pencetakan, pencucian dan tahap akhir.
6. Cara pengolahan limbah cair ada dua cara yaitu pengolahan kimia dan
biologi.
IV.2. Saran
1. Industri tekstil
haruslah
menjalankan
industrinya
dengan
tetap
memperhatikan keseimbangan lingkungan.
2. Perlu diadakannya sebuah Instalasi Pengolahan Limbah pada setiap
industri agar dapat meminimalisasi buangan yang diduga berpotensi
mencemari lingkungan.
3. Penanganan limbah dengan end of pipe treatment pada industri tekstil
dirasa kurang tepat, hal ini disebabkan karena penanganan dengan cara
tersebut hanya mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk kebentuk
lainnya.
23 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
4. Industri karet haruslah benar-benar sadar akan limbah yang dihasilkan dari
pengolahannya sehingga instalasi pengolahan limbahnya dapat dijalankan
dengan semestinya.
24 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
I.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan
berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. Pembangunan yang merusak
lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan bencana yang tertunda. Untuk itu
industri yang ada di Indonesia, termasuk industri tekstil haruslah menjalankan
industrinya dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Pertumbuhan
pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak
positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif.
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia mengandalkan sektor
industri dan salah satunya adalah industri tekstil. Dewasa ini tantangan dalam
dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya
strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan
negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam hal industri tekstilnya.
Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi
pembangunan
terfokus
pada
pemenuhan
kebutuhan
saat
ini
tanpa
mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan
kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah
cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan
sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan
kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum
akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
1|Ria Merlita (1040022)
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi
apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan
menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut
dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah
limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Limbah yang
dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, karena
sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga
diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bertambahnya jumlah
penduduk akan meningkatkan kebutuhan manusia sehingga memunculkan tempat
yang menghasilkan limbah berbahaya bagi kehidupan manusia maupun makhluk
hidup di sekitarnya. Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan
Awalnya strategi pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas
daya dukung (carrying capacity approach).
Konsep daya dukung ini
kenyataannya sukar untuk diterapkan karena kendala permasalahan lingkungan
yang timbul dan seringkali harus dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan
yang tercemar dan rusak.
Konsep strategi pengelolaan lingkungan akhirnya
berubah menjadi upaya pemecahan masalah pencemaran dengan cara mengolah
limbah yang terbentuk (end of pipe treatment) dengan harapan kualitas lingkungan
hidup bisa lebih ditingkatkan.
Penanganan limbah dengan end of pipe treatment pada industri tekstil dirasa
kurang tepat, hal ini disebabkan karena penanganan dengan cara tersebut hanya
mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk kebentuk lainnya. Industri tekstil
seharusnya mengambil langkah untuk mencegah terbentuknya limbah, bukan lagi
hanya mengatasi limbah yang sudah terbentuk. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan strategi produksi bersih.
2|Ria Merlita (1040022)
Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan
penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari
penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan
recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang sedikit
sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain memberikan
manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat menghemat pengeluaran
perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah.
I.2.
Rumusan Masalah
Keberadaan limbah cair yang dihasilkan industri tekstil dinilai mengancam
keberadaan lingkungan. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan perlu diadakan
standardisasi dan / atau minimalisasi pengolahan limbah cair yang ramah terhadap
lingkungan.
I.3.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan karakteristik dari limbah tekstil.
2. Mengurangi permasalahan lingkungan yang timbul akibat proses industri
tekstil.
3. Memberikan informasi mengenai konsep teknologi bersih dan pengolahan
limbah industri tekstil.
I.4.
Metode Penulisan
Pada pembuatan laporan Teknologi Bersih Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3) ini metode penulisan yang digunakan penulis adalah
dengan studi literatur.
3|Ria Merlita (1040022)
II.
II.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi Bersih
Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan
penanganan limbah ini dilakukan melalui penanganan siklus produksi dari
penyediaan bahan baku sampai produk, dengan cara reduce, recycle, reuse dan
recovery. Dari pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang
sedikit sehingga akan mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selain
memberikan manfaat bagi lingkungan produksi bersih ini juga dapat
menghemat pengeluaran perusahaan karena adanya efisiensi produksi dan
pengelolaan limbah.
Ada beberapa alasan yang mendasari kenapa teknologi bersih perlu
dilakukan, produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk
1. Mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.
2. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan,.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang.
4. Mendukung prinsip environmental equality.
5. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan,dan
pemanfaatan sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah dan
memperkuat daya saing produk dipasar internasional.
Produksi bersih juga memiliki beberapa manfaat, berikut manfaatnya:
4|Ria Merlita (1040022)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengurangan biaya operasi, pengolahan dan pembuangan limbah.
Peningkatan mutu produk.
Penghematan bahan baku.
Peningkatan keselamatan kerja.
Perbaikan kesehatan umum dan lingkungan hidup.
Penilaian konsumen yang positif. Pengurangan biaya penanganan limbah.
II.2.
Pengolahan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Kegiatan pembangunan bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup
rakyat yang dilaksanakan melalui rencana pembangunan jangka panjang yang
bertumpu pada pembangunan di bidang industri. Pembangunan di bidang
industri tersebut di satu pihak akan menghasilkan barang yang bermanfaat
bagi kesejahteraan hiddup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga akan
menghasilkan limbah. Di antara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri
tersebut terdapat limbah bahan berbahaya beracun (limbah B3).
Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji
karakteristik dan uji toksikologi atas limbah tersebut. Pengujian ini meliputi
karakterisasi limbah atas sifat-sifat mudah meledak dan atau mudah terbakar
dan atau bersifat reaktif, dan atau beracun dan atau menyebabkan infeksi, dan
atau bersifat korosif. Sedangkan uji toksikologi digunakan untuk mengetahui
nilai akut dan atau kronik limbah.
Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengetahui
hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji untuk
menetapkan nilai LD50. Sedangkan sifat kronis limbah B3 ditentukan hewan
dengan cara mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam limbah
dengan menggunakan metodologi tertentu. Apabila suatu limbah tidak lolos
uji karakteristik limbah B3, lolos uji LD50, dan tidak bersifat kronis maka
limbah tersebut bukan limbah B3, namun pengelolaannya harus memenuhi
ketentuan.
Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar
5|Ria Merlita (1040022)
setiap kegiatan industri dapat meminimalkan limbah B3 yang dihasilkan dan
mencegah masuknya limbah B3 dari luar Wilayah Indonesia.
Pemerintah Indonesia dalam pengawasan perpindahan lintas batas limbah
B3 telah meratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli 1993 dengan
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993.
Untuk menghilangkan atau
mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan
maka limbah B3 yang telah dihasilkan perlu dikelola secara khusus.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, dan pengangkutan, dan pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
II.3.
Tekstil
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk
kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa bahan atau produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian
dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil
dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis produk atau bentuknya: serat staple, serat filamen,
benang, kain, produk jadi (pakaian atau produk kerajinan dll)
2. Berdasarkan jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna atau motifnya: putih, berwarna, bermotif atau
bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
tunggal, benang gintir
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar
bagi mereka yang akan terjun di industri tekstil dan fashion pengetahuan
tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali,
memilih, memproduksi, menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil
seperti serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya.
6|Ria Merlita (1040022)
Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik
dan sifat serat penyusunnya.
Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga
dipengaruhi oleh proses pengolahannya seperti dari serat dipintal menjadi
benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses
penyempurnaan hingga menjadi produk jadi.
Oleh karena itu untuk
memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi
bahan tekstil.
Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat
menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengolahan Mekanik dan Kimia Dari Serat Menjadi Produk Tekstil
Teknologi
Proses Produksi
Hasil
Mekanik
Serat Alam
Pertanian (kapas,
yute,linen)
Kimia
Pupuk Organik
Nonorganik
Serat alam seperti
sutera, kapas, wool,
yute, linen, sisal dll
Polymerisasi
Filamen/staple serat
polyester , nilon,
rayon, Benang nylon,
polyester
Tidak
membutuhkan zat
kimia secara
signifikan
Benang kapas,
benang sutera,
benang wool, benang
campuran (alam dan
sintetis)
Peternakan (sutera,
wool)
Serat Sintetis
Pemintalan leleh
Pemintalan kering
Pemintalan basah
Benang
Pemintalan
Bahan dari serat alam dan
serat campuran dalam
bentuk serat
pendek(staple)
Mesin Blowing,
Carding Drawing, ring
spinning/sistem rotor.
7|Ria Merlita (1040022)
Kain tenun/rajut
Mesin Penganjian
Proses penganjian
dengan kanji
sintetis dan kanji
alam
Kain grey tenun
Resin, kimia
analisis, kimia
organic, polimer.
Proses kimia,
Kain non woven
Mesin Cap (screen
printing dll), Mesin
celup (padding, Jigger
Box, Jet dyeing dll ),
Teknologi zat
warna, Kimia
Tekstil, obat
Bantu, kimia
fisika, kimia
analisis
Kain berwarna
Mesin
penyempurnaaan,
bakar bulu, desizing,
bleaching, scouring,
pemasakan,
mesrcerisasi , mesin
sanforis, spreading,
heat setting, anti air,
anti susut
Kimia Tekstil,
Resin,
bioteknologi,
kimia organic,
kimia fisika,kimia
analisis
Kain halus, berkilau ,
langsai, kain dengan
tujuan khusus anti
api, anti air, kain
dengan sifat sifat
khusus.dsb
Pembuatan disain,
pola, Mesin jahit,
pasang kancing, mesin
potong, mesin prres
Tidak ada proses
kimia secara
signifikan
Pakaian , kemeja ,
celana
Mesin warping, mesin
cucuk, Mesin tenun,
Mesin rajut, Mein
tenun jacquard, dobby
dsb
Kain non woven
Pewarnanaan
(Pencelupan dan
Pencapan)
Finishing
(penyempurnaan)
sebagain proses dilakukan
sebelum proses pewarnaan
(Proses bakar bulu,
desizing,bleaching,scourin
g)
Pakaian (Garmen)
Mesin kempa (mesin
pres)
Kain rajut
Seperti kulit sintetis
dsb
Kain bermotif
Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses
pengolahannya baik dari sisi pemilihan peralatan, prosedur pengerjaan
maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan
tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil
8|Ria Merlita (1040022)
hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan
mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil
berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk
dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu
II.4.
Industri Tekstil
Industri tekstil merupakan industri yang mengubah bahan baku berupa
serat menjadi barang jadi tekstil.
Industri tekstil termasuk industri kain
sasirangan dan dapat dijuluki sebagai penghasil utama limbah cair, hal ini
9|Ria Merlita (1040022)
disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang memang selalu
menggunakan air sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan
prosesnya.
Pada dasarnya tekstil terbagi menjadi tiga kelompok yaitu katun, wol dan
sintesis yang pengerjaan dan proses pewarnaanya berbeda-beda. Disamping
itu dari masing-masing kelompok dapat diproses dengan berbagai cara dengan
menggunakan bahan kimia yang berbeda-beda pula terutama pada proses
pewarnaanya. Oleh karena itu limbahnya juga berlainan sehingga mempersulit
proses pengolahannya. Potensi pencemaran air buangan industri tekstil sangat
bervarisai tergantung pada proses dan kapasitas produksi serta kondisi
lingkungan tempat pembuangan, sehingga akibat pencemarannya juga
berbeda-beda.
Dalam proses industri tekstil, limbah pasti akan dihasilkan. Selain itu
proses industri tekstil membawa dampak, yakni adanya limbah cair yang
berasal dari proses industri itu sendiri. Limbah cair menimbulkan polusi air
yang menyebabkan ekosistem diperairan menjadi tidak seimbang. Tujuan
pengelolaan limbah adalah untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan agar
tidak mencemari air serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung
didalamnya hingga limbah cair memenuhi syarat untuk dapat dibuang.
Memanfaatkan kembali sisa-sisa limbah padat dan cair yakni seperti sisa
minyak dan sisa kain juga dapat dilakukan agar tidak menambah penghasilan
sampah.
Pencemaran air dari industri tekstil dapat berasal dari buangan air
proses produksi, buangan sisa-sisa pelumas dan minyak, buangan bahan-bahan
kimia sisa proses produksi, sampah potongan kain, dan lainnya.
Pada
beberapa negara maju, termasuk di Indonesia telah ada peraturan pemerintah
yang mengatur tentang baku mutu bahan buangan yang diizinkan untuk
dibuang langsung kedalam lingkungan.
10 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Kadar
No
Parameter
Tekstil
Pencucian,
Terpad
Pemintalan,
380C
u
-
Penenunan
-
maks
mg/l
BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (kg/ton)
Perekatan
Pengikisan, Pemucata
(sizing),
Merseriasi Pencelupan
Pemasakan
n
Desizing
-
Pencetakan
1
Tempratur
2
BOD5
60
6,00
0,42
0,6
1,44
1,08
0,9
1,2
0,36
3
COD
150
15,0
1,05
1,5
3,6
2,7
2,25
3,0
0,9
4
TSS
Fenol
50
5,00
0,35
0,5
1,2
0,9
0,75
1,0
0,3
0,5
0,05
0,004
0,005
0,012
0,009
0,008
0,01
0,003
1,0
0,10
-
-
-
-
-
0,02
0,006
8,0
0,80
0,056
0,08
0,192
0,144
0,12
0,16
0,048
5
6
7
Total
Khrom
Total
Amoniak
Total
-
8
Sulfida
Minyak
0,3
0,03
0,002
0,003
0,007
0,0054
0,005
0,006
0,002
9
dan
3,0
0,30
0,021
0,03
0,07
0,0054
0,045
0,06
0,018
10
Lemak
pH
18
15
20
6
6,0-9,0
Debit
11
maksimu
100
7
10
10
24
m (m3/ton)
Dengan adanya peraturan tersebut, maka industri tekstil boleh membuang
limbah cairnya langsung kelingkungan dengan ketentuan bahwa kandungan
bahan kimia atau bahan lainnya dalam air buangannya tidak melebihi
11 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
konsentrasi yang telah ditetapkan atau dengan kata lain memenuhi
persyaratan.
Sumber : Perda Propinsi Jawa Tengah NO.10 Th 2004 BMAL
III.
PEMBAHASAN
III.1. Tahapan Pembuatan Tekstil
Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti proses pengkanjian,
proses penghilangan kanji, pemasakan, merserisasi, penggelantangan, pewarnaan,
pencetakan, pencucian dan tahap akhir. Penjelasannya yakni sebagai berikut :
III.1.1.Pengkajian (Singeing)
Serat kapas dibersihkan sebelum disatukan menjadi benang. Pemintalan
mengubah serat menjadi benang. Sebelum proses penenunan atau perajutan,
benang buatan maupun kapas dikanji agar serat menjadi kuat dan kaku. Zat
kanji yang lazim digunakan adalah pati, perekat gelati, getah, PVA (polivinil
alkohol) dan CMC (karboksimetil selulosa).
III.1.2.Penghilangan Kanji (Desizing)
Penenunan, perajutan, pengikatan dan laminasi merupakan proses kering.
Sesudah penenunan, serat dihilangkan kanjinya pada kapas dapat memakai
enzim.
III.1.3.Pemasakan (Scouring)
Seiring pada waktu yang sama dengan pengkajian, digunakan pengikisan
(pemasakan) dengan larutan alkali panas untuk menghilangkan kotoran dari
kain kapas.
III.1.4.Merserisasi
12 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Merserisasi merupakan proses penyempurnaan pada benang atau kain
kapas dalam larutan natrium hidroksida pekat disertai tegangan dibawah suhu
kamar, bertujuan untuk meningkatkan kilau, daya serap dan kekuatan. Kapas
juga dapat dimerserisasi dengan perendaman dalam natrium hidroksida,
dilanjutkan pembilasan dengan air atau asam untuk meningkatkan
kekuatannya.
III.1.5.Penggelantangan (Bleaching)
Penggelantangan dengan natrium hipoklorit, perioksida, atau asam
perasetat dan asam karbonat akan memutihkan kain yang dipersiapkan untuk
pewarnaan. Kapas memerlukan penggelantangan yang lebih ekstensif daripada
kain buatan (seperti pendidihan dengan soda abu dan peroksida).
III.1.6.Pewarnaan (Colouring)
Pewarnaan serat, benang dan kain dapat dilakukan dalam tong atau dengan
memakai proses kontinyu, tetapi kebanyakan pewarnaan tekstil sudah ditenun.
Di Indonesia denim biru (kapas) dicat dengan zat warna. Kain dibilas diantara
kegiatan pemberian warna.
III.1.7.Pencetakan
Pencetakan memberikan warna dengan pola tertentu pada kain diatas rol
atau kasa. Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu
zat warna alam dan zat warna sintetik. Zat warna digolongkan berdasarkan
pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai serat
disebut zat warna Substantif, dan zat warna yang memerlukan zat-zat
pembantu agar dapat mewarnai serat disebut zat Reaktif. Kemudian zat warna
juga dibagi menjadi dua bagian menurut warna yang ditimbulkan, yakni zat
warna monogenetik apabila hanya memberikan satu warna dan zat warna
poligenetik apabila memberikan beberapa warna.
Penggolongan zat warna yang lebih umum dikenal adalah berdasarkan
konstitusi (struktur molekul) dan berdasarkan aplikasi (cara pewarnaannya)
pada bahan, misalnya didalam pencelupan dan pencapan bahan tekstil, kulit,
kertas dan bahan-bahan lain.
III.1.8.Pencucian (Washing)
13 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Pencucian merupakan proses pembersihan bahan tekstil dengan air, larutan
sabun atau deterjen untuk membersihkan bahan tekstil setelah melewati
beberapa proses.
III.1.9. Finishing
Proses akhir yang meliputi seluruh proses memasukkan atau melapiskan
bahan-bahan tertentu pada tekstil sehingga diperoleh kualitas tertentu. Proses
ini dapat berupa proses kering maupun basah.
III.2. Kuantitas dan Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil
Proses industri tekstil dikarakterisasi tidak hanya dari kuantitas effluennya
yang besar, tetapi juga zat kimia yang digunakan untuk berbagai proses
operasinya. Setiap tahapan yang panjang dari proses basah membutuhkan input
air, bahan kimia, dan energi sehingga menimbulkan limbah pada setiap tahapan
tersebut. Fitur lain dari industri ini, yang merupakan tulang belakang dari mode
garmen (fashion), menuntut adanya kombinasi tipe, pola, dan warna serat
sehingga menghasilkan fluktuasi signifikan pada volume timbulan dan beban
limbah.
Proses operasi tekstil menimbulkan banyak limbah, termasuk limbah cair, gas,
dan padat, bahkan beberapa limbah dapat dikategorikan sebagai limbah
berbahaya. Limbah yang ditimbulkan tergantung dari tipe fasilitas tekstil, proses,
dan teknologi yang dioperasikan, serta tipe serat dan zat kimia yang digunakan.
III.2.1.Kuantitas Limbah Cair Industri Tekstil
14 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Industri tekstil menggunakan volume yang besar melalui operasinya, dari
pencucian serat hingga pemutihan (bleaching), pewarnaan, dan pencucian
produk jadi.
Pada umumnya, dibutuhkan 200 L air untuk memproduksi
barang jadi tekstil sebesar 1 kg. Air yang dikonsumsi setiap kategori serat
ditunjukkan pada Tabel II:
Tabel II. Konsumsi Air Rata-rata untuk Setiap Tipe Serat
Tipe serat (Sub-kategori Processing)
Wol
Woven
Knit
Karpet
Stock/yarn
Nonwoven
Felted fabric finishing
Konsumsi air (m3/ton material serat)
Minimum
Median
Maksimum
111
285
659
5
114
508
20
84
377
8,3
47
163
3,3
100
558
2,5
40
83
33
213
933
Sumber: Moussa, 2008 hanya sedikit volume yang dapat terkurangi (Hendrickx
dan Boardman, 1995).
Volume limbah yang besar tersebut menjadi sebuah masalah di industri
tekstil.
Limbah ini tidak memiliki beban yang terlalu berat pada sistem
pengolahan. Volume limbah yang besar ini dapat direduksi melalui sistem
reuse dan recycle, modifikasi proses, dan pengubahan peralatan.
III.2.2.Karakteristik Limbah Cair Industri Tekstil
Karakteristik air limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Karakteristik Fisika
A. Total Solid (TS)
Merupakan padatan didalam air yang terdiri dari bahan organik
maupun anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.
15 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
B. Total Suspended Solid (TSS)
Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada
didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron.
C. Warna.
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan menigkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari
yang abu– abu menjadi kehitaman.
D. Kekeruhan
Kekeuhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat
organik maupun anorganik.
E. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya
terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan
penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari – hari.
F. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi
materi atau penambahan substansi pada limbah. Pengendalian bau
sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
2. Karakteristik Kimia
A. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan–bahan
buangan di dalam air.
B. Chemical Oxygen Demand (COD)
16 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses
reaksi secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD
dinyatakan dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.
C. Dissolved Oxygen (DO)
Disolved oxygen adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan
untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat
tergantung pada temperatur dan salinitas.
D. Ammonia (NH3)
Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses desinfeksi
dengan chlor. Ammonia terdapat dalam larutan dan dapat berupa
senyawa ion ammonium atau ammonia. tergantung pada pH larutan.
E. Sulfida
Sulfat direduksi menjadi sulfida dalam sludge digester dan dapat
mengganggu
proses
pengolahan
limbah
secara
biologi
jika
konsentrasinya melebihi 200 mg/L. Gas H2S bersifat korosif terhadap
pipa dan dapat merusak mesin.
F. Fenol
Fenol mudah masuk lewat kulit. Keracunan kronis menimbulkan
gejala gastero intestinal, sulit menelan, dan hipersalivasi, kerusakan
ginjal dan hati, serta dapat menimbulkan kematian.
G. Derajat keasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu
rendah
atau
terlalu
tinggi
dapat
mematikan
kehidupan
mikroorganisme. pH normal untuk kehidupan air adalah 6–8.
H. Logam Berat
Logam berat bila konsentrasinya berlebih dapat bersifat toksik
sehingga diperlukan pengukuran dan pengolahan limbah yang
mengandung logam berat.
17 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama
air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang
biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung
dalam air limbah.
Karakteristik limbah cair dari setiap tahapan proses operasi tekstil akan
berbeda. Limbah cair dari unit pencetakan dan pewarnaan biasanya banyak
mengandung warna yang terdiri dari residu reaktif kimia dan pewarnaan
dan membutuhkan pengolahan khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
Karakteristik dan kuantitas effluen dari industri tekstil akan berbeda antara
industri tekstil satu dengan yang lainnya karena tergantung dari proses
produksi yang dilakukan. Umumnya, limbah cair industri tekstil besifat
alkalin (basa) dan memiliki BOD dengan rentang 700 hingga 2000 mg/L.
Karakteristik limbah cair tekstil ditunjukkan pada Tabel III dengan per unit
produksinya .
Tabel III. Karakteristik Limbah Cair di Industri Tekstil
Proses dan Unit (U)
Volume Limbah
BOD
TSS
Polutan lain
3
(kg/U)
(kg/U)
(kg/U)
(m /U)
Wool processing (produksi: 1 ton
wol)
Stok unscoured rata-rata
Stok scoured rata-rata
Proses spesifik
Scouring
Dyeing
Washing
Carbonizing
Bleaching
544
537
314
87
196
43
17
25
362
138
12,5
227
27
63
2
1,4
153
265
115
70
44
Minyak
Cr
Fenol
Cr
Fenol
191
1,33
0,17
1,33
0,17
Minyak
Cr
Fenol
191
1,33
0,17
Cotton processing (produksi: 1
ton cotton/kapas)
Compounded rata-rata
Proses spesifik
18 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Yarn sizing
Desizing
Kiering
Bleaching
Mercerizing
Dyeing
Printing
Serat lain (produksi: 1 ton
produk)
Rayon processing
Acetate processing
Nylon processing
Acrylic processing
Polyester processing
4,2
22
100
100
35
50
14
2,8
58
53
8
8
60
54
30
22
5
2,5
25
12
42
75
125
210
100
30
45
45
125
185
55
43
30
87
95
Sumber: World Bank ESH, 1998
III.3. Pengolahan Limbah Cair Tekstil
Dalam pengelolaan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan
efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara
terpadu dengan dimulai upaya minimisasi limbah (waste minimization),
pengolahan limbah (waste treatment), dan pembuangan limbah (disposal ). Cara
pengolahan limbah cair ada dua, yaitu :
III.3.1.Cara Kimia
Cara ini dilakukan dengan koagulasi menggunakan bahan kimia dan
banyak digunakan.
Koagulasi merupakan metode untuk menghilangkan
bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid dengan menambahkan koagulan.
Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling menarik dan
menggumpal membentuk flok. Bahan kimia yang banyak digunakan adalah :
1. Ferosulfat
2. Kapur
3. Alum
19 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
4. PAC
5. Polielektrolit
Pada cara ini, koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan
yang ada dalam air limbah menjadi flok yang mudah untuk dipisahkan yaitu
dengan cara diendapkan, diapungkan dan disaring. Pada beberapa pabrik cara
ini dilanjutkan dengan melewatkan air limbah melalui Zeolit (suatu batuan
alam) dan arang aktif (karbon aktif). Lumpur yang dihasilkan pengolahan
limbah secara kimia adalah sumber utama limbah pada pabrik tekstil.
Limbah lain yang mungkin perlu ditangani adalah sisa kain, sisa minyak
dan lateks. Alternatif pemanfaatan sisa kain dapat digunakan sebagai bahan tas
kain yang terdiri dari potongan kain-kain yang tidak terpakai, dapat juga
digunakan sebagai isi bantal dan boneka sebagai pengganti dakron.
Lumpur dari pengolahan fisik atau kimia harus dihilangkan airnya dengan
saringan platatau saringan sabuk (belt filter). Jika pewarna yang dipakai tidak
mengandung krom atau logam lain, lumpur dapat ditebarkan diatas tanah.
Lumpur yang mengandung logam harus disimpan ditempat yang aman,
sampai ada suatu tempat pengolahan limbah berbahaya yang dikembangkan
diIndonesia, dan yang ada pada saat ini adalah pengolahan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B-3) diCilengsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
III.3.2.Cara Biologi
Cara ini mulai banyak dilakukan dan memanfaatkan aktifitas mikroba
biologi untuk menghancurkan bahan-bahan yang ada dalam air limbah
menjadi bahan yang mudah dipisahkan atau yang memberi efek pencemaran
rendah. Beberapa pabrik tekstil terutama pabrik besar telah melakukan
pengolahan dengan gabungan cara kimia (koagulasi), cara fisik (penyerapan)
dan cara biologi (lumpur aktif).
20 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Cara biologi yang banyak dilakukan adalah cara aerobik metode lumpur
aktif. Dengan cara tersebut air limbah dengan lumpur aktif yang mengandung
mikroba diaerasi untuk memasukkan oksigen, hingga terjadi dekomposisi
sebagai berikut :
Cara lumpur aktif dapat menurunkan COD dan BOD hingga 30 – 70 %,
tergantung pada karakateristik limbah cair yang diolah dan kondisi proses
lumpur aktif yang dilakukan.
Pengolahan limbah cair memerlukan biaya
investasi dan biaya operasi yang tidak sedikit, oleh karena itu, pengolahan
limbah cair harus :
1. Melakukan perencanaan yang tepat dan teliti.
2. Pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) atau Unit Pengolahan Limbah (UPL) yang benar.
3. Pengoperasian IPAL dan UPL yang cermat.
Dalam perencanaan desain IPAL terhadap air limbah yang akan diolah
sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Zat pencemar dalam air limbah industri teksil terdiri dari bahan organik
dan anorganik yang mempunyai sifat terlarut atau terdispersi dalam air
serta padatan kasar, seperti sisa serat dan benang.
2. Jumlah air limbah (debit) yang harus diolah perhari, serta fluktuasi jumlah
air limbah dalam 1 hari, 1 minggu, dan 1 bulan.
3. Jenis bahan yang terkandung dalam air limbah, yaitu bahan yang di lepas
dari serat serta bahan kimia yang di bubuhkan dalam suatu proses, dan
karakteristik (sifat) kimia dari setiap jenis bahan-bahan tersebut, misalnya
sifat toksitasnya dan lain-lain.
4. Karakterstik kimia dan karakterstik fisik dari air limbah.
21 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
Selanjutnya dalam menentukan atau menilai suatu desain Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) hendaknya diperhitungakan faktor-faktor
berikut:
1. Jaminan kemampuan menghilangkan atau menurunkan bahan pencemar
yang terkandung dalam air limbah.
2. Ketersediaan lahan.
3. Kemudahan pengoperasian.
4. Perimbangan biaya investasi dan biaya operasi.
5. Produk samping yang dihasilkan, misalnya lumpur, gas-gas dan
sebagainya, serta cara pengelolaannya.
22 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
IV.
IV.1.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan
sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam
mengembangkan industri.
2. Konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak
dilakukan untuk menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
3. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang
atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk
kerajinan lainnya.
4. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik
dan sifat serat penyusunnya.
5. Pembuatan tekstil melakukan serangkaian proses, seperti
pengkanjian,
proses
penghilangan
kanji,
pemasakan,
proses
merserisasi,
penggelantangan, pewarnaan, pencetakan, pencucian dan tahap akhir.
6. Cara pengolahan limbah cair ada dua cara yaitu pengolahan kimia dan
biologi.
IV.2. Saran
1. Industri tekstil
haruslah
menjalankan
industrinya
dengan
tetap
memperhatikan keseimbangan lingkungan.
2. Perlu diadakannya sebuah Instalasi Pengolahan Limbah pada setiap
industri agar dapat meminimalisasi buangan yang diduga berpotensi
mencemari lingkungan.
3. Penanganan limbah dengan end of pipe treatment pada industri tekstil
dirasa kurang tepat, hal ini disebabkan karena penanganan dengan cara
tersebut hanya mengubah bentuk limbah dari suatu bentuk kebentuk
lainnya.
23 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )
4. Industri karet haruslah benar-benar sadar akan limbah yang dihasilkan dari
pengolahannya sehingga instalasi pengolahan limbahnya dapat dijalankan
dengan semestinya.
24 | R i a M e r l i t a ( 1 0 4 0 0 2 2 )