b. Directing - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

  Lampiran 1

INSTRUMEN PENGKAJIAN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. MAN

  a. Staffing

  1) Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di RB3?

  2) Bagaimana jenjang pendidikannya?

  3) Berapa lama masa kerjanya?

  4) Bagaimana proses rekrutmen pegawai di RB3?

  5) Apakah ada tenaga nonorer di RB3 ?

  6) Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai honorer di RB3?

  7) Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di RB3?

  8) Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru?

  9) Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan?

  10) Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapat tugas belajar ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan?

  11) Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan staf di RB3?

  12) Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di RB3?

  b. Directing

  1) Berapa kali kepala ruanganan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan?

  2) Berapa kali kepala ruanganan merencanakan pertemuan dengan staf?

  3) Bagaimana kepala ruanganan merencanakan peningkatan SDM staf di

  RB3?

c. Controlling

  1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di RB3, bagaimana pelaksanaannya?

  2) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?

  3) Siapa yang melakukan penilaian?

2. METODE

  2) Apakah di RB3 mempunyai standar asuhan keperawatan? Bagaimana pelaksanaannya?

  b. Organizing

  1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di RB3?

  2) Apakah metode penugasan yang digunakan di RB3?

  3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut?

  1) Apakah Visi, Misi, serta Motto Keperawatan di RB3?

  5) Bagaimana deskripsi kerja karu, perawat primer dan perawat pelaksana?

  6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di RB3?

  7) Bagaimana cara karu atau perawat primer dalam mendelegasikan tugasnya?

  8) Jika karu/perawat primer berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan?

  c. Staffing

  1) Bagaimana cara menyusun jam dinas pegawai di RB3?

  2) Berapa jumlah jam kerja per minggu dan hari kerja per bulan pada satu orang staf?

  3) Bagaimana pengaturan jadwal untuk staf yang izin/cuti, hari libur dan tugas belajar?

  a. Planning

  4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Perawat Primer dan perawat Asosiate?

3. MATERIAL

  a. Planning

  5) Apakah ada penanggung jawab dalam setiap shift?

  d. Directing

  1) Bagaimana gaya kepemimpinan Kepala Ruanganan di ruangan RB3?

  2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?

  e. Controlling

  1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di ruangan RB3, apakah berjalan atau tidak?

  2) Kapan saja kepala ruanganan melakukan supervise?

  3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di ruangan RB3

  4) Berapa lama batasan jam kerja dalam setiap shift di ruangan RB3

  Bagaimana kelengkapan logistik di ruangan RB3

  b. Controlling

  1) Adakah analisa terhadap penggunaan sarana pada pasien dengan masalah khusus yang membutuhkan perhatian serius di RB3

  • Jika ada, jelaskan bagaimana!
  • Jika tidak ada, jelaskan kenapa!

4. MONEY a.

  Bagaimana sistem penggajian di ruangan RB3 ? c. Bagaimana tarif pelayanan keperawatan dan dokter ? d.

  Bagaimana kriteria pemberian tunjangan di ruangan RB3? e. Jenis-jenis pasien Umum, Askes, Jamkesmas, JKA, Medan Sehat f. Bagaimana penentuan pembagian insentif jasa pelayanan? g.

  Insentif apa saja yang diberikan kepada perawat ? h. Bagaimana sistem pembayaran bagi pasien? i. Bagaimana pengaturan uang makan dan kenaikan gaji berkala?

  Bagaimana sistem budgeting? b.

  Lampiran 2 KUESIONER PENGKAJIAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DI RB3

  Berilah tanda check list ( √) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih

  S : sering K : kadang-kadang TP : tidak pernah Inisial Nama : .................................................

  

No PERNYATAAN S K TP

  1 Kepala ruangan memberikan instruksi kepada Perawat pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat.

  2 Kepala ruangan mengumumkan perubahan peraturan tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu kepada Perawat pelaksana

  3 Kepala ruangan bertanggung-jawab atas hasil kerja Perawat pelaksana.

  4 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan yang sedang Perawat pelaksana laksanakan.

  5 Kepala ruangan secara terus-menerus menekankan pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada Perawat pelaksana.

  6 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama anggotanya dan memotivasi Perawat pelaksana untuk bekerja sama sebagai tim.

  7 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi dengan Perawat pelaksana dan suasana yang bersahabat dalam bekerja.

  8 Kepala ruangan mengikutsertakan seluruh Perawat pelaksana dalam menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan di ruangan

  9 Kepala ruangan mengajak Perawat pelaksana untuk berdiskusi dan meminta pendapat Perawat pelaksana tentang penerapan metode baru dalam pemberian asuhan keperawatan/kebidanan.

  10 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan ide-ide dari Perawat pelaksana dan mempertimbangkannya dalam upaya meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan/kebidanan menjadi lebih baik

  11 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada Perawat pelaksana yang berkompeten

  12 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan, otoritas dan memberikan kepercayaan kepada Perawat pelaksana dalam mengambil keputusan secara mandiri

  13 Kepala ruangan memfasilitasi Perawat pelaksana untuk bekerjasama dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian layanan kesehatan di rumah sakit.

  14 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam menyelesaikan suatu masalah pekerjaan

  15 Kepala ruangan memberi pujian/penguatan pada Perawat pelaksana terhadap keberhasilan mereka.

  Lampiran 3

INSTRUMEN PENGKAJIAN KEPUASAN KERJA PERAWAT

  Berilah tanda check list ( √) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih

  STP : Sangat tidak puas TP : Tidak puas P : Puas SP : Sangat puas Inisial Nama : ..........................................................

  NO PERNYATAAN STP TP P SP

  1 Kebebasan melakukan tindakan secara mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam perawatan pasien

  2 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan.

  3 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi

  4 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan pangkat

  5 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan

  6 Motivasi dan dukungan yang saya terima selama bekerja disini

  7 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini.

  8 Kemampuan dalam bekerjasama antar Perawat

  9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saya

  10 Sistem penyelesaian masalah yang dilakukan di RB3

  11 Pelayanan Askes yang saya terima selama ini

  12 Adanya kesempatan memberikan saran/ pendapat kepada kepala ruangan

  13 Perhatian instansi rumah sakit terhadap saya.

  14 Imbalan yang saya terima sesuai dengan kinerja saya.

  15 Penilaian yang diberikan kepada saya selama bekerja disini

  16 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan

  17 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar ganti pakaian, ruangan makan, ruangan sholat

  18 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan.

  Lampiran 4

  INSTRUMEN PENGKAJIAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RB3 RSUP H ADAM MALIK Berikanlah tanda silang ( X ) pada jawaban yang Anda pilih

  Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) Wanita Usia : ( ) Pekerjaan Anda saat ini : ( ) Pelajar/ Mahasiswa

  ( ) Pegawai Negeri ( ) Pegawai Swasta ( ) Lain-lain: sebutkan…….

  Pendidikan akhir yang Anda miliki : ( ) SD ( ) SLTP ( ) SLTA ( ) DIPLOMA ( ) Sarjana

  Persepsi Pasien Tentang Kepuasan Pelayanan Keperawatan

  Tuliskanlah tanda check list ( √ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang benar menurut anda.

  Keterangan: STM = Sangat Tidak Memuaskan TM = Tidak Memuaskan M = Memuaskan SM = Sangat Memuaskan

  

No PERNYATAAN SM M TM STM

  1 Perawat berpenampilan rapi dan menarik dalam memberikan pelayanan

  2 Perawat memperkenalkan diri secara sopan sebelum melakukan tindakan

  3 Perawat memanggil nama pasien dengan benar

  4 Perawat bersikap ramah dalam memberikan pelayanan

  5 Perawat terampil dalam melakukan tindakan

  6 Perawat memberikan pelayanan tepat waktu

  7 Perawat menjelaskan peraturan rumah sakit, hak dan kewajiban pasien

  8 Perawat melatih saya untuk dapat merawat diri sendiri

  9 Perawat menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan terkait kondisi kesehatan saya

  10 Perawat segera datang bila dipanggil (dalam 5 menit)

  11 Perawat memberikan kesempatan kepada saya untuk mengungkapkan perasaan atau keluhan saya

  12 Perawat meminta izin kepada pasien sebelum melakukan tindakan

  13 Perawat cepat menanggapi keluhan pasien

  14 Perawat memperhatikan respon atau perasaan saya saat tindakan dilakukan

  15 Perawat memperhatikan kebersihan saya selama dirawat seperti mengganti sprei tempat tidur bila basah dan kotor

  16 Perawat menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan manfaatnya

  17 Perawat dalam memberikan pelayanan menimbulkan rasa aman dan nyaman

  18 Perawat memberikan dukungan moral atau semangat untuk kesembuhan saya

  19 Perawat meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang kondisi kesehatan saya

  20 Perawat membantu memenuhi kebutuhan makan dan minum saya ketika saya tidak dapat melakukannya sendiri

  21 Perawat menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan pasien

  Lampiran 5 Bahan Sosialisasi Asuhan Keperawatan Konstipasi Kepada Perawat di Ruang RB3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan KONSTIPASI

  Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi. Ada banyak penyebab konstipasi :

  1. Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis. Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.

  Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.

  2. Penggunaan laxative yang berlebihan Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

  3. Peningkatan stres psikologi Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis.

  Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.

  4. Ketidaksesuaian diet Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

  5. Obat-obatan Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.

  6. Latihan yang tidak cukup Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi.

  Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.

  7. Umur Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.

  8. Proses penyakit Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus. Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi).

  Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI

  1.Umur 7. Obat-obatan (medikasi)

  2.Diet 8. Prosedur diagnostik

  3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan

  4. Tonus otot 10. Nyeri

  5. Faktor psikologi 11. Iritan

  6. Gaya hidup 12. Gangguan syaraf sensorik dan motorik

1. UMUR

  Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot- otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

  2. DIET Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.

  Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

  3. CAIRAN

  Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.

  4. TONUS OTOT Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.

  Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.

  5. FAKTOR PSIKOLOGI

  Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

  6. GAYA HIDUP

  Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

  7. OBAT-OBATAN

  Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.

  Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat- obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

  8. PROSEDUR DIAGNOSTIK

  Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.

  Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.

  9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN

  Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.

  10.NYERI

  Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.

  11.IRITAN

  Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

  12.GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK

  Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkterani

  Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil

  Konstipasi berhubungan Tujuan: Manajemen konstipasi dengan immobilitas fisik, pasien dapat defekasi dengan k) Identifikasi faktor- faktor bed rest ditandai dengan teratur (setiap hari). yang menyebabkan konstipasi keterbatasan rentang gerak, Kriteria Hasil : l)

  Monitor tanda-tanda rupture membutuhkan bantuan f) bowel/peritonitis

  Defekasi dapat dilakukan untuk mobilitas dan BAB, satu kali sehari m) Jelaskan penyebab dan ketidaknyamanan dan g) rasionalisasi tindakan pada

  Konsistensi feses lembut perubahan pola defekasi h) pasien

  Eliminasi feses tanpa perlu mengejan n) Konsultasikan dengan dokter berlebihan tentang peningkatan dan i) penurunan bising usus

  Cairan dan serat adekuat o) Kolaborasi jika ada tanda dan j) gejala konstipasi yang

  Hidrasi adekuat menetap p)

  Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi q)

  Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama r)

  Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggiserat dan cairan s)

  Dorong peningkatan aktivitas yang optimal t)

  Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

  Lampiran 6 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN AIR PUTIH PADA PASIEN KONSTIPASI

  A. PENGERTIAN

  Pemberian air putih sebanyak 2 gelas seriap paginya agar proses defekasi lebih teratur

  B. TUJUAN 1.

  Merangsang pasien untuk segera melakukan defekasi 2. Mencegah terjadinya konstipasi

  C. PERALATAN

  Gelas berisi air putih senyak 750 ml

  D. PROSEDUR PELAKSANAAN

  1. Tahap Pra Interaksi

  a) Sebelum berinteraksi dengan pasien tangan dicuci bersih,

  b) Persiapkan bahan berupa air putih dan gelas

  c) Tidak memijat daerah luka atau bengkak

  2. Tahap Orientasi

  a) Memberikan salam dan menyapa nama pasien

  b) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

  c) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

  3. Tahap Kerja

  a) Meminta pasien untuk tetap rileks

  b) Menuangkan air putih ke dalam gelas sebanyak 750 ml c) Mengawasi klien selama meminum air putih ( di anjurkan untuk minum air putih secara perlahan)

4. Tahap Terminasi

  a) Mengevaluasi hasil tindakan

  b) Berpamitan dengan pasien

  c) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

  d) Mencuci tangan

E. Dokumentasi

  Mencatat kegiatan dan evaluasi dalam lembar catatan perkembangan terintegrasi

  Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

KONSTIPASI PADA PADA PASIEN FRAKTUR

I. Latar belakang

  Dewasa ini banyak pasien yang mengalami cidera dan menyebabkan fraktur pada tulang akibat kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja. Hal inidibuktikan dengan semakin banyaknya pasien yang di rawat di rumah sakit akibat fraktur terutama pasien-pasien yang dirawat di RSUP HAM Medan tepatnya di ruang Rindu B3 bedah orthopaedi terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Pada pasien yang mengalami fraktur biasanya sering mengalami nyeri yang dapat mengakibatkan berkurangnya mobilitas fisik akibat psien-pasien dengan fraktur akan enggan untuk banyak bergerak, hal ini ini menyebabkan pasien lebih sering immobilisasi dan bed rest di tempat tidur terlalu lama sehingga dapat menurunkan peristaltic usus yang dapat meningkatkan terjadinya konstipasi pada pasien-pasien fraktur.

  Pasien- pasien fraktur yang tingkat mobilitasnya rendah sering mengeluhkan jarnag BAB selama di rawat di rumah sakit. Hal ini juga di pengaruhi oleh selera makan pasien yang menurun dan jarang mengkonsumsi makan-makanan berserat. Pasien yang mengalami fraktur juga sering mengeluhkan enggan dan merasa tidak nyaman untuk BAB dengan menggunakan pasun najis yang tidak biasa digunakan sebelumnya. Oleh karena itu banyak pasien fraktur yang sering menunda untuk BAB dengan segera. .

II. Tujuan Instruksional A.

  Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan peserta penyuluhan mengetahui dan memahami tentang konstipasi pada pasien dengan fraktur B. Tujuan Instruksional Khusus

  Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan peserta penyuluhan dapat: 1)

  Menyebutkan pengertian konstipasi 2)

  Menyebutkan penyebab konstipasi 3)

  Menyebutkan tanda konstipasi 4)

  Menyebutkan cara mengatasi konstipasi

  III. Sasaran

  Pasien fraktur di ruang RB3 bedah orthopaedi RSUP HAM Medan

  IV. Waktu dan tempat penyuluhan

  Hari / Tanggal : 18-21 juni 2012 Waktu : 20 menit Tempat : Ruang RB3 bedah orthopaedi RSUP HAM Medan

V. Metode

  Ceramah dan diskusi

VI. Media

  leaflet

VII. Kegiatan Penyuluhan N o Tahap kegiatan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Media Waktu

   Menjawab salam

  1 Pendahuluan  Mengucapakan salam

  • 5 menit

   Mendengar dan memperhatikan

   Mengajukan pertanyaan

  Leaflet 5 menit

   Menjawab salam

   Mendengar dan memperhatikan

  Memberi salam, menutup pertemuan dan memberikan

  Membuat kesimpulan 

  3 Penutup 

  10 menit

  Leaflet

   Mendengar dan memperhatikan

  2 Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian konstipasi

   Mendengar dan memperhatikan

   Menjelaskan tujuan penyuluhan

   Mendengar dan memperhatikan

   Mendengar dan memperhatikan

   Diskusi Tanya jawab

   Menjelaskan cara mengatasi konstipasi

   Menjelaskan tanda dan gejala konstipasi

   Menjelaskan penyebab konstipasi

   Mendengar dan memperhatikan leaflet

VIII. Kriteria Evaluasi

  1. Evaluasi Proses a.

  Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan waktu yang direncanakan b. Peserta penyuluhan mengikuti penyuluhan dengan efektif dan kooperatif c. Peserta penyuluhan menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti d. Peserta menjawab pertanyaan yang diajukan

  2. Evaluasi hasil Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta penyuluhan dapat: a.

  Menyebutkan kembali pengertian konstipasi b. Menyebutkan kembali penyebab konstipasi c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala konstipasi d. Menyebutkan kembali cara mengatasi konstipasi

IX. Materi Penyuluhan A.

  Pengertian Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi

  BAB disertaenyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.

  B.

  7. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi.

  sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.

  3. Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat

  2. nuh, dan bahkan terasa kaku.

  Menurunnya frekwensi buang air besar, dan meningkatnya waktmenjadi 3 hari sekali atau lebih).

  Gejala Tanda dan gejala konstipasi yaitu : 1.

  C.

  6. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.

   Penyebab

  5. Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.

  Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.

  3. Meningkatnya stress psikologik 4.

  2. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigiemak dan cairan kurang

  Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain

  Penyebab konstipasi yaitu : 1.

  4. Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatka

  5. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri,

  tidak bersemangat, dan tubuh terasa terbebani yang mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.

  

6. atau feses lebih keras, lebih panas, dan berwarna lebih gelap

daripada biasanya, dan lebih sedikit daripada biasanya.

  7. Pada saatsulit dikeluarkan atau dibuang,

  tubuh beterlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan dan membua

  8. Terdengarlam perut.

  9. Bagiaatau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal sesuatu

  disertai sakit akibat bergesekan dengatau wasir sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.

  10. Lebih seringng berbau lebih busuk daripada biasanya. D.

  Cara Mengatasi Konstipasi a.

  Minum air putih 6-8 gelas (1,5 liter cairan) per hari b.

  Makan makanan yang kaya serat, yang berasal dari biji-bijian, beras, buah sayuran, sayur-sayuran. Serat harus dikonsumsi bersamaan dengan sejumlah besar cairan.

  c.

  Olahraga yang teratur seperti jalan pagi.

  d.

  Buat jadwal buang air besar, pada pagi hari atau malam setelah makan e. Latihan fisik/ olahraga teratur f. Jangan menahan buang air besar g.

  Hindari mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas h. Hindari makan dalam porsi yang banyak i. Kurangi meminum minuman yang berkafein dan soft drink

DAFTAR PUSTAKA

  Andari, V. Wiwik Dwi (2008), Pengaruh Terapi Latihan Dini Terhadap

  

Percepatan Ambulasi Pasien Rawat Inap Paska Operasi Seksio Saesaria Di

Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang . Skripsi,Universitas

  Muhammadiyah Surakarta .

  Charles J reeves, 2001, Keperawatan Medikal Medah. Jakarta,EGC Herdi Sibuea Et al,1992, Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta : Rumah Sakit PGI Tjikini,

  FKUI diunduh pada tanggal 17 Mei 2011 di http:// Manjoer A,dkk,1999.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi 3,Jakarta: Media

  Aesculapius FK UI Oswary, 1989 , Bedah dan Perawatannya, Jakarta : Gramedia.

  Smeltzer S.C & Bare B 2001, Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Brunner

  & Suddarth Edisi 8 volume 3,Jakarta :EGC

  Swearingen, 2001, Keperawatan Medical

  Bedah Ed.2, Jakarta; EGC.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

6 105 189

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

9 89 255

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

8 132 220

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

8 92 131

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Endokrin : Diabetes Melitus di Ruangan Rindu A1 RSUP H. Adam Malik Medan

20 134 152

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Medan

4 50 227

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 1 35

A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 0 89

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

4 4 63

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

3 4 61