BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum terhadap Pasar Rakyat Berdasarkan Undang-Undang No 7 tahun 2014 tentang Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena pasar

  memiliki banyak fungsi. Pasar tradisional juga menjadi salah satu pembangkit dari kemajuan ekonomi suatu wilayah dan dapat dijadikan sebagai indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus tanggap terhadap keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional mengalami perubahan. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing walaupun adanya peningkatan pertumbuhan pasar modern dalam berbagai bentuknya.

  Manusia telah mengenal dan melakukan kegiatan jual beli sejak mengenal peradaban sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan. Dalam kegiatan jual beli, keberadaan pasar merupakan salah satu hal yang paling penting karena merupakan tempat untuk melakukan kegiatan tersebut selain menjadi salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Sama halnya dengan bangsa lain, bangsa Indonesia telah lama mengenal pasar khususnya pasar tradisional. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar berarti tempat orang berjual beli sedangkan tradisional dimaknai sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan yang ada

   secara turun temurun.

  Berdasarkan arti diatas, maka pasar tradisional adalah tempat orang berjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Di Indonesia, keberadaan pasar tradisional bukan semata urusan ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma, ranah budaya, sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, banyak pasar tradisional yang mulai kehilangan dan ada pula yang gulung tikar hal ini disebabkan kurang tanggapnya pemerintah terhadap keberadaan pasar tradisional. Banyak pasar tradisional yang kurang dan ada pula yang tidak sama sekali di urus atau ditanggapi oleh pemerintah kota. Perubahan Selain itu mulai banyaknya pertumbuhan hypermarket dan pusat perbelanjaan modern. Hypermarket ini tumbuh di lokasi yang mendekati pasar –pasar tradisional. Kondisi pasar tradisional yang sangat memprihatinkan seperti becek, bau, banyak sampah yang dibuang sembarangan juga menjadi kelemahan bagi pasar tradisional. Sehingga sebagian masyarakat memilih untuk berbelanja di hypermarket yang cenderung lebih baik dari segi

   pelayanan dan fasilitas.

  Hal lain yang menjadi penghambat dalam berkembangnya pasar tradisional adalah adanya Peraturan pemerintah lewat Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Beberapa dari pakar ekonomi dan bebeapa dari 1 OK. Laksemana Lufti. Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial

  Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Jurnal Ekonomi, USU, 2010. ahli tata ruang mengatakan, peraturan ini sangat melemahkan para pedagang pasar tradisional. Dalam peraturan pemerintah ini Terdapat dua persoalan yang mendasar dalam kebijakan hukum. Persoalan yang pertama adalah masalah zonasi. Di dalam peraturan ini pemerintah tidak mengatur tentang zona mana saja yang boleh dibangun untuk hypermarket sehingga banyak hypermarket yang membangun semaunya dengan mendirikan bangunannya didekat pasar

   tradisional.

  Ditengah persaingan pasar tradisional dengan pasar modern dan hypermarket, seharusnya pasar tradisional mampu bersaing dan dapat lebih unggul, hal ini terjadi karena adanya komunikasi jual beli pasar tradisional. Dengan kuantitas yang lebih besar maka pasar tradisional mampu memberikan pelayanan terhadap masyrakat. Namun pada kondisi eksisting, masyarakat memilih pasar modern. Selain itu pada pasar tradisional juga terdapat persaingan usaha antar pasar tradisional sehingga dikarenakan hal –hal tersebut dapat menyebabkan penurunan skala pelayanan pasar tradisonal. Sedangkan pada pasar mdern mengalami kenaikan tingkat pelayanan dikareanakan dengan membuat

   promosi dan potongan harga.

  Salah satu perubahan perkembangan daerah rural (pedesaan) mejadi daerah urban (perkotaan) yaitu menculnya pasar modern sebagai tuntutan masyarakat perkotaan yang konsumtif. Munculnya pasar modern memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Pasar adalah tempat bertemunya 3

  http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-21272-chapter-1pdf.pdf diakses tgl 17 Agustus 2014 4 Rama Prabu. Reposisi Kemitraan Pasar Tradisional. multiply.com.”

  antara penjual dan pembeli. Disatu sisi masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian berupa pasar mpdern tetapi disisi lain hal itu menjadisebuah ancaman bagi pedagang kecil terutama pedangan di pasar tradisional. Ada sebuah kekhawatiran dimasyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan berubah dan

   akan mematikan usaha pedagang kecil.

  Walaupun pasar tradisional dalam jumlah yang banyak tetapi kebanyakan pasar tradisional mengalami penurunan omset dan pengunjung seiring munculnya pasar modern. Pasar tradisional diidentikkan dengan ketidaknyamanan, kesemrawutan, kekotoran dan aroma tak sedap.Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan hampir disemua pasar tradisional yang ada di Indonesia. Selain itu produk pasar tradisional umumnya memiliki masa simpan barang terbatas (tidak awet), seperti sayur-mayur dan buah. Karena itu, bisanya diupayapakan terjual habis, tetapi sering kondisi pasar berkata lain. Ketiadaan teknologi pengawetan menyebabkan kesegaran dan kualitas produk dagangan sulit dipertahankan. Berbeda dengan pedagang profesional di pasar modern yang memiliki fasilitas pengawetan, bisa memperpajang masa simpan. Kendala ini berakibat lanjut pada harga jual. Harga jual produk yang sama di pasar tradisional relatif lebih murah dibanding di pasar modern. Kelangsungan pasar tradisional berkaitan erat dengan perlindungan terhadap pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dimiliki oleh

5 Sindo, Mungkinkah Pasar Tradisional Bertahan. “http://adiresearcher.

  pemerintah daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Hal itu akan memberikan implikasi bagi pendapatan asli daerah.

  Secara regulasi pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang mengatur jarak antara pasar tradisional dan pasar modern dalam Perpres No. 112 /2007 tentang Penataaan dan Pembinaan Pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko Modern. Seharusnya aturan tersebut sudah mengantisipasi permasalahan yang muncul antar pasar tradisional dan pasar modern.

  Kementerian Perdagangan melakukan penyesuaian terhadap UU Perdagangan yang baru Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Pasar tradisional namanya berubah jadi pasar rakyat, pasar modern namanya berubah jadi pasar swalayan. Penyesuaian peraturan ini dilakukan untuk

  

  menciptakan kepastian bagi produk nasional. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan guna menciptakan kepastian bagi produk nasional.

  Upaya agar produk nasional bukan hanya dapat dipasarkan di pasar domestik

   melainkan juga ke pasar regional bahkan internasional.

  Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan memberikan ketentuan dasar dan umum antara lain dalam perdagangan domestik (dalam negeri) dan internasional, standardisasi barang dan jasa, perdagangan melalui sistem elektronik, pasar dan pengembangan usaha kerjasama, skala kecil, mikro dan menengah. Menerapkan ketentuan tentang berbagai hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dan juga berbagai 6

   diakses terakhir pada tgl 17 Agustus 2014 peraturan Pemerintahan. Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan menegaskan bahwa semua peraturan pelaksanaan akan dikeluarkan dalam waktu 2 (dua) tahun. Sementara itu semua peraturan yang ada pada perdagangan akan masih tetap berlaku selama mereka tidak bertentangan dengan ketentuan di dalam UU tersebut. Ketentuan dasar dan umum dari Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan mencakup adalah untuk perdagangan dalam negeri, UU mengatur ketentuan umum tentang perizinan bagi pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan perdagangan dan mengharuskan penggunaan dalam bahasa Indonesia di dalam pelabelan dan peningkatan untuk penggunaan produk dalam negeri. Berdasarkan UU perdagangan, pemerintah diwajibkan untuk antara lain (i) mengendalikan ketersediaan bahan kebutuhan pokok atau yang terpenting bagi seluruh wilayah di Indonesia, (ii) menentukan larangan atau pembatasan untuk perdagangan barang/ jasa untuk kepentingan nasional, misalnya untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum. Pemerintah diperlukan dapat mendukung bisnis kerjasama, skala kecil, mikro dan menengah yang terlibat dalam bidang perdagangan. Dukungan dapat dalam bentuk fasilitas, insentif, bantuan teknis, akses dan / atau bantuan modal usaha, bantuan promosi dan pemasaran, yang hal-hal yang disediakan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

  Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan juga memfasilitasi dasar dari pembentukan Komite Perdagangan Nasional dengan mendukung percepatan dan pemenuhan kegiatan perdagangan dengan ketentuan yang bertugas antara lain dapat membantu pemerintah dalam sosialisasi kebijakan dan peraturan perdagangan, untuk memberikan masukan bagi (i) kebijakan dan peraturan tentang perdagangan dan (ii) penyelesaian masalah dalam perdagangan

   domestik dan internasional.

  Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan merupakan sesuatu yang penting untuk diteliti.

  B. Perumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah :

  1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang- undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014?

  2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014?

  3. Bagaimanakah peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat?

  C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, yaitu:

  1. Tujuan penulisan Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasar rakyat dalam perundang-undangan sebelum diundangkan Undang-Undang No.7 tahun 2014.

  b. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014.

  c. Untuk mengetahui peran dan tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat.

  2. Manfaat Penulisan Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

  a. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya dalam menangani pasar rakyat dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, serta pengkajian hukum khususnya hukum perdagangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pasar rakyat.

  b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan pertimbangan dalam menangani perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah khususnya dalam menangani pasar rakyat (tradisional).

  D. Keaslian Penulisan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan hukum terhadap pasar rakyat berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan”. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

  E. Tinjauan Pustaka

  Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini mengandung arti pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu sehingga memungkinkan pembeli dan penjual bertemu. Di dalam pasar ini terdapat penjual dan pembeli untuk melakukan transaski jual beli produk, baik barang maupun jasa. Pengertian lain tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Pasar dapat juga diartikan sebagai suatu mekanisme yang terjadi antara pembeli dan penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan-kekuatan permintaan

  

  dan penawaran. Pasar adalah secara keseluruhan permintaan dan penawaran

   akan sesuatu barang dan jasa.

  Pasar adalah salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Keberadaan pasar rakyat (tradisional) sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa dengan semakin berkembangnya pasar modern, mengakibatkan pasar rakyat (tradisional) menjadi semakin terpinggirkan

   keberadaannya.

  Keberadaan pasar rakyat (tradisional) merupakan salah satu indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Taraf kehidupan ekonomi masyarakat dapat dengan mudah dilihat dari kegiatan di pasar tradisional setempat. Demikian juga kemajuan suatu wilayah dapat secara langsung dilihat dari kegiatan ekonomi pada pasar di daerah yang bersangkutan. Sebagai salah satu sarana distribusi, kehadiran pasar tradisoinal tidak hanya melibatkan para pedagang, namun juga memberi kesempatan kerja bagi para petani, produsen, pelaku usaha jasa keuangan, pelaku jasa angkutan, dan pelayan toko/kios.

  Di balik peran strategis pasar rakyat (tradisional) tersebut, terdapat permasalahan-permasalahan yang membutuhkan perhatian pembuat kebijakan dan 9 10 Kasmir, Kewirausahaan, Edisi revisi, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hlm 169 Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Cetakan pertama,

  (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm 108 11 Bambang Djau, “Seminar Nasional Menuju Penataan Ruang Perkotaan Yang

  pengelola yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional. Pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern berdampak terhadap penurunan pendapatan dan keuntungan pasar rakyat (tradisional). Selain itu, faktor-faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar pasar tradisional, seperti perubahan preferensi dan pola belanja masyarakat, di sekitar pasar rakyat (tradisional) berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja pasar tradisional berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja masyarakat ke pusat perbelanjaan dan ritel modern.

  Pasar rakyat (tradisional) harus tetap dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya seiring dengan semakin ketatnya persaingan dengan pasar modern.

  Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi pasar tradisional agar dapat menyusun strategi pengelolaan pasar tradisional yang profesional dan sesuai dengan karakteristik kebutuhan masyarakat setempat dan

   perkembangan zaman.

  Pada mulanya pasar berdiri karena masyarakat ingin memperoleh berbagai kebuthan hidup. Pada zaman dahulu karena belum ada uang, masyarakat bertransaksi dengan tukar menukar barang yang disebut sistem barter. Para petani, peternak, nelayan, dan pekerja lainnya bertransaksi dengan menukarkan hasil produksi masing-masing. Awalnya pertukaran itu terjadi di sembarang tempat. Lama kelamaan masyarakat atas kesepakatan bersama menentukan suatu tempat sebagai lokasi untuk melakukan barter. 12 M. Chatib Basri, dkk, Rumah Ekonomi Rumah Budaya: Membaca Kebijakan

  Saat ini pasar rakyat (tradisional) sudah mulai berkurang karena rata-rata pemerintah daerah sudah mendirikan bangunan pasar yang baru dan cukup besar.

  Pasar rakyat (tradisional) yang menjual sayur-mayur, daging, buah-buahan atau yang biasa disebut pasar basah, sekarang dikelola oleh pemerintah. Namun, rata- rata kondisinya kurang layak seperti bangunan pasar karena kebanyakan pasar rakyat (tradisional) itu kumuh, becek, serta padat. Pasar tradisional mempunyai segmen , menengah ke bawah dan berjualan eceran. Pengunjungnya didominasi oleh ibu rumah tangga dan pedagang keliling. Ada juga sebagian pasar yang dikelola oleh swasta. Pemerintah hanya berperan sebagai pemilik lahan pada swasta yang menyewa suatu areal untuk dibangun menjadi pasar.

  Pasar rakyat (tradisional) adalah contoh nyata hidup berbhineka tunggal ika. Ada banyak suku dan karakter bertemu dan hidup bersaing di pasar. Para pedagang memainkan peran masing-masing, namun iramanya tetap harmonis. Di pasar tidak ada lagi budaya tertentu yang mendominasi karena mereka sudah menyatu dalam budaya pasar. Bisa dijumpai orang Jawa, Minang, Batak, Thiong Hoa, Sunda, dan lain sebagainya mencari nafkah seling berdampingan dalam lapak dan kios yang sempit. Meski berbeda suku mereka mempunyai tekad untuk menyatu ketika sedang melayani pembeli.

  Bila salah seorang pedagang harus pergi sejenak, misalnya hendak shalat ke masjid dekat pasar atau menjemput anak pulang sekolah, pedagang tersebut biasa menitipkan dagangannya pada rekan sesama pedagang terdekat. Ketika pembeli datang dan tertarik membeli jualan si pedagang yang sedang berkepentingan di luar, pedagang yang diberi amanat akan melayani keinginan pembeli. Soal harga, sesama pedagang biasanya sudah tahu standar harga jual suatu produk.

  Di pasar, dengan persaingan ekonomi yang kadang-kadang tidak sehat, stigma dan stereotif para pelaku juga menempel. Seperti cap pelit, kasar, selalu memberi harga mahal, mau menang sendiri, hingga kerap menipu konsumen, menempel pada suku tertentu. Setiap suku yang ada di pasar mempunyai cap masing-masing. Stereotif itu biasanya bagian strategi dagang masing-masing. Sehingga kebhinekaan yang ada di pasar jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan sendiri. Keharmonisan budaya di pasar adalah contoh luar biasa. Orang bisa bersaing mencari rezeki tapi harmonis menghargai budaya.

  Para pedagang akan semakin kompak bila musuh bersama sedang menyerang. Musuh bersama yang biasa menghampiri aktivitas pedagang adalah penggusuran lokasi berjualan dan pemalakan oleh para preman pasar. Mereka akan menyingkirkan semua perbedaan dan bila ada masalah di antara pedagang terlupakan begitu saja, demi melawan sang musuh bersama.Tak dipungkiri kadang ada percekcokan atau keributan di antara pedagang. Biasanya hal itu disebabkan adanya pedagang yang nakal dan menjatuhkan harga. Pertengkaran juga bisa terjadi karena rata-rata tingkat pendidikan pedagang pasar yangrendah dan minim pembinaan dari pemerintah.

  Saat ini di pasar-pasar banyak para pedagang yang terhimpun dalam suatu organisasi, misalnya himpunan pedagang kaki lima, paguyuban pedagang pasar, atau komunitas pasar sayur. Organisasi ini biasanya dibentuk sebagai forum silaturahmi antara mereka maupun sebagai wadah perjuangan ketika para pedagang sedang menghadapi musuh bersama.

  Idealnya pasar rakyat (tradisional) dimiliki oleh pemerintah daerah. Pihak pengembangan yang ditunjuk hanya berkewajiban untuk membangun pasar sesuai konsep yang sudah dibuat pemerintah. Setelah proses pembangunan selesai dan pengembang mendapat pembayaran yang berasal dari dana APBN, hubungan kerja sama antara kedua belah pihak pun selesai. Selanjutnya tugas pemerintahlah untuk mengelola pasar, termasuk kios kepada pedagang.

  Masa sewa kios di pasar rata-rata adalah 20 tahun, sama seperti masa sewa/hak guna pakai lahan pasar itu oleh pengelola pasar (pihak swasta) pada pemerintah. Sementara masa sewa pasar yang dimiliki pemerintah selama lima tahun dan dapat diperpanjang kembali sesuai aturan yang berlaku. Besarnya sewa kios berikut ukurannya mengacu pada peraturan daerah (Perda) yang ditetapkan di daerah masing-masing. Bila mengacu sesuai Perda harga sewa kios tidak akan terlalu mahal. Pedagang pun pasti dapat membayarnya karena yang ada di dalam pasti tidak akan mahal. Tapi, yang menjadi masalah, sebagian besar pasar di Indonesia ini merupakan milik swasta, karena mereka membangun dan menyewa lahan dari pemerintah. Lahan yang disewa dan dibangun pasar ini banyak dijumpai di pasar yang berbeda di ibu kota provinsi, kota, dan kabupaten. Sebagai penyewa lahan, yang biasanya dalam jangka waktu 20 tahun, pengelola tersebut berhak penuh atas kebijakan dan harga sewa kios. Mereka tidak lagi mengindahkan Perda yang mengatur harga sewa kios karena merasa merekalah

   pemilik pasar sepenuhnya.

  Pemerintah selalu beralasan penyerahan lahan kepada swasta karena pemerintah tidak memiliki dana untuk membangun pasar. Padahal, yang banyak terjadi pemerintah tidak ingin repot membangun dan mengelola pasar, cukup menunggu setorannya. Bahkan lahan pemerintah di beberapa daerah diserahkan pada swasta untuk dibangun mal.

  Penyerahan pada pihak swasta ini berakibat sangat buruk pada pedagang. Mereka harus menyewa kios dengan harga yang sangat tinggi, sesuai yang ditetapkan pengembang. Inilah yang mengakibatkan banyak pedagang pasar tidak maju, karena harus membayar sewa kios yang teramat mahal. Belum lagi bila ada renovasi pasar, harga sewa akan meningkat jauh di atas harga sebelumnya. Hingga tak aneh, setelah renovasi banyak pedagang yang terusir dari lokasi lama dan digantikan oleh pedagang baru. Atau bahkan pasar itu menjadi sepi karena harga sewa kios yang tak terjangkau.

  Ada pula jenis pasar yang masih memberikan hak kepemilikan kepada pemerintah daerah. Namun, biasanya lokasi yang dimiliki pemerintah itu adalah lahan di lantai dua, tiga, dan seterusnya yang jarang diminati pembeli maupun pedagang. Meskipun harga sewanya lebih murah dibanding kios-kios di lantai satu, tapi pasar tradisional yang memiliki lantai di atasnya dapat dipastikan sepi pengunjung hingga sebagian besar mati. Banyak pedagang yang sudah mengeluarkan uang tidak sedikit menurut ukuran kantong masing-masing, harus rela meninggalkan aset yang disewanya, dan kemudian memilih menjadi PKL kembali di sekitar pasar tersebut. Hanya sebagian pasar saja yang sampai saat ini pengelolaan, pembangunan, dan perawatannya masih dipegang pemerintah. Rata- rata pasar yang dikuasai pemerintah adalah pasar sayur-mayur atau pasar basah, yang dikenal sangat kumuh dan semrawut itu. Harga kios di pasar jenis tersebut memang relatif terjangkau, namun dapat dilihat bagaimana tingkat kekumuhannya

   yang sangat tinggi.

  Kebijakan terkait regulasi pasar tradisional memang sudah ada, namun regulasi tersebut juga harus diimplementasikan di lapangan. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi terhadap pihak-pihak terkait untuk dapat menjalankan aturan sesuai peraturan perundangan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan

   kepentingan bersama yakni mempertahankan eksistensi pasar tradisional.

F. Metode Penelitian

  Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan

   mengadakan analisa dan konstruksi.

  14 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm 68-71 15 Maritfa Nika Andriani dan Mohammad Mukti Ali, Kajian Eksistensi Pasar

  

Tradisional Kota Surakarta , Jurnal Teknik PWK Volume 2 Nomor 2 tahun 2013 Online

:http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk

  Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

  1. Spesifikasi penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.

  Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa

  

  dikaitkan dengan masyarakat. Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

  Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan- ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Adapun metode pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan yuridis.

  2. Sumber data Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

   penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. 17 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan per- undang - undangan di bidang kepailitan, antara lain: a. Kitab Undang - Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata)

  b. UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat c. UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

  d. UU No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

  e. UU No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

  f. Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional

  g. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

  Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku- buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

  Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

  3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

  

reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan

  membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perUndang - Undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan

   permasalahan penelitian.

  4. Analisis data Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang

   dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika penulisan

  Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT DALAM PERUNDANG-UNDANGAN SEBELUM DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014 Dalam bab ini berisi tentang Pengertian pasar rakyat (tradisional), peran pasar rakyat dalam perekonomian masyarakat, eksistensi pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan sebelum diundangkan UU No.7 Tahun 2014, Pembinaan dan Perlindungan pasar rakyat (tradisional) dalam perundang-undangan sebelum diundangkannya UU No.7 Tahun 2014.

  BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR RAKYAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2014

  Bab ini berisikan tentang konsep pasar rakyat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014, Pemberdayaan Koperasi serta usah mikro, kecil, dan menengah dalam pasar rakyat, perlindungan hukum terhadap pasar rakyat: pengaturan perizinan, penataan tata ruang, pengaturan zonasi dan kemitraan dan kerjasama usaha.

  BAB IV PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN TERHADAP PASAR RAKYAT Bab ini berisi tentang peran pemerintah pusat dalam perlindungan terhadap pasar rakyat, peran pemerintah daerah dalam perlindungan terhadap pasar rakyat dan kerjasama pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkaitan dengan perlindungan terhadap pasar rakyat.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis.