BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pembingkaian Media Pada Program Bingkai Sumatera Episode Ranah Minang Negeri Perempuan di Daai TV

BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah

  adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sendiri merupakan kantor cabang dari Yayasan Buddha Tzu Chi Internasional yang berpusat di Hualien, Taiwan. Stasiun ini mulai mengudara di Indonesia secara terestrial di Jakarta dan Medan sejak 2006. DAAI TV memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa dan negara.

  Tayangan DAAI TV yang membahas tentang budaya humanis adalah program Bingkai Sumatera. Program ini merupakan sebuah program news

  magazine yang membahas mengenai budaya, kesehatan, pendidikan, dan

  lingkungan hidup. Beberapa tema yang pernah diangkat dalam Bingkai Sumatera antara lain adalah mengenai museum Tjong A Fie, kehidupan seorang pelajar SMK yang membuat sabun cuci piring untuk menghidupi keluarganya, batik Medan, sanggar sehati dan masih banyak lagi. Dengan seorang presenter yang memandu, program ini terbagi atas empat segmen yang terdiri atas segmen pembuka, segmen isi tema yang diangkat dalam episode tersebut (terdiri atas liputan pertama dan kedua), segmen Potret dan yang terakhir adalah segmen penutup. Segmen Potret sendiri dikemas dengan agak berbeda dari tema utama. Biasanya Potret membahas pariwisata atau sejarah yang dikemas dengan lebih ringan dan unik.

  Program ini melibatkan reporter yang menjadi presenter, kameramen yang merangkap sebagai editor gambar, produser, asisten produsen dan editor online yang bertugas mengedit keseluruhan gambar, tulisan dan audio hingga jadi sebuah tayangan utuh. Semua posisi memang bersinergi untuk menghasilkan sebuah program yang layak tayang. Dengan terselenggarnya program Bingkai Sumatera ini, kembali menunjukan apresiasi Budaya Massa melalui tayangan-tayangan yang ada. Budaya massa dipandang sebagai budaya yang berbasis komoditas sebagai sesuatu yang tidak autentik, manipulatif, dan tidak memuaskan.

  Konten yang diangkat dalam Bingkai Sumatera yang memang mengangkat

  

human interest sangat dekat cakupannya dengan budaya massa. Kaum

  konstruksionis jelas beranggapan bahwa semua yang disampaikan oleh media massa jelas sudah dikonstruksi sedemikian rupa sesuai dengan ideologi dan kepentingan media. Hal ini juga berlaku dalam tayangan Bingkai Sumatera. Apakah DAAI TV, dengan latar belakangnya yang menolak mainstream, sengaja menciptakan tayangan yang berkaitan dengan budaya untuk mengkonstruksi budaya massa yang selama ini jarang diangkat di televisi.

  Berkaitan dengan representasi realitas sosial dalam media, media diyakini merupakan cermin yang merefleksikan realitas sosial, sehingga apa yang kita saksikan di media merupakan gambaran yang sebenarnya atas realitas. Akan tetapi kini media massa diyakini tidak hanya sekedar merefleksikan realitas, lebih dari itu media merepresentasikan realitas. Realitas sosial dihadirkan kembali oleh media lewat proses representasi dengan mengolah kembali realitas tersebut sehingga hadir dengan kemasan yang baru sehingga menjadi realitas media. Dengan begitu, media massa telah melakukan konstruksi atas realitas.Media memegang peranan penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat.

  Lebih dari itu, penyampaian sebuah pesan melalui tayangan ternyata menyimpan subjektivitas media . Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Tayangan akan dipandang sebagai barang yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap tayangan program acara menyimpan ideologis/latar belakang skenario. Seorang sutradara pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi tayangan sehingga akan diketahui latar belakang seorang sutradara dalam pembuatan tayangan . Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap audiens itu sendiri. Audiens akan lebih memahami mengapakah seorang sutradara mengemas sebuah tayangan sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Audiens tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi media dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers/media.

  Dalam hal ini ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisa berita, yaitu analisis isi (content analysis), analisis bingkai (frame analysis), analasis wacana (disccourse analysis), dan analisis semiotik (semiotic analysis). Semuanya memiliki tujuan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan target pelaku analisis.

  Dalam penelitian ini metode yang yang diangkat penulis adalah terkait analisis frame (analisis Bingkai). Adapun framing ini layaknya seperti bingkai sungguhan, membatasi sebuah peristiwa. Ia memetakannya agar terlihat rapi dan lebih menonjol. Dalam suatu peristiwa terlalu banyak yang menjadi perhatian, sehingga media dengan perangkat bingkainya membatasi peristiwa itu agar khalayak fokus pada hal tertentu saja. Selain itu, durasi atau halaman juga terbatas, sehingga tidak semua sudut suatu peristiwa dapat dimasukkan. Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan. Digunakannya metode analisis framing dalam penelitian karena framing merupakan analisis yang dilakukan media untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain). Pembingkaian tersebut merupakan konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan makna dan cara tertentu. Framing digunakan media untuk menojolkan atau memberikan penekanan aspek tertentu sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak (Kriyantono, 2006 : 252).

  Ada 4 model dalam analisis framing, antara lain Murray Edelmen, Robert N. Entman, William A. Gamson maupun Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (Eriyanto, 2002 : 188-225). Namun, pada penelitian ini perangkat framing yang peneliti gunakan untuk mengkonstruksi tayangan media ini adalah menggunakan analisis model William A. Gamson. Adapun aplikasi metode analisa pembingkaian model William ini akan digunakan penulis dalam menganalisa Salah satu episode yang diangkat dalam program Bingkai Sumatera ini adalah “Ranah Minang negeri Perempuan”.

  Dimana tayangan ini merupakan salah satu episode terbaik dalam sejarah penayangan program acara ini. Tayangan ini mengetengahkan fenomena kebudayaan Minang sangat kompleks dan berbeda dari kebudayaan pada umumnya, misalnya system matrilineal yang menganggap bahwa kaum perempuan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan kaum laki-laki. Selain itu, orang Minang hampir ada di setiap penjuru Indonesia karena adanya budaya merantau bagi masyarakat Minangkabau, khususnya bagi kaum lelaki. Juga, banyak kita jumpai orang Minang yang berprofesi sebagai pedagang, terutama dalam usaha rumah makan padang yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.

  Dalam tayangan program bingkai Sumatera episode Ranah Minang Negeri Perempuan ini menampilkan fakta tentang beberapa pemikiran menyangkut realitas dan eksistensi perempuan dalam kehidupan adat budaya masyakat minang. Hal inilah yang dimaksud dengan isu ataupun pemikiran yang terkandung dalam tayangan ini yang dikemas dalam frame atau bingkai issu yang ditonjolkan.

  Adapun konsep pemikiran pada tayangan ini ini terbagi dalam 2 (dua) isu sentral atau frame yaitu : pertama : Merantau sebagai budaya masyarakat Minangkabau, kedua : Peran dan eksistensi perempuan dalam kehidupan Masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Analisis Pembingkaian Buda ya Massa Pada Program Bingkai Sumatera Episode “Ranah Minang Negeri Perempuan.

  Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah pembingkaian yang dibuat oleh media pada Program

  Bingkai Sumatera Episode “Ranah Minang Negeri Perempuan di DAAI TV?”

1.2. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

  1. Untuk mengetahui Pembingkaian media Pada Program Bingkai Sumatera “Ranah Minang Negeri Perempuan di DAAI TV”

2. Untuk menganalisis Pembingkaian media Pada Program Bingkai Sumatera

  Episode “Ranah Minang Negeri Perempuan di DAAI TV

1.3. Manfaat Penelitian

  Adapun manfat dari penelitian ini adalah : 1.

  Manfaat Teoritis, Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kontribusi ilmu komunkasi secara umum dan secara khusus pada Analisis Framing dalam pembentukan Budaya Massa pada program Bingkai Sumatera di DAAI TV.

2. Manfaat Praktis,

  Dalam penelitian ini, peneliti memberikan masukan ditempat penelitian tentang Analisis Framing dalam pembentukan Budaya Massa pada program Bingkai Sumatera di DAAI TV dalam memberikan sajian media yang baik lewat framing program media televisi.