BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β-Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Obesitas adalah suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang berlebihan di jaringan adiposa.Indeks massa tubuh (IMT) diketahui memiliki korelasi yang paling dekat dengan kelebihan jaringan adiposa dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya. Indeks massa tubuh dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (McPhee et al., 2011).

  Lingkar pinggang (waist circumference) lebih jarang digunakan dibandingkan IMT. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengukuran lingkar pinggang bersamaan dengan IMT merupakan ukuran antropometri yang paling ideal digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan kelainan metabolisme (Dagan et al., 2013; Jacobs et al., 2010; Oda & Kawai, 2010).

  Badan Kesehatan Dunia untuk wilayah Pasifik Barat (World Health

  Organization – Western Pacific Region )membuat kriteria berat badan berlebih (overweight) dan obesitas khusus untuk negara-negara di wilayah Asia Pasifik.

  2 Kriteria tersebut menyebutkan bahwa IMT dikategorikan ke dalam

  ≥ 25 kg/m

  2

  kelompok obesitas, IMT 23-24,9 kg/m dikategorikan ke dalam overweight dan

2 IMT 18,5-22,9 kg/m dikategorikan ke dalam kelompok normal (Inoue et al., 2000).

  1 Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO). Menurut data WHO, prevalensi obesitas di dunia sebesar 10% untuk laki-laki dewasa dan 14% untuk perempuan dewasa pada tahun 2008. Prevalensi obesitas tersebut hampir dua kali lipat dari prevalensi obesitas pada tahun 1980 (laki-laki 5%, perempuan 8%). Prevalensi obesitas kelompok dewasa (umur >20 tahun) untuk wilayah Asia Tenggara adalah sebesar 1,7% untuk laki-laki dan 3,7% untuk perempuan (World Health Organization, 2013).

  Prevalensi obesitas di Indonesia berdasarkan estimasi WHO pada tahun 2001 sebesar 4,8% (World Health Organization, 2011), meningkat menjadi 9,4% pada tahun 2008 (World Health Organization, 2013). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia untuk kelompok usia lebih dari 18 tahun adalah sebesar 26,3% , lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas tahun 2007 (14,35%) (Riskesdas, 2013).

  Prevalensi obesitas untuk kelompok usia di atas 18 tahun di Sumatera Utara berdasarkan Riskesdas 2013 adalah sebesar 18,1%. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional (Riskesdas, 2013).

  Peningkatan prevalensi berat badan berlebih, baik overweight maupun obesitas, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular.World Health Organization mengestimasi sedikitnya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat berat badan berlebih (World Health Organization, 2011).

  Obesitas merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler dan stroke, diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterolemia, dan penyakit keganasan (Obregon, 2010). Risiko penyakit jantung dan stroke meningkat dengan peningkatan indeks massa tubuh (Tirosh et al., 2011). Hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa muda menunjukkan bahwa risiko diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler 28% lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal (95%, interval kepercayaan (IK) 19-38%) (Schmidt et al., 2013).

  Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan gangguan profil lipid. Kadar trigliserida, kolesterol total dan kolesterol Low

  Density Lipoprotein (LDL) lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan

  dengan kelompok normal baik pada anak-anak (Ramzan et al., 2011, Rizk & Yousef, 2012) maupun dewasa muda usia 18-26 tahun (Thakur & Bisht, 2010).

  Kolesterol total serum dan kolesterol LDL memiliki kontribusi terhadap aterosklerosis dan konsekuensi klinisnya seperti penyakit jantung koroner (Carroll

  et al. , 2012; Jiang et al., 2013; Ryoo et al., 2012). Kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang rendah juga merupakan faktor risiko penyakit

  kardiovaskuler (Shah & Marthur, 2010).

  Penelitian yang dilakukan terhadap 2477 orang dewasa di Mississippi menunjukkan bahwa laki-laki memiliki volume jaringan lemak visceral rata-rata

  3

  lebih banyak dibandingkan perempuan (873 vs. 793 cm ). Lemak visceral diukur dengan menggunakan multidetectorcomputed tomography.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa volume jaringan lemak visceral memiliki hubungan yang lebih signifikan dengan peningkatan risiko kardiometabolik dibandingkan volume jaringan lemak bawah kulit (Liu et al., 2010).

  Obesitas dan risiko penyakit kardiovaskuler berkaitan erat dengan hiperaktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang menyebabkan hiperkortisolisme (Anagnostis et al., 2009). Penelitian yang dilakukan terhadap 450 anak dan remaja obesitas menunjukkan bahwa kadar adrenocorticotropine

  hormone (ACTH) dan cortisol yang tinggi berhubungan dengan faktor risiko

  kardiovaskuler (Prodam et al., 2013). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Russel et al. (2009). Kadar ACTH meningkatkan risiko kardiovaskuler dengan cara menginduksi peningkatan kadar trigliserida dan kadar glukosa darah, sedangkan cortisol bekerja melalui peningkatan kadar kolesterol LDL (Prodam et , 2013).

  al.

  

Cortisol merupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia, terlibat

  dalam mengatur metabolisme lemak (Hu et al., 2010).Cortisol dihasilkan oleh zona fasikulata pada korteks adrenal (Barret et al., 2010), dengan rangsangan ACTH dari hipofise anterior (Puchinger et al., 2012).Hormon cortisol dibentuk dengan bantuan enzim

  11 β-hydroxylase. Enzim ini dikode oleh gen cytochrome P450 , famili 11, subfamili B, polipeptide 1 (P450c11) atau lebih dikenal dengan

  gen CYP11B1 (Hu et al., 2010; Miller &Auchus , 2011; Taves et al., 2011).

  Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekresi cortisol dipengaruhi oleh usia (Larsson et al., 2009) dan status pubertas (Tsai et al., 2013).

  Kadar cortisol pagi hari meningkat dengan penambahan umur terutama pada umur di atas 50 tahun (Larsson et al., 2009). Penelitian yang dilakukan pada remaja menunjukkan bahwa kadarcortisol pagi hari lebih tinggi pada kelompok remaja yang telah mengalami pubertas dibandingkan dengan kelompok pra pubertas.

  Subyek dengan umur 18-34 tahun memiliki kadar cortisol pagi hari yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pra pubertas dan kelompok post pubertas <18 tahun (Tsai et al., 2013).

  Orang dewasa muda (kelompok umur 18-30 tahun) merupakan kelompok usia yang berada dalam periode transisi yang penting secara sosioepidemiologi.

  Pada rentang usia tersebut banyak fase kehidupan yang dilalui misalnya seseorang dianggap mulai dewasa, sedang menjalani pendidikan lebih tinggi, menyelesaikan pendidikan, mulai bekerja, menikah dan pertama sekali menjadi orangtua. Sebagai akibatnya, periode umur 18-30 tahun ini berhubungan dengan perubahan gaya hidup yang signifikan baik yang berdampak baik maupun yang berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, kelompok dewasa muda merupakan target yang penting untuk memberikan intervensi preventif untuk masalah kesehatan seperti obesitas (Baalwa et al., 2010).

  Namun, bagaimana hubungan kadar ACTH dan enzim

  11 β-hydroxylase

  denganprofil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas, overweight dan normal belum banyak diteliti di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan kadar ACTH dan enzim

  11 β- hydroxylase denganprofil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas, overweight dan normal.

  1. Bagaimanakah gambaran kadar ACTH plasma, kadar enzim

  11 β- hydroxylase serum dan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol

  HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas, overweight, dan normal?

  2. Bagaimanakah perbandingan kadar ACTH plasma pada obesitas terhadap normal?

  3. Bagaimanakah perbandingan kadar ACTH plasma pada overweight terhadap normal?

  4. Bagaimanakah perbandingan kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum

  pada obesitas terhadap normal?

  5. Bagaimanakah perbandingan kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum

  pada overweight terhadap normal?

  6. Bagaimanakah perbandingan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas terhadap normal?

  7. Bagaimanakah perbandingan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada terhadap normal?

  8. Bagaimanakah hubungan kadar ACTH plasma dengan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?

  9. Bagaimanakah hubungan kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum dengan

  profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?

  10. Bagaimanakah hubungan kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β- hydroxylase serum dengan profil lipid serum (kolesterol total,

  kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?

1.3 Tujuan Penelitian

  a. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β-hydroxylaseserum dengangambaran profil

  lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas,

  overweight dan normal.

  b. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah:

  1. Mengukur indeks massa tubuh dan lingkar pinggang subyek penelitian (obesitas, overweight dan normal).

  2. Mengukur kadar ACTH plasma, kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum,

  dan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas, overweight dan normal.

  3. Membandingkan kadar ACTH plasma pada obesitas terhadap normal.

  4. Membandingkan kadar ACTH plasma pada overweight terhadap normal.

  5. Membandingkan kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum pada obesitas terhadap normal.

  6. Membandingkan kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum pada overweight terhadap normal.

  7. Membandingkan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas terhadap normal.

  8. Membandingkan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada overweight terhadap normal.

  9. Menilai hubungan kadar ACTH plasma dengan kadar profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

  10. Menilai hubungan kadar enzim

  11 β-hydroxylase dengan kadar profil

  lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

  11. Menilai hubungan kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β-hydroxylase

  serumdengan kadar profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

1.4 Hipotesis Penelitian

  1. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki kadar ACTH plasma yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  2. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki kadar ACTH plasma yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  3. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  4. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  5. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki profil lipid serum yang lebih buruk (kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida yang lebih tinggi serta kolesterol HDL yang lebih rendah) dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  6. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki profil lipid serum yang lebih buruk (kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida yang lebih tinggi serta kolesterol HDL yang lebih rendah) dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

  7. Semakin tinggi kadar ACTH plasma maka semakin tinggi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta semakin rendah kadar kolesterol HDL.

  8. Semakin tinggi kadar enzim

  11 β-hydroxylase serum maka semakin

  tinggi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta semakin rendah kadar kolesterol HDL.

  9. Kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β-hydroxylase serum berpengaruh

  terhadap kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.

1.5 Manfaat Penelitian

  a. Bidang Pendidikan

  1. Sebagai informasi ilmiah mengenai gambaran profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida), kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β-hydroxylase serum pada obesitas, overweight, dan normal.

  2. Sebagai informasi ilmiah mengenai hubungan kadar ACTH plasma dan enzim

  11 β-hydroxylase serum dengan profil lipid serum

  (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

  b. Bidang Kesehatan

  1. Sebagai bahan masukan untuk penyuluhan kesehatan mengenai dampak obesitas dan overweight terhadap kesehatan.

  2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian kesehatan lebih lanjut mengenai aktivitas aksis HPA sebagai target dalam menurunkan risiko kardiovaskuler pada orang dengan obesitas dan overweight.

  c. Masyarakat

  1. Sebagai informasi mengenai dampak obesitas dan overweight terhadap kesehatan.

  2. Masyarakat menjadi lebih memperhatikan dan lebih berhati-hati . terhadap dampak negatif obesitas dan overweight terhadap kesehatan