Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β-Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal

(1)

HUBUNGAN KADAR ADRENOCORTICOTROPINE HORMONE

DAN ENZIM

11 β

-HYDROXYLASEDENGAN PROFIL LIPID

SERUM PADA OBESITAS, OVERWEIGHT DAN NORMAL

TESIS

Oleh

JENNY NOVINA SITEPU

NIM. 127008015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN KADAR ADRENOCORTICOTROPINE HORMONE DAN ENZIM 11 β-HYDROXYLASE DENGAN PROFIL LIPID SERUM

PADA OBESITAS, OVERWEIGHT DAN NORMAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Biomedik dalam Program Studi Magister Ilmu Biomedik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh:

JENNY NOVINA SITEPU 127008015

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN KADAR

ADRENOCORTICOTROPINE HORMONE DAN ENZIM 11 β-HYDROXYLASE DENGAN PROFIL LIPID SERUM PADA OBESITAS, OVERWEIGHT, DAN NORMAL

Nama Mahasiswa : Jenny Novina Sitepu Nomor Induk Mahasiswa : 127008015

Program Studi : Magister Ilmu Biomedik

Menyetujui Komisi Pembimbing

dr. Gino Tann, Ph.D. Ketua

dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes. Anggota

Ketua Program Studi

dr. Yahwardiah Siregar, Ph.D. NIP. 19550807 198503 2 001

Dekan

Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH. NIP.


(4)

Abstrak

Latar Belakang: Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas berhubungan dengan gangguan profil lipid. Gangguan profil lipid pada obesitas diduga terjadi melalui hiperaktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adrenocorticotropine hormone (ACTH) dan 11 β-Hydroxylase dengan profil lipid pada laki-laki usia muda.

Metode: Penelitian kasus kontrol terhadap 75 laki-laki usia 18-28 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok (obesitas, overweight, dan normal) dilakukan di Universitas HKBP Nommensen Medan. ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida) diperiksa dari sampel darah subyek penelitian.Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.

Hasil: Laki-laki usia muda yang obesitas memiliki kecenderungan profil lipid lebih buruk dibanding dengan normal (p < 0,05). Kadar ACTH dan11 β -Hydroxylase kelompok overweight lebih tinggi dibandingkan normal (p < 0,05), namun kadar ACTH dan 11 β-Hydroxylase kelompok obesitas secara statistik tidak berbeda secara signifikan dengan normal (p > 0,05). Kadar ACTH berkorelasi positif dengan kadar kolesterol LDL (p = 0,039). Hasil uji regresi linear menunjukkan kadar11 β-Hydroxylase berpengaruh terhadap kadar kolesterol total (p = 0,008).

Kesimpulan: Peningkatan aktivitas aksis HPA sudah terlihat pada laki-laki usia muda yang overweight. Kadar ACTH didapatkan berkorelasi positif dengan kolesterol LDL, dan 11 β-Hydroxylase berpengaruh terhadap kolesterol total. Hal ini menunjukkan bahwa aksis HPA berperan dalam gangguan metabolisme lipid pada laki-laki usia muda obesitas dan overweight.

Kata kunci: adrenocorticotropine hormone, 11 β-Hydroxylase, aksis HPA, profil lipid, kolesterol, obesitas, overweight


(5)

Abstract

Background: Some studies had suggested that obesity correlate with lipid profile disturbance. The hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis has been assumed to be involved in obesity-associated lipid profile disturbance. The aim of this study was to investigate the association between adrenocorticotopic hormone (ACTH) and 11 β-Hydroxylase levels and lipid profile in young men.

Methods: This case-control study of 75 18-28 years old men which is divided in three groups (obese, overweight, and normal) was performed at HKBP Nommensen University Medan. ACTH, 11 β-Hydroxylase, and lipid profile (total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglycerides) was evaluated in blood sample. The data was analyzed bivariately and multivariately.

Results: Lipid profile of young obese men was worse than normal men (p < 0.05). ACTHand 11 β-Hydroxylase levels of young overweight men was higher than normal men (p < 0.05), but there was no difference of ACTHand 11 β -Hydroxylase levels between young obese and normal men statistically (p > 0.05). ACTH level positively correlate with LDL cholesterol level (p= 0.039). Linear regression testing showed that 11 β-Hydroxylase level affected total cholesterol level (p= 0.008).

Conclusions: HPA axis activity is raised in overweight young men. ACTH level is positively correlate with LDL cholesterol, 11 β-Hydroxylase level affected total cholesterol level. These data shows that HPA axis play a role in lipid metabolism disturbance in obesity and overweight young men.

Keywords: adrenocorticotropine hormone, 11 β-Hydroxylase, HPA axis, lipid profile, cholesterol, obesity, overweight


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kasih karunia serta limpahan hikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis yang berjudul Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β -Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal. Banyak hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penelitian dan menyusun tesis ini, namun berkat dukungan, bimbingan, kesabaran, pengertian dan doa dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini penulis persembahkan kepada ayahanda Ir. Harodo Tarain Sitepu (Alm) dan Ibunda Muliani Ginting yang telah mengasuh, mendidik dan senantiasa memberikan bantuan moril dan materil serta setia mendoakan penulis, juga kepada suami terkasih Salju Maju Julianus Munthe yang senantiasa memberikan perhatian, motivasi, bantuan serta setia mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan magister biomedik ini.

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan segala ketulusan hati kepada:

1. Dr. Yahwardiah Siregar, PhD Ketua Program Studi Magister Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara beserta seluruh dosen dan pegawai Program Studi Magister Biomedik yang telah membantu penulis dalam masa pendidikan selama ini.


(7)

2. Dr. Gino Tann, PhD dan dr. Mutiara Indah Sari, Mkes selaku pembimbing tesis yang telah meluangkan waktunya dan selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan hingga terselesaikannya tesis ini.

3. dr. Santi Safril, SpPD-KEMD dan dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK selaku pembanding yang telah memberi saran, kritikan dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen, Staf, dan Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan serta seluruh laboran dan staf Laboratorium Klinik Spectrum International Medan atas bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.

5. Teman-teman seangkatan serta senior mahasiswa Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran. Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014


(8)

CURICULUM VITAE

Nama : dr. Jenny Novina Sitepu Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/ tanggal lahir : Delitua/ 21 November 1984 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Delitua-Namorambe Desa Kutatualah No. 40 Kec. Namorambe Kab. Deliserdang

No. HP : 085271594446

Identitas Orangtua

Ayah : Ir. Harodo Tarain Sitepu (Alm) Ibu : Muliani Ginting

Alamat : Jl. Delitua-Namorambe Desa Kutatualah No. 30 Kec. Namorambe Kab. Deliserdang

Riwayat Pendidikan

Tahun 1991 – 1997 : SD Negeri No. 101798 Delitua Tahun 1997 – 2000 : SMP Negeri 1 Delitua

Tahun 2000 – 2003 : SMU Negeri 1 Medan

Tahun 2003 – 2009 : Fakultas Kedokteran Universitas Riau Tahun 2012 – 2014 : Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Riwayat Pekerjaan

Januari 2010 s.d 31 Mei 2010 : Dokter Jaga di Balai Kesehatan Universitas Riau Pekanbaru

1 April 2010 s.d 31 Mei 2010 : Dokter Jaga di MMC Clinic Townsite I PT. RAPP Pangkalan Kerinci

1 Juni 2010 s.d 31 Oktober 2011 : Dokter Jaga di RS Awal Bros Pekanbaru

1 Desember 2011 s.d April 2012 : Dosen di Stikes Delihusada Delitua Mei 2012 s.d sekarang : Dosen di Fakultas Kedokteran


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABTRAK ………. i

ABSTRACT ………..…… ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… …… x

DAFTAR GAMBAR ………....……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiii

DAFTAR SINGKATAN ……….. xiv

BAB I. PENDAHULUAN ……… …… 1

1.1.Latar Belakang ………. 1

1.2.Rumusan Masalah ………... …… 5

1.3.Tujuan Penelitian ………. …… 7

1.4.Hipotesis Penelitian ……… …… 8

1.5.Manfaat Penelitian ……….. …… 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. …… 12

2.1.Obesitas ………. 12

2.1.1. Definisi dan Epidemiologi ……… 12

2.1.2. Etiologi Obesitas ... 16


(10)

2.1.4. Obesiats dan Aktivitas Aksis Htpothalamic-

Pituitary-Adrenal ……… 17

2.1.5. Obesitas dan Risiko Kardiovaskuler ……….. 18

2.2. Profil Lipid ………... 19

2.2.1. Lipid dan Lipoprotein ……… 19

2.2.2. Dislipidemia dan Kadar Lipid Normal ... 20

2.2.3. Profil Lipid dan Risiko Kardiovaskuler …………... 21

2.3. Adrenocorticotropine Hormone dan 11 β-Hydroxylase ….. 23

2.3.1. Struktur dan Biosintesis ACTH ………... 24

2.3.2. Biosintesis Cortisol... 25

2.3.3. Peran Enzim 11 β-Hydroxylase pada Sekresi Cortisol 28 2.3.4. Fungsi Cortisol... 29

2.3.5. Aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal... 31

2.3.6. Adrenocorticotropine Hormone, Cortisol, dan Lipid... 32

2.3.7. Adrenocorticotropine Hormone, Cortisol, dan Risiko Kardiovaskuler... 33

2.4. Kerangka Teori ……… ………. 34

2.5. Kerangka Konsep ……….. 35

BAB III. METODE PENELITIAN ……….. 36

3.1. Jenis Penelitian ……… 36

3.2. Lokasi dan Waktu ………... 36

3.3. Populasi dan Sampel ……… 36


(11)

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ……… 38

3.6. Variabel Penelitian ………... 38

3.7. Definisi Operasional ……… 38

3.8. Alur Penelitian ………. 41

3.9. Cara Kerja Penelitian ……… 42

3.10. Pengolahan dan Analisis Data ……… 59

3.11. Jadwal Penelitian ……… 60

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….…… 62

4.1.Hasil Penelitian ………... 62

4.1.1. Karakateristik Umum Sampel Penelitian …………... 62

4.1.2. Analisis Deskriptif Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal... 62

4.1.3. Analisis Deskriptif Kadar ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan Profil Lipid pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal ………. 63

4.1.4. Analisis Perbandingan Kadar ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan Profil Lipid pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal ………. 64

4.1.5. Analisis Korelatif Kadar ACTH dengan Profil Lipid .. 69

4.1.6. Analisis Korelatif Kadar 11 β-Hydroxylase dengan Profil Lipid ……….. 70 4.1.7. Analisis Regresi Kadar ACTH Plasma dan Enzim


(12)

11 β-Hydroxylase Serumdengan Kadar Profil Lipid

Serum ……… 71

4.2. Pembahasan ………... 72

4.2.1. Gambaran Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal ……….… 72

4.2.2. Gambaran Kadar ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan Profil Lipid pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal ………... 73

4.2.3. Perbandingan Kadar ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan Profil Lipid pada Obesitas, Overweight, dan Kelompok Normal ……….… 74

4.2.4. Hubungan Kadar ACTH dengan Profil Lipid…... 77

4.2.5. Hubungan Kadar 11 β-Hydroxylase dengan Profil Lipid ……….. 79

4.2.6. Hubungan Kadar ACTH dan 11 β-Hydroxylase dengan Profil Lipid ………... 81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… ……. 82

5.1. Kesimpulan ………... 82

5.2. Saran ……….…… 83

DAFTAR PUSTAKA ………. 85


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kalsifikasi Obesitas pada Dewasa Menurut WHO …..………. 12 Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Kriteria Asia Pasifik .. 13 Tabel 2.3 Kriteria Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnik ……….. 14 Tabel 2.4 Prevalensi Berat Badan Berlebih di Wilayah Asia Tenggara … 14 Tabel 2.5 Kadar Lipid Serum Normal ……… 21 Tabel 3.1 Definisi Operasional ………... 38 Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………... 61 Tabel 4.1 Gambaran Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang ………. 62 Tabel 4.2 Gambaran Kadar ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan Profil Lipid ... 63 Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi ACTH dan Profil Lipid ………. 69 Tabel 4.4 Hasil Korelasi 11 β-Hydroxylase dengan Profil Lipid ………... 70 Tabel 4.5 Hasil Analisis Multivariat Regresi Linear ……….. 71


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Prevalensi Obesitas (IMT>25) pada Laki-laki >18 Tahun

Indonesia Tahun 2007, 2010, dan 2013 …..……… 15

Gambar 2.2 Prevalensi Obesitas (IMT>25) pada Perempuan >18 Tahun Indonesia Tahun 2007, 2010, dan 2013 …..……… 15

Gambar 2.3 Struktur Lipoprotein Plasma ..………...…. 20

Gambar 2.4Estimate of 10-Year Risk for Men Skor Risiko Framingham ………. 22

Gambar 2.5 Skema Biosintesis ACTH pada Hipofise Anterior ..……….. 25

Gambar 2.6Skema Kelanjar Adrenal dan Hormon yang Dihasilkannya .. 26

Gambar 2.7 Mekanisme Kerja ACTH dalam Sintesis Hormon Korteks Adrenal ..………... 28

Gambar 2.8Biosintesis Hormon Korteks Adrenal ………... 29

Gambar 2.9 Fungsi Cortisol ..……… ……….... 30

Gambar 2.10Aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal ……... 31

Gambar 2.11 Kerangka Teori Penelitian ..……… 34

Gambar 2.12Kerangka Konsep Penelitian ……... 35

Gambar 3.1 Alur Penelitian ..……… 41

Gambar 3.2Contoh Kurva Standar 11 β-hydroxylase... 59

Gambar 4.1 Perbandingan Kadar ACTH ………. 65


(15)

Gambar 4.3 Perbandingan Kadar Kolesterol Total ……… 66

Gambar 4.4 Perbandingan Kadar Kolesterol HDL ………. 67

Gambar 4.5 Perbandingan Kadar Kolesterol LDL ………. 67


(16)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Ethical Clearance

2. Lembar Penjelasan Mengenai Penelitian

3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Daftar Obat yang Mempengaruhi Sekresi ACTH, Fungsi Adrenal (11 β -Hydroxylase), dan Profil Lipid


(17)

DAFTAR SINGKATAN

AC : adenyl cyclase

ACTH : adrenocorticotropine hormone β-LPH : beta lipotropine hormone

BMI : body mass index

cAMP : cyclic adenosine monophosphate

CHOD-PAP : cholesterol oxidase - peroxidase/phenol/4-aminophenazone

CI : confidence interval

CRH : corticotropine releasing hormone

EDTA : ethylenediaminetetraacetic acid

ER : endoplasmic reticulum

GDP : guanosin difosfat

GEF : guanosine exchange factor

GPCR : G-protein coupled releasing hormone

GPO-PAP : glycerol phosphate oxidase - peroxidase/phenol/4-aminoantipyrine

GTP : guanosin difosfat H2O2 : hidrogen peroksida

HCl : hirdogen klorida

HDL : high density lipoprotein

HISOBI : himpunan studi obesitas Indonesia

HPA : hypothalamic-pituitary-adrenal

HRP : horseradish peroxidase

IK : interval kepercayaan IMT : indeks massa tubuh

LDL : low density lipoprotein

MgCl2 : magnesium klorida

mRNA : messenger ribonucleic-acid

PKA : protein kinase A


(18)

POMC : proopiomelanocortin Riskesdas : riset kesehatan dasar

ROS : reactive oxygen species

RR : relative risk

StAR : steroidogenic acute regulatory

TMB : tetramethylbenzidine

VLDL : very low density lipoprotein


(19)

Abstrak

Latar Belakang: Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas berhubungan dengan gangguan profil lipid. Gangguan profil lipid pada obesitas diduga terjadi melalui hiperaktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adrenocorticotropine hormone (ACTH) dan 11 β-Hydroxylase dengan profil lipid pada laki-laki usia muda.

Metode: Penelitian kasus kontrol terhadap 75 laki-laki usia 18-28 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok (obesitas, overweight, dan normal) dilakukan di Universitas HKBP Nommensen Medan. ACTH, 11 β-Hydroxylase, dan profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida) diperiksa dari sampel darah subyek penelitian.Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.

Hasil: Laki-laki usia muda yang obesitas memiliki kecenderungan profil lipid lebih buruk dibanding dengan normal (p < 0,05). Kadar ACTH dan11 β -Hydroxylase kelompok overweight lebih tinggi dibandingkan normal (p < 0,05), namun kadar ACTH dan 11 β-Hydroxylase kelompok obesitas secara statistik tidak berbeda secara signifikan dengan normal (p > 0,05). Kadar ACTH berkorelasi positif dengan kadar kolesterol LDL (p = 0,039). Hasil uji regresi linear menunjukkan kadar11 β-Hydroxylase berpengaruh terhadap kadar kolesterol total (p = 0,008).

Kesimpulan: Peningkatan aktivitas aksis HPA sudah terlihat pada laki-laki usia muda yang overweight. Kadar ACTH didapatkan berkorelasi positif dengan kolesterol LDL, dan 11 β-Hydroxylase berpengaruh terhadap kolesterol total. Hal ini menunjukkan bahwa aksis HPA berperan dalam gangguan metabolisme lipid pada laki-laki usia muda obesitas dan overweight.

Kata kunci: adrenocorticotropine hormone, 11 β-Hydroxylase, aksis HPA, profil lipid, kolesterol, obesitas, overweight


(20)

Abstract

Background: Some studies had suggested that obesity correlate with lipid profile disturbance. The hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis has been assumed to be involved in obesity-associated lipid profile disturbance. The aim of this study was to investigate the association between adrenocorticotopic hormone (ACTH) and 11 β-Hydroxylase levels and lipid profile in young men.

Methods: This case-control study of 75 18-28 years old men which is divided in three groups (obese, overweight, and normal) was performed at HKBP Nommensen University Medan. ACTH, 11 β-Hydroxylase, and lipid profile (total cholesterol, HDL cholesterol, LDL cholesterol, and triglycerides) was evaluated in blood sample. The data was analyzed bivariately and multivariately.

Results: Lipid profile of young obese men was worse than normal men (p < 0.05). ACTHand 11 β-Hydroxylase levels of young overweight men was higher than normal men (p < 0.05), but there was no difference of ACTHand 11 β -Hydroxylase levels between young obese and normal men statistically (p > 0.05). ACTH level positively correlate with LDL cholesterol level (p= 0.039). Linear regression testing showed that 11 β-Hydroxylase level affected total cholesterol level (p= 0.008).

Conclusions: HPA axis activity is raised in overweight young men. ACTH level is positively correlate with LDL cholesterol, 11 β-Hydroxylase level affected total cholesterol level. These data shows that HPA axis play a role in lipid metabolism disturbance in obesity and overweight young men.

Keywords: adrenocorticotropine hormone, 11 β-Hydroxylase, HPA axis, lipid profile, cholesterol, obesity, overweight


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas adalah suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang berlebihan di jaringan adiposa.Indeks massa tubuh (IMT) diketahui memiliki korelasi yang paling dekat dengan kelebihan jaringan adiposa dibandingkan dengan ukuran antropometri lainnya. Indeks massa tubuh dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (McPhee et al., 2011).

Lingkar pinggang (waist circumference) lebih jarang digunakan dibandingkan IMT. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengukuran lingkar pinggang bersamaan dengan IMT merupakan ukuran antropometri yang paling ideal digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan kelainan metabolisme (Dagan et al., 2013; Jacobs et al., 2010; Oda & Kawai, 2010).

Badan Kesehatan Dunia untuk wilayah Pasifik Barat (World Health Organization – Western Pacific Region)membuat kriteria berat badan berlebih (overweight) dan obesitas khusus untuk negara-negara di wilayah Asia Pasifik. Kriteria tersebut menyebutkan bahwa IMT ≥ 25 kg/m2 dikategorikan ke dalam kelompok obesitas, IMT 23-24,9 kg/m2 dikategorikan ke dalam overweight dan IMT 18,5-22,9 kg/m2 dikategorikan ke dalam kelompok normal (Inoue et al., 2000).


(22)

Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO). Menurut data WHO, prevalensi obesitas di dunia sebesar 10% untuk laki-laki dewasa dan 14% untuk perempuan dewasa pada tahun 2008. Prevalensi obesitas tersebut hampir dua kali lipat dari prevalensi obesitas pada tahun 1980 (laki-laki 5%, perempuan 8%). Prevalensi obesitas kelompok dewasa (umur >20 tahun) untuk wilayah Asia Tenggara adalah sebesar 1,7% untuk laki-laki dan 3,7% untuk perempuan (World Health Organization, 2013).

Prevalensi obesitas di Indonesia berdasarkan estimasi WHO pada tahun 2001 sebesar 4,8% (World Health Organization, 2011), meningkat menjadi 9,4% pada tahun 2008 (World Health Organization, 2013). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia untuk kelompok usia lebih dari 18 tahun adalah sebesar 26,3% , lebih tinggi dibandingkan prevalensi obesitas tahun 2007 (14,35%) (Riskesdas, 2013).

Prevalensi obesitas untuk kelompok usia di atas 18 tahun di Sumatera Utara berdasarkan Riskesdas 2013 adalah sebesar 18,1%. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional (Riskesdas, 2013).

Peningkatan prevalensi berat badan berlebih, baik overweight maupun obesitas, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular.World Health Organization mengestimasi sedikitnya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat berat badan berlebih (World Health Organization, 2011).


(23)

Obesitas merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskuler dan stroke, diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterolemia, dan penyakit keganasan (Obregon, 2010). Risiko penyakit jantung dan stroke meningkat dengan peningkatan indeks massa tubuh (Tirosh et al., 2011). Hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa muda menunjukkan bahwa risiko diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler 28% lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal (95%, interval kepercayaan (IK) 19-38%) (Schmidt et al., 2013).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan gangguan profil lipid. Kadar trigliserida, kolesterol total dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal baik pada anak-anak (Ramzan et al., 2011, Rizk & Yousef, 2012) maupun dewasa muda usia 18-26 tahun (Thakur & Bisht, 2010). Kolesterol total serum dan kolesterol LDL memiliki kontribusi terhadap aterosklerosis dan konsekuensi klinisnya seperti penyakit jantung koroner (Carroll

et al., 2012; Jiang et al., 2013; Ryoo et al., 2012). Kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang rendah juga merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler (Shah & Marthur, 2010).

Penelitian yang dilakukan terhadap 2477 orang dewasa di Mississippi menunjukkan bahwa laki-laki memiliki volume jaringan lemak visceral rata-rata lebih banyak dibandingkan perempuan (873 vs. 793 cm3). Lemak visceral diukur dengan menggunakan multidetectorcomputed tomography.Penelitian ini juga menunjukkan bahwa volume jaringan lemak visceral memiliki hubungan yang


(24)

lebih signifikan dengan peningkatan risiko kardiometabolik dibandingkan volume jaringan lemak bawah kulit (Liu et al., 2010).

Obesitas dan risiko penyakit kardiovaskuler berkaitan erat dengan hiperaktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang menyebabkan hiperkortisolisme (Anagnostis et al., 2009). Penelitian yang dilakukan terhadap 450 anak dan remaja obesitas menunjukkan bahwa kadar adrenocorticotropine hormone (ACTH) dan cortisol yang tinggi berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler (Prodam et al., 2013). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Russel et al. (2009). Kadar ACTH meningkatkan risiko kardiovaskuler dengan cara menginduksi peningkatan kadar trigliserida dan kadar glukosa darah, sedangkan cortisol bekerja melalui peningkatan kadar kolesterol LDL (Prodam et al., 2013).

Cortisol merupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia, terlibat dalam mengatur metabolisme lemak (Hu et al., 2010).Cortisol dihasilkan oleh zona fasikulata pada korteks adrenal (Barret et al., 2010), dengan rangsangan ACTH dari hipofise anterior (Puchinger et al., 2012).Hormon cortisol dibentuk dengan bantuan enzim 11 β-hydroxylase. Enzim ini dikode oleh gen cytochrome P450, famili 11, subfamili B, polipeptide 1 (P450c11) atau lebih dikenal dengan gen CYP11B1 (Hu et al., 2010; Miller &Auchus , 2011; Taves et al., 2011).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekresi cortisol

dipengaruhi oleh usia (Larsson et al., 2009) dan status pubertas (Tsai et al., 2013). Kadar cortisol pagi hari meningkat dengan penambahan umur terutama pada umur di atas 50 tahun (Larsson et al., 2009). Penelitian yang dilakukan pada remaja


(25)

menunjukkan bahwa kadarcortisol pagi hari lebih tinggi pada kelompok remaja yang telah mengalami pubertas dibandingkan dengan kelompok pra pubertas. Subyek dengan umur 18-34 tahun memiliki kadar cortisol pagi hari yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pra pubertas dan kelompok post pubertas <18 tahun (Tsai et al., 2013).

Orang dewasa muda (kelompok umur 18-30 tahun) merupakan kelompok usia yang berada dalam periode transisi yang penting secara sosioepidemiologi. Pada rentang usia tersebut banyak fase kehidupan yang dilalui misalnya seseorang dianggap mulai dewasa, sedang menjalani pendidikan lebih tinggi, menyelesaikan pendidikan, mulai bekerja, menikah dan pertama sekali menjadi orangtua. Sebagai akibatnya, periode umur 18-30 tahun ini berhubungan dengan perubahan gaya hidup yang signifikan baik yang berdampak baik maupun yang berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, kelompok dewasa muda merupakan target yang penting untuk memberikan intervensi preventif untuk masalah kesehatan seperti obesitas (Baalwa et al., 2010).

Namun, bagaimana hubungan kadar ACTH dan enzim 11 β-hydroxylase

denganprofil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas, overweight dan normal belum banyak diteliti di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan kadar ACTH dan enzim 11 β -hydroxylase denganprofil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol


(26)

LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas,

overweight dan normal.

1. Bagaimanakah gambaran kadar ACTH plasma, kadar enzim 11 β -hydroxylase serum dan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas, overweight, dan normal?

2. Bagaimanakah perbandingan kadar ACTH plasma pada obesitas terhadap normal?

3. Bagaimanakah perbandingan kadar ACTH plasma pada overweight

terhadap normal?

4. Bagaimanakah perbandingan kadar enzim 11 β-hydroxylase serum pada obesitas terhadap normal?

5. Bagaimanakah perbandingan kadar enzim 11 β-hydroxylase serum pada overweight terhadap normal?

6. Bagaimanakah perbandingan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas terhadap normal?

7. Bagaimanakah perbandingan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada terhadap normal?

8. Bagaimanakah hubungan kadar ACTH plasma dengan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?


(27)

9. Bagaimanakah hubungan kadar enzim 11 β-hydroxylase serum dengan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?

10.Bagaimanakah hubungan kadar ACTH plasma dan enzim 11 β -hydroxylase serum dengan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida)?

1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar ACTH plasma dan enzim 11 β-hydroxylaseserum dengangambaran profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas,

overweight dan normal. b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengukur indeks massa tubuh dan lingkar pinggang subyek penelitian (obesitas, overweight dan normal).

2. Mengukur kadar ACTH plasma, kadar enzim 11 β-hydroxylase serum, dan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas, overweight dan normal.


(28)

4. Membandingkan kadar ACTH plasma pada overweight terhadap normal.

5. Membandingkan kadar enzim 11 β-hydroxylase serum pada obesitas terhadap normal.

6. Membandingkan kadar enzim 11 β-hydroxylase serum pada

overweight terhadap normal.

7. Membandingkan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada obesitas terhadap normal. 8. Membandingkan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL,

kolesterol LDL, dan trigliserida) pada overweight terhadap normal. 9. Menilai hubungan kadar ACTH plasma dengan kadar profil lipid

serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

10.Menilai hubungan kadar enzim 11 β-hydroxylase dengan kadar profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

11.Menilai hubungan kadar ACTH plasma dan enzim 11 β-hydroxylase

serumdengan kadar profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).


(29)

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki kadar ACTH plasma yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

2. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki kadar ACTH plasma yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

3. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki kadar enzim 11 β-hydroxylase serum yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

4. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki kadar enzim 11 β-hydroxylase serum yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

5. Laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas memiliki profil lipid serum yang lebih buruk (kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida yang lebih tinggi serta kolesterol HDL yang lebih rendah) dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.

6. Laki-laki dewasa muda yang mengalami overweight memiliki profil lipid serum yang lebih buruk (kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida yang lebih tinggi serta kolesterol HDL yang lebih rendah) dibandingkan dengan laki-laki dewasa muda yang normal.


(30)

7. Semakin tinggi kadar ACTH plasma maka semakin tinggi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta semakin rendah kadar kolesterol HDL.

8. Semakin tinggi kadar enzim 11 β-hydroxylase serum maka semakin tinggi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta semakin rendah kadar kolesterol HDL.

9. Kadar ACTH plasma dan enzim 11 β-hydroxylase serum berpengaruh terhadap kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida.

1.5 Manfaat Penelitian a. Bidang Pendidikan

1. Sebagai informasi ilmiah mengenai gambaran profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida), kadar ACTH plasma dan enzim 11 β-hydroxylase serum pada obesitas, overweight, dan normal.

2. Sebagai informasi ilmiah mengenai hubungan kadar ACTH plasma dan enzim 11 β-hydroxylase serum dengan profil lipid serum (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler.

b. Bidang Kesehatan

1. Sebagai bahan masukan untuk penyuluhan kesehatan mengenai dampak obesitas dan overweight terhadap kesehatan.


(31)

2. Sebagai bahan masukan untuk penelitian kesehatan lebih lanjut mengenai aktivitas aksis HPA sebagai target dalam menurunkan risiko kardiovaskuler pada orang dengan obesitas dan overweight.

c. Masyarakat

1. Sebagai informasi mengenai dampak obesitas dan overweight

terhadap kesehatan.

2. Masyarakat menjadi lebih memperhatikan dan lebih berhati-hati terhadap dampak negatif obesitas dan overweight terhadap kesehatan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi dan Epidemiologi

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang berlebihan di jaringan adiposa (McPhee et al., 2011).Obesitas dapat didefinisikan berdasarkan IMT (WHO-SEARO, 2011).

Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas pada Dewasa Menurut WHO

Classification BMI (kg/m2) Associated health risk

Underweight Normal range Overweight Obese class I Obese class II Obese class III

< 18,5 18,5-24,9

25-29,9 30,0-34,9 35,0-39,9

≥ 40

Low Average Increased Moderately increased

Severely increased Very Severely increased

(Sumber: Soegih, 2004)

World Health Organization menetapkan nilai IMT ≥ 30 kg/m2 sebagai obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m2 sebagai overweight. Namun, meta-analisis beberapa kelompok etnik berbeda dengan kosentrasi lemak tubuh, usia dan gender yang sama, menunjukkan adanya perbedaan nilai cut-offpoint IMT untuk obesitas untuk populasi yang berbeda sehingga wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri (Tabel 2.2) (Soegih, 2004).


(33)

Pada tahun 1997 dan 1998 dilakukan penelitian komposisi tubuh di beberapa daerah di Indonesia dan didapatkan bahwa pada umur, gender dan IMT yang sama dibandingkan dengan ras Kaukasia (Belanda), lemak tubuh orang Indonesia 5% lebih tinggi, sehingga seharusnya kriteria IMT 3 kg/m2 lebih rendah. Dalam penelitian pada 6318 orang pada tahun 2003-2004, Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) mendapatkan nilai IMT yang tidak berbeda jauh dari yang diusulkan oleh International Obesity Task ForceWestern Pasific (Asia Pasific Criteria) (Soegih, 2004).

Tabel 2.2Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Kriteria Asia Pasifik Classification BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities Underweight

Normal range

Overweight: At risk Obese I Obese II

< 18,5

18,5-22,9

≥ 23

23-24,9 25-29,9

≥ 30

Low (but increased risk of other clinical problems) Average

Increased Moderate Severe

Sumber: WHO/WPR/IASO/IOTF The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment 2000 (Inoue et al., 2000).

Kriteria risiko penyakit dan kematian terutama penyakit kardiovaskuler pada obesitas ditentukan berdasarkan lingkar pinggang (waist

circumference).Lingkar pinggang lebih menggambarkan jumlah lemak

visceral dibandingkan dengan IMT.Nilai cut-off lingkar pinggang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan etnik (WHO, 2008).


(34)

Tabel 2.3 Kriteria Lingkar PinggangBerdasarkan Etnik Negara atau Etnik Jenis Kelamin Lingar Pinggang (cm)

Eropa Asia (IDF)

Cina

Jepang

Asian Indian

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

> 94 > 80 > 90 > 80 > 85 > 80 > 85 > 80 > 78 > 72

(Sumber: Zimmet & Alberti (2006) dalam WHO (2008), Alberti et al., 2009, Misra et al., 2005).

Prevalensi obesitas di negara-negara di wilayah Asia Tenggara bervariasi antara 1 – 6,5% pada laki-laki dan 1,3 - 26% pada perempuan. Prevalensi tertinggi baik pada laki-laki dan perempuan terdapat di Maldives (16%). Indonesia berada pada urutan ke-5 dengan prevalensi obesitas sebesar 4,7%. Pada umumnya, obesitas lebih sering ditemukan pada kelompok masyarakat strata sosial ekonomi lebih tinggi (WHO SEARO, 2011).

Tabel 2.4 Prevalensi Berat Badan Berlebih di Wilayah Asia Tenggara


(35)

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 dan 2010 terutama untuk kelompok usia > 18 tahun.

Gambar 2.1 Prevalensi Obesitas (IMT>25) pada Laki-laki Umur >18 Tahun Indonesia Tahun 2007, 2010, dan 2013

(Sumber: Riskesdas, 2013)

Gambar 2.2 Prevalensi Obesitas (IMT>25) pada Perempuan >18 Tahun Indonesia Tahun 2007, 2010, dan 2013


(36)

2.1.2 Etiologi Obesitas

Obesitas dapat terjadi bila kalori yang masuk lebih besar daripada kalori yang digunakan. Berat badan akan meningkat bila jumlah energi dalam bentuk makanan yang masuk ke dalam tubuh lebih besar daripada yang digunakan, dan sebagian besar energi yang berlebih itu disimpan dalam bentuk lemak. Setiap 9,3 kalori dari kelebihan energi yang masuk ke dalam tubuh, disimpan dalam 1 gram lemak (Hall, 2011).

Obesitas merupakan penyakit multifaktor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor genetik, faktor lingkungan, dan gaya hidup (Hall, 2011; McPhee et al., 2011). Peningkatan angka kejadian obesitas terjadi karena adanya perubahan gaya hidup menjadi sedentarisme, aktivitas fisik menurun, disertai peningkatan asupan kalori yang tinggi (Obreagon, 2010).

2.1.3 Obesitas dan Profil Lipid

Obesitas berhubungan dengan gangguan profil lipid. Penelitian yang dilakukan terhadap 86 anak sekolah dasar di Pakistan menunjukkan bahwa rata-rata kadar trigliserida, kolesterol total, dan koleseterol LDL anak obesitas lebih tinggi dibandingkan anak dengan IMT normal. Sebaliknya, kadar kolesterol HDL anak obesitas lebih rendah dibandingkan anak dengan IMT normal (Ramzan et al., 2011). Hasil yang sama didapatkan oleh Rizk & Yosef (2012).


(37)

Penelitian yang dilakukan terhadap orang dewasa juga menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan kadarlow-density lipoprotein cholesterol levels (relative risk [RR] 1.8; 95% confidence interval [CI] 1.4 - 2.3), penurunan kadar high-density lipoprotein cholesterol (RR 2.1; 95% CI 1.8 - 2.5), dan peningkatan kadar trigliserida (RR 3.0; 95% CI 2.4 - 3.8) (Juonala et al., 2011).Kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida pada kelompok dewasa muda obesitas lebih tinggi daripada kelompok normal. Sebaliknya, kadar kolesterol HDL lebih rendah pada kelompok dewasa muda obesitas lebih tinggi daripada kelompok normal (Thakur & Bisht, 2010).

2.1.4 Obesitas dan Aktivitas Aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal

Sebelumnya telah diketahui bahwa leptin berhubungan dengan sistem glukokortikoid melalui aktivitas aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal

(HPA).Obesitasyang ditandai dengan resistensi leptin berhubungan dengan peningkatan aktivitas aksis HPA (Bluher & Mantzoros, 2004).Hasil penelitian yang dilakukan pada sel kelenjar adrenal menunjukkan bahwa leptin menghambat produksi cortisol pada korteks adrenal.Leptin mengatur steroidogenesis adrenal pada tingkat traskripsi (Bornstein et al., 1997).

Obesitas berkaitan erat dengan hiperaktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) yang menyebabkan hiperkortisolisme (Anagnostis et al., 2009).Aktivasi aksis HPA kemungkinan menyebabkan peningkatan distribusi lemak sentral dan berhubungan dengan gangguan metabolisme lemak dan glukosa pada obesitas (Purnell et al., 2004).


(38)

2.1.5 Obesitas dan Risiko Kardiovaskuler

Obesitas berhubungan dengan peningkatkan risiko morbiditas.Peningkatan IMT merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan penyakit tidak menular. Peningkatan IMT memicu perkembangan diabetes tipe-2 dan penyakit kardiovaskuler dengan memicu disfungsi metabolik dan meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa dan kolesterol darah, serta memicu perkembangan penyakit keganasan (Obreagon, 2010; McPhee et al., 2011; WHO SEARO, 2011).

Peningkatan IMT setiap 4 kg/m2 meningkatkan kemungkinan terkena panyakit jantung iskemik sebesar 26%.Data tersebut menunjukkan hubungan sebab akibat antara peningkatan IMT dengan risiko penyakit jantung iskemik, yang kemungkinan terjadi melalui mekanisme faktor perantara seperti hipertensi, dislipidemia, dan diabetes tipe-2 (Nordestgaard et al., 2012).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan lingkar pinggang juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler (Oda & Kawai, 2010; Hafez et al., 2011). Peningkatan lingkar pinggang berhubungan dengan peningkatan risiko kematian karena semua sebab kematian pada setiap kategori indeks massa tubuh (Seidell, 2010).

Hasil penelitian kohort yang dilakukan kepada 6325 orang di Finlandia menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat obesitas saat kanak-kanak dan juga menderita obesitas pada saat dewasa memiliki risiko kardiovaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki riwayat obesitas pada masa kanak-kanak tetapi tidak menderita obesitas saat dewasa. Faktor risiko yang dinilai adalah diabetes tipe 2 (RR 5.4; 95% CI 3.4 - 8.5), hipertensi (RR 2.7; 95%


(39)

CI 2.2 - 3.3), dan aterosklerosis arteri carotis (RR 1.7; 95% CI 1.4 - 2.2). Risiko kardiovaskuler pada orang yang memiliki riwayat obesitas pada masa kanak-kanak tetapi tidak menderita obesitas saat dewasa hampir sama kecilnya dengan orang memiliki indeks massa tubuh normal (Juonala et al., 2011).

Obesitas merupakan faktor risiko ke-5 yang menyebabkan kematian terbanyak di seluruh dunia. Secara global, sedikitnya 1,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya sebagai akibat dari obesitas. Kematian yang berhubungan dengan obesitas dan overweight sebesar 350.000 kematian setiap tahun di wilayah Asia Tenggara (WHO SEARO, 2011).

2.2 Profil Lipid

2.2.1 Lipid dan Lipoprotein

Darah manusiamemiliki tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida dan fosfolipid.Sifat lipid sulit larut dalam air.Untuk itu, dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan apolipoprotein atau apoprotein. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein (Adam, 2010).

Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol (dalam bentuk bebas atau ester), trigliserida, fosfolipid, dan apoprotein.Lipoprotein berbentuk sferik dan mempunyai inti trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol bebas.Apoprotein ditemukan pada permukaan lipoprotein (Adam, 2010).


(40)

Gambar 2.3 Struktur Lipoprotein Plasma

Sumber: The AOCS Lipid Library (Christie, 2014)

Masing-masing lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan teknik ultrasentrifugasi, pada manusia dibedakan enam golongan lipoprotein yaitu

high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil Lp(a) (Adam, 2010).

2.2.2 Dislipidemia dan Kadar Lipid Normal

Dislipidemia dapat diklasifikasikan berdasarkan atas penyebabnya dan berdasarkan profil lipid yang menonjol.Berdasarkan penyebabnya, dislipidemia dapat dibedakan menjadi dislipidemia primer yang tidak jelas sebabnya dan dislipidemia sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes mellitus, dan hipotiroidisme. Berdasarkan profil lipid yang menonjol, dislipidemia dapat dibedakan menjadi hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cholesterol, dan dislipidemia campuran (Adam, 2010).


(41)

Kadar lipid normal sebenarnya sulit dipatok pada satu angka karena normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain. Walaupun demikian, National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) telah membuat batasan kadar lipid serum normal yang dapat dipakai secara umum (Adam, 2010).

Tabel 2.5 Kadar Lipid Serum Normal

Kadar Lipid Serum (mg/dl) Kategori

Kolesterol total

< 200 200 – 239

≥ 240 Kolesterol LDL < 100 100-129 130-159 160-189 ≥ 190 Kolesterol HDL < 40 ≥ 60 Trigliserida < 150 150-199 200-499 ≥ 500 Optimal Diinginkan Tinggi Optimal Mendekati optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi Rendah Tinggi Optimal Diinginkan Tinggi Sangat tinggi

Sumber: The National Cholersterol Education Program Adult Panel III (Adam, 2010)

2.2.3 Profil Lipid dan Risiko Kardiovaskuler

Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler.Beberapa penelitian mendapatkan hasil bahwa kadarkolesterol total, trigliserdia dan LDL yang tinggidan kadar HDL yang rendah berhubungan dengan risiko kardiovaskuler (Sone et al., 2011; Tirosh et al., 2011; Tarasov et al., 2014).Penelitian Yang et al (2012). menunjukkan bahwa


(42)

kadar kolesterol total yang lebih rendah menurunkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Gambar 2.4 Estimate of 10-Year Risk for Men Skor Risiko Framingham (Sumber:Executive Summary of the Third Reportof NCEP ATP III, 2001)


(43)

Skor risiko Framingham (gambar 2.4) merupakan algoritme yang digunakan untuk strategi pencegahan primer untuk penilaian risiko penyakit jantung koroner.Skor risiko Framingham dihitung berdasarkan algoritme dari

National CholesterolEducation Program (NCEP) Adult Treatment Panel(ATP) III

berdasarkan enam faktor risiko koroner yaitu jenis kelamin, umur, kolesterol total, kolesterol HDL, tekanan darah sistolik, dan kebiasaan merokok (gambar 2.4).Kolesterol HDL yang telah dikenal sebagai faktor risiko yang penting untuk penyakit jantung koroner merupakan penentu utama diantara penanda lain dalam skor risiko Framingham (Ryoo et al., 2012).

Kelompok subyek dengan kadar trigliserida tinggi memiliki risiko 1,54 kali lebih besar mengalami penyakit jantung koroner (Hazzard risk [HR]: 1,54; 95% CI 1.22–1.94). Subjek dengan kadar kolesterol LDL tinggi memiliki risiko 1,49 kali lebih tinggi mengalai penyakit jantung koroner (HR: 1,49; 95% CI 1.25–1.78) (Sone et al., 2011).

2.3 Adrenocorticotropine Hormone (ACTH) dan Enzim 11 β-Hydroxylase 2.3.1 Struktur dan Biosintesis ACTH

Adrenocorticotropine Hormone merupakan polipeptida rantai tunggal yang mengandung 39 asam amino.Hormon ini berasal dari proopiomelanocortin (POMC) pada kelenjar hipofise.Sejumlah 23 asam amino yang pertama pada rantainya merupakan inti aktif dari molekul ACTH.Asam amino ke-24 sampai dengan 39 merupakan bagian ekor yang menstabilkan molekul ACTH dan memiliki komponen yang bervariasi antara satu spesies dengan spesies


(44)

lainnya.Sekresi ACTH distimulus oleh corticotropin releasing hormone (CRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus(Barret et al., 2010).

Corticotropin releasing hormone berikatan dengan reseptor yang berikatan dengan G-protein coupled receptor (GPCR) pada membran sel. Setiap molekul GPCR dibentuk dari tiga subunit (trimetrik) yang dinamakan subunit α, β, dan γ. Subunit α terikat dengan guanosin difosfat (GDP) dan membentuk unit α-GDP. Pada waktu aktivitas GPCR melepas GDP dari subunit α dan akan mengikat molekul GTP menbentuk unit α-GTP. Proses ini dirangsang oleh Guanosine Exchange Factor (GEF). α-GTP ini akan mengaktifkan enzim adenyl cyclase

(AC). Enzim adenyl cyclase yang aktif akan mengubah adenosine trifosfat (ATP) pada sitoplasma menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Cyclic adenosine monophosphate mengaktifkan protein kinase A (PKA) yang kemudian memforforilasi protein (P-protein) yang menstimulasi sintesis POMC melalui ekspresi gen POMC. Selanjutnya, POMC akan dipecah menjadi ACTH oleh enzim prohormon konvertase (Gambar 2.5) (Rhoades & Bell, 2013; Sembulingam & Sembulingam, 2013).


(45)

Gambar 2.5 Skema Biosintesis ACTH pada Hipofise Anterior

(Sumber: Rhoades & Bell, 2013)

2.3.2 Biosintesis Cortisol

Cortisolmerupakan glukokortikoid yang dominan pada manusia.Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal zona fasikulata.Sekresi cortisol dikontrol oleh ACTH yang berasal dari hipofise anterior (Barret et al., 2010; Xing et al., 2011).Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa selain korteks adrenal, glukokortokoid (cortisol) juga dapat dihasilkan secara lokal oleh kulit, organ limfoid primer, saluran cerna, dan otak (Taves et al., 2011).


(46)

Gambar 2.6 Skema Kelenjar Adrenal dan Hormon yang Dihasilkannya (Sumber: Barret et al., 2010)

Cortisol seperti halnya hormon steroid lainya disintesis dari kolesterol yang berasal dari lipid droplet yang terdapat pada sel korteks adrenal. Kolesterol yang terdapat pada lipid droplet ini terutama terdiri dari ester kolesterol, molekul tunggal kolesterol yang teresterifikasi dengan molekul asam lemak. Kerja kolesterol esterase (cholesterol ester hydrolase/ CEH), yang menghidrolisis ikatan ester, membentuk kolesterol bebas yang digunakan untuk biosintesis


(47)

steroid.Kolesterol bebas yang terbentuk akan masuk ke mitokondria, dimana proses sintesis hormon steroid dimulai (Rhoades & Bell, 2013).

Adrenocorticotropine Hormone berperan dalam sintesis cortisol di korteks adrenal.Adrenocorticotropine Hormone berikatan dengan melanocortin-2 receptor yang berikatan dengan suatu GPCR.Subunit α terikat dengan guanosin difosfat (GDP) dan membentuk unit α-GDP. Pada waktu aktivitas GPCR melepas GDP dari subunit α dan akan mengikat molekul GTP menbentuk unit α-GTP. Proses ini dirangsang oleh Guanosine Exchange Factor (GEF). α-GTP ini akan mengaktifkan enzim adenyl cyclase (AC). Enzim adenyl cyclase yang aktif akan mengubah adenosine trifosfat (ATP) pada sitoplasma menjadi cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Cyclic adenosine monophosphate mengaktifkan protein kinase A (PKA) yang kemudian memforforilasi protein steroidogenic acute regulatory(StAR), yang memediasi transfer kolesterol dari cytosol ke dalam mitokondria untuk steroidogenesis.Adrenocorticotropine hormone meningkatkan sintesis enzim cytochrome P450s yang terlibat dalam sintesis glukokortikoid (Gambar 2.7) (Barret et al., 2010; Rhoades & Bell, 2013; Sembulingam &


(48)

Gambar 2.7 Mekanisme Kerja ACTH dalam Sintesis Hormon Korteks Adrenal

(Sumber: Rhoades & Bell, 2013)

2.3.3 Peran Enzim 11 β-Hydroxylasepada SekresiCortisol

Hormon cortisol dibentuk dengan bantuan enzim 11 β-hydroxylase. Enzim ini dikode oleh gen cytochrome P450, famili 11, subfamili B, polipeptide 1 (P450c11) atau lebih dikenal dengan gen CYP11B1. Enzim ini terdapat pada membran mitokondria sel korteks adrenal (Barret et al., 2010; Hu et al., 2010; Miller & Auchus, 2011; Taves et al., 2011).


(49)

Gambar 2.8 menunjukkan skema biosintesis hormon pada zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal.Enzim 11 β-hydroxylase menghidroksilasi molekul 11-deoxycortisol pada karbon 11 menjadi cortisol di dalam mitokondria sel korteks adrenal.Cortisol kemudian disekresikan ke aliran darah. Molekul 11-deoxycortisol disintesis dari 17-hydroxyprogesterone dengan bantuan enzim 21β

-hydroxylase, dan 17-hydroxyprogesterone disintesis dari

17-hydroxypregnenolone dengan bantuan enzim 3 β-hydroxsteroid dehydrogenase

(Barret et al., 2010; Rhoades & Bell, 2013).

Gambar 2.8 Biosintesis Hormon Korteks Adrenal (Sumber: Barret et al., 2010)

2.3.4 Fungsi Cortisol

Cortisol mengatur banyak proses metabolik yang meliputi homeostasis glukosa, sensitivitas insulin, dan metabolisme protein dan lemak. Cortisol


(50)

energi melalui proses glukoneogenesis dan mengurangi penggunaan glukosa.

Cortisol juga meningkatkan konversi glukosa menjadi glikogen di hati (gambar 2.9) (Scanlon & Sanders, 2007; Barret et al., 2010; Rhoades & Bell, 2013).

Selain itu, cortisol juga berperan dalam proses diferensiasi preadiposit menjadi adiposit melalui adipogenesis. Peningkatan kadarcortisolpada pasien

cushing syndrome menyebabkan penumpukkan lemak berlebih di abdomen (obesitas visceral), resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi (Rhoades & Bell, 2013).

Gambar 2.9 Fungsi Cortisol (Sumber: Scanlon & Sanders, 2007


(51)

2.3.5 Aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal

Regulasi sekresi cortisol berlangsung dengan mekanisme umpan balik negatif ke hipotalamus dan hipofise.Sekresi corticotropine-releasing hormone

(CRH) akan dihambat apabila kadar cortisol dalam darah meningkat. Sebagai akibatnya, stimulasi CRH pada hipofise menurun sehingga laju sekresi ACTH juga menurun.Cortisol juga bekerja menghambat kerja CRH untuk menstimulasi sekresi ACTH pada hipofise (Rhoades & Bell, 2013).

Gambar 2.10 Aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (Sumber: Rhoades & Bell, 2013)


(52)

2.3.6 Adrenocorticotropine Hormone, Cortisol dan Profil Lipid

Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan cortisol berhubungan dengan profil lipid serum (Prodam et al., 2013).Hasil penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa produksi ACTH pada wanita dengan obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan wanita normal (p<0,001) (Roelfsema et al., 2009).

Paparan cortisol dalam jangka waktu lama menyebabkan abnormalitas lipid.Mekanisme terjadinya abnormalitas lipid tersebut melalui beberapa faktor, meliputi efek langsung maupun tidak langsung cortisol terhadap lipolisis, produksi asam lemak bebas, sintesis very low density lipoprotein(VLDL), dan akumulasi lemak di hati (Arnaldi et al., 2010).

Cortisol menyebabkan pemecahan lemak di jaringan adiposa dan meningkatkan kadar trigliserida dan asam lemak bebas dalam darah (Xu et al.,

2009, Wang et al., 2012). Hasil eksperimen in vitro menunjukkanbahwa cortisol

meningkatkan lipoprotein lipase pada jaringan adiposa dan sebagian lemak

visceral dimana lipolisis diaktivasi dan menyebabkan pelepasan asam lemak bebas ke sirkulasi. Peningkatan asam lemak bebas akan meningkatkan akumulasi lemak di hati, menurunkan ambilan glukosa dan mengaktivasi bermacam enzim serin kinase yang menyebabkan penghantaran sinyal insulin menurun (Arnaldi et al., 2010).

Glukokortikoid mengatur diferensiasi, fungsi, dan distribusi jaringan lemak.Efek glukokortikoid pada metabolisme lemak di jaringan lemak meliputi rangsangan lipolisis maupun lipogenesis.Glukokortikoid dapat memicu diferensiasi preadiposit dan menghambat proliferasi sel stromal adiposa, memicu


(53)

adipogenesis.Glukokortikoid meningkatkan lipolisis pada cadangan lemak perifer dan memicu diferensiasi preadiposit di lemak sentral (Arnaldi et al., 2010).Peningkatan glukokortikoid menyebabkan penumpukan lemak berlebih di abdomen (obesitas visceral) (Rhoades & Bell, 2013).

2.3.7 Adrenocorticotropine Hormone, Cortisol dan Risiko Kardiovaskuler Penelitian yang dilakukan pada 450 remaja dengan obesitas menunjukkan bahwa kadarACTH dan cortisol yang tinggi pada pagi hari berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler. Cortisol yang tinggi berhubungan dengan hipertensi (Prodam et al., 2013).

Kadar cortisol berlebih memberikan kontribusi yang signifikan untuk peningkatan risiko kardiovaskuler pada remaja wanita dengan obesitas (Russell et al., 2009).Kadar cortisol plasma puasa berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit jantung iskemik. Subjek dengan kadar cortisol plasma lebih tinggi memiliki risiko 1,58 kali lebih besar menderita penyakit jantung iskemik dibandingkan dengan subjek dengan kadar cortisol plasma yang lebih rendah (p: 0,02, OR: 1,58) (Reynolds et al., 2010). Sebaliknya, Kumari et al.(2011) mendapatkan bahwa penurunan kadarcortisol diurnal yang lebih rendah dari rata-rata berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskuler.


(54)

2.4 Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut.


(55)

2.5 Kerangka Konsep

Penelitian ini menilai hubunganantara kadar ACTH plasma dan 11 β -hydroxylase serum dengan profil lipid serum (kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserdia) pada laki-laki dewasa muda yang mengalami obesitas, overweight dan normal.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain kasus kontrol.

3.2 Lokasi dan Waktu 3.2.1 Lokasi

Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Universitas HKBP Nommensen Medan. Pengambilan dan pemeriksaan darah akan dilakukan di Laboratorium Klinik SpectrumInternationalMedan. 3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – Agustus 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah laki-laki usia 18-30 tahun. Sampel penelitian dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok obesitas, overweight

dan kelompok normal.Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria. Kelompok obesitas adalah laki-laki penderita obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2 dan lingkar pinggang > 90 cm), kelompok overweight adalah laki-laki (IMT 23 – 24,9 kg/m2 dan lingkar pinggang 80-90 cm), dan kelompok normal adalah laki-laki (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2 dan lingkar pinggang < 80 cm). Kategori lingkar pinggang ditentukan oleh peneliti dengan mempertimbangkan beberapa


(57)

referensi yang ada (Zimmet & Alberti (2006) dalam WHO (2008), Alberti et al., 2009, Misraet al., 2005).

a. Kriteria inklusi:

1. Indeks massa tubuh dan lingkar pinggang sesuai kriteria masing-masing kelompok

2. Bersedia menjadi sampel penelitian b. Kriteria ekslusi:

1. Memiliki riwayat hipertensi

2. Menderita Cushing syndrome (berdasarkan riwayat penyakit dan gejala klinis)

3. Menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme lemak dan fungsi adrenal selama 6 bulan terakhir (lampiran). 4. Kadar trigliserida serum > 400 mg/dl.

3.4 Besar Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel berikut ini:

n=

, ( ) +3

Dimana,

n = jumlah sampel

Zα = deviat baku α (α = 0,05, Zα = 1,64)

Zβ = deviat bakuβ (β = 10%, Zβ = 1,282)


(58)

Berdasarkan rumus di atas, didapatkan jumlah sampel minimal adalah 51 orang. Peneliti menetapkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 75 orang, terdiri dari 25 orang kelompok obesitas, 25 orang overweight dan 25 orang kelompok normal.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel bebas, yaitu kadar ACTH plasma dan 11-β hydroxylaseserum. Variabel tergantung, yaitu profil lipid serum (kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida).

3.7 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1 Obesitas Orang dengan indeks massa tubuh ≥ 25 Kg/m2 dan lingkar pinggang >90cm Timbangan digital merek Kris, Stature meter, dan meteran

Membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).

BB, TB, IMT, dan LP dicatat 1 angka di

belakang koma.

Kg/ m2 dan cm

Conti-nuous Ratio


(59)

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

2 Overweight Orang dengan indeks massa tubuh 23-24,9 Kg/m2 dan lingkar pinggang 80-90cm Timbangan digital merek Kris, Stature meter, dan meteran

Membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).

BB, TB, IMT, dan LP dicatat 1 angka di

belakang koma.

Kg/ m2 dan cm

Conti-nuous Ratio

3 Normal Orang dengan indeks massa tubuh 18,5-22,9 Kg/m2

dan lingar pinggang < 80cm Timbangan digital merek Kris, Stature meter, dan meteran

Membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).

BB, TB, IMT, dan LP dicatat 1 angka di

belakang koma.

Kg/ m2 dan cm

Conti-nuous

Ratio

4 Kolesterol total

Kadar kolesterol total serum. Nilai normal: < 200 mg/dl

Mesin Spektrofoto-meter Metode CHOD-PAP Kadar (mg/dl) Conti-nuous Ratio

5 Kolesterol HDL

Kadar kolesterol HDL serum. Nilai normal: > 40 mg/dl

Mesin Spektrofoto-meter Metode presipitasi Kadar (mg/dl) Conti-nuous Ratio


(60)

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 6 7 Kolesterol LDL Trigliserida Kadar kolesterol LDL serum. Nilai normal: < 130 mg/dl.

Kadar trigliserida serum. Nilai normal: < 150 mg/dl.

Rumus Friedewald Mesin Spektrofoto-meter Rumus Friedewald Metode GPO-PAP Kadar (mg/dl) Kadar (mg/dl) Conti-nuous Ratio Conti-nuous Ratio

8 Kadar ACTH Plasma Kadar adrenocortico - tropine (ACTH) dalam plasma. Nilai normal: 10-51 ng/L Immunolite 1000 analyzer Metode Immunolite 1000 ACTH. Kadar (ng/L) Conti-nuous Ratio

9 Kadar 11-β hydroxylase serum. Kadar enzim 11-β hydroxylaseda lam serum. Microplate reader Metode quantitative sandwich enzyme immunoassay Kadar (pg/ml) Conti-nuous Ratio


(61)

3.8 Alur Penelitian

Alur penelitian ini adalah sebagai berikut:


(62)

3.9 Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan penelitian

a. Penerbitan Ethical Clearance

Pada tahap persiapan, pemeliti akan meminta penerbitan ethical clearance kepada komisi etik FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara.

b. Uji Coba Alat dan Bahan

Uji coba alat dilakukan untuk memastikan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian berfungsi dengan baik. Uji coba digunakan dengan memeriksa 10 sampel darah dari subyek yang sama (diluar subyek penelitian), kemudian hasilnya dianalisis dengan regresi linear untuk melihat linearitas kurva dan dihitung nilai koefisien varians (coefficient of variation) dari pemeriksaan 10 sampel tersebut.

2. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian Identifikasi subjek dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data umur dan indeks massa tubuh yang didapatkan dari skrining awal. Apabila subjek berpotensi menjadi sampel dalam penelitian, peneliti akan melakukan prosedur informed consent.

3. Informed consent

Informed consent dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan menjelaskan seluruh prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kesediaan ikut serta


(63)

dalam penelitian didokumentasikan dengan menandatangani formulir persetujuan. Subjek akan mendapatkan salinan lembar persetujuan. 4. Penilaian lebih lanjut

Subjek yang telah bersedia mengikuti penelitian dan telah menandatangani formulir persetujuan akan dinilai lebih lanjut kelayakannya untuk ikut serta dalam penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

5. Pengukuran Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang

Indeks massa tubuh dihitung dengan membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2) dan dicatat 1 angka di belakang koma.

IMT = Ber atbadan( Kg)

Tinggibadan ( m )

a. Pengukuran berat badan

1. Alat timbang diletakkan di lantai yang rata/datar dan keras. 2. Alat timbang ditekan sampai menunjukkan angka 00,0

sebelum dilakukan penimbangan.

3. Memastikan subyek penelitian menggunakan pakaian yang tipis (kaos lengan pendek dan celana pendek), melepaskan alas kaki, tali pinggang, kacamata, dan mengeluarkan isi kantong (jika ada).

4. Meminta subyek penelitian untuk berdiri tegak di tengah-tengah alat timbang, mata/kepala lurus ke arah depan, dan kaki tidak menekuk.


(64)

5. Setelah subyek berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan digital. 6. Subyek diminta untuk turun dari timbangan dan peneliti

mencatat hasil penimbangan tersebut.

7. Pengukuran berat badan dilakukan sebanyak tiga kali dan nilai rata-rata ketiga pengukuran itu dilaporkan sebagai berat badan. Berat badan dicatat 1 angka di belakang koma. b. Pengukuran tinggi badan

1. Stature meter ditempelkan di dinding dengan bagian yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di dinding. Tarik meteran pengukur ke atas hingga terlihat angka nol pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai.

2. Ujung atas stature meter ditempelkan ke dinding dengan menggunakan paku.

3. Setelah memastikan bagian atas stature meter menempel dengan stabil, meteran pengukur dapat ditarik ke atas. 4. Subyek penelitian diminta untuk melepaskan alas kaki dan

berdiri menempel di dinding. Kedua kaki subyek berada di tengah-tengah stature meter.

5. Memastikan subyek berdiri tegak dengan tangan di samping, pandangan lurus ke depan dan garis pandang


(65)

sejajar dengan tanah, kaki lurus, tulang bahu, tumit serta betis menempel di dinding.

6. Subyek diminta menarik nafas panjang. Secara bersamaan, peneliti menurunkan meteran pengukur hingga pas di atas kepala subyek dan membaca angka di dalam kaca pengukuran.

7. Pengukuran tinggi badan dilakukan sebanyak tiga kali dan nilai rata-rata ketiga pengukuran itu dilaporkan sebagai tinggi badan. Tinggi badan dicatat 1 angka di belakang koma.

c. Pengukuran Lingkar Pinggang

1. Subyek penelitian diminta untuk melepaskan pakaian bagian atas, tali pinggang dan melonggarkan celana.

2. Ujung nol meteran diletakkan di atas tonjolan tulang panggul kanan (crista illiaca dextra), kemudian meteran dilingkarkan di perut secara horizontal dan sejajar dengan lantai.

3. Memastikan meteran kencang, tetapi tidak sampai menekan kulit perut.

4. Pasien diminta untuk menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Lingkar pinggang diukur pada saat subyek mengeluarkan nafas (akhir ekspirasi).


(66)

5. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan sebanyak tiga kali dan nilai rata-rata ketiga pengukuran itu dilaporkan sebagai lingkar pinggang. Lingkar pinggang dicatat 1 angka di belakang koma.

6. Pemeriksaan sampel darah a. Pengambilan sampel darah

Sampel darah diambil pada pagi hari (jam 08.00 – 09.00) setelah sampel penelitian puasa selama 10-12 jam.Darah sebanyak 5 ml diambil di vena cubiti, kemudian dibagi ke dalam dua tabung, tabung pertama berisi ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) dan tabung kedua tidak. Darah pada tabung EDTA akan digunakan untuk pemeriksaan ACTH plasma, sedangkan darah pada tabung tanpa EDTA akan digunakan untuk pemeriksaan profil lipid dan kadar 11-β hydroxylase serum.Plasma dan serum darah disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -20°C dan stabil sampai 4 bulan.

b. Pemeriksaan kolesterol total

Pemeriksaankadar kolesterol total dilakukan dengan teknik kimiawi menggunakan reaksi enzimatis cholesterol oxidase - peroxidase/phenol/4-aminophenazone (metode CHOD-PAP). 1. Prinsip pemeriksaan:

Kolesterol ester dihidrolisis oleh kolesterol esterase yang menghasilkan kolesterol bebas.Kolesterol bebas selanjutnya


(67)

dioksidasi oleh kolesterol oksidase dan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Selanjutnya, H2O2 diuraikan oleh peroksidase

menghasilkan oksigen reaktif yang akan bereaksi dengan aminophenazone di bawah pengaruh phenol yang menghasilkan zat warna indikator quinoneimine yang dibaca oleh sfektrofotometer. Rekasi kimia yang terlibat dalam pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a. Kolesterol ester + H2O ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ Kolseterol + Asam

lemak b. Kolesterol + O2 ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ kolestene-3-one +H2O2

c. 2 H2O2 + 4-Aminophenazone + Fenol ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ quinoneimine dye + 4 H2O

Quinoneimine dye dibaca dalam spektrofotometer. 2. Reagensia terdiri dari:

R1 4 x 100 ml reagen enzim

Phosphatebuffer (pH 6,5) 100 mmol/l

4-aminophenazone 0,25 mmol/l

Phenol 5 mmol/l

Peroxidase > 5 KU/l

Cholesterol esterase > 150 U/l

Cholesterol oxidase > 100 U/l

Sodium azide 0,05% (as preservative)

R2 3 ml standar


(68)

3. Persiapan reagen:

Reagen enzim dan standar terlah siap digunakan.Reagen stabil sampai batas kadaluarsa pada temperatur ruangan (2-8°C).

4. Spesimen:

Spesimen yang digunakan pada pemeriksaan kolesterol total ini adalah serum.

5. Prosedur pemeriksaan: Panjang gelombang: 500 nm Kuvet: 1 cm

Temperatur: 20-25°C

Pengukuran: dibandingkan dengan reagen blanko.

a. Larutan disiapkan dengan ketentuan seperti di bawah ini. Blanko Sampel/Standar

Sampel/standar R1

- 1000 μl

10 μl 1000 μl

b. Larutan dicampur dan didiamkan 10 menit pada suhu 20-25°C. c. Mengukur nilai absorbansi dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 500 nm. Pengukuran absorbansi dimulai sampel dan standar dilakukan terhadap blanko.

d. Menghitung kadar kolesterol total serum dengan rumus berikut


(69)

c. Pemeriksaan kadar kolesterol HDL

Pengukuran kadar kolesterol HDL dilakukan dengan teknik presipitasi yang dilanjutkan dengan pemeriksaan human cholesterol liquicolor.

1. Prinsip pemeriksaan:

Pemeriksaan kolesterol HDL ini didahului dengan pemisahan kolesterol HDL menggunakan reagensia presipitasi.Kilomikron,

very low density lipoprotein (VLDL), dan LDL dipresipitasi dengan menambahkan phosphotungesic acid dan magnesium klorida (MgCl2).Supernatan yang diperoleh setelah proses

sentrifugasi mengandung HDL, kemudian diperiksa kadarnya dengan menggunakan human cholesterol liquicolor.

2. Reagensia yang digunakan adalah: Reagen presipitasi 4x80 ml presipitan

Phosphotungesic acid 0,55 mmol/l

Magnesium klorida 25 mmol/l Standar 1x3 ml standar

Kolesterol 50mg/dl (1,29 mmol/l) 3. Spesimen yang digunakan adalah serum.


(70)

4. Prosedur pemeriksaan: a. Presipitasi.

Pipet ke dalam tabung sentrifugasi Makro Semi-mikro Sampel

Presipitan a Presipitan b

500 μl 1000 μl

-

200 μl - 500 μl

b. Larutan dicampur dan didiamkan 10 menit pada suhu 20-25°C, kemudian disentrifugasi 2 menit pada 10.000 g. c. Supernatan dipisahkan dalam waktu 1 jam dan diperiksa

dengan menggunakan human cholesterol liquicolor. d. Larutan disiapkan dengan ketentuan sebagai berikut:.

Pipet ke dalam kuvet Blanko Standar Sampel

Aqua destilata

Standar

Supernatan HDL HCl

100 μl - - 1000 μl

- 100 μl

- 1000 μl

- - 100 μl 1000 μl

e. Larutan tersebut dicampur dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C.

f. Mengukur nilai absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm dalam waktu 60 menit. Pengukuran absorbansi sampel dan standar dilakukan terhadap blanko.


(71)

d. Pemeriksaan kadar trigliserida

Pemeriksaankadar trigliserida dilakukan dengan teknik kimiawi menggunakan reaksi enzimatisglycerol phosphate oxidase - peroxidase/phenol/4-aminoantipyrine(metode GPO-PAP).

1. Prinsip pemeriksaan:

Trigliserida diuraikan oleh enzim lipase menjadi glisero dan asam lemak.Glycerol kinase mengkatalis glycerol + ATP menjadi glycerol 3-fosfat + ADP.Glycerol 3-fosfat kemudian dioksidase oleh glycerol phosphate oxidase dan menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2).H2O2 diuraikan oleh peroksidase menghasilkan

oksigen reaktif yang bereaksi dengan aminoantipyrine (AAP) dibawah pengaruh fenol yang menghasilkan zat warna indikator quinoneimine yang dibaca dalam spektrofotometer.

Rekasi kimia yang terlibat dalam pemeriksaan trigliserida ini adalah sebagai berikut:

a. Trigliserida ⎯⎯⎯ gliserol + asam lemak

b. Gliserol + ATP ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ gliserol 3-fosfat + ADP

c. Gliserol 3-fosfat + O2 ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ Dihidroksiaseton

fosfat + H2O2

d. 2 H2O2 + 4-AAP + 4-klorofenol ⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯ Quinoneimine + 4 H2O

2. Reagensia terdiri dari:


(72)

PIPES buffer (pH 75) 50 mmol/l

4-chlorophenol 5 mmol/l

4-aminophenazone 0,25 mmol/l

Magnesium ion 4,5 mmol/l

Adenosine Triphosphate 2 mmo/l

Lipase ≥ 1300 U/l

Peroxidase ≥500 U/l

Glycerolkinase ≥400 U/l

Glycerol 3-phosphate oxidase ≥ 1300 U/l

Sodium azide 0,05%

Standar: 3 ml standar

Trigliserida 200mg/dl (2,28 mmol/l) 3. Spesimen:

Spesimen yang digunakan adalah serum. 4. Prosedur pemeriksaan:

Panjang gelombang: 500 nm Kuvet: 1 cm

Temperatur: 20-25°C


(73)

Blanko Sampel/Standar Sampel/standar

Reagen

- 1000 μl

10 μl 1000 μl

b. Larutan dicampur dan didiamkan 10 menit pada suhu 20-25°C. c. Mengukur nilai absorbansi dengan mesin spektrofotometri pada

panjang gelombang 500 nm. Pengukuran absorbansi sampel dan standar dilakukan terhadap blanko.

d. Menghitung kadar trigliserida serum dengan rumus berikut.

e. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL

Kadar kolesterol LDL dihitung berdasarkan kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG) dengan menggunakan rumus

Friedwald.

f. Pemeriksaan kadar ACTH plasma

PemeriksaankadarACTH plasma dilakukan dengan metode

immunolite 1000 ACTH.

1. Prinsip pemeriksaan:

Immunolite 1000 ACTH merupakan solid-phase, two-site

sequential chemiluminescent immunometric

assay.Chemiluminescent immunometric assay merupakan suatu Kadar Trigliserida = 200 [mg/dl]


(1)

N 75 75 75 11

Beta-Hydroxylase (pg/ml)

Correlation

Coefficient .174 -.052 1.000 Sig. (1-tailed) .068 .329 .

N 75 75 75

Uji Korelasi ACTH dan 11

β

-Hydroxylase denganTrigliserida pada Obesitas

Correlations

Adrenocorticotropine Hormone (ng/L)

11 Beta-Hydroxylase

(pg/ml)

Trigliserida (mg/dl) Spearman's

rho

Adrenocorticotropine Hormone (ng/L)

Correlation

Coefficient 1.000 -.061 -.156 Sig. (1-tailed) . .387 .229

N 25 25 25

11

Beta-Hydroxylase (pg/ml)

Correlation

Coefficient -.061 1.000 .172 Sig. (1-tailed) .387 . .205

N 25 25 25

Trigliserida (mg/dl) Correlation

Coefficient -.156 .172 1.000 Sig. (1-tailed) .229 .205 .


(2)

Uji Korelasi ACTH dan 11

β

-Hydroxylase denganTrigliserida pada

Overweight

Correlations Adrenocorticotropine Hormone (ng/L) 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml) Trigliserida (mg/dl) Spearman's rho Adrenocorticotropine Hormone (ng/L) Correlation

Coefficient 1.000 -.137 .143 Sig. (1-tailed) . .257 .247

N 25 25 25

11

Beta-Hydroxylase (pg/ml)

Correlation

Coefficient -.137 1.000 .101 Sig. (1-tailed) .257 . .315

N 25 25 25

Trigliserida (mg/dl) Correlation

Coefficient .143 .101 1.000 Sig. (1-tailed) .247 .315 .

N 25 25 25

Uji Korelasi ACTH dan 11

β

-Hydroxylase denganTrigliserida pada Normal

Correlations Adrenocorticotropine Hormone (ng/L) 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml) Trigliserida (mg/dl) Spearman's rho Adrenocorticotropine Hormone (ng/L) Correlation

Coefficient 1.000 -.110 .129 Sig. (1-tailed) . .300 .269


(3)

11

Beta-Hydroxylase (pg/ml)

Correlation

Coefficient -.110 1.000 .153 Sig. (1-tailed) .300 . .233

N 25 25 25

Trigliserida (mg/dl) Correlation

Coefficient .129 .153 1.000 Sig. (1-tailed) .269 .233 .

N 25 25 25

Uji Regresi Linear ACTH dan

11 β

-Hydroxylase

dengan Kolesterol Total

Model Summaryc

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .317a .101 .076 28.226

2 .303b .092 .080 28.168 1.566

a. Predictors: (Constant), 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml), Adrenocorticotropine Hormone(ng/L)

b. Predictors: (Constant), 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml) c. Dependent Variable: Kolesterol Total (mg/dl)

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 6425.343 2 3212.672 4.032 .022a

Residual 57364.657 72 796.731

Total 63790.000 74

2 Regression 5868.925 1 5868.925 7.397 .008b Residual 57921.075 73 793.439

Total 63790.000 74

a. Predictors: (Constant), 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml), Adrenocorticotropine Hormone (ng/L) b. Predictors: (Constant), 11 Beta-Hydroxylase (pg/ml)


(4)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) 150.780 8.029 18.779 .000

Adrenocorticotropine

Hormone (ng/L) .124 .148 .093 .836 .406 .092 .098 .093 1.000 1.000 11

Beta-Hydroxylase (pg/ml) .215 .079 .304 2.719 .008 .303 .305 .304 1.000 1.000 2 (Constant) 155.697 5.453 28.552 .000

11

Beta-Hydroxylase (pg/ml) .215 .079 .303 2.720 .008 .303 .303 .303 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Kolesterol Total (mg/dl)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 156.45 198.50 167.60 8.906 75 Std. Predicted Value -1.252 3.470 .000 1.000 75 Standard Error of Predicted

Value 3.256 11.819 4.342 1.530 75

Adjusted Predicted Value 156.10 189.84 167.37 8.290 75

Residual -53.967 83.534 .000 27.977 75

Std. Residual -1.916 2.966 .000 .993 75

Stud. Residual -1.951 3.007 .004 1.011 75

Deleted Residual -55.945 85.901 .232 29.019 75 Stud. Deleted Residual -1.990 3.191 .007 1.024 75

Mahal. Distance .002 12.041 .987 2.001 75

Cook's Distance .000 .338 .019 .050 75

Centered Leverage Value .000 .163 .013 .027 75 a. Dependent Variable: Kolesterol Total (mg/dl)


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Korelasi Kadar Estradiol dan Kadar Leptin dengan Profil Lipid pada Wanita Obesitas, Overweight dan Berat Badan Normal di Kota Banda Aceh.

2 90 134

KORELASI ANTARA KADAR ION KALSIUM SERUM DAN PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2.

0 0 15

Asupan Makan Dan Profil Lipid Pada Pegawai Dengan Status Gizi Obesitas Dan Status Gizi Normal

0 0 6

ASUPAN MAKAN DAN PROFIL LIPID PEGAWAI DENGAN STATUS GIZI NORMAL DAN OBESITAS DIETARY INTAKE AND LIPID PROFILE OF EMPLOYEES WITH NORMAL NUTRITIONAL STATUS AND OBESITY

0 0 8

Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β-Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal

0 0 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi - Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β-Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kadar Adrenocorticotropine Hormone dan Enzim 11 β-Hydroxylasedengan Profil Lipid Serum pada Obesitas, Overweight dan Normal

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Defenisi Obesitas - Korelasi Kadar Estradiol dan Kadar Leptin dengan Profil Lipid pada Wanita Obesitas, Overweight dan Berat Badan Normal di Kota Banda Aceh.

0 0 33

PENGARUH FUROSEMID TERHADAP PROFIL KADAR METILDIGOKSIN DALAM SERUM PADA SUBYEK NORMAL

0 0 64

Perbedaan kadar seng serum dan kadar c-reactive protein pada anak balita dengan kadar serum retinol normal dan tidak normal

0 0 6